Print Kul Jar

9

Click here to load reader

Transcript of Print Kul Jar

Page 1: Print Kul Jar

1

I. Judul : AKLIMATISASI

Dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2011. Pukul : 10.00-11.00 WIB.

II. PENDAHULUAN

Tujuan

- Melakukan pemindahan tanaman dari kondisi invitro ke kondisi alamiah.

- Menghitung % kelulusan hidup planlet.

Dasar Teori

Dalam industri florikultura dunia, anggrek memiliki nialai ekonomi tinggi

karena bentuknya unik, warnanya menarik dan daya tahannya lebih lama dari pada

bunga potong komersil lainnya seperti mawar, anyelir, gladiol. Keunikan karakternya

yang khas menjadikan kehadiran anggrek didalam suatu ragkaian bunga potong sullit

digantikan oleh bunga lain ( Nurmalinda, 1999 ).

Sebagai salah satu daerah penyebaran anggrek, Indonesia memiliki kekayaan

alam dengan ragam plasma nutfah yang besar. Diperkirakan sekitar 5000 jenis

anggrek tersebar di hutan – hutan Indonesia ( Sandra, 2001 )

Faktor lingkkungan yang dibutuhkan oleh anggrek menurut Departemen

Pertanian adalah:

(1). Temperatur 280 C dengan temperatur minimum 15

0 C.

(2). Kelembaban nisbi (RH) berkiar antara 60-85%.

(3). Intensitas penyinaran adalah 30 %.

Disamping ketiga faktor tersebut, faktor lingkungan lain yang juga cukup

penting terutama bagi tanaman yang baru dipindahkan dari botol yaitu sirkulasi udara

yanng baik ( Vij, 2000 ).

Didalam botol kultur kelembaban hampir selalu 100%. Kondisi diluar botol

berkelembaban jauh lebih rendah, tidak aseptik, dan tingkat intinsitas cahayanya jauh

leih tinggi dari pada kondisi dalam botol ( Wetherell, 1982 ).

Sebelum ditanam planlet diseleksi dahulu berdasarkan kelengkapan organ,

warna, hekeran pertumbuhan, dan ukuran ( Adiputra, 2007 )

Page 2: Print Kul Jar

2

Faktor yang dapat mempengaruhi aklimatisasi bibit anggrek antara lain yaitu

:

1. Jenis bibit anggrek.

2. Media invitro.

3. Umur bibit.

4. Teknikk aklimatisasi.

5. Media aklimatisasi.

6. Kemampuan pelaksana.

( Empu, 2009 ).

Ciri – ciri bibit yang berkuallitas baik yaitu :

1. Planlet tampak sehat dan tidak berjamur.

2. Ukuran planlet seragam.

3. Berdaun hijau segar, dan tidak ada yang menguning.

4. Planlet tumbuh normal dan tidak kerdil.

5. Komposisi daun dan akar seimbang.

6. Pseudobulb mulai tampak dan sebagian kecil telah mengeluarkan tunas

baru.

7. Memiliki jumlah akar serabut 3-4 akar dengan panjang 1,5-2,5 cm.

( Andriana, 2009 ).

III. METODE

Alat Bahan

Pinset Air Bersih

Baki Plastik Fungisida

Pot Bakterisida

Plastik Bening Planlet

Tali Arang

Alat Tulis Koran

Gunting Pakis

Page 3: Print Kul Jar

3

Cara kerja:

IV. HASIL PENGAMATAN

Hari Pot 1-A Pot 2-A

1 Ditambah 1 lubang. Tidak ada

perubahan pada planlet

Ditambah 1 lubang. Tidak ada perubahan pada

planlet

2 Ditambah 1 lubang,dan belum Ditambah 1 lubang. Tidak ada perubahan pada

Planlet yang siap

diaklimatisasi

• Botol kultur diisi air sedikit lalu digoyang agar media lepas - lepas

• Keluarkan planlet dari botol

• Cuci pada baki berisi air bersih

• Bersihkan sisa media dan pilih akar planlet yang bagus

• Rendam dalam larutan bakterisida dan fungisida selama 5 menit

• Tiriskan pada koran steril

Planlet siap tanam

• Tanam pada media steril (arang dan pakis)

• Basahi media hingga lembab

• Tanam planlet yang sudah ditiriskan

• Sungkup dengan plastik dan diluangi sebanyak 3 lubang

• Simpan ditempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung

Planlet dalam pot

• Amati planlet setiap hari, ada yang mati atau tidak

• Beri satu lubang pada sungkup pada waktu yang sama setiap hari

• Bila keadaan permukaan media kering dapat dibasahi pada hari ke - 4

• Setelah satu minggu sungkup dibuka

• siram planlet dengan cara disemprot atau disebar

• Amati dan catat % kelulus hidupan dan % kematian

Bibit pinak tanaman

Page 4: Print Kul Jar

4

ada perubahan pada planlet planlet

3

Ditambah 1 lubang lagi, tetapi 2

planlet mati sehingga sisa planlet

41

Ditambah 1 lubang.. Tidak ada perubahan pada

planlet

4 Ditambah 1 lubang lagi, dan

jumlah planlet tetap 41 Ditambah 1 lubang. Planlet terlihat kokoh

5 Ditambah 1 lubang, tetapi 1

planlet mati. Sisa planlet 40 Ditambah 1 lubang. Planlet semakin kokoh

6 Ditambah 1 lubang, belum ada

planlet yang mati

Ditambah 1 lubang. Planlet smakin kokoh dan

besar

7 Ditambah 1 lubang, tidak ada

planlet yang mati Ditambah 1 lubang. Planlet kokoh dan besar

8 Ditambah 1 lubang, 2 planlet

mati. Sisa planlet 38

Ditambah 1 lubang, Planlet kuat dan besar, daun

berwarna hijau

9 Ditambah 1 lubang, 1 planlet

mati lagi Sisa planlet 37

Ditambah 1 lubang. Planlet kuat dan besar, daun

berwarna hijau, akar kuat dan bertambah panjang

10 Ditambah 1 lubang, 1 planlet

mati. Sisa planlet 36

Ditambah 1 lubang, Planlet kuat dan besar, daun

berwarna hijau, akar kuat dan bertambah panjang

V. PEMBAHASAN

Praktikum klimatisasi anggrek ini menggunakan satu jenis anggrek yang

ditanam dalam 2 pot. Padahasil praktikum kali ini anggrek tidak dapat beradaptasi

dengan baik terhadap lingkungan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya planlet yang

mati pada salah satu pot. Didalam pot kulttur, kelembaban hampit salalu 100% (

Wetherell, 1982 ). Kondisi diluar botol berkelembaban jauh lebih rendah, tidak

aseptik, dan tingkat intensitas cahayanya jauh lebih tinggi dari pada kondisi didalam

botol. Aklimatisasi merupakan masa adaptasi tanaman hasil pembiakkan pada kultur

jaringan yang semula kondisinya terkendali, kemudian berubah pada kondisi lapangn

yang kondisinya tidak terkendali lagi, disamping itu tanaman juga harus mengubah

pola hidupnya dari tanaman heterotrop ke tanaman autotrop.

Page 5: Print Kul Jar

5

Planlet dikelompokkan berdasarPlanlet dikelompokkan berdasarkan

ukurannya untuk memperoleh bibit yang seragam. Sebelum ditanam planlet diseleksi

dahulu berdasarkan kelengkapan organ, warna, hekeran pertumbuhan, dan ukuran (

Adiputra, 2007 ).

Menurut Empu (2009), faktor – faktor yang dapat mempengaruhi

aklimatisasi bibit anggrek antara lain yaitu:

a. Jenis bibit anggrek.

b. Media invitro.

c. Umur bibit.

d. Teknik kimatisasi.

e. Media aklimatisasi.

f. Kemampuan pelaksanaan

Aklimatisasi bertujuan untuk mempersiapkan planlet agar siap di tanam di

lapangan. Tahap aklimatisasi mutlak dilakukan pada tanaman hasil perbanyakan

secara invitro karena planlet akan mengalami fisiologis yang disebabkan oleh fkor

lingkungan. Hal ini bisa di pahami karena pada pembiakkan invitro semua

faktorlingkungn tekontrol sedankan di lapangan faktor lingkungan sulit terkontrol.

Menurut Andriana (2009), ciri-ciri bibit yang berkualitas baik yaitu:

a. Planlet tampak sehat dan tidak berjamur.

b. Ukuran planlet seragam

c. Berdaun hijau segar, dan tidak ada yang menguning.

d. Planlet tumbuh normal dan tidak kerdil.

e. Komposisi daun dan akar seimbang.

f. Pseudobulb atau umbi semu mulai tampak dan ssebagian kecil telah

mengeluarkan tunas baru.

g. Memiliki jumlah akar serabut 3-4 akar dengan panjang 1,5-2,5 cm

Media tumbuh yang baik untuk aklimatisasi harus memenuhi beberapa

persyaratan, yaitu tidak lekas melapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai

Page 6: Print Kul Jar

6

aerasi yang baik, mampu mengikat air dan zat –zat hara secara baik, mudah didapat

dalam jumlah yang diinginkan dan relatif murah harganya ( Widiastoeti, 1986 ).

Keasaman media (pH) yang baik untuk pertumbuhan tanaman anggrek

berkisar antara 5-6. Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi

bunga optimal, sehingga perlu adanya suatu usaha mencari media tumbuh yang

sesuai. Media tumbuh yang sering di gunakan di Indonesia antara lain: moss, pakis,

serutan kayu, potongan kayu, serabut kelapa, arang dan kulit pinus. Praktikum

aklimatisasi ini menggunakan media arang dan pakis. Karena memiliki daya

mengikat air, aerasi dan drainase yang baik, melapuk secara perlahan – lahan, serta

mengandung unsur – unsur hara yang dibutujkan anggrek untuk pertumbuhannya.

Menurut Widiastoety dan Hendastuti ( 1985 ), media tanam akar pakis merupakan

media tumbuh yang baik untuk pertumbuhan tanaman anggrek Phalaenopsis. Namun

bila akar pakis yang tumbuh dihutan diambil secara terus – menerus untuk digunakan

sebagai media tanam, dikhawatirkan keseimbangan ekosistem akan terganggu.

Menurut Widiastoety dan Bahar (1995 ), media pecahan arang kayu tidak lekas

lapuk, tidak mudah ditumbuhi cendawan dan bakteri. Walaupun sukar mengikat air

dan mskin zat hara, tetapi arang cukup baik untuk media anggrek. Habitat asli

anggrek cenderung hidup diatas pohon ( anggrek epifit ), diatas tanah sisa tumbuhan

mati (anggrek terestrik / anggrek tanah), dan diatas humus ( anggrek saprofit ).

Upaya untuk mendapatkan hasill pertumbuhan yang maksimal bagi anggrek maka

anggrek tersebut harus mendapatkan media tanam yang sesuai dengan jenisya masing

– masing. Ada berbagai jenis media tanam anggrek yaitu :

a. Arang.

Arang yang digunakan haruslah arang yang telah mengalami pembakaran

dengan sempurna dan harus berupa pecahan – pecahan kecil. Sifat arang

adalah tidak mengikat air terlalu banyak, karena itu penyiraman harus

lebih sering dilakukan. Arang memiliki banyak keuntungan diantaranya

arang tidak mudah lapuk sehingga penggantian media akan lebih lama

dan arang mudah didapatkan dengan harga yang relatif murah. Khusus

untuk arang batok kelapa sangat bagus untuk digunakan karena bersifat

Page 7: Print Kul Jar

7

sebagai penawar bagi tanaman apabila mengalami kelebiahan pupuk,

adanya tanin pada media dan lain – lain.

b. Pakis.

Pakis yang digunakan adalah pakis yang tua. Ciri pakis tua warnanya

hitam, kering dan lebih ringan. Pakis lebih menyerap air dibandingkan

dengan arang, maka frekuensi penyiraman dapat dikurangi, kerugiannya

apabila terlalu sering disiram pakis akan cepat lapuk dan mudah

mengundang cendawan.

c. Batu bata.

Batu bata mudah dijumpai dan harganya pun relatif murah. Batu bata

yang dipergunakan dapat menggunakan batu bata tanah liat murni

ataupun batu bata campuran. Batu bata sebaikknya digunakan bersama

meia lain karena beberapa sifat batu bata tidak mendukung pertumbuhan

anggrek, diantaranya adalah batu bata memiliki berat yang lebih

dibandingkan media lain, estetika penggunaan batu bata sebagai meia

tunggal kurang, batu bata tidak mengalami pelapukan yang artinya tidak

adanya pelepasan zat hara.

d. Sabut kelapa.

Sabut kelapa banyak digunakan dalam penanaman anggrek. Sabut kelapa

yang digunakan adalah sabut kelapa tua yang memiliki ciri – ciri warna

yang telah coklat. Sifat sabut kelapa mudah busuk yang artinya harus

lebih sering mengganti media tersebut. Pemakaian sabut kelapa di daerah

banyak hujan dan kelembabannya cukup tinggi tidak dianjurkan, karena

sifatnya lebih sering menyerap air dan dapat menyebabkan kebusukan

akar pada tanaman anggrek. Umumnya anggrek lebih menyukai media

tumbuh yang berongga yang memberikan ruang respirasi yang bagus.

e. Moss sphagnum.

Moss sphagnum adalah media tumbuh dari semacam lumut yang biasanya

berada di hutan – hutan. Media ini termasuk kedalam lumut bryophyta

bentuknya mirip paku selaginela, media yang kering bentuknya seperti

remah dan sangat ringan seperti kapas. Media moss sphagnum jarang

Page 8: Print Kul Jar

8

ditemui dan hargana relatif lebih mahal. Moss sphagnum lebih mengikat

air ibandingkan pakis, tetapi lebih lancar dalam drainase dan aerasi udara.

f. Gabus.

Sifat gabus tidak mengikat air, karena itu diperlukan penyiraman yang

sering. Keuntungan gabus adalah tanaman dan pot lebih bersih dan

cendawan arang yang menyerang pada media gabus.

g. Kulit kayu pinus.

Kulit kayu pinus sangat bagus untuj digunakan pada media tanaman

anggrek karena kulitnya mengandung lignin, selulosa dan hemiselulosa

yang membuatnya tidak mudah lapuk dan terjangkit ceendawan.

Kelemahannya adalah kulit kayu pinus jarang ditemui.

( Agah, 2009 )

Penyesuaian terhadap iklim pada lingkungan baru yang dikenal dengan

aklimatisasi merupakan masalah penting apabila membudidayakan tanaman

menggunakan bibit yang diperbanyak dengan teknik kultur jaringan. Masalah ini

dapat terjadi karena beberapa faktor:

a. Pada habitatnya yang alami, anggrek epifit biasanya tumbuh pada pohon

atau ranting. Oleh karena itu, pemindahan tanaman dari botol ke media

dalam pot sebena rnya telah menempatkan tanaman pada lingkungan

yang tidak sesuai dengan habitatnya.

b. Tumbuhan yang dikembangkan menggunakan teknik kultur jaringan

memiliki kondisi lingkungan yang aseptik dan senyawa organik yang

digunakan tanaman sebagian besar didapat secara eksogenous. Oleh

karena itu, apabila dipindahkan kedalam pot, maka tanaman dipaksa

untuk dapat membuat sendiri bahan organik secara endogenous.

Perbedaan faktor lingkungan antara habitat asli dan habitat pot atau antara

habitat kultur jaringan dengan habitat pot memerlukan penyesuaian agar faktor

lingkungan tidak melewati batas kritis bagi tanaman. Faktor lingkungan yang

diperlukan oleh anggrek menurut Departemen pertanian adalah:

(1) Temperatur 28 ± 2o C dengan temperatur minimum 15oC.

(2) Kelembaban nisbi (RH) berkisar antara 60-85%.

Page 9: Print Kul Jar

9

(3) Intensitas penyinaran adalah 30%.

Disamping ketiga faktor tersebut, faktor lingkungan lain yang juga cukup

penting terutama bagi tanaman yang baru dipindahkan dari botol adalah sirkulasi

udara yang baik ( Yusnita, 2004 ).

VI. DAFTAR PUSTAKA

Adiputra I G.K., AA. Suardana, I Md Sumarya, I. Sitepu, P. Sudi artawan. 2007.

Perubahan biosintesis sukrosa sebelum pertumbuhan kuncup ketiak

pada pan(Vanilla planifolia). Universitas Hindu Indonesia, Denpasar.

Agah. 2009. Media Tanaman Anggrek. http://www.orchid.com. Diakses 28 April2011

08.20 wib.

Andriana. 2009. Aklimatisasi Anggrek. http://pustaka.net. Diakses tanggal 06 Nov 2011,

08.06 wib.

Empu. 2009. Aklimatisasi Anggrek. http://www.mitraanggrek.com. Diakses tengga 06

nov 2011, 09.00 wib.

Nurmalinda. Iriani, E, S. Santi, A. Haryati, T. 1999. Kelayakan financial teknologi

budidaya anggrek. Balai Penelitian Tanaman Hias Cianjur.

Sandra, E. 2001. Kultur Jaringan Anggrek Skala Rumah TAngga. Agromedia Pustaka.

Jakarta.

Vij, S, P. Kher, A. Gupta, A. 2000. Orchid micropropagation. In Biotecnology in

Horticulturaland Plantation Crops. Eds. K. L. Chadha, P.N.Ravindran and Leela

Sahijram. Malhotra Publishing House. New Delhi.

Wetherell, W, F. 1982. Introducion In Vitro Propagation. Avery Publishing Group. New

Jersey.

Widiastoety, D. 1986. Percobaan Berbagai Macam Media dan Kedudukan Mata Tunas

Pada Kultur Jaringan Anggrek. Buletin Penelitian Hortikultura 13 (3): 1-8.

Widiasoety, D. Bahar, F, A. 1995. Pengaruh berbagai sumber dan karbohidrat terhadap

planlet anggrek dendrobium. Jurnal Hortikultura 5 (3): 76-80.

Widiastoety, D. Hendastuti, L. 1985. Pengaruh Peggunaan Berbagai Macam

Medium Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Anggrek Phalaenopsis

cornu-cervi. Buletin Penelitian Hortikultura 12 (3): 39 -48.

Yusnita. 2004. Kultur Jaringan: Cara memperbanyak tanaman secara efisien. AgroMedia

Pustaka, Jakarta