PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

82
PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI SDN I JARAK SIMAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Kepada Institut Agama Islam Negeri Ponorogo untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiah OLEH : MISBAHUL ARFIN ALBUSTANI NIM : 210612038 Pembimbing KHARISUL WATHONI, M.PD.I NIP. 197306252003121002 JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO 2017

Transcript of PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

Page 1: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN

KEDISIPLINAN SISWA DI SDN I JARAK SIMAN

PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiah

OLEH :

MISBAHUL ARFIN ALBUSTANI

NIM : 210612038

Pembimbing

KHARISUL WATHONI, M.PD.I

NIP. 197306252003121002

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) PONOROGO

2017

Page 2: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

vii

ABSTRAK

Albustani Misbahul, Arfin. 2016. Problematika Guru dalam Meningkatan

Kedisiplinan Siswa di SDN I Jarak Siman Ponorogo Tahun Pelajaran

2015/2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Madsarah

Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Ponorogo. Pembimbing: Kharisul Watoni, M.Pd I.

Kata Kunci:Problematika, Kedisiplinan

Tingkah laku peserta didik di era kemajuan teknologi banyak

dipengaruhi oleh beberapa alat digital seperti televisi, handphone, dan

beberapa media social yang berpengaruh pada kedisiplinan peserta

didik. Selain itu faktor internal yang mempengaruhi kedisiplinan

peserta didik berupa malas, rendahnya motivasi belajar, kesadaran, dan

pembiasaan diri. Berdasarkan faktor internal dan eksternal tersebut

timbul problematika yang menghambat kedisiplinan peserta didik di

sekolah.

Berangkat dari masalah tersebut, masalah penelitian dirumuskan

sebagai berikut: (1) Bagaimana problematika kedisiplinan siswa di SDN

1 Jarak Siman Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016? (2) Apa saja faktor

yang mempengaruhi problematika kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak

Siman Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016? (3) Bagaiman upaya guru

dalam meningkatan kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo

tahun pelajaran 2015/2016?

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan

pendekatan diskriptif analitik, serta menggunakan teknik wawancara

untuk mengumpulkan data dan informasi, teknik observasi digunakan

untuk mencari data, dan teknik dokumentasi untuk membuktikan hasil

pengamatan penelitian.

Dari hasil penelitian, yaitu : (1) siswa tidak menaati peraturan dan

sulit dikontrol. (2) faktor intern berupa kurangnya tingkat kesadaran

siswa akan pentingnya kedisiplinan dan kurangnya pemahaman secara

pasti tentang arti disiplin, dan ekstern berupa pengaruh dari lingkungan

keluarga dan masyarakat. (3) Upaya yang digunakan untuk mengatasi

adanya problematika tersebut yaitu menggunakan teknik control intern,

yang mana tekhnik ini mengajarkan bahwa guru sebagai figur atau

teladan yang akan dicontoh oleh siswa.

Page 3: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …
Page 4: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …
Page 5: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …
Page 6: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …
Page 7: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, pendidikan sangat

dibutuhkan bagi peserta didik guna menjadi manusia yang berkualitas untuk

menghadapi perkembangan dan tantangan zaman yang akan datang, karena

zaman sekarang ini begitu cepat dalam perubahan, khususnya dalam dunia

pendidikan. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

menumbuhkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka.1

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk

membentuk generasi muda yang siap menggantikan estafet generasi tua dalam

rangka meraih masa depan yang cerah. Selain itu, pendidikan sangat berperan

mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka.2

Pendidikan lebih menitikberatkan pada pembentukan dan pengembangan

kepribadian, jadi mengandung pengertian yang lebih luas sedang latihan atau

training lebih menekankan pada pembentukan ketrampilan atau skill.3

Pendidikan mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

1 Muhibin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006), 1 2 Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), 9. 3 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), 55.

Page 8: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

2

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia

serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.4

Berdasarkan jumlah penelitian pendidikan, diyakini bahwa guru sebagai

salah satu factor dominan yang menentukan tingkat keberhasilan anak didik

dalam melakukan transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta

internalisasi etika dan moral.5

Seorang guru waktu mengajar selalu berusaha menciptakan suasana kelas

yang menyenangkan. Suasana belajar yang menyenangkan mendorong gairah

belajar yang tinggi. Salah satu masalah dalam menciptakan iklim belajar yang

menyenangkan ialah masalah disiplin. Setiap kegiatan proses pembelajaran

guru sering menghadapi perilaku siswa yang bermasalah.6

Disiplin sangat penting artinya bagi peserta didik. Karena itu, ia harus

ditanamkan secara terus-menerus kepada peserta didik. Jika disiplin

ditanamkan secara terus-menerus maka disiplin tersebut akan menjadi

kebiasaan bagi peserta didik. Untuk itu guru dituntut memiliki keterampilan

dalam membina kedisiplinan peserta didik tersebut. Disiplin merupakan suatu

latihan, pikiran, atau badan, atau kemampuan moral untuk memperbaiki

perilaku melalui metode-metode hukum. 7

4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 1 (PT. Kloang Klede putra timur bekerja sama dengan Koperasi Primer Praja Mukti

1 Departemen Dalam Negeri), 3. 5 Indra Djatisidi, Menuju Masyarakat Belajar Menggagas Paradigma Baru (Jakarta:

Radar Jaya), 2001. 6 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka

Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2008), 145-146. 7Syarifan Nurjan, Karakteristik Sekolah Unggul (CV Duta Graha Pustaka, 2002), 123-

124.

Page 9: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

3

Guru merupakan orang tua di sekolah bagi peserta didik. Oleh karenanya,

guru sangat berperan sekali dalam keberhasilan membentuk perilaku peserta

didik. Melalui peraturan dan tata tertib guru sebisa mungkin mampu

menerapkan sikap disiplin pada setiap anak didiknya. Tidak semua peraturan

dan tatatertib akan diikuti dengan baik apabila tidak ada kemauan dari pihak

siswa untuk mematuhinya. Kesediaan siswa untuk mematuhi atau

mengingkari peraturan dan tata tertib tersebut sangat dipengaruhi pula oleh

konsekuensi atau akibatnya, baik positif atau negatif. Di dalam proses

pendidikan, hadiah dan hukuman merupakan akibat dari pematuhan dan

pengingkaran terhadap peraturan dan tata tertib, dan keduanya itu

dikategorikan sebagai alat-alat pendidikan.8

Guru merupakan salah satu sarana pendidikan untuk membina dan

mewujudkan kedisiplinan peserta didik. Akan tetapi jika akan timbul berbagai

masalah dalam dunia pendidikan yang disebabkan perkembangan dan

kebutuhan jasmani sesuai dengan tuntutan zaman. Dengan melihat sosial dan

budayanya yang berubah juga akan mengubah, bahkan menimbulkan banyak

masalah baru dalam dunia pendidikan.

Kedisiplinan menjadi hal yang yang penting dalam menciptakan perilaku

peserta didik yang tidak menyimpang dari tata tertib di sekolah. Karena

kedisiplinan terkait erat dengan pengetahuan dan perilaku yang positif, seperti

kebenaran, kejujuran, tanggung jawab tolong menolong, kasih sayang, patuh

8Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi (Jakarta: Rineka Cipta,

1980), 114.

Page 10: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

4

atau taat, hormat kepada guru, dan sebagainya.9 Dalam suatu aktivitas di suatu

lembaga sekolah, tidak selalu berjalan dengan lancar, terkadang dijumpai

berbagai hambatan, problem, dan tantangan, baik internal maupun eksternal.

Hal ini selain disebabkan karena adanya perubahan dan tuntutan kehidupan di

zaman modern, juga karena adanya perkembangan social, budaya dan

teknologi yang berkempang di kehidupan saat ini.

Berdasarkan pengamatan awal, penulis mendapati adanya problematika

yang dijumpai guru dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik di SDN 1

Jarak kecamatan Siman kabupaten Ponorogo. Problema yang dijumpai

diantaranya banyak siswa yang susah diatur, adanya siswa yang tidak masuk

sekolah tanpa izin, kurangnya papan tata tertib yang memungkinkan bisa

dibaca dan diketahui oleh siswa, kurangnya kesadaran diri tentang pentingnya

berdisiplin, kurangnya pendidikan tambahan, kurangnya motivasi dari orang

tua.

Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian si

SDN 1 Jarak, Siman, Ponorogo dengan judul “Problematika Guru dalam

Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo Tahun

Pelajaran 2015/2016”

B. Fokus Penelitian

Agar diperoleh gambaran yang jelas dan terhindar dari interpretasi, serta

mengingat kemampuan penulis, baik waktu, tenaga materi, fasilitas, ilmu

9 Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas ; Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan Kelas

yang Kondusif (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013), 158.

Page 11: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

5

pengetahuan yang relativ terbatas, maka dalam penelitian ini penulis

membahas tentang problematika guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa

di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo Tahun Pelajaran 2015/2016 yang meliputi

(1) Problematika yang ditemui guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa

di SDN 1 Jarak siman Ponorogo (2) Factor-faktor yang mempengaruhi

timbulnya problematika dalam peningkatan kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak

siman Ponorogo (3) Upaya guru dalam menyikapi problematika peningkatkan

kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana problematika kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak siman

Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi timbulnya problematika kedisiplinan

siswa di SDN 1 Jarak siman Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016?

3. Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SDN 1

Jarak Siman Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan fokus pembahasan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui problematika yang ditemui guru dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak siman Ponorogo.

Page 12: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

6

2. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi timbulnya

problematika dalam peningkatan kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak siman

Ponorogo.

3. Untuk mengetahui upaya guru dalam mengatasi problematika

peningkatkan kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo.

E. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai

berikut :

1. Secara Teoretis

Secara teoritik penelitian ini bisa bermanfaat untuk menambah

khasanah ilmu pengetahuan bagi peneliti selanjutnya dan bisa bisa

dijadikan bahan rujukan penelitian bagi pihak yang berkepentingan dalam

rangka penelitian yang lebih lanjut dan berkembang.

2. Secara praktis

a. Bagi sekolah

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui probematika

yang dihadapi guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SDN 2

Jarak Siman Ponorogo, sehingga dapan member solusi dalam

meningkatkan kediplinan siswa.

b. Bagi guru

Sebagai bahan pertimbangan untuk mengatasi problematika yang

dihadapi guru dalam meningkatkan kedisiplinan.

Page 13: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

7

c. Bagi siswa

Dapat menambah motivasi dan semangat siswa sehingga sikap

kedisiplinan akan meningkat.

d. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan mengembangkan ilmu

pengetahuan serta pengalaman lebih baik terhadap ilmu pengetahuan

terutama dalam dunia pendidikan.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena yang dialami oleh subyek penelitian.

Dalam hal ini jenis penelitian yang digunakan Peneliti Lapangan

adalah Studi Kasus yaitu uraian dan penjelasan komprehensif mengenai

berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi

(komunitas), suatu program atau suatu situasi sosial. Peneliti studi kasus

berupaya menelaah sebanyak mungkin data menegani subjek yang diteliti.

10.

Jenis penelitian studi kasus ini digunakan karena peneliti dapat

meneliti terkait tentang kejadian aktivitas di SDN 1 Jarak Siman

Ponorogo.

10Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

2003), 201.

Page 14: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

8

2. Kehadiran Peneliti

Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan

berperanserta, namun peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan

skenarionya. Sehingga dalam penelitian ini, seorang peneliti bertindak

sebagai instrumen kunci sekaligus pengumpul data. Sedangkan instrumen

yang lain sebagai penunjang.11

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SDN 1 Jarak Siman Kabupaten Ponorogo

dan di lokasi ini layak diteliti karena di SD ini masih banyak siswa yang

kurang disiplin.

4. Sumber Data

Data penelitian kualitatif ini data yang kami butuhkan adalah :

1. Data tentang problematika yang dihadapi guru dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya problematika dalam

peningkatan kedisiplinan peserta didik di SDN 1 Jarak Siman

Ponorogo

3. Data tentang upaya guru dalam menyikapi problematika dalam

meningkatkan kedisiplinan peserta didik.

Sedangkan sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan

tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya. Adapun

sumber data dalam penelitian ini adalah :

11Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2009), 163.

Page 15: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

9

1. Kepala Sekolah SDN 1 Jarak Siman Ponorogo

2. Bapak Penanggung Jawab Kesiswaan SDN 1 Jarak Siman Ponorogo

3. Bapak Guru PAI SDN 1 Jarak Siman Ponorogo.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi wawancara,

observasi, dokumentasi dan triangulasi.

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 12

Wawancara kualitatif merupakan salah satu teknik untuk

mengumpulkan data dan informasi. Penggunaan metode ini didasarkan

pada dua alasan. Pertama, dengan wawancara, peneliti dapat menggali

tidak saja apa yang diketahui dan dialami subjek yang diteliti, tetapi apa

yang tersembunyi jauh di dalam diri subjek penelitian. Kedua, apa yang

ditanyakan pada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas

waktu, yang berkaiatan dengan masa lampau, masa kini dan juga masa

mendatang. Wawancara yang digunakan adalah wawancara kualitatif.

Artinya, peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas

12Ibid, 135.

Page 16: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

10

dan leluasa, tanpa terikat oleh suatu suasana pertanyaan yang telah

dipersiapkan sebelumnya. 13

b. Teknik Pengamatan

Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif pengamatan

dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti yang dikemukakan oleh Guba dan

Lincoln (1981:191-193)14 sebagai berikut ini. Pertama pengamatan

didasarkan atas pengalaman secara langsung, kedua pengamatan

memungkinkan penelitian untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian

mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan

sebenarnya ,ketiga pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa

dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun

pengetahuan yang langsung diperoleh dari data , keempat sering terjadi

ada kekurangan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang dijaringnya

ada yang keliru atau biasa , kelima teknik pengamatan memungkinkan

peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. Keenam, dalam

kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak

dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data:

1) Problem kediplinan yang ada di SDN 1 Jarak, Siman Ponorogo.

2) Faktor-faktor pengaruh munculnya problem kedisiplinan di SDN 1

Jarak, Siman, Ponorogo.

13Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogyakarta:

Ar-Ruzz Media, 2012), 176. 14 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 174-175.

Page 17: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

11

3) Upaya guru dalam menyikapi problematika kedisiplinan siswa di SDN

1 Jarak, Siman, Ponorogo.

c. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data sumber

non insani. Sumber ini terdiri dokumen dan rekaman, “Rekaman” sebagai

setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh individu atau

organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa. Sedangkan

“Dokumentasi” digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman,

yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan, seperti surat-surat,

buku catatan harian khusus, foto dan sebagaimana.15 Teknik ini digunakan

untuk memperoleh data :

1) Profil, visi dan misi, struktur pengurus di SDN 1 Jarak Siman

Ponorogo.

2) Nama Kepala Sekolah, Guru dan Pengurus di SDN 1 Jarak Siman

Ponorogo.

H. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, di lakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam

periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis

terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang di wawancarai

setelah di analiss terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan

15 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta : PT. RINEKA CIPTA, 2007),

181.

Page 18: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

12

pertanyaan lagi, sampai tahap tetentu, di peroleh data yang di anggap kredibel.

Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data

kualitatif di lakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.16

Analisis data kualitatif, dapat di lakukan melalui langkah-langkah berikut:

1. Reduksi data, data yang di peroleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,

untuk itu maka perlu di catat secara teliti dan rinci.Semakin lama peneliti

kelapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, komplek dan rumit.

Untuk itu perlu segera di lakukan analisis data melalui reduksi data.

Adapun data yang peneliti reduksikan meliputi sejarah SDN 1 Jarak Siman

Ponorogo, Problematika dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SDN 1

Jarak Siman Ponorogo, serta solusi yang dilakukan guru dalam mengatasi

problematika tersebut.

2. Display/penyajian data, setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya

adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam

hal ini Miles dan Huberman menyatakan “Yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks

yang bersifat naratif”. Adapun data yang peneliti sajikan meliputi

bagaimana problematika yang dihadapi guru dalam meningkatkan

16 Sugiyono, Metode Penelitian Kuntitatif, Kualitatif dan R & D, cet. 19 (Bandung:

Alfabeta, 2013), 246.

Page 19: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

13

kedisiplinan siswa dan bagaimana solusi yang dilakukan guru dalam

menangani problematika tersebut

3. Mengambil kesimpulan/verifikasi, langkah ketiga dalam analisis data

kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal

yang di kemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

di temukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikut. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada

tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat

peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

di kemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.17 Adapun data yang

peneliti simpulkan meliputi segala problematika yang di hadapi guru

dalam meningkatkan kedisiplinan dan bagaimana solusi yang dilakukan

guru dalam menanggani problematika tersebut.

I. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbarui dari konsep

kesahihan validitas dan keandalan realibilitas.18 Dalam keabsahan data

diadakan pengecekan denagn teknik :

a. Pengamatan yang Tekun

Ketekunan pengatan yangdimaksud dalam penelitian ini adalah

menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan

dengan persoalan dan isu yang sdang dicari.

17 Ibid, 247-252. 18Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 171-177.

Page 20: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

14

b. Pengecekan Sejawat

Yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh

dalm bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.

c. Kecukupan Referensial

Referensi yang cukup adalah sebagai alat untuk menampung dan

menyesuaikan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi, yaitu dengan

menyimpan informasi yang tidak direncanakan sebagai alternative juka

berhalangan tidak tersedia alat rekam suara.

Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan atau yang

memanfaatkan sesuatu yang diluar data atau untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada 4 triangulasi sebagai titik

pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik

dan teori.19 Dari sini hal yang ingin dapat dicapai peneliti dengan jalan :

1) Membandingkan data hasil mpengamatan dengan data hasil

wawancara.

2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya.

4) Membandingkan hasilwawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan

19 Ibid, 178

Page 21: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

15

J. Tahapan -Tahapan Penelitian

Tahap-tahap peelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan di tambah

dengan tahap akhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil

penelitian. tahap-tahap penelitian tesebut adalah:

1. Tahap pra lapangan, yang meliputi: menyusun rancangan penelitian,

memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai

keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan

perlengkapan penelitian dan persoalan etika penelitian:

2. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi: memahami latar penelitian dan

persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil

mengumpulkan data.

3. Tahap analisis data,20

4. Tahap penulisan hasil laporan penelitian.

K. Sistematika Pembahasan

Sitematikan pembahasan pada penelitian kualitatif ini terdiri lima bab

yang berisi:

Bab satu merupakan awal pembahasan skripsi yang terdiri dari : latar

belakang masalah rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab dua berisi landasan teori atau telaah pustaka yang berisi tentang

landasan teori tentang peran guru dalam mendisiplinkan peserta didik,

20 Suwandi, Memahami Penelitian Kwalitatif , 84-91.

Page 22: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

16

kedisiplinan, pengertian disiplin, macam-macam disiplin, factor yang

mempengaruhi disiplin, teknik dalam pembinaan disiplin siswa, dan factor

yang berpengaruh dalam pembentukan kedisiplinan.

Bab tiga, merupakan paparan data hasil penelitian yang terdiri dari latar

belakang obyek penelitian yang meliputi : sejarah berdirinya, letak geografis

SDN 1 Jarak Siman Ponorogo.

Bab empat, merupakan hasil analisis masalah yang meliputi analisis

tentang : problematika yang dijumpai guru dalam meningkatkan kedisiplinan,

faktor-faktor pengaruh munculnya problem kedisiplinan di SDN 1 Jarak,

Siman, Ponorogo, serta analisis tentang upaya yang dilakukan guru dalam

meningkatkan kedisplinan.

Bab kelima penutup, yang berisi kesimpulan dan saran, bab ini

dimaksudkan agar pembaca dan penulis mudah dalam melihat inti hasil

peneliti.

Page 23: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

17

BAB II

KAJIAN TEORI DAN TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU

A. Kajian Teori

1. Kedisiplinan

a. Pengertian Disiplin

Istilah disipin berasal dari bahasa Latin “Diciplina” yang

dipakai dalam kegiatan belajar mengajar di lingkungan pendidikan dan

istilah tersebut juga dipakai dalam bahasa inggris yakni “Disciple”

yang mempunyai arti patuh kepada seorang pemimpin. Ketika ini

dikaitkan dengan kegiatan belajar mengajar maka ada unsur bawahan

yaitu siswa yang harus patuh dengan berbagai peraturan-peraturan

yang telah dibuat oleh lembaga atau lebih pada pemimpin yang mana

disini adalah guru pengajar.1

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin diartikan

dengan tata tertib dan ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau

tata tertib.2

Sementara itu, The Liang Gie sebagaimana dikutip

mengartikan disiplin sebagai suatu keadaan tertib yang mana orang-

orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-

peraturan yang telah ada dengan senang hati.3

1Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi siswa (Jakarta: PT Grasindo,

2004), 30-31. 2Hasan Alwi et.al, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 268.. 3Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas ; Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan Kelas

yang Kondusif, 159.

Page 24: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

18

Berdasarkan penjelasan di atas disiplin merupakan nilai yang

berkaitan dengan pengendalian diri terhadap aturan yang berlaku.

Disiplin terbentuk melalui kesadaran maupun paksaan dengan

menggunakan hukuman. Melalui disiplin diharapkan terbentuk moral

yang baik dan keteraturan.

b. Macam-macam Disiplin

Ada tiga macam disiplin yaitu:

1) Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritarian. Menurut

kacamata konsep ini, peserta didik di sekolah dikatakan

mempunyai disiplin tinggi manakala mau duduk tenang sambil

memperhatikan uraian guru ketika sedang mengajar. Peserta didik

diharuskan mengiyakan saja terhadap apa yang dikehendaki guru,

dan tidak boleh membantah. Dengan demikian, guru bebas

memberikan tekanan kepada peserta didik, dan memang harus

menekan peserta didik. Dengan demikian, peserta didik takut dan

terpaksa mengikuti apa yang diinginkan oleh guru.

2) Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive. Menurut

konsep ini, peserta didik haruslah diberikan kebebasan seluas-

luasnya di dalam kelas dan sekolah. Aturan-aturan di sekolah

dilonggarkan dan tidak perlu mengikat kepada peserta didik.

Peserta didik dibiarkan apa saja sepanjang itu menurutnya baik.

Page 25: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

19

3) Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan

yang terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Disiplin

demikian, memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada peserta

didik untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan ia,

haruslah ia tanggung. kebebasan jenis ketiga ini juga lazim dikenal

dengan kebebasan terbimbing.4

c. Tujuan Kedisiplinan

Secara umum tujuan disiplin adalah mendidik seseorang agar

dapat mengembangkan diri untuk melatih anak mengatur dirinya dan

bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri sehingga menjadi pribadi

kearah tidak ketergantungan dan mengikuti segala peraturan. Di

sekolah, disiplin diri peserta didik bertujuan untuk membantu

menemukan diri, mengatasi, dan mencegah timbulnya problem-

problem disiplin, serta berusaha menciptakan suasana yang aman,

nyaman, dan menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga

mereka menaati segala peraturan yang ditetapkan.5

Menurut Maman Rachman sebagaimana dikutip oleh Ngainun

Naim tujuan disiplin sekolah ada empat, yaitu:

1) Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak

menyimpang.

2) Mendorong siswa melakukan yang baik dan benar

4Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2012), 173-174. 5Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, 26.

Page 26: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

20

3) Membantu siswa memahami diri dengan tuntutan lingkungannya

dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah.

4) Siswa belajar hidup dengan kebiasaan- kebiasaan yang baik dan

bermanfaat baginya serta lingkungannya.6

Sehingga dalam menanamkan disiplin guru bertanggung jawab

mengarahkan dan berbuat baik, menjadi contoh sabar, dan penuh

pengertian. Guru harus mampu mendisiplinkan peserta didik dengan

kasih sayang, terutama disiplin diri (self-discipline). Untuk

kepentingan tersebut, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai

berikut:

a) Membantu peserta didik mengembangkan pola perilaku untuk

dirinya.

b) Membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya.

c) Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk

menegakkan disiplin.7

Disiplin diri merupakan suatu siklus kebiasaan yang kita

lakukan secara berulang-ulang dan terus menerus secaara

berkesinambungan sehingga menjadi suatu hal yang bisa kita lakukan.

Sikap disiplin dapat mengantarkan seseorang pada jalan kesuksesan,

6Naim, Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu

& Pembentukan Karakter Bangsa, 147-148. 7Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, 123.

Page 27: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

21

karena orang yang berdisiplin akan bersikap teguh dalam menjalani

niat dan cita-cita yang ingin diraihnya.8

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan

Adapun faktor yang mempengaruhi kedisiplinan adalah sebagai

berikut:

1. Faktor Dalam (Intern)

Faktor dari dalam ini berupa kesadaran dalam diri seseorang

yang mendorong seseorang tersebut untuk menerapkan disiplin

pada dirinya sendiri.

2) Faktor Luar (Ekstern)

Faktor dari luar ini berasal dari selain faktor dalam, yakni

meliputi:

a) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga ini sangat penting terhadap perilaku

seseorang termasuk tingkat kedisiplinannya. Karena keluarga

disini merupakan lingkungan yang paling dekat pada diri

seseorang dan tempat pertama kali seseorang berinteraksi.

Ki Hajar Dewantara dalam Moh. Shochib menyatakan

bahwa keluarga merupakan “pusat pendidikan” yang pertama

dan terpenting karena sejak timbulnya adab kebiasaan sampai

kini, keluarga selalu mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti

8 Muwafik Saleh, Membangun Karakter Dengan Hari Nurani (Jakarta: Erlangga, 2012),

297.

Page 28: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

22

tiap-tiap manusia. Sehubungan dengan ini, disiplin diri sangat

diperlukan bagi anak agar ia memiliki budi pekerti yang baik.

Bantuan yang diberikan oleh orang tua adalah lingkungan

kemanusiaan yang yang disebut pendidikan disiplin diri.9

b) Lingkungan Sekolah

Selain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga

mempengaruhi kedisiplinan seorang anak. Di sekolah banyak

cara yang dilakukan dalam menegakkan kedisiplinan. Misalnya

melalui kegiatan upacara yang dilakukan setiap hari tertentu

kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan kebersihan dan

potong kuku, pengecekan ketertiban sikap dalam mengikuti

upacara dapat digunakan sebagai upaya penegakan

kedisiplinan.10

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Disiplin

1) Teladan

Perbuatan dan tindakan kerap kali lebih besar pengaruhnya

dibandingkan dengan kata-kata. Karena itu, contoh dan teladan

disiplin dari atasan, keala sekolah, dan guru-guru, serta penata

usaha sangat berpengaruh terhadap disiplin para siswa. Mereka

lebih mudah meniru apa yang mereka lihat, dibandingkan apa yang

9Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua untuk Membantu Anak Mengembangkan Disiplin

Diri (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), 10. 10M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa

(Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), 46.

Page 29: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

23

mereka dengar. Disini factor telaadan disiplin sangat penting bagi

disiplin siswa.

2) Lingkungan berdisiplin

Seseorang juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Bila

berada dilingkungan berdisiplin, seseorang dapat terbawa oleh

lingkungan tersebut. Salah satu cirri manusia adalah kemampuan

beradaptasi dengan lingkungan. Dengan potensi adaptasi ini, ia

dapat mempertahankan hidupnya.

3) Latihan berdisiplin

Disiplin dapat dicapai dan dibentuk melalui proses latihan dan

kebiasaa. Artinya, melakukan disiplin secara berulang-ulang dan

membiasakan dalam praktek-praktek disiplin sehari-hari. Dengan

latihan dan membiasakan diri, disiplin akan terbentuk dalam diri

siswa. Disiplin telah menjadi kebiasaan.11

f. Teknik Pembinaan dan Penerapan Disiplin di Sekolah

Ada teknik dalam membina disiplin

1) Teknik external control

Dalam proses pembinaan disiplin suatu kelas, guru dapat

mempergunakan teknik external control, yaitu mengendalikan dari

luar berupa bimbingan atau pengawasan. Peserta didik di dalam

kelas senantiasa terus diawasi dan dikontrol agar tidak terbawa

11 Tulus Tu’u, Peran Disiplin, 42-43.

Page 30: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

24

dalam kegiatan-kegiatan yang destruktif dan tidak produktif. Yang

perlu diperhatikan, bahwa dalam menggunakan teknik ini

hendaklah disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik.

Menurut teknik ini, peserta didik di dalam kelas harus

terus-menerus didisiplinkan dan jika perlu ditakuti dengan

hukuman dan hadiah. Hukuman diberikan kepada peserta didik

yang tidak disiplin di dalam kelas, sedangkan hadiah diberikan

kepada peserta didik yang berdisiplin di dalam kelas.

2) Teknik internal control

Teknik internal control merupakan kebalikan dari teknik

external control. Teknik internal control mengusahakan agar

peserta didik dapat mendisiplinkan diri sendiri di dalam kelas.

Dalam teknik ini, peserta didik diajarkan akan pentingnya disiplin.

Sesudah peserta didik sadar, ia akan mawas diri serta berusaha

mendisiplinkan diri sendiri. Jika teknik kini dikembangkan dengan

baik, akan mempunyai kekuatan yang lebih hebat dibandingkan

dengan Teknik external control. Kunci sukses penerapan teknik ini

adalah ada pada keteladanan guru dalam berdisiplin.

3) Teknik cooperative control

Dalam teknik cooperative control ini antara guru dengan

peserta didik harus bekerja sama dengan baik dalam menegakkan

disiplin di dalam kelas. Guru dan peserta didik lazimnya membuat

semacam kontrak perjanjian yang berisi aturan-aturan kedisiplinan

Page 31: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

25

yang harus ditaati bersama, sanksi-sanksi atas ketidakdisiplinan

juga dibuat serta ditaati bersama.

Kontrak perjanjian ini sangatlah penting karena dengan cara

demikian guru dan peserta didik dapat bekerja sama dengan baik.

Kerja sama tersebut akan membuat peserta didik merasa dihargai.

Oleh karena itu dalam pembinaan disiplin kelas yang baik, harus

ada kerjasam guru dan siswa dalam mengendalikan situasi kelas ke

arah tujuan pembelajaran yang bersangkutan.12

Dengan adanya teknik pembiasaan dan penerapan disiplin

di kelas seperti yang telah diuraikan di atas diharapkan mampu

menumbuhkembangkan kedisiplinan bagi diri siswa. Dengan

adanya praktek yang dilakukan siswa dalam disiplin, siswa akan

terlatih dalam mengendalikan diri sehingga pada akhirnya akan

terbentuk disiplin itu sendiri.

2. Peran Guru

a. Pengertian Guru

Dalam bahasa Arab, guru dikenal dengan al-mu’alim atau al-

ustadz yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim (tempat

memperoleh ilmu). Dengan demikian, al-mualim atau al-ustadz, dalam

hal ini juga mempunyai pengertian orang yang bertugas membangun

aspek spritualitas manusia.

12Mulyadi, Classroom Manajemen Mewujudkan Suasana Kelas yang Menyenangkan bagi

Siswa, 131-132.

Page 32: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

26

Guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator

sehingga siswa dapat belajar dan atau mengembangkan potensi dasar

dan kemampuannya secara optimal melalui lembaga pendidikan

sekolah, baik yang didirikan oleh pemerintah atau swasta13.

Hal ini dipertegas dalam Undang-Undang nomor 14 tahun

2005 tentang guru dan dosen, Bab 1 pasal 1 ayat 1, bahwa yang

dimaksud dengan guru adalah: pendidik profesional yang memiliki

tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia

dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan

menengah.14

Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan

identifikasi bagi peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu,

guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, mencakup

tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.15

Jadi guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung

jawab dalam mendidik, mengajara, dan membimbing peserta didik

agar dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat

kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.16

13Suparlan, Menjadi Guru Efektif, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008), 12-13. 14 Chaerul Rochman Dan Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru

(Bandung: Nuansa Cendikia, 2012), 25. 15Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan (Yogjakarta:Pustaka Pelajar, 2009), 23. 16 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 15.

Page 33: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

27

1). Peran Guru

Menurut Oemar Hamalik banyak peranan guru atau siapa

saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua peranan

akan diuraikan dibawah ini:

a) Peran guru sebagai pengajar

Guru bertugas memberikan pengajaran didalam

sekolahan (kelas). Ia menyampaikan pelajaran agar murid

memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah

disampaikan itu. Selain itu juga harus berusaha agar terjadi

perubahan sikap, keterampilan, kebiasaan hubungan sosial,

apresiasi dan sebagainya melalui pengajaran yang diberikan.

b) Guru sebagai pembimbing

Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid

mereka agar mampu menemukan masalahnya sendiri,

memecahkan masalahnya sendiri, dan menyesuaikan diri

dengan lingkungan. Murid-murid membuutuhkan bantuan

guru dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi,

kesulitan pendidikan, kesulitan memilih pekerjaan, kesulitan

dalam hubungan sosial dan interperpersonal. Karena itu guru

perlu memahami dengan baik teknik bimbingan kelompok

maupun individual.

Page 34: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

28

c) Guru sebagai pemimpin

Peranan sebagai pemimpin menuntut kualifikasi

tertentu: antaralain kesanggupan menyelenggarakan

kepemimpinan, seperti: merencanakan, melaksanakan,

mengorganisasi, mengkoordinasi kegiatan, mengontrol dan

menialai sejauh mana rencana telah terlaksana. Selain itu,

guru harus punya jiwa kepemimpinan yang baik, seperti:

hubungan sosiaol, kemampuan berkomunikasi, humor, tegas,

dan bijaksana.

d) Guru sebagai ilmuwan

Guru dipandang sebagai orang yang paling

berpengetahuan. Dia bukan saja berkewajiban

mengembangkan pengetahuan dan terus menerus memupuk

pengetahuan yang telah dimilikinya.

e) Guru sebagai pribadi

Guru wajib berusaha memupuk sifat-sifat pribadi yang

disenangi sendiri (itern) dan mengembangkan sifat-sifat

pribadi yang disenangi oleh pihak luar (ekstern). Tegasnya

bahwa setiap guru perlu sekali memiliki sifat-sifat pribadi,

baik untuk kepentingan jabatannya maupun untuk

kepentingan dirinya sendiri sebagai warga negara

masyarakat.17

17Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta:Bumi Aksara, 2012),124-127.

Page 35: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

29

Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah peranan guru ada

13 antara lain:

1) Korektor

Sebagai korektor guru harus bisa membedakan antara nilai

yang baik dan buruk. Semua nilai yang baik harus guru

pertahankan dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari

jiwa dan watak anak didik. Bila guru membiarkannya, berarti guru

telah mengabaikan peranannya sebagai korektor, yang menilai dan

megoreksi semua sikap, tingkah laku dan perbuatan anak didik.

2) Inspirator

Sebagai inspirator, giru harus dapat memberikan . ilham yang

baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah

masalah anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk

(ilham) bagaimana car belajar yang baik.

3) Informator

Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Informasi yang

baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan dari guru adalah

racun bagi anak didik. Menjadi informasi yang baik dan efektif,

penguasaan bahasalah kuncinya.

4) Organisator

Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang

diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan

Page 36: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

30

pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolaha,

menyusun kalender akademik, dan sebagainya.

5) Motivator

Sebagai organisator, guru hendaknya mendorong anak didik

agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan

motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang

melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun

perestasinya. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan

memperhatikan kebutuhan anak didik.

6) Inisiator

Dalam peranannya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi

pencetus ide-ide kemajuian pendidikan dan pengajaran.

Kompetensi guru harus diperbaiki, keterampilan penggunaan media

pendidikan dan pengajaran harus diperbarui sesuai kemajuan media

komunikasi dan informasi abad ini.

7) Fasilitator

Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan

fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak

didik. Sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang

menyenangkan bagi anak didik

8) Pembimbing

Peranan guru yang tak kalah penting dari semua peranan

adalah pembimbing. Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena

Page 37: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

31

kehadiran guru disekolah adalah untuk membimbing anak didik

menjadi manusia dewasa susila yang cakap. Tanpa bimbingan,

anak didik akan mengalami kesulitan dalam mengahadapi

perkembangan dirinya.

9) Demonstator

Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat

dipahami anak didik. Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami

anak didik, guru harus berusaha dengan membantunya, dengan cara

mempragakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga apa

yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak.

10) Pengelola kelas

Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola

kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua

anak didik dan dalam rangka menerima pelajaran dari guru. Kelas

yang terlalu padat dengan anak didik, pertukaran udara yang

kurang, penuh kegaduhan, lebih banyak tidak menguntungkan bagi

terlaksananya interaksi edukatif yang optimal.

11) Mediator

Sebagai mediator guru hendaknya, memiliki pengetahuan dan

pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai

bentuk dan jenisnya, baik media nonmaterial maupun materil.

Media berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan

proses interaksi edukatif.

Page 38: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

32

12) Supervisor

Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu

memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran.

Teknik-teknik supervisor bukan hanya karena posisi atau

kedudukan yang ditempatinya, akan tetapi kerena pengalamannya,

pendidikannya, kecakapannya, atau keterampilan yang dimilikinya

atau karena memiliki kepribadian yang menonjol.

13) Evaluator

Sebagai evaluator, guru ditintut untuk menjadi seorang

evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penialian yang

menyentuk aspek ekstrinsik dan instrinsik. Penilaian terhadap

aspek instrinsik lebih menyentuh pada aspek nilai (values).

Penilaian terhadap kepribadian anak didik tentu lebih diutamakan

daripada penilaian terhadap jawaban anak didik ketika diberikan

tes18.

14) Pengawas

Sebagai pengawas guru harus senantiasa mengawasi seluruh

perilaku peserta didik, terutama pada jam-jam efektif sekolah,

sehingga kalau terjadi pelanggaran terhadap disiplin harus segera

diatasi.19

18Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, 43-48. 19 Mulyasa, Standar kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2008), 126.

Page 39: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

33

15) Penasehat

Guru sebagai penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang

tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai

penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk

menasehati orang. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan

kebutuhan untuk membuat keputusan, dan dalam prosesnya akan

lari kepada gurunya. Peserta didik akan menemukan sendiri dan

secara mengherankan, bahkan mungkin menyalahkan apa yang

ditemukannya, serta akan mengadu kepada guru sebagai orang

kepercayaannya.20

3. Peran guru dalam Mendisiplinkan Peserta Didik

Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian

materi pembelajaran, tetapi lebih dari itu, guru harus membentuk

kompetensi dan peribadi peserta didik. Oleh karena itu, guru harus

senantiasa mengawasi perilaku peserta didik, terutama pada jam-jam

sekolah, agar tidak terjadi penyimpangan perilaku atau tindakan yang

indisiplin. Untuk kepentingan tersebut, dalam rangka mendisiplinkan

peserta didik guru harus mampu menjadi pembimbing, contoh atau

teladan, pengawas, dan pengendali seluruh perilaku peserta didik.

Sebagai pembimbing, guru harus berupaya untuk membimbing dan

mengarahkan perilaku peserta didik ke arah yang positif, dan

20 M. Walid Mudri, “Kompetensi dan Peranan Guru dalam Pembelajaran,” Vol. 1 No. 1,

(Maret 2010) 119.

Page 40: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

34

menunjukkan pembelajaran. Sebagai contoh atau teladan, guru harus

memperlihatkan perilaku disiplin yang baik kepada peserta didik, karena

bagaimana peserta didik akan berdisiplin kalau gurunya tidak

menunjukkan sikap disiplin. Sebagai pengawas, guru harus senantiasa

mengawasi seluruk perilaku peserta didik, terutama pada jam-jam efektif

sekolah, sehingga kalau terjadi pelanggaran terhadap disiplin dapat segera

diatasi. Sebagai pengendali, guru harus mampu mengendalikan seluruh

perilaku peserta didik di sekolah. Dalam hal ini guru harus mampu secara

efektif menggunakan alat pendidikan secara tepat waktu dan tepat sasaran,

baik dalam memberikan hadiah maupun hukuman terhadap peserta didik.21

Disiplin di sekolah merupakan disiplin dalam menaati aturan-

aturan atau tata tertib yang ada di sekolah. Beberapa contoh disiplin di

sekolah misalnya : datang tepat waktu, berpakaian sesuai dengan tata

tertib, tepat waktu dalam mengumpulkan tugas, disiplin sikap, dan lain

sebagainya. Upaya yang dilakukan sekolah untuk menanamkan karakter

dan nilai disiplin melibatkan peran dari semua komponen yang ada di

sekolah baik dari kepala sekolah, guru, siswa, serta semua pihak yang ada

di sekolah. Selain itu adanya aturan-aturan atau tata tertib yang mengikat

akan mendukung terbentuknya karakter disiplin. Namun demikian

pelaksanaan aturan-aturan tersebut tetap memerlukan pengawasan agar

tetap berjalan secara kontinu.

21 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009),

173.

Page 41: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

35

B. Telaah Hasil Penelitian terdahulu

Selain peneliti telah menjelaskan landasan teori yang dipakai

sebagaimana tersebut diatas, peneliti juga melakukan telaah pustaka terhadap

hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan. Yang mana sebagai berikut :

Yang pertama peneliti mengambil dari skripsi terdahulu dengan

penyusunnya adalah Mohamad Sofi, NIM : 210308039, Jurusan Tarbiyah

Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo, dengan judul

“Upaya meningkatkan kedisiplinan murid kelas VII dan VIII melalui

kegiatan kepramukaan di Madrasah Tsanawiyah Darul Huda Mayak

Tonatan Ponorogo tahun ajaran 2011-2012”. Adapun hasil penelitian ini

adalah (a) Pelaksanaan kegiatan kepramukaan di Madrasah Tsanawiyah

Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo berjalan cukup baik sudah

terorganisasi dengan cukup baik dan kegiatan yang diagendakan bisa

berjalan dengan baik. (b) Upaya-upaya yang dilakukan untuk

meningkatkan kedisiplinan murid kelas VII dan VIII melalui kegiatan

kepramukaan diantaranya adalah : pemberian materi kepramukaan,

memberikan keteladanan, peraturan, pemberian hukuman, upacara,

perkemahan, penjelajahan, Gladian Pimpinan Regu, dan pelantikan.

Yang kedua peneliti mengambil skripsi terdahulu yang disusun oleh

Ali Mustofa, NIM 243042008, dengan judul Upaya peningkatan

kedisiplinan siswa melalui scoring (studi kasus di SMKN 1 Badegan

Ponorogo tahun pelajaran 2008-2009). Adapun hasil penelitian ini adalah

(a) Dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah, pikah SMKN 1

Page 42: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

36

Badegan Ponorogo menerapkan sistem scoring, yaitu pemberian skor pada

setiap pelanggaran. Hasil dari penerapan scoring ini dapat dirasakan oleh

SMKN 1 Badegan, yaitu dengan adanya sistem tersebut pihak guru dan

staf lebih bertanggung jawab serta lebih aktif. Pihak siswa juga lebih

disipin sehingga dalam mengikuti proses belajar mengajar bisa lebih focus.

(b) Sistem scoring di SMKN 1 Badegan meningkatkan kedisiplinan siswa.

Siswa di SMKN 1 Badegan sangat mentaati peraturan sekolah karena

adanya system scoring. (c) Pelaksanaan scoring di SMKN 1 badegan ini

menjadi tanggung jawab sekolah secara umum tetapi secara khusus dan

structural ini menjadi tanggung jawab BP, team tatib, dan wali kelas.dan

yang mendukung system scoring ini adalah semua pihak termasuk orang

tua, wali siswa, dan masyarakat sekitar sekolah.

Yang ketiga peneliti mangambil telaah penelitian terdahulu dari

skripsi dari Nofia Nur Laili dengan judul Upaya Kepala Madrasah dalam

Meningkatkan Kedisiplinan Peserta Didik di MI Tholabiyah Ngeterp

Jiwan Madiun Th. Pelajaran 2013/2014. Adapun hasil kesimpulannya

adalah (1) Proses pembentukan keisiplinan peserta didik di MI Tholabiyah

adalah : (a) Sebuah upaya ditak akan terealisasikan tanpa usaha. (b)

Kepala madrasah dan guru berusaha memberikan contoh dan menjadi

tauladan. (c) Kepala madrasah sebagai orang yang bertanggung jawab

mengontrol guru dan siswa. (d) Kepala madrasah selalu member support

dan kritik saran yang mendukung. (2) Upaya kepala madrasah untuk

meningkatkan kedisiplinan siswa di MI Tholabiyah adalah : (a) Menyusun

Page 43: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

37

berbagai upaya dan program maupun peraturan yang sekiranya dapat

menumbuhkan disiplin. Upaya tersebut seperti : sholat berjamaah,

membiasakan berjabat tangan, menjaga kbersihan, proses KBM sesuai

jadwal, ekstrakurikuler, seragam beserta atribut, pemberian hukuman bagi

yang melanggar dan memberikan ganjaran bagi yang berprestasi, pelatihan

adzan, senam jum’at pagi, membaca Al-Qur’an sebelum KBM, dan

menjaga tata karma dan ketertiban dijalan. (b) Upaya dan program tersebut

disusun berdasarkan atas asas kegamaan, kedisiplinan, ketertiban,

kesehatan, akademis, non-akademis, dan social.

Adapun perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan

penelitian sebelumnya adalah jika penelitian yang dilakukan Mohammad

Sofi terfokus pada upaya dalam meningkatkan kedisiplinan melalui

kegiatan pramuka yang ada di Madrasah Tsanawiyah Darul Huda Mayak

Tonatan Ponorogo tahun ajaran 2011-2012, adapun pada penelitian ini

peneliti menekankan pada problem apa yang terjadi dalam mengupayakan

sebuah kedisiplinan pada siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri 01 Jarak,

kecamatan Siman, kabupaten Ponorogo, sehingga diharapkan semua siswa

pada SD Negeri 01 Jarak, kecamatan Siman, kabupaten Ponorogo mampu

melaksanakan semua peraturan dengan disiplin.

Sedangkan perbedaan penelitian Ali Mustofa dengan penelitian

yang peneliti lakukan adalah jika penelitian Ali Mustofa menekankan pada

pemberian scoring terhadap siswa SMKN 1 Badegan Ponorogo sebagai

upaya peningkatan kedisiplinan bagi siswa SMKN 1 Badegan Ponorogo

Page 44: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

38

dan sebagai efek jera terhadap pelanggaran yang dilakukan. Namun pada

penelitian yang peneliti lakukan lebih terfokus pada problematika apa yang

ditemui pendidik dalam menegakkan kedisiplinan di SD Negeri 01 Jarak,

kecamatan Siman, kabupaten Ponorogo, yang mana problematika tersebut

dapat teratasi dengan solusi yang ditawarkan peneliti dalam penelitian ini.

Dan perbedaan penelitian Nofia Nur Laili dengan penelitian yang

peneliti lakukan adalah jika penelitian Nofia Nur Laili membahas tentang

upaya yang dilakukan Kepala Sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan

peserta didik di MI Tholabiyah Ngeterp, Jiwan, Madiun tahun pelajaran

2013/2014 dengan memberikan contoh dan menjadi tauladan kepada siswa

MI Tholabiyah Ngeterp, Jiwan, Madiun tahun pelajaran 2013/2014.

Sedangkan dalam penelitian yang peneliti lakukan fokus pembahasannya

kepada menguraikan problem yang ditemui guru dalam upaya

meningkatkan kedisiplinan di SD Negeri 01 Jarak, Siman, Ponorogo,

sehingga adanya solusi dalam mengatasi problem tersebut dan

terwujudnya kedisiplinan di SD Negeri 01 Jarak, Siman, Ponorogo.

Page 45: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

39

BAB III

DESKRIPSI DATA

A. Deskripsi Data Umum

1. Sejarah Berdirinya

SDN I Jarak Siman Ponorogo berdiri atas persetujuan seluruh warga

desa Jarak. Karena letak desa yang jauh dari Sekolah Dasar dan mengingat

banyaknya anak yang membutuhkan pendidikan. Maka dari itu dengan

persetujuan seluruh elemen masyarakat didirikanlah sebuah Sekolah Dasar.

SDN I Jarak Siman Ponorogo didirikan atas dasar kurangnya

pendidikan umum di lingkup Desa Jarak, terutama pada pendidikan

keagamaan. Karena mengingat pentingnya Ilmu keagamaan sebagai bekal

hidup manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Selain itu

sebagai pedoman hidup yang tak lain adalah Al-Qur’an dan As-sunnah yang

merupakan dasar pembentuk iman dan taqwa manusia kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

2. Letak Geografis

Sekolah Dasar Negeri I jarak Siman ini terletak di Dusun Depok Desa

Jarak Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo, dan menempati area tanah

seluas 1600 m. Pembangunan gedungnya didirikan atas kerjasama yang baik

antara dinas atau pemerintah, tokoh masyarakat, para pendidik, BP3, serta

wali murid.

Page 46: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

40

Adapun letak geografis SDN I jarak Siman Ponorogo mempunyai

batas wilayah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan desa

Tranjang, sebelah selatan berbatasan dengan desa Kaponan, sebelah timur

berbatasan dengan hutan, dan sebelah barat berbatasan dengan sawah.

3. Visi dan Misi

a. Visi

“Mencetak Kader Bangsa yang Cerdas, Terampil, Berbudaya berdasarkan

Iman dan Taqwa”

b. Misi

1) Menanamkan keyakinan/aqidah melalui pengalaman ajaran agama.

2) Mengoptimalkan proses pembelajaran yang efektif dan

menyenangkan.

3) Mengembangkan pengetahuan sesuai dengan bakat dan minat siswa.

4) Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dengan

lingkungan.

5) Melaksanakan pembiasaan bersikap sopan dan santun.

6) Menjaga budaya hidup bersih dan sehat.

4. Keadaan Guru, Karyawan, dan Peserta Didik SDN I Jarak.

a. Keadaan guru di SDN I Jarak

Guru memegang peranan sangat penting pada semua lembaga

pendidikan karena guru adalah seseorang yang terlibat secara langsung

serta bertanggung jawab terhadap keberhasilan proses belajar mengajar.

Page 47: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

41

Sekolah yang berkualitas baik tidak terlepas dari para guru yang

profesional dalam mengajar anak didiknya, sehingga tujuan pendidikan

dapat tercapai dengan baik.

Data personalia SDN I Jarak secara keseluruhan berjumlah 9 orang

yang terdiri dari Kepala Sekolah, 3 guru laki-laki dan 5 guru perempuan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel I

No Nama Jabatan

1 Eni Suhartati,S.Pd, M.Pd Kepala Sekolah

2 Istiyah, S.Pd Guru Kelas VI

3 Umi Lestari, S.Pd, SD Guru Kelas V

4 Harto, S.Pd Guru Kelas IV

5 Pyma Ferdiana, S.Pd Guru Kelas III

6 Heni Purnamawati, S.Pd Guru Kelas II

7 Aluh Marlina, S.Pd Guru Kelas I

8 Zaenal Muhyi, S.Pd.I Guru PAI

9 Kharisma A M, S.Pd Guru Olah Raga

b. Keadaan karyawan SDN I Jarak

Untuk menjalankan proses belajar mengajar dalam menyukseskan

berjalanya proses pendidikan di SDN I Jarak Siman Ponorogo tidak hanya

mengandalkan dan dikelola tenaga guru saja namun juga para karyawan

Page 48: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

42

atau pegawai yang membantu dalam kelancaran proses pendidikan. Dalam

menjalankan tugas fungsi pokonya dari masing – masing tugas pegawai

harus menyelasikanya dengan baik, sukses dan lancar. Hal ini untuk

memperlancar dan mensukseskan kegiatan belajar mengajar dan pross

pendidikan di SDN I Jarak Siman Ponorogo.

Dari daftar pegawai/karyawan di SDN I Jarak tahun 2015/2016

terdapat 5 orang, yang terdiri dari 4 orang sebagai pegawai administrasi

dan 1 orang sebagai penjaga sekolah

c. Keadaan peserta didik SDN I Jarak

Peserta didik dapat diartikan oleh peneliti sebagai orang yang dididik

oleh guru melalui proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan.

Adapun keadaan siswa berdasarkan dokumen milik SDN I Jarak siman

tahun 2015/2016 berjumlah 85 siswa yang terdiri dari 48 siswa laki-laki

dan 37 siswa perempuan.

5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana infrastruktur merupakan komponen yang dapat

menentukan keberhasilan proses pendidikan. Dengan demikian maka proses

pendidikan seyogyanya harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang

memadai guna mensukseskan dan melancarkan proses belajar mengajar dalam

dunia pendidikan. Dalam rangka menunjang pelaksanaan proses belajar

mengajar di SDN I Jarak Siman Ponorogo memiliki fasilitas- fasilitas

(terlampir).

Page 49: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

43

B. Deskripsi Data Khusus

Berikut Peneliti paparkan deskripsi data hasil observasi dan wawancara di

SDN 1 Jarak Siman Ponorogo :

1. Problematika Kedisiplinan Siswa di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo

Kedisiplinan siswa khususnya dalam bidang pendidikan menjadi salah

satu faktor untuk mengapai sebuah keberhasilan. Meskipun hal tersebut tidak

menjadi acuan utama akan keberhasilan seseorang, akan tetapi nilai

kedisiplinan mempunyai makna yang begitu mendalam, khususnya dalam

bidang pendidikan. Berkaitan dengan kedisiplinan dalam bidang pendidikan

tersebut, tentunya faktor guru dan tempat belajar siswa juga mempengaruhi

terhadap kedisiplinan siswa. Sehingga dalam hal meningkatkan kedisiplinan

sebuah siswa dalam pendidikan tentunya akan ditemui problematika yang

menghambat meningkatnya kedisiplinan siswa. Seperti yang dipaparkan

dalam BAB II bahwa secara umum tujuan disiplin adalah mendidik seseorang

agar dapat mengembangkan diri untuk melatih anak mengatur dirinya dan

bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri sehingga menjadi pribadi kearah

tidak ketergantungan dan mengikuti segala peraturan. Di sekolah, disiplin diri

peserta didik bertujuan untuk membantu menemukan diri, mengatasi, dan

mencegah timbulnya problem-problem disiplin, serta berusaha menciptakan

suasana yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran,

sehingga mereka menaati segala peraturan yang ditetapkan. Penelitian dalam

problematika tersebut peneliti lakukan di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo.

Page 50: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

44

Berkaitan dengan hal diatas, peneliti melakukan wawancara dengan ES

selaku Kepala Sekolah SDN I Jarak, beliau memaparkan tentang problematika

yang ditemui guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak

Siman Ponorogo sebagai berikut :

“Di SDN 1 Jarak Siman ini banyak mas problematika dalam

kaitannnya peningkatan kedisplinan siswa, diantaranya adanya siswa yang

sering tidak mengkuti upacara pada hari senin. Terus ada siswa yang

bermain diluar kelas pada waktu KBM. Banyak siswa yang tidak masuk

sekolah tanpa keterangan. Siswa juga sulit diatur dan lebih banyak

membantah peringatan, nasehat dan ajakan dari guru, sehingga tidak

disiplinnya siswa menyebabkan kurang efektifnya kegiatan belajar

mengajar.”1

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan Pak H selaku

Penanggung Jawab bagian kesiswaan, beliau menjelaskan, bahwa :

“Problematika yang ada di SDN 1 Jarak Siman ini banyak mas, siswa

sering membuat gaduh, sehingga akibatnya menganggu kegiatan belajar

mengajar. Selain itu, banyak siswa yang tidak menaati peraturan sekolah,

seperti halnya, siswa wajib datang sebelum pukul 07.00, dan rata-rata hal

ini terjadi pada siswa kelas V. Kadang juga siswa tidak membawa mata

pelajaran yang harus dia pelajarai hari ini, ini berarti ada keteledoran,

selain itu banyak siswa yang tidak mau belajar kelompok, mengerjakan pr,

akhirnya di sekolah siswa tersebut tertinggal dari teman-temannya yang

lain, belum lagi siswa yang kadang kala juga ikut-ikutan temannya, malas

untuk ikut kegiatan-kegiatan yang sudah di jadwalkan oleh sekolah.

Sehingga mereka banyak menyepelekan waktu dan kegiatan belajar

mengajar di SDN 1 Jarak Siman.”2

Disamping kepala sekolah dan penanggung jawab bagian kesiswaan.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Pak ZM selaku guru Agama di

SDN 1 Jarak Siman, beliau menjelaskan, bahwa :

1 Lihat Transkip Wawancara No. 01/1-W/9-IX/2016 2 Lihat Transkip Wawancara No. 02/2-W/16-IX/2016

Page 51: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

45

”Problematika yang ada di SDN 1 Jarak Siman ini kurang lebih mungkin

sama dengan yang ada disekolah-sekolah yang lain. Seperti siswa tidak bisa

masuk tepat waktu, banyak siswa sering membuat gaduh, siswa kurang punya

rasa semangat untuk belajar, juga banyak siswa yang tidak memperhatikan

kegiatan-kegiatan yang ada disekolah pula. Berhubung saya disini berada

dalam kegiatan keagamaan, yang saya ketahui selama ini masih banyak siswa

yang belum menaati aturan-aturan sekolah, dimana disekolah ini kami ajarkan

adanya sholat dhuha berjamaah, tapi banyak siswa lebih memilih bermain

daripada mengikuti sholat dluha berjamaah tersebut. Itu baru contoh kecilnya

saja, belum ketika di dalam kelas membuat gaduh, sering bertengkar dengan

teman, tidak mengerjakan tugas rumah, tidak mau belajar dirumah dengan

teman, begitu pula kadang kalau ada pelajaran tambahan tidak mengikuti,

tentunya kurang disiplinnya siswa dalam hal ini akan berakibat kepada siswa

sendiri”3.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Problematika Kedisiplinan

Siswa di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo

Sebuah problematika yang muncul dalam peningkatan kedisiplinan

siswa tentunya tidak serta merta muncul begitu saja, namun problematika

tersebut ada karena adanya faktor-faktor baik secara internal maupun secara

eksternal. Faktor-faktor yang berasal dari internal maupun eksternal

mempunyai pengaruh besar terhadap upaya guru untuk meningkatkan

kedisiplinan siswa. Dengan adanya problematika tersebut berpengaruh

terhadap efektivitas dan keberhasilan guru serta sekolah dalam menjalankan

program kegiatan belajar mengajar, sehingga menghambat perkembangan

siswa untuk mencapai hasil yang menjadi target dalam kegiatan belajar

mengajar tersebut. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya

problematika dalam peningkatan kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak Siman

3 Lihat Transkip Wawancara No. 03/3-W/21-IX/2016

Page 52: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

46

Ponorogo. Sebagaimana yang dijelaskan oleh ES selaku Kepala Sekolah SDN

I Jarak.

“Faktor-faktor yang menghambat dalam penigkatan kedisiplinan siwa

itu ada yang dari luar dan dari dalam. Yang dari luar seperti kurangnya

perhatian dari pihak keluarga dan masyarakat terhadap siswa untuk

berdisiplin, pengaruh teman bermain, kurangnya keteladanan dari

guru. Ya intinya pengaruh dari lingkungan, baik keluarga, sekolah,

dan masyarakat. Dan juga kurangnya perhatian dari Dinas Pendidikan.

Sedangkan yang dari dalam itu tidak ada kesadaran pada diri siswa itu

sendiri tentang kedisiplinan.”4

Selain mengali informasi dari kepala sekolah, peneliti juga melakukan

wawancara dengan pak Harto, beliau menjelaskan :

“Adanya problematika dalam meningkatkan sebuah kedisplinan siswa

tentu tidak dapat dipungkiri adanya perkembangan zaman yang

semakin hari semakin maju. Sayangnya hal ini tidak didukung oleh

keadaan pendidikan karakter yang ada, sehingga banyak sekali anak

yang tidak begitu baik cermin akhlaknya. Hal ini bisa dilihat dari

adanya problematika yang ada di SDN 1 Jarak Siman ini. Dalam

pengamatan saya sebagai penanggung jawab bagian kesiswaan faktor

yang menjadikan penghambat kedisplinan siswa itu antara lain

perkembangan tekhnologi, seperti playstation, Hp, dan Televisi,

pengaruh teman bermain, kurangnya peran dari pihak keluarga, kurang

komunikasi antara wali kelas dan wali murid/keluarga. Kurangnya

keteladanan dari guru. Kurangnya pembiasaan-pembiasaan pada siswa

untuk berdisiplin.”5

Pak ZM selaku guru agama di SDN 1 Jarak Siman juga mempunyai

penjelasan tersendiri mengenai faktor yang menyebabkan adanya

problematika peningkatkan kedisiplinan siswa, yaitu :

“Jadi begini, faktor itu biasanya juga tidak jauh dari siswa sendiri.

Kalau dari pihak sekolah sebenarnya sudah berusaha untuk

memberikan pengertian terhadap siswa, supaya disiplin dalam segala

4 Lihat Transkip Wawancara No. 01/1-W/9-IX/2016 5 Lihat Transkip Wawancara No. 02/2-W/16-IX/2016

Page 53: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

47

hal, tidak hanya disiplin waktu, meskipun waktu itu jadi ukuran.

Dalam hal mengenai faktor yang menjadi penyebab adanya

problematika tersebut, dari sudat padang saya diantaranya kurangnya

pendidikan tambahan seperti TPA, TPQ, Dll, kurangnya penyadaran

dari pihak keluarga tentang keagamaan siswa, karena agama akan

berpengaruh dalam kedisiplinan, kurangnya motivasi dari pihak

sekolah, seperti poster-poster tentang kata-kata motivasi.”6

3. Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Di SDN 1 Jarak

Siman Ponorogo

Sebuah problematika yang muncul disebuah lembaga pendidikan formal

menjadi tanggung jawab dari kepala sekolah beserta guru, disatu sisi peran

guru sebagai pengawas harus dilaksanakan oleh setiap guru di sekolah, karena

yang menjadi pengawas tidak hanya kepala sekolah. Guru pun juga berperan

sebagai pengawas peserta didik disekolah. Upaya yang dilakukan guru di

SDN 1 Jarak Siman Ponorogo sebagai pengawas yaitu mengamati secara jeli

dan apabila ada yang melanggar langsung ditegur. Selain daripada itu guru

sebagai penasihat harus dapat memberikan contoh yang baik pada peserta

didik. Karena seorang guru yang baik harus bisa menjadi contoh yang baik,

agar peserta didik dapat menirukan hal kebaikan yang biasa dilakukan oleh

seorang guru. Misalnya datang ke sekolah tepat waktu. Berikut peneliti

paparkan upaya yang dilakukan oleh guru dalam kaitannya mengatasi

problematika peningakatan kedisiplinan siswa :

6 Lihat Transkip Wawancara No. 03/3-W/21-IX/2016

Page 54: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

48

Berkaitan dengan hal diatas, peneliti melakukan wawancara dengan ES

selaku Kepala Sekolah SDN I Jarak, beliau memaparkan tentang problematika

yang ditemui guru tentang upaya mengatasi problematika meningkatkan

kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo sebagai berikut :

“Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasai problematika

peningkatan kedisiplinan siswa tidak hanya tertumpu pada satu titik saja

yaitu guru. Namun, elemen-elemen yang ada di sekolah ini harus bekerja

sama, saling membantu dan punya peran vital yang sama, karena siswa

yang belajar disini menjadi tanggung jawab sekolah bukan hanya guru

ataupun kepala sekolah. Dalam rangka mengatasi problematika tersebut,

tentunya kami dari pihak sekolah selalu melakukan kontrol harian,

mingguan dan bulanan. Kontrol harian itu berupa catatan harian, apa saja

hal yang terjadi pada siswa setiap harinya, sedangkan mingguan adalah

evaluasi kami terhadap catatan ketidaksiplinan yang dilakukan oleh siswa

setelah ditegur, diberi peringatan bahkan dengan memberikan surat

pemberitahuan kepada orang tua. Tidak hanya secara harian dan

mingguan, kami juga melakukan kontrol bulanan, hal ini sebenarnya sama

dengan mingguan tadi kami hanya melihat dari bulan ke bulan bagaimana

perubahan terhadap tingkat kedisiplinan siswa.

Berbicara tentang upaya tentunya tidak hanya membahas tentang

upayanya apa, namun lebih kepada bentuknya, maksudnya wujud dari

upaya itu berupa tindakan dari sekolah, baik lewat kepala sekolah atau

guru secara langsung, namun juga bisa melalui pihak yang mempunyai

peran terhadap kedisiplinan siswa itu sendiri.

Tindakan-tindakan atau upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah

antara lain : pihak sekolah melalui guru melakukan upaya berupa, guru

harus on time (tepat waktu), kalau masuk jam 07.00 wib ya harus masuk

jam 07.00 wib, kalau istirahatnya jam 09.30 wib dan pulangnya jam 13.00

wib ya harus diterapkan hal demikian, dalam artian apa, kami melalui guru

yang mengajar dikelas memberikan pembelajaran tentang disiplinnya

sebuah waktu. Karena di SDN 1 Jarak Siman ini, banyak anak yang sering

datang ke sekolah tapi pada akhirnya dia sampai sekolah tetapi tidak

masuk kelas. Selain itu kami juga meminta kepada warga atau masyarakat

sekitar untuk ikut andil yaitu mengawasi siswa yang colut untuk

dilaporkan ke sekolah supaya cepat ditindak dan tidak menimbulkan

masalah kedisiplinan yang lebih besar lagi. Pihak sekolah juga meminta

kepada para orang tua untuk mengawasi dan aktif mengecek tugas-tugas

yang diberikan oleh guru kepada para siswa, supaya para siswa tersebut

tidak menggangap remeh tugas yang diberikan, sehingga mereka bisa

Page 55: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

49

sadar dan mempunyai rasa tanggung jawab yang pada akhirnya siswa bisa

disiplin dengan tugas-tugasnya.

Selain daripada itu, sekolah memberikan kegiatan-kegiatan yang

bertujuan untuk mendongkrak kesadaran diri tentang pentingnya

berdisiplin, seperti upacara hari Senin, mengadakan sholat dhuha

berjamaah, mewajibkan siswa untuk ikut pramuka, dan juga dengan

mengadakan ekstrakulikuler lain yang mendorong siswa untuk berdisiplin.

Selain itu sekolah selalu memberikan pengetahuan secara mendalam

tentang pentingnya kedisiplinan. Dan tidak lupa kami juga memberikan

sanksi terhadap siswa yang melanggar peraturan sekolah.”7

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan Pak H selaku

Penanggung Jawab bagian kesiswaan, beliau menjelaskan tentang upaya

mengatasi problematika kedisiplinan siswa tersebut. Hasil wawancara tersebut

adalah sebagai berikut :

“Mengenai upaya yang guru lakukan untuk mengatasi problematika

tersebut banyak mas. Diantaranya, guru bekerja sama dengan masyarakat

melalui sekolah yang dinaungi oleh kepala sekolah, menjalin kerja sama,

yaitu mengawasi para siswa yang datang ke sekolah tetapi tidak masuk ke

kelas dan lebih memilih bermain dengan temannya. Selain itu, para guru

juga dituntut untuk memberikan teladan berupa disiplin dalam mengajar

(waktu mengajarnya). Memberikan contoh tentang pentingnya menaati

sebuah aturan yang ada disekolah, semisal setiap hari diadakan sholat

dhuha berjamaah, berarti guru harus mau menjadi memberikan contoh

atau teladan kepada para siswa untuk sholat dhuha berjamaah, selain itu

ada pula tentang kegiatan ekstrakulikuler seperti halnya pramuka, dalam

pramuka ya diajarkan bagaimana harus disiplin tidak hanya pada waktu

saja, akan tetapi juga disiplin dalam perintah atau aturan yang ada. Para

guru juga menjalin hubungan dengan para wali murid, agar wali murid

juga ikut mengontrol anak-anaknya, baik selama dirumah ataupun di luar

rumah (ketika sekolah), semisal para orang tua harus bisa memberikan

pentingnya nilai-nilai yang ada dalam sebuah kedisiplinan,orang tua mau

memperhatikan dan perduli dengan kondisi anak-anaknya, semisal ketika

dirumah, belajarnya juga harus dikontrol, sehingga ketika ada tugas dari

guru siswa mau mengerjakan dan tidak menganggur ketika sudah masuk

kelas. Orang tua juga harus bisa menjelaskan dan mengarahkan, kenapa

harus berperilaku displin, semisal kalau gak mengikuti pelajaran

7 Lihat Transkip Wawancara No. 01/1-W/9-IX/2016

Page 56: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

50

matematika pada hari rabu, kamu nanti pada waktu ujian pasti gak bisa

menjawab soal-soalnya, karena pada waktu itu kamu tidak masuk dan

lebih memilih bermain dengan teman akhirnya kamu ketinggalan materi

yang harus dikuasai.”8

Disamping kepala sekolah dan penanggung jawab bagian kesiswaan.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Pak ZM selaku guru Agama di

SDN 1 Jarak Siman, beliau menjelaskan, bahwa :

“Problematika itu timbulnya tidak hanya dari faktor sekolah saja, jadi

upaya yang kami ambil diantaranya mewajibkan setiap siswa untuk

mengikuti sholat dhuha jika tidak mengikuti akan kami berikan sanksi,

memberikan anjuran dan motivasi kepada siswa untuk mengikuti kegiatan

non formal seperti TPA dan TPQ, mengadakan kerjasama dengan wali

murid untuk memberi wawasan tentang pentingnya disiplin. Mengadakan

evaluasi langsung dengan para guru, jajaran penting yang ada di sekolah,

masyarakat dan tentunya wali murid sendiri.”9

8 Lihat Transkip Wawancara No. 02/2-W/16-IX/2016 9 Lihat Transkip Wawancara No. 03/3-W/21-IX/2016

Page 57: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

55

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Analisa Terhadap Problematika Kedisiplinan Siswa di SDN 1 Jarak

Siman Ponorogo

Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian materi

pembelajaran, tetapi lebih dari itu, guru harus membentuk kompetensi dan

peribadi peserta didik. Oleh karena itu, guru harus senantiasa mengawasi

perilaku peserta didik, terutama pada jam-jam sekolah, agar tidak terjadi

penyimpangan perilaku atau tindakan yang indisiplin. Untuk kepentingan

tersebut, dalam rangka mendisiplinkan peserta didik guru harus mampu

menjadi pembimbing, contoh atau teladan, pengawas, dan pengendali seluruh

perilaku peserta didik.

Sebagai pembimbing, guru harus berupaya untuk membimbing dan

mengarahkan perilaku peserta didik ke arah yang positif, dan menunjukkan

pembelajaran. Sebagai contoh atau teladan, guru harus memperlihatkan

perilaku disiplin yang baik kepada peserta didik, karena bagaimana peserta

didik akan berdisiplin kalau gurunya tidak menunjukkan sikap disiplin.

Sebagai pengawas, guru harus senantiasa mengawasi seluruk perilaku peserta

didik, terutama pada jam-jam efektif sekolah, sehingga kalau terjadi

pelanggaran terhadap disiplin dapat segera diatasi. Sebagai pengendali, guru

harus mampu mengendalikan seluruh perilaku peserta didik di sekolah. Dalam

hal ini guru harus mampu secara efektif menggunakan alat pendidikan secara

Page 58: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

56

tepat waktu dan tepat sasaran, baik dalam memberikan hadiah maupun

hukuman terhadap peserta didik.1

Disiplin di sekolah merupakan disiplin dalam menaati aturan-aturan atau

tata tertib yang ada di sekolah. Beberapa contoh disiplin di sekolah misalnya :

datang tepat waktu, berpakaian sesuai dengan tata tertib, tepat waktu dalam

mengumpulkan tugas, disiplin sikap, dan lain sebagainya. Upaya yang

dilakukan sekolah untuk menanamkan karakter dan nilai disiplin melibatkan

peran dari semua komponen yang ada di sekolah baik dari kepala sekolah,

guru, siswa, serta semua pihak yang ada di sekolah. Selain itu adanya aturan-

aturan atau tata tertib yang mengikat akan mendukung terbentuknya karakter

disiplin. Namun demikian pelaksanaan aturan-aturan tersebut tetap

memerlukan pengawasan agar tetap berjalan secara kontinu.

Di SDN Jarak 1 Siman, masih banyak sekali kendal-kendala yang muncul

dalam hal pendisiplinan siswa. Jika dilihat dengan adanya problematika

tersebut, tentu akan berimbas kepada siswa sendiri kedepannya, hal ini bisa

dilihat dari hasil wawancara dengan Bu ES:

Di SDN 1 Jarak Siman ini banyak mas problematika dalam kaitannnya

peningkatan kedisplinan siswa, diantaranya adanya siswa yang sering tidak

mengkuti upacara pada hari senin. Terus ada siswa yang bermain diluar kelas

pada waktu KBM. Banyak siswa yang tidak masuk sekolah tanpa keterangan.

Siswa juga sulit diatur dan lebih banyak membantah peringatan, nasehat dan

1 E. Mulyasa, Menjai Guru Profesional, 173.

Page 59: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

57

ajakan dari guru, sehingga tidak disiplinnya siswa menyebabkan kurang

efektifnya kegiatan belajar mengajar.2

Hal diatas bisa diambil benang merah bahwa nilai indisipliner yang masih

tinggi di SDN 1 Jarak Siman. Sehingga tujuan dari adanya disiplin belum

terwujudkan dalam sekolah tersebut. Hal ini bisa dilihat dari tujuan disiplin itu

sendiri yaitu mendidik seseorang agar dapat mengembangkan diri untuk

melatih anak mengatur dirinya dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri

sehingga menjadi pribadi kearah tidak ketergantungan dan mengikuti segala

peraturan. Di sekolah, disiplin diri peserta didik bertujuan untuk membantu

menemukan diri, mengatasi, dan mencegah timbulnya problem-problem

disiplin, serta berusaha menciptakan suasana yang aman, nyaman, dan

menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka menaati segala

peraturan yang ditetapkan.3

Hal yang ada di SDN 1 Jarak Siman tersebut tentu belum mencerminkan

adanya sikap disiplin siswanya. Sehingga hal ini menjadi sebuah problemtika

yang harus disegera diselesaikan. Mengapa demikian, dalam hemat penulis

adanya makna kedisiplinan agar dapat mengembangkan diri untuk melatih

anak mengatur dirinya dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, berarti

sejak dini anak sudah dijarkan sifat mandiri tidak bergantung kepada siapapun.

Namun kenyataanya masih banyak siswa yang engan untuk berdisiplin dan

lebih memilih mengikuti apa yang menjadi kemauannya. Hal ini bisa dilihat

2 Lihat Transkip Wawancara No. 01/1-W/9-IX/2016 3Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, 26.

Page 60: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

58

dari hasil wawancara dengan Pak H selaku penanggung jawab bagian

kesiswaan.

Problematika yang ada di SDN 1 Jarak Siman ini banyak mas, siswa

sering membuat gaduh, sehingga akibatnya menganggu kegiatan belajar

mengajar. Selain itu, banyak siswa yang tidak menaati peraturan sekolah,

seperti halnya, siswa wajib datang sebelum pukul 07.00, dan rata-rata hal ini

terjadi pada siswa kelas V. Kadang juga siswa tidak membawa mata pelajaran

yang harus dia pelajarai hari ini, ini berarti ada keteledoran, selain itu banyak

siswa yang tidak mau belajar kelompok, mengerjakan pr, akhirnya di sekolah

siswa tersebut tertinggal dari teman-temannya yang lain, belum lagi siswa

yang kadang kala juga ikut-ikutan temannya, malas untuk ikut kegiatan-

kegiatan yang sudah di jadwalkan oleh sekolah. Sehingga mereka banyak

menyepelekan waktu dan kegiatan belajar mengajar di SDN 1 Jarak Siman.4

Dari keterangan diatas dapat diuraikan bahwa siswa yang paling tinggi

tingkat indisiplinernya adalah siswa kelas V, yang seharusnya anak (siswa)

dalam tingkat kelas v ini sudah bisa berfikir meskipun sifat kekanak-kanakan

tersebut tetap ada. Namun fakta yang ada menunjukkan bahwa anak-anak

(siswa) kelas v ini menjadi siswa dengan tingkat indisipliner tinggi. Sehingga

jika mengacu kepada hal kebiasaan seharusnya siswa yang sudah duduk

dibangku kelas v sudah terbiasa dengan adanya hal-hal yang ada disekolah,

namun kenyataannya berbalik. Padahal disiplin diri merupakan suatu siklus

kebiasaan yang kita lakukan secara berulang-ulang dan terus menerus secaara

4 Lihat transkip wawancara no. 02/2-W/16-IX/2016

Page 61: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

59

berkesinambungan sehingga menjadi suatu hal yang bisa kita lakukan. Sikap

disiplin dapat mengantarkan seseorang pada jalan kesuksesan, karena orang

yang berdisiplin akan bersikap teguh dalam menjalani niat dan cita-cita yang

ingin diraihnya.5 Jika anak (siswa) indisipliner maka melihat makna bahwa

dengan adanya kedisiplinan akan mengantarkan kesuksesan tentunya akan

menjadi penghambat siswa tersebut, karena karakter yang sudah terbentuk

sejak dini sering kali melakukan indisipliner.

Disamping hal tersebut adanya siswa yang tidak taat dan mengikuti aturan

yang ada disekolah tentunya berimbas pada keteladanan siswa itu sendiri,

misalnya dalam hal keagamaan, hal ini bisa dilihat dari hasil wawancara

dengan Pak ZM.

Problematika yang ada di SDN 1 Jarak Siman ini kurang lebih mungkin

sama dengan yang ada disekolah-sekolah yang lain. Seperti siswa tidak bisa

masuk tepat waktu, banyak siswa sering membuat gaduh, siswa kurang punya

rasa semangat untuk belajar, juga banyak siswa yang tidak memperhatikan

kegiatan-kegiatan yang ada disekolah pula. Berhubung saya disini berada

dalam kegiatan keagamaan, yang saya ketahui selama ini masih banyak siswa

yang belum menaati aturan-aturan sekolah, dimana disekolah ini kami ajarkan

adanya sholat dhuha berjamaah, tapi banyak siswa lebih memilih bermain

daripada mengikuti sholat dluha berjamaah tersebut. Itu baru contoh kecilnya

saja, belum ketika di dalam kelas membuat gaduh, sering bertengkar dengan

teman, tidak mengerjakan tugas rumah, tidak mau belajar dirumah dengan

5 Muwafik Saleh, Membangun Karakter Dengan Hari Nurani, 297.

Page 62: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

60

teman, begitu pula kadang kalau ada pelajaran tambahan tidak mengikuti,

tentunya kurang disiplinnya siswa dalam hal ini akan berakibat kepada siswa

sendiri.6

Melihat kondisi yang ada di SDN 1 Jarak Siman tersebut, hal ini tentunya

menjadi evaluasi tidak hanya dari pihak SDN 1 Jarak Siman saja, namun juga

pihak-pihak yang berkaitan dengan pendidikan pula. Jika melihat banyak

siswa lebih memilih bermain daripada mengikuti sholat dluha berjamaah,

tentunya dari sudut keagamaan ini menjadi point penting yang perlu

diperhatikan. Mengingat sholat adalah tiang agama, meskipun ini sholat

sunah namun jangan diremehkan, karena jangka panjangnya terhadap

kebiasaan siswa dalam masyarakat sehari-hari tentunya kurang lebih juga akan

sama.

Penemuan terhadap indisipliner siswa tersebut, dalam hal ini jelas tidak

sesuai dengan adanya kedisplinan itu sendiri. Hal ini bisa dilihat bahwa

seorang siswa dikategorika disiplin dalam yaitu :

1) Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritarian. Menurut

kacamata konsep ini, peserta didik di sekolah dikatakan mempunyai

disiplin tinggi manakala mau duduk tenang sambil memperhatikan uraian

guru ketika sedang mengajar. Peserta didik diharuskan mengiyakan saja

terhadap apa yang dikehendaki guru, dan tidak boleh membantah. Dengan

demikian, guru bebas memberikan tekanan kepada peserta didik, dan

6Lihat Transkip Wawancara No. 03/3-W/21-IX/2016

Page 63: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

61

memang harus menekan peserta didik. Dengan demikian, peserta didik

takut dan terpaksa mengikuti apa yang diinginkan oleh guru.

Pada posisi ini, apa yang ada dengan siswa SDN 1 Jarak Siman

berbalik arah. Siswa didik SDN 1 Jarak Siman, sering kali membantah dan

tidak takut dengan nasehat serta teguran teguran dari sekolah.

2) Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive. Menurut konsep

ini, peserta didik haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam

kelas dan sekolah. Aturan-aturan di sekolah dilonggarkan dan tidak perlu

mengikat kepada peserta didik. Peserta didik dibiarkan apa saja sepanjang

itu menurutnya baik.

Hal ini juga belum selaras dengan wujud dari kondisi siswa di

SDN 1 Jarak. Yang mana, siswa hanya melakukan kegiatan yang

menurutnya baik akan tetapi tidak mencerminkan keteladanan. Sehingga

hal ini akan mengakibatkan sebuah kemunduran bagi siswa, khususnya

dalam pendidikan itu sendiri.

3) Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang

terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Disiplin demikian,

memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berbuat

apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan ia, haruslah ia tanggung.

kebebasan jenis ketiga ini juga lazim dikenal dengan kebebasan

terbimbing.7

7Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, 173-174.

Page 64: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

62

Adanya kebebasan terhadap siswa dengan mengontrolnya setiap kegiatan

yang dijalankannya memang sudah menjadi tanggung jawab dan tugas dari

guru, namun bukan berarti hal tersebut bisa sepenuhnya menjadikan siswa

bisa disiplin, contohnya, di SDN 1 Jarak Siman masih diketemui

terkadang ada siswa yang lebih memilih bermain daripada mengikuti

KBM, serta adanya perbuatan gaduh sehingga mengakibatkan

terganggunya kegiatan belajar mengajar tentunya hal ini sangat perlu

untuk diperhatikan dan menjadi evaluasi tersendiri.

Adanya problematika dalam peningkatan kedisiplinan siswa di SDN 1

Jarak Siman Ponorogo, hal ini dapat ditarik sebuah benang merah yaitu bahwa

tingkat Indisipliner di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo merupakan kendala yang

bisa menghambat kegiatan belajar mengajar. Serta tidak mencerminkan

adanya kedisiplinan sekolah seperti yang dijelaskan oleh Ngainun Naim yaitu

:

1) Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.

2) Mendorong siswa melakukan yang baik dan benar

3) Membantu siswa memahami diri dengan tuntutan lingkungannya dan

menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah.

4) Siswa belajar hidup dengan kebiasaan- kebiasaan yang baik dan

bermanfaat baginya serta lingkungannya.8

8Naim, Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu

& Pembentukan Karakter Bangsa, 147-148.

Page 65: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

63

B. Analisa Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Problematika

Kedisiplinan Siswa di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo

Peningkatan kedisiplinan bisa dipengaruhi beberpa faktor antara lain,

antara lain faktor dalam (Intern), faktor luar (ekstern). Jika kaitannya dengan

peningkatan kedisiplinan siswa tentunya hal ini tidak bisa dilepaskan peran

dan fungsi dari sekolah itu sendiri. Sejauh peneliti ketahui, di SDN 1 Jarak

Siman tingkat disiplin siswanya masih rendah, hal ini dapat dilihat dari adanya

temuan problematika yang ada. Sebuah problematika tentunya tidak serta

merta timbul begitu saja tanpa adanya faktor yang melatar belakanginya.

Seperti yang dijelaskan oleh bu ES, bahwa faktor penghambat peningkatan

kedisiplinan siswa SDN 1 Jarak Siman yaitu ; Faktor-faktor yang menghambat

dalam penigkatan kedisiplinan siwa itu ada yang dari luar dan dari dalam.

Yang dari luar seperti kurangnya perhatian dari pihak keluarga dan

masyarakat terhadap siswa untuk berdisiplin, pengaruh teman bermain,

kurangnya keteladanan dari guru. Ya intinya pengaruh dari lingkungan, baik

keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dan juga kurangnya perhatian dari Dinas

Pendidikan. Sedangkan yang dari dalam itu tidak ada kesadaran pada diri

siswa itu sendiri tentang kedisiplinan.9

Mengutip dari penjelasn bu ES tersebut, dalam hemat penulis masih

adanya kesenjangan antara faktor internal serta eksternal terhadap pentingnya

sebuah kedisiplinan. Peran dan fungsi dari faktor-faktor tersebut sangat

berpengaruh terhadap nilai disiplin siswa. Namun pada kenyataannya tingkat

9 Lihat Transkip Wawancara No. 01/1-W/9-IX/2016

Page 66: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

64

kepekaan (perhatian) khususnya dari faktor eksternal ternyata sangatlah

lemah, sehingga bagi usia kanak-kanak tidak dapat dipungkiri jika tingkat

indisiplinernya tinggi. Menginggat bahwa anak itu perlu dan butuh tidak

hanya bimbingan semata, namun juga kepada contoh yang riil dalam sebuah

tindakan sehari-hari. Hal tersebut juga tidak bisa luput dari adanya kemajuan

zaman pula, seperti yang dijelaskan oleh Pak H :

Adanya problematika dalam meningkatkan sebuah kedisplinan siswa tentu

tidak dapat dipungkiri adanya perkembangan zaman yang semakin hari

semakin maju. Sayangnya hal ini tidak didukung oleh keadaan pendidikan

karakter yang ada, sehingga banyak sekali anak yang tidak begitu baik cermin

akhlaknya. Hal ini bisa dilihat dari adanya problematika yang ada di SDN 1

Jarak Siman ini. Dalam pengamatan saya sebagai penanggung jawab bagian

kesiswaan faktor yang menjadikan penghambat kedisplinan siswa itu antara

lain perkembangan tekhnologi, seperti playstation, Hp, dan Televisi, pengaruh

teman bermain, kurangnya peran dari pihak keluarga, kurang komunikasi

antara wali kelas dan wali murid/keluarga. Kurangnya keteladanan dari guru.

Kurangnya pembiasaan-pembiasaan pada siswa untuk berdisiplin.10 Namun

sebuah indisipliner juga tidak bisa dilepaskan dari faktor anak itu sendiri.

Seperti yang diungkapkan pak ZM, bahwa :

Faktor itu biasanya juga tidak jauh dari siswa sendiri. Kalau dari pihak

sekolah sebenarnya sudah berusaha untuk memberikan pengertian terhadap

siswa, supaya disiplin dalam segala hal, tidak hanya disiplin waktu, meskipun

10 Lihat Transkip Wawancara No. 02/2-W/16-IX/2016

Page 67: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

65

waktu itu jadi ukuran. Dalam hal mengenai faktor yang menjadi penyebab

adanya problematika tersebut, dari sudat padang saya diantaranya kurangnya

pendidikan tambahan seperti TPA, TPQ, Dll, kurangnya penyadaran dari

pihak keluarga tentang keagamaan siswa, karena agama akan berpengaruh

dalam kedisiplinan, kurangnya motivasi dari pihak sekolah, seperti poster-

poster tentang kata-kata motivasi.11

Seperti yang sudah teruraikan diatas bahwa sebuah kedisiplinan itu bisa

dipengaruhi oleh faktor intern maupun ekstern. Dari sudut pandang faktor

dalam (Intern), maka kedisiplinan bisa dihasilkan karena faktor dari dalam ini

berupa kesadaran dalam diri seseorang yang mendorong seseorang tersebut

untuk menerapkan disiplin pada dirinya sendiri.

Pada kenyataan yang terjadi dan melihat pada faktor intern ini, tingkat

kesadaran siswa terhadap pentingnya sebuh kedisiplinan belum ada. Hal

demikian dapat diketahui sebagaimana penjelasan dalam prbolematika yang

ditemui guru, seperti murid sering terlambat, lebih memilih bermain daripada

mengikuti kegiatan seperti sholat dluha berjamaah, tidak mengerjakan tugas

rumah dan sebagainya. Hal ini tidaklah mencerminkan sikap siswa yang

seharusnya datang ke sekolah tepat pada waktunya, mengikuti kegiatan yang

menjadi program sekolah, serta siswa bisa mengerjakan tugas rumahnya tepat

waktu. Melihat dari sisi internal ini, tentu adanya indisipliner siswa yang ada

di SDN 1 Jarak Siman ini mencerminkan, bahwa siswa belum sepenuhnya

menguasai, memahami arti penting dari disiplin.

11 Lihat Transkip Wawancara No. 03/3-W/21-IX/2016

Page 68: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

66

Sebuah problemtika timbul tidak hanya atas faktor internal saja, namun

juga berasal dari faktor Luar (Ekstern). Faktor dari luar ini berasal dari selain

faktor dalam, yakni meliputi :

a) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga ini sangat penting terhadap perilaku seseorang

termasuk tingkat kedisiplinannya. Karena keluarga disini merupakan

lingkungan yang paling dekat pada diri seseorang dan tempat pertama kali

seseorang berinteraksi.

Dengan adanya perkembangan zaman yang semakin maju, tentu peran

ligkungan keluarga menjadi faktor yang sangat vital bagi perkembangan

siswa (anak). Karena pada tingkat keluarga inilah, kepribadian seseorang

itu dibentuk. Jika anak lebih sering bermain Handphone, Playstation, lebih

memilih untuk bermain dengan teman daripada belajar, maka hal ini

sangatlah tidak dianjurkan untuk masa depan seorang anak. Mengapa

demikian, dengana adanya kebebasan dan tidak adanya perhatian terhadap

anak-anak tentunya bisa merusak masa depan anak itu sendiri sebagai

tunas bangsa. Menginggat dalam tahapan ini adalah tahap pembentukan

karakter atau kepribadian. Jika lingkungan yang tercipta hanya mengjarkan

kepada kebebasan anak untuk melakukan apapun yang diinginkan hal ini

tentu akan berdampak kepada kepribadian anak yang keras dan sulit diatur,

yang pada akhirnya siswa (anak) lebih memilih apa yang menjadi

kemauannya daripada mengikuti nasehat guru dan orang tua. Hal ini bisa

dilihat ketika sedang adanya kegiatan belajar mengajar, masih banyak

Page 69: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

67

siswa yang lebih memilih bermain, dan dirumah juga lebih sering bermain

handphone, playstation, sehingga tugas dirumah untuk belajar akhirnya

tidak tercapai karena anak lebih memilih untuk bermain hal-hal tersebut.

Oleh karena itu, peran penting keluarga merupakan hal yang sangat

vital untuk kemajuan seorang anak itu sendiri. Seperti yang dinyatakan Ki

Hajar Dewantara dalam Moh. Shochib bahwa keluarga merupakan “pusat

pendidikan” yang pertama dan terpenting karena sejak timbulnya adab

kebiasaan sampai kini, keluarga selalu mempengaruhi pertumbuhan budi

pekerti tiap-tiap manusia. Sehubungan dengan ini, disiplin diri sangat

diperlukan bagi anak agar ia memiliki budi pekerti yang baik. Bantuan

yang diberikan oleh orang tua adalah lingkungan kemanusiaan yang yang

disebut pendidikan disiplin diri.12

b) Lingkungan Sekolah

Selain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga

mempengaruhi kedisiplinan seorang anak. Di sekolah banyak cara yang

dilakukan dalam menegakkan kedisiplinan. Misalnya melalui kegiatan

upacara yang dilakukan setiap hari tertentu kemudian dilanjutkan dengan

pemeriksaan kebersihan dan potong kuku, pengecekan ketertiban sikap

dalam mengikuti upacara dapat digunakan sebagai upaya penegakan

kedisiplinan.13

Seperti halnya peran keluarga, sekolah juga mempunyai peran yang

tidak kalah penting dalam kaitannya kedisiplinan seorang anak. Pada

12Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua untuk Membantu Anak Mengembangkan Disiplin

Diri, 10. 13M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa, 46.

Page 70: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

68

tahapan ini tugas semua organ yang ada disekolah harus berfungsi untuk

menciptakan nilai disiplin yang tinggi. Jika sebuah sekolah tidak bisa

memfungsikan organ-organ yang ada untuk menciptkan nilai disiplin

siswa, maka bukan siswa yang bermasalah, juga bukan peran keluarga

yang harus dipertanyakan, namun peran sekolah sendiri sebagai salah satu

faktor terbentuknya nilai kedisiplinan itu bagaimana. Jika dilihat dari sudut

pandang tersebut, maka upaya dari sekolah yang akan berpengaruh

terhadap nilai kedisiplinan siswa, dalam artian ketika seorang siswa

melakukan indisipliner maka evaluasi dan tindak lanjut terhadap siswa

tersebut bagaimana. Begitupula jika dinyatakan bahwa rata-rata siswa

yang melakukan indisipliner adalah mereka dari kelas V seharusnya hal

ini bisa dicegah, kenapa siswa yang sudah duduk ditingkat atas justru

menjadi siswa yang rata-rata melakukan indisipliner. Yang artinya

cerminan pendidikan karekater dari tingkat bawah perlu dijadikan

evaluasi. Sehingga sekolah bisa berfungsi menjadi tempat atau wadah

untuk mencetak generasi bangsa yang cerdas bermula daripada adanya

penekanan terhadap nilai disiplin tadi.

Dengan demikian sebuah nilai disiplin bisa didapatkan, apabila

anatara anak, keluarga dan sekolah saling mendukung. Dari faktor

keluarga tidak hanya meberikan apa yang menjadi kebutuhan dan

keinginan anak saja, namun juga memperhatikan perkembangan

karakternya dan selalu mengawasi tingkah lakunya, supaya anak bisa

mengerti dan memahami bahwa disiplin itu penting. Begitu pula dari pihak

Page 71: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

69

sekolah harus bergerak cepat ketika ada tindak indisipliner dari siswa dan

tidak mengabaikan begitu saja. Karena pada tingkat sekolah dasar, siswa

tidak hanya di didik namun juga diberikan contoh, sehingga karakter atau

kepribadian siswa tersebut akan tumbuh dengan sendirinya dari siswa

tersebut, jika peran keluarga dan sekolah mampu untuk mengawasi,

memperhatikan kondisi anak (siswa).

C. Analisa Terhadap Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa

Di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo

Kedisiplinan Sekolah bukan hal yang kecil dan diacuhkan begitu saja.

Tentusetiap sekolah sudahmempunyai program-program untuk meningkatkan

nilai disiplin siswa tersebut, akan tetapi program-program tersebut bukan

tanpa masalah atau problematika yang muncul dan faktor yang melatar

belakanginya, sehingga dalam kaitannya mengatasi sebuah prolematika, tentu

guru dan sekolah mempunyai upaya-upaya untuk mengatasi hal tersebut.

Seperti yang dipaparkan oleh bu ES:

Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasai problematika peningkatan

kedisiplinan siswa tidak hanya tertumpu pada satu titik saja yaitu guru.

Namun, elemen-elemen yang ada di sekolah ini harus bekerja sama, saling

membantu dan punya peran vital yang sama, karena siswa yang belajar disini

menjadi tanggung jawab sekolah bukan hanya guru ataupun kepala sekolah.

Dalam rangka mengatasi problematika tersebut, tentunya kami dari pihak

sekolah selalu melakukan kontrol harian, mingguan dan bulanan. Kontrol

Page 72: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

70

harian itu berupa catatan harian, apa saja hal yang terjadi pada siswa setiap

harinya, sedangkan mingguan adalah evaluasi kami terhadap catatan

ketidaksiplinan yang dilakukan oleh siswa setelah ditegur, diberi peringatan

bahkan dengan memberikan surat pemberitahuan kepada orang tua. Tidak

hanya secara harian dan mingguan, kami juga melakukan kontrol bulanan, hal

ini sebenarnya sama dengan mingguan tadi kami hanya melihat dari bulan ke

bulan bagaimana perubahan terhadap tingkat kedisiplinan siswa.

Berbicara tentang upaya tentunya tidak hanya membahas tentang

upayanya apa, namun lebih kepada bentuknya, maksudnya wujud dari upaya

itu berupa tindakan dari sekolah, baik lewat kepala sekolah atau guru secara

langsung, namun juga bisa melalui pihak yang mempunyai peran terhadap

kedisiplinan siswa itu sendiri.

Tindakan-tindakan atau upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah antara

lain : pihak sekolah melalui guru melakukan upaya berupa, guru harus on time

(tepat waktu), kalau masuk jam 07.00 wib ya harus masuk jam 07.00 wib,

kalau istirahatnya jam 09.30 wib dan pulangnya jam 12.00 wib ya harus

diterapkan hal demikian, dalam artian apa, kami melalui guru yang mengajar

dikelas memberikan pembelajaran tentang disiplinnya sebuah waktu. Karena

di SDN 1 Jarak Siman ini, banyak anak yang sering datang ke sekolah tapi

pada akhirnya dia sampai sekolah tetapi tidak masuk kelas. Selain itu kami

juga meminta kepada warga atau masyarakat sekitar untuk ikut andil yaitu

mengawasi siswa yang colut untuk dilaporkan ke sekolah supaya cepat

ditindak dan tidak menimbulkan masalah kedisiplinan yang lebih besar lagi.

Page 73: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

71

Pihak sekolah juga meminta kepada para orang tua untuk mengawasi dan aktif

mengecek tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepada para siswa, supaya

para siswa tersebut tidak menggangap remeh tugas yang diberikan, sehingga

mereka bisa sadar dan mempunyai rasa tanggung jawab yang pada akhirnya

siswa bisa disiplin dengan tugas-tugasnya.

Selain daripada itu, sekolah memberikan kegiatan-kegiatan yang bertujuan

untuk mendongkrak kesadaran diri tentang pentingnya berdisiplin, seperti

upacara hari Senin, mengadakan sholat dhuha berjamaah, mewajibkan siswa

untuk ikut pramuka, dan juga dengan mengadakan ekstrakulikuler lain yang

mendorong siswa untuk berdisiplin. Selain itu sekolah selalu memberikan

pengetahuan secara mendalam tentang pentingnya kedisiplinan. Dan tidak

lupa kami juga memberikan sanksi terhadap siswa yang melanggar peraturan

sekolah.14

Dari penjelasan bu ES selaku kepala sekolah di SDN 1 Jarak Siman

tersebut, bisa tarik sebuah kesimpulan, bahwa upaya-upaya yang dilakukan

oleh pihak sekolah dengan melibatkan banyak pihak tentu tidak terlepas dari

faktor-faktor yang membuat siswa berprilaku indisipliner. Adanya upaya dari

sekolah tersebut tentu, ingin mencerminkan bahwa disiplin dapat dicapai dan

dibentuk melalui proses latihan dan kebiasaa. Artinya, melakukan disiplin

secara berulang-ulang dan membiasakan dalam praktek-praktek disiplin

14 Lihat Transkip Wawancara No. 01/1-W/9-IX/2016

Page 74: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

72

sehari-hari. Dengan latihan dan membiasakan diri, disiplin akan terbentuk

dalam diri siswa. Disiplin telah menjadi kebiasaan.15

Bukan hanya hal tersebut, namun posisi guru sebagai seorang teladan bagi

siswanya juga ditekankan. Yang mana hal ini dapat membentuk kepekaan

siswa terhadap kedisiplinan itu sendiri. Hal dikarenakan perbuatan dan

tindakan kerap kali lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan kata-kata.

Karena itu, contoh dan teladan disiplin dari atasan, keala sekolah, dan guru-

guru, serta penata usaha sangat berpengaruh terhadap disiplin para siswa.

Mereka lebih mudah meniru apa yang mereka lihat, dibandingkan apa yang

mereka dengar. Disini factor telaadan disiplin sangat penting bagi disiplin

siswa.

Selain adanya keteladan dari guru, upaya sekolah untuk membangun relasi

dengan masyarakat dan wali murid juga tidak dapat dipungkiri.Karena faktor

ini juga menjadi penyebab adanya problematika kedisiplinan.Sehingga perlu

adanya relasi hubungan yang saling berkaitan.Seseorang dapat dipengaruhi

oleh lingkungan. Bila berada dilingkungan berdisiplin, seseorang dapat

terbawa oleh lingkungan tersebut. Salah satu cirri manusia adalah kemampuan

beradaptasi dengan lingkungan. Dengan potensi adaptasi ini, ia dapat

mempertahankan hidupnya.

Mengenai relasi hubungan tersebut juga dijelaskan oleh Pak H yaitu :

Mengenai upaya yang guru lakukan untuk mengatasi problematika

tersebut banyak mas. Diantaranya, guru bekerja sama dengan masyarakat

15 Tulus Tu’u, Peran Disiplin, 42-43.

Page 75: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

73

melalui sekolah yang dinaungi oleh kepala sekolah, menjalin kerja sama, yaitu

mengawasi para siswa yang datang ke sekolah tetapi tidak masuk ke kelas dan

lebih memilih bermain dengan temannya. Selain itu, para guru juga dituntut

untuk memberikan teladan berupa disiplin dalam mengajar (waktu

mengajarnya). Memberikan contoh tentang pentingnya menaati sebuah aturan

yang ada disekolah, semisal setiap hari diadakan sholat dhuha berjamaah,

berarti guru harus mau menjadi meberikan contoh atau teladan kepada para

siswa untuk sholat dhuha berjamaah, selain itu ada pula tentang kegiatan

ekstrakulikuler seperti halnya pramuka, dalam pramuka ya diajarkan

bagaimana harus disiplin tidak hanya pada waktu saja, akan tetapi juga

disiplin dalam perintah atau aturan yang ada. Para guru juga menjalin

hubungan dengan para wali murid, agar wali murid juga ikut mengontrol

anak-anaknya, baik selama dirumah ataupun di luar rumah (ketika sekolah),

semisal para orang tua harus bisa memberikan pentingnya nilai-nilai yang ada

dalam sebuah kedisiplinan,orang tua mau memperhatikan dan perduli dengan

kondisi anak-anaknya, semisal ketika dirumah, belajarnya juga harus

dikontrol, sehingga ketika ada tugas dari guru siswa mau mengerjakan dan

tidak menganggur ketika sudah masuk kelas. Orang tua juga harus bisa

menjelaskan dan mengarahkan, kenapa harus berprilaku displin, semisal kalau

gak mengikuti pelajaran matematika pada hari rabu, kamu nanti pada waktu

ujian pasti gak bisa menjawab soal-soalnya, karena pada waktu itu kamu tidak

Page 76: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

74

masuk dan lebih memilih bermain dengan teman akhirnya kamu ketinggalan

materi yang harus dikuasai.16

Begitupula dengan bapak ZM, yang juga menjelaskan bahwa keterlibatan

pihak lain juga menjadi pengaruh besar dalam upaya sekolah meningkatkan

nilai disiplin siswa. Hal ini bisa dilihat dari penjelasan beliau :

Problematika itu timbulnya tidak hanya dari faktor sekolah saja, jadi

upaya yang kami ambil diantaranya mewajibkan setiap siswa untuk mengikuti

sholat dhuha jika tidak mengikuti akan kami berikan sanksi, memberikan

anjuran dan motivasi kepada siswa untuk mengikuti kegiatan non formal

seperti tpa dan tpq, mengadakan kerjasama dengan wali murid untuk memberi

wawasan tentang pentingnya disiplin. Mengadakan evaluasi langsung dengan

para guru, jajaran penting yang ada di sekolah, masyarakat dan tentunya wali

murid sendiri17

Adanya upaya-upaya tersebut tidak terlepas dari peranan guru yang tak

kalah penting yaitu sebagai pembimbing. Peranan ini harus lebih

dipentingkan, karena kehadiran guru disekolah adalah untuk membimbing

anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. Tanpa bimbingan,

anak didik akan mengalami kesulitan dalam mengahadapi perkembangan

dirinya.

Peranan guru sebagai seorang pembimbing diharapkan bisa mengontrol

kepribadian siswa. Maka apa yang dilakukan oleh jajaran guru serta segenap

pihak yang berkesinambungan di SDN 1 Jarak Siman tersebut menempatkan

16 Lihat Transkip Wawancara No. 02/2-W/16-IX/2016 17 Lihat Transkip Wawancara No. 03/3-W/21-IX/2016

Page 77: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

75

guru sebagai pembimbing. Kenapa demikian, guru dianggap sebagai seorang

ilmuan yaitu orang yang paling berpengetahuan. Sehingga bukan saja

berkewajiban mengembangkan pengetahuan dan terus menerus memupuk

pengetahuan yang telah dimilikinya, akan tetapi juga bisa mengontrol siswa

yang di didiknya. Hal ini mencerminkan bahwa guru itu adalah seorang

pemimpin bagi siswanya. Yang mana seorang guru harus mampu

menyelenggarakan kepemimpinan, seperti: merencanakan, melaksanakan,

mengorganisasi, mengkoordinasi kegiatan, mengontrol dan menialai sejauh

mana rencana telah terlaksana. Selain itu, guru harus punya jiwa

kepemimpinan yang baik, seperti: hubungan sosial, kemampuan

berkomunikasi, humor, tegas, dan bijaksana.

Upaya yang dirancangkan tersebut merupakan bentuk cerminan dari

tekhnik internal control, sehingga menempatkan guru sebagai teladan bagi

siswa. Dalam teknik internal control guru mengusahakan agar peserta didik

dapat mendisiplinkan diri sendiri di dalam kelas. Dalam teknik ini, peserta

didik diajarkan akan pentingnya disiplin. Sesudah peserta didik sadar, ia akan

mawas diri serta berusaha mendisiplinkan diri sendiri. Jika teknik kini

dikembangkan dengan baik, akan mempunyai kekuatan yang lebih hebat

dibandingkan dengan Teknik external control. Kunci sukses penerapan teknik

ini adalah ada pada keteladanan guru dalam berdisiplin.

Page 78: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Problematika yang ditemui guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa

SDN 1 Jarak Siman antara lain, siswa sulit untuk dikontrol dan diberikan

pemahaman tentang arti penting disiplin. Hal ini bisa dilihat, banyak siswa

yang tidak mengerjakan tugas rumah, lebih memilih bermain dengan

teman daripada mengikuti kegiatan belajar mengajar. Tidak mengindahkan

aturan-aturan sekolah, seperti tidak mengikuti upacara setiap hari senin

dan sholat dluha berjamaah.

2. Faktor yang mempengaruhi adanya problematika tersebut ada dua.

Pertama, faktor internal, hal ini datang dari siswa sendiri. Yaitu siswa

belum bisa memahami dan mengerti secara pasti arti kedisiplinan serta

kurangnya tingkat kesadaran siswa akan pentingnya disiplin. Kedua, faktor

eksternal, faktor ini lebih condong terhadap permasalahan pembentukan

karakter, mulai dari lingkungan keluarga, teman bermain dan keteladan

seorang guru.

3. Upaya yang digunakan untuk mengatasi adanya problematika tersebut

yaitu menggunkan tekhnik control intern, yang mana tekhnik ini

mengajarkan bahwa guru sebagai figur atau teladan yang akan dicontoh

oleh siswa. Sehingga dalam meningkatkan kedisiplinan siswa tersebut,

perlu dimulai dari pihak guru beserta pihak-pihak yang berkaitan dengan

siswa tersebut, yaitu dengan memberikan keteladanan. Karena diusia yang

Page 79: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

77

masih kanak-kanak tersebut, siswa lebih mengerti dengan tindakan atau

perbuatan yang nyata, daripada hanya dengan teguran saja.

B. Saran

Demi meningkatnya kedisiplinan peserta didik dalam segala lingkungan,

dari sekolah sendiri perlu adanya perhatian lebih dalam hal kedidiplinan

peserta didik, seperti halnya mengadakan kegiatan-kegiatan penunjang

kedisiplinan peserta didik. Guru sebagai pendidik harus senantiasa

memotivasi dan memberikan arahan bagi peserta didik agar lebih

berdisiplin, selain itu guru sebagai jembatan antara siswa dan wali murid

berkewajiban untuk selalu memonitor perkembangan tingkah laku peserta

didik dengan cara mengadakan kerja sama dengan wali murid, selain itu

pentingnya peranan mereka sebagai faktor yang lebih dominan harus

selalu member motivasi dan memberikan teladan bagi peserta didik.

Dengan begitu peserta didik akan mengetahui pentingnya berdisiplin dan

juga akan termotivasi untuk lebih berdisiplin. Yang terpenting semua

elemen harus saling kerja sama dalam proses peningkatan kedisiplinan

peserta didik mengingat pentingnya kedisiplinan bagi peserta didik.

Page 80: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan et.al, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,

2002.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta:

Rineks Cipta, 1980

Basrowi dan Suwandi. Memahami penelitian kwalitatif. Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2008.

Djatisidi, Indra. Menuju Masyarakat Belajar Menggagas Paradigma Baru.

Jakarta: Radar Jaya, 2001.

Ghony Djunaidi & Almanshur Fauzan. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Hamalik Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara,

2001.

Hidayatullah M. Furqon. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban

Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka, 2010.

Imron, Ali. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2012.

Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT RINEKA

CIPTA, 2007.

Meleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. cet. 31. Bandung : PT

Remaja Rusdakarya, 2013.

---------. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2009.

Page 81: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

---------. Metodologi Penenlitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2000.

Mudri Walid M. Kompetensi dan Peranan Guru dalam Pembelajaran.

Jurnal Falasifa, Vol. 1 No. 1 Maret 2010.

(http://juenalfalasifa.woodpress.com/, diakses pada tanggal 11

Februari 2016)

Muhaimin. Konsep Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya,

1991.

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya. 2003.

Mulyasa, E. Menjai Guru Profesional. Bandung : PT REMAJA

ROSDAKARYA. 2009

Nurjan, Syarifan dkk Karakteristik Sekolah Unggul. CV Duta Graha

Pustaka, 2002.

Sahertian Piet A.. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam

Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.

RINEKA CIPTA, 2008.

Shochib, Moh.. Pola Asuh Orang Tua untuk Membantu Anak

Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuntitatif, Kualitatif dan R & D. cet. 19.

Bandung: Alfabeta, 2013.

Syah, Muhibin. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006

Page 82: PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …

Tu’u, Tulus. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi siswa. Jakarta:

PT. Grasindo. 2004.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pasal 1. PT. Kloang Klede putra

timur bekerja sama dengan Koperasi Primer Praja Mukti 1

Departemen Dalam Negeri, 2003.

Wiyani Novan Ardy. Manajemen Kelas ; Teori dan Aplikasi untuk

Menciptakan Kelas yang Kondusif. Jogjakarta: AR-RUZZ

MEDIA, 2013.