Press Release PHBM Sumsel - akhir 2015

4
PRESS RELEASE Forum Komunikasi Masyarakat Pengelola Hutan (FKMPH) & Wahana Bumi Hijau (WBH) PHBM di Sumatera Selatan pada akhir tahun 2015 Sebuah Solusi Kemiskinan, konflik agraria, dan tata kelola hutan yang belum diprioritaskan Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) merupakan program Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang bertujuan; memberi akses pengelolaan kawasan hutan yang lestari kepada masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan. PHBM dapat berupa Hutan Desa (HD), Hutan Kemasyarakatan (HKM), dan Kemitraan. Di Sumatera Selatan terdapat 40 skema PHBM, yang terdiri dari 25 Hutan Desa (HD) dengan total luasan 54.207 hektar di 4 kabupaten (Musi Banyuasin, Muara Enim, Musi Rawas, dan Lahat). Dari 25 usulan tersebut, 21 HD sudah mendapatkan Izin Penetapan Areal Kerja (PAK) dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan luas total 33.400 ha, sedangkan 4 HD belum mendapat PAK. Sedangkan HKM terdapat 15 usulan, 2 usulan yang sudah mendapat PAK dari menteri LHK, dan selebihnya belum mendapat PAK. Permasalahan perizinan Hutan Desa di Sumsel, dari 21 HD yang sudah mendapat PAK harus ditindaklanjuti dengan

Transcript of Press Release PHBM Sumsel - akhir 2015

Page 1: Press Release PHBM Sumsel - akhir 2015

PRESS RELEASE

Forum Komunikasi Masyarakat Pengelola Hutan (FKMPH) &Wahana Bumi Hijau (WBH)

PHBM di Sumatera Selatan pada akhir tahun 2015

Sebuah Solusi Kemiskinan, konflik agraria, dan tata kelola hutan yang

belum diprioritaskan

Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) merupakan program

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang bertujuan; memberi akses

pengelolaan kawasan hutan yang lestari kepada masyarakat untuk peningkatan

kesejahteraan. PHBM dapat berupa Hutan Desa (HD), Hutan Kemasyarakatan

(HKM), dan Kemitraan.

Di Sumatera Selatan terdapat 40 skema PHBM, yang terdiri dari 25 Hutan Desa

(HD) dengan total luasan 54.207 hektar di 4 kabupaten (Musi Banyuasin, Muara

Enim, Musi Rawas, dan Lahat). Dari 25 usulan tersebut, 21 HD sudah mendapatkan

Izin Penetapan Areal Kerja (PAK) dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan

dengan luas total 33.400 ha, sedangkan 4 HD belum mendapat PAK. Sedangkan

HKM terdapat 15 usulan, 2 usulan yang sudah mendapat PAK dari menteri LHK,

dan selebihnya belum mendapat PAK.

Permasalahan perizinan Hutan Desa di Sumsel, dari 21 HD yang sudah mendapat

PAK harus ditindaklanjuti dengan perizinan Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD)

dari Gubernur Sumsel. Dari 21 desa yang sudah mendapat PAK dari menteri LHK,

sebanyak 18 HD belum mendapatkan izin dari Gubernur Sumsel.

Adapun HD yang paling mendesak untuk di keluarkannya HPHD dari

Gubernur adalah HD di Musi Rawas sebanyak 5 HD, yakni HD Campur Sari,

Jajaran Baru I, Muara Megang, Bamasco, dan Lubuk Rubai, yang sudah mendapat

PAK tertanggal 6 Desember 2013 dan batas akhir pemberian izin HPHD dari

Gubernur Sumsel, 2 tahun setelah PAK, yakni tanggal 6 Desember 2015.

Lambannya pemerintah daerah dalam menindaklanuti perizinan HD

mempengaruhi perencanaan dan pengelolaan selanjutnya oleh Lembaga Desa

Page 2: Press Release PHBM Sumsel - akhir 2015

Pengelola HD. Hal tersebut menjadi perhatian kami, karena pada pengalamannya

HPHD Kepayang di Muba sebelumnya juga dikeluarkan hampir 2 tahun dari PAK.

Hal tersebut memperparah rendahnya realisasi PHBM di Kemen LHK, yang hanya

mencapai kisaran 10 persen / tahun dari yang sudah ditargetkan pemerintah pusat

sendiri.

Komitmen pemerintah daerah yang redah dalam hal mensukseskan PHBM

juga dapat dilihat dari minimnya anggaran daerah yang mendukung bidang

tersebut. Sumatera selatan salah satu provinsi yang mengalokasikan anggaran

perhutanan sosial sangat rendah. Pada tahun lalu, Dinas Kehutanan Propinsi

Sumatera Selatan mulai menganggarkan untuk perencanaan dan pengembangan

HKM dan Hutan Desa dengan total anggaran Rp.280 Juta dan target capaian hanya di

2 lokasi. Demikian halnya anggran kabupaten, semisal dukungan pendanaan di sektor

kehutanan dan lingkungan hidup di Kabupaten Musi Banyuasin pun terbilang

sangat kecil, yakni kurang dari 3 persen dari total belanja daerah.

Terkait dengan minimnya anggaran, atau lebih tepatnya alokasi anggaran yang

minim, WBH pada tahun 2014, telah membuat dan mengajukan Kertas Kebijakan

tentang dukungan anggaran alternatif dari APBD guna proses PHBM di Sumatera

Selatan. Selain itu, WBH mempersiapkan draft kerangka hukum dan kebijakan,

kelembagaan dan program kerja utama instrumen pendanaan daerah untuk

mempercepat realisasi PHBM di Sumsel.

Menjadi penting perhatian bagi kami, seperti tujuan dari PHBM itu sendiri yakni

menjadi solusi persoalan kemiskinan yang masih dominan terdapat di pedesaan,

konflik agraris yang bermunculan dan tidak terselesaikan, tata kelola hutan

yang perlu diperbaiki, seta komitmen akan pengurangan emisi, bahkan dapat

juga menjadi solusi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi

belakangan ini.

Karena pentingnya hal tersebut, kami pun berharap pemerintah daerah, baik kepala

daerah yang menjabat atau yang mencalonkan, dapat menunjukkan komitmen

keberpihakan terhadap permasalahan kesejahteraan masyarakat di sekitar atau

dalam kawasan hutan dan persoalan lingkungan hidup secara menyeluruh.