Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

37
MINERAL TRIOXIDE AGGREGAT UNTUK PERAWATAN GIGI IMATUR Oleh : Citra Faiza Putri 04101004045 Endita Widya Chastrena 04101004080 Marta Rayani 04101004082 Pembimbing : drg. Budi Asri K. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN 0

description

pedodonsia

Transcript of Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

Page 1: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

MINERAL TRIOXIDE AGGREGAT

UNTUK PERAWATAN GIGI IMATUR

Oleh :

Citra Faiza Putri 04101004045

Endita Widya Chastrena 04101004080

Marta Rayani 04101004082

Pembimbing :

drg. Budi Asri K.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2013

0

Page 2: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

BAB I

PENDAHULUAN

Abstrak

Cedera pada gigi immature karena trauma dapat mengakibatkan nekrosis

pulpa dan penghambatan perkembangan akar. Gigi ini sering sulit untuk dirawat

bila dikaitkan dengan terbukanya apeks akar yang menghambat penempatan

bahan pengisi akar. Perawatan gigi permanen immature nonvital menggunakan

kalsium hidroksida memiliki beberapa kekurangan seperti fraktur pada gigi yang

lemah, reinfeksi saluran akar, dan lamanya perawatan. Untuk mengatasi

kelemahan ini, berbagai bahan telah diperkenalkan untuk mendorong penutupan

apeks sebelum perawatan endodontik. Salah satu bahan yang sedang populer

untuk apeksifikasi adalah mineral trioxide aggregate karena biokompatibilitasnya

yang unggul, kemampuan penutupan apeks yang baik dan adaptasi marginal yang

sangat baik. Kasus klinis yang disajikan membenarkan keberhasilan penanganan

tanpa pembedahan dari trauma gigi anterior atas dengan mineral trioxide

aggregate (MTA) dan pulpotomi vital untuk cedera gigi insisivus dengan apeks

terbuka dan pulpa terbuka besar dengan WMTA.

Kata Kunci : Mineral trioxide aggregate, Kalsium hidroksida, pulpotomi,

apeksifikasi

1. Latar Belakang

Pada masa anak – anak sering kali terjatuh saat bermain, hal ini tidak

menutup kemungkinan dapat terjadi trauma pada giginya, terutama gigi insisivus

maksila. Trauma yang terjadi terkadang sudah menunjukkan hilangnya struktur

gigi sampai pulpa, yang disebut sebagai fraktur mahkota kompleks.1 Fraktur

mahkota kompleks mewakili 18-20 % dari semua cedera traumatis pada gigi

permanen.1 Cedera pada gigi imatur akibat trauma dapat mengakibatkan hilangnya

struktur gigi dengan terbukanya pulpa, nekrosis pulpa, dan penghambatan

perkembangan akar.1 Sebagian besar cedera ini terjadi pada gigi yang baru erupsi

atau gigi permanen muda dengan akar belum menutup sempurna.1 Jika pulpa pada

1

Page 3: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

gigi permanen muda mengalami kerusakan sebelum penutupan foramen apikal,

nekrosis pulpa dapat terjadi.2

Perawatan fraktur mahkota setelah terbukanya pulpa ditentukan oleh

vitalitas pulpa gigi untuk perkembangan akar dari gigi permanen imatur.1 Tingkat

perawatan dipengaruhi oleh tingkat paparan pulpa dari perkembangan akar dan

interval waktu antara cedera gigi dan pemeriksaan.1 Pemeliharaan pulpa pada

terapi pulpa vital yaitu pulp capping dan pulpotomi pada fraktur mahkota

kompleks gigi insisivus permanen imatur.1 Pulp capping direkomendasikan untuk

paparan kecil yang terjadi tidak lebih dari beberapa jam sebelumnya.1 Jika daerah

paparan besar atau telah berlangsung lama antara kecelakaan dan pemeriksaan,

pulpotomi parsial dianggap sebagai perawatan pilihan.1 Sebaliknya, pada gigi

dewasa dengan apeks tertutup, terapi saluran akar dianjurkan karena hilangnya

struktur gigi yang luas.1 Teknik pulpotomi vital Cvek telah digunakan sampai

tahun 1983 dengan campuran kalsium hidroksida yang bertujuan untuk

pembentukan dentin reparatif dengan mengendalikan infeksi dan merangsang

proses penyembuhan luka.1 Dalam dekade terakhir, mineral trioksida agregat

(MTA) menjadi populer untuk penyembuhan jaringan pulpa karena mampu

menutup dengan baik, biokompatibilitas, dan sitotoksisitas rendah serta

menginduksi odontoblas untuk membentuk perlindungan.1

Perawatan nekrosis pulpa gigi dengan terbukanya apeks akar dilakukan

apeksifikasi.2 Perawatan apeksifikasi pada gigi imatur nonvital adalah untuk

mendorong pembentukan barier jaringan keras pada apikal akar gigi atau

selesainya perkembangan apikal.2 Kalsium hidroksida umumnya digunakan untuk

tujuan ini namun kalsium hidroksida memiliki beberapa kekurangan seperti rentan

fraktur, reinfeksi saluran akar, dan lamanya perawatan.3 Sebuah tinjauan studi

literatur tentang apeksifikasi melaporkan tingkat keberhasilan 74-100 %

menggunakan kalsium hidroksida namun itu memakan waktu dan membutuhkan

hingga 7-8 bulan di mana dibutuhkan kunjungan selanjutnya untuk menilai

gambaran radiografi.3 Saat ini salah satu bahan yang sedang populer untuk

apeksifikasi adalah mineral trioxide aggregate karena biokompatibilitasnya yang

unggul, kemampuan penutupan yang baik dan adaptasi marginal yang sangat

2

Page 4: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

baik.3 Kasus klinis yang disajikan membenarkan keberhasilan penanganan tanpa

pembedahan dari trauma gigi anterior atas dengan mineral trioxide aggregate

(MTA).3

3

Page 5: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Penggunaan MTA sebagai material apeksifikasi

Kasus 1

Anak laki-laki 14 tahun tanpa masalah kesehatan umum dirujuk ke

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Selcuk pada tanggal 14 Agustus 2007.

Pasien dan ibunya melaporkan bahwa gigi insisivus kiri permanen maksila

mengalami trauma 4 tahun yang lalu ketika dia jatuh. Pemeriksaan klinis

menunjukkan saluran sinus labial di daerah gigi insisivus kiri maksila disertai

pembengkakan. Pemeriksaan radiografi periapikal menunjukkan gigi imatur

dengan akar terbuka lebar dan area radiolusen di daerah apikal gigi insisivus kiri

maksila (gambar 1a). Dalam uji klinis, gigi tidak sakit saat tes perkusi dan tidak

merespon tes vitalitas. Setelah penggunaan rubber dam, akses kavitas dipreparasi.

Panjang kerja diperkirakan dengan metode radiografi dan apeks lokator (Root ZX,

J Morita MFQ Corp, Kyoto, Jepang). Saluran akar dibersihkan secara mekanis

menggunakan Hedstroem-file di bawah irigasi dengan 2,5% sodium hipoklorit

(NaOCl, Caglayan Kimya, Konya, Turki). Kemudian saluran akar dikeringkan

dengan paper point steril dan campuran padat kalsium hidroksida (Sultan

Healthcare Inc, USA) dengan air suling yang ditempatkan ke dalam saluran akar.

Setelah menempatkan kapas pelet steril, akses kavita ditutup dengan bahan

pengisi sementara (Cavit, 3M Espe, Seefeld, Jerman).2

Gambar 1. (a) radiografi preoperatif gigi insisivus sentral kiri maksila dengan

apeks terbuka pada kasus pertama dari laporan kasus, (b) evaluasi radiografi dari

level Mineral trioksida agregat pada kasus pertama dari laporan kasus, (c) Tindak

lanjut setelah 6 bulan

4

Page 6: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

Setelah interval 2 minggu saluran sinus menghilang dan tidak terdapat

gejala lain. Dressing kalsium hidroksida dibuang dengan instrument dan diirigasi

dengan 2,5% NaOCl dan 17% asam ethylenediaminetetraacetic (EDTA, Wizard,

Rehber Kimya San, Istanbul, Turki). Saluran akar dikeringkan dengan paper point

steril. MTA (Pro-Root MTA, Dentsply Maillefer, Ballaigues Swiss) dicampur

sesuai dengan instruksi pabrik dan ditempatkan dengan pembawa amalgam kecil

ke orifis kanal. Campuran MTA kemudian disesuaikan dengan dinding saluran

akar menggunakan gutta-percha tebal dan 3 milimeter lebih pendek dari panjang

kerja. Posisi yang benar dari campuran MTA dikontrol dengan radiografi

periapikal (gambar 1b). Paper point basah kemudian ditempatkan pada bagian

koronal dari saluran akar dan akses kavitas ditutup dengan bahan pengisi

sementara untuk setting MTA. Bahan pengisi sementara dan paper point dibuang

setelah dua hari dan setting MTA diuji. Sisa saluran ini diobturasi dengan teknik

kondensasi lateral dari gutta percha dalam hubungannya dengan sealer saluran

akar AH Plus (Dentsply, DeTrey, Konstanz, Jerman). Korona direstorasi dengan

resin komposit hibrida (Clearfil ST, Kuraray Medical Co, Jepang).2

Follow-up klinis pada 6 bulan dan 18 bulan menunjukkan fungsi klinis

yang adekuat, dan tidak adanya gejala klinis dan tidak adanya saluran sinus.

Follow –up radiografi pada enam bulan menunjukkan penurunan dari lesi

periapikal (gambar 1c), dan pada usia delapan belas bulan menunjukkan

penyembuhan dari radiolusensi periapikal dengan regenerasi jaringan

periradikuler dan pembentukan semen baru di ujung akar secara sempurna.2

Kasus 2

Anak perempuan 15 tahun menunjukkan saluran sinus bukal disertai

dengan pembengkakan di daerah gigi insisivus kiri maksila. Pada usia 8 tahun, ia

mengalami trauma pada daerah ini. Fraktur mahkota terjadi dan telah direstorasi

dengan resin komposit. Pasien dan ibunya mengatakan bahwa gigi itu telah

diekstirpasi 4 bulan yang lalu. Pasien tidak mengalami rasa tidak nyaman, kecuali

untuk pengecapan tidak enak sesekali di mulutnya. Gigi asimptomatik, dan

pemeriksaan klinis menunjukkan mobilitas fisiologis dan sedikit diskolorasi.

5

Page 7: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

Pemeriksaan radiografi gigi menunjukkan gigi imatur dengan apeks terbuka lebar

dan area radiolusen pada ujung saluran akar (Gambar 2a).2

Setelah mengeluarkan bahan pengisi sementara, panjang kerja ditentukan

dengan teknik radiografi. Disinfeksi kalsium hidroksida diaplikasikan pada

saluran akar untuk interval 2 minggu. Metode untuk membentuk plug apikal

dengan campuran MTA diaplikasikan seperti pada kasus 1 [Gambar 2b]. Bagian

yang tersisa dari saluran akar diisi dengan teknik kondensasi vertikal hangat dari

gutta perca dan sealer saluran akar , dan mahkota direstorasi dengan resin

komposit hybrid.2

Gambar 2. (a) radiografi preoperatif gigi insisivus sentral kiri maksila dengan

apeks terbuka dalam kasus kedua dari laporan kasus, (b) evaluasi radiografi dari

level Mineral trioksida agregat dalam kasus kedua dari laporan kasus, (c) Tindak

lanjut setelah 6 bulan

Pemeriksaan klinis setelah 6 dan 18 bulan menunjukkan tidak adanya saluran

sinus bukal. Radiograf periapikal pada 6 bulan menunjukkan pengurangan area

radiolusen pada daerah apikal [Gambar 2c] dan setelah 18 bulan, pemeriksaan

radiografi menunjukkan penurunan lebih lanjut dari radiolusen.2

Kasus 3

Anak perempuan 12 tahun tanpa masalah kesehatan umum dirujuk ke

klinik pada tanggal 13 maret 2008. Pasien dan ayahnya mengatakan bahwa gigi

insisivus kiri maksila mengalami trauma 2 tahun yang lalu ketika dia jatuh.

Terlihat saluran sinus bukal pada gingival gigi insisivus kiri maksila. Pemeriksaan

klinis menunjukkan fraktur enamel-dentin dan pulpa terbuka..Kegoyangan gigi

masih dalam batas normal. Pemeriksaan radiografi menunjukkan gigi permanen

imatur dengan apeks terbuka dan lesi radiolusen pada periapikal. Setelah

6

Page 8: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

desinfeksi saluran akar dengan kalsium hidoksida selama 2 minggu, MTA

diaplikasikan pada apikal saluran akar. Prosedur plug apikal dengan MTA

dilakukan seperti kasus 1. Gambar 3b menunjukkan gambar radiografi pengisian

MTA di apikal 3mm dari akar. Sisa saluran akar diisi dengan gutta perca dan

sealer saluran akar, dengan teknik kondensasi vertikal dari gutta perca. Korona

direstorasi dengan serat ribbond ( Washington, Amerika Serikat) dan komposit

cair (point4, Kerr, Bioggio, Swiss). Composite-bonded resin dan Strip mahkota

digunakan untuk restorasi koronal.2

Gambar 3. (a) radiografi preoperatif gigi insisivus sentral kiri maksila

dengan apeks terbuka, (b) evaluasi radiografi level MTA, (c) Follow-up pada

umur 1 tahun

Saat follow –up pada umur 1 tahun, saluran sinus hilang dan penyembuhan

area radiolusen dan hilangnya gejala klinis.2

2.2 Penggunaan MTA sebagai material pulpotomi parsial

Kasus 4

Seorang anak 9 tahun dirujuk ke klinik kedokteran gigi anak dengan

keluhan utama trauma yang menyebabkan patah pada gigi insisivus sentralis

rahang atas pada kecelakaan sepeda. Riwayat medisnya tidak berperan serta.

Pemeriksaan klinis dilakukan 2 jam setelah kecelakaan tersebut. Pemeriksaan

intraoral menunjukkan fraktur horizontal setengah mahkota insisivus sentralis

rahang atas dengan terbukanya pulpa. Gigi tidak goyang dan tes elektronik pulpa

menunjukkan respon pulpa vital dalam batas normal. Gigi tanpa gejala kepekaan

perkusi. Pemeriksaan radiografi menunjukkan bahwa kedua gigi memiliki apeks

imatur tanpa fraktur akar atau daerah radiolusen periapikal [Gambar 4a].1

7

Page 9: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

Gambar 4. (a) radiografi preoperatif kasus 1, (b) radiografi paska operasi kasus 1,

(c) 4,5 tahun tindak lanjut radiograf menunjukkan perkembangan apikal akar

Keputusan untuk melakukan pulpotomi parsial bukan direct pulp capping

karena besarnya eksposur. Pada gigi tersebut, disarankan dirawat menggunakan

White Mineral Trioxide Aggregate (WMTA) (ProRoot, Dentsply, Tulsa Dental,

OK, USA) sebagai terapi pulpotomi parsial . Di bawah anestesi lokal dan rubber

dam isolasi , jaringan pulpa mahkota dibersihkan dengan hati- hati sedalam 2 mm

dengan menggunakan kecepatan tinggi round bur diamond steril (Dentsply

Maillefer, Tulsa, OK, USA) di bawah air pendingin . Perdarahan dikontrol dengan

kapas pelet steril dan larutan garam steril untuk menghindari pembentukan

gumpalan. Ketika perdarahan pulpa berhenti dalam waktu 3 menit, bubuk MTA

dicampur dengan air suling sesuai dengan konsistensi yang direkomendasikan dan

ditempatkan tanpa tekanan untuk menutupi pulpa. Sebuah kapas pelet basah

ditempatkan di MTA dan rongga ditutup sementara dengan glass ionomer cement

(Fuji IX, GC Corporation, Tokyo, Jepang). Setelah 3 hari, gigi tersebut diperiksa

ulang. Gigi tersebut tidak menunjukkan gejala kepekaan perkusi dan memberikan

respon vital untuk pengujian elektronik, kemudian direstorasi dengan resin

komposit permanen ( Z250, 3M/ESPE, St Paul, MN, USA) [Gambar 4b].1

Pasien dipantau selama 4,5 tahun dengan interval pemeriksaan 3 bulan.

Selama periode ini , pasien asimtomatik dan tes pulpa elektronik berada dalam

batas normal. Evaluasi klinis dan radiografi gigi insisivus rahang atas sentral,

8

Page 10: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

tidak ada rasa sakit spontan atau ketidak nyamanan pada perkusi dengan bukti

terus berkembangnya apikal akar [ Gambar 4c].1

Kasus 5

Seorang anak 8 tahun dirujuk ke klinik gigi anak untuk perawatan gigi

insisivus sentral kiri rahang atas. Pasien melaporkan bahwa ia mengalami

kecelakaan di halaman sekolah 4 jam yang lalu. Riwayat medisnya tidak

berkontribusi. Pemeriksaan ekstraoral menunjukkan tidak ada cidera .

Pemeriksaan intraoral menunjukkan fraktur mahkota kompleks dari gigi insisivus

sentral kiri rahang atas. Gigi itu tidak goyang dan memberikan respon pulpa vital

pada pengujian elektronik. Tidak terdapat cidera traumatis ke gigi lain atau

struktur alveolar.1

Pemeriksaan radiografi menunjukkan bahwa gigi insisivus sentral rahang

atas memiliki apeks terbuka dan gigi insisivus sentral kiri rahang atas retak .

Tidak ada patosis periapikal atau patah tulang alveolar [ Gambar 5a].1

Gambar 5. (a) radiografi preoperatif kasus 2, (b) radiografi paska operasi kasus 2;

(c) 2 tahun tindak lanjut radiograf menunjukkan perkembangan apikal akar

dengan pembentukan jembatan dentin koronal

Karena apeks gigi insisivus rahang atas terbuka, diputuskan untuk

melakukan pulpotomi vital parsial dari gigi insisivus sentralis kiri rahang atas

dengan White Mineral Trioxide Aggregate (WMTA). Pasien dan ibunya

diberitahu tentang keuntungan dan kemungkinan komplikasi dari rencana

9

Page 11: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

perawatan. Setelah persetujuan dari pasien dan orang tuanya, gigi diperlakukan

seperti pada kasus 1 [Gambar 5b].1

Pemeriksaan tindak lanjut dilakukan dengan hati-hati, selama interval 3

bulan untuk mengamati perkembangan akar gigi insisivus sentralis kiri rahang

atas. Pada 2 tahun pemeriksaan tindak lanjut, tidak ada masalah yang terdeteksi

dan radiografi periapikal menunjukkan bahwa apeks dari gigi insisivus sentral kiri

rahang atas tertutup tanpa tanda-tanda patologi, dan jembatan dentin tampak jelas

di lokasi pulpotomi [Gambar 5c] .1

2.3 Penggunaan MTA sebagai material apeksifikasi gigi yang diskolorasi

Kasus 6

Seorang pasien wanita berusia 18 tahun, dilaporkan ke Departemen

Konservasi Gigi dan Endodontik, Panineeya Dental College, Hyderabad, dengan

keluhan utama perubahan warna gigi insisivus sentralis kanan maksila dengan

riwayat trauma pada usia 9 tahun. Dia memiliki riwayat medis baik. Setelah

riwayat kasus lengkap, pengujian pulpa dilakukan. Gigi yang bersangkutan tidak

menanggapi uji listrik dan panas. Pemeriksaan lengkap radiografi mennunjukkan

saluran blunderbuss besar dengan lesi periapikal yang berhubungan dengan gigi

insisivus sentralis kanan maksila (Gambar 6).3

Gambar 6. Gambaran radiografi digital (RVG) dengan apeks terbuka dan kerusan

periapikal gigi 11.

10

Page 12: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

Dua pilihan perawatan yang dipertimbangkan adalah menghilangkan lesi

periapikal dan dilakuan pengisian atau perawatan saluran akar tanpa bedah

dengan prosedur apeksifikasi MTA. Untuk menghidari trauma bedah pada pasien

& kunjungan bekali-kali untuk penyelesaian perawatan, perawatan tanpa bedah

dengan penggunaan MTA dipilih daripada penggunaan calcium hydroxide

tradisional untuk penutupan apikal.3

Pembukaan akses dilakukan & disempurnakan dengan bur ujung tapered

yang aman (Endo-Z) di bawah isolasi rubber dam (Hygenic Dental Dam Kit) dan

panjang kerja ditentukan dari gambaran radiografi (Gambar 7). Pus diekstrusi dari

saluran akar segera setelah persiapan akses. Air hangat kemudian digunakan untuk

irigasi saluran akar dibiarkan terbuka sampai eksudat berhenti mengalir keluar

dari saluran. Persiapan biomekanik dilakukan dengan menggunakan K-file nomor

80 yang digerakkan secara melingkar. Debridement saluran akar dilakukan

menggunakan irigasi alternatif dengan 2,5 % NaOCl dan salin (9 % W/V).

Kombinasi calcium hydroxide dan iodoform diletakkan di saluran akar dan pasien

disarankan datang kembali setelah satu minggu.3

Gambar 7. Gambaran radiografi digital (RVG) gigi 11 dengan panjang kerja 21

mm.

Pada kunjungan berikutnya setelah penghilangan pembasahan sementara

saluran akar ditemukan benar-benar kering. Kemudian debridement dengan 2,5 %

NaOCl diikuti oleh 17 % EDTA (Prime Dental Product) dan bilasan terakhir

dengan 2 % chlorohexidine. Saluran dikeringkan dengan paper point dan mineral

trioxide aggregate diaplikasikan & dicampur sesuai dengan petunjuk pabrik.

Saluran diisi hingga setengah panjangnya menggunakan penunjuk MTA & tahap

11

Page 13: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

selanjutnya dikondensasi dengan hand plugger & diakhiri dengan paper point.

Prosedur dilakukan dengan bantuan mikroskop pengoperasian bedah untuk

pengamatan yang lebih baik selama penempatan bahan dalam saluran. Ketebalan

MTA adalah 3-5 mm dan ini dilihat secara radiografi (Gambar 8).3

Gambar 8. Gambaran radiografi digital (RVG) gigi 11 dengan apical plug MTA

5 mm.

Cotton pellet basah dimasukkan ke dalam saluran untuk membantu dalam

pengaturan & dibiarkan selama 15 menit sesuai dengan petunjuk pabrik. Akses

kavitas kemudian dilapisi dengan semen sementara Cavit. Dalam kunjungan

berikutnya saluran akar kembali diisi dengan Obtura II. Pemeriksaan radiografi

dilakukan (Gambar 9) dan akses kavitas ditutup dengan komposit.3

Gambar 9. Gambaran radiografi digital (RVG); pengisian dengan gutta percha

termoplastik- (Obtura II).

12

Page 14: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

Pemeriksaan lanjut radiografi dilakukan setelah 4 bulan menunjukkan

penutupan apeks dan lesi periapikal mulai hilang dan gigi tanpa gejala klinis

(Gambar 10). Pemeriksaan radiografi pasien setelah 2 tahun menunjukkan lesi

periapikal hilang secara sempurna (Gambar 11). Tampilan klinis gigi tampak

baik.3

Gambar 10. Gambaran radiografi digital (RVG) gigi 11 pada pemeriksaan

lanjutan dalam 4 bulan, tampak penutupan apikal.

Gambar 11. Gambaran radiografi digital (RVG) gigi 11 pada pemeriksaan

lanjutan dalam 2 tahun, tampak hilangnya kerusakan periapikal.

Kasus 7

Seorang pasien wanita 20 tahun dilaporkan ke Departemen Konservasi

Gigi dan Endodontik, Panineeya Dental College, Hyderabad, dengan keluhan

utama nyeri dan perubahan warna gigi di daerah anterior atas mulut. Pasien

pernah mengalami trauma gigi pada 12 tahun yang lalu yaitu selama tahap

13

Page 15: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

perkembangan akar gigi. Pemeriksaan klinis menunjukkan perubahan warna gigi

11. Pengujian vitalitas pulpa menunjukkan gigi non-vital. Pemeriksaan radiografi

menunjukkan gigi immature dengan apeks terbuka lebar dengan kerusakan

periapikal (Gambar 12).3

Gambar 12. Gambaran radiografi digital (RVG) gigi 11 dengan kerusakan

periapikal.

Perawatan endodontik tanpa pembedahan dilakukan dengan menggunakan

mineral trioxide aggregate untuk menginduksi deposisi mineral pada apeks akar

dilanjutkan dengan terapi saluran akar. Prosedur yang dilakukan sama dengan

laporan kasus pertama dimulai dengan penggambaran radiografi digital (RVG)

yang diambil untuk penentuan panjang kerja, (Gambar 13) penempatan MTA

(Gambar 14) dan saluran kembali diisi dengan gutta-percha termoplastik (Gambar

15). Segera setelah perawatan, pasien tanpa gejala. Pemeriksaan selanjutnya pada

penemuan klinis menunjukkan gigi tanpa gejala dengan pemeriksaan radiografi

pada interval 4 bulan dan 8 bulan menunjukkan kalsifikasi dari apeks akar

(Gambar 16) dan hilangnya kerusakan periapikal yang menunjukkan

penyembuhan tulang dan regenerasi (Gambar 17).3

14

Page 16: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

Gambar 13. Gambaran radiografi digital (RVG) gigi 11 dengan panjang kerja 20

mm.

Gambar 14. Gambaran radiografi digital (RVG)yang diambil setelah penempatan

apical plug MTA pada gigi 11.

15

Page 17: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

Gambar 15. Gambaran radiografi digital (RVG) gigi 11 setelah obturasi.

Gambar 16. Gambaran radiografi digital (RVG) pada pemeriksaan lanjutan 4

bulan gigi 11, tampak penutupan.

16

Page 18: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

Gambar 17. Gambaran radiografi digital (RVG) pada pemeriksaan lanjutan 8

bulan gigi 11, tampak penyembuhan kerusakan periapikal.

17

Page 19: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Mineral Trioxide Aggregate

MTA merupakan material untuk pembentukan plug apikal pada ujung akar

dan membantu untuk mencegah ekstrusi dari bahan pengisi.2 Material MTA terdiri

dari partikel hidrofilik halus trikalsium silikat, oksida silikat dan oksida

trikalsium.2

Penelitian histologis pada MTA menunjukkan sifat osteoconductive dan

osteoinductive dalam regenerasi jaringan periradikular, seperti ligamen

periodontal, tulang, dan sementum, biokompatibilitas dengan jaringan

periodontal, kemampuan pelapisan sangat baik terhadap kelembaban dan sifat

mekanik yang tepat sebagai bahan pelapis apikal.3

Mineral trioxide aggregate (MTA) adalah material biokompatibel yang

diperkenalkan oleh Mohmoud Taorabinejad pada aplikasi klinis dalam

endodontik.3

Komposisi :

MTA terdiri dari partikel halus hidrofilik seperti trikalsium silikat,

trikalsium aluminat, trikalsium oksida, oksida silikat, dan bismut oksida. MTA

juga mengandung 5 % calcium sulphate dehydrate dan tetracalcium alumino

ferrite. Kekurangan formula tetracalcium alumino ferrite akan memberikan warna

putih dan kekurangan zat besi ini akan memberikan senyawa dengan tampilan

berwarna putih.4

Manipulasi :

MTA tersedia dalam bentuk bubuk. Setiap kemasan bubuk MTA

dilengkapi dengan alat ukur volume air untuk keakuratan pencampuran.4

18

Page 20: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

Waktu Pencampuran :

Pencampuran MTA dilakukan dengan rasio bubuk dan air 3:1 untuk

mendapatkan konsistensi putty yang dicapai setelah 30 detik pencampuran.4

Setelah hidrasi, MTA membentuk gel koloid yang mengeras menjadi struktur

keras sekitar 3-4 jam. Proses setting digambarkan sebagai reaksi hidrasi trikalsium

silikat (3CaO.SiO2) dan dikalsium silikat (2CaO.SiO2), yang memberikan

kontribusi untuk pengembangan kekuatan bahan.3

Sifat, Fisik , Kimia , Biologi dan Histologis :

1. pH awal 10,2 kemudian meningkat menjadi 12,5 setelah 3 jam dan setelah

itu tetap konstan.4

2. Radiopasitas untuk MTA adalah 7 - 17 mm dengan ketebalan setara

aluminium, karena itu lebih radiopak dari gutta - percha konvensional dan

dentin, harus dapat dibedakan pada radiografi bila digunakan sebagai

material pengisi akar.4

3. Waktu setting: keuntungannya yaitu waktu setting MTA yang lama

dimana semakin cepat material setting maka material lebih menyusut.4

4. Kekuatan tekan: dalam 24 jam MTA memiliki kekuatan tekan terendah

(40 Mpa) dan meningkat setelah 21 hari menjadi 67 Mpa.4

5. Kelarutan: MTA tidak menunjukkan tanda-tanda kelarutan dalam air, hal

ini merupakan faktor utama penilaian bahan restorasi yang sesuai dalam

kedokteran gigi, karena kurangnya kelarutan dinyatakan sebagai sifat yang

ideal untuk material pengisi ujung akar.4

6. Biokompatibilitas : Penerapan MTA sebagai material pengisi ujung akar

merangsang regenerasi jaringan gigi dan tulang, dan dapat menginduksi

sementoblas untuk pembentukan sementum di sekitar MTA.4

7. MTA memiliki efek antibakteri.4

Pada tahun 1999, Torabinejad dan Chivian memperkenalkan penggunaan

mineral trioxide aggregate ( MTA ) dan sejak diperkenalkan telah diusulkan

sebagai pilihan yang layak untuk apeksifikasi karena kemampuan pelapisan yang

baik, adaptasi marginal baik dan biokompatibilitasyang baik.3 Pada tahun 1998,

19

Page 21: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

US Food and Drug Administration menyetujui MTA digunakan pada endodontik.3

MTA merupakan salah satu bahan pilihan yang telah disarankan untuk digunakan

dalam perawatan pulpotomi vital, dengan mekanisme reparasi mirip dengan

kalsium hidroksida.1 Bila dibandingkan dengan kalsium hidroksida, MTA

menghasilkan jembatan dentin lebih signifikan dalam waktu yang lebih singkat

dengan peradangan kurang dan juga menyediakan hard setting, permukaan non

resorbable tanpa celah di dentin barrier.1 Banyak studi in vivo dan studi

histologis yang telah melaporkan sifat fisik dan biologis unggul MTA dalam

tindak lanjut waktu singkat.1 Dalam kasus-kasus yang disajikan di sini, setelah

periode tindak lanjut jangka panjang, cedera gigi diobati dengan MTA

menunjukkan hasil klinis dan radiografi yang sukses. Hasil ini harus dikaitkan

dengan kemampuan penutupan/penyegelan yang sangat baik dari MTA untuk

mencegah kebocoran mikro bakteri dan produk bakteri.1

Setelah pengaplikasian, MTA segera membentuk apikal barrier sehingga

dapat segera dilakukan obturasi saluran akar.3 Oleh karena itu, MTA dapat

mengatasi beberapa kekurangan kalsium hidroksida yang sedang dialami saat ini

dalam prosedur apeksifikasi.3

Proses setting MTA dengan adanya kelembaban memiliki makna klinis.

Terdapatnya eksudat, darah, atau cairan jaringan akan meningkatkan reaksi setting

dan mensimulasikan kondisi yang serupa dengan infeksi periradikular.3

Penelitian lebih lanjut telah membuktikan bahwa MTA dalam prosedur

apeksifikasi merupakan primary monoblock.3 Selama maturasi MTA membentuk

deposit mineral sehingga mengisi kekosongan dan meningkatkan resistensi

friksional MTA pada dinding radikular.3 Hal ini mengurangi kemungkinan fraktur

akar pada gigi imatur dengan akar tipis karena bahan segera berikatan dengan akar

dan menjadi kuat.3

MTA memiliki kekuatan kompresif sama dengan zinc oxide eugenol

dengan penguatan polimer, bahan lining, dan semen (SuperEBA, Harry J.

Bosworth, Skokie, Illinois) tetapi kurang daripada amalgam.3 MTA tersedia secara

komersial dan pertama kali dianjurkan untuk digunakan dalam terapi pulpa vital.3

MTA memiliki biokompatibilitas yang lebih baik dan dengan adanya

kombinasi ion kalsium dan fosfat menghasilkan kapasitas untuk menarik blastic

20

Page 22: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

cells dan meningkatkan kondisi yang menguntungkan untuk jaringan keras seperti

sementum yang berhubungan langsung pada bahan.3 Sifat osteoconductive bahan

ini dapat membantu untuk adaptasi dan penyembuhan jaringan periapikal.3

Berdasarkan instruksi pabrik ketebalan 3-5 mm merupakan apikal plug

yang lebih efektif karena secara signifikan lebih kuat dan menunjukkan kurangnya

kebocoran daripada barrier 2 mm.3 Selain itu, juga bisa ditempatkan dan lebih

dikondensasi dengan ketebalan 5 mm karena meningkatkan resistensi terhadap

pelepasan melalui apeks yang terbuka seperti yang diamati pada penelitian

terdahulu.3

Dalam laporan kasus dilakukan teknik dua langkah dengan apikal plug

MTA 5 mm. Sebelum perawatan MTA, saluran akar dimedikasi dengan kalsium

hidroksida selama satu minggu untuk meningkatkan desinfeksi saluran seperti

yang disarankan oleh berbagai penulis.3 Teknik penempatan bahan MTA sangat

sensitif, yang dilakukan dengan radiografi dan kondensasi dengan instrumen

tangan supaya terbentuk resistensi pada apeks. Namun, penelitian telah

menegaskan penempatan MTA di bawah pengamatan mikroskopis membantu

untuk memastikan bahwa penempatan benar atau tidak, sehingga tidak terjadi

ekstrusi ke dalam jaringan periapikal.3

Keuntungan:

1. Biokompatibel

2. Hidrofilik ( dapat berinteraksi dalam permukaan yang lembab)

3. Radiopak

4. pH basa (bateriostatik)

5. Kemampuan pelapisan yang baik (tingkat kebocoran tepi rendah)

6. Kelarutan rendah4

Kerugian :

1. Berpotensi diskolorasi Gray Mineral Trioxide Aggregat (GMTA)

2. Sulit digunakan saat obturasi saluran akar yang bengkok

3. Mahal.4

21

Page 23: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

3.2 Kalsium Hidroksida

Saat ini kalsium hidroksida merupakan bahan yang paling banyak diterima

dan diteliti untuk prosedur apeksifikasi.3 Bahan ini berhasil menginduksi apikal

plug jaringan keras pada apeks terbuka imatur.3 Meskipun terkenal untuk terapi

apeksifikasi, kalsium hidroksida memiliki beberapa keterbatasan seperti

kegagalan mengontrol infeksi, kerentanan terhadap infeksi yang berulang karena

pelapisan sementara dan fraktur servikal.3

Kalsium hidroksida juga telah digunakan dalam pulpotomi vital tetapi

dapat menyebabkan nekrosis koagulasi, merangsang iritasi ringan yang mengarah

pada diferensiasi sel-sel pulpa.1 Sel-sel ini mensintesis predentin yang kemudian

terjadi mineralisasi, sedangkan jaringan koagulan mengalami kalsifikasi.1

Selain itu juga terdapat beberapa kekurangan dari material ini seperti

waktu perawatan yang lama berkisar 3-21 bulan.1 Lamanya perawatan tergantung

pada diameter apeks yang terbuka, pergeseran gigi, dan posisi gigi setelah

trauma.1 Sepanjang waktu tersebut, saluran akar dapat terinfeksi kembali akibat

kebocoran tumpatan sementara.1 Tingkat keberhasilan menurun 10% pada gigi

dengan pengisian mahkota yang buruk.1 Oleh karena itu, lakukan perawatan

permanen yang lebih baik, karena menghindari infeksi ulang dari saluran akar.1

Setelah menempatkan kalsium hidroksida di akar selama lebih dari 30

hari, resistensi terhadap fraktur berkurang.1 Juga ada kemungkinan fraktur pada

gigi yang lemah.1 Motivasi pasien juga merupakan salah satu faktor penting.1

Pemeriksaan lanjutan yang berulang – ulang dan masalah estetika mungkin

menjadi alasan dari keluhan pasien dalam perawatan apeksifikasi kalsium

hidroksida.1

Keuntungan dari Kalsium hidroksida :

1. Bersifat bakterisida dan bakteriostatik

2. Mempercepat penyembuhan dan perbaikan

3. pH yang tinggi (sekitar 12,5-12,8) merangsang fibroblas

4. Meningkatkan pH

22

Page 24: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

5. Menghentikan resorpsi internal

6. Murah dan mudah digunakan.5

Kekurangan Kalsium hidroksida :

1. Secara khusus tidak merangsang dentinogenesis

2. Secara khusus merangsang dentin reparatif

3. Dapat terlarut setelah setahun

4. Dapat berkurang selama pengetsaan

5. Kegagalan marginal pada kondensasi amalgam

6. Tidak berikatan dengan dentin atau restorasi resin.5

Kelemahan lain dari kalsium hidroksida adalah sifat dari barrier yang

terbentuk, walaupun tampak terkalsifikasi, sebenarnya porus dan bahkan

terkadang ditemukan sejumlah kecil kandungan dari jaringan lunak oleh beberapa

peneliti.3 Barrier berporus yang dibentuk oleh apeksifikasi kalsium hidroksida

telah dilaporkan oleh penulis dalam penelitian mereka, memiliki penampilan

seperti keju Swiss yang memungkinkan infiltrasi apikal.3

BAB IV

KESIMPULAN

23

Page 25: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

Mineral trioxide aggregate (MTA) merupakan pilihan perawatan alternatif

untuk perawatan pulpotomi parsial, apeksifikasi, dan apeksifikasi gigi permanen

nonvital imatur karena waktu perawatannya singkat, kemampuan pelapisan yang

baik, adaptasi marginal baik, tingkat biokompatibilitas yang tinggi, dan resistensi

fraktur yang lebih baik.

Bila dibandingkan dengan kalsium hidroksida, MTA menghasilkan

jembatan dentin lebih signifikan dalam waktu yang lebih singkat dengan

peradangan kurang dan juga menyediakan hard setting, permukaan non

resorbable tanpa celah di dentin barrier.

REFERENSI

24

Page 26: Print Mineral Trioxide Aggregat Untuk Perawatan Gigi Imatur

1. Emine Sen Tunc, Tuba Uluysoy Ayca. White mineral trioxide aggregate pulpotomies : Two case reports with long – term follow up. Contemp Clin Dent. Oct-Dec ; 2 (4). 381-384. 2011

2. Gunes Betul, Aydibelge Hale Ari. Mineral trioxide aggregate apical plug method for the treatment of nonvital immature permanent maxillary incisor: Three case reports. Journal Of Conservative Dentistry. V. 15 (1). Jan-Mar. 2012

3. Raji,VS dkk. Mineral Trioxide Aggregate in Management of immature teeth with open apices- A report of clinical cases. Journal of Pierre Fauchard Academy (India section) : Elsevier. 27. 2-8. 2013

4. P V, Ravichandra; Reddy S, Jayaprada; V, Harikumar; A,Kavita. Mineral Trioxide Aggregate. Indian Journal of Dental Advancements, 3(3), July-September, 2011

5. Mustafa, Mohammed; KP, Saujanya; Jain, Deepak; Sajjanshetty, Sangameshwar; A, Arun; Uppin, Laxmi; Kadri; Mahnoor. Role of Calcium Hydroxide in Endodontics : A Review. GJMEDPH, Vol 1(1) Jan-Feb 2012

25