PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …
Transcript of PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN …
PROBLEMATIKA GURU DALAM MENINGKATKAN
KEDISIPLINAN SISWA DI SDN I JARAK SIMAN
PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiah
OLEH :
MISBAHUL ARFIN ALBUSTANI
NIM : 210612038
Pembimbing
KHARISUL WATHONI, M.PD.I
NIP. 197306252003121002
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
2017
vii
ABSTRAK
Albustani Misbahul, Arfin. 2016. Problematika Guru dalam Meningkatan
Kedisiplinan Siswa di SDN I Jarak Siman Ponorogo Tahun Pelajaran
2015/2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Madsarah
Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Ponorogo. Pembimbing: Kharisul Watoni, M.Pd I.
Kata Kunci:Problematika, Kedisiplinan
Tingkah laku peserta didik di era kemajuan teknologi banyak
dipengaruhi oleh beberapa alat digital seperti televisi, handphone, dan
beberapa media social yang berpengaruh pada kedisiplinan peserta
didik. Selain itu faktor internal yang mempengaruhi kedisiplinan
peserta didik berupa malas, rendahnya motivasi belajar, kesadaran, dan
pembiasaan diri. Berdasarkan faktor internal dan eksternal tersebut
timbul problematika yang menghambat kedisiplinan peserta didik di
sekolah.
Berangkat dari masalah tersebut, masalah penelitian dirumuskan
sebagai berikut: (1) Bagaimana problematika kedisiplinan siswa di SDN
1 Jarak Siman Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016? (2) Apa saja faktor
yang mempengaruhi problematika kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak
Siman Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016? (3) Bagaiman upaya guru
dalam meningkatan kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo
tahun pelajaran 2015/2016?
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan diskriptif analitik, serta menggunakan teknik wawancara
untuk mengumpulkan data dan informasi, teknik observasi digunakan
untuk mencari data, dan teknik dokumentasi untuk membuktikan hasil
pengamatan penelitian.
Dari hasil penelitian, yaitu : (1) siswa tidak menaati peraturan dan
sulit dikontrol. (2) faktor intern berupa kurangnya tingkat kesadaran
siswa akan pentingnya kedisiplinan dan kurangnya pemahaman secara
pasti tentang arti disiplin, dan ekstern berupa pengaruh dari lingkungan
keluarga dan masyarakat. (3) Upaya yang digunakan untuk mengatasi
adanya problematika tersebut yaitu menggunakan teknik control intern,
yang mana tekhnik ini mengajarkan bahwa guru sebagai figur atau
teladan yang akan dicontoh oleh siswa.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, pendidikan sangat
dibutuhkan bagi peserta didik guna menjadi manusia yang berkualitas untuk
menghadapi perkembangan dan tantangan zaman yang akan datang, karena
zaman sekarang ini begitu cepat dalam perubahan, khususnya dalam dunia
pendidikan. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk
menumbuhkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara
mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka.1
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk
membentuk generasi muda yang siap menggantikan estafet generasi tua dalam
rangka meraih masa depan yang cerah. Selain itu, pendidikan sangat berperan
mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka.2
Pendidikan lebih menitikberatkan pada pembentukan dan pengembangan
kepribadian, jadi mengandung pengertian yang lebih luas sedang latihan atau
training lebih menekankan pada pembentukan ketrampilan atau skill.3
Pendidikan mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
1 Muhibin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006), 1 2 Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), 9. 3 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), 55.
2
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.4
Berdasarkan jumlah penelitian pendidikan, diyakini bahwa guru sebagai
salah satu factor dominan yang menentukan tingkat keberhasilan anak didik
dalam melakukan transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta
internalisasi etika dan moral.5
Seorang guru waktu mengajar selalu berusaha menciptakan suasana kelas
yang menyenangkan. Suasana belajar yang menyenangkan mendorong gairah
belajar yang tinggi. Salah satu masalah dalam menciptakan iklim belajar yang
menyenangkan ialah masalah disiplin. Setiap kegiatan proses pembelajaran
guru sering menghadapi perilaku siswa yang bermasalah.6
Disiplin sangat penting artinya bagi peserta didik. Karena itu, ia harus
ditanamkan secara terus-menerus kepada peserta didik. Jika disiplin
ditanamkan secara terus-menerus maka disiplin tersebut akan menjadi
kebiasaan bagi peserta didik. Untuk itu guru dituntut memiliki keterampilan
dalam membina kedisiplinan peserta didik tersebut. Disiplin merupakan suatu
latihan, pikiran, atau badan, atau kemampuan moral untuk memperbaiki
perilaku melalui metode-metode hukum. 7
4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 (PT. Kloang Klede putra timur bekerja sama dengan Koperasi Primer Praja Mukti
1 Departemen Dalam Negeri), 3. 5 Indra Djatisidi, Menuju Masyarakat Belajar Menggagas Paradigma Baru (Jakarta:
Radar Jaya), 2001. 6 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2008), 145-146. 7Syarifan Nurjan, Karakteristik Sekolah Unggul (CV Duta Graha Pustaka, 2002), 123-
124.
3
Guru merupakan orang tua di sekolah bagi peserta didik. Oleh karenanya,
guru sangat berperan sekali dalam keberhasilan membentuk perilaku peserta
didik. Melalui peraturan dan tata tertib guru sebisa mungkin mampu
menerapkan sikap disiplin pada setiap anak didiknya. Tidak semua peraturan
dan tatatertib akan diikuti dengan baik apabila tidak ada kemauan dari pihak
siswa untuk mematuhinya. Kesediaan siswa untuk mematuhi atau
mengingkari peraturan dan tata tertib tersebut sangat dipengaruhi pula oleh
konsekuensi atau akibatnya, baik positif atau negatif. Di dalam proses
pendidikan, hadiah dan hukuman merupakan akibat dari pematuhan dan
pengingkaran terhadap peraturan dan tata tertib, dan keduanya itu
dikategorikan sebagai alat-alat pendidikan.8
Guru merupakan salah satu sarana pendidikan untuk membina dan
mewujudkan kedisiplinan peserta didik. Akan tetapi jika akan timbul berbagai
masalah dalam dunia pendidikan yang disebabkan perkembangan dan
kebutuhan jasmani sesuai dengan tuntutan zaman. Dengan melihat sosial dan
budayanya yang berubah juga akan mengubah, bahkan menimbulkan banyak
masalah baru dalam dunia pendidikan.
Kedisiplinan menjadi hal yang yang penting dalam menciptakan perilaku
peserta didik yang tidak menyimpang dari tata tertib di sekolah. Karena
kedisiplinan terkait erat dengan pengetahuan dan perilaku yang positif, seperti
kebenaran, kejujuran, tanggung jawab tolong menolong, kasih sayang, patuh
8Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi (Jakarta: Rineka Cipta,
1980), 114.
4
atau taat, hormat kepada guru, dan sebagainya.9 Dalam suatu aktivitas di suatu
lembaga sekolah, tidak selalu berjalan dengan lancar, terkadang dijumpai
berbagai hambatan, problem, dan tantangan, baik internal maupun eksternal.
Hal ini selain disebabkan karena adanya perubahan dan tuntutan kehidupan di
zaman modern, juga karena adanya perkembangan social, budaya dan
teknologi yang berkempang di kehidupan saat ini.
Berdasarkan pengamatan awal, penulis mendapati adanya problematika
yang dijumpai guru dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik di SDN 1
Jarak kecamatan Siman kabupaten Ponorogo. Problema yang dijumpai
diantaranya banyak siswa yang susah diatur, adanya siswa yang tidak masuk
sekolah tanpa izin, kurangnya papan tata tertib yang memungkinkan bisa
dibaca dan diketahui oleh siswa, kurangnya kesadaran diri tentang pentingnya
berdisiplin, kurangnya pendidikan tambahan, kurangnya motivasi dari orang
tua.
Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian si
SDN 1 Jarak, Siman, Ponorogo dengan judul “Problematika Guru dalam
Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo Tahun
Pelajaran 2015/2016”
B. Fokus Penelitian
Agar diperoleh gambaran yang jelas dan terhindar dari interpretasi, serta
mengingat kemampuan penulis, baik waktu, tenaga materi, fasilitas, ilmu
9 Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas ; Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan Kelas
yang Kondusif (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013), 158.
5
pengetahuan yang relativ terbatas, maka dalam penelitian ini penulis
membahas tentang problematika guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa
di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo Tahun Pelajaran 2015/2016 yang meliputi
(1) Problematika yang ditemui guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa
di SDN 1 Jarak siman Ponorogo (2) Factor-faktor yang mempengaruhi
timbulnya problematika dalam peningkatan kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak
siman Ponorogo (3) Upaya guru dalam menyikapi problematika peningkatkan
kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana problematika kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak siman
Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi timbulnya problematika kedisiplinan
siswa di SDN 1 Jarak siman Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016?
3. Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SDN 1
Jarak Siman Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan fokus pembahasan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui problematika yang ditemui guru dalam meningkatkan
kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak siman Ponorogo.
6
2. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi timbulnya
problematika dalam peningkatan kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak siman
Ponorogo.
3. Untuk mengetahui upaya guru dalam mengatasi problematika
peningkatkan kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai
berikut :
1. Secara Teoretis
Secara teoritik penelitian ini bisa bermanfaat untuk menambah
khasanah ilmu pengetahuan bagi peneliti selanjutnya dan bisa bisa
dijadikan bahan rujukan penelitian bagi pihak yang berkepentingan dalam
rangka penelitian yang lebih lanjut dan berkembang.
2. Secara praktis
a. Bagi sekolah
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui probematika
yang dihadapi guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SDN 2
Jarak Siman Ponorogo, sehingga dapan member solusi dalam
meningkatkan kediplinan siswa.
b. Bagi guru
Sebagai bahan pertimbangan untuk mengatasi problematika yang
dihadapi guru dalam meningkatkan kedisiplinan.
7
c. Bagi siswa
Dapat menambah motivasi dan semangat siswa sehingga sikap
kedisiplinan akan meningkat.
d. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan serta pengalaman lebih baik terhadap ilmu pengetahuan
terutama dalam dunia pendidikan.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena yang dialami oleh subyek penelitian.
Dalam hal ini jenis penelitian yang digunakan Peneliti Lapangan
adalah Studi Kasus yaitu uraian dan penjelasan komprehensif mengenai
berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi
(komunitas), suatu program atau suatu situasi sosial. Peneliti studi kasus
berupaya menelaah sebanyak mungkin data menegani subjek yang diteliti.
10.
Jenis penelitian studi kasus ini digunakan karena peneliti dapat
meneliti terkait tentang kejadian aktivitas di SDN 1 Jarak Siman
Ponorogo.
10Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
2003), 201.
8
2. Kehadiran Peneliti
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan
berperanserta, namun peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan
skenarionya. Sehingga dalam penelitian ini, seorang peneliti bertindak
sebagai instrumen kunci sekaligus pengumpul data. Sedangkan instrumen
yang lain sebagai penunjang.11
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SDN 1 Jarak Siman Kabupaten Ponorogo
dan di lokasi ini layak diteliti karena di SD ini masih banyak siswa yang
kurang disiplin.
4. Sumber Data
Data penelitian kualitatif ini data yang kami butuhkan adalah :
1. Data tentang problematika yang dihadapi guru dalam meningkatkan
kedisiplinan siswa.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya problematika dalam
peningkatan kedisiplinan peserta didik di SDN 1 Jarak Siman
Ponorogo
3. Data tentang upaya guru dalam menyikapi problematika dalam
meningkatkan kedisiplinan peserta didik.
Sedangkan sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya. Adapun
sumber data dalam penelitian ini adalah :
11Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), 163.
9
1. Kepala Sekolah SDN 1 Jarak Siman Ponorogo
2. Bapak Penanggung Jawab Kesiswaan SDN 1 Jarak Siman Ponorogo
3. Bapak Guru PAI SDN 1 Jarak Siman Ponorogo.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi wawancara,
observasi, dokumentasi dan triangulasi.
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 12
Wawancara kualitatif merupakan salah satu teknik untuk
mengumpulkan data dan informasi. Penggunaan metode ini didasarkan
pada dua alasan. Pertama, dengan wawancara, peneliti dapat menggali
tidak saja apa yang diketahui dan dialami subjek yang diteliti, tetapi apa
yang tersembunyi jauh di dalam diri subjek penelitian. Kedua, apa yang
ditanyakan pada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas
waktu, yang berkaiatan dengan masa lampau, masa kini dan juga masa
mendatang. Wawancara yang digunakan adalah wawancara kualitatif.
Artinya, peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas
12Ibid, 135.
10
dan leluasa, tanpa terikat oleh suatu suasana pertanyaan yang telah
dipersiapkan sebelumnya. 13
b. Teknik Pengamatan
Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif pengamatan
dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti yang dikemukakan oleh Guba dan
Lincoln (1981:191-193)14 sebagai berikut ini. Pertama pengamatan
didasarkan atas pengalaman secara langsung, kedua pengamatan
memungkinkan penelitian untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian
mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan
sebenarnya ,ketiga pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa
dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun
pengetahuan yang langsung diperoleh dari data , keempat sering terjadi
ada kekurangan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang dijaringnya
ada yang keliru atau biasa , kelima teknik pengamatan memungkinkan
peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. Keenam, dalam
kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak
dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data:
1) Problem kediplinan yang ada di SDN 1 Jarak, Siman Ponorogo.
2) Faktor-faktor pengaruh munculnya problem kedisiplinan di SDN 1
Jarak, Siman, Ponorogo.
13Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012), 176. 14 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 174-175.
11
3) Upaya guru dalam menyikapi problematika kedisiplinan siswa di SDN
1 Jarak, Siman, Ponorogo.
c. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data sumber
non insani. Sumber ini terdiri dokumen dan rekaman, “Rekaman” sebagai
setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh individu atau
organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa. Sedangkan
“Dokumentasi” digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman,
yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan, seperti surat-surat,
buku catatan harian khusus, foto dan sebagaimana.15 Teknik ini digunakan
untuk memperoleh data :
1) Profil, visi dan misi, struktur pengurus di SDN 1 Jarak Siman
Ponorogo.
2) Nama Kepala Sekolah, Guru dan Pengurus di SDN 1 Jarak Siman
Ponorogo.
H. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, di lakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam
periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis
terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang di wawancarai
setelah di analiss terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan
15 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta : PT. RINEKA CIPTA, 2007),
181.
12
pertanyaan lagi, sampai tahap tetentu, di peroleh data yang di anggap kredibel.
Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif di lakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.16
Analisis data kualitatif, dapat di lakukan melalui langkah-langkah berikut:
1. Reduksi data, data yang di peroleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu di catat secara teliti dan rinci.Semakin lama peneliti
kelapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, komplek dan rumit.
Untuk itu perlu segera di lakukan analisis data melalui reduksi data.
Adapun data yang peneliti reduksikan meliputi sejarah SDN 1 Jarak Siman
Ponorogo, Problematika dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SDN 1
Jarak Siman Ponorogo, serta solusi yang dilakukan guru dalam mengatasi
problematika tersebut.
2. Display/penyajian data, setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya
adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam
hal ini Miles dan Huberman menyatakan “Yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif”. Adapun data yang peneliti sajikan meliputi
bagaimana problematika yang dihadapi guru dalam meningkatkan
16 Sugiyono, Metode Penelitian Kuntitatif, Kualitatif dan R & D, cet. 19 (Bandung:
Alfabeta, 2013), 246.
13
kedisiplinan siswa dan bagaimana solusi yang dilakukan guru dalam
menangani problematika tersebut
3. Mengambil kesimpulan/verifikasi, langkah ketiga dalam analisis data
kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang di kemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
di temukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikut. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada
tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
di kemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.17 Adapun data yang
peneliti simpulkan meliputi segala problematika yang di hadapi guru
dalam meningkatkan kedisiplinan dan bagaimana solusi yang dilakukan
guru dalam menanggani problematika tersebut.
I. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbarui dari konsep
kesahihan validitas dan keandalan realibilitas.18 Dalam keabsahan data
diadakan pengecekan denagn teknik :
a. Pengamatan yang Tekun
Ketekunan pengatan yangdimaksud dalam penelitian ini adalah
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan
dengan persoalan dan isu yang sdang dicari.
17 Ibid, 247-252. 18Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 171-177.
14
b. Pengecekan Sejawat
Yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh
dalm bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
c. Kecukupan Referensial
Referensi yang cukup adalah sebagai alat untuk menampung dan
menyesuaikan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi, yaitu dengan
menyimpan informasi yang tidak direncanakan sebagai alternative juka
berhalangan tidak tersedia alat rekam suara.
Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan atau yang
memanfaatkan sesuatu yang diluar data atau untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada 4 triangulasi sebagai titik
pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik
dan teori.19 Dari sini hal yang ingin dapat dicapai peneliti dengan jalan :
1) Membandingkan data hasil mpengamatan dengan data hasil
wawancara.
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya.
4) Membandingkan hasilwawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan
19 Ibid, 178
15
J. Tahapan -Tahapan Penelitian
Tahap-tahap peelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan di tambah
dengan tahap akhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil
penelitian. tahap-tahap penelitian tesebut adalah:
1. Tahap pra lapangan, yang meliputi: menyusun rancangan penelitian,
memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai
keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan
perlengkapan penelitian dan persoalan etika penelitian:
2. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi: memahami latar penelitian dan
persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil
mengumpulkan data.
3. Tahap analisis data,20
4. Tahap penulisan hasil laporan penelitian.
K. Sistematika Pembahasan
Sitematikan pembahasan pada penelitian kualitatif ini terdiri lima bab
yang berisi:
Bab satu merupakan awal pembahasan skripsi yang terdiri dari : latar
belakang masalah rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab dua berisi landasan teori atau telaah pustaka yang berisi tentang
landasan teori tentang peran guru dalam mendisiplinkan peserta didik,
20 Suwandi, Memahami Penelitian Kwalitatif , 84-91.
16
kedisiplinan, pengertian disiplin, macam-macam disiplin, factor yang
mempengaruhi disiplin, teknik dalam pembinaan disiplin siswa, dan factor
yang berpengaruh dalam pembentukan kedisiplinan.
Bab tiga, merupakan paparan data hasil penelitian yang terdiri dari latar
belakang obyek penelitian yang meliputi : sejarah berdirinya, letak geografis
SDN 1 Jarak Siman Ponorogo.
Bab empat, merupakan hasil analisis masalah yang meliputi analisis
tentang : problematika yang dijumpai guru dalam meningkatkan kedisiplinan,
faktor-faktor pengaruh munculnya problem kedisiplinan di SDN 1 Jarak,
Siman, Ponorogo, serta analisis tentang upaya yang dilakukan guru dalam
meningkatkan kedisplinan.
Bab kelima penutup, yang berisi kesimpulan dan saran, bab ini
dimaksudkan agar pembaca dan penulis mudah dalam melihat inti hasil
peneliti.
17
BAB II
KAJIAN TEORI DAN TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU
A. Kajian Teori
1. Kedisiplinan
a. Pengertian Disiplin
Istilah disipin berasal dari bahasa Latin “Diciplina” yang
dipakai dalam kegiatan belajar mengajar di lingkungan pendidikan dan
istilah tersebut juga dipakai dalam bahasa inggris yakni “Disciple”
yang mempunyai arti patuh kepada seorang pemimpin. Ketika ini
dikaitkan dengan kegiatan belajar mengajar maka ada unsur bawahan
yaitu siswa yang harus patuh dengan berbagai peraturan-peraturan
yang telah dibuat oleh lembaga atau lebih pada pemimpin yang mana
disini adalah guru pengajar.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin diartikan
dengan tata tertib dan ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau
tata tertib.2
Sementara itu, The Liang Gie sebagaimana dikutip
mengartikan disiplin sebagai suatu keadaan tertib yang mana orang-
orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-
peraturan yang telah ada dengan senang hati.3
1Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi siswa (Jakarta: PT Grasindo,
2004), 30-31. 2Hasan Alwi et.al, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 268.. 3Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas ; Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan Kelas
yang Kondusif, 159.
18
Berdasarkan penjelasan di atas disiplin merupakan nilai yang
berkaitan dengan pengendalian diri terhadap aturan yang berlaku.
Disiplin terbentuk melalui kesadaran maupun paksaan dengan
menggunakan hukuman. Melalui disiplin diharapkan terbentuk moral
yang baik dan keteraturan.
b. Macam-macam Disiplin
Ada tiga macam disiplin yaitu:
1) Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritarian. Menurut
kacamata konsep ini, peserta didik di sekolah dikatakan
mempunyai disiplin tinggi manakala mau duduk tenang sambil
memperhatikan uraian guru ketika sedang mengajar. Peserta didik
diharuskan mengiyakan saja terhadap apa yang dikehendaki guru,
dan tidak boleh membantah. Dengan demikian, guru bebas
memberikan tekanan kepada peserta didik, dan memang harus
menekan peserta didik. Dengan demikian, peserta didik takut dan
terpaksa mengikuti apa yang diinginkan oleh guru.
2) Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive. Menurut
konsep ini, peserta didik haruslah diberikan kebebasan seluas-
luasnya di dalam kelas dan sekolah. Aturan-aturan di sekolah
dilonggarkan dan tidak perlu mengikat kepada peserta didik.
Peserta didik dibiarkan apa saja sepanjang itu menurutnya baik.
19
3) Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan
yang terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Disiplin
demikian, memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada peserta
didik untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan ia,
haruslah ia tanggung. kebebasan jenis ketiga ini juga lazim dikenal
dengan kebebasan terbimbing.4
c. Tujuan Kedisiplinan
Secara umum tujuan disiplin adalah mendidik seseorang agar
dapat mengembangkan diri untuk melatih anak mengatur dirinya dan
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri sehingga menjadi pribadi
kearah tidak ketergantungan dan mengikuti segala peraturan. Di
sekolah, disiplin diri peserta didik bertujuan untuk membantu
menemukan diri, mengatasi, dan mencegah timbulnya problem-
problem disiplin, serta berusaha menciptakan suasana yang aman,
nyaman, dan menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga
mereka menaati segala peraturan yang ditetapkan.5
Menurut Maman Rachman sebagaimana dikutip oleh Ngainun
Naim tujuan disiplin sekolah ada empat, yaitu:
1) Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak
menyimpang.
2) Mendorong siswa melakukan yang baik dan benar
4Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012), 173-174. 5Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, 26.
20
3) Membantu siswa memahami diri dengan tuntutan lingkungannya
dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah.
4) Siswa belajar hidup dengan kebiasaan- kebiasaan yang baik dan
bermanfaat baginya serta lingkungannya.6
Sehingga dalam menanamkan disiplin guru bertanggung jawab
mengarahkan dan berbuat baik, menjadi contoh sabar, dan penuh
pengertian. Guru harus mampu mendisiplinkan peserta didik dengan
kasih sayang, terutama disiplin diri (self-discipline). Untuk
kepentingan tersebut, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai
berikut:
a) Membantu peserta didik mengembangkan pola perilaku untuk
dirinya.
b) Membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya.
c) Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk
menegakkan disiplin.7
Disiplin diri merupakan suatu siklus kebiasaan yang kita
lakukan secara berulang-ulang dan terus menerus secaara
berkesinambungan sehingga menjadi suatu hal yang bisa kita lakukan.
Sikap disiplin dapat mengantarkan seseorang pada jalan kesuksesan,
6Naim, Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu
& Pembentukan Karakter Bangsa, 147-148. 7Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, 123.
21
karena orang yang berdisiplin akan bersikap teguh dalam menjalani
niat dan cita-cita yang ingin diraihnya.8
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan
Adapun faktor yang mempengaruhi kedisiplinan adalah sebagai
berikut:
1. Faktor Dalam (Intern)
Faktor dari dalam ini berupa kesadaran dalam diri seseorang
yang mendorong seseorang tersebut untuk menerapkan disiplin
pada dirinya sendiri.
2) Faktor Luar (Ekstern)
Faktor dari luar ini berasal dari selain faktor dalam, yakni
meliputi:
a) Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga ini sangat penting terhadap perilaku
seseorang termasuk tingkat kedisiplinannya. Karena keluarga
disini merupakan lingkungan yang paling dekat pada diri
seseorang dan tempat pertama kali seseorang berinteraksi.
Ki Hajar Dewantara dalam Moh. Shochib menyatakan
bahwa keluarga merupakan “pusat pendidikan” yang pertama
dan terpenting karena sejak timbulnya adab kebiasaan sampai
kini, keluarga selalu mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti
8 Muwafik Saleh, Membangun Karakter Dengan Hari Nurani (Jakarta: Erlangga, 2012),
297.
22
tiap-tiap manusia. Sehubungan dengan ini, disiplin diri sangat
diperlukan bagi anak agar ia memiliki budi pekerti yang baik.
Bantuan yang diberikan oleh orang tua adalah lingkungan
kemanusiaan yang yang disebut pendidikan disiplin diri.9
b) Lingkungan Sekolah
Selain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga
mempengaruhi kedisiplinan seorang anak. Di sekolah banyak
cara yang dilakukan dalam menegakkan kedisiplinan. Misalnya
melalui kegiatan upacara yang dilakukan setiap hari tertentu
kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan kebersihan dan
potong kuku, pengecekan ketertiban sikap dalam mengikuti
upacara dapat digunakan sebagai upaya penegakan
kedisiplinan.10
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Disiplin
1) Teladan
Perbuatan dan tindakan kerap kali lebih besar pengaruhnya
dibandingkan dengan kata-kata. Karena itu, contoh dan teladan
disiplin dari atasan, keala sekolah, dan guru-guru, serta penata
usaha sangat berpengaruh terhadap disiplin para siswa. Mereka
lebih mudah meniru apa yang mereka lihat, dibandingkan apa yang
9Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua untuk Membantu Anak Mengembangkan Disiplin
Diri (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), 10. 10M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa
(Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), 46.
23
mereka dengar. Disini factor telaadan disiplin sangat penting bagi
disiplin siswa.
2) Lingkungan berdisiplin
Seseorang juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Bila
berada dilingkungan berdisiplin, seseorang dapat terbawa oleh
lingkungan tersebut. Salah satu cirri manusia adalah kemampuan
beradaptasi dengan lingkungan. Dengan potensi adaptasi ini, ia
dapat mempertahankan hidupnya.
3) Latihan berdisiplin
Disiplin dapat dicapai dan dibentuk melalui proses latihan dan
kebiasaa. Artinya, melakukan disiplin secara berulang-ulang dan
membiasakan dalam praktek-praktek disiplin sehari-hari. Dengan
latihan dan membiasakan diri, disiplin akan terbentuk dalam diri
siswa. Disiplin telah menjadi kebiasaan.11
f. Teknik Pembinaan dan Penerapan Disiplin di Sekolah
Ada teknik dalam membina disiplin
1) Teknik external control
Dalam proses pembinaan disiplin suatu kelas, guru dapat
mempergunakan teknik external control, yaitu mengendalikan dari
luar berupa bimbingan atau pengawasan. Peserta didik di dalam
kelas senantiasa terus diawasi dan dikontrol agar tidak terbawa
11 Tulus Tu’u, Peran Disiplin, 42-43.
24
dalam kegiatan-kegiatan yang destruktif dan tidak produktif. Yang
perlu diperhatikan, bahwa dalam menggunakan teknik ini
hendaklah disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik.
Menurut teknik ini, peserta didik di dalam kelas harus
terus-menerus didisiplinkan dan jika perlu ditakuti dengan
hukuman dan hadiah. Hukuman diberikan kepada peserta didik
yang tidak disiplin di dalam kelas, sedangkan hadiah diberikan
kepada peserta didik yang berdisiplin di dalam kelas.
2) Teknik internal control
Teknik internal control merupakan kebalikan dari teknik
external control. Teknik internal control mengusahakan agar
peserta didik dapat mendisiplinkan diri sendiri di dalam kelas.
Dalam teknik ini, peserta didik diajarkan akan pentingnya disiplin.
Sesudah peserta didik sadar, ia akan mawas diri serta berusaha
mendisiplinkan diri sendiri. Jika teknik kini dikembangkan dengan
baik, akan mempunyai kekuatan yang lebih hebat dibandingkan
dengan Teknik external control. Kunci sukses penerapan teknik ini
adalah ada pada keteladanan guru dalam berdisiplin.
3) Teknik cooperative control
Dalam teknik cooperative control ini antara guru dengan
peserta didik harus bekerja sama dengan baik dalam menegakkan
disiplin di dalam kelas. Guru dan peserta didik lazimnya membuat
semacam kontrak perjanjian yang berisi aturan-aturan kedisiplinan
25
yang harus ditaati bersama, sanksi-sanksi atas ketidakdisiplinan
juga dibuat serta ditaati bersama.
Kontrak perjanjian ini sangatlah penting karena dengan cara
demikian guru dan peserta didik dapat bekerja sama dengan baik.
Kerja sama tersebut akan membuat peserta didik merasa dihargai.
Oleh karena itu dalam pembinaan disiplin kelas yang baik, harus
ada kerjasam guru dan siswa dalam mengendalikan situasi kelas ke
arah tujuan pembelajaran yang bersangkutan.12
Dengan adanya teknik pembiasaan dan penerapan disiplin
di kelas seperti yang telah diuraikan di atas diharapkan mampu
menumbuhkembangkan kedisiplinan bagi diri siswa. Dengan
adanya praktek yang dilakukan siswa dalam disiplin, siswa akan
terlatih dalam mengendalikan diri sehingga pada akhirnya akan
terbentuk disiplin itu sendiri.
2. Peran Guru
a. Pengertian Guru
Dalam bahasa Arab, guru dikenal dengan al-mu’alim atau al-
ustadz yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim (tempat
memperoleh ilmu). Dengan demikian, al-mualim atau al-ustadz, dalam
hal ini juga mempunyai pengertian orang yang bertugas membangun
aspek spritualitas manusia.
12Mulyadi, Classroom Manajemen Mewujudkan Suasana Kelas yang Menyenangkan bagi
Siswa, 131-132.
26
Guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator
sehingga siswa dapat belajar dan atau mengembangkan potensi dasar
dan kemampuannya secara optimal melalui lembaga pendidikan
sekolah, baik yang didirikan oleh pemerintah atau swasta13.
Hal ini dipertegas dalam Undang-Undang nomor 14 tahun
2005 tentang guru dan dosen, Bab 1 pasal 1 ayat 1, bahwa yang
dimaksud dengan guru adalah: pendidik profesional yang memiliki
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.14
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan
identifikasi bagi peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu,
guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, mencakup
tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.15
Jadi guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung
jawab dalam mendidik, mengajara, dan membimbing peserta didik
agar dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat
kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.16
13Suparlan, Menjadi Guru Efektif, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008), 12-13. 14 Chaerul Rochman Dan Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru
(Bandung: Nuansa Cendikia, 2012), 25. 15Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan (Yogjakarta:Pustaka Pelajar, 2009), 23. 16 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 15.
27
1). Peran Guru
Menurut Oemar Hamalik banyak peranan guru atau siapa
saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua peranan
akan diuraikan dibawah ini:
a) Peran guru sebagai pengajar
Guru bertugas memberikan pengajaran didalam
sekolahan (kelas). Ia menyampaikan pelajaran agar murid
memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah
disampaikan itu. Selain itu juga harus berusaha agar terjadi
perubahan sikap, keterampilan, kebiasaan hubungan sosial,
apresiasi dan sebagainya melalui pengajaran yang diberikan.
b) Guru sebagai pembimbing
Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid
mereka agar mampu menemukan masalahnya sendiri,
memecahkan masalahnya sendiri, dan menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Murid-murid membuutuhkan bantuan
guru dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi,
kesulitan pendidikan, kesulitan memilih pekerjaan, kesulitan
dalam hubungan sosial dan interperpersonal. Karena itu guru
perlu memahami dengan baik teknik bimbingan kelompok
maupun individual.
28
c) Guru sebagai pemimpin
Peranan sebagai pemimpin menuntut kualifikasi
tertentu: antaralain kesanggupan menyelenggarakan
kepemimpinan, seperti: merencanakan, melaksanakan,
mengorganisasi, mengkoordinasi kegiatan, mengontrol dan
menialai sejauh mana rencana telah terlaksana. Selain itu,
guru harus punya jiwa kepemimpinan yang baik, seperti:
hubungan sosiaol, kemampuan berkomunikasi, humor, tegas,
dan bijaksana.
d) Guru sebagai ilmuwan
Guru dipandang sebagai orang yang paling
berpengetahuan. Dia bukan saja berkewajiban
mengembangkan pengetahuan dan terus menerus memupuk
pengetahuan yang telah dimilikinya.
e) Guru sebagai pribadi
Guru wajib berusaha memupuk sifat-sifat pribadi yang
disenangi sendiri (itern) dan mengembangkan sifat-sifat
pribadi yang disenangi oleh pihak luar (ekstern). Tegasnya
bahwa setiap guru perlu sekali memiliki sifat-sifat pribadi,
baik untuk kepentingan jabatannya maupun untuk
kepentingan dirinya sendiri sebagai warga negara
masyarakat.17
17Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta:Bumi Aksara, 2012),124-127.
29
Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah peranan guru ada
13 antara lain:
1) Korektor
Sebagai korektor guru harus bisa membedakan antara nilai
yang baik dan buruk. Semua nilai yang baik harus guru
pertahankan dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari
jiwa dan watak anak didik. Bila guru membiarkannya, berarti guru
telah mengabaikan peranannya sebagai korektor, yang menilai dan
megoreksi semua sikap, tingkah laku dan perbuatan anak didik.
2) Inspirator
Sebagai inspirator, giru harus dapat memberikan . ilham yang
baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah
masalah anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk
(ilham) bagaimana car belajar yang baik.
3) Informator
Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Informasi yang
baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan dari guru adalah
racun bagi anak didik. Menjadi informasi yang baik dan efektif,
penguasaan bahasalah kuncinya.
4) Organisator
Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang
diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan
30
pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolaha,
menyusun kalender akademik, dan sebagainya.
5) Motivator
Sebagai organisator, guru hendaknya mendorong anak didik
agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan
motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang
melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun
perestasinya. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan
memperhatikan kebutuhan anak didik.
6) Inisiator
Dalam peranannya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi
pencetus ide-ide kemajuian pendidikan dan pengajaran.
Kompetensi guru harus diperbaiki, keterampilan penggunaan media
pendidikan dan pengajaran harus diperbarui sesuai kemajuan media
komunikasi dan informasi abad ini.
7) Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan
fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak
didik. Sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang
menyenangkan bagi anak didik
8) Pembimbing
Peranan guru yang tak kalah penting dari semua peranan
adalah pembimbing. Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena
31
kehadiran guru disekolah adalah untuk membimbing anak didik
menjadi manusia dewasa susila yang cakap. Tanpa bimbingan,
anak didik akan mengalami kesulitan dalam mengahadapi
perkembangan dirinya.
9) Demonstator
Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat
dipahami anak didik. Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami
anak didik, guru harus berusaha dengan membantunya, dengan cara
mempragakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga apa
yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak.
10) Pengelola kelas
Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola
kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua
anak didik dan dalam rangka menerima pelajaran dari guru. Kelas
yang terlalu padat dengan anak didik, pertukaran udara yang
kurang, penuh kegaduhan, lebih banyak tidak menguntungkan bagi
terlaksananya interaksi edukatif yang optimal.
11) Mediator
Sebagai mediator guru hendaknya, memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai
bentuk dan jenisnya, baik media nonmaterial maupun materil.
Media berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan
proses interaksi edukatif.
32
12) Supervisor
Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu
memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran.
Teknik-teknik supervisor bukan hanya karena posisi atau
kedudukan yang ditempatinya, akan tetapi kerena pengalamannya,
pendidikannya, kecakapannya, atau keterampilan yang dimilikinya
atau karena memiliki kepribadian yang menonjol.
13) Evaluator
Sebagai evaluator, guru ditintut untuk menjadi seorang
evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penialian yang
menyentuk aspek ekstrinsik dan instrinsik. Penilaian terhadap
aspek instrinsik lebih menyentuh pada aspek nilai (values).
Penilaian terhadap kepribadian anak didik tentu lebih diutamakan
daripada penilaian terhadap jawaban anak didik ketika diberikan
tes18.
14) Pengawas
Sebagai pengawas guru harus senantiasa mengawasi seluruh
perilaku peserta didik, terutama pada jam-jam efektif sekolah,
sehingga kalau terjadi pelanggaran terhadap disiplin harus segera
diatasi.19
18Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, 43-48. 19 Mulyasa, Standar kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008), 126.
33
15) Penasehat
Guru sebagai penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang
tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai
penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk
menasehati orang. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan
kebutuhan untuk membuat keputusan, dan dalam prosesnya akan
lari kepada gurunya. Peserta didik akan menemukan sendiri dan
secara mengherankan, bahkan mungkin menyalahkan apa yang
ditemukannya, serta akan mengadu kepada guru sebagai orang
kepercayaannya.20
3. Peran guru dalam Mendisiplinkan Peserta Didik
Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian
materi pembelajaran, tetapi lebih dari itu, guru harus membentuk
kompetensi dan peribadi peserta didik. Oleh karena itu, guru harus
senantiasa mengawasi perilaku peserta didik, terutama pada jam-jam
sekolah, agar tidak terjadi penyimpangan perilaku atau tindakan yang
indisiplin. Untuk kepentingan tersebut, dalam rangka mendisiplinkan
peserta didik guru harus mampu menjadi pembimbing, contoh atau
teladan, pengawas, dan pengendali seluruh perilaku peserta didik.
Sebagai pembimbing, guru harus berupaya untuk membimbing dan
mengarahkan perilaku peserta didik ke arah yang positif, dan
20 M. Walid Mudri, “Kompetensi dan Peranan Guru dalam Pembelajaran,” Vol. 1 No. 1,
(Maret 2010) 119.
34
menunjukkan pembelajaran. Sebagai contoh atau teladan, guru harus
memperlihatkan perilaku disiplin yang baik kepada peserta didik, karena
bagaimana peserta didik akan berdisiplin kalau gurunya tidak
menunjukkan sikap disiplin. Sebagai pengawas, guru harus senantiasa
mengawasi seluruk perilaku peserta didik, terutama pada jam-jam efektif
sekolah, sehingga kalau terjadi pelanggaran terhadap disiplin dapat segera
diatasi. Sebagai pengendali, guru harus mampu mengendalikan seluruh
perilaku peserta didik di sekolah. Dalam hal ini guru harus mampu secara
efektif menggunakan alat pendidikan secara tepat waktu dan tepat sasaran,
baik dalam memberikan hadiah maupun hukuman terhadap peserta didik.21
Disiplin di sekolah merupakan disiplin dalam menaati aturan-
aturan atau tata tertib yang ada di sekolah. Beberapa contoh disiplin di
sekolah misalnya : datang tepat waktu, berpakaian sesuai dengan tata
tertib, tepat waktu dalam mengumpulkan tugas, disiplin sikap, dan lain
sebagainya. Upaya yang dilakukan sekolah untuk menanamkan karakter
dan nilai disiplin melibatkan peran dari semua komponen yang ada di
sekolah baik dari kepala sekolah, guru, siswa, serta semua pihak yang ada
di sekolah. Selain itu adanya aturan-aturan atau tata tertib yang mengikat
akan mendukung terbentuknya karakter disiplin. Namun demikian
pelaksanaan aturan-aturan tersebut tetap memerlukan pengawasan agar
tetap berjalan secara kontinu.
21 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009),
173.
35
B. Telaah Hasil Penelitian terdahulu
Selain peneliti telah menjelaskan landasan teori yang dipakai
sebagaimana tersebut diatas, peneliti juga melakukan telaah pustaka terhadap
hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan. Yang mana sebagai berikut :
Yang pertama peneliti mengambil dari skripsi terdahulu dengan
penyusunnya adalah Mohamad Sofi, NIM : 210308039, Jurusan Tarbiyah
Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo, dengan judul
“Upaya meningkatkan kedisiplinan murid kelas VII dan VIII melalui
kegiatan kepramukaan di Madrasah Tsanawiyah Darul Huda Mayak
Tonatan Ponorogo tahun ajaran 2011-2012”. Adapun hasil penelitian ini
adalah (a) Pelaksanaan kegiatan kepramukaan di Madrasah Tsanawiyah
Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo berjalan cukup baik sudah
terorganisasi dengan cukup baik dan kegiatan yang diagendakan bisa
berjalan dengan baik. (b) Upaya-upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan kedisiplinan murid kelas VII dan VIII melalui kegiatan
kepramukaan diantaranya adalah : pemberian materi kepramukaan,
memberikan keteladanan, peraturan, pemberian hukuman, upacara,
perkemahan, penjelajahan, Gladian Pimpinan Regu, dan pelantikan.
Yang kedua peneliti mengambil skripsi terdahulu yang disusun oleh
Ali Mustofa, NIM 243042008, dengan judul Upaya peningkatan
kedisiplinan siswa melalui scoring (studi kasus di SMKN 1 Badegan
Ponorogo tahun pelajaran 2008-2009). Adapun hasil penelitian ini adalah
(a) Dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah, pikah SMKN 1
36
Badegan Ponorogo menerapkan sistem scoring, yaitu pemberian skor pada
setiap pelanggaran. Hasil dari penerapan scoring ini dapat dirasakan oleh
SMKN 1 Badegan, yaitu dengan adanya sistem tersebut pihak guru dan
staf lebih bertanggung jawab serta lebih aktif. Pihak siswa juga lebih
disipin sehingga dalam mengikuti proses belajar mengajar bisa lebih focus.
(b) Sistem scoring di SMKN 1 Badegan meningkatkan kedisiplinan siswa.
Siswa di SMKN 1 Badegan sangat mentaati peraturan sekolah karena
adanya system scoring. (c) Pelaksanaan scoring di SMKN 1 badegan ini
menjadi tanggung jawab sekolah secara umum tetapi secara khusus dan
structural ini menjadi tanggung jawab BP, team tatib, dan wali kelas.dan
yang mendukung system scoring ini adalah semua pihak termasuk orang
tua, wali siswa, dan masyarakat sekitar sekolah.
Yang ketiga peneliti mangambil telaah penelitian terdahulu dari
skripsi dari Nofia Nur Laili dengan judul Upaya Kepala Madrasah dalam
Meningkatkan Kedisiplinan Peserta Didik di MI Tholabiyah Ngeterp
Jiwan Madiun Th. Pelajaran 2013/2014. Adapun hasil kesimpulannya
adalah (1) Proses pembentukan keisiplinan peserta didik di MI Tholabiyah
adalah : (a) Sebuah upaya ditak akan terealisasikan tanpa usaha. (b)
Kepala madrasah dan guru berusaha memberikan contoh dan menjadi
tauladan. (c) Kepala madrasah sebagai orang yang bertanggung jawab
mengontrol guru dan siswa. (d) Kepala madrasah selalu member support
dan kritik saran yang mendukung. (2) Upaya kepala madrasah untuk
meningkatkan kedisiplinan siswa di MI Tholabiyah adalah : (a) Menyusun
37
berbagai upaya dan program maupun peraturan yang sekiranya dapat
menumbuhkan disiplin. Upaya tersebut seperti : sholat berjamaah,
membiasakan berjabat tangan, menjaga kbersihan, proses KBM sesuai
jadwal, ekstrakurikuler, seragam beserta atribut, pemberian hukuman bagi
yang melanggar dan memberikan ganjaran bagi yang berprestasi, pelatihan
adzan, senam jum’at pagi, membaca Al-Qur’an sebelum KBM, dan
menjaga tata karma dan ketertiban dijalan. (b) Upaya dan program tersebut
disusun berdasarkan atas asas kegamaan, kedisiplinan, ketertiban,
kesehatan, akademis, non-akademis, dan social.
Adapun perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan
penelitian sebelumnya adalah jika penelitian yang dilakukan Mohammad
Sofi terfokus pada upaya dalam meningkatkan kedisiplinan melalui
kegiatan pramuka yang ada di Madrasah Tsanawiyah Darul Huda Mayak
Tonatan Ponorogo tahun ajaran 2011-2012, adapun pada penelitian ini
peneliti menekankan pada problem apa yang terjadi dalam mengupayakan
sebuah kedisiplinan pada siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri 01 Jarak,
kecamatan Siman, kabupaten Ponorogo, sehingga diharapkan semua siswa
pada SD Negeri 01 Jarak, kecamatan Siman, kabupaten Ponorogo mampu
melaksanakan semua peraturan dengan disiplin.
Sedangkan perbedaan penelitian Ali Mustofa dengan penelitian
yang peneliti lakukan adalah jika penelitian Ali Mustofa menekankan pada
pemberian scoring terhadap siswa SMKN 1 Badegan Ponorogo sebagai
upaya peningkatan kedisiplinan bagi siswa SMKN 1 Badegan Ponorogo
38
dan sebagai efek jera terhadap pelanggaran yang dilakukan. Namun pada
penelitian yang peneliti lakukan lebih terfokus pada problematika apa yang
ditemui pendidik dalam menegakkan kedisiplinan di SD Negeri 01 Jarak,
kecamatan Siman, kabupaten Ponorogo, yang mana problematika tersebut
dapat teratasi dengan solusi yang ditawarkan peneliti dalam penelitian ini.
Dan perbedaan penelitian Nofia Nur Laili dengan penelitian yang
peneliti lakukan adalah jika penelitian Nofia Nur Laili membahas tentang
upaya yang dilakukan Kepala Sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan
peserta didik di MI Tholabiyah Ngeterp, Jiwan, Madiun tahun pelajaran
2013/2014 dengan memberikan contoh dan menjadi tauladan kepada siswa
MI Tholabiyah Ngeterp, Jiwan, Madiun tahun pelajaran 2013/2014.
Sedangkan dalam penelitian yang peneliti lakukan fokus pembahasannya
kepada menguraikan problem yang ditemui guru dalam upaya
meningkatkan kedisiplinan di SD Negeri 01 Jarak, Siman, Ponorogo,
sehingga adanya solusi dalam mengatasi problem tersebut dan
terwujudnya kedisiplinan di SD Negeri 01 Jarak, Siman, Ponorogo.
39
BAB III
DESKRIPSI DATA
A. Deskripsi Data Umum
1. Sejarah Berdirinya
SDN I Jarak Siman Ponorogo berdiri atas persetujuan seluruh warga
desa Jarak. Karena letak desa yang jauh dari Sekolah Dasar dan mengingat
banyaknya anak yang membutuhkan pendidikan. Maka dari itu dengan
persetujuan seluruh elemen masyarakat didirikanlah sebuah Sekolah Dasar.
SDN I Jarak Siman Ponorogo didirikan atas dasar kurangnya
pendidikan umum di lingkup Desa Jarak, terutama pada pendidikan
keagamaan. Karena mengingat pentingnya Ilmu keagamaan sebagai bekal
hidup manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Selain itu
sebagai pedoman hidup yang tak lain adalah Al-Qur’an dan As-sunnah yang
merupakan dasar pembentuk iman dan taqwa manusia kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Letak Geografis
Sekolah Dasar Negeri I jarak Siman ini terletak di Dusun Depok Desa
Jarak Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo, dan menempati area tanah
seluas 1600 m. Pembangunan gedungnya didirikan atas kerjasama yang baik
antara dinas atau pemerintah, tokoh masyarakat, para pendidik, BP3, serta
wali murid.
40
Adapun letak geografis SDN I jarak Siman Ponorogo mempunyai
batas wilayah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan desa
Tranjang, sebelah selatan berbatasan dengan desa Kaponan, sebelah timur
berbatasan dengan hutan, dan sebelah barat berbatasan dengan sawah.
3. Visi dan Misi
a. Visi
“Mencetak Kader Bangsa yang Cerdas, Terampil, Berbudaya berdasarkan
Iman dan Taqwa”
b. Misi
1) Menanamkan keyakinan/aqidah melalui pengalaman ajaran agama.
2) Mengoptimalkan proses pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan.
3) Mengembangkan pengetahuan sesuai dengan bakat dan minat siswa.
4) Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dengan
lingkungan.
5) Melaksanakan pembiasaan bersikap sopan dan santun.
6) Menjaga budaya hidup bersih dan sehat.
4. Keadaan Guru, Karyawan, dan Peserta Didik SDN I Jarak.
a. Keadaan guru di SDN I Jarak
Guru memegang peranan sangat penting pada semua lembaga
pendidikan karena guru adalah seseorang yang terlibat secara langsung
serta bertanggung jawab terhadap keberhasilan proses belajar mengajar.
41
Sekolah yang berkualitas baik tidak terlepas dari para guru yang
profesional dalam mengajar anak didiknya, sehingga tujuan pendidikan
dapat tercapai dengan baik.
Data personalia SDN I Jarak secara keseluruhan berjumlah 9 orang
yang terdiri dari Kepala Sekolah, 3 guru laki-laki dan 5 guru perempuan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel I
No Nama Jabatan
1 Eni Suhartati,S.Pd, M.Pd Kepala Sekolah
2 Istiyah, S.Pd Guru Kelas VI
3 Umi Lestari, S.Pd, SD Guru Kelas V
4 Harto, S.Pd Guru Kelas IV
5 Pyma Ferdiana, S.Pd Guru Kelas III
6 Heni Purnamawati, S.Pd Guru Kelas II
7 Aluh Marlina, S.Pd Guru Kelas I
8 Zaenal Muhyi, S.Pd.I Guru PAI
9 Kharisma A M, S.Pd Guru Olah Raga
b. Keadaan karyawan SDN I Jarak
Untuk menjalankan proses belajar mengajar dalam menyukseskan
berjalanya proses pendidikan di SDN I Jarak Siman Ponorogo tidak hanya
mengandalkan dan dikelola tenaga guru saja namun juga para karyawan
42
atau pegawai yang membantu dalam kelancaran proses pendidikan. Dalam
menjalankan tugas fungsi pokonya dari masing – masing tugas pegawai
harus menyelasikanya dengan baik, sukses dan lancar. Hal ini untuk
memperlancar dan mensukseskan kegiatan belajar mengajar dan pross
pendidikan di SDN I Jarak Siman Ponorogo.
Dari daftar pegawai/karyawan di SDN I Jarak tahun 2015/2016
terdapat 5 orang, yang terdiri dari 4 orang sebagai pegawai administrasi
dan 1 orang sebagai penjaga sekolah
c. Keadaan peserta didik SDN I Jarak
Peserta didik dapat diartikan oleh peneliti sebagai orang yang dididik
oleh guru melalui proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan.
Adapun keadaan siswa berdasarkan dokumen milik SDN I Jarak siman
tahun 2015/2016 berjumlah 85 siswa yang terdiri dari 48 siswa laki-laki
dan 37 siswa perempuan.
5. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana infrastruktur merupakan komponen yang dapat
menentukan keberhasilan proses pendidikan. Dengan demikian maka proses
pendidikan seyogyanya harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang
memadai guna mensukseskan dan melancarkan proses belajar mengajar dalam
dunia pendidikan. Dalam rangka menunjang pelaksanaan proses belajar
mengajar di SDN I Jarak Siman Ponorogo memiliki fasilitas- fasilitas
(terlampir).
43
B. Deskripsi Data Khusus
Berikut Peneliti paparkan deskripsi data hasil observasi dan wawancara di
SDN 1 Jarak Siman Ponorogo :
1. Problematika Kedisiplinan Siswa di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo
Kedisiplinan siswa khususnya dalam bidang pendidikan menjadi salah
satu faktor untuk mengapai sebuah keberhasilan. Meskipun hal tersebut tidak
menjadi acuan utama akan keberhasilan seseorang, akan tetapi nilai
kedisiplinan mempunyai makna yang begitu mendalam, khususnya dalam
bidang pendidikan. Berkaitan dengan kedisiplinan dalam bidang pendidikan
tersebut, tentunya faktor guru dan tempat belajar siswa juga mempengaruhi
terhadap kedisiplinan siswa. Sehingga dalam hal meningkatkan kedisiplinan
sebuah siswa dalam pendidikan tentunya akan ditemui problematika yang
menghambat meningkatnya kedisiplinan siswa. Seperti yang dipaparkan
dalam BAB II bahwa secara umum tujuan disiplin adalah mendidik seseorang
agar dapat mengembangkan diri untuk melatih anak mengatur dirinya dan
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri sehingga menjadi pribadi kearah
tidak ketergantungan dan mengikuti segala peraturan. Di sekolah, disiplin diri
peserta didik bertujuan untuk membantu menemukan diri, mengatasi, dan
mencegah timbulnya problem-problem disiplin, serta berusaha menciptakan
suasana yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran,
sehingga mereka menaati segala peraturan yang ditetapkan. Penelitian dalam
problematika tersebut peneliti lakukan di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo.
44
Berkaitan dengan hal diatas, peneliti melakukan wawancara dengan ES
selaku Kepala Sekolah SDN I Jarak, beliau memaparkan tentang problematika
yang ditemui guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak
Siman Ponorogo sebagai berikut :
“Di SDN 1 Jarak Siman ini banyak mas problematika dalam
kaitannnya peningkatan kedisplinan siswa, diantaranya adanya siswa yang
sering tidak mengkuti upacara pada hari senin. Terus ada siswa yang
bermain diluar kelas pada waktu KBM. Banyak siswa yang tidak masuk
sekolah tanpa keterangan. Siswa juga sulit diatur dan lebih banyak
membantah peringatan, nasehat dan ajakan dari guru, sehingga tidak
disiplinnya siswa menyebabkan kurang efektifnya kegiatan belajar
mengajar.”1
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan Pak H selaku
Penanggung Jawab bagian kesiswaan, beliau menjelaskan, bahwa :
“Problematika yang ada di SDN 1 Jarak Siman ini banyak mas, siswa
sering membuat gaduh, sehingga akibatnya menganggu kegiatan belajar
mengajar. Selain itu, banyak siswa yang tidak menaati peraturan sekolah,
seperti halnya, siswa wajib datang sebelum pukul 07.00, dan rata-rata hal
ini terjadi pada siswa kelas V. Kadang juga siswa tidak membawa mata
pelajaran yang harus dia pelajarai hari ini, ini berarti ada keteledoran,
selain itu banyak siswa yang tidak mau belajar kelompok, mengerjakan pr,
akhirnya di sekolah siswa tersebut tertinggal dari teman-temannya yang
lain, belum lagi siswa yang kadang kala juga ikut-ikutan temannya, malas
untuk ikut kegiatan-kegiatan yang sudah di jadwalkan oleh sekolah.
Sehingga mereka banyak menyepelekan waktu dan kegiatan belajar
mengajar di SDN 1 Jarak Siman.”2
Disamping kepala sekolah dan penanggung jawab bagian kesiswaan.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan Pak ZM selaku guru Agama di
SDN 1 Jarak Siman, beliau menjelaskan, bahwa :
1 Lihat Transkip Wawancara No. 01/1-W/9-IX/2016 2 Lihat Transkip Wawancara No. 02/2-W/16-IX/2016
45
”Problematika yang ada di SDN 1 Jarak Siman ini kurang lebih mungkin
sama dengan yang ada disekolah-sekolah yang lain. Seperti siswa tidak bisa
masuk tepat waktu, banyak siswa sering membuat gaduh, siswa kurang punya
rasa semangat untuk belajar, juga banyak siswa yang tidak memperhatikan
kegiatan-kegiatan yang ada disekolah pula. Berhubung saya disini berada
dalam kegiatan keagamaan, yang saya ketahui selama ini masih banyak siswa
yang belum menaati aturan-aturan sekolah, dimana disekolah ini kami ajarkan
adanya sholat dhuha berjamaah, tapi banyak siswa lebih memilih bermain
daripada mengikuti sholat dluha berjamaah tersebut. Itu baru contoh kecilnya
saja, belum ketika di dalam kelas membuat gaduh, sering bertengkar dengan
teman, tidak mengerjakan tugas rumah, tidak mau belajar dirumah dengan
teman, begitu pula kadang kalau ada pelajaran tambahan tidak mengikuti,
tentunya kurang disiplinnya siswa dalam hal ini akan berakibat kepada siswa
sendiri”3.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Problematika Kedisiplinan
Siswa di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo
Sebuah problematika yang muncul dalam peningkatan kedisiplinan
siswa tentunya tidak serta merta muncul begitu saja, namun problematika
tersebut ada karena adanya faktor-faktor baik secara internal maupun secara
eksternal. Faktor-faktor yang berasal dari internal maupun eksternal
mempunyai pengaruh besar terhadap upaya guru untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa. Dengan adanya problematika tersebut berpengaruh
terhadap efektivitas dan keberhasilan guru serta sekolah dalam menjalankan
program kegiatan belajar mengajar, sehingga menghambat perkembangan
siswa untuk mencapai hasil yang menjadi target dalam kegiatan belajar
mengajar tersebut. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya
problematika dalam peningkatan kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak Siman
3 Lihat Transkip Wawancara No. 03/3-W/21-IX/2016
46
Ponorogo. Sebagaimana yang dijelaskan oleh ES selaku Kepala Sekolah SDN
I Jarak.
“Faktor-faktor yang menghambat dalam penigkatan kedisiplinan siwa
itu ada yang dari luar dan dari dalam. Yang dari luar seperti kurangnya
perhatian dari pihak keluarga dan masyarakat terhadap siswa untuk
berdisiplin, pengaruh teman bermain, kurangnya keteladanan dari
guru. Ya intinya pengaruh dari lingkungan, baik keluarga, sekolah,
dan masyarakat. Dan juga kurangnya perhatian dari Dinas Pendidikan.
Sedangkan yang dari dalam itu tidak ada kesadaran pada diri siswa itu
sendiri tentang kedisiplinan.”4
Selain mengali informasi dari kepala sekolah, peneliti juga melakukan
wawancara dengan pak Harto, beliau menjelaskan :
“Adanya problematika dalam meningkatkan sebuah kedisplinan siswa
tentu tidak dapat dipungkiri adanya perkembangan zaman yang
semakin hari semakin maju. Sayangnya hal ini tidak didukung oleh
keadaan pendidikan karakter yang ada, sehingga banyak sekali anak
yang tidak begitu baik cermin akhlaknya. Hal ini bisa dilihat dari
adanya problematika yang ada di SDN 1 Jarak Siman ini. Dalam
pengamatan saya sebagai penanggung jawab bagian kesiswaan faktor
yang menjadikan penghambat kedisplinan siswa itu antara lain
perkembangan tekhnologi, seperti playstation, Hp, dan Televisi,
pengaruh teman bermain, kurangnya peran dari pihak keluarga, kurang
komunikasi antara wali kelas dan wali murid/keluarga. Kurangnya
keteladanan dari guru. Kurangnya pembiasaan-pembiasaan pada siswa
untuk berdisiplin.”5
Pak ZM selaku guru agama di SDN 1 Jarak Siman juga mempunyai
penjelasan tersendiri mengenai faktor yang menyebabkan adanya
problematika peningkatkan kedisiplinan siswa, yaitu :
“Jadi begini, faktor itu biasanya juga tidak jauh dari siswa sendiri.
Kalau dari pihak sekolah sebenarnya sudah berusaha untuk
memberikan pengertian terhadap siswa, supaya disiplin dalam segala
4 Lihat Transkip Wawancara No. 01/1-W/9-IX/2016 5 Lihat Transkip Wawancara No. 02/2-W/16-IX/2016
47
hal, tidak hanya disiplin waktu, meskipun waktu itu jadi ukuran.
Dalam hal mengenai faktor yang menjadi penyebab adanya
problematika tersebut, dari sudat padang saya diantaranya kurangnya
pendidikan tambahan seperti TPA, TPQ, Dll, kurangnya penyadaran
dari pihak keluarga tentang keagamaan siswa, karena agama akan
berpengaruh dalam kedisiplinan, kurangnya motivasi dari pihak
sekolah, seperti poster-poster tentang kata-kata motivasi.”6
3. Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Di SDN 1 Jarak
Siman Ponorogo
Sebuah problematika yang muncul disebuah lembaga pendidikan formal
menjadi tanggung jawab dari kepala sekolah beserta guru, disatu sisi peran
guru sebagai pengawas harus dilaksanakan oleh setiap guru di sekolah, karena
yang menjadi pengawas tidak hanya kepala sekolah. Guru pun juga berperan
sebagai pengawas peserta didik disekolah. Upaya yang dilakukan guru di
SDN 1 Jarak Siman Ponorogo sebagai pengawas yaitu mengamati secara jeli
dan apabila ada yang melanggar langsung ditegur. Selain daripada itu guru
sebagai penasihat harus dapat memberikan contoh yang baik pada peserta
didik. Karena seorang guru yang baik harus bisa menjadi contoh yang baik,
agar peserta didik dapat menirukan hal kebaikan yang biasa dilakukan oleh
seorang guru. Misalnya datang ke sekolah tepat waktu. Berikut peneliti
paparkan upaya yang dilakukan oleh guru dalam kaitannya mengatasi
problematika peningakatan kedisiplinan siswa :
6 Lihat Transkip Wawancara No. 03/3-W/21-IX/2016
48
Berkaitan dengan hal diatas, peneliti melakukan wawancara dengan ES
selaku Kepala Sekolah SDN I Jarak, beliau memaparkan tentang problematika
yang ditemui guru tentang upaya mengatasi problematika meningkatkan
kedisiplinan siswa di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo sebagai berikut :
“Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasai problematika
peningkatan kedisiplinan siswa tidak hanya tertumpu pada satu titik saja
yaitu guru. Namun, elemen-elemen yang ada di sekolah ini harus bekerja
sama, saling membantu dan punya peran vital yang sama, karena siswa
yang belajar disini menjadi tanggung jawab sekolah bukan hanya guru
ataupun kepala sekolah. Dalam rangka mengatasi problematika tersebut,
tentunya kami dari pihak sekolah selalu melakukan kontrol harian,
mingguan dan bulanan. Kontrol harian itu berupa catatan harian, apa saja
hal yang terjadi pada siswa setiap harinya, sedangkan mingguan adalah
evaluasi kami terhadap catatan ketidaksiplinan yang dilakukan oleh siswa
setelah ditegur, diberi peringatan bahkan dengan memberikan surat
pemberitahuan kepada orang tua. Tidak hanya secara harian dan
mingguan, kami juga melakukan kontrol bulanan, hal ini sebenarnya sama
dengan mingguan tadi kami hanya melihat dari bulan ke bulan bagaimana
perubahan terhadap tingkat kedisiplinan siswa.
Berbicara tentang upaya tentunya tidak hanya membahas tentang
upayanya apa, namun lebih kepada bentuknya, maksudnya wujud dari
upaya itu berupa tindakan dari sekolah, baik lewat kepala sekolah atau
guru secara langsung, namun juga bisa melalui pihak yang mempunyai
peran terhadap kedisiplinan siswa itu sendiri.
Tindakan-tindakan atau upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah
antara lain : pihak sekolah melalui guru melakukan upaya berupa, guru
harus on time (tepat waktu), kalau masuk jam 07.00 wib ya harus masuk
jam 07.00 wib, kalau istirahatnya jam 09.30 wib dan pulangnya jam 13.00
wib ya harus diterapkan hal demikian, dalam artian apa, kami melalui guru
yang mengajar dikelas memberikan pembelajaran tentang disiplinnya
sebuah waktu. Karena di SDN 1 Jarak Siman ini, banyak anak yang sering
datang ke sekolah tapi pada akhirnya dia sampai sekolah tetapi tidak
masuk kelas. Selain itu kami juga meminta kepada warga atau masyarakat
sekitar untuk ikut andil yaitu mengawasi siswa yang colut untuk
dilaporkan ke sekolah supaya cepat ditindak dan tidak menimbulkan
masalah kedisiplinan yang lebih besar lagi. Pihak sekolah juga meminta
kepada para orang tua untuk mengawasi dan aktif mengecek tugas-tugas
yang diberikan oleh guru kepada para siswa, supaya para siswa tersebut
tidak menggangap remeh tugas yang diberikan, sehingga mereka bisa
49
sadar dan mempunyai rasa tanggung jawab yang pada akhirnya siswa bisa
disiplin dengan tugas-tugasnya.
Selain daripada itu, sekolah memberikan kegiatan-kegiatan yang
bertujuan untuk mendongkrak kesadaran diri tentang pentingnya
berdisiplin, seperti upacara hari Senin, mengadakan sholat dhuha
berjamaah, mewajibkan siswa untuk ikut pramuka, dan juga dengan
mengadakan ekstrakulikuler lain yang mendorong siswa untuk berdisiplin.
Selain itu sekolah selalu memberikan pengetahuan secara mendalam
tentang pentingnya kedisiplinan. Dan tidak lupa kami juga memberikan
sanksi terhadap siswa yang melanggar peraturan sekolah.”7
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan Pak H selaku
Penanggung Jawab bagian kesiswaan, beliau menjelaskan tentang upaya
mengatasi problematika kedisiplinan siswa tersebut. Hasil wawancara tersebut
adalah sebagai berikut :
“Mengenai upaya yang guru lakukan untuk mengatasi problematika
tersebut banyak mas. Diantaranya, guru bekerja sama dengan masyarakat
melalui sekolah yang dinaungi oleh kepala sekolah, menjalin kerja sama,
yaitu mengawasi para siswa yang datang ke sekolah tetapi tidak masuk ke
kelas dan lebih memilih bermain dengan temannya. Selain itu, para guru
juga dituntut untuk memberikan teladan berupa disiplin dalam mengajar
(waktu mengajarnya). Memberikan contoh tentang pentingnya menaati
sebuah aturan yang ada disekolah, semisal setiap hari diadakan sholat
dhuha berjamaah, berarti guru harus mau menjadi memberikan contoh
atau teladan kepada para siswa untuk sholat dhuha berjamaah, selain itu
ada pula tentang kegiatan ekstrakulikuler seperti halnya pramuka, dalam
pramuka ya diajarkan bagaimana harus disiplin tidak hanya pada waktu
saja, akan tetapi juga disiplin dalam perintah atau aturan yang ada. Para
guru juga menjalin hubungan dengan para wali murid, agar wali murid
juga ikut mengontrol anak-anaknya, baik selama dirumah ataupun di luar
rumah (ketika sekolah), semisal para orang tua harus bisa memberikan
pentingnya nilai-nilai yang ada dalam sebuah kedisiplinan,orang tua mau
memperhatikan dan perduli dengan kondisi anak-anaknya, semisal ketika
dirumah, belajarnya juga harus dikontrol, sehingga ketika ada tugas dari
guru siswa mau mengerjakan dan tidak menganggur ketika sudah masuk
kelas. Orang tua juga harus bisa menjelaskan dan mengarahkan, kenapa
harus berperilaku displin, semisal kalau gak mengikuti pelajaran
7 Lihat Transkip Wawancara No. 01/1-W/9-IX/2016
50
matematika pada hari rabu, kamu nanti pada waktu ujian pasti gak bisa
menjawab soal-soalnya, karena pada waktu itu kamu tidak masuk dan
lebih memilih bermain dengan teman akhirnya kamu ketinggalan materi
yang harus dikuasai.”8
Disamping kepala sekolah dan penanggung jawab bagian kesiswaan.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan Pak ZM selaku guru Agama di
SDN 1 Jarak Siman, beliau menjelaskan, bahwa :
“Problematika itu timbulnya tidak hanya dari faktor sekolah saja, jadi
upaya yang kami ambil diantaranya mewajibkan setiap siswa untuk
mengikuti sholat dhuha jika tidak mengikuti akan kami berikan sanksi,
memberikan anjuran dan motivasi kepada siswa untuk mengikuti kegiatan
non formal seperti TPA dan TPQ, mengadakan kerjasama dengan wali
murid untuk memberi wawasan tentang pentingnya disiplin. Mengadakan
evaluasi langsung dengan para guru, jajaran penting yang ada di sekolah,
masyarakat dan tentunya wali murid sendiri.”9
8 Lihat Transkip Wawancara No. 02/2-W/16-IX/2016 9 Lihat Transkip Wawancara No. 03/3-W/21-IX/2016
55
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Analisa Terhadap Problematika Kedisiplinan Siswa di SDN 1 Jarak
Siman Ponorogo
Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian materi
pembelajaran, tetapi lebih dari itu, guru harus membentuk kompetensi dan
peribadi peserta didik. Oleh karena itu, guru harus senantiasa mengawasi
perilaku peserta didik, terutama pada jam-jam sekolah, agar tidak terjadi
penyimpangan perilaku atau tindakan yang indisiplin. Untuk kepentingan
tersebut, dalam rangka mendisiplinkan peserta didik guru harus mampu
menjadi pembimbing, contoh atau teladan, pengawas, dan pengendali seluruh
perilaku peserta didik.
Sebagai pembimbing, guru harus berupaya untuk membimbing dan
mengarahkan perilaku peserta didik ke arah yang positif, dan menunjukkan
pembelajaran. Sebagai contoh atau teladan, guru harus memperlihatkan
perilaku disiplin yang baik kepada peserta didik, karena bagaimana peserta
didik akan berdisiplin kalau gurunya tidak menunjukkan sikap disiplin.
Sebagai pengawas, guru harus senantiasa mengawasi seluruk perilaku peserta
didik, terutama pada jam-jam efektif sekolah, sehingga kalau terjadi
pelanggaran terhadap disiplin dapat segera diatasi. Sebagai pengendali, guru
harus mampu mengendalikan seluruh perilaku peserta didik di sekolah. Dalam
hal ini guru harus mampu secara efektif menggunakan alat pendidikan secara
56
tepat waktu dan tepat sasaran, baik dalam memberikan hadiah maupun
hukuman terhadap peserta didik.1
Disiplin di sekolah merupakan disiplin dalam menaati aturan-aturan atau
tata tertib yang ada di sekolah. Beberapa contoh disiplin di sekolah misalnya :
datang tepat waktu, berpakaian sesuai dengan tata tertib, tepat waktu dalam
mengumpulkan tugas, disiplin sikap, dan lain sebagainya. Upaya yang
dilakukan sekolah untuk menanamkan karakter dan nilai disiplin melibatkan
peran dari semua komponen yang ada di sekolah baik dari kepala sekolah,
guru, siswa, serta semua pihak yang ada di sekolah. Selain itu adanya aturan-
aturan atau tata tertib yang mengikat akan mendukung terbentuknya karakter
disiplin. Namun demikian pelaksanaan aturan-aturan tersebut tetap
memerlukan pengawasan agar tetap berjalan secara kontinu.
Di SDN Jarak 1 Siman, masih banyak sekali kendal-kendala yang muncul
dalam hal pendisiplinan siswa. Jika dilihat dengan adanya problematika
tersebut, tentu akan berimbas kepada siswa sendiri kedepannya, hal ini bisa
dilihat dari hasil wawancara dengan Bu ES:
Di SDN 1 Jarak Siman ini banyak mas problematika dalam kaitannnya
peningkatan kedisplinan siswa, diantaranya adanya siswa yang sering tidak
mengkuti upacara pada hari senin. Terus ada siswa yang bermain diluar kelas
pada waktu KBM. Banyak siswa yang tidak masuk sekolah tanpa keterangan.
Siswa juga sulit diatur dan lebih banyak membantah peringatan, nasehat dan
1 E. Mulyasa, Menjai Guru Profesional, 173.
57
ajakan dari guru, sehingga tidak disiplinnya siswa menyebabkan kurang
efektifnya kegiatan belajar mengajar.2
Hal diatas bisa diambil benang merah bahwa nilai indisipliner yang masih
tinggi di SDN 1 Jarak Siman. Sehingga tujuan dari adanya disiplin belum
terwujudkan dalam sekolah tersebut. Hal ini bisa dilihat dari tujuan disiplin itu
sendiri yaitu mendidik seseorang agar dapat mengembangkan diri untuk
melatih anak mengatur dirinya dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri
sehingga menjadi pribadi kearah tidak ketergantungan dan mengikuti segala
peraturan. Di sekolah, disiplin diri peserta didik bertujuan untuk membantu
menemukan diri, mengatasi, dan mencegah timbulnya problem-problem
disiplin, serta berusaha menciptakan suasana yang aman, nyaman, dan
menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka menaati segala
peraturan yang ditetapkan.3
Hal yang ada di SDN 1 Jarak Siman tersebut tentu belum mencerminkan
adanya sikap disiplin siswanya. Sehingga hal ini menjadi sebuah problemtika
yang harus disegera diselesaikan. Mengapa demikian, dalam hemat penulis
adanya makna kedisiplinan agar dapat mengembangkan diri untuk melatih
anak mengatur dirinya dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, berarti
sejak dini anak sudah dijarkan sifat mandiri tidak bergantung kepada siapapun.
Namun kenyataanya masih banyak siswa yang engan untuk berdisiplin dan
lebih memilih mengikuti apa yang menjadi kemauannya. Hal ini bisa dilihat
2 Lihat Transkip Wawancara No. 01/1-W/9-IX/2016 3Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, 26.
58
dari hasil wawancara dengan Pak H selaku penanggung jawab bagian
kesiswaan.
Problematika yang ada di SDN 1 Jarak Siman ini banyak mas, siswa
sering membuat gaduh, sehingga akibatnya menganggu kegiatan belajar
mengajar. Selain itu, banyak siswa yang tidak menaati peraturan sekolah,
seperti halnya, siswa wajib datang sebelum pukul 07.00, dan rata-rata hal ini
terjadi pada siswa kelas V. Kadang juga siswa tidak membawa mata pelajaran
yang harus dia pelajarai hari ini, ini berarti ada keteledoran, selain itu banyak
siswa yang tidak mau belajar kelompok, mengerjakan pr, akhirnya di sekolah
siswa tersebut tertinggal dari teman-temannya yang lain, belum lagi siswa
yang kadang kala juga ikut-ikutan temannya, malas untuk ikut kegiatan-
kegiatan yang sudah di jadwalkan oleh sekolah. Sehingga mereka banyak
menyepelekan waktu dan kegiatan belajar mengajar di SDN 1 Jarak Siman.4
Dari keterangan diatas dapat diuraikan bahwa siswa yang paling tinggi
tingkat indisiplinernya adalah siswa kelas V, yang seharusnya anak (siswa)
dalam tingkat kelas v ini sudah bisa berfikir meskipun sifat kekanak-kanakan
tersebut tetap ada. Namun fakta yang ada menunjukkan bahwa anak-anak
(siswa) kelas v ini menjadi siswa dengan tingkat indisipliner tinggi. Sehingga
jika mengacu kepada hal kebiasaan seharusnya siswa yang sudah duduk
dibangku kelas v sudah terbiasa dengan adanya hal-hal yang ada disekolah,
namun kenyataannya berbalik. Padahal disiplin diri merupakan suatu siklus
kebiasaan yang kita lakukan secara berulang-ulang dan terus menerus secaara
4 Lihat transkip wawancara no. 02/2-W/16-IX/2016
59
berkesinambungan sehingga menjadi suatu hal yang bisa kita lakukan. Sikap
disiplin dapat mengantarkan seseorang pada jalan kesuksesan, karena orang
yang berdisiplin akan bersikap teguh dalam menjalani niat dan cita-cita yang
ingin diraihnya.5 Jika anak (siswa) indisipliner maka melihat makna bahwa
dengan adanya kedisiplinan akan mengantarkan kesuksesan tentunya akan
menjadi penghambat siswa tersebut, karena karakter yang sudah terbentuk
sejak dini sering kali melakukan indisipliner.
Disamping hal tersebut adanya siswa yang tidak taat dan mengikuti aturan
yang ada disekolah tentunya berimbas pada keteladanan siswa itu sendiri,
misalnya dalam hal keagamaan, hal ini bisa dilihat dari hasil wawancara
dengan Pak ZM.
Problematika yang ada di SDN 1 Jarak Siman ini kurang lebih mungkin
sama dengan yang ada disekolah-sekolah yang lain. Seperti siswa tidak bisa
masuk tepat waktu, banyak siswa sering membuat gaduh, siswa kurang punya
rasa semangat untuk belajar, juga banyak siswa yang tidak memperhatikan
kegiatan-kegiatan yang ada disekolah pula. Berhubung saya disini berada
dalam kegiatan keagamaan, yang saya ketahui selama ini masih banyak siswa
yang belum menaati aturan-aturan sekolah, dimana disekolah ini kami ajarkan
adanya sholat dhuha berjamaah, tapi banyak siswa lebih memilih bermain
daripada mengikuti sholat dluha berjamaah tersebut. Itu baru contoh kecilnya
saja, belum ketika di dalam kelas membuat gaduh, sering bertengkar dengan
teman, tidak mengerjakan tugas rumah, tidak mau belajar dirumah dengan
5 Muwafik Saleh, Membangun Karakter Dengan Hari Nurani, 297.
60
teman, begitu pula kadang kalau ada pelajaran tambahan tidak mengikuti,
tentunya kurang disiplinnya siswa dalam hal ini akan berakibat kepada siswa
sendiri.6
Melihat kondisi yang ada di SDN 1 Jarak Siman tersebut, hal ini tentunya
menjadi evaluasi tidak hanya dari pihak SDN 1 Jarak Siman saja, namun juga
pihak-pihak yang berkaitan dengan pendidikan pula. Jika melihat banyak
siswa lebih memilih bermain daripada mengikuti sholat dluha berjamaah,
tentunya dari sudut keagamaan ini menjadi point penting yang perlu
diperhatikan. Mengingat sholat adalah tiang agama, meskipun ini sholat
sunah namun jangan diremehkan, karena jangka panjangnya terhadap
kebiasaan siswa dalam masyarakat sehari-hari tentunya kurang lebih juga akan
sama.
Penemuan terhadap indisipliner siswa tersebut, dalam hal ini jelas tidak
sesuai dengan adanya kedisplinan itu sendiri. Hal ini bisa dilihat bahwa
seorang siswa dikategorika disiplin dalam yaitu :
1) Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritarian. Menurut
kacamata konsep ini, peserta didik di sekolah dikatakan mempunyai
disiplin tinggi manakala mau duduk tenang sambil memperhatikan uraian
guru ketika sedang mengajar. Peserta didik diharuskan mengiyakan saja
terhadap apa yang dikehendaki guru, dan tidak boleh membantah. Dengan
demikian, guru bebas memberikan tekanan kepada peserta didik, dan
6Lihat Transkip Wawancara No. 03/3-W/21-IX/2016
61
memang harus menekan peserta didik. Dengan demikian, peserta didik
takut dan terpaksa mengikuti apa yang diinginkan oleh guru.
Pada posisi ini, apa yang ada dengan siswa SDN 1 Jarak Siman
berbalik arah. Siswa didik SDN 1 Jarak Siman, sering kali membantah dan
tidak takut dengan nasehat serta teguran teguran dari sekolah.
2) Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive. Menurut konsep
ini, peserta didik haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam
kelas dan sekolah. Aturan-aturan di sekolah dilonggarkan dan tidak perlu
mengikat kepada peserta didik. Peserta didik dibiarkan apa saja sepanjang
itu menurutnya baik.
Hal ini juga belum selaras dengan wujud dari kondisi siswa di
SDN 1 Jarak. Yang mana, siswa hanya melakukan kegiatan yang
menurutnya baik akan tetapi tidak mencerminkan keteladanan. Sehingga
hal ini akan mengakibatkan sebuah kemunduran bagi siswa, khususnya
dalam pendidikan itu sendiri.
3) Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang
terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Disiplin demikian,
memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berbuat
apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan ia, haruslah ia tanggung.
kebebasan jenis ketiga ini juga lazim dikenal dengan kebebasan
terbimbing.7
7Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, 173-174.
62
Adanya kebebasan terhadap siswa dengan mengontrolnya setiap kegiatan
yang dijalankannya memang sudah menjadi tanggung jawab dan tugas dari
guru, namun bukan berarti hal tersebut bisa sepenuhnya menjadikan siswa
bisa disiplin, contohnya, di SDN 1 Jarak Siman masih diketemui
terkadang ada siswa yang lebih memilih bermain daripada mengikuti
KBM, serta adanya perbuatan gaduh sehingga mengakibatkan
terganggunya kegiatan belajar mengajar tentunya hal ini sangat perlu
untuk diperhatikan dan menjadi evaluasi tersendiri.
Adanya problematika dalam peningkatan kedisiplinan siswa di SDN 1
Jarak Siman Ponorogo, hal ini dapat ditarik sebuah benang merah yaitu bahwa
tingkat Indisipliner di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo merupakan kendala yang
bisa menghambat kegiatan belajar mengajar. Serta tidak mencerminkan
adanya kedisiplinan sekolah seperti yang dijelaskan oleh Ngainun Naim yaitu
:
1) Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.
2) Mendorong siswa melakukan yang baik dan benar
3) Membantu siswa memahami diri dengan tuntutan lingkungannya dan
menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah.
4) Siswa belajar hidup dengan kebiasaan- kebiasaan yang baik dan
bermanfaat baginya serta lingkungannya.8
8Naim, Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu
& Pembentukan Karakter Bangsa, 147-148.
63
B. Analisa Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Problematika
Kedisiplinan Siswa di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo
Peningkatan kedisiplinan bisa dipengaruhi beberpa faktor antara lain,
antara lain faktor dalam (Intern), faktor luar (ekstern). Jika kaitannya dengan
peningkatan kedisiplinan siswa tentunya hal ini tidak bisa dilepaskan peran
dan fungsi dari sekolah itu sendiri. Sejauh peneliti ketahui, di SDN 1 Jarak
Siman tingkat disiplin siswanya masih rendah, hal ini dapat dilihat dari adanya
temuan problematika yang ada. Sebuah problematika tentunya tidak serta
merta timbul begitu saja tanpa adanya faktor yang melatar belakanginya.
Seperti yang dijelaskan oleh bu ES, bahwa faktor penghambat peningkatan
kedisiplinan siswa SDN 1 Jarak Siman yaitu ; Faktor-faktor yang menghambat
dalam penigkatan kedisiplinan siwa itu ada yang dari luar dan dari dalam.
Yang dari luar seperti kurangnya perhatian dari pihak keluarga dan
masyarakat terhadap siswa untuk berdisiplin, pengaruh teman bermain,
kurangnya keteladanan dari guru. Ya intinya pengaruh dari lingkungan, baik
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dan juga kurangnya perhatian dari Dinas
Pendidikan. Sedangkan yang dari dalam itu tidak ada kesadaran pada diri
siswa itu sendiri tentang kedisiplinan.9
Mengutip dari penjelasn bu ES tersebut, dalam hemat penulis masih
adanya kesenjangan antara faktor internal serta eksternal terhadap pentingnya
sebuah kedisiplinan. Peran dan fungsi dari faktor-faktor tersebut sangat
berpengaruh terhadap nilai disiplin siswa. Namun pada kenyataannya tingkat
9 Lihat Transkip Wawancara No. 01/1-W/9-IX/2016
64
kepekaan (perhatian) khususnya dari faktor eksternal ternyata sangatlah
lemah, sehingga bagi usia kanak-kanak tidak dapat dipungkiri jika tingkat
indisiplinernya tinggi. Menginggat bahwa anak itu perlu dan butuh tidak
hanya bimbingan semata, namun juga kepada contoh yang riil dalam sebuah
tindakan sehari-hari. Hal tersebut juga tidak bisa luput dari adanya kemajuan
zaman pula, seperti yang dijelaskan oleh Pak H :
Adanya problematika dalam meningkatkan sebuah kedisplinan siswa tentu
tidak dapat dipungkiri adanya perkembangan zaman yang semakin hari
semakin maju. Sayangnya hal ini tidak didukung oleh keadaan pendidikan
karakter yang ada, sehingga banyak sekali anak yang tidak begitu baik cermin
akhlaknya. Hal ini bisa dilihat dari adanya problematika yang ada di SDN 1
Jarak Siman ini. Dalam pengamatan saya sebagai penanggung jawab bagian
kesiswaan faktor yang menjadikan penghambat kedisplinan siswa itu antara
lain perkembangan tekhnologi, seperti playstation, Hp, dan Televisi, pengaruh
teman bermain, kurangnya peran dari pihak keluarga, kurang komunikasi
antara wali kelas dan wali murid/keluarga. Kurangnya keteladanan dari guru.
Kurangnya pembiasaan-pembiasaan pada siswa untuk berdisiplin.10 Namun
sebuah indisipliner juga tidak bisa dilepaskan dari faktor anak itu sendiri.
Seperti yang diungkapkan pak ZM, bahwa :
Faktor itu biasanya juga tidak jauh dari siswa sendiri. Kalau dari pihak
sekolah sebenarnya sudah berusaha untuk memberikan pengertian terhadap
siswa, supaya disiplin dalam segala hal, tidak hanya disiplin waktu, meskipun
10 Lihat Transkip Wawancara No. 02/2-W/16-IX/2016
65
waktu itu jadi ukuran. Dalam hal mengenai faktor yang menjadi penyebab
adanya problematika tersebut, dari sudat padang saya diantaranya kurangnya
pendidikan tambahan seperti TPA, TPQ, Dll, kurangnya penyadaran dari
pihak keluarga tentang keagamaan siswa, karena agama akan berpengaruh
dalam kedisiplinan, kurangnya motivasi dari pihak sekolah, seperti poster-
poster tentang kata-kata motivasi.11
Seperti yang sudah teruraikan diatas bahwa sebuah kedisiplinan itu bisa
dipengaruhi oleh faktor intern maupun ekstern. Dari sudut pandang faktor
dalam (Intern), maka kedisiplinan bisa dihasilkan karena faktor dari dalam ini
berupa kesadaran dalam diri seseorang yang mendorong seseorang tersebut
untuk menerapkan disiplin pada dirinya sendiri.
Pada kenyataan yang terjadi dan melihat pada faktor intern ini, tingkat
kesadaran siswa terhadap pentingnya sebuh kedisiplinan belum ada. Hal
demikian dapat diketahui sebagaimana penjelasan dalam prbolematika yang
ditemui guru, seperti murid sering terlambat, lebih memilih bermain daripada
mengikuti kegiatan seperti sholat dluha berjamaah, tidak mengerjakan tugas
rumah dan sebagainya. Hal ini tidaklah mencerminkan sikap siswa yang
seharusnya datang ke sekolah tepat pada waktunya, mengikuti kegiatan yang
menjadi program sekolah, serta siswa bisa mengerjakan tugas rumahnya tepat
waktu. Melihat dari sisi internal ini, tentu adanya indisipliner siswa yang ada
di SDN 1 Jarak Siman ini mencerminkan, bahwa siswa belum sepenuhnya
menguasai, memahami arti penting dari disiplin.
11 Lihat Transkip Wawancara No. 03/3-W/21-IX/2016
66
Sebuah problemtika timbul tidak hanya atas faktor internal saja, namun
juga berasal dari faktor Luar (Ekstern). Faktor dari luar ini berasal dari selain
faktor dalam, yakni meliputi :
a) Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga ini sangat penting terhadap perilaku seseorang
termasuk tingkat kedisiplinannya. Karena keluarga disini merupakan
lingkungan yang paling dekat pada diri seseorang dan tempat pertama kali
seseorang berinteraksi.
Dengan adanya perkembangan zaman yang semakin maju, tentu peran
ligkungan keluarga menjadi faktor yang sangat vital bagi perkembangan
siswa (anak). Karena pada tingkat keluarga inilah, kepribadian seseorang
itu dibentuk. Jika anak lebih sering bermain Handphone, Playstation, lebih
memilih untuk bermain dengan teman daripada belajar, maka hal ini
sangatlah tidak dianjurkan untuk masa depan seorang anak. Mengapa
demikian, dengana adanya kebebasan dan tidak adanya perhatian terhadap
anak-anak tentunya bisa merusak masa depan anak itu sendiri sebagai
tunas bangsa. Menginggat dalam tahapan ini adalah tahap pembentukan
karakter atau kepribadian. Jika lingkungan yang tercipta hanya mengjarkan
kepada kebebasan anak untuk melakukan apapun yang diinginkan hal ini
tentu akan berdampak kepada kepribadian anak yang keras dan sulit diatur,
yang pada akhirnya siswa (anak) lebih memilih apa yang menjadi
kemauannya daripada mengikuti nasehat guru dan orang tua. Hal ini bisa
dilihat ketika sedang adanya kegiatan belajar mengajar, masih banyak
67
siswa yang lebih memilih bermain, dan dirumah juga lebih sering bermain
handphone, playstation, sehingga tugas dirumah untuk belajar akhirnya
tidak tercapai karena anak lebih memilih untuk bermain hal-hal tersebut.
Oleh karena itu, peran penting keluarga merupakan hal yang sangat
vital untuk kemajuan seorang anak itu sendiri. Seperti yang dinyatakan Ki
Hajar Dewantara dalam Moh. Shochib bahwa keluarga merupakan “pusat
pendidikan” yang pertama dan terpenting karena sejak timbulnya adab
kebiasaan sampai kini, keluarga selalu mempengaruhi pertumbuhan budi
pekerti tiap-tiap manusia. Sehubungan dengan ini, disiplin diri sangat
diperlukan bagi anak agar ia memiliki budi pekerti yang baik. Bantuan
yang diberikan oleh orang tua adalah lingkungan kemanusiaan yang yang
disebut pendidikan disiplin diri.12
b) Lingkungan Sekolah
Selain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga
mempengaruhi kedisiplinan seorang anak. Di sekolah banyak cara yang
dilakukan dalam menegakkan kedisiplinan. Misalnya melalui kegiatan
upacara yang dilakukan setiap hari tertentu kemudian dilanjutkan dengan
pemeriksaan kebersihan dan potong kuku, pengecekan ketertiban sikap
dalam mengikuti upacara dapat digunakan sebagai upaya penegakan
kedisiplinan.13
Seperti halnya peran keluarga, sekolah juga mempunyai peran yang
tidak kalah penting dalam kaitannya kedisiplinan seorang anak. Pada
12Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua untuk Membantu Anak Mengembangkan Disiplin
Diri, 10. 13M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa, 46.
68
tahapan ini tugas semua organ yang ada disekolah harus berfungsi untuk
menciptakan nilai disiplin yang tinggi. Jika sebuah sekolah tidak bisa
memfungsikan organ-organ yang ada untuk menciptkan nilai disiplin
siswa, maka bukan siswa yang bermasalah, juga bukan peran keluarga
yang harus dipertanyakan, namun peran sekolah sendiri sebagai salah satu
faktor terbentuknya nilai kedisiplinan itu bagaimana. Jika dilihat dari sudut
pandang tersebut, maka upaya dari sekolah yang akan berpengaruh
terhadap nilai kedisiplinan siswa, dalam artian ketika seorang siswa
melakukan indisipliner maka evaluasi dan tindak lanjut terhadap siswa
tersebut bagaimana. Begitupula jika dinyatakan bahwa rata-rata siswa
yang melakukan indisipliner adalah mereka dari kelas V seharusnya hal
ini bisa dicegah, kenapa siswa yang sudah duduk ditingkat atas justru
menjadi siswa yang rata-rata melakukan indisipliner. Yang artinya
cerminan pendidikan karekater dari tingkat bawah perlu dijadikan
evaluasi. Sehingga sekolah bisa berfungsi menjadi tempat atau wadah
untuk mencetak generasi bangsa yang cerdas bermula daripada adanya
penekanan terhadap nilai disiplin tadi.
Dengan demikian sebuah nilai disiplin bisa didapatkan, apabila
anatara anak, keluarga dan sekolah saling mendukung. Dari faktor
keluarga tidak hanya meberikan apa yang menjadi kebutuhan dan
keinginan anak saja, namun juga memperhatikan perkembangan
karakternya dan selalu mengawasi tingkah lakunya, supaya anak bisa
mengerti dan memahami bahwa disiplin itu penting. Begitu pula dari pihak
69
sekolah harus bergerak cepat ketika ada tindak indisipliner dari siswa dan
tidak mengabaikan begitu saja. Karena pada tingkat sekolah dasar, siswa
tidak hanya di didik namun juga diberikan contoh, sehingga karakter atau
kepribadian siswa tersebut akan tumbuh dengan sendirinya dari siswa
tersebut, jika peran keluarga dan sekolah mampu untuk mengawasi,
memperhatikan kondisi anak (siswa).
C. Analisa Terhadap Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa
Di SDN 1 Jarak Siman Ponorogo
Kedisiplinan Sekolah bukan hal yang kecil dan diacuhkan begitu saja.
Tentusetiap sekolah sudahmempunyai program-program untuk meningkatkan
nilai disiplin siswa tersebut, akan tetapi program-program tersebut bukan
tanpa masalah atau problematika yang muncul dan faktor yang melatar
belakanginya, sehingga dalam kaitannya mengatasi sebuah prolematika, tentu
guru dan sekolah mempunyai upaya-upaya untuk mengatasi hal tersebut.
Seperti yang dipaparkan oleh bu ES:
Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasai problematika peningkatan
kedisiplinan siswa tidak hanya tertumpu pada satu titik saja yaitu guru.
Namun, elemen-elemen yang ada di sekolah ini harus bekerja sama, saling
membantu dan punya peran vital yang sama, karena siswa yang belajar disini
menjadi tanggung jawab sekolah bukan hanya guru ataupun kepala sekolah.
Dalam rangka mengatasi problematika tersebut, tentunya kami dari pihak
sekolah selalu melakukan kontrol harian, mingguan dan bulanan. Kontrol
70
harian itu berupa catatan harian, apa saja hal yang terjadi pada siswa setiap
harinya, sedangkan mingguan adalah evaluasi kami terhadap catatan
ketidaksiplinan yang dilakukan oleh siswa setelah ditegur, diberi peringatan
bahkan dengan memberikan surat pemberitahuan kepada orang tua. Tidak
hanya secara harian dan mingguan, kami juga melakukan kontrol bulanan, hal
ini sebenarnya sama dengan mingguan tadi kami hanya melihat dari bulan ke
bulan bagaimana perubahan terhadap tingkat kedisiplinan siswa.
Berbicara tentang upaya tentunya tidak hanya membahas tentang
upayanya apa, namun lebih kepada bentuknya, maksudnya wujud dari upaya
itu berupa tindakan dari sekolah, baik lewat kepala sekolah atau guru secara
langsung, namun juga bisa melalui pihak yang mempunyai peran terhadap
kedisiplinan siswa itu sendiri.
Tindakan-tindakan atau upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah antara
lain : pihak sekolah melalui guru melakukan upaya berupa, guru harus on time
(tepat waktu), kalau masuk jam 07.00 wib ya harus masuk jam 07.00 wib,
kalau istirahatnya jam 09.30 wib dan pulangnya jam 12.00 wib ya harus
diterapkan hal demikian, dalam artian apa, kami melalui guru yang mengajar
dikelas memberikan pembelajaran tentang disiplinnya sebuah waktu. Karena
di SDN 1 Jarak Siman ini, banyak anak yang sering datang ke sekolah tapi
pada akhirnya dia sampai sekolah tetapi tidak masuk kelas. Selain itu kami
juga meminta kepada warga atau masyarakat sekitar untuk ikut andil yaitu
mengawasi siswa yang colut untuk dilaporkan ke sekolah supaya cepat
ditindak dan tidak menimbulkan masalah kedisiplinan yang lebih besar lagi.
71
Pihak sekolah juga meminta kepada para orang tua untuk mengawasi dan aktif
mengecek tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepada para siswa, supaya
para siswa tersebut tidak menggangap remeh tugas yang diberikan, sehingga
mereka bisa sadar dan mempunyai rasa tanggung jawab yang pada akhirnya
siswa bisa disiplin dengan tugas-tugasnya.
Selain daripada itu, sekolah memberikan kegiatan-kegiatan yang bertujuan
untuk mendongkrak kesadaran diri tentang pentingnya berdisiplin, seperti
upacara hari Senin, mengadakan sholat dhuha berjamaah, mewajibkan siswa
untuk ikut pramuka, dan juga dengan mengadakan ekstrakulikuler lain yang
mendorong siswa untuk berdisiplin. Selain itu sekolah selalu memberikan
pengetahuan secara mendalam tentang pentingnya kedisiplinan. Dan tidak
lupa kami juga memberikan sanksi terhadap siswa yang melanggar peraturan
sekolah.14
Dari penjelasan bu ES selaku kepala sekolah di SDN 1 Jarak Siman
tersebut, bisa tarik sebuah kesimpulan, bahwa upaya-upaya yang dilakukan
oleh pihak sekolah dengan melibatkan banyak pihak tentu tidak terlepas dari
faktor-faktor yang membuat siswa berprilaku indisipliner. Adanya upaya dari
sekolah tersebut tentu, ingin mencerminkan bahwa disiplin dapat dicapai dan
dibentuk melalui proses latihan dan kebiasaa. Artinya, melakukan disiplin
secara berulang-ulang dan membiasakan dalam praktek-praktek disiplin
14 Lihat Transkip Wawancara No. 01/1-W/9-IX/2016
72
sehari-hari. Dengan latihan dan membiasakan diri, disiplin akan terbentuk
dalam diri siswa. Disiplin telah menjadi kebiasaan.15
Bukan hanya hal tersebut, namun posisi guru sebagai seorang teladan bagi
siswanya juga ditekankan. Yang mana hal ini dapat membentuk kepekaan
siswa terhadap kedisiplinan itu sendiri. Hal dikarenakan perbuatan dan
tindakan kerap kali lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan kata-kata.
Karena itu, contoh dan teladan disiplin dari atasan, keala sekolah, dan guru-
guru, serta penata usaha sangat berpengaruh terhadap disiplin para siswa.
Mereka lebih mudah meniru apa yang mereka lihat, dibandingkan apa yang
mereka dengar. Disini factor telaadan disiplin sangat penting bagi disiplin
siswa.
Selain adanya keteladan dari guru, upaya sekolah untuk membangun relasi
dengan masyarakat dan wali murid juga tidak dapat dipungkiri.Karena faktor
ini juga menjadi penyebab adanya problematika kedisiplinan.Sehingga perlu
adanya relasi hubungan yang saling berkaitan.Seseorang dapat dipengaruhi
oleh lingkungan. Bila berada dilingkungan berdisiplin, seseorang dapat
terbawa oleh lingkungan tersebut. Salah satu cirri manusia adalah kemampuan
beradaptasi dengan lingkungan. Dengan potensi adaptasi ini, ia dapat
mempertahankan hidupnya.
Mengenai relasi hubungan tersebut juga dijelaskan oleh Pak H yaitu :
Mengenai upaya yang guru lakukan untuk mengatasi problematika
tersebut banyak mas. Diantaranya, guru bekerja sama dengan masyarakat
15 Tulus Tu’u, Peran Disiplin, 42-43.
73
melalui sekolah yang dinaungi oleh kepala sekolah, menjalin kerja sama, yaitu
mengawasi para siswa yang datang ke sekolah tetapi tidak masuk ke kelas dan
lebih memilih bermain dengan temannya. Selain itu, para guru juga dituntut
untuk memberikan teladan berupa disiplin dalam mengajar (waktu
mengajarnya). Memberikan contoh tentang pentingnya menaati sebuah aturan
yang ada disekolah, semisal setiap hari diadakan sholat dhuha berjamaah,
berarti guru harus mau menjadi meberikan contoh atau teladan kepada para
siswa untuk sholat dhuha berjamaah, selain itu ada pula tentang kegiatan
ekstrakulikuler seperti halnya pramuka, dalam pramuka ya diajarkan
bagaimana harus disiplin tidak hanya pada waktu saja, akan tetapi juga
disiplin dalam perintah atau aturan yang ada. Para guru juga menjalin
hubungan dengan para wali murid, agar wali murid juga ikut mengontrol
anak-anaknya, baik selama dirumah ataupun di luar rumah (ketika sekolah),
semisal para orang tua harus bisa memberikan pentingnya nilai-nilai yang ada
dalam sebuah kedisiplinan,orang tua mau memperhatikan dan perduli dengan
kondisi anak-anaknya, semisal ketika dirumah, belajarnya juga harus
dikontrol, sehingga ketika ada tugas dari guru siswa mau mengerjakan dan
tidak menganggur ketika sudah masuk kelas. Orang tua juga harus bisa
menjelaskan dan mengarahkan, kenapa harus berprilaku displin, semisal kalau
gak mengikuti pelajaran matematika pada hari rabu, kamu nanti pada waktu
ujian pasti gak bisa menjawab soal-soalnya, karena pada waktu itu kamu tidak
74
masuk dan lebih memilih bermain dengan teman akhirnya kamu ketinggalan
materi yang harus dikuasai.16
Begitupula dengan bapak ZM, yang juga menjelaskan bahwa keterlibatan
pihak lain juga menjadi pengaruh besar dalam upaya sekolah meningkatkan
nilai disiplin siswa. Hal ini bisa dilihat dari penjelasan beliau :
Problematika itu timbulnya tidak hanya dari faktor sekolah saja, jadi
upaya yang kami ambil diantaranya mewajibkan setiap siswa untuk mengikuti
sholat dhuha jika tidak mengikuti akan kami berikan sanksi, memberikan
anjuran dan motivasi kepada siswa untuk mengikuti kegiatan non formal
seperti tpa dan tpq, mengadakan kerjasama dengan wali murid untuk memberi
wawasan tentang pentingnya disiplin. Mengadakan evaluasi langsung dengan
para guru, jajaran penting yang ada di sekolah, masyarakat dan tentunya wali
murid sendiri17
Adanya upaya-upaya tersebut tidak terlepas dari peranan guru yang tak
kalah penting yaitu sebagai pembimbing. Peranan ini harus lebih
dipentingkan, karena kehadiran guru disekolah adalah untuk membimbing
anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. Tanpa bimbingan,
anak didik akan mengalami kesulitan dalam mengahadapi perkembangan
dirinya.
Peranan guru sebagai seorang pembimbing diharapkan bisa mengontrol
kepribadian siswa. Maka apa yang dilakukan oleh jajaran guru serta segenap
pihak yang berkesinambungan di SDN 1 Jarak Siman tersebut menempatkan
16 Lihat Transkip Wawancara No. 02/2-W/16-IX/2016 17 Lihat Transkip Wawancara No. 03/3-W/21-IX/2016
75
guru sebagai pembimbing. Kenapa demikian, guru dianggap sebagai seorang
ilmuan yaitu orang yang paling berpengetahuan. Sehingga bukan saja
berkewajiban mengembangkan pengetahuan dan terus menerus memupuk
pengetahuan yang telah dimilikinya, akan tetapi juga bisa mengontrol siswa
yang di didiknya. Hal ini mencerminkan bahwa guru itu adalah seorang
pemimpin bagi siswanya. Yang mana seorang guru harus mampu
menyelenggarakan kepemimpinan, seperti: merencanakan, melaksanakan,
mengorganisasi, mengkoordinasi kegiatan, mengontrol dan menialai sejauh
mana rencana telah terlaksana. Selain itu, guru harus punya jiwa
kepemimpinan yang baik, seperti: hubungan sosial, kemampuan
berkomunikasi, humor, tegas, dan bijaksana.
Upaya yang dirancangkan tersebut merupakan bentuk cerminan dari
tekhnik internal control, sehingga menempatkan guru sebagai teladan bagi
siswa. Dalam teknik internal control guru mengusahakan agar peserta didik
dapat mendisiplinkan diri sendiri di dalam kelas. Dalam teknik ini, peserta
didik diajarkan akan pentingnya disiplin. Sesudah peserta didik sadar, ia akan
mawas diri serta berusaha mendisiplinkan diri sendiri. Jika teknik kini
dikembangkan dengan baik, akan mempunyai kekuatan yang lebih hebat
dibandingkan dengan Teknik external control. Kunci sukses penerapan teknik
ini adalah ada pada keteladanan guru dalam berdisiplin.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Problematika yang ditemui guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa
SDN 1 Jarak Siman antara lain, siswa sulit untuk dikontrol dan diberikan
pemahaman tentang arti penting disiplin. Hal ini bisa dilihat, banyak siswa
yang tidak mengerjakan tugas rumah, lebih memilih bermain dengan
teman daripada mengikuti kegiatan belajar mengajar. Tidak mengindahkan
aturan-aturan sekolah, seperti tidak mengikuti upacara setiap hari senin
dan sholat dluha berjamaah.
2. Faktor yang mempengaruhi adanya problematika tersebut ada dua.
Pertama, faktor internal, hal ini datang dari siswa sendiri. Yaitu siswa
belum bisa memahami dan mengerti secara pasti arti kedisiplinan serta
kurangnya tingkat kesadaran siswa akan pentingnya disiplin. Kedua, faktor
eksternal, faktor ini lebih condong terhadap permasalahan pembentukan
karakter, mulai dari lingkungan keluarga, teman bermain dan keteladan
seorang guru.
3. Upaya yang digunakan untuk mengatasi adanya problematika tersebut
yaitu menggunkan tekhnik control intern, yang mana tekhnik ini
mengajarkan bahwa guru sebagai figur atau teladan yang akan dicontoh
oleh siswa. Sehingga dalam meningkatkan kedisiplinan siswa tersebut,
perlu dimulai dari pihak guru beserta pihak-pihak yang berkaitan dengan
siswa tersebut, yaitu dengan memberikan keteladanan. Karena diusia yang
77
masih kanak-kanak tersebut, siswa lebih mengerti dengan tindakan atau
perbuatan yang nyata, daripada hanya dengan teguran saja.
B. Saran
Demi meningkatnya kedisiplinan peserta didik dalam segala lingkungan,
dari sekolah sendiri perlu adanya perhatian lebih dalam hal kedidiplinan
peserta didik, seperti halnya mengadakan kegiatan-kegiatan penunjang
kedisiplinan peserta didik. Guru sebagai pendidik harus senantiasa
memotivasi dan memberikan arahan bagi peserta didik agar lebih
berdisiplin, selain itu guru sebagai jembatan antara siswa dan wali murid
berkewajiban untuk selalu memonitor perkembangan tingkah laku peserta
didik dengan cara mengadakan kerja sama dengan wali murid, selain itu
pentingnya peranan mereka sebagai faktor yang lebih dominan harus
selalu member motivasi dan memberikan teladan bagi peserta didik.
Dengan begitu peserta didik akan mengetahui pentingnya berdisiplin dan
juga akan termotivasi untuk lebih berdisiplin. Yang terpenting semua
elemen harus saling kerja sama dalam proses peningkatan kedisiplinan
peserta didik mengingat pentingnya kedisiplinan bagi peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan et.al, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
2002.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta:
Rineks Cipta, 1980
Basrowi dan Suwandi. Memahami penelitian kwalitatif. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2008.
Djatisidi, Indra. Menuju Masyarakat Belajar Menggagas Paradigma Baru.
Jakarta: Radar Jaya, 2001.
Ghony Djunaidi & Almanshur Fauzan. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Hamalik Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara,
2001.
Hidayatullah M. Furqon. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban
Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka, 2010.
Imron, Ali. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2012.
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT RINEKA
CIPTA, 2007.
Meleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. cet. 31. Bandung : PT
Remaja Rusdakarya, 2013.
---------. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009.
---------. Metodologi Penenlitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2000.
Mudri Walid M. Kompetensi dan Peranan Guru dalam Pembelajaran.
Jurnal Falasifa, Vol. 1 No. 1 Maret 2010.
(http://juenalfalasifa.woodpress.com/, diakses pada tanggal 11
Februari 2016)
Muhaimin. Konsep Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya,
1991.
Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. 2003.
Mulyasa, E. Menjai Guru Profesional. Bandung : PT REMAJA
ROSDAKARYA. 2009
Nurjan, Syarifan dkk Karakteristik Sekolah Unggul. CV Duta Graha
Pustaka, 2002.
Sahertian Piet A.. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam
Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.
RINEKA CIPTA, 2008.
Shochib, Moh.. Pola Asuh Orang Tua untuk Membantu Anak
Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuntitatif, Kualitatif dan R & D. cet. 19.
Bandung: Alfabeta, 2013.
Syah, Muhibin. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006
Tu’u, Tulus. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi siswa. Jakarta:
PT. Grasindo. 2004.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 1. PT. Kloang Klede putra
timur bekerja sama dengan Koperasi Primer Praja Mukti 1
Departemen Dalam Negeri, 2003.
Wiyani Novan Ardy. Manajemen Kelas ; Teori dan Aplikasi untuk
Menciptakan Kelas yang Kondusif. Jogjakarta: AR-RUZZ
MEDIA, 2013.