Presus Anemia Ita
-
Upload
sarnilita-muhammad -
Category
Documents
-
view
30 -
download
4
Transcript of Presus Anemia Ita
Anemia aplastik 1
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An.F N
Tanggal lahir : 29 Maret 2007
Umur : 5 tahun
Jenis kelamin : laki – laki
Agama : Islam
II. IDENTITAS ORANG TUA
Nama
Umur sekarang
Perkawinan ke
Umur saat nikah
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Pangkat
Agama
Suku bangsa
Tn. W
49 tahun
1
tahun
S1
swasta
Islam
sunda
Ny. N
36 tahun
1
tahun
D3
Ibu rumah tangga
-
Islam
sunda
Hubungan dengan orang tua : anak kandung
Sarnilita Muhammad Page 1
Anemia aplastik 2
III. RIWAYAT PENYAKIT
Anamnesa didapat secara Alloanamnesa pada tanggal 16 januari 2013
Keluhan utama : lebam pada kedua kaki
Keluhan tambahan :
Riwayat penyakit sekarang
2 minggu SMRS,timbul bintik-bintik merah dan lebam pada kedua kaki pasien, yang timbul
secara mendadak. pasien juga tampak lemas dan pucat, kemudian oleh kedua orang tuannya
pasien dibawa ke RS PMI Bogor untuk dilakukan pemeriksaan dan didapatkan nilai
trombosit yang mencapai 470 ribu. Pasien kemudian dirawat di RS PMI selama 3 hari
dengan diagnosis ITP dan diberikan obat yang diminum 3 kali sehari, namun keluhan tidak
berkurang, pasien semakin lemas dan pucat.
Setelah itu pasien kemudian dirujuk ke RSPAD untuk dilakukan pengobatan dan
pemeriksaan lebih lanjut. pasien
Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada
Riwayat penyakit dalam keluarga
Terdapatnya penyakit serupa dalam keluarga à disangkal
Riwayat kehamilan
Riwayat mengkonsumsi obat-obatan disangkal, riwayat sakit berat selama kehamilan
disangkal. Perawatan antenatal selama hamil teratur ke dokter.
Sarnilita Muhammad Page 2
Anemia aplastik 3
Riwayat kelahiran
Pasien laki – laki ,tunggal, lahir hidup pada tanggal 29 maret 2007 dari ibu G1P0A0
hamil 39 minggu lahir secara secsio sesaria atas indikasi letak lintang,di rumah sakit dibantu
dokter, dengan berat badan lahir : 3500 gram , panjang badan lahir : 49 cm., anus ada, cacat
tidak ada. tidak ada ketuban pecah dini, ketuban berwarna jernih, lilitan tali pusat tidak ada.
Bayi menangis kuat dan gerak aktif.
Riwayat Imunisasi
Jenis Imunisasi I II III
BCG -
DPT + + +
Polio + + +
Hep B -
Kesan : imunisasi dasar belum lengkap
Riwayat perkembangan
Pertumbuhan gigi I :
Tengkurap :
Duduk :
Berdiri :
Berbicara :
Membaca dan menulis :
Kesan : Perkembangan anak sesuai dengan usia
Sarnilita Muhammad Page 3
Anemia aplastik 4
Riwayat Makanan
ASI sejak lahir sampai dengan 2 tahun, mulai makanan tambahan usia 6 bulan
Frekuensi makan 3x/hari dengan kesan kualitas dan kuantitas cukup
Kesan : Kualitas dan kuantitas baik
Riwayat keluarga
Corak reproduksi
No Usia Jenis
Kelamin
Hidup Lahir
mati
Abortu
s
Mati
(sebab)
Keterangan
kesehatan
1 5 tahun ♂ Ya - - - Baik
Anggota keluarga lain yang serumah : tidak ada
Masalah dalam keluarga : tidak ada
Perumahan : Milik sendiri
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 16 januari 2013 Jam : 14.00
Keadaan umum : sakit sedang
Sarnilita Muhammad Page 4
Anemia aplastik 5
Kesadaran : Compos Mentis
Status mental : Baik
Tanda-tanda vital
Temperatur : 37 C axilla
Heart rate : 76 x / mnt
Respiratory rate : 32 x / mnt
Data Antropometri
Berat badan sekarang : 27 kg
Tinggi badan : 116 cm
BB/U = 27/ x 100% = %
TB/U = 116/ x 100% = %
BB/TB = 40/ x 100% = %
Kesan
Kepala
Normocephali, distribusi rambut merata
Mata
Kelopak mata tidak cekung, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat,
isokor.
Telinga
Sarnilita Muhammad Page 5
Anemia aplastik 6
Bentuk sempurna, besar dan posisi daun telinga dalam batas normal.
Hidung
Bentuk normal, tak tampak napas cuping hidung .
Mulut
Mukosa mulut tidak pucat, tidak sianosis, tidak kering, tidak pecah-pecah. Bibir merah,
langit-langit intake.
Leher
Bentuk normal tidak ada kelainan, kulit normal, kelenjar gondok tidak membesar, trakea
letak ditengah.
Thorak
Bentuk normochest, tidak ada luka, jejas, sikatrik .
Paru
Inspeksi : Gerak simetris saat statis dan dinamis, tidak ada retraksi, tidak ada sikatriks
Palpasi : Fremitus vokal dan taktil normal
Perkusi : sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler, tidak ada ronchi, tidak ada wheezing
Cor
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba disela iga IV midclavicula sinistra, tidak kuat angkat, tidak
ada thrill
Perkusi : batas jantung paru dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular murni, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen
Inspeksi : datar, tidak tampak sikatrik, tidak ada venektasi, umbilikus kering
Sarnilita Muhammad Page 6
Anemia aplastik 7
Auskultasi : Bising usus + normal
Palpasi : Supel, turgor kulit cukup, hati tidak teraba, limpa tidak teraba, ginjal balotement
-/-
Perkusi : timpani di keempat kuadran abdomen
Ekstremitas
Cacat (-), jari lengkap, akral hangat, perfusi perifer baik, tidak sianosis
Kulit
Lembab, tidak kering.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
14-01-2013 15-01-2003
Hematologi lengkap
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Hitung jenis
Basofil
Batang
14.0
41
56
6,4
Sarnilita Muhammad Page 7
Anemia aplastik 8
Segmen1
Limfosit
Monosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
RESUME
.
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum → sakit sedang
Kesadaran → kompos Mentis
Tanda-tanda vital : Temperatur : 37 C aksilla
Heart rate : 90x / mnt
Respiratory rate : 32 x / mnt
DIAGNOSIS KERJA
- Anemia aplastik
DIAGNOSA BANDING
-
PENATALAKSANAAN
Diet MB 1500 kal
Sarnilita Muhammad Page 8
Anemia aplastik 9
Imuran 1x25 mg
Metilprednisolon 3x16 mg
PROGNOSIS
Qua ad vitam : ad bonam
Qua ad fungsionam : ad bonam
Qua ad sanationam : Dubia ad bonam
FOLLOW UP
16 Januari 2013
S Keluhan (-)
O
-TTV
-Kepala
-Mata
-
Hidung
-Mulut
-
Thorax
Ku : sakit sedang
Kes : CM
HR : 120x/m
TD: 110/70 mmHg
RR : 28 x/m
T : 37 C
Normocephal
CA -/- , SI -/-
NHC – , sekret -
Bibir tdk kering
sianosis –
Simetris statis & dinamis
Sarnilita Muhammad Page 9
Anemia aplastik 10
-Cor
-Pulmo
Abd
-Eks
-kulit
BJ 1-2 reg, murmur-
gallop-
SN vesikuler
Ronkhi-, Wheezing-
Datar, supel, turgor cukup, BU +normal, H/L
ttrb
Akral hangat, perfusi perifer baik, udem-,
sianosis-
Dalam batas normal
A 1. Suspek anemia aplastik
2. Perdarahan gusi e.c trombositopenia
-
P 2. . Diet MB 1500 Kal
3. Metil prednisolon 3x3 mg
4. Monitor Keadaan Umum, tanda vital dan
perdarahan
Sarnilita Muhammad Page 10
Anemia aplastik 11
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Anemia aplastik
II.1.1 Definisi
Merupakan gangguan hematopoiesis yang ditandai oleh penurunan produksi eritroid, mieloid,
dan megakariosit dalam sumsum tulang dengan akibat adanya pansitopenia pada darah tepi, serta
tidak dijumpai adanya keganasan sistem hematopietik ataupun kanker metastatik yang menekan
sumsum tulang.Aplasia ini dapat terjadi hanya pada satu, dua atau ketiga sistem hematopiesis.1
Aplasia yang hanya mengenai sistem eritropietik disebut anemia hipoplastik (eritroblastopenia),
yang hanya mengenai sistem granulopoiesis disebut agranulositosis sedangkan yang hanya
mengenai sistem megakariosit disebut purpura trombositopenik amegakariosit (PTA).1,2 Bila
mengenai ketiga sistem disebut panmieloptisis atau lazimnya disebut anemia aplastik. Menurut
the international agranulocytosis and aplastic anemia study (IAAS) disebut anemia aplastik bila:
kadar hemoglobin kurang dari sama dengan 10g/dL atau hematokrit kurang dari sama dengan 30;
Sarnilita Muhammad Page 11
Anemia aplastik 12
hitung trombosit kurang dari sama dengan 50.000/mm3 , hitung leukosit kurang dari sama
dengan 3500/mm3 atau granulosit kurang dari sama dengan1,5x109/L.1
II.1.2 Etiologi
Secara etiologik penyakit ini dapat dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu: 1,2
1. Faktor kongenital/anemia aplastik yang diturunkan
Sindroma Fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti
mikrosefali,strabismus,anomali jari,kelainan ginjal dan sebagainya.
2. Faktor didapat
Sebagian anemia aplastik didapat bersifat idiopatik. Sebagian lainnya dihubungkan dengan
- Bahan kimia:benzena,insektisida
- Obat: kloramfenikol, antirematik, antitiroid, mesantoin (antikonulsan,sitotstatika)
- Infeksi: hepatitis, tuberkulosis milier
- Radiasi: radioaktif, sinarrontgen
- Transfusion associated graft versus host disease
Makalah ini akan membahas mengenai masing- masing jenis dari anemia aplastik ini yaitu
anemia aplastik yang didapat dan anemia aplastik konstitusional.
II.2 Anemia Aplastik Didapat
II.2.1 Epidemiologi
Sarnilita Muhammad Page 12
Anemia aplastik 13
Ditemukan lebih dari 70% anak-anak menderita anemia aplastik derajat berat pada saat
didiagnosis.Tidak ada perbedaan secara bermakna antara laki dan perempuan, namun dalam
beberapa penelitian nampak insidens pada laki-laki lebih banyak dibanding wanita. Penyakit ini
termasuk penyakit yang jarang dijumpai di negara barat dengan insiden 1-3/1 juta/ tahun.1,2
Namun di negara timur seperti Thailand, negara Asia lainnya termasuk Indonesia, Taiwan dan
Cina,insidensnya jauh lebih tinggi. Penelitian pada tahun 1991 di Bangkok insidens
3,7/1juta/tahun.1 Perbedaan insiden ini diperkirakan oleh karena adanya faktor lingkungan seperti
pemakaian obat-obat yang tidak pada tempatnya, pemakaian pestisida serta insiden virus
hepatitis yang lebih tinggi. Insidensi keseluruhan anemia aplastik relatif rendah, dengan insidensi
tahunan kumulatif perkiraan pada anak dan dewasa, di Amerika Serikat dan Eropa, 2-6 per juta
per tahun.1,2 Frekuensi relatif anemia aplastik berkisar dari kira- kira 1:25.000-40.000 untuk
kloramfenikol sampai 1:350.000 untuk simetidin dan bahkan lebih jarang lagi untuk obat-obat
lain.2
II.2.2 Etiologi
Berbagai obat, bahan kimia, toksin, agen infeksi, radiasi atau kelainan imun dapat menyebabkan
pansitopenia, karena destruksi progenitor hematopoietik, dengan melalui gangguan atau
penghancuran lingkungan mikro sumsum yang mendukung dan faktor pertumbuhan yang perlu,
atau penghancuran elemen sumsum yang diperantarai proses imun langsung atau tidak
langsung.1,2 Kapan saja anak menunjukkan pansitopenia, anamnesis seksama mengenai
pemajanan faktor risiko harus diperoleh. Kemungkinan predisposisi genetik untuk gagal sumsum
tulang harus selalu dipertimbangkan, meskipun tidak ada tanda fisik yang klasik yang berkaitan
dengan anemia Fanconi dan pansitopenia kongenital yang lain.1
Sejumlah obat dapat menyebabkan depresi sumsum tulang sementara dan dapat diramalkan.
Yang paling jelas, tentu saja, obat antineoplasma (misalnya, antrasiklin, akilator dan
antimetabolit).1,2,3 Kerusakan permanen dapat juga terjadi bila dosis yang cukup dari obat ini
diberikan dan lebih sering bila dengan obat tertentu (misalnya: benzen). Anemia aplastik atau
pansitopenia dapat mengikuti pemberian berbagai macam obat dan bahan kimia (termasuk
Sarnilita Muhammad Page 13
Anemia aplastik 14
insektisida tertentu, antibiotika, antikonvulsan, obat antinflamasi, nonsteroid, antihistamin,
sedatif dan logam). Mungkin ada predisposisi genetik yang meningkatkan kemungkinan
pansitopenia setelah pemajanan pada obat atau bahan kimia.1,2
Sejumlah virus dapat secara direk maupun indirek menyebabkan gagal sumsum tulang.
Parvovirus B19 secara klasik terkait dengan aplasia eritroid, tetapi pada penderita dengan
penyakit sel sabit atau hospes yang lain yang lemah (misalnya, pada kanker atau AIDS) virus ini
dapat menyebabkan krisis aplastik sementara.1,2,3 Pansitopenia dapat juga terkait dengan hepatitis
virus (virus hepatitis B maupun virus hepatitis C),maupun virus dengue, mungkin akibat aktivasi
imun yang menyertai infeksi virus ini. Virus herpes, terutama virus Epstein Barr (EBV),
sitomegalovirus (CMV), dapat menyebabkan gagal sumsum tulang baik pada penderita yang
genetik predisposisi maupun disebabkan oleh penolakan cangkok sumsum tulang dengan CMV.
HIV juga dikaitkan dengan sejumlah kelainan hematologi, termasuk anemia, neutropenia,
trombositopenia, dan pansitopenia.1,2
Meskipun sangat jarang pada anak, penderita dengan bukti gagal sumsum tulang harus juga
dievaluasi untuk hemoglobinuria nokturnal paroksismal dan penyakit vaskular-kolagen yang
dapat menyertai komplikasi ini. Pansitopenia tanpa blas di darah tepi mungkin disebabkan
karena pendesakan sumsum tulang oleh sel leukemia atau neuroblastoma maligna.
II.2.3 Patofisiologi
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan hingga saat ini belum dapat menerangkan
patofisiologi anemia aplastik secara tuntas. Ada 3 teori yang dapat menerangkan patofisologi
penyakit ini yaitu: 1,2,3
1. Kerusakan sel induk hematopoietik
Sarnilita Muhammad Page 14
Anemia aplastik 15
2. Kerusakan lingkungan mikro sumsum tulang
3. Proses imunologik yang menekan hematopoiesis
Keberadaan sel induk hematopoietik dapat diketahui lewat petanda sel yaitu CD34 atau dengan
biakan sel. Dalam biakan sel padanan sel induk hematopoietik dikenal sebagai CD 34 sangat
menurun hingga 1-10% dari normal.Demikian juga pengamatan pada cobble-gangguan sel induk
ini adalah keberhasilan transplantasi sumsum tulang pada 60-80% kasus. 1,2Hal ini membuktikan
bahwa dengan pemberian sel induk dari luar akan terjadi rekonstruksi sumsum tulang pada
pasien anemia aplastik. Beberapa sarjana menganggap gannguan ini dapat disebabkan oleh
proses imunologik.1
Kemampuan hidup dan daya proliferasi serta diferensiasi sel induk hematopoietik tergantung
pada lingkungan mikro sumsum tulang yang terdiri dari sel stroma yang menghasilkan berbagai
sitokin. Pada berbagai penelitian dijumpai bahwa sel stroma sumsum tulang pasien anemia
aplastik tidak menunjukkan kelaianan dan menghasilkan sitokin perangsangseperti GM-CSF, G-
CSF danIL-6 dalam jumlah normal sedangkan sitokin penghambat seperti interferon
gamma,tumor necrosis factor alpha, protein macrophage inflammator 1 alpha dan transforming
growth factor beta 2 akan meningkat.1,2 Sel stroma pasien anemia aplastik dapat menunjang
pertumbuhan sel induk,tapi sel stroma normal tidak dapat menumbuhkan sel indukyang berasal
dari pasien.Berdasar temuan tersebut, teori kerusakan lingkungan mikrosum sumtulang sebagai
penyebab mendasar anemia aplastik makin banyak ditinggalkan.1
Kenyataan bahwa terapi imunosupresif memberikan kesembuhan pada sebagian besar pasien
anemia aplastik merupakan bukti meyakinkan tentang peran mekanisme imunologik dalam
patofisiologi penyakit ini. Pemakaian gangguan sel induk dengan siklosporin atau
metilprednisolon memberikan kesembuhan sekitar 75% dengan ketahanan hidupjangka panjang
menyamai hasil transplantasi sumsum tulang. Keberhasilan imunosupresi ini sangat mendukung
proses imunologik.1,2
Sarnilita Muhammad Page 15
Anemia aplastik 16
Transplantasi sumsum tulang singeneik oleh karena tiadanya masalah histokompabilitas
seharusnya tidak menimbulkan masslah rejeksi meskipun tanpa pemberian terapi conditioning.1,2
Namun champlin dkk menemukan 4 kasus tranplantasi sumsum tulang singeneik ternyata
semuanya mengalami kegagalan,tetapi ulangan transplantasi sumsum tulang singeneik dengan
didahului terapi conditiong menghasilkan remisi jangka panjang pada semua kasus. Kenyataan
ini menunjukkan bahwa pada anemia aplastik bukan saja terjadi kerusakan sel induk tetapi juga
terjadi imunosupresi terhadap sel induk yang dapat dihilangkan dengan terapi conditioning.1,2,3
II.2.4 Patologi dan patogenesis
Ciri khas anemia aplastik adalah pansitopenia perifer bersamaan dengan sumsum tulang aplastik
atau hipoplastik. Keparahan penyakit ni terkait dengan tingkat mielosupresi. Anemia aplastik
berat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana dua atau lebih komponen sel mengalami
gangguan imun berat (misalnya hitung neutrofil absolut<500/mm3, hitung
trombosit<20.000/mm3,hitung retikulosit <1% setelah koreksi untuk hematokrit) pada penderita
yang biopsi sumsum tulangnya hiposelular. 1,2,3,4 Seperti dicatat sebelumnya, gagal sumsum
tulang dapat disebabkan oleh berbagai penyebab dan mekanisme. Misalnya, ia dapat merupakan
akibat dari gagal sel induk yang terkait dengan obat, toksin, atau virus atau yang disebabkan oleh
sitotoksisitas diperantarai sel maupun tergantung antibodi. Kelainan lingkungan mikro yang
mendukung yang disebabkan oleh obat, toksin, virus, atau mekanisme diperantarai-imun juga
dapat menyebabkan gagal sumsum tulang.1,2,3 Kehilangan faktor pertumbuhan hematopoietik
yang kritis dapat ikut berperan ke arah keadaan gagal sumsum tulang.
II.2.5 Gejala klinis
Gejala yang muncul berdasarkan gambaran sumsum tulang yang berupa aplasia sistem
eritropoitik, granulopoietik dan trombopitik,serta aktifitas relatif sistem limfopoitik dan sistem
retikuloendotelial.1,2 Aplasia sistem eritropoitik dalam darah tepi akan sebagai retikulositopenia
yang disertai dengan merendahnya kadar Hb,hematokrit dan hitung eritrosit serta MCV.Secara
Sarnilita Muhammad Page 16
Anemia aplastik 17
klinis anak tampak pucat dengan berbagai gejala anemia lainnya seperti anoreksi, lemah,
palpitasi, sesak karena gagal jantung dan sebagainya.1,2,3,4 Oleh karena sifatnya aplasia sistem
hematopoitik, maka umumnya tidak dietmukan ikterus, pembesaran limpa, hepar
maupunkelenjar getah bening.
II.2.6 Diagnosis
Dibuat berdasarkan gejala klinis berupa panas, pucat, perdarahan,tanpa adanya organomegali.
Gambaran darah tepi menunjukkan anemia, leukopenia, dan trombositopenia dan limfositosis
relatif dengan akibat risiko kelelahan meningkat, gagal jantung, infeksi dan perdarahan.1,2,3
Diagnosis pasti ditentukan dengan pemeriksaan biopsi sumsum tulang yaitu gambaran sel sangat
kurang, banyak jaringan penyokong dan jaringan lemak; aplasia sistem eritropoitik,
granulopoitik, dan trombopoitik. Diantara sel sumsum tulang yang sedikit ini banyak ditemukan
limfosit, sel SRE (plasma,fibrosit,osteoklas, sel endotel). Hendaknya dibedakan antara sediaan
sumsum tulang yang aplastik dan yang tercampur darah. Pemeriksaan seksama apus darah tepi
untuk morfologi eritrosit, leukosit dan trombosit penting. Pada anak,kemungkinan pansitopenia
kongenital harus selalu dipertimbangkan dan patah kromosomal sebaiknya dievaluasi.2,3,4 Adanya
HbF memberi kesan pansitopenia kongenital tetapi ini tidak diagnostik. Untuk
mengesampingkan PNH, uji Ham harus dikerjakan. Pemeriksaan sumsum tulang sebaiknya
meliputi aspirasi serta biopsi dan sumsum dievaluasi dengan seksama mengenai selularitas dan
morfologi. Adanya lebih dari 70% limfosit mempunyai prognosis buruk. 1,2,3,4
II.2.7 Diagnosis banding1,3
1. Purpura Trombositopenik imun dan PTA.
Pemeriksaan darah tepi dar kedua kelainan ini hanya menunjukkan trombositopenia tanpa
retikulositopenia atau granulositopenia/leukopenia. Pemeriksaan sumsum tulang dari PTI
menunjukkan gambaran yang normal atau ada peningkatan megakariosit sedangkan pada PTA
tidak atau kurang ditemukan megakariosit.
Sarnilita Muhammad Page 17
Anemia aplastik 18
2.Leukemia akut jenis aleukemik,terutama Leukemia limfoblasatik akut (LLA) dengan jumlah
leukosit yang kurang dari 6000/mm3. Kecuali pada stadium dini,biasanya pada LLA ditemukan
splenomegali. Pemeriksaan darah tepi sukar dibedakan,karena kedua penyakit gambaran yang
serupa (pansitopenia dan relatif limfositosis) kecuali bila terdapat sel blas dan limfositosis yang
dari 90% diagnosis lebih cenderung pada LLA.
3. Stadium praleukemik dari leukemia akut
Keadaan ini sukar dibedakan baik dari gambaran klinis,darah tepi maupun sumsum tulang,
karena masih menunjukkan gambaran sitopenia dari ketiga sistem hematopoitik. Biasanya
setelah beberapa bulan kemudian baru terlihat gambaran khas LLA.
Kelainan lain yang dapat diobati, seperti kanker, kelainan vaskular-kolagen, PNH,atau infeksi
yang dapat berespon terhadap terapi khusus (misalnya globulin intravena untuk parvovirus)
harus dipertimbangkan pada diagnosis banding.
II.2.8 Pengobatan
II.2.8.1 Pengobatan suportif
Seperti pansitopenia kongenital, anak dengan pansitopenia akuisita memerlukan terapi suportif
komprehensif yang berbarengan dengan usaha untuk mengobati gagal sumsum tulang yang
mendasari.1,2,3 Pengobatan suportif diberikan untuk mencegah dan mengobati terjadinya infeksi
dan perdarahan.
Sarnilita Muhammad Page 18
Anemia aplastik 19
Pengobatan terhadap infeksi dilakukan dengan menghindarkan anak dari infeksi. Untuk
mencapai hal ini sebaiknya anak diisolasi dalam ruangan khusus yang ‘suci hama’. Pemberian
obat antibiotika hendaknya dipilih yang tidakmenyebabkan depresi sumsum tulang.1,2,3,5
Transfusi darah juga merupakan pengobatan suportif. Bila harus melakukan transfusi darah
sebaiknya menggunakan komponen darah. Hendaknya harus diketahui bahwa tidak ada
manfaatnya mempertahankan kadar hemoglobin yang tinggi, karena dengan transfusi darah yang
terlampau sering akan timbul depresi terhadap sumsum tulangatau dapat menyebabkan
timbulnya reaksi hemolitik (reaksi transfusi), akibat dibentuknya antibodi terhadap sel darah
merah,leukosit dan trombosit.1,3,5,6,7 Dengan demikian transfusi darah diberikan bila diperlukan.
Pada keadaan yang sangat gawat (perdarahan masif, perdarahan otak dan sebagainya) dapat
diberikan suspensi trombosit.
II.2.8.2 Pengobatan utama
Terapi utama meliputi penggunaan globulin antithimosit (ATG), sendirian maupun dengan
kortikosteroid, siklosporin, transplantasi sumsum tulang dan penggunaan satu atau lebih faktor
penstimulasi koloni hematopoietik.1,3,5,6 Bagi penderita dengan donor saudara yang cocok,
transplantasi sumsum tulang alogenetik menawarkan kemungkinan kesempatan bertahan hidup
jangka panjang sebesar 45-70%.8,9 Risiko yang terkait dengan pendekatan ini meliputi
komplikasi segera transplantasi, penyakit hospes lawan cangkok (graft versus host disease)
( yang meningkat bersama umur penderita) dan risiko yang meningkat untuk terjadinya kanker di
kemudian hari. Karena hanya seperempat sampai sepertiga dari penderita akan mempunyai donor
yang cocok, penggunaan donor terdaftar yang bukan keluarga dan donor kurang cocok juga telah
dicoba dengan berhasil.5,6,8,9
Alternatif lain ATG (tanpa transplantasi) telah menghasilkan respon 45%, dan angka ketahanan
hidup pada penderita ini (60%) tidak banyak berbeda dengan penderita yang mengalami
transplantasi sumsum tulang.1,3,5,6 Dosis ATG diberikan 15mg/kgBB per hari selama 5 hari
Sarnilita Muhammad Page 19
Anemia aplastik 20
dengan infus lambat selama 12 jam. Sebagai pencegahan terjadinya serum sickness, diberikan
metilprednisolon 2mg/kg/hari IV pada hari ke 1-7, kemudian diberikan 1mg/kgBB/hari oral
selama hari 8-14 yang kemudian ditappering off hingga hari ke 30. Siklosporin diberikan dengan
dosis 6mg/kgBB/hari oral dimulai hari ke 1,kemudian dilanjutkan hinnga hari ke 180. Kadar
siklosporin dalam darah dipantau untuk mempertahankan kadar 100-200ng/ml. GCSF diberikan
secara intravena atau subkutan dengan dosis 400ug/m2/hari pada hari 1 sampai dengan 90.
Setelah jumlah leukosit mencapai lebih dari 5000/mm3, maka GCSF diberikan 3 kali
seminggu.5,8 Penelitian kojima dkk menggunakan tambahan danazol dengan dosis 5
mg/kgBB/hari oral dimulai pada hari ke 1 samapai dengan 180 memberikan respon 55-77%.5,9
Penggunaan faktor pertumbuhan hematopoietik, meskipun memberi hasil pada beberapa
penderita, tidak mempunyai dampak besar saat ini, meskipun tetap mungkin bahwa kombinasi
dengan sitokin akan memberi efek lebih besar, paling tidak pada penderita yang tidak
menunjukkan deplesi sel induk yang mencolok.1,3,5 Transplantasi sumsum tulang ditetapkan
sebagai terapi terbaik pada pasien anemia aplastik sejak tahun 70an. Donor yang terbaik berasal
dari saudara sekandung dengan Human Leukoycte Antigen (HLA)-nya cocok.
Terapi lain yang telah digunakan di masa lalu dengan hasil tidak konsisten meliputi androgen,
siklofosfamid, dan plasmaferesis. 1,3,5
II.2.9 Prognosis
Meskipun kesembuhan spontan jarang terjadi, penderita dengan pansitopenia berat mempunyai
prognosis sangat buruk kecuali jika memberikan respons terhadap terapi.
Prognosis bergantung pada: 1,2,3
1. Gambaran sumsum tulang hiposeluler atau aseluler
2. Kadar HbF yang lebihdari 200mg% memperlihatkan prognosis yang lebih baik
3. Jumlah granulosit lebih dari 2000/mm3 menunjukkan prognosis yang lebih baik
Sarnilita Muhammad Page 20
Anemia aplastik 21
4. Pencegahan infeksi sekunder,terutama di Indonesia karena kejadian infeksi masih tinggi.
Gambaran sumsum tulang merupakan paramater yang terbaik untuk menentukan prognosis.
Remisi biasanya terjadi beberapa bulan setelah pengobatan (dengan oksimetolon setelah 2-3
bulan),mula- mula terlihat perbaikan pada sistem eritropoietik, kemudian sistem granulopoietik
dan terakhir sistem trombopoietik.1 Kadang- kadang remisi terlihat pada sistem granulopoietik
lebih dahulu, disusul oleh sistem eritropoietik dan trombopoietik. Untuk melihat adanya remisi
hendaknya diberikan jumlah retikulosit, granulosit/leukosit dengan hitung jenisnya jumlah
trombosit. Pemeriksaan sumsum tulang sebulan sekali merupakan indikator terbaik untukmenilai
keadaan remisi ini. 1,3 Bila remisi parsial telah tercapai,yaitu timbulnya aktifitas eritropoietik dan
granulopietik,bahaya perdarahan yang fatal masih tetap ada,karena perbaikan sistem
trombopoitik terjadi paling akhir. Sebaiknya pasien dibolehkan pulang dar rumah sakit setelah
hitung trombosit mencapai 50.000-100.000/mm3.
Pada pansitopenia yang disebabkan oleh penggantian sumsum tulang, proses yang menginfiltrasi
atau mengganti sumsum tulang dapat juga menampakkan atau menyebabkan pansitopenia
akuisita.2 Ini dapat terjadi mendahului atau selama proses mielodisplasia keganasan (secara
klasik neuroblastoma atau leukemia pada anak) atau sebagai akibat osteoporosis, mielofibrosis
atau mielodisplasia. Meskipun jarang, bukti anemia hipoplastik dapat mendahului, biasanya
berbulan- bulan awitan lekemia akut. Ini penting untuk mengevaluasi dan memanatau anak yang
menunjukkan gejala anemia aplastik akuisita. 1,3 Sama halnya penting untuk mempertimbangkan
prospek bahwa yang tampak sebagai gagal sumsum tulang mungkin disebabkan oleh penyakit
vasular-kolagen (misalnya arthritisr reumatoid) atau sindroma mielodisplasia yang mendasari
sehingga pemeriksaan morfologi darah tepi dan sumsum tulang menjadi amat penting. Analisis
kromosom, yang,pada kasus sindrom mielodisplasia tertentu, mungkin menunjukkan klonalitas,
dapat amat berguna. Manajemen dan prognosis anak ini ditentukan oleh diagnosis dan
manajemen yang memadai dari penyakit yang sebenarnya mendasari.
Sarnilita Muhammad Page 21
Anemia aplastik 22
II.2.10 Komplikasi
Komplikasi utama pansitopenia sangat mencolok terkait dengan risiko perdarahan yang
mengancam kehidupan karena trombositopenia yang lama atau infeksi karena neuropenia yang
membandel karena gagal sumsum tulang mempunyai risiko tinggi bukan saja untuk infeksi
bakteri yang serius tetapi juga untuk mikosis invasif.1,3 Prinsip umum perawatan suportif yang
berlaku untuk terapi penderita kanker yang menderita keganasan atau mielosupresi terkait-
kemoterapi sebaiknya diberlakukan penuh untuk perawatan penderita dengan pansitopenia
akuisita.3
Sehubungan dengan komplikasi tersebut maka dikatakan bahwa penyebab utama kematian pada
anemia aplastik yang didapat adalah
1.Infeksi,biasanya bronkopneumonia atau sepsis. Selain itu harus juga diwaspadai penyakit
tuberkulosis akibat pemberian prednison jangka panjang
2. Perdarahan otak atau abdomen
II.3 Anemia aplastik konstitusional
II.3.1 Etiologi
Meskipun anemia fanconi adalah pansitopenia konstitusional yang dikenali paling baik sejumlah
kelainan genetic lain yang langka telah dikenal.1 Sindrom genetik meliputi berbagai cara
pewarisan dan mungkin berkaitan dengan sejumlah kelainan kongenital, terutama tulang, ginjal
dan jantung. Karena manifestasi klinis dari pansitopenia kongenital mungkin tidak manifes
sampai 1 tahun atau mungkin dekade berikut dari kehidupannya, predisposisi genetik untuk
gagal sumsum tulang harus dipertimbangkan pada setiap kasus anemia aplastik pada anak.
Kelainan ini dapat resesif autosom, terikat X, atau autosom dominan.10 Beberapa dari kelainan
genetik ini mungkin muncul pertama- tama sebagai sitopenia tunggal dan kemudian berkembang
Sarnilita Muhammad Page 22
Anemia aplastik 23
menjadi pansitopenia ( misalnya sindrom schwann diamond, trombositopenia amegakariositik,
disgenesis retikular). Di samping itu, ada sejumlah sindrom disfungsi sumsum tulang familial
diwariskan yang dikaitkan dengan pansitopenia( yang dapat juga autosom resesif, autosom
dominan atau terikat X) dan anemia aplastik juga terjadi dalam hubungan dengan kelainan
genetik lain misalnya sindrom Down, Dubowitz dan Seckel.Jadi pansitopenia dapat merupakan
manifestasi penyakit primer atau dapat timbul sebagai komplikasi yang jarang selama perjalanan
penyakit lain. Karena fragilitas kromosom atau mekanisme reparasi kurang sempurna yang
mungkin terkait, beberapa dari kelainan ini dapat juga berkomplikasi kanker atau disfungsi organ
lain. 10,11
II.3.2 Epidemiologi
Meskipun insiden sesunguhnya dari penyakit ini tidak diketahui, pansitopenia konstitusional
adalah jarang. 10,11 Kelainan yang paling sering adalah anemia Fanconi, dari anemia ini kira- kira
700 kasus telah dilaporkan, dibanding hanya kira-kira 30 kasus trombosipenia amegaariositik.
Tergantung kepada geografi, frekuensi heterozigot anemia Fanconi berkisar dari 1:100
sampai1:300. Anemia aplastik familial jauh lebih jarang.
II.3.3 Patologi dan patogenesis
Salah satu ciri khas anemia Fanconi adalah bukti patah kromosom spontan atau diimbas oleh
klastogen. Sel limfoid, hematopoietik, dan fibroblas penderita dengan anemia Fanconi
menunjukkan semlah kelainan sitogenetik, termasuk perbaikan DNA yang kurang sempurna dan
kenaikan kepekaan sel hematopoietik terhadap stres oksidan.10,11 Meskipun defek molekular
spesifik belum diidentifikasi secara sempurna, tampaknya defek itu terdapat pada sel progenitor
dan hampir pasti mempunyai peran dalam meningkatkan risiko penderita ini untuk mengalami
keganasan. Penurunan kadar faktor perangsang-koloni-makrofag-granulosit (GM-CSF), faktor
sel induk (stem cell) dan interleukin 6 juga telah ditemukan pada anak dengan sindrom Fanconi,
yang memberi kesan bahwa jaringan sitokin yang abnormal ikut berperan pada patogenesis
kegagalan sumsum tulang pada penderita ini.10
Sarnilita Muhammad Page 23
Anemia aplastik 24
Patah kromosom juga telah ditemukan pada kira-kira 10% penderita dengan diskeratosis
kongenital dan penurunan sitokin hematopoietik telah ditemukan pada beberapa penderita
dengan sinrom Schwachwan-Diamond.10,11 Namun patogenesis kelainan ini dan sindrom
disfungsi sumsum tulang familial masih belum diketahui.
II.3.4 Manifestasi klinis
Berbagai kelainan fisik menyertai sebagian besar pansitopenia kongenital, terutama anemia
Fanconi dan diskeratosis kongenita Penderita yang menderita anemia Fanconi ditandai dengan
hiperpigmentasi dan cafe-au-lait spot, kelainan skelet (teutama hipoplasi atau tidak adanya ibu
jari), perawakan pendek dan spektrum luas kelainan organ dan kulit.10,11 Diskeratosis kongenita
juga sering disertai hiperpigmentasi maupun distrofi kuku dari kedua tangan dan kaki,
leukoplakia, dan sejumla kelainan mata termasuk epifora, blefaritis, dan katarak.10 Kira- kira 14-
25% penderita dengan kelainan sitogenetik anemia Fanconi tidak mempunyai stigma utama
sindrom Fanconi dan diberi petanda sebagai subtipe “Estrendamashek”. Berbagai kelainan kulit,
skelet, pertumbuhan dan organ dapat dijumpai pada 30-40% pansitopenia familial atau
kongenital lain, meskipun mereka tidak mengikuti pola yang seragam.10,11
II.3.5 Temuan laboratorium
Tergantung pada kelainan spesifik, trombositopenia, leukopenia, limfopenia, atau anemia
biasanya mendahului awitan pansitopenia. Lebih jauh, kelainan hematologi dapat mendahului
dapat mendahului atau mengikuti munculnya defek fisik lain. Seperti dicatat sebelumnya, patah
kromosom terjadi pada semua penderita dengan anemia Fanconi dibandingkan dengan hanya
10% dari penderita diskeratosis kongenita.10,11 Anak dengan anemia Fanconi dan diskeratosis
kongenita biasanya menunjukkan makrositosis maupun poikilositosis dan anisositosis, dan
eritrositnya mengandung HbF dengan kadar yang lebih tinggi daripada yang ditemukan pada
aplasia akuisita. Umur awitan kelainan hematologi berkisar dari bayi sampai remaja. Bila
pansitopenia perifer telah nyata, pemeriksaan sumsum tulang biasanya memberi konfirmasi
Sarnilita Muhammad Page 24
Anemia aplastik 25
keadaan aplastik atau hipoplastik sebanding yang tampak pada anemia aplastik akuisita.10
Pemeriksaan laboratorium tambahan harus meliputi radiografi skelet maupun pemeriksaan
saluran kencing-kelamin(genitourinaria) dan pemeriksaan mata,saluran cerna, hati,gigi dan
gonad (pada pria)yang lebih rinci, tergantung pada diagnosisnya.
II.3.6 Diagnosis
Adanya kelainan skelet dan kulit yang khas bersama perawakan pendek harus dicurigai diagnosis
pansitopenia kongenital kadang-kadang dapat tidak mempunyai kelainan fisik apapun yang
dipandang khas untuk sindrom ini.10,11
II.3.7 Komplikasi
Komplikasi utama yang terkaitan dengan pansitopenia kongenital meliputi akibat dari gagal
sumsum tulang, peningkatan risiko leukemia dan kanker lain, dan komplikasi organ yang
spesifik untuk defek primer (misalnya, masalah hati pada sindrom Fanconi, malabsorbsi pada
sindrom Shwachman-Diamond). 10,11 Infeksi dan/atau perdarahan merupakan manifestasi
hematologi utama yang menyebabkan komplikasi yang mengancam kehidupan. Tergantung
kepada tingkat dan lamanya,kelainan hematologi mungkin merespon perawatan suportif pada
awalnya tetapi ketika pansitopenia, terapi lebih agresif diperlukan.10
II.3.8 Pengobatan
Tulang punggung terapi tradisional untuk penderita dengan anemia kongenital adalah steroid dan
adrogen ( terutama oksimetolon atau nandrolon), sendirian atau kombinasi. Meskipun 50-75%
penderita menunjukkan beberapa bukti perbaikan dengan androgen,relaps sering dan komplikasi
(terutama tumor hati atau penyakit hati obstruktif) terjadi.10,11 Perbaikan pada eritrosit biasanya
mendahului perbaikan leukosit, dan mungkin diperlukan waktu berbulan-bulan untuk mencapai
kemajuan maksimum. Terapi ini telah terbukti memperpanjang hidup kira- kira 2 tahun dan
karena itu dipandang sebagai paliatif.
Sarnilita Muhammad Page 25
Anemia aplastik 26
Satu- satunya terapi kuratif kini adalah cangkok sumsum tulang. Namun penderita dengan
pansitopenia kongenital juga mempunyai predisposisi untuk keganasan dan rejimen persiapan
yang biasa digunakan selama cangkok sumsum tulang dapat mempunyai dampak merugikan
terhadap kerawanan ini.10,11 Karena itu dosis rendah bahan alkilasi pada rejimen persiapan
tampaknya sesuai. Hasil yang menggembirakan telah dilaporkan bila GM-SCF diberikan
subkutan pada anak dengan anemia Fanconi dan pansitopenia.
II.3.9 Prognosis
Bila kegagalan sumsum tulang muncul, prognosis hati- hati.10 Meskipun CST dan rekonstitusi
faktor pertumbuhan hematopoietik menawarkan sedikit harapan, tidak mengatasi risiko kanker
kemudian atau komplikasi organ lain.
II.3.10 Konseling genetik
Bila kasus indeks telah diidentifikasi, konseling genetik penting dan harus diorientasikan pada
pola pewarisan dan prospek untuk diagnosis prenatal.10 Berdasarkan atas adanya patah
kromosom dan sitogenetik atau, pada kasus trombositopenia amegakariositik, angka trombosit
darah janin atau dikonfirmasikan. 10,11
Sarnilita Muhammad Page 26
Anemia aplastik 27
BAB III
PEMBAHASAN KHUSUS
An. AN, laki-laki, 12 tahun, berat badan 40 kg datang dengan keluhan utama gusi berdarah
sejak 1 hari SMRS. Pada pasien ditegakkan masalah suspek anemia aplastik dan gusi berdarah
e.c trombositopenia Masalah ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesis didapatkan sejak 5 bulan SMRS sampai sekarang pasien telah keluar masuk
rumah sakit dengan berbagai keluhan seperti gusi berdarah dan mimisan yang tidak berhenti-
berhenti. Tindakan yang telah dilakukan adalah dengan transfusi darah dan pengobatan dengan
metilprednisolon. Pasien juga merasakan sering timbul memar-memar di badan tanpa sebab yang
jelas. Ibu pasien menyatakan bahwa pasien sering terlihat lemas dan pucat. 1 hari SMRS gusi
pasien berdarah kurang lebih sebanyak ½ gelas aqua. Pasien lalu berobat ke RSCM. Pada
riwayat penyakit keluarga diaktakan tidak ada keluarga yang menderita memiliki gejala sakit
yang sama dan memiliki kelainan darah. Lingkungan sekitar pasien juga tidak tinggal di kawasan
dekat dengan pabrik atau kawasan industri lainnya. Sampai saat ini pasien tidak memiliki
masalah dalam hal perkembangan, imunisasi dan mental emosi.
Pada pemeriksaan fisik, tampak pasien sakit sedang kesadaran compos mentis dengan tanda
vital dalam batas normal. Konjungtiva mata pasien pucat, terdapat perdarahan di gusi bewarna
merah segar.Tidak terdapt pembesaran kelenjar getah bening dalam pemeriksaan, tidak terdapat
Sarnilita Muhammad Page 27
Anemia aplastik 28
organomegali dan nyeri tekan pada pemeriksaan abdomen. Pada ekstremitas terdapat petekhiae.
Status gizi pasien adalah gizi berlebih yaitu obesitas.
Pada pemeriksaan penunjang didaptkan kesan pansitopneia dengan limfositosis relatif yaitu Hb
10 g/dL, Ht 29,7%, leukosit 4000//uL dan trombosit 48.000//uL. Hitung jenis - / - / - / 19 /78/3.
Berdasarkan hal diatas maka ditegakkan diagnosis suspek anemia aplastik dan perdarahan gusi
yang disebabkan oleh trombositopenia.
Diagnosis banding yang dipikirkan adalah stadium praleukemik dari leukemia akut.
Kecurigaan ke arah anemia aplastik ditegakkan dengan alasan adanya gejala klinis berupa
panas, pucat, perdarahan, tanpa adanya organomegali dan limfadenopati. Gambaran darah tepi
menunjukkan anemia, leukopenia, dan trombositopenia dan limfositosis relatif. Yang kurang
dalam mendiagnosis anemia aplastik pada pasien adalah pemeriksaan sumsum tulang.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan aspirasi atau biopsi sumsum tulang. Hasil yang
diharapkan dari pemeriksaan ini adalah gambaran sel sangat kurang, banyak jaringan
penyokong dan jaringan lemak; aplasia sistem eritropoitik, granulopoietik, dan trombopoitik.
Diantara sel sumsum tulang yang sedikit ini banyak ditemukan limfosit, sel SRE
(plasma,fibrosit,osteoklas, sel endotel). Selain itu pemeriksaan retikulosit juga perlu dilakukan
pada pasien dimana diharapkan pada pasien ini terdapat retikulosit yang rendah yang
menunjukkan kekurangaktifan sumsum tulang dalam melakukan eritropoiesis. Apusan darah
tepi juga sebaiknya dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding dari pasien ini. Dengan
dugaan lebih besar ke arah anemia aplastik diharapkan tidak ditemukan adanya sel blas seperti
yang dapat ditemukan pada pasien leukemia akut.
Sarnilita Muhammad Page 28
Anemia aplastik 29
Tatalaksana pada pasien anemia aplastik adalah dengan 2 prinsip pengobatan. Prinsip pertama
adalah dengan pengobatan suportif dan prinsip kedua adalah dengan pengobatan utama yaitu
dengan pengobatan untuk menghilangkan penyebabnya. Pengobatan suportif pada pasien ini
dilakukan dengan menggunakan transfusi darah berupa trombosit. Menurut saya transfusi darah
ini sudah sesuai dengan indikasi dari transfusi trombosit pada pasien anemia aplastik. Indikasi
dari pemberian trombosit adalah perdarahan berat, perdarahan mukosa, perarahan kulit yang
luas atau trombosit <20.000/mikroliter. Perdarahan berat yang dimaksud adalah perdarahan
intrakranial, perdarahan retina, epitsaksis yang memerlukan tampon, perdarahan
gastrointestinal. Selain itu juga transfusi digunakan untuk menjaga kadar trombosit lebih dari
atau sama dengan 50.000 jika terdapat perdarahan aktif atau menjalani operasi mayor. Namun
jumlah trombosit yang diberikan untuk pasien ini masih dipertanyakan. Dengan rumus BB(kg)
x 1/13(lt) x (1000/300) maka akan didapatkan jumlah trombosit yang seharusnya diberikan
adalah 10,2 unit.
Pemberian transfusi darah pada hari ke-3 perawatan juga sesuai indikasi. Indikasi transfusi PRC
adalah menurut American Association of Blood Banks yang berupa Hb<8 g/dL pada anemia
simtomatik yang didapat. Perhitungan jumlah darah yang digunakanadalah dengan
menggunakan rumus Selisih Hbx4xkgBB. Didapatkan jumlahnya adalah 704 cc yang
dibulatkan menjadi 700cc dan diberikan dalam dua kali pemberian.
Pemberian kortikosteroid pada pasien juga masih harus dipertanyakan sebab pemberian
kortikosteroid umumnya diberikan bersamaan dengan terapi imunosupresi dengan
menggunakan anti thymocye globulin (ATG) untuk mengurangi efek samping serum sickness
dari pemberian ATG tersebut.
Apabila pasien benar- benar telah didiagnosis sebagai anemia aplastik maka pilihan pengobatan
yang dapat diberikan adalah dengan menggunakan terapi imunosupresi baik dengan ATG atau
siklosporin maupun kombinasi. Atau dengan pilihan lain yaitu menggunakan transplantasi
Sarnilita Muhammad Page 29
Anemia aplastik 30
sumsum tulang. Dikatakan bahwa dengan transplantasi sumsum tulang maka angka
keberhasilan dalam pengobatan melebihi daripada dengan menggunakan terapi imunosupresi.
Meskipun terdapat penelitian lain yang menyatakan hal yang berbeda dimana dikatakan bahwa
angka kebrhasilankeduanya tidak terlalu berbeda jauh. Bahkan lebih jauh lagi dikatakan bahwa
keberhasilan sumsum tulang lebih jarang karena banyaknya masalah yang dihadapkannya
seperti perlunya mencari sumber yang cocok, reaksi graft versus host dan lain sebagainya.
Masalah lain yang perlu dipikirkan adalah obesitas dengan tinggi kurang yang dialami pasien.
Risiko masalah mental dan emosi juga harus dipertimbangkan pada pasien ini. Mengingat
kekerapan pasien keluar- masuk rumah sakit dan pertimbangan bahwa pasien harus menjaga
aktivitasnya serta tidak dapat bergaul dengan bebas seperti teman sebayanya.
Edukasi yang dapat dilakukan kepada pasien adalah dengan mengedukasi penyakit yang diduga
diderita pasien baik dari jenis penyakit, kemungkinan lain dari penyakit tersebut, perjalanan
penyakit, rencana pemeriksaan, pengobatan dan prognosis dari pasien tersebut. Hal tersebut
tentu saja harus dilakukan secara empati dan tidak terburu- buru kepada pasien. Edukasi lainnya
adalah untuk mendukung terapi suportif yang diberikan bagi pasien. Untuk mencegah
perdarahan misalnya dapat dilakukan dengan menjaga higiene gigi dengan baik, penggunaan
sikat gigi yang lembut, menghindari trauma serta untuk menghindari penggunaan obat yang
dapat mencegah agregasi trombosit seperti aspirin dan obat anti inflamasi non steroid. Kontrol
teratur juga perlu dilakukan oleh pasien untuk mengetahui keadaan dari perjalanan penyakit
saat itu.
Prognosis quo ad vitam pada pasien adalah dubia ad malam karena prognosis penyakit ini
dikatakan memiliki angka kematian yang sangat tinggi. Prognosis masih dikatakan dubia karena
kemungkinan masih ditentukan berbagai faktor lain. Quo ad functionam pada pasien adalah
Sarnilita Muhammad Page 30
Anemia aplastik 31
dubia ad malam karena pasien tidak dapat ber’fungsi’ seperti semula, dimana ia harus menjaga
tingkah lakunya dan tidak dapat berbuat sebebas teman sebayanya untuk beraktivitas. Quo ad
sanactionam adalah dubia ad malam karena pasien dipikirkan masih harus bergantung pada
terapi medis dalam hidupnya. Selain itu tingkat rekurensi yang cukup tinggi pada pasien dengan
terapi dengan menggunakan pengobatan utama juga menjadi pertimbangan.
Sarnilita Muhammad Page 31
Anemia aplastik 32
DAFTAR PUSTAKA
1. Ugrasena IDG. Anemia aplastik. Dalam : Permono B, Sutaryo, Abdulsalam M,dkk. Buku
Ajar Hematologi- Onkologi. Cet ke 2, IDAI 2008, hlm 10-5.
2. Hord JD. The acquired pancytopenias. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, ed.
Nelson Textbook of pediatrics. 17th ed. Phildelphia: WB Saunders; 2004:114:86-93.
3. Shimamura A, Guinan EC. Acquired aplastic anemia. In: Nathan DG, Ginsburg D, Orkin SH,
Look AT. Nathan and Oski’s Hematology of Infancy and Childhood. 6th ed.Philadelphia:WB
Saunders 2003;p256-74.
4. Young NS, Maciejewskie J. The patophysiology of acquired aplastic anemia. NEJM;
2004.p1644-6.
5. Tjitrasari T, Gatot D, Abdulsalam M. Tata laksana anemia pada anak. Dalam: Abdulsalam
M, Trihono PP, Kaswandani N, Endyarni B. Pendekatan praktis pucat: Masalah kesehatan
yang terabaikan pada bayi dan anak. FKUI-RSCM.Cetakan pertama.2007;hlm121-2.
6. Sudarmanto B, Mudrik T, Sumantri AG. Transfusi darah dan transplantasi. Dalam Permono
B, Sutaryo, Abdulsalam M,dkk. Buku Ajar Hematologi- Onkologi. Cet ke 2, IDAI 2008, hlm
217-26.
7. Suranto A. Transfusi darah rasional. Dalam: Abdulsalam M, Trihono PP, Kaswandani N,
Endyarni B. Pendekatan praktis pucat: Masalah kesehatan yang terabaikan pada bayi dan
anak. FKUI-RSCM.Cetakan pertama.2007;hlm130-48.
Sarnilita Muhammad Page 32
Anemia aplastik 33
8. Locasculi A, Bruno B, Rambaldi A, Sarcco P, Dufour C, Finneli C, et al. Treatment of
severe aplastic anemia with antilymphocyte globulin, cyclosporin and two different
granulocyte colony stimulating factor regimens: A GITMO prospective randomized study.
Haematologica 2004;89:1052-61.
9. Kojima S, Hibi S, Kosaka Y, Yamamoto M, Tsuchida M, Mugishima H, dkk.
Immunosuppressive therapy using antithymocyte globulin, cyclosporine and danazol with or
without human granulocyte colony stimulating factor in children with acquired aplastic
anemia. Blood 2000;96:2049-54.
10. Hord JD. The constitutional pancytopenias. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, ed.
Nelson Textbook of pediatrics. 17th ed. Phildelphia: WB Saunders; 2004:114:93-7.
11. Shimamura A, Guinan EC. Inherited Bone Marrow Falure Syndromes. In : Nathan DG,
Ginsburg D, Orkin SH, Look AT. Nathan and Oski’s Hematology of Infancy and Childhood.
6th ed.Philadelphia:WB Saunders 2003;p281-318.
Sarnilita Muhammad Page 33