(Presus)
-
Upload
husnawaty-dayu -
Category
Documents
-
view
225 -
download
4
description
Transcript of (Presus)
PRESENTASI KASUS
KOLESISTITIS AKUT
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat MengikutiUjian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu BedahRSUD PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Diajukan kepada Yth:dr. Nurul Jaqin, Sp.B
Diajukan oleh:Priskasari Zuhri
BAGIAN ILMU BEDAHRS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2014
LEMBAR PENGESAHAN
Presentasi Kasus
Kolesistitis Akut
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian SyaratMengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu BedahDi RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh :Priskasari Zuhri
MengetahuiDosen Penguji Klinik
Dr. Nurul Jaqin, Sp.B
BAB ILAPORAN KASUSI. IDENTITAS PASIENNama Pasien: Ny. SUmur: 30 tahunJenis Kelamin: PerempuanStatus: MenikahPekerjaan: Ibu Rumah TanggaAgama: IslamAlamat: PP Jamilurrahman Glondong rt 04 Wirokerten Banguntapan Bantul YogyakartaTanggal Masuk: 11-09-2014II. ANAMNESISa. Keluhan Utama: nyeri perut kanan atas, muntahb. Riwayat Penyakit Sekarang: 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami nyeri perut di daerah uluhati, nyeri hilang setelah minum obat. 1 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien juga mengeluhkan nyeri tiba-tiba di daerah perut kanan atas dan menghilang perlahan-lahan dengan istirahat. Pasien datang ke Rumah Sakit PKU Muhammdiyah Yogyakarta dengan keluhan nyeri perut kanan atas sejak pagi, nyeri menjalar sampai ke punggung kanan. Pasien juga mengeluhkan nyeri di bagian uluhati, disertai mual dan muntah. BAK dan BAB normal, ikterik (-).
c. Riwayat Penyakit DahuluHipertensi (+), DM (-), Asma (-)d. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan serupaIII. PEMERIKSAAN FISIKKesadaran: Compos MentisVital Sign: TD: 123/92 HR: 120x/menit GCS: 4/5/6Kepala dan Leher Kepala: simetris Mata: Cojungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-) Telinga: discharge (-/-) Hidung: discharge (-/-) Mulut: lidah tidak kotor, faring hiperemis (-), mukosa basah, bibir tidak sianosis Leher: tidak teraba benjolan dan tidak ada pembesaran kelenjar limfeThorax Jantung: S1, S2 reguler Paru: Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-). Wheezing (-/-) Jalan napas: Paten Pernapasan: Spontan/Regular Gerakan dada: Simetris Abdomen Inspeksi: flat (datar) Auskultasi: Bising usus (+) Palpasi: nyeri tekan (+), nyeri tekan pada epigastrik, Murphy sign (+) Perkusi: timpaniEkstremitas Hangat (+), edema (-)
IV. ASSESSMENT1. Cholesistitis Akut2. Cholelithiasis3. GastritisV. PLANNINGa. Cek darah rutinb. Cek fungsi hatic. USGHasil pemeriksaan Laboratorium
AL : 18,7(N = 4-10 rb/uL)Hb: 11,4(N = 12-16 g/dl)SGOT: 121 U/L(75 tahun) mempunyai prognosis yang jelek di samping kemungkinan banyak timbul komplikasi pasca bedah.
BAB IIIKESIMPULANKolesistitis merupakan peradangan pada dinding kandung empedu yang ditandai dengan trias gejalanya yakni nyeri perut kuadran kanan atas, demam dan leukositosis. Terdapat dua jenis kolesistitis berdasarkan penyebab utamanya yakni kolesistitis akut kalkulus dan kolesistitis akut akalkulus. Patofisiologi kolesistitis akut sampai sekarang masih belum dapat sepenuhnya dimengerti. Penegakan diagnosis untuk kolesistitis adalah dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Kolesistitis akut akalkulus lebih banyak ditemukan pada wanita, usia >40 tahun dan pada wanita hamil atau yang mengkonsumsi obat hormonal, walaupun pada kenyataannya tidak selalu seperti itu. Pasien-pasien yang menerima nutrisi parenteral total (PTN) beresiko menderita kolestitis akut akalkulus, sama halnya pada pasien dengan riwayat DM dan demam typhoid.Pasien sering mengeluhkan nyeri perut kanan atas sakit bila ditekan (tanda Murphy sign positif), takikardi, mual, muntah, anoreksia dan demam. Dapat teraba pula massa di kuadran kanan atas perut. Pemeriksaan penunjang sering menunjukkan leukositosis, peningkatan serum aminotransferase, alkali fosfatase, serum bilirubin dan serum amylase. Pemeriksaan USG dapat merupakan pemeriksaan penunjang yang banyak dilakukan karena kesensitifitasannya sampai 95%. Terapi dibagi menjadi dua yakni terapi konvensional berupa perbaikan kondisi umum pasien, antibiotik sesuai dengan pola kuman, analgesik dan antkemetic dan terapi pembedahan bila terdapat indikasi, dimana saat ini lebih sering dilakukan laparoskopik kolesistektomi dikarenakan dapat memberi keuntungan pada pasien yakni rasa nyeri pasca operasi minimal, memperpendek masa perawatan dan memperbaiki kualitas hidup pasien lebih cepat.