-
Upload
diah-setyowati -
Category
Documents
-
view
1.743 -
download
1
Transcript of Print
![Page 1: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tidak terlepas dari tujuan
utamanya yaitu untuk memperoleh laba yang maksimal dan kelangsungan hidup perusahaan
(going concern). Kelangsungan hidup perusahaan dipengaruhi oleh banyak hal antara lain
likuiditas perusahaan itu sendiri. Menurut Wild et al. (2005:185) dalam (Sianturi dan
Mulyani, 2010) “Likuiditas (liquidity) mengacu pada kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya”. Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan
mempertimbangkan dampak yang berasal dari ketidakmampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Kurangnya likuiditas menghalangi perusahaan untuk
memperoleh keuntungan dari diskon atau kesempatan mendapatkan keuntungan.
Masalah likuiditas merupakan trade off yang senantiasa dihadapi oleh manajer.
Manajer harus mampu melakukan perencanaan dan pengendalian aktiva lancar dan hutang
lancarnya sedemikian rupa dapat meminimalkan risiko ketidakmampuan perusahaan dalam
memenuhi hutang-hutang jangka pendeknya, selain harus pula menghindari investasi dalam
aktiva lancar yang berlebihan (Eljerlly, 2004) dalam penelitian Aldyanti (2006).
Arti pentingnya likuiditas bagi setiap perusahaan akan sangat dirasakan pada
berbagai akibat yang merugikan atau tidak dapat digunakannya kesempatan untuk
memperoleh laba, jika perusahaan berada dalam keadaan tidak (kurang) likuid. Berbagai
kemungkinan rugi atau tidak dapat digunakannya kesempatan untuk memperoleh laba
(Rustendi, 2006).
1
![Page 2: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/2.jpg)
Kim et al. (1998: 349) dalam Aldyanti (2006) mengkelompokkan faktor-faktor yang
diperkirakan dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan menjadi 4 kelompok, 2 diantaranya
ialah Cost of External Financing dan Transactions Demand for Liquidity.
Cost of External Financing, faktor cost of external financing ini berkaitan dengan
biaya yang dikeluarkan perusahaan jika perusahaan menggunakan pendanaan dari luar
perusahaan. Salah satu proxy yang ia gunakan dalam penelitian itu untuk mengukur cost of
external financing adalah dengan ukuran perusahaan (firm size).
Barclay dan Smith (1996, dalam Kim et al., 1998) dalam Aldyanti (2006)
mengemukakan argumen bahwa, cost of external financing yang dihadapi oleh perusahaan-
perusahaan besar relatif lebih rendah dibanding perusahaan-perusahaan kecil, hal ini
disebabkan perusahaan besar lebih mampu mencapai economic of scale terutama jika
dikaitkan dengan biaya tetap pada saat melakukan emisi saham. Selain itu, ukuran perusahaan
secara langsung akan mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi maupun investasi
perusahaan, yang umumnya semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula
kegiatan operasi dan investasi yang dilakukan perusahaan tersebut. Kegiatan operasi dan
investasi yang dilakukan tersebut secara langsung akan mempengaruhi kondisi likuiditas
perusahaan, sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan
dengan tingkat likuiditas.
Transactions Demand for Liquidity, berkaitan dengan dana atau kas yang diperlukan
perusahaan untuk tujuan transaksi. Faktor transactions demand for liquidity ini juga
merupakan faktor yang dipertimbangkan manajemen dalam menentukan likuiditas
perusahaan. Salah satu proxy yang ada dalam faktor ini ialah debt ratio atau rasio hutang.
Aldyanti (2006) berpendapat bahwa hutang memiliki konsekuensi bagi perusahaan,
karena dalam perusahaan harus mengeluarkan biaya yang sifatnya tetap selama periode
tertentu untuk mengembalikan hutang dan pembayaran bunga. Kelalaian dalam
2
![Page 3: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/3.jpg)
melaksanakan kewajiban tersebut dapat mendorong perusahan ke arah kebangkrutan (diklaim
bangkrut oleh kreditur). Pembayaran hutang dan bunga yang dilakukan perusahaan tersebut
secara langsung dapat mempengaruhi kondisi likuiditas perusahaan. Selain itu, Brigham &
Houston (2009:104) juga menyatakan bahwa “kreditor lebih menyukai rasio hutang yanng
lebih rendah, karena semakin rendah angka rasionya, maka semakin besar peredaman dari
kerugiaan yang dialami jika terjadi likuidasi”. Penelitian yang telah dilakukan oleh Kim et al
(1998) menunjukkan bahwa kondisi hutang baik (yang diukur dengan rasio hutang)
berpengaruh signifikan terhadap likuiditas perusahaan.
Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan adalah perputaran
persediaan. Persediaan umumnya merupakan akun terbesar dalam aktiva lancar bagi
perusahaan manufaktur atau dagang, oleh karena itu diperlukan adanya pengendalian atas
persediaan melalui perputaran persediaan untuk dapat pengukuran berapa kali dana yang
tertanam dalam persediaan berputar dalam satu tahun. Persediaan ini merupakan sumber
pendapatan bagi perusahaan yang dapat digunakan untuk membiayai kewajiban keuangan
perusahaan diantaranya membiayai kegiatan operasional perusahaanatau kegiatan pokok
lainnya. Tinggi rendahnya perputaran persediaan akan mempengaruhi tingkat likuiditas
keuangan perusahaan, serta dari perputaran persediaan ini akan terlihat kemampuan
perusahaan dalam mengkonversikan aktiva non kas menjadi kas. Dengan adanya pengelolaan
dan pengendalian persediaan yang baik, perusahaan diharapkan dapat mengoptimalkan
labanya, sehingga perusahaan juga diharapkan dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya
(likuiditasnya). Penilaian tingkat likuiditas sangat penting karena eksistensi perusahaan akan
disangsikan jika tidak lagi mempunyai kemampuan untuk membayar utang jangka pendeknya
pada saat jatuh tempo.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Kim et al (1998) dalam Aldyanti (2006) di
Amerika Serikat menunjukkan faktor-faktor: market to book value, spread antara suku bunga
3
![Page 4: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/4.jpg)
investasi dengan suku bunga bank sentral, rata-rata siklus kas, rasio hutang, arus kas, dan
kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan berpengaruh signifikan terhadap
likuiditas perusahaan. Anderson (2002) yang dilakukan di Belgia menunjukkan juga bahwa
faktor-faktor: arus kas, hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek berpengaruh
signifikan terhadap likuiditas perusahaan.
Aldyanti (2006) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor penenttu likuiditas
perusahaan manufaktur. Ia menggunakan variabilitas ukuran perusahaan dan kesempatan
bertumbuh yang merupakan proxy dari cost of external financing, variabilitas arus kas
merupakan proxy dari cash flow uncertainty. Return spread merupakan proxy dari current
and future investment opportunities. Siklus arus kas dan rasio hutang (debt ratio) merupakan
proxy dari transaction demand for liquidity. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukurran
perusahaan, kesempatan bertumbuh dan kas signifikan dalam mempengaruhi likuiditas
perusahaan manufaktur, namun proxy rasio hutang tidak signifikan dalam mempengaruhi
sektor perusahaan tersebut. Sehingga terdapat perbedaan antara penetian Kim (1998) dan
Anderson (2002) dengan penelitian Listi Kusniadi. Dimana proxy debt ratio dinyatakan
signifikan mempengaruhi likuiditas menurut Kim dan Anderson, namun tidak menurut Listi
Kusniadi.
Penelitian mengenai pengaruh perputaran persediaan terhadap likuiditas perusahaan
pernah dilakukan oleh Tedi Rustendi tahun 2006. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
perputaran persediaan berpengaruh posistif terhadap tingkat likuiditas perusahaan. Penelitian
sejenis juga pernah dilakukan oleh Sianturi dan Sri Mulyani tahun 2010 dengan objek
penelitian pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa perputaran persediaan berpengaruh positif
terhadap likuiditas perusahaan.
4
![Page 5: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/5.jpg)
Perusahaan konsumsi pada umumnya memiliki aktivitas yang lebih berfluktuatif
dibandingkan dengan perusahaan lainnya, sehingga dalam hal ini tingkat likuiditas
perusahaan berperan signifikan agar kelangsungan operasi perusahaan dapat berjalan dengan
lancar. Dalam mencapai kinerja yang tinggi, perusahaan harus menjalankan aktivitas-
aktivitasnya dengan efesien dan efektif. Hal ini dikarenakan perkembangan dunia usaha yang
semakin meningkat dan banyaknya persaingan dalam dunia usaha. Untuk itu perlu dilakukan
proses analisa yang baik dalam hal likuiditas perusahaan dalam mengatur hutang dan piutang
perusahaan sehingga berada dalam kondisi yang seimbang (Sianturi dan Mulyani, 2010).
Dari uraian diatas, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Debt Ratio, Ukuran Perusahaan dan Perputaran Persediaan Terhadap
Likuditas Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di BEI”. Yang
akan menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007 sampai dengan 2009.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
a. Apakah variabel Debt ratio, ukuran perusahaan dan perputaran persediaan
berpengaruh secara parsial terhadap likuiditas perusahaan industri barang
konsumsi?
b. Apakah variabel Debt ratio, Ukuran perusahaan dan Perputaran persediaan
berpengaruh secara simultan terhadap likuiditas perusahaan industri barang
konsumsi?
5
![Page 6: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/6.jpg)
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskin di atas, tujuan yang ingin
dicapai oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh parsial Debt ratio, Ukuran
perusahaan dan Perputaran persediaan pada likuiditas perusahaan industri
barang konsumsi.
b. Untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh simultan Debt ratio,
Ukuran perusahaan dan Perputaran persediaan pada likuiditas perusahaan
industri barang konsumsi.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Menambah wawasan mengenai likuiditas atau kemampuan suatu perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Serta mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhinya, dalam hal ini kaitannya dengan rasio hutang atau
debt ratio dan ukuran perusahaan (firm size).
b. Bagi Perusahaan
Bagi pihak perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan acuan
dalam hal pengambilan keputusan yang berkaitan dengan likuiditas
perusahaannya.
c. Bagi akademisi dan peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penambah kepustakaan di bidang
manajemen keuangan dan juga bahan informasi bagi para akademisi ataupun
peneliti selanjutnya, yang akan melakukan penelitian dengan topik yang
sejenis. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan hasil penelititan ini sebagai
6
![Page 7: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/7.jpg)
dasar replikasi agar dapat dihasilkan temuan yang lebih bervariasi dan
semakin baik.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan ini dalam penelitian ini terdiri dari tiga bab, yaitu:
BAB I Pendahuluan, menguraikan mengenai latar belakang penulisan,
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika
penulisan.
BAB II Tinjauan pustaka, meliputi landasan teori yang berisi: pengertian
likuiditas perusahaan, Debt ratio, Ukuran perusahaan, perputaran
persediaan, penelitian sebelumnya kerangka berfikir dan hipotesis.
BAB III Metodologi Penelitian, meliputi ruang lingkup penelitian, metode
penentuan sampel, metode pengumpulan data, operasionalisasi variabel
dan metode analisis data.
BAB IV Analisis dan Pembahasan, meliputi Analisis Data, Pengujian Hipotesis
dan Pembahasan. Bagian analisis data yang terdiri dari uji asumsi
klasik dan persamaan model regresi, sedangkan bagian pengujian
hipotesis yang terdiri dari Uji F , Uji t dan Perhitungan Koefisien
Determinan.
BAB V Kesimpulan dan Saran. Terdiri dari kesimpulan dari hasil analisis dan
pembahasan pada bab sebelumnya untuk menjawab masalah penelitian.
7
![Page 8: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/8.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Literatur
2.1.1 Ruang Lingkup Likuiditas
Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005), Likuiditas (liquidity)
adalah:
“Kemampuan untuk mengubah aktiva menjadi kas atau kemampuan untuk
memperoleh kas”.
Menurut SK Menteri Keuangan RI No.826/KMK.013/1992 likuiditas
merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan utang lancar, atau dapat
dirumuskan dengan :
Likuiditas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek yang harus segera dipenuhi, selanjutnya berkaitan dengan
masalah likuiditas ini perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan
tepat pada waktunya berarti perusahaan dalam keadaan liquid dan sebaliknya apabila
perusahaan tidak segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih berarti
perusahaan tersebut dalam keadaan inliquid (Budiawan,2009).
Secara umum pengertian likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk
membayar hutang-hutangnya yang jatuh tempo (Lancaster, 1998). Sedangkan
menurut Munawir (2002) likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajibannya jangka pendek (current obligation). Secara khusus jika
8
![Page 9: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/9.jpg)
ditinjau dari kebijakan yang dilakukan manajer dalam mengatur aktiva perusahaan,
maka likuiditas dapat diartikan sebagai proporsi dari aktiva perusahaan yang
diinvestasikan ke dalam kas dan marketable securities (surat berharga) (Kim etal.,
1998). Rasio antara cash ditambah marketable securities terhadap total assets ini pada
dasarnya merupakan rasio yang menunjukkan cash position (Munawir, 2002). Dalam
penelitian ini, pengertian mengenai konsep likuiditas mengacu pada pengertian khusus
tersebut. Kas (cash) adalah jumlah uang tunai yang ada di perusahaan (cash on hand)
dan rekening giro atau simpanan di bank yang pengambilannya tidak dibatasi baik
waktu maupun jumlahnya (cash in bank) dan investasi jangka pendek, yang secara
formal disebut kas dan setara kas (cash equivalent) (Munawir, 2002). Perusahaan
memperoleh kas dari hasil aktivitas-aktivitas yang menghasilkan kas, atau aktivitas
sumber penerimaan kas (source of cash). Beberapa aktivitas yang dikategorikan
sebagai sumber penerimaan kas antara lain: (1) hasil operasional, (2) pinjaman baru,
(3) pengeluaran saham baru, (4) penjualan aktiva tetap, dan (5) penjualan selain aktiva
tetap. (Munawir, 2002).
Mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Keynes (Sukirno, 2004),
perusahaan memegang atau menahan kas karena didorong oleh motif atau tujuan: (1)
untuk transaksi, (2) untuk berjaga-jaga, dan (3) untuk berspekulasi. Dalam
menjalankan operasinya perusahaan perlu dana untuk membeli bahan baku pembuatan
produk, membayar pegawai dan lain-lain, dana yang diperlukan untuk tujuan ini
merupakan dana yang disediakan perusahaan untuk transaksi. Selain itu perusahaan
juga perlu menyediakan dana untuk berjaga-jaga dalam menghadapi ketidakpastian
penerimaan kas di masa depan. Jika pada suatu saat perusahaanmenerima kas yang
rendah sehingga tidak mencukupi untuk kebutuhan operasional, maka perusahaan
mencukupi kekurangan dana tersebut dari kas yang disediakan untuk berjaga-jaga.
9
![Page 10: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/10.jpg)
Pada kondisi perusahaan memiliki kesempatan untuk melakukan investasi pada
aktivitas-aktivitas yang dapat memberikan keuntungan atau peningkatan nilai
perusahaan, mungkin manajer memutuskan untuk melakukan kegiatan investasi
tersebut. Dana yang dikeluarkan untuk mendanai kegiatan investasi ini merupakan
dana yang disediakan untuk tujuan investasi. Secara umum aktivitas-aktivitas
perusahaan yang sifatnya mengeluarkan kas atau menggunakankas dapat
kelompokkan menjadi: (1) pembayaran dividen tunai, (2) pembayaran kembali utang,
(3) pembelian kembali saham, (4) pembelian aktiva tetap, dan (5) pembelian selain
aktiva tetap (Munawir, 2002).
Tingkat kemampuan suatu perusahaan untuk dapat membayar hutang-hutang
jangka pendeknya sering disebut sebagai likuiditas. Perusahaan yang mempunyai
cukup kemampuan untuk membayar hutang jangka pendek disebut perusahaan yang
likuid. Sedang apabila perusahaan berada dalam keadaan tidak mempunyai
kemampuan membayar hutang jangka pendek yang cukup, disebut illikuid.
Kemampuan untuk membayar utang jangka pendek dari suatu perusahaan terletak
pada atau diukur dari kemampuannya untuk mendapatkan kas (alat pembayaran) atau
kemampuannya untuk mengkonversikan aktiva non kas menjadi kas.
Pada umumnya aspek likuiditas tidak dipandang hanya pada suatu saat, tetapi
dikaitkan dengan satu periode tahun buku atau kadang-kadang
diidentifikasikandengan siklus operasi normal perusahaan. Siklus operasi normal
perusahaan itu sendiri adalah suatu jangka waktu yang tercakup dari sejak dimulainya
aktivitas pembelian, produksi, penjualan hingga aktivitas pengumpulan piutang.
Penilaian atau pengukuran aspek likuiditas suatu perusahaan yang diidentifikasikan
dengan siklus operasi normalnya, umumnya digunakan pada perusahaan-perusahaan
yang siklus operasinya melampaui satu periode tahun buku.
10
![Page 11: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/11.jpg)
Arti pentingnya likuiditas bagi setiap perusahaan akan sangat dirasakan pada
berbagai akibat yang merugikan atau tidak dapat digunakannya kesempatan untuk
memperoleh laba, jika perusahaan berada dalam keadaan tidak (kurang) likuid.
2.1.2 Debt Ratio
Menurut Dewi Astuti (2004), rasio hutang (debt Ratio) adalah rasio yang
mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditur. Debt ratio yang rendah,
berarti menunjukan adanya perlindungan bagi kreditur terhadap kemungkinan
likuidasi.
Sedangkan menurut Kasmir (2009: 156), debt ratio merupakan rasio utang
yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva.
Dengan kata lain seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa
besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Debt ratio yang
bernilai tinggi mengartikan bahwa pendanaan dengan utang semakin banyak, maka
semakin sulit bagi perusahaan untuk memeperoleh tambahan pinjaman karena
dikhawatirkan perusahaan tidak mampu, menutupi utang-utangnya dengan aktiva
yang dimiliknya. Sedangkan bila debt ratiio bernilai rendah maka semakin kecil
perusahaan dibiyai dengan utang.
Rumus perhitungan debt ratio adalah perbandingan antara total hutang dengan
total aktiva atau asset (Kasmir, 2009; Dewi Astuti, 2004; dan Lukas, 2008).
Total Debt
Debt Ratio = -----------------------------
Total Asset
Keberadaan hutang memiliki konsekuensi bagi perusahaan, karena dalam
perusahaan harus mengeluarkan biaya yang sifatnya tetap selama periode tertentu
11
![Page 12: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/12.jpg)
untuk mengembalikan hutang dan pembayaran bunga. Kelalaian dalam melaksanakan
kewajiban tersebut dapat mendorong perusahan ke arah kebangkrutan (diklaim
bangkrut oleh kreditur). Pembayaran hutang dan bunga yang dilakukan perusahaan
tersebut secara langsung dapat mempengaruhi kondisi likuiditas perusahaan (Listi
Aldyanti : 2006).
2.1.3 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh
perusahaan. Ukuran perusahaan juga merupakan cerminan besar kecilnya
perusahaan yang nampak dalam nilai total aktiva pada neraca akhir tahun. Menurut
Hadri Kusuma (2005:83), ada dua teori yang secara implisit menjelaskan
hubungan antara ukuran perusahaan dan tingkat keuntungan, antara lain :
a) Teori teknologi, yang menekankan pada modal fisik, economies of scale, dan
lingkup sebagai faktor-faktor yang menentukan besarnya ukuran perusahaan
yang optimal serta pengaruhnya terhadap likuiditas perusahaan.
b) Teori institusional mengaitkan ukuran perusahaan dengan faktor-faktor seperti
sistem perundang-undangan, peraturan anti-trust, perlindungan patent, ukuran
pasar dan perkembangan pasar keuangan
Besar kecilnya ukuran perusahaan secara langsung akan mencerminkan tinggi
rendahnya aktivitas operasi maupun investasi perusahaan. Pada umumnya semakin
besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula kegiatan operasi dan investasi
yang dilakukan perusahaan tersebut. Kegiatan operasi dan investasi yang dilakukan
tersebut secara langsung akan mempengaruhi kondisi likuiditas perusahaan
(Aldyanti:2006).
12
![Page 13: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/13.jpg)
2.1.4 Perputaran Persediaan
a. Pengertian perputaran persediaan
Yaitu menunjukan berapa kali terjadinya penggantian persediaan dalam satu
tahun serta tersimpannya persediaan tersebut di dalam gudang. Rasio aktivitas
disebut juga sebagai rasio efisiensi atau perputaran, mengukur seberapa efektif
perusahaan menggunakan berbagai aktivanya. Menurut Bambang Riyanto
( 2001:334), contoh dari rasio aktivitas, antara lain :
1) Average payable period
Merupakan periode rata-rata yang diperlukan untuk membayar hutang
dagang. Menurut Suad Husnan (2008), Secara umum terdapat tiga tipe hutang
dagang yaitu :
a) Open account
Penjual mengirimkan barang ke pembeli dilengkapi dengan faktur yang
menyebutkan barang yang dikirim, harga per satuan, harga keseluruhan,
dan syarat-syarat pembayaran. Setelah pembeli penandatangani tanda
penerimaan barang, pembeli berarti menyatakan berhutang kepada
penjual.
b) Notes payable
Pembeli membuat surat pernyataan berhutang secara resmi kepada
penjual, disertai kapan akan dilunasi hutang tersebut.
c) Trade acceptance
13
![Page 14: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/14.jpg)
Penjual menarik draft kepada pembeli yang menyatakan draft tersebut
akan dibayar. Draft ini kemudian “dijamin” oleh bank yang akan
membayar draft tersebut.
2) Average day’s inventory
Periode menahan persediaan rata-rata atau periode rata-rata persediaan barang
dagang di gudang.
b. Tujuan pengendalian persediaan
Heckert (1997:436) mengemukakan bahwa tujuan pengendalian persediaaan
adalah sebagai berikut :
1) Untuk perencanaan dan pengendalian pembelian sehingga akan hanya
membeli atau menimbun bahan yang diperlukan atau dibutuhkan.
2) Untuk pengendalian terhadap wewenang pelaksanaan produksi sehingga
hanya dihasilkan produk dalam kuantitas dan jenis yang layak.
Dengan adanya pengendalian terhadap persediaan melalui perputaran
persediaan diharapkan perusahaan akan dapat mengoptimalkan labanya, Semakin
cepat perputaran persediaan semakin pendek waktu tertanamnya dana dalam
persediaan tersebut. Dengan sendirinya perusahaan memperoleh pendapatan atas
penjuanlan tersebut, sehingga memperkecil risiko perusahaan untuk tidak dapat
memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
c. Batasan memberikan batasan mengenai persediaan
Ikatan Akuntan Indonesia (1999:14.1), memberikan batasan mengenai
persediaan yaitu aktiva yang (a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha
14
![Page 15: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/15.jpg)
normal ; (b) dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, dan (c) dalam
bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa.
Persediaan juga merupakan unsur dari aktiva lancar yang merupakan unsur
yang aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus-menerus diperoleh, diubah,
dan kemudian dijual kepada konsumen.Dengan adanya pengelolaan persediaan yang
baik, maka perusahaan dapat segera mengubah persediaan yang tersimpan menjadi
laba melalui penjualan yang kemudian bertransformasi menjadi kas atau piutang yang
kemudian akan digunakan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya
(kewajiban lancar). Semakin tingginya tingkat perputaran persediaan menyebabkan
perusahaan semakin cepat dalam melakukan penjualan barang dagang sehingga
semakin cepat pula bagi perusahaan dalam memperoleh dana baik dalam bentuk uang
tunai (kas) ataupun piutang dan membantu perusahaan untuk meningkatkan likuiditas
perusahaan tersebut (Lamriama & Mulyani:2010).
2.2 Penelitian terdahulu
Listi Aldianti Kustiadi (2006), melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor
Penentu Likuiditas Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2000-
2004”. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Ukuran perusahaa,
Kesempatan bertumbuh, return spread dan rasio hutang dengan menggunkana metode regresi
linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap likuiditas. Sedangkan kesempatan bertumbuh dan return
spread berpangaruh positif signifikan terhadap likuiditas. Rasio hutang (debt ratio) tidak
berpengaruh signifikan terhadap likuiditas perusahaan.
15
![Page 16: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/16.jpg)
Marliana (2010) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Perputaran
Persediaan, Ukuran Perusahaan dan Debt Ratio terhadap Likuiditas Perusahaan
Otomotif dan Komponennya yang terdaftar di BEI”. Pengujian hipotesis menggunakan
regresi linier berganda. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa perputaran persediaan tidak
berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan otomotif dan komponennya. Ukuran perusahaan
dan Debt ratio berpengaruh dan berbanding terbalik terhadap likuiditas pada perusahaan
otomotif dan komponennya yang terdaftar di BEI. Sedangkan secara bersama-sama
perputaran persediaan, ukuran perusahaan dan debt ratio berpengaruh terhadap likuiditas
perusahaan otomotif dan komponennya yang terdaftar di BEI.
Tedi Rustendi (200) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Perputaran
Persediaan Terhadap Likuiditas” dengan menggunakan metode regresi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perputaran persediaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
likuiditas perusahaan.
Sianturi dan Mulyani (2010), melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Perputaran Persediaan terhadap Likuiditas Perusahaan Barang Konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menggunakan metode Regersi dengan
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perputaran persediaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap likuiditas perusahaan.
2.3 Kerangka Pemikiran
Penentuan tingkat likuiditas suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Faktor tersebut seperti debt ratio, ukuran
perusahaan dan perputaran persediaan suatu perusahaan. Oleh beberapa penelitian yang
pernah dlakukan sebelumnya, ketiga faktor tersebut telah dibuktikan dapat mempengaruhi
tingkat likuiditas perusahaan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Kim et al (1998) dalam
16
![Page 17: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/17.jpg)
Aldyanti (2006) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan debt ratio dapat
berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan secara signifikan. Kim at al (1998) dalam
Aldyanti (2006) menyatakan bahwa pembayaran hutang dan bunga yang dilakukan
perusahaan secara langsung dapat mempengaruhi kondisi likuiditas perusahaan. Sedangkan
ukuran perusahaan yang secara langsung dapat mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas
operasi maupun investasi perusahaan juga diyakini dapat berpengaruh terhadap likuiditas
perusahaan. Sedangkan Lamriama & Mulyani (2010) dalam penelitiannya menghasilkan
kesimpulan bahwa perputaran persediaan dapat berpengaruh terahadap likuiditas perusahaan.
Mereka berpendapat bahwa semakin tinggi perputaran persediaan berarti semakin cepat bagi
perusahaan untuk memperoleh aliran kas dan membantu perusahaan untuk meningkatkan
likuiditas perusahaan tersebut. Selanjutnya pengaruh debt ratio, ukuran perusahaan dan
perputaran persediaan sebagai variabel bebas terhadap likuiditas perusahaan sebagai variabel
terikat dalam penelitian ini, dapat disajikan dalam suatu paradigma penelitian berikut ini.
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini mengambil sampel berupa perusahaan go public sektor
industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009. Jenis data yang digunakan
17
Debt Ratio (X1)
Likuiditas (Y)
Perputaran Persediaan (X3)
Ukuran Perusahaan (X2)
![Page 18: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/18.jpg)
dalam adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel, yang
dapat diperoleh dari www.idx.co.id. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah debt
ratio, ukuran perusahaan dan perputaran persediaan sebagai variabel independen dan
likuiditas perusahaan sebagai variabel depeden.Dalam penelitian ini pengujian hipotesis
dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Namun sebelum
melakukan pengujian hipotesis tersebut, dilakukan terlebih dahulu Uji asumsi klasik yang
terdiri dari uji Normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolonieritas dan uji autokorelasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat suatu kerangka berfikir seperti yang tersaji
pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
18
Bursa Efek Indonesia
Industri barang konsumsi
Perusahaan Go Publik
Variabel DependenLikuiditas Perusahaan
Variabel Independeno Debt Ratioo Ukuran Perusahaano Perputaran Persediaan
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji Heteroskedastisitas
Uji Multikolonieritas
UjiAutokorelasi
![Page 19: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/19.jpg)
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas penelitian yang dilakukan guna
mempermudah menganalisis. Adapun rumusan hipotesis dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut:
1) Ho1 : b1 = 0 Debt Ratio tidak berpengaruh signifikan
terhadap likuiditas perusahaan
Ha1 : b1 ≠ 0 Debt Ratio berpengaruh signifikan terhadap likuiditas
perusahaan
2) Ho2 : b2 = 0 Ukuran perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap likuiditas perusahaan
Ha2 : b2 ≠ 0 Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
likuiditas perusahaan
3) Ho3 : b3 = 0 Perputaran persediaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap likuiditas perusahaan
Ha3 : b3 ≠ 0 Perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap
likuiditas perusahaan
19
Analisis regresi linier berganda
Uji F Uji T Uji Koefisien Determinan (R2)
Interpretasi
Kesimpulan
![Page 20: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/20.jpg)
4) Ho4 : b1 = b2 = b3 = 0 Debt ratio, ukuran
perusahaan dan perputaran persediaan tidak
berpengaruh secara simultan terhadap likuiditas
perusahaan
Ha4 : b1 = b2 = b3 ≠ 0 Debt ratio, ukuran perusahaan dan perputaran
persediaan berpengaruh secara simultan terhadap
likuiditas perusahaan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variable Debt Ratio, Ukuran
Perusahaan (firm size) dan perputaran persediaan terhadap likuiditas perusahaan. Variabel –
variabel tersebut kemudian akan diuji menggunakan analisis regresi linier berganda. Data-
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data laporan keuangan perusahaan
sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indoneisa (BEI) dari tahun 2007
sampai dengan tahun 2009.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan industri barang konsumsi yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selanjutnya sampel dalam penelitian ini ditentukan
20
![Page 21: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/21.jpg)
menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada
kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel penelitian ini adalah:
a. Perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
tahun 2007-2009.
b. Perusahaan industri barang konsumsi yang menerbitkan laporan keuangan dari
tahun 2007-2009 secara berturut-turut.
c. Data-data yang dibutuhkan tersedia dalam laporan keuangan perusahaan tersebut.
Tabel 3.1
Proses Pemilihan Sampel
Keterangan Jumlah Sampel
1. Perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar
di BEI tahun 2007-2009
35
2. Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan
secara berturut-turut dari tahun 2007 sampai 2009
6
3. Perusahaan yang laporan keuangannya tidak mempunyai
data yang lengkap, yang dibutuhkan dalam penelitin ini.
2
Sampel Final 27
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 35 perusahaan industri barang konsumsi yang
terdaftar di BEI tahun 2007-2009, hanya terdapat 27 perusahaan yang memenuhi
21
![Page 22: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/22.jpg)
karakteristik penyampelan yang telah ditentukan. Daftar nama perusahaan sampel dapat
dilihat pada tabel 3.2. berikut ini:
Tabel 3.2
Daftar Nama Perusahaan Sampel
No Nama Perusahaan
1. PT. Ades Waters Indonesia, tbk
2. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, tbk
3. PT. Tempo Scan Pasific, tbk
4. PT. Cahaya Kalbar, tbk
5. PT. Daria Varia Laboratoria, tbk
6. PT. HM Sampoerna, tbk
7. PT. Indofood Sukses Makmur, tbk
8. PT. Kimia Farma (Persero), tbk
9. PT. Kedawung Setia Industrial, tbk
10. PT. Kedawung Indah Can, tbk
11. PT. Kalbe Farma, tbk
12. PT. Indofarma (Persero), tbk
13. PT. Mayora Indah, tbk
14. PT. Multi Bintang Indonesia, tbk
15. PT. Mustika Ratu, tbk
16. PT. Prasidha Aneka Niaga, tbk
17. PT. Delta Djakarta, tbk
18. PT. Sekar Laut, tbk
19. PT. Merck, tbk
20. PT. Langgeng Makmur Industri, tbk
21. PT. Mandom Indonesia, tbk
22. PT. Siantar Top, tbk
23. PT. Pyridam Farma, tbk
24. PT. Schring Plough Indonesia, tbk
25. PT. Bristoll Myers Squibb Indonesia, tbk
26. PT. Ultra Jaya Milk Industri, tbk
22
![Page 23: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/23.jpg)
27. PT. Unilever Indonesia, tbk
3.3 Metode Pengumpulan Data
Sumber-sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan data-data sekunder, yang berupa laporan keuangan dari perusahaan sektor
industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007 sampai
dengan tahun 2009. Seluruh data laporan keuangan tersebut diperoleh dari situs resmi Bursa
Efek Indonesia (www.idx. c o.id ) .
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa studi
kepustakaan dari berbagai sumber seperti buku-buku literature, internet serta skripsi atau
jurnal yang terkait dengan penelitian ini.
3.4 Operasional Variabel
Variabel dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua variable yaitu varibel
dependen dan variable independen. Yang menjadi variabel independent adalah Debt Ratio,
ukuran perusahaan (firm size) dan perputaran persediaan sedangkan yang menjadi variabel
independen adalah likuiditas perusahaan .
3.4.1 Variabel Independen (X)
Varibel independent atau variabel bebas adalah varibael yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya varibael dependen (terikat). Dalam
penelitian ini terdapat dua varibael independent yaitu:
1. Debt Ratio
Debt ratio adalah rasio hutang yang dihitung sebagai perbandingan antara total hutang
perusahaan dengan total aset. Formula yang digunakan untuk menghitung debt ratio
adalah sebagai berikut:
Total Debt
23
![Page 24: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/24.jpg)
Debt Ratio = -----------------------------------
Total Asset
2. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Ukuran perusahaan merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan yang nampak
dalam nilai total aktiva pada neraca akhir tahun. Formula yang dapat digunakan untuk
mengukur ukuran perusahaan, yaitu:
Firm Size = Total Asset Perusahaan
3. Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan adalah rasio antara harga pokok penjualan terhadap persediaan
perusahaan, yang menunjukkan seberapa cepat persediaan dapat dijual. Dermawan
(2006:43) dan Van Horne (1997:142) menghitung perputaran persediaan dengan
rumus berikut:
Harga pokok penjualan
Perputaran Persediaan = -------------------------------------
Persediaan
3.4.2 Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat, karena adanya variabel independent (bebas). Yang menjadi variabel
dependen dalam penelitian ini adalah likuiditas perusahaan. Formula yang digunakan untuk
menghitung current ratio yaitu:
24
![Page 25: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/25.jpg)
Aktiva Lancar
Current Ratio = ----------------------------------------
Hutang Lancar
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi
linier berganda. Dan sebelum model regresi yang diperoleh digunakan untuk menguji
hipotesis, perlu terlebih dahulu model tersebut diuji dengan asumsi klasik. Uji asumsi klasik
biasa digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala normalitas, multikolinieritas,
heteroskedastisitas dan autokorelasi.
3.5.1 Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan suatu model regeresi berganda,
terlebih dulu perlu dilakukan pengujian asumsi klasik. Uji asumsi kalsik ini meliputi uji
Normalitas, uji Heteroskedastisitas, uji Multikolonieritas dan uji Autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas data bertujuan untuk melihat apakah suatu data terdistribusi secara
normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan melihat normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari data yang sesungguhnya dengan distribusi
kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal
dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal.
Deteksi terhadap uji normalitas ini dapat dilakukan dengan cara melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal atau grafik. Dasar pengambilan keputusan dari analisis
normal probability plot adalah sebagai berikut:
25
![Page 26: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/26.jpg)
a. Apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
b. Apabila data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalarn model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variansi
residu dari kasus pengamatan satu ke kasus pengamatan lainnya mempunyai nilai tetap
maka disebut homokedastisitas dan jika mempunyai perbedaan maka disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang terjadi homokedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas.
Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi
variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Dasar analisisnya: (a) jika titik-
titiknya menyebar di daerah positif dan negatif serta tidak membentuk suatu pola tertentu,
maka mengindetifikasi teljadinya homokesdatisitas, yang berarti tidak terjadinya
heteroskdastisitas. (b) Jika titik-titiknya membentuk suatu pola tertentu maka
mengidentifikasi telah terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas ini bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar
variabel independen tidak terjadi kolerasi. Uji multikolinearitas dapat dilaksanakan
dengan jalan meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar independen
26
![Page 27: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/27.jpg)
variabel dengan menggunakan variance inflating factor (VIF). Dan untuk mendeteksi ada
tidaknya masalah multikoliniearitas dalam model regresi, salah satunya caranya dapat
dilihat dari nilai tolerance value atau variance inflation factor (VIF). Dasar analisisnya :
(a) Jika nilai Tollerance > 0.1 dan VIF < 10, berarti tidak terdapat masalah
multikolonieritas
( b) Jika nilai Tollerance < 0.1 dan VIF > 10, berarti terdapat masalah multikolonieritas.
Jika terjadi gejala multikolinearitas yang tinggi, standard error koefisien regresi akan
semakin besar dan mengakibatkan confidence interval untuk pendugaan parameter
semakin lebar. Dengan demikian terbuka kemungkinan terjadinya kekeliruan yaitu
menerima hipotesis yang salah.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model
regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi, dapat
dilakukan uji statistik melalui uji Durbin‐Watson (DW test) (Ghozali, 2001).
Untuk dapat melihat ada atau tidaknya masalah autokorelasi maka salah satu caranya
dapat digunakan Uji Durbin Watson ( DW Test). Dan dasar pengambilan keputusan ada
atau tidaknya autokorelasi menurut Singgih Santoso adalah sebagai berikut:
a. Angka DW > +2, berarti ada autokorelasi yang positif
b. Angka DW diantara -2 sampai +2 ( -2 < DW < +2 ), berarti tidak ada masalah
autokorelasi.
c. Angka DW < -2, berarti ada autokorelasi negatif
27
![Page 28: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/28.jpg)
Gambar 3.1 Uji Durbin Watson
3.5.2 Pengujian Hipotesis
Metode pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis regresi linier berganda. Dan untuk menguji pengaruh variabel debt ratio dan ukuran
perusahaan (firm size) terhadap likiditas perusahaan industri barang konsumsi di BEI, maka
digunakanlah model regresi linier berganda dengan rumus sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Dimana :
Y = Likuiditas Perusahaan
a = Konstanta
b1,b2,b3 = Koefisien Regresi
X1 = Debt Ratio
X2 = Ukuran Perusahaan
X3 = Perputaran Persediaan
e = Disturbance error
3.5.2.1 Uji F (Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Secara Simultan)
28
Tidak ada masalah auto korelasi
Ada masalah auto korelasiAda masalah auto korelasi
-2 +2
![Page 29: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/29.jpg)
Uji F adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara simultan. Pengujian
ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang terdapat di
dalam model secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Uji F
dalam penelitian ini digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh debt ratio,
ukuran perusahaan dan perputaran persediaan terhadap likuiditas perusahaan secara
simultan. Dengan tingkat signifikansi sebesar 5% nilai F ratio dari masing-masing
koefisien regresi kemudian dibandingkan dengan niai t tabel. Jika F rasio > F tabel
atau prob-sig < α = 5% berarti bahwa variabel independen berpengaruh secara
simultan terhadap variabel dependen.
3.5.2.2 Uji t (Pengujian Dengan Koefisien Regresi Parsial)
Uji t berarti melakukan pengujian terhadap koefisisen regresi secara parsial.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi peran secara parsial antara
variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan bahwa
variabel independen lain dianggap konstan. Tingkat signifikansi dalam peneliti Uji t
ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai t hitung dari masing-masing
koefisien regresi dengan nilai t tabel, dengan tingkta signifikansi sebesar 95%. Jika t-
hitung > t-tabel atau prob-sig < α = 5% berarti bahwa masing-masing variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
3.5.2.3 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisisen Determinasi (R2) adalah besaran yang memberikan informasi
goodness of fit dari persamaan regresi, yaitu memberikan proporsi atau persentase
kekuatan pengaruh variabel yang menjelaskan (x1,x2,x3) secara simultan terhadap
variasi dari variabel dependen (Y).
29
![Page 30: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/30.jpg)
Koefisien ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinansi adalah
antara 0 dan 1. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1
(satu) berarti variabel–variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data.
4.1.1 Uji Asumsi Klasik.
Analisis data yang dilakukan yaitu analisis regresi berganda dengan menggunakan
bantuan program komputer SPSS for windows versi 17.0. Untuk mendapat estimasi yang
terbaik, terlebih dahulu data sekunder tersebut harus dilakukan pengujian asumsi regresi
klasik, yaitu: uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji multikolonieritas dan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel
dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji
normal data ini menggunakan metode analisis grafik dan melihat normal probability plot.
Setelah data dimasukkan dan diolah oleh program SPSS, diperoleh hasil uji Normal
Probability Plot seperti pada gambar P-Plot di bawah ini:
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas
30
![Page 31: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/31.jpg)
Dari grafik Normal P-Plot diatas, terlihat bahwa titik – titik normal p plot berada di
sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dimana hal itu menunjukkan bahwa
data dalam penelitian ini terdistribusi dengan normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan veriance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka terjadi problem
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskesdatisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat dibawah ini:
Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas
31
![Page 32: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/32.jpg)
Dari grafik Scatterplot diatas, menunjukan bahwa data kami memiliki kesamaan
varians (homoskedastisitas) karena titik-titiknya menyebar di daerah positif (+) dan negatif
(-) serta tidak membentuk pola.
Pada grafik scattterpol di atas, menunjukkan titik-titik yang menyebar secara acak dan
tidak membentuk suatu pola tertentu serta tersebar baik di atas maupun di bawah angkka 0
pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terjadi homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi. Sehingga model regresi layak untuk memprediksi
likuiditas perusahaan berdasarkan debt ratio, ukuranperusahaaan dan perputaran persediaan
sebagai variabel independen.
c. Uji Multikolineritas
Terjadinya gejala multikolinearitas pada suatu data dalam penelitian dapat diketahui
dengan memperhatikan nilai Variance-Inflation Factor (VIF) dan tolerance. Suatu data dapat
dikatakan terbebas dari gejala multikolinearitas jika;
1) Nilai VIF kurang dari 10 (VIF<10),
2) Nilai tolerance lebih dari 0,1 (Tolerance > 0,1),
Dalam penelitian ini hasil uji multikolonieritas dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Hasil Uji Multikolonieritas
32
![Page 33: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/33.jpg)
33
Coefficientsa
Model
Unstandardize
d Coefficients
Standar
dized
Coefficie
nts
t Sig.
95,0% Confidence
Interval for B
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
Lower
Bound
Upper
Bound Tolerance VIF
1 (Consta
nt)
6.132 .600 10.213 .000 4.937 7.328
x1 -8.778 1.237 -.639 -7.098 .000 -11.240 -6.315 .920 1.087
x2 1.155E
-13
.000 .301 3.446 .001 .000 .000 .977 1.024
x3 .069 .081 .076 .850 .398 -.093 .231 .938 1.066
a. Dependent Variable: y
![Page 34: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/34.jpg)
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa debt ratio, Ukuran perusahaan dan Perputaran
persediaan sebagai variabel independen mempunyai nilai tolerance lebih dari 0,1 (10 persen).
Dari hasil VIF juga terlihat bahwa semua variabel independen memiliki nilai VIF kurang dari
10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas antar variabel
independen dalam model regresi.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi pada model regresi artinya ada korelasi antar anggota sampel yang
diurutkan berdasarkan waktu saling berkorelasi. Untuk mengetahui adanya autokorelasi
dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (Uji
DW). Menurut Singgih Santoso (2000;125) jika angka Durbin Watson berkisar antara –2
sampai dengan +2 maka koefisien regresi bebas dari gangguan autokorelasi sedangkan jika
angka DW dibawah –2 berarti terdapat autokorelasi negatif dan jika angka DW diatas +2
berarti terdapat autokorelasi positif.
Tabel 4.2 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .653a .426 .404 2.20781 1.485
a. Predictors: (Constant), x3, x2, x1
b. Dependent Variable: y
Pada table 4.2 di atas, menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,485. Ini
menunjukan bahwa tidak ada masalah dengan pada uji autokorelasi karena nilai Durbin
Watson-nya terletak antara -2 sampai dengan +2.
34
![Page 35: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/35.jpg)
4.1.2 Perumusan Model Persamaan Regresi
Hasil pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa model
regresi dalam penelitian ini layak digunakan karena model regresi telah terbebas dari masalah
normalitas data, tidak terjadi multikolinearitas, tidak terjadi autokorelasi, dan tidak terjadinya
heterokedastisitas. Selanjutnya dapat dilakukan uji estimasi linier berganda dan
diinterpretasikan pada tabel berikut
Tabel 4.3 Hasil Estimasi Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standar
dized
Coeffici
ents
T Sig.
95,0% Confidence Interval for B Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta Lower Bound Upper Bound Tolerance VIF
1 (Constant) 6.132 .600 10.213 .000 4.937 7.328
x1 -8.778 1.237 -.639 -7.098 .000 -11.240 -6.315 .920 1.087
x2 1.155E-13 .000 .301 3.446 .001 .000 .000 .977 1.024
x3 .069 .081 .076 .850 .398 -.093 .231 .938 1.066
a. Dependent Variable: y
Berdasarkan output regresi linear diatas, model analisis regresi berganda yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut
Dari persamaan regresi tersebut dapat diungkapkan:
35
Likuiditas = 6,132 - 8,778 Debt Ratio + 1,155x10-13 Ukuran perusahaan + 0,069 Perputaran persediaan
(0,600) (1,237) (0,000) (0,81)
![Page 36: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/36.jpg)
b0 = Intercept/konstanta menunjukkan angka sebesar 6,132 Sb0 = 0,600
Artinya ketika X (Debt ratio, ukuran perusahaan dan perputran persediaan)
bernilai 0 , maka Y (Likuiditas perusahaan) akan bernilai 6,132.
b1 = Slope X1/Koefisien Regresi X1 = -8,778 Sb1 = 1,237
Artinya ketika X1 (Debt Ratio) naik satu satuan, sedangkan X2 dan X3 (ukuran
perusahaan dan perputaran persediaan) tetap, maka nilai Y (likuiditas perusahaan)
akan turun sebesar 8,778.
b2 = Slope X2/Koefisien Regresi X2= 1,155x10-13 Sb2 = 0,000
Artinya ketika X2 (ukuran perusahaan) naik satu satuan, sedangkan X1 dan X3
(debt ratio dan perputaran persediaan) tetap, maka nilai Y (likuiditas perusahaan)
akan naik 1,155x10-13 kali.
b3 = Slope X3/Koefisien Regresi X3= 0,069 Sb3 = 0,81
Artinya jika X3 (perputaran persediaan) naik satu satuan, sedangkan X1 dan X2
(debt ratio dan ukuran perusahaan) tetap, maka nilai Y (likuiditas perusahaan)
akan naik sebesar 0,069 kali.
4.2 Pengujian Hipotesis
4.2.1 Uji F (Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Secara Simultan)
Tabel 4.4 Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 278.676 3 92.892 19.057 .000a
Residual 375.331 77 4.874
Total 654.008 80
a. Predictors: (Constant), x3, x2, x1
b. Dependent Variable: y
36
![Page 37: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/37.jpg)
Uji ini dilakukan untuk menggunakan uji signifikan simultan yaitu uji F, untuk
menunjukkan apakah variabel bebas secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh
terhadap variabel independen. Dan dalam penelitian ini Uji F dapat digunakan untuk menguji
hipotesis keempat. Uji anova atau F test pada tabel di atas menghasilkan F hitung sebesar
19,057 dengan tingkat signiifikansi sebesar 0,000. Karena probabilitas signifikansi yang
diperoleh kurang dari derajat kesalahan (α < 0,05) menunjukkan bahwa nilai F yang dihitung
tersebut signifikan sehingga Ho4 ditolak dan Ha4 diterima. Dimana dengan demikian Debt
ratio, Ukuran perusahaan dan Perputaran persediaan secara bersama-sama atau simultan
berpengaruh signifikan terhadap likuiditas perusahaan industri barang konsumsi yang
terdaftar di BEI tahun 2007-2009.
4.2.2 Uji T (Pengujian Hipotesis Secara Parsial)
Pengaruh debt ratio, ukuran perusahaan dan perputaran persediaan terhadap likuiditas
perusahaan industri barang konsumsi diuji dengan uji t yang bertujuan untuk menguji
signifikansi pengaruh satu variabel bebas secara individu terhadap variabel terikat. Hasil
pengujian dengan SPSS untuk memprediksi pengaruh debt ratio, ukuran perusahaan dan
perputaran persediaan terhadap likuiditas perusahaan, dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai
berikut :
37
![Page 38: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/38.jpg)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standar
dized
Coeffici
ents
T Sig.
95,0% Confidence Interval for B Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta Lower Bound Upper Bound Tolerance VIF
1 (Constant) 6.132 .600 10.213 .000 4.937 7.328
x1 -8.778 1.237 -.639 -7.098 .000 -11.240 -6.315 .920 1.087
x2 1.155E-13 .000 .301 3.446 .001 .000 .000 .977 1.024
x3 .069 .081 .076 .850 .398 -.093 .231 .938 1.066
a. Dependent Variable: y
Tabel 4.5 Hasil Uji T
a. Pengujian Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama penelitian ini menduga bahwa Debt Ratio (X1) berpengaruh terhadap
Likuiditas (Y), hipotesis ini dapat dituliskan sebagai berikut:
Ho1 : Debt Ratio (X1) tidak berpengaruh terhadap Likuiditas Perusahaan (Y).
Ha1: Debt Ratio (X1) berpengaruh terhadap Likuiditas Perusahaan (Y).
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa Debt ratio menghasilkan nilai t hitung
sebesar -0,798, tingkat signifikansi sebesar 0,000 dan koefisien regresi X1 (b1) sebesar -
8,778. Variabel ini mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang apabila
dibandingkan dengan tingkat signifikansi α=5% atau 0.05, dimana 0,000 < 0.05 maka
variabel ini termasuk signifikan. Nilai signifikansi variabel debt ratio lebih kecil dari α
yang artinya bahwa Ho1 ditolak dan Ha1 dapat diterima. Dari hasil uji t disimpulkan
bahwa debt ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap likuiditas perusahaan
industri barang konsumsi yag terdaftar di BEI tahun 2007-2009.
38
![Page 39: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/39.jpg)
b. Pengujian Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua dalam penelitian ini menduga bahwa Ukuran perusahaan (X2)
berpengaruh terhadap Likuiditas (Y), hipotesis ini dapat dituliskan sebagai berikut:
Ho2 : Ukuran perusahaan (X2) tidak berpengaruh terhadap Likuiditas Perusahaan (Y).
Ha2 : Ukuran perusahaan (X2) berpengaruh terhadap Likuiditas Perusahaan (Y).
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa ukuran perusahaan menghasilkan nilai t
hitung sebesar 3,446, tingkat signifikansi sebesar 0,001 dan koefisien regresi X2 (b2)
sebesar 1,155x10-13. Variabel ini mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,001 yang
apabila dibandingkan dengan tingkat signifikansi α=5% atau 0.05, dimana 0,001 < 0.05
maka variabel ini termasuk signifikan. Nilai signifikansi variabel Ukuran perusahaan
lebih kecil dari α yang artinya bahwa Ho2 ditolak dan Ha2 dapat diterima. Dari hasil uji t
disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
likuiditas perusahaan industri barang konsumsi yag terdaftar di BEI tahun 2007-2009.
c. Pengujian Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini menduga bahwa perputaran persediaan (X3)
berpengaruh terhadap Likuiditas (Y), hipotesis ini dapat dituliskan sebagai berikut:
Ho3 : Perputaran Persediaan (X3) tidak berpengaruh terhadap Likuiditas Perusahaan
(Y).
Ha3 : Perputaran persediaan (X3) berpengaruh terhadap Likuiditas Perusahaan (Y).
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa Perputaran persediaan menghasilkan nilai t
hitung sebesar 0,850 , tingkat signifikansi sebesar 0,398 dan koefisien regresi X3 (b3)
sebesar 0,69. Variabel ini mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,398 yang apabila
dibandingkan dengan tingkat signifikansi α=5% atau 0.05, dimana 0,398 > 0.05 maka
39
![Page 40: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/40.jpg)
variabel ini termasuk tidak signifikan. Nilai signifikansi variabel perputaran persediaan
lebih besar dari α yang artinya bahwa Ho3 diterima dan Ha3 ditolak. Dari hasil uji t
disimpulkan bahwa perputaran persediaan tidak berpengaruh dalam memprediksi
likuiditas perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009.
4.2.3 Analisis Kekuatan Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variasi Variabel Terikat
(Koefisien Determinasi (R2) )
Besarnya kekuatan perngaruh variabel bebas terhadap variasi variabel terikat dapat
diketahui dari besarnya nilai koefisien determinan (R2), yang berada antara 0 dan 1. Apabila
nilai R2 semakin mendekati satu, berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel terikat. Hasil pehitungan dari R
square dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinan (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .653a .426 .404 2.20781 1.485
a. Predictors: (Constant), x3, x2, x1
b. Dependent Variable: y
Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa nilai R square adalah sebesar 0,426. Hal ini
berarti variabel likuiditas perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel debt ratio, ukuran
perusahaan dan perputaran persediaan sebesar 42,6%, sedangkan sisanya sebesar 57,4%
dijelaskan oleh faktor lainnya yang berada di luar model. Contoh faktor lainnya yang
berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan yaitu return spread dan kesempatan bertumbuh.
Kedua faktor tersebut diperkirakan dapat berpengaruh pada likuiditas berdasarkan pada hasil
40
![Page 41: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/41.jpg)
penelitian yang pernah dilakukan oleh Listi Aldyanti (2006), yang menemukan kedua faktor
tersebut berpengaruh terhadap likuiditas.
Dari table 4.6 di atas, dapat diperoleh juga besar dari nilai suatu koefisien korelasi (r),
yang dapat digunakan untuk menyatakan kuat atau lemahnya hubungan dari variabel-variabel
independent (X) dan variabel dependen (Y). Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien
korelasi (r) nya sebesar 0,653. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel debt
ratio, ukuran perusahaan dan perputaran persediaan dengan likuiditas perusahaan adalah
positif dan kuat. Positif karena 0,653 bernilai positif sedangkan kuat karena nilai r itu lebih
besar dari 0,5 (r>0,5).
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dalam
penelitian ini, diperoleh hasil bahwa variabel debt ratio (X1), ukuran perusahaan (X2) dan
perputaran persediaan (X3) secara bersama-sama (simultan) memliki pengaruh signifikan
terhadap likuiditas perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009.
Besarnya nilai koefisien determinasi yang didapat dalam penelitian ini sebesar 0,426
atau 42,6%, menginterpretasikan bahwa likuiditas perusahaan dapat dijelaskan oleh debt ratio
(X1), ukuran perusahaan (X2) dan perputaran persediaan (X3) hanya sebesar 42,6%,
sedangkan sisanya sebesar 57,4% dijelaskan oleh faktor lainnya yang berada di luar model
regresi dalam penelitian ini. Nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh dari penelitian
ini masih tergolong rendah. Hal itu menunjukkann bahwa, sebenarnya masih banyak lagi
variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap besarnya likuiditas perusahaan industri barang
konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009 selain variabel yang diteliti dalam penelitian
ini. Variabel lainnya yang diduga juga dapat berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan
yaitu return spread dan kesempatan bertumbuh (growth opportunities). Kedua faktor tersebut
41
![Page 42: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/42.jpg)
diperkirakan dapat berpengaruh pada likuiditas berdasarkan pada hasil penelitian yang pernah
dilakukan oleh Aldyanti (2006), yang menemukan kedua faktor tersebut berpengaruh positif
dan signifikan terhadap likuiditas.
Dari penelitian ini juga didapat nilai koefisien korelasi (r) antara variabel X dan Y
yaitu sebesar 0,653. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel debt ratio, ukuran
perusahaan dan perputaran persediaan dengan likuiditas perusahaan adalah positif dan kuat.
Positif karena 0,653 bernilai positif sedangkan kuat karena nilai r itu lebih besar dari 0,5
(r>0,5).
Debt ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap likuiditas perusahaan. Yang
berarti bahwa jika debt ratio suatu perusahaan tinggi maka likuiditas perusahaan akan
cenderung menurun ataupun sebaliknya. Rasio hutang perusahaan yang rendah dapat
mengakibatkan tingginya kemampuan perusahaan dalam membayar tagihan-tagihannya yang
berarti juga bahwa perusahaan tersebut memiliki tingkat likuiditas yang cukup tinggi. Dan
keadaan tersebut biasanya disukai oleh para kreditor, seperti dalam pernyataan Brigham &
Houston (2009:104) bahwa “kreditor lebih menyukai rasio hutang yanng lebih rendah, karena
semakin rendah angka rasionya, maka semakin besar peredaman dari kerugiaan yang dialami
jika terjadi likuidasi”. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Marliana (2010) dan Papaioannou et al. (1992) & Kim et al. (1998) dalam Aldyanti (2006)
yang menyatakan bahwa Debt ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap likuiditas
perusahaan.
Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap likuiditas perusahaan
industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007-2009. Ini
berarti bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan maka akan semakin besar pula
likuiditas perusahaan tersebut. Semakin besar ukuran perusahaan atau asset yang dimiliki
perusahaan, menunjukkan juga semakin banyaknya asset perusahaan yang dapat dicairkan
42
![Page 43: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/43.jpg)
sewaktu-waktu untuk membayar kewajiban jangka pendeknya, sehingga perusahaan tersebut
dapat dinyatakan likuid. Selain itu, ukuran perusahaan juga dapat dicerminkan melalui
aktivitas operasi dan investasi perusahaan, dimana Aldyanti (2006) menyatakan bahwa
ukuran perusahaan secara langsung akan mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi
maupun investasi perusahaan, yang umumnya semakin besar ukuran perusahaan maka
semakin besar pula kegiatan operasi dan investasi yang dilakukan perusahaan tersebut.
Kegiatan operasi dan investasi yang dilakukan tersebut secara langsung akan mempengaruhi
kondisi likuiditas perusahaan, sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan positif antara
ukuran perusahaan dengan tingkat likuiditas. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan Kim et al (1998) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh positif signifikan terhadap likuiditas perusahaan.
Perputaran persediaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas
perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2007-2009. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Van Horne & Wachowicz
(1997:136) dalam bukunya yang berjudul Primsip-prinsip Manajemen Keuangan,
menyatakan bahwa “Perusahaan dengan aktiva lancar terdiri dari kas dan piutang tanpa jatuh
tempo biasanya dianggap lebih likuid daripada perusahaan yang aktiva lancarnya terdiri dari
persediaan”. Dari pernyataan tersebut, terbukti bahwa persediaan kurang berpengaruh
signifikan dalam penentuan tingkat likuiditas suatu perusahaan bila dibandingkan dengan
aktiva lancar lainnya seperti kas dan piutang tanpa jatuh tempo. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2010), yang menyatakan bahwa perputaran
persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas perusahaan.
BAB V
43
![Page 44: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/44.jpg)
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada analisis dan pembahasan yang telah diterangkan sebelumnya, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan dari penelitian ini, yaitu:
1. Secara parsial yang terbukti dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan adalah Debt
Ratio dan ukuran perusahaan sedangkan Perputaran Persediaan tidak menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas perusahaan industri barang konsumsi
yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009. Debt ratio berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap likuiditas perusahaan, dimana ini menunjukkan bahwa semakin tinggi debt
ratio perusahaan maka tingkat likuiditasnya akan semakin rendah. Sedangkan ukuran
perusahaan memiliki pengaruh yang berkebalikan dengan debt ratio yaitu ukuran
perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap likuiditas perusahaan.
Semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin tinggi pula likuidias
perusahaan tersebut. Namun berbeda dengan hasil kedua variabel di atas yang
berpengaruh terhadap likuiditas, hasil pengujian secara parsial ini menunjukkan
bahwa perputaran persediaan tidak memiliki pengaruh terhadap likuiditas suatu
perusahaan.
2. Debt ratio, ukuran perusahaan dan perputaran persediaan terbukti secara bersama-
sama atau silmultan berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan industri barang
konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009. Besarnya pengaruh tersebut adalah
sebesar 42,6 % sedangkan sisanya sebesar 57,4% dijelaskan oleh faktor lainnya yang
berada di luar model penelitian ini.
44
![Page 45: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/45.jpg)
5.2 Saran
Bagi pihak manajemen perusahaan, likuiditas merupakan salah satu hal yang penting
di dalam mendukung kelancaran operasi dan kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena
itu pihak manajemen harus senantiasa mampu melakukan pengendalian terhadap likuiditas
secara optimal. Dan untuk dapat mengatur likuiditas secara optimal, pihak manajemen harus
juga memperhatikan beberapa faktor baik yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat
berpengaruh terhadap keadaan likuiditas perusahaan tersebut.
Bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan mengkaji ulang penelitian ini dapat
melakukan beberapa perbedaan atau bahkan perbaikan dibandingkan dengan penelitian ini.
Misalnya dengan memilih obejk penelitian yang lebih luas dari objek dalam penelitian ini.
Tidak saja perusahaan-perusahaan pada sektor industri barang konsumsi. Selain itu, juga
dapat melakukan perluasan dengan penambahan variabel.
45
![Page 46: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/46.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Aldiyanti, Listi Kustiadi. “Faktor-Faktor Penentu Likuiditas Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2004”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Indonesia. 2006.
Astuti, Dewi. “Manajemen Keuangan Perusahaan”. Ghalia Indonesia. Jakarta. 2004.
Ath, Achmad Thobbary. ”Analisa Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi,
Pertumbuhan GDP terhadap Indeks Harga Saham Industri Sektor Properti”. Tesis
Universitas Diponegoro. 2009.
Sjahrial, Dermawan. “Pengatar Manajemen Keuangan”. Mitra Wacana Media: Jakarta.
2006.
Kasmir. ”Analisis Laporan Keuangan”. Rajawali Pers. Jakarta. 2009.
Lamriama, Asti Sianturi dan Sri Mulyani. “Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap
Likuiditas Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI”.
www.kapoengakuntansi.com. 2010.
Marlina. “Pengaruh Perputaran Persediaan, Ukuran Perusahaan dan Debt Ratio terhadap
Likuiditas Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang terdaftar di BEI”. Skripsi
Fakultas Ekonomi Gunadarma. 2010.
Rustendi, Tedi. “Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Likuiditas”. 2006.
Setia, Lukas Atmaja. ”Teori dan Praktik Manajemen Keuangan”. Penerbit Andi.
Yogyakarta. 2008.
Van Horne, James & John M Wachowicz. “Prinsip Prinsip Manajemen Keuangan”.
Salemba Empat: Jakarta. 1997.
www.idx.co.id
46
![Page 47: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/47.jpg)
Budiawa, Prima. “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Ditinjau Dari Rentabilitas,
Likuiditas Dan Solvabilitas (Studi Kasus Pada Ptpn X Surakarta)”. Edisi 7. ANDI
and McGraw-Hill Education. Yogyakarta. 2007.
Wild John J, K.R Subramanya, Robert F. Helsey. “Financial Statement analysis”. Edisi 8.
Buku 2. Salemba empat. Jakarta. 2005
Warsini, Sabar. “Manajemen Investasi”. Penerbit Semesta Media. Jakarta. 2009.
Tandelin, Eduardus. “Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi”. Edisi 1. Kanisius.
Yogyakarta. 2010
Yulfasni. “Hukum Pasar Modal”. Badan penerbit iblam. Jakarta. 2005.
Rodoni, Ahmad, dan Abdul Hamid. “Lembaga Keuangan Syariah”. Penerbit Zikrul Hakim.
Jakarta. 2008
Bambang Riyanto. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE
UGM.
Husnan, Suad. 1998. Manajemen Keuangan : Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka
Pendek). BPFE: Yogyakarta
Kim C.S., David C. Mauer, and Ann E. Sherman. "The Determinants of Corporate Liquidity:
Theory and Evidence". Journal of Financial and Quantitative Analyisis. Volume 33,
Number 3, September, pp. 335-359.
47
![Page 48: Print](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060113/5571faef4979599169938a02/html5/thumbnails/48.jpg)
Lancaster C., Jerry L.S., and Joseph, J.A. 1998. "Corporate Liquidity and The Significance of
Earnings versus Cash Flows", The Journal of Applied Business Research, Volume 14,
Number 4. pp. 27-38.
Munawir S. 2002. Analisis Informasi Keuangan. Liberty, Yogyakarta
48