Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

31
MASUKAN TEKNIS PENGEMBANGAN KEBIJAKAN BANTUAN PEMBIAYAAN DALAM PENANGANAN LINGKUNGAN KUMUH DI PERKOTAAN LAPORAN PENDAHULUAN PT. PRANATA POLA CIPTA JAKARTA 2010

Transcript of Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

Page 1: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

MASUKAN TEKNIS PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

BANTUAN PEMBIAYAAN DALAM PENANGANAN LINGKUNGAN

KUMUH DI PERKOTAAN

LAPORAN PENDAHULUAN

PT. PRANATA POLA CIPTA

JAKARTA

2010

Page 2: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

PENDAHULUAN – LATAR BELAKANG

Saat ini jumlah penduduk Indonesia yang bermukim diperkotaan telah mencapai 112 juta jiwa. Hampir seperempat dari penduduk perkotaan tersebut (23,1%), atau sekitar 25 juta jiwa, hidup di kawasan permukiman kumuh. Ini artinya hampir 10% dari total penduduk Indonesia masih memerlukan perhatian yang serius dalam pembangunan perkotaan, khususnya perumahan dan permukiman kumuh di perkotaan.

Penduduk perkotaan yang hidup di kawasan permukiman kumuh, sebagian besar adalah penduduk yang bermigrasi dari desa ke kota. Mereka tidak terserap pada sektor lapangan kerja formal karena mereka tidak memiliki kompetensi yang memadai. Untuk membiayai hidupnya, sebagian besar dari mereka bekerja di sektor informal dan memperoleh penghasilan rendah sehingga tidak dapat menjangkau rumah yang layak huni di perkotaan. Mereka mendirikan rumah dengan seadanya tanpa infrastruktur dasar memadai di atas lahan kosong yang tidak diperuntukkan bagi permukiman atau lahan yang kepemilikannya ilegal.

Page 3: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

PENDAHULUAN – LATAR BELAKANG

Untuk mengatasi hal tersebut diatas diperlukan upaya penanganan lingkungan permukiman kumuh diperkotaan yang menyeluruh, terkoordinasi dan terintegrasi dengan baik, serta menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama, maka melalui kegiatan Masukan Teknis Pengembangan Kebijakan Bantuan Pembiayaan Dalam Penanganan Lingkungan Permukiman Kumuh di Perkotaan diharapkan dapat memberikan masukan secara teknis dalam penyusunan kebijakan Penanganan Lingkungan Permukiman Kumuh di Perkotaan, serta rekomendasi dan tindak lanjut kegiatan.

Page 4: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

ALASAN KEGIATAN DILAKSANAKAN

Kegiatan ini diperlukan dalam rangka mendukung penetapan kebijakan yang didasari dengan informasi/data nasional dan analisis yang komprehensif terkait pengaturan bantuan pembiayaan perumahan sebagai langkah penanganan lingkungan perumahan kumuh secara tepat sasaran dan tepat guna.

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk mendapatkan formulasi kebijakan bantuan yang tepat sebagai langkah penanggulangan lingkungan permukiman kumuh di Indonesia. Hasil rumusan kebijakan akan digunakan sebagai pertimbangan pemerintah dalam menetapkan kebijakan.

Kegiatan ini dilaksanakan 6 bulan dengan keluaran (output) berupa laporan hasil perumusan masukan teknis, termasuk diantaranya adalah kelompok sasaran kebijakan, batasan-batasan pengaturan bantuan, serta mekanisme penyaluran bantuan dengan stakeholder terkait.

Page 5: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud kegiatan ini adalah untuk memformulasikan pengembangan kebijakan bantuan pembiayaan perumahan dalam rangka penanganan lingkungan permukiman kumuh di perkotaan.

Tujuan Kegiatan ini adalah menyusun masukan suatu teknis pengembangan kebijakan dalam penanganan lingkungan permukiman kumuh di perkotaan.

INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN

Indikator keluaran dari kegiatan ini adalah tersusunnya masukan teknis Pengembangan kebijakan bantuan pembiayaan dalam penanganan lingkungan permukiman kumuh di perkotaan.

Keluaran dari kegiatan ini adalah 1 (satu) laporan masukan teknis pengembangan kebijakan bantuan pembiayaan dalam penanganan lingkungan permukiman kumuh di perkotaan termasuk rekomendasi dan tindak lanjut kegiatan.

Page 6: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

RUANG LINGKUP KEGIATAN

Ruang Lingkup atau Tahapan Kegiatan ini adalah :

1. Meningkatkan pemahaman konsep pembiayaan perumahan dan permukiman kumuh serta indentifikasi permasalahan

2. Melakukan pengumpulan data yang terkait dengan penanganan lingkungan permukiman kumuh di perkotaan dan pembiayaan perumahan

3. Melakukan kajian mengenai pembiayaan perumahan dalam rangka penanganan lingkungan permukiman kumuh, terutama di perkotaan

4. Melakukan survey ke beberapa kota

5. Merumuskan dan menyusun masukan teknis pengembangan kebijakan bantuan pembiayaan dalam penanganan lingkungan permukiman kumuh di perkotaan

6. Menyusun laporan kegiatan

Page 7: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

JANGKA WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan ini dilakukan selama kurang lebih 6 (enam) bulan kalender terhitung sejak Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) ditandatangani

TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan ini dilaksanakan di Jakarta, sedangkan untuk mendapatkan masukan dari stakeholders di daerah, maka akan dilakukan kunjungan ke beberapa kota besar di sejumlah provinsi, yaitu :

1. Provinsi DKI Jakarta2. Provinsi Sumatera Utara3. Provinsi Sumatera Selatan4. Provinsi DI. Yogyakarta5. Provinsi Sulawesi Selatan

Page 8: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

HIPOTESIS MASALAH

Saat ini permasalahan lingkungan permukiman kumuh di perkotaan telah ditangani oleh Pemerintah melalui berbagai program melalui 2 (dua) pendekatan, yaitu :

a. Penanganan permukiman kumuh melalui pendekatan kawasan

b. Penanganan kebutuhan perumahan bagi MBM/MBR melalui pendekatan individual (pemberian kredit perumahan bersubsidi).

Melalui pekerjaan ini, diharapkan permasalahan lingkungan permukiman kumuh perkotaan bisa ditangani melalui kombinasi kedua pendekatan tersebut, sehingga penanganan lingkungan permukiman kumuh dapat dilakukan secara terintegrasi.

Page 9: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

DIAGRAM HIPOTESIS MASALAH

Page 10: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

DIAGRAM HIPOTESIS MASALAH

Page 11: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

GAMBARAN UMUM

PERMASALAHAN PERMUKIMAN KUMUH

Berdasarkan tinjauan literatur mengenai pemetaan masalah permukiman maka disimpulkan bahwa masalah pembangunan perumahan permukiman mempunyai dimensi yang luas yang mencakup beberapa aspek, yaitu :

1. Aspek ekonomi,

2. Aspek sosial,

3. Aspek pertanahan,

4. Aspek tata ruang,

5. Aspek lingkungan,

6. Aspek engineering atau persoalan teknis membangun dan mendesain rumah/lingkungan perumahan,

7. Aspek penyediaan infrastruktur pendukung.

Page 12: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

GAMBARAN UMUM

Kawasan permukiman memiliki arti penting bagi keberlangsungan aktivitas masyarakat di wilayah, baik aktivitas sosial maupun ekonomi. Kawasan permukiman ini umumnya menjadi pusat perkembangan dari suatu wilayah.

Kepedulian masyarakat atau lembaga dalam masyarakat untuk mendukung pembangunan perkim masih kurang, khususnya dalam penyediaan perumahan dan lingkungan yang memenuhi syarat teknis perumahan (sehat, nyaman, layak) maupun dari sisi administrasi kesesuaian lokasi (bukan lahan illegal dan tidak melanggar tata ruang).

Ketidakmerataan pembangunan yang tercermin dari kurang memadainya penyediaan infrastruktur dan terbatasnya lapangan kerja menjadi faktor pemicu sulitnya mengendalikan laju urbanisasi dan berimplikasi pada munculnya masalah permukiman kumuh. Keterbatasan pemerintah untuk melakukan pengawasan dalam menyelenggarakan penataan ruang kawasan permukiman, terutama dari segi pembiayaan, pengelolaan, dan pengembangan (teknis, keuangan, manajemen, dan sumberdaya manusia), mengakibatkan sulitnya memecahkan permasalahan permukiman kumuh secara tuntas. Dengan kata lain, akibat dari keterbatasan dana pemerintah, maka permasalahan permukiman kumuh menjadi sulit untuk diatasi.

Page 13: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

GAMBARAN UMUM

MBR perkotaan yang tidak mampu mengakses perumahan yang memenuhi standar lingkungan permukiman yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan terpaksa tinggal di lingkungan permukiman kumuh. Hasil penelitian UNDP mengindikasikan terjadinya perluasan permukiman kumuh mencapai 1,37 % setiap tahunnya sehingga pada tahun 2009 luas permukiman kumuh diperkirakan menjadi 57.800 ha dari 54.000 ha pada akhir tahun 2004.

Karakteristik umum permukiman kumuh adalah sebagai berikut : Tidak memiliki pelayanan perkotaan dasar, seperti air, sanitasi,

pengelolaan sampah, drainase, penerangan jalan, pedestrian, dan jalan untuk keperluan akses emergensi;

Tidak memiliki sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau;

Tidak memiliki area bermain yang aman untuk anak-anak; Tidak memiliki tempat bagi komunitas untuk bertemu dan bersosialisasi.

Lingkungan permukiman kumuh di perkotaan akan memperburuk kesenjangan yang tampak antara masyarakat penghuni permukiman kumuh dengan masyarakat sekitarnya yang menghuni lingkungan permukiman yang layak sehingga dapat memicu terjadinya konflik sosial. Selain itu, pertumbuhan permukiman kumuh yang tidak sesuai dengan rencana pemanfaatan ruang akan menimbulkan inefisiensi dan kompleksitas dalam penyediaan pelayanan dan infrastruktur perkotaan.

Page 14: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

GAMBARAN UMUM

Aspek pembiayaan menjadi salah satu point penting dalam pemecahan permasalahan permukiman kumuh. Hal ini disebabkan oleh masyarakat penghuni lingkungan permukiman kumuh yang merupakan MBR tidak mampu menjangkau rumah yang layak huni. Di samping itu, secara makro, kemampuan ekonomi nasional belum dapat mendukung penanganan permukiman kumuh secara komprehensif. Akses MBR terhadap kredit pemilikan rumah yang terjangkau juga merupakan faktor krusial untuk diperhatikan.

Sebagaimana yang telah diamanatkan dalam PP No. 38/2007, pembangunan perumahan merupakan urusan wajib Pemerintah Daerah. Mengingat setiap daerah mempunyai karakter, tantangan dan kemampuan yang berbeda-beda, maka fungsi dan peranan pengaturan serta pengendalian pada umumnya dilakukan oleh pemerintahan yang paling dekat dan memahami kondisi masyarakat setempat, yaitu pemerintah daerah.

Page 15: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

GAMBARAN UMUM

Dengan demikian, pemerintah daerah bertanggung jawab dan mempunyai wewenang untuk meningkatkan kualitas permukiman warganya dan mengintegrasikan pembangunan permukiman dengan perkembangan sifat kekotaan secara keseluruhan. Namun, kurangnya kapasitas dalam mengendalikan perkembangan dan pemenuhan permintaan pelayanan kota menjadi penyebab adanya masalah permukiman di daerah. Dalam menjalankan perannya terkait dengan perumahan, pemerintah daerah memiliki fungsi dan peranan sebagai berikut:

Pengendali Perkembangan Perumahan dan Permukiman Pembangun Perumahan dan Permukiman Inisiasi Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman

Walaupun demikian, tentu saja Pemerintah Pusat tidak lepas tangan dalam hal penanganan masalah permukiman di daerah. Pemerintah pusat dapat memberikan insentif dan bantuan teknis untuk permasalahan ini, sedangkan penyelesaian dan penanganannya tetaplah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.

Page 16: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

Terkait dengan pemberian bantuan pembiayaan, saat ini Pemerintah sedang melakukan reformasi skim dan mekanisme pemberian bantuan pembiayaan perumahan yaitu melalui perubahan kebijakan dari pemberian subsidi perumahan menjadi pemberian fasilitas likuiditas kepada lembaga penerbit kredit/pembiayaan perumahan.

Kementerian Perumahan Rakyat telah disetujui untuk melakukan perubahan skema pengembangan pembiayaan perumahan diantaranya dengan menyediakan dana murah jangka panjang yang berasal dari APBN atau sumber dana jangka panjang lainnya (pemberian fasilitas likuiditas) seperti Bapertarum dan sumber dana sejenis lainnya yang dipadukan dengan dana bank penerbit KPR dengan menggunakan metode blended financing.

Penggunaan metode blended financing diharapkan agar tingkat suku bunga KPR dapat diturunkan, khususnya untuk KPRSH Bersubsidi. Sebagaimana diketahui bahwa selama ini suku bunga pasar KPR umumnya di atas 1 (satu) digit.

GAMBARAN SINGKAT TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS (Kebijakan Baru Pola Bantuan Pembiayaan Perumahan Bagi MBM/MBR)

Page 17: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010
Page 18: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

Pendekatan yang akan dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini adalah :

1. Pendekatan Dalam Pengumpulan Data Dan Informasi

2. Pendekatan Dalam Analisis

3. Pendekatan Dalam Perumusan Konsep Dan Pengembangan Strategi

METODOLOGI DAN PENDEKATAN

1. Pendekatan Dalam Pengumpulan Data Dan Informasi

Dalam melakukan pengumpulan data dan informasi yang terkait dengan pekerjaan ini, digunakan pendekatan eksploratif. Pendekatan ini bercirikan pencarian informasi yang berlangsung secara menerus, dimulai dari kegiatan inventarisasi dan pengumpulan hingga eksplorasi data awal. Pendekatan ini memungkinkan terjadinya pembaharuan data dan informasi berdasarkan hasil temuan terakhir. Sumber data dan informasi tidak terbatas dari ahli atau stakeholder saja, namun juga dari berbagai literatur yang yang memuat model pembiayaan penanganan lingkungan permukiman kumuh di perkotaan dan studi kasus penerapan kebijakan bantuan pembiayaan permukiman kumuh . Informasi yang diperoleh melalui pendekatan eksploratif bisa bersifat situasional yang mungkin tidak diduga sebelumnya atau tidak pernah dikemukakan dalam teori yang ada.

Page 19: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

2. Pendekatan Dalam Analisis

Pendekatan eksploratif juga digunakan dalam melakukan analisis. Pendekatan ini digunakan untuk mengelaborasi pokok permasalahan serta konsep-konsep penyaluran bantuan pembiayaan yang pernah ada, termasuk dukungan kebijakan. Eksplorasi diperlukan dalam mengaitkan konsep-konsep teoritis dengan kondisi dan karakteristik permasalahan melalui pendalaman pemahaman terhadap lokasi pekerjaan. Proses eksplorasi ini akan menuju pada bentuk pendekatan konfirmatif dalam menilai kesesuaian pola penanganan serta kebutuhan rumusan kebijakan yang dapat mengintervensi permasalahan agar pola kebijakan yang dikembangkan dapat mencapai hasil yang optimal.

Dalam melakukan analisis, juga digunakan kombinasi pendekatan incremental-strategis dan pendekatan strategis-proaktif. Dalam pendekatan incremental-strategis, diupayakan mengenali dan memahami permasalahan, kendala, dan potensi secara nyata, memahami tujuan pembangunan, mengidentifikasi aktor-aktor yang terlibat, memfokuskan pada hal-hal yang strategis dengan mempertimbangkan faktor eksternalitas. Dalam pendekatan strategis-proaktif, diupayakan mengantisipasi kecenderungan-kecenderungan baru dan faktor ketidakpastian.

METODOLOGI DAN PENDEKATAN

Page 20: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

METODOLOGI DAN PENDEKATAN

3. Pendekatan Dalam Perumusan Konsep Dan Pengembangan Strategi

Dalam merumuskan konsep dan menyusun masukan teknis , digunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan pragmatis.

Pendekatan kualitatif merupakan salah satu pendekatan mengedepankan pada penggalian informasi tidak terukur dari sumber-sumber informasi untuk merumuskan konsep yang sesuai. Sedangkan pendekatan pragmatis pada dasarnya merupakan upaya penyelesaian kegiatan yang didasarkan pada kondisi lapangan. Berkaitan dengan penyusunan masukan teknis, konsep awal pengembangan kebijakan bantuan pembiayaan dibangun dari teori-teori yang bersifat normatif dan selanjutnya disempurnakan berdasarkan penyesuaian-penyesuaian di lapangan agar bersifat aplikatif

Page 21: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

Secara garis besar, metologi pekerjaan yang dipilih terdiri dari :

1. Studi Dokumenter

2. Wawancara Semi Terstruktur

3. Desk Study

4. Survey lapangan

5. Focus Group Discussion.

METODOLOGI DAN PENDEKATAN

1. STUDI DOKUMENTER

Studi dokumenter merupakan teknik pengumpulan data secara tidak langsung melalui pengkajian terhadap dokumen-dokumen yang ada. Adapun dokumen yang diperlukan dalam studi dokumenter terkait dengan pekerjaan yang dilakukan berupa :

peraturan perundangan-undangan dan dokumen kebijakan yang terkait;

laporan penanganan permukiman kumuh di wilayah yang akan disurvey

teori-teori mengenai permasalahan dan penanganan permukiman kumuh

teori-teori mengenai fasilitas likuiditas dan mekanisme penyaluran dana

laporan penelitian mengenai model bantuan pembiayaan dalam penanganan lingkungan permukiman kumuh

Page 22: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

2. WAWANCARA SEMI TERSTRUKTUR

Wawancara semi terstruktur merupakan salah satu jenis metode pengumpulan data dan informasi secara langsung kepada pemilik informasi atau sumber informasi. Metode ini terutama digunakan pada saat kunjungan lapangan ke daerah.

Wawancara semi terstruktur ini merupakan salah satu jenis dalam metode wawancara yang lebih memungkinkan diperoleh informasi lebih mendalam, karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan lebih luas dan bebas, tidak terikat dengan susunan pertanyaan tertentu.

Melalui metode ini, peneliti dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan dialami subjek yang diteliti, tetapi juga apa yang tersembunyi jauh di dalam diri subjek penelitian dan apa yang ditanyakan kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu, yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang, dan juga masa mendatang. Adapun sumber informasi untuk wawancara semi terstruktur ini adalah aparat pemerintah daerah, komunitas lokal atau lembaga swadaya masyarakat yang terkait dengan penanganan lingkungan permukiman kumuh.

METODOLOGI DAN PENDEKATAN

Page 23: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

3. DESK STUDY

Metode desk study merupakan metode yang tak terpisahkan dengan studi dokumenter. Metode ini sepenuhnya dilakukan di studio atau di belakang meja kerja. Dalam metode ini anggota tim yang terlibat berkumpul untuk membahas mengenai identifikasi kebutuhan data, konsep yang akan digunakan, dan mengembangkan lebih lanjut model kebijakan bantuan pembiayaan. Metode desk study ini intinya adalah pembahasan yang lebih mendalam. Informasi yang menjadi input dalam pelaksanaan metode ini berasal dari hasil metode lain seperti wawancara semi terstruktur, FGD, survey lapangan, dan studi dokumenter.

METODOLOGI DAN PENDEKATAN

4. SURVEY LAPANGAN

Survey lapangan yang dilakukan berupa survey data primer maupun survey data sekunder. Survey data primer dilakukan untuk mengumpulkan data secara langsung yang termasuk dalam list kebutuhan data. Survey data sekunder biasanya diperoleh dari instansi pemerintah daerah, masyarakat kelompok sasaran dan stakeholder yang diharapkan dapat terlibat di dalam Lembaga pengelola penyaluran bantuan pembiayaan perumahan di daerah. Observasi dilakukan terhadap beberapa lokasi permukiman kumuh di wilayah yang akan disurvey dilakukan untuk memahami karakteristik permukiman kumuh dan memperoleh gambaran mengenai kebijakan bantuan pembiayaan yang sesuai dalam menangani permukiman kumuh.

Page 24: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

5. FOCUS GROUP DISCUSSION

Diskusi kelompok terarah atau FGD (Focus Group Discussion) ini merupakan salah satu metode yang mengusung konsep partisipasi. Stakeholder yang terkait dikumpulkan dalam suatu forum diskusi.

Dalam FGD ini dilakukan proses pembelajaran kepada stakeholder, khususnya pemerintah daerah dan masyarakat lokal mengenai peran mereka dalam mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh.

Adapun data yang dihasilkan melalui metode ini bersifat akurat dan mempunyai validitas tinggi, artinya informasi yang diberikan peserta diskusi bisa dipercaya, sebab semua informasi tersebut merupakan hasil kesepakatan seluruh peserta diskusi kelompok, setelah mempertimbangkan berbagai perbedaan yang ada dan meninjaunya secara mendalam dalam diskusi.

Apabila ada keraguan mengenai informasi yang diberikan oleh salah satu peserta, maka peserta lain akan memberikan koreksi, sehingga terjadi tukar pikiran di masing-masing anggota diskusi. Dengan demikian informasi terakhir yang ada, telah melalui proses validasi oleh seluruh anggota diskusi.

FGD ini dilakukan dengan pembatasan jumlah peserta agar pelaksanaan FGD lebih efektif dan efisien.

METODOLOGI DAN PENDEKATAN

Page 25: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

GAMBAR ALUR BERPIKIR

Page 26: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

Page 27: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010
Page 28: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010
Page 29: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

DRAFT OUTLINE LAPORAN AKHIR

Page 30: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

DRAFT OUTLINE LAPORAN AKHIR

Page 31: Presentasi LAPPEN Kawasan Kumuh BML 21JUNI2010

DRAFT OUTLINE LAPORAN AKHIR