Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

21
Rantai Kebijakan Rantai Kebijakan

description

Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

Transcript of Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

Page 1: Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

Rantai KebijakanRantai Kebijakan

Page 2: Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

Apakah REDD?Apakah REDD?

• Deforestasi + Degradasi = InsentifDeforestasi + Degradasi = Insentif

Page 3: Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

Rancangan dan pengembanganlStrategi REDD+ Nasional

• Pembuatan Dokumen Stranas dimanfaatkan olehkepentingan pihak tertentu Untuk Mengakomodirk d k k b kkepentingannya supaya mendapatkan keuntungan, baikberupa Finansial maupun melindungi praktek korupyang sudah terjadi

• Latar belakang stranas menjelaskan akar masalahDegradasi dan Deforestasi Hutan Namun ApakahDegradasi dan Deforestasi Hutan, Namun ApakahStrategi yang dibuat menyelesaikan masalah yang dijelaskan dalam latar Belakang?

Page 4: Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

Akar MasalahAkar Masalah

• Fish Bone AnalisisFish Bone Analisis

Beberapa Strategi yang dibuat:1. SVLK dan PHPL (Melegalkan Pelanggaran Administrasi Negara/

Indikator 1.1 Legalitas perizinan)2. Mendorong Pembentukan KPH (Tidak sesuai dengan UU 41 tahun

1999/ T h k 4 d l k h t / K t MK1999/ Tahap ke 4 dalam perencanaan kehutanan/ Keputusan MK pasal 1 point 3)

Page 5: Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

Resiko Korupsi 1.1Resiko Korupsi 1.1

(• Aktor : Nasional ( Elit politik Nasional, Kemenhut, UKP4, Menkeu, Menkoperekonomian, Satgas REDD+, KemenLH, Bappenas Perusahaan HPH, HTI, Perkebunan, NGO, Akademisi, Dekopin, Masyarakat) Lokal: Elit Politik Lokal, SatgasREDD daerah,Pemerintah daerah ,Dishut, Bappeda,BLH, NGO, Masyarakat sekitarhutan Masyarakat adat Akademisi Koperasihutan,Masyarakat adat, Akademisi, Koperasi.

• Corrupt Practice: Merancang strategi REDD yg menguntungkan aktor tertentu, dptmenghasilkan penyimpangan kebijakan penggunaan lahan dan tata ruang,

• Corruption Treath: Mempengaruhi: suap, para pejabat utk mengabaikaninformasi; Suap/penipuan: oleh konsultan Internasional utk mempengaruhiinformasi; Suap/penipuan: oleh konsultan Internasional utk mempengaruhiperencanaan REDD + & mendapat keuntungan.

Jika hal ini terjadi:Jika hal ini terjadi:Apakah Dampaknya : ……………………………………………Bagaimana Kemungkinannya: …………………………….Bagaimana Kemungkinannya: …………………………….

Page 6: Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

Kajian dan pengembangan kebijakanKajian dan pengembangan kebijakan

• Ketika muncul konflik perizinan di semenanjungkampar, menhut membentuk TIM untuk riset dikawasan tersebut. Riset ini berfungsi untuk meredamkonflik dan membenarkan kebijakan yang sudahj y gdiambil.

• Hasil riset membolehkan operasional perusahaandengan perbaikan sistem tata air. Namun tidakdengan perbaikan sistem tata air. Namun tidakmenjawab tuntutan dan hasilnya tidak dipublikasikandan diuji oleh otoritas ilmiah yang setara.

• Kontroversi Gambut Kedalaman 3 m : Kebijakan• Kontroversi Gambut Kedalaman 3 m : Kebijakanpembangunan HTI dan Kebijakan PerlindunganLingkungan Hidup

Page 7: Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

Resiko 1.2Resiko 1.2

• Aktor: Elit politik, Kemenhut, Konsesi HPH, Konsesi HTI, KonsesiK l S it DKN CSO M k t d t & M k t kitKelapa Sawit, DKN, CSO, Masyarakat adat & Masyarakat sekitarhutan,Akademisi, GAPKI, APHI, Pemerintah daerah.

• Corrupt Practice::Desain strategi REDD + utk mendukung salahsatu sektor dibandingkan sektor yang (mendukung salah satusatu sektor dibandingkan sektor yang (mendukung salah satukebijakan dan mengabaikan kebijakan yang lain.)

• Corruption Treath: Memberikan pengaruh/suap untuk mendukungkebijakan tertentu.

Jika hal ini terjadi:Jika hal ini terjadi:Apakah Dampaknya : ……………………………………………Bagaimana Kemungkinannya: …………………………….Bagaimana Kemungkinannya: …………………………….

Page 8: Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

Pengaturan Alokasi Hak KarbonPengaturan Alokasi Hak Karbon

• Siapakah yang berhak atas karbon? Negara, Pemerintah, pemerintah daerah, perusahaan ataukah masyarakat.

• Jika ikut aturan yang ada pada saat ini hampir 100% hutandikuasai oleh negara (TGHK), sebagian besar hutan sudahdiberikan izin pengelolaan oleh negara kepada pemegangkonsesi, tidak ada hutan adat yang diakui, belum ada hutankemasyarakatan maupun hutan desa yang sudah disyahkan

• Pihak yang diuntungkan: private sektor, masyarakat akanjadi penonton jika tidak ada perubahan kebijakan.

• Bagaimana dengan mandat Demokrasi ekonomi dalamg gUUD? Bagaimana pula dengan Putusan MK terhadap pasal1 point 3 UU 41?

Page 9: Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

Resiko 1.3Resiko 1.3• Aktor: Langsung: Elit politik, Kemenhut, Pemerintah Daerah, Perusahaan

HPH Perusahaan HTI Perusahaan Kelapa Sawit Perusahaan TambangHPH, Perusahaan HTI, Perusahaan Kelapa Sawit, Perusahaan Tambang, KPH, CSO, Masyarakat adat, masyarakat yang bergantung pada hutan. Tidak langsung: Broker/Pialang, Akademisi,

• Corrupt Practice: Alokasi yang tidak adil dari hak karbon sehinggak l l k l h kmenguntungkan elit tertentu. Pelaksanaan yang terganggu oleh aktivitas

pengelolaan hutan yang sudah ada.• Corruption Treath: Mempengaruhi/suap utk mengaburkan hak

pengelolaan kawasan hutan (menghubungkan hak karbon dgn tanahp g ( g g gnegara/konsesi perusahaan dan mengabaikan hak adat).

Page 10: Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

Klarifikasi atau reformasi Pemilikan TanahKlarifikasi atau reformasi Pemilikan Tanah

• Tingginya konflik agraria di provinsi riauTingginya konflik agraria di provinsi riaumenandakan bahwa masyarakat butuh lahan.

• Tidak ada data yang akurat yang menjelaskan• Tidak ada data yang akurat yang menjelaskanluas penguasaan tanah oleh masyarakat,

B l l h i i l bi hid• Berapa luas lahan minimal supaya bisa hidupsejahtera;

• Tidak ada aturan tentang pembatasanpenguasaan lahan

Page 11: Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

Kegiatan 1.4:

• Aktor : BPN Kehutanan Perkebunan Pertanian Pemerintah Daerah Elit• Aktor : BPN, Kehutanan, Perkebunan, Pertanian, Pemerintah Daerah, Elitpolitik, Kemenhut, Perusahaan Kelapa Sawit, BPN, Kehutanan, Perkebunan, Pertanian, Pemerintah Daerah, Masyarakat adat, masyarakatyang berada disekitar hutan.C P i P d d l f A i f i• Corrupt Practice:: Penundaan dalam reforma Agraria atau reformasi yang menguntungkan kelompok sosial/kepentingan tertentu.

• Corruption Treath: Mempengaruhi kebijakan utk mengalokasikan tanahyang menguntungkan kelompok tertentu.y g g g p

Jika hal ini terjadi:Apakah Dampaknya : ……………………………………………p p yBagaimana Kemungkinannya: …………………………….

Page 12: Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

Desain Mekanisme Pembagian ManfaatDesain Mekanisme Pembagian Manfaat

• Seharusnya yang menerima manfaat paling besary y g p gadalah kelompok yang mendapatkan dampak terbesarapabila mekanisme dijalankan.M k t b d di kit h t b t i• Masyarakat yang berada disekitar hutan berpotensikehilangan manfaat ekonomi dari hutan tersebut dantidak bisa lagi untuk memperluas lahan pertaniannya. g p p y

• Contoh lainnya: Mekanisme bagi hasil pusat daerahdalam hal MIGAS

• Apakah masyarakat mendapatkan persentase terbesaratau terkecil? Atau seolah olah besar tetapi ternyatakecil.kecil.

Page 13: Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

Resiko 1.5:Resiko 1.5:

• Aktor: Kementrian Kehutanan, Kemenko, Badan Koordinasi, ,Penanaman Modal, UKP4, Satgas REDD, donor/investor, broker/pialang, Elit Politik, CSO, Elit lokal, pemerintahandaerah, masyarakat adat, masyarakat local.

• Corrupt Practice: Desain sistem manajemen distibusibenefit yang sengaja dibuat lemah utk menyamarkan alirandana.

• Corruption Treath: Mempengaruhi pihak yg menerimamanfaat dan pendapatan dari REDD +/karbon hutan.

Jika hal ini terjadi:Apakah Dampaknya : ……………………………………………p p yBagaimana Kemungkinannya: …………………………….

Page 14: Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

Desain dan implementasi Perlindungan(S d)(Saveguard)

Page 15: Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

Resiko 1.6:Resiko 1.6:

Ak N i l K i K h K Eli P li ik Eli l k l• Aktor: Nasional : Kementrian Kehutanan, Keuangan, Elit Politik, Elit lokal, struktur pemerintahan daerah, CSO, masyarakat adat, Kementerian luarnegeri, DNPI, UKP4, Presiden,

C P i P b k i d d P li d• Corrupt Practice: Pengembangan mekanisme dan standar Perlindunganlebih menguntungkan pihak tertentu.

• Corruption Treath: Mempengaruhi pengambil kebijakan untukb k t d t k k l k t t tmengembangkan standar yang menguntungkan kelompok tertentu.

Jika hal ini terjadi:Apakah Dampaknya : ……………………………………………p p yBagaimana Kemungkinannya: …………………………….

Page 16: Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

Identifikasi pihak yang memenuhi syarat untukl k k k i REDDmelakukan kegiatan REDD+

• Permenhut Pengelolaan Karbon Hutan: Seluruh Izinusaha kehutanan diperbolehkan untuk melaksanakankegiatan REDD+

• Fakta: Hampir seluruh kawasan hutan di provinsi riauFakta: Hampir seluruh kawasan hutan di provinsi riausudah diberikan izin usaha kehutanan (IUPHHK‐HA danIUPHHK‐HT)

• Hutan adat dan hutan rakyat maupun hutan desa• Hutan adat dan hutan rakyat maupun hutan desabelum teridentifikasi.

• Khusus untuk hutan desa, wilayah administratif desab l di k d b ik i d fi i ibelum dipetakan dengan baik, penyimpangan definisidesa menjadi pemukiman (Contoh: istihah desa dalamkawasan hutan)

Page 17: Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

Resiko 1.7

• Aktor: Badan pengatur / pengawas REDD+ , satgas REDD+, UKP4, Bapenas, Kemenhut, KemenLH, Konsesi HPH, KonsesiHTI, Konsesi Kelapa Sawit, CSO, akademisi, organisasimasyarakat adat, wakil‐wakil komunitas hutan.

• Corrupt Practice: Mengembangkan peraturan yang hanyamemungkinkan aktor tertentu utk mengembangkan & menjalankan kegiatan REDD+.

• Corruption Treath: Penyuapan, mempengaruhipenilaian/standar penilaian

Jika hal ini terjadi:Apakah Dampaknya : ……………………………………………p p yBagaimana Kemungkinannya: …………………………….

Page 18: Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

Alokasi Konsesi Untuk REDDAlokasi Konsesi Untuk REDD

• Penguasaan Hutan provinsi riau hanya 2 g p yperusahaan (Monopoli penguasaan hutan?)

• Hampir tidak ada kawasan hutan yang belumdibebani izindibebani izin

• Banyak izin konsesi yang melanggar Tata Ruang(Nasional, Provinsi dan Kabupaten) maupun(Nasional, Provinsi dan Kabupaten) maupunTGHK.

• Tidak ada informasi yang dibuka kepada publikk b l h dib ik i i k ikawasan yang boleh diberikan izin konsesi.

• Jual beli konsesi dengan memunculkan istilah Join operation dlloperation, dll.

Page 19: Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

Resiko 1.8Resiko 1.8• Aktor: Badan pengatur / pengawas REDD+, Kemenhut, KemenLH,

Bapenas Satgas REDD+ UKP4 Perusahaan HPH Perusahaan HTIBapenas, Satgas REDD+, UKP4, Perusahaan HPH, Perusahaan HTI, Perusahaan Kelapa Sawit, elit politik, akademisi, CSO, organisasimasyarakat adat, wakil‐wakil komunitas hutan.

• Corrupt Practice: Kecenderungan memberikan konsesi yg berkaitand b k b d k b d kdengan patronase yang berakibat pada akses terbatas pada konsesi sertaalokasi yg tdk efisien . Akses khusus untuk melihat informasi tentangproses pengajuan izin yang kompetitif melalui pelelangan .

• Corruption Treath: Kolusi: Membocorkan informasi penawaran ataup pmemberikan tawaran yang rendah; Pemerasan: Pembayaran pelicin; Penyuapan: Tidak melakukan penawaran kompetitif (menguntungkanperusahaan tertentu); Penyalahgunaan kekuasaan: alokasi konsesiberdasarkan asosiasi pribadi/jaringan patronasep /j g p

Jika hal ini terjadi:A k h D kApakah Dampaknya : ……………………………………………Bagaimana Kemungkinannya: …………………………….

Page 20: Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

Persiapan rencana penggunaan lahan awalPersiapan rencana penggunaan lahan awal

• Pra kondisi kawasan yang bisa diajukan untuk REDD, contohnya moratorium perizinan.

• Kejelasan fungsi kawasan hutan, • Kejelasan penguasaan dan pemilikan kawasan hutanKejelasan penguasaan dan pemilikan kawasan hutan• Kejelasan luas kawasan hutan dan gambut yang harus

dilindungi• Kejelasan Rencana Tata Ruang• Kejelasan Rencana Tata Ruang• Banyak kawasan yang secara eksisting merupakan

perkebunan dan pemukiman masyarakat masuk area moratoriummoratorium.

• Beberapa kawasan yang masih berhutan dan belumdibebani izin justru tidak masuk kedalam area moratorium.

Page 21: Presentasi Raflis TI Indonesia Soal REDD+

Resiko 1.9Resiko 1.9• Aktor: Kementrian / lembaga perencanaan dan kehutanan, KemenLH,

B S REDD UKP4 G b BPN CSO M kBapenas, Satgas REDD, UKP4, Gubernur, BPN, CSO, Masyarakat, akademisi.

• Corrupt Practice: Mengembangkan Rencana Penggunaan lahan REDD+ id k h i h k k d & kyang tidak menghormati hak masyarakat adat & masyarakat yang

bergantung hidup pada hutan.

• Corruption Treath: Mengecualikan kawasan bernilai tinggi dari REDD+ (b h t d b t) t t i kk k d h(berhutan dan gambut) tetapi memasukkan kawasan yang sudahterdegradasi dalam perencanaan kawasan untuk REDD+

Jika hal ini terjadi:A k h D kApakah Dampaknya : ……………………………………………Bagaimana Kemungkinannya: …………………………….