Product Profitability Analysis and Target Costing

12
TUGAS INDIVIDUAL PRODUCT PROFITABILITY ANALYSIS AND TARGET COSTING Untuk Memenuhi Tugas Akuntansi Manajemen Lanjutan Dosen Pengampu: Achmad Zaky, S.E., MSA., Ak., CMA., SAS., CA Disusun oleh: Anisa Ayu Kharismasari

description

latihan soal & jawaban akuntansi manajemen lanjutan mengenai product profitability analysis and target costing

Transcript of Product Profitability Analysis and Target Costing

TUGAS INDIVIDUALPRODUCT PROFITABILITY ANALYSIS AND TARGET COSTINGUntuk Memenuhi Tugas Akuntansi Manajemen LanjutanDosen Pengampu: Achmad Zaky, S.E., MSA., Ak., CMA., SAS., CA

Disusun oleh:Anisa Ayu Kharismasari

UNIVERSITAS BRAWIJAYAFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI20151. Bagaimana implementasi Product Profitability Analysis untuk sektor perbankan?Seringkali, ketika bankir meneliti tentang profitabilitas produk, mereka diatur kembali oleh tantangan seperti investasi yang sangat berat, waktu dan tenaga dalam melakukan analisis, dan tingginya biaya yang tersedia tentang profitabilitas produk off-the-shelf.Mungkin masalahnya terletak pada awal pendekatan yang dilakukan. Itu umum bagi bankir masyarakat untuk memutuskan untuk mengambil metode "bottom-up" untuk mengevaluasi profitabilitas, yang memerlukan berat semua produk, dan mencoba untuk membedah semua dari mereka ke segmen tertentu. Meskipun kedengarannya sangat ilmiah dan metodis, pendekatan ini bisa menjadi menakutkan, tugas jangka panjang yang pasti akan terbukti menjadi memakan waktu dan mahal dengan hasil yang dipertanyakan.Implementasi Product profitability Analysis di dalam sektor perbankan dilakukan dengan pendekatan top-down. Yang dimaksud pendekatan top-down dalam pengimplementasian PPA di dalam sektor perbankan adalah, analisiis dilakukan dimulai dari departemen menuju ke tiap-tiap produk. Sebuah sistem profitabilitas departemen dirancang untuk menempatkan setiap lini produk pada tempatnya. Selain itu, dalam sistem departemen, semua biaya (dan pendapatan) diidentifikasi dan diposting oleh departemen. Dengan demikian, ketika sistem tersebut terstruktur dengan baik, sistem departemen akan jelas mengidentifikasi profitabilitas dari setiap fungsi dan produk-produknya. contohnya profitabilitas produk deposito dimulai pada sistem departemen. Pada sistem departemennya, semua biaya pengumpulan dana ditempatkan ke kantor cabang dan fungsi pendukung mereka (penyedia dana deposito). Informasi data terkait total yang ada di cabang akan mengidentifikasi biaya operasi langsung dan tidak langsung yang pada dasarnya adalah total biaya untuk menghasilkan deposito.

2. Jelaskan secara ringkas konsep dan karakteristik target costing dalam prespektif teoritis dan praktis! Konsep target costing dalam prespektif teoritisProses target costing telah paling banyak tercatat sebagai praktik untuk mendukung NPD dengan menjaga kewaspadaan terus-menerus pada biaya dan fungsi produk, dan membuat metode untuk menutup kesenjangan antara biaya dan fungsi saat ini dan yang diinginkan (termasuk kualitas). Dengan demikian, target costing dimulai dengan membangun produk dan layanan fungsi kritis. Sebuah harga jual untuk produk diestimasi berdasarkan pasar (Layak 1991; Gagne dan Discenza 1995; Ansari dan Bell 1997; Dorjahn 1997). Biaya Target keseluruhan untuk suatu produk atau jasa ditentukan dengan rumus berikut:Target Biaya = Perkiraan Harga Jual - Laba yang DiinginkanTarget costing kemudian dibagi ke masing-masing elemen, dengan mempertimbangkan kombinasi perkiraan biaya / sejarah, dan kendala dari target biaya keseluruhan. Proses target costing adalah pendekatan yang sangat sistematis untuk membangun dan mengkomunikasikan tujuan biaya dan metrik kinerja baik dalam organisasi dan pemasok eksternal.Sementara literatur akuntansi telah memberikan kontribusi yang sangat baik untuk memajukan pemahaman target costing, itu adalah wilayah yang relatif belum dipetakan dalam operasi dan arena manajemen pasokan. Penekanan dalam pekerjaan sebelumnya telah di konsekuensi dari target costing akuntansi, atau pada aplikasi umum target costing dalam bisnis (Baker 1995; Brausch 1995; Fisher 1995; Kato, Boer dan Chow 1995; Ansari dan Bell 1997; Cooper dan Slagmulder 1997; Kaplan dan Cooper 1998; Seuring 2002).Model teoritis juga menunjukkan bahwa sangat rinci "penting" bobot yang diberikan kepada masing-masing fitur kunci dari produk baru. Bobot ini digunakan untuk menentukan di mana perusahaan dapat menyesuaikan biaya dengan tetap menjaga atau meningkatkan nilai produk sebagai perusahaan mulai mengembangkan biaya sasaran rinci pada langkah 4, dan memodifikasi mereka pada langkah 5 (Ansari dan Bell 1997). Tidak ada dukungan untuk ini pendekatan bobot diformalkan antara studi kasus. Hanya Mfg Equip dan Auto mengikuti pendekatan semi-formal, sedangkan organisasi yang tersisa pasti dianggap nilai seluruh proses tanpa memberikan fitur tertentu "berat numerik." Ini jauh lebih terstruktur daripada pendekatan yang disarankan dalam literatur akuntansi.

Konsep target costing dalam prespektif praktisPenelitian sebelumnya praktek target costing perusahaan Asia (Ansari dan Bell 1997; Cooper dan Slagmulder 1997, 1999a, b, 2000) menekankan bahwa target costing alokasi dilakukan oleh seorang individu, biasanya dari rekayasa atau manufaktur. Dalam perusahaan belajar di sini, pendekatan tim untuk alokasi biaya, dengan keterlibatan berat dari manajemen pasokan dan keuangan, adalah norma. Ini hanya bisa menjadi lebih cocok dengan budaya perusahaan yang berbasis di AS diperiksa dalam penelitian ini. Auto, yang merupakan transplantasi berbasis di AS dari perusahaan Jepang, pernah membuat pasokan bertanggung jawab untuk alokasi target biaya dan prestasi di Amerika Serikat. Ditemukan bahwa itu tidak pernah mencapai biaya target karena beberapa merasa bertanggung jawab untuk mereka. Setelah berubah untuk pendekatan tim di pertengahan sampai akhir 1990-an, telah melampaui target biaya dan tujuan fungsi konsisten. Penelitian terhadap topik umum NPD mendukung hasil yang lebih baik dengan keterlibatan tim NPD (Burchill dan Fine 1997; Ettlie 1997; Balasubramanian 2001; Petersen, Handfield dan Ragatz 2005). Mengingat keberhasilan model Jepang yang lebih diarahkan untuk target costing, masalah ini menjamin penelitian lebih lanjut.

Karakteristik target costing dalam prespektif teoritis1. Target harga jual ditentukan selama perencanaan produk, pada cara orientasi pasarPenetapan target harga jual merupakan poin awal dalam proses target costing. Hal ini juga diungkapkan oleh Kato (1993) dalam Everaert (2006) yang menjelaskan bahwa penawaran tingkat harga dari produk yang ada atau tingkat harga kompetitor merupakan sebuah poin awal dalam proses target costing. Selain dilihat dari nilai konsumen dan tingkat harga dari produk kompetitor, Kato (1993) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor lain yang juga perlu dipertimbangkan dalam penentuan harga jual sebuah produk. Faktor-faktor tersebut misalnya konsep dari produk tersebut, karakteristik konsumen yang berpartisipasi, siklus hidup produknya, kuantitas penjualan yang diharapkan, strategi kompetitor, dan lain sebagainya. 2. Target profit margin ditentukan selama perencanaan produk, berdasarkan perencanaan profit yang strategisKarakteristik kedua dari sistem target costing adalah penetapan awal target profit margin selama perencanaan produk produk baru. Kato (1993) dan Monden and Hamada (1991) menjelaskan bahwa total target profit untuk sebuah produk di masa depan dapat berasal dari rencana profit jangka menengah, yaitu startegi manajemen dan bisnis antara 3 sampai 5 tahun. Target profit ini dapat diuraikan menjadi target profit tiap-tiap produk. Dengan adanya estimasi volume penjualan produk di masa depan, target profit untuk suatu produk di masa depan dapat diubah menjadi target profit margin per unit.3. Target cost ditentukan sebelum NPD (new product development) dimulai yang didasarkan pada pengurangan atau penambahan metodeKarakteristik ketiga dalam target costing adalah target cost (target biaya) ditentukan sebelum proses NPD dimulai, yaitu sebelum desain dan pengembangan produk benar-benar dimulai. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memutuskan berapa target cost untuk sebuah produk baru, yaitu:a. Perhitungan The Ongoing cost (biaya yang sedang berlangsung). Ketika NPD dimulai, perhitungan Ongoing cost ini didasarkan pada biaya aktual dari produk dengan mempertimbangkan faktor-faktor pengurangan atau penambahan biaya. Rhe Ongoing cost ini disebut juga sebagai Drifting Cost. b. Perhitungan The as-if cost. The as-if cost merupakan biaya pembuatan suatu produk hanya jika perusahaan mengimplementasikan semua ide pengurangan biaya yang tersedia. The as-if cost sebenarnya merupakan sebuah pengurangan biaya yang nyata. c. Perhitungan The allowable costThe allowable cost dihitung dengan perbedaan antara target harga jual dan target profit margin. The allowable cost merupakan biaya dimana produk harus diproduksi dengan tujuan untuk mendapatkan target profit margin ketika terjual pada target harga jual yang telah ditetapkan. d. Target cost ditentukan pada suatu tempat antara as-if cost dan allowable cost, baik menggunakan metode top down atau bottom up.Dalam metode top-down, target cost ditetapkan pada tingkat allowable cost, yaitu pada selisih antara target harga jual dan target profit margin. Kemudian, biaya target ini kurang lebih dibebankan pada tim NPD. Hal ini bertentangan dengan apa yang disebut metode bottom-up, dimana target biaya dimulai dalam departemen NPD itu sendiri. 4. Target cost dibagi menjadi target cost untuk fungsi, subassemblies, biaya item, desainer atau pemasok.Metode alokasi yang berbeda dijelaskan, yang berorientasi fungsi-danMetode alokasi komponen adalah yang terbaik dikenal. Dalam metode fungsi-berorientasi, yang Biaya target pertama dialokasikan untuk fungsi yang berbeda dari produk masa depan dan kemudian ke komponen. Yoshikawa et al. (1993) menjelaskan bahwa nilai fungsi tertentu sebagai dirasakan oleh pelanggan adalah kriteria utama untuk mengalokasikan biaya target fungsi dalam perusahaan yang mereka pelajari. Yoshikawa et al. (1993) menambahkan bahwa sasaran pengaturan Biaya untuk fungsi semata-mata didasarkan pada sudut pandang pelanggan dapat mengabaikan tertentu faktor-faktor seperti pertimbangan teknis dan keamanan pertemuan dan peraturan lainnya. Mereka menemukan bahwa meskipun evaluasi pelanggan dominan, sering dimodifikasi untuk memperhitungkan evaluasi produsen sebelum menyelesaikan target biaya untuk setiap area fungsional. Metode alokasi terkenal kedua adalah metode komponen.

5. Target costing membutuhkan kerjasama lintas fungsionalkerjasama dari berbagai departemen diperlukan dalam pelaksanaan target costing (Monden dan Hamada, 1991). Yoshikawa et al. (1993) melaporkan bahwa proses target costing memerlukan upaya partisipatif yang melibatkan perwakilan dari produksi, teknik, desain, pemasaran, akuntansi dan penjualan. Sebuah perusahaan harus menggunakan bakat, inovasi dan kesadaran sederhana setiap anggota organisasi dalam rangka untuk melihat peluang untuk pengurangan biaya (Carr dan Ng, 1995).6. Informasi biaya yang detail tersedia untuk mendukung pengurangan biayaKato (1993) berpendapat bahwa seorang perancang desain biaya membutuhkan informasi biaya yang rinci setiap saat. Target costing membutuhkan manajer untuk mengestimasi secara konstan biaya produksi suatu produk ketika bergerak melalui proses NPD, dan mereka harus memanfaatkan informasi dari seluruh bagian organisasi. 7. Tingkat biaya dari produk masa depan (drifing costing) dibandingkan dengan target cost pada titik yang berbeda selama NPD8. Menetapkan atau membuat sebuah aturan umum bahwa target cost tidak dapat dilampauiAturan tentang target cost tidak dapat dilampaui memiliki tiga konsekuensi, diantaranya adalah sebagai berikut:a. Pertama,setiap kali kenaikan biaya pada suatu produk selama NPD, menyebabkan harus adanya pengurangan pada bagian lain dengan jumlah yang setara. b. Kedua, meluncurkan produk dengan biaya di atas target tidak diperbolehkan; hanya produk yang menguntungkan yang diluncurkan. c. Ketiga, proses produksi dikelola dengan hati-hati untuk memastikan bahwa target cost benar-benar tercapai. Karakteristik target costing dalam prespektif praktisNamun, kedelapan karakteristik tersebut memiliki perbedaan dalam prakteknya. Hal ini dinyatakan dengan berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Patricia Everaert et al dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Characteristics of Target Costing : Theoritichal and Field Study Prespective. Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji sejauh mana delapan karakteristik yang ada secara teoritis ini ditemukan dalam praktek pada tiga perusahaan di Eropa yang telah mengadopsi target costing. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat diketahui bahwa terdapat salah satu perusahaan yang dijadikan sampel oleh peneliti yang tidak memiliki beberapa karakteristik target costing seperti yang talah dijelaskan dalam teori. Hal tersebut terjadi pada kasus C, dimana perusahaan C tidak memiliki karakteristik target costing nomor 6 hingga 8. Misalnya saja pada karakteristik nomor 6, perusahaan C tidak menyediakan informasi yang rinci selama NPD untuk mendukung proses pengurangan biaya. Hal ini dikarenakan, selama NPD, perusahaan C menyediakan informasi dengan menggunakan sistem biaya tradisional, dimana informasi yang disediakan oleh sistem biaya tradisional ini kurang akurat. Sedangkan pada perusahaan A dan B, selama NPD telah menggunakan sistem Activity Based Costing sehingga informasi yang tersedia merupakan informasi yang rinci dan akurat.

3. Jelaskan bagaimana penerapan target costing dapat berfungsi sebagai alat strategis manajemen!Target costingdapat menjadi sebuah alat yang penting bagi manajemen karena targetcosting berupaya secara strategis untukmengelola biaya dan profit perusahaan. Untukmemastikan produk tersebut dirancang sehingga dapat diproduksi pada biaya yang cukup rendahpada harga yang kompetitif, manajemen dapat mencapai dan menjaga posisi kompetitif yangberkelanjutan dalam pasar.Target costing mempertimbangkan faktor eksternal perusahaan (pasar). Melalui analisis pasar dan pesaing dapat membantu manajemen dalam merancang produk yang dibutuhkan konsumen dengan harga yang kompetitif. Metode target costing membantu perusahaan untuk menjamin bahwa produk disesuaikan dengan kebutuhan konsumen dengan lebih baik, Menyesuaikan harga dari keistimewaan produk dengan kesediaan konsumen untuk membayarnya, Mengurangi siklus pengembangan produk, Mengurangibiaya produk secara signifikan, Meningkatkan kerjasama antar departemen dalam perusahaan berkaitan dengan penyusunan, pemasaran, perencanaan, pengembangan, pembuatan, penjualan, pendistribusian, dan penempatan produk, Menggunakan konsumen dan pemasok untuk merancang produk yang benar dan untuk mengintegrasikan seluruh rantai persediaan dengan lebih efektif. Informasi akuntansi internal akan lebih melemahkan dari pada meningkatkan perencanaan dan pengambilan keputusan serta sistem pengendalian di dalam organisasi. Pengenalan dan penggunaan target costing di dalam organisasi ditujukan untuk menempatkan pengendalian biaya produk pada titik pusat tahapan manajerial. Hal ini karena diakui bahwa teknik pengendalian operasional harus jelas terkait dengan strategi perusahaan.