Presentasi Laporan Kasus Paru IPD Asma
-
Upload
silvestri-purba -
Category
Documents
-
view
346 -
download
7
description
Transcript of Presentasi Laporan Kasus Paru IPD Asma
LAPORAN KASUS
“ASMA BRONKIAL”PEMBIMBING : dr. Andi Nurjihad, Sp.PDisusun oleh : Marleen – 07120110032
Andrew Lienata - 07120110066
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam (Paru)Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Rumah Sakit Bhayangkara Tk.I Raden Said Sukanto
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. LM• Jenis kelamin : Perempuan• Usia : 46 tahun• Agama : Islam• Status nikah : Menikah• Alamat : Jl. Karya no 21 RT07/01 Kp.
Tengah Keramat Jati • Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga• Tanggal pemeriksaan : 26 Oktober 2015
ANAMNESIS
• Dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2015, pukul 09.00 WIB di bangsal Parkit 1 RS POLRI secara
autoanamnesis
ANAMNESIS
• KELUHAN UTAMA– Sesak Nafas sejak 4 jam sebelum masuk
rumah sakit (SMRS)
• KELUHAN TAMBAHAN : – Batuk– Demam
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
• Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas yang memberat sejak 4 jam SMRS– Sudah dirasakan sejak sore hari dimana sebelumnya
pasien beraktivitas berlebihan– Keluhan semakin memberat pada malam hari– Disertai bunyi mengik– Sudah pernah dialami sejak 2 tahun terakhir namun selalu
membaik dengan berobat jalan dari klinik (lupa obatnya apa)
– Sering dirasakan saat pasien kedinginan dan kecapean membersihkan tempat tidur dan menyapu
– Dalam setahun keluhan berulang 3-4 kali.
• Pasien juga mengeluh batuk yang muncul 3 hari SMRS.– Batuk bersifat berdahak namun dahak sulit untuk
dikeluarkan. Dahak yang keluar berwarna putih dan tidak kental, darah (-)
– Frekuensi batuk tidak sering• Badan terasa meriang (+) sore hari SMRS• Pilek, nyeri dada, mual, muntah, nyeri ulu hati
disangkal.• BAB dan BAK dalam batas normal.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
• Pasien tidak pernah dirawat dengan keluhan serupa sebelumnya
• Pasien sering batuk namun sembuh dengan pengobatan dari klinik.
• Riwayat pengobatan paru selama 6 bulan disangkal. • Pasien memiliki alergi, yaitu debu dan dingin dengan
reaksi bersin-bersin.• Riwayat operasi/trauma (-)• Riwayat HT, DM (-)• Riwayat konsumsi obat rutin (-)• Riwayat merokok (-)
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
RIWAYAT KELUARGA
• Kakek pasien memiliki riwayat asma• Riwayat penyakit menurun seperti hipertensi,
diabetes, kanker disangkal.
RIWAYAT SOSIAL & LINGKUNGAN
• Pasien tinggal dengan suami dan kedua anaknya di sebuah rumah beratap asbes dan berlantai keramik. Kebersihan rumah terjaga dan ventilasi rumah baik.
• Rumah pasien tidak dekat pabrik atau jalan raya.
• Di rumah tidak ada anggota keluarga yang merokok.
PEMERIKSAAN FISIK(26 Oktober 2015)
• Keadaan umum : sakit ringan• Kesadaran : compos mentis• Tanda-tanda vital:– Denyut Nadi : 84 kali/menit kuat, teratur, isi cukup– Laju Pernapasan : 20 kali/menit– Suhu Tubuh : 36,50C– Tekanan darah : 100/70 mmHg
• Berat badan : 60 kgTinggi badan : 160 kg
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Normocephal, deformitas (-)Mata : KA -/-, SI -/-Hidung : deformitas (-), sekret (-)Telinga : saluran telinga bersih, secret -/-,
NT tragus -/-Mulut : faring hiperemis (-), Tonsil T1/T1Leher : Perbesaran KGB (-)
PEMERIKSAAN FISIK
• ThoraxPulmoI : pernafasan statis & dinamis simetris,
retraksi (-), bentuk dada normalP : taktil fremitus simetrisP : sonor pada seluruh lapang paruA : vesikuler/vesikuler, ronki -/-,
wheezing +/+, stridor -/-
PEMERIKSAAN FISIK
• ThoraxJantungI : tidak terlihat iktus cordis.P : tidak teraba iktus cordis. P : batas jantung normalA : S1/S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen :I : datarP : supel, nyeri tekan (-)P : timpani A : BU (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2detik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
Hematologi
Hemoglobin 12,3 12-14 g/dl
Leukosit 10.700 U/L 5.000-10.000 U/L
Hematokrit 36% 37-43%
Trombosit 471.000 /ul 150.000-400.000 /ul
Kimia klinik
Glukosa Glukometer
158 mg/dl
26 Oktober 2015
PEMERIKSAAN PENUNJANG26 Oktober 2015
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
Hematologi II (Rutin)
Hemoglobin 12,3 g/dl 12-14 g/dl
Leukosit 8,200 U/L 5.000-10.000 U/L
Laju Endap Darah 25 <20
Hitung Jenis Leukosit
- Basofil
- Eusinofil
- Batang
- Segmen
- Limfosit
- Monosit
0
4
0
61
31
4
0-1%
1-3%
2-6%
50-70%
20-40%
2-8%
Lanjutan..
Kimia klinikSGOT/AST (37C)SGPT/ALT (37 C)UreumCreatinineElektrolit
- Natrium
- Kalium
- Chloride
31,219,0200,6
1423,8103
<31 U/L<31 U/L10-50 mg/dl0,5-1,3 mg/dl
135-145 mmol/l3,8-5,0 mmol/l98-106 mmol/l
LanjutanPEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
Mikrobiologi
BTA 3x
Sewaktu
Pagi
Sewaktu
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Pewarnaan Gram
Sel Leukosit
Sel epitel
Kuman batang
- Gram positif
- Gram negative
Kuman cocus
- Gram positif
Kuman diplococus
Kuman tetracocus
5-6/ LPB
+
Tidak ditemukan
Ditemukan
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
RONTGEN THORAX PA
• CTR <50%• Sinus / diafragma baik• Cor normal• Iga-iga dan medistinum
baik• Tidak tampak kelainan
paru
RESUME
• Pasien wanita berusia 46 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas yang memberat sejak 4 jam SMRS. Sesak nafas muncul ketika pasien sedang beristirahat pada malam hari, dimana sebelumnya pasien beraktivitas banyak. Sesak nafas sudah pernah dialami 2 tahun yll dengan kekambuhan 3-4x/tahun dan membaik dengan pengobatan klinik.
• Keluhan disertai dengan batuk berdahak 3 hari SMRS namun dahak sulit dikeluarkan. Dahak yang dapat dikeluarkan berwarna putih dan tidak kental, tanpa disertai darah.
• Terdapat meriang yang muncul sejak sore harinya
Lanjutan..
• Pemeriksaan fisik wheezing +/+• Pemeriksaan laboratorium leukosit : 10.700
u/l, serta pada pewarnaan gram ditemukan adanya kuman batang gram negatif.
• Rontgen thorax PA menunjukan normal chest x-ray
PEMERIKSAAN ANJURAN
• Spirometri untuk mengukur obstruksi jalan nafas serta reversibilitas pada diagnosis asma.
DIAGNOSIS
ASMA AKUT SEDANG PADA ASMA INTERMITEN DENGAN INFEKSI SEKUNDER
REASONING:• Kriteria asma (+)
• Episodik, reversibel, variabilitas• Riwayat alergi (+) debu dan dingin• Faktor pencetus (+) infeksi saluran nafas, aktivitas berlebihan
• Termasuk akut sedang karena:• Sesak nafas terjadi jika pasien berbicara hanya dapat
berbicara beberapa kata• Pasien nyaman dengan posisi duduk• Peningkatan frekuensi nafas disertai suara nafas mengik.
TERAPI
Umum:• 02 3 L/menit via nasal• IVFD RL 20 tpm• Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
Medikamentosa:• Inhalasi Ventolin 3x• Injeksi Cefotaxime 3x1 gr• Injeksi Methiplrednisolone 2x62,5 mg• Amboxol 3x1• Rantin 3x1
TINJAUAN PUSTAKA
ASMA
DEFINISI
• Asma merupakan suatu kelainan inflamasi kronis pada saluran nafas yang melibatkan sel dan elemen-elemen seluler.
• Inflamasi kronis tersebut berhubungan dengan hiperresponsif dari saluran pernafasan yang menimbulkan gejala episodik berulang.
FAKTOR RISIKO
• Faktor genetik– Hiperreaktivitas– Atopi/Alergi bronkus– Faktor yang memodifikasi penyakit genetik– Jenis Kelamin– Ras/Etnik
• Faktor lingkungan– Alergen di dalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing,
alternaria/jamur– Alergen di luar ruangan (alternaria, tepung sari)– Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan,
kacang, makanan laut, susu sapi, telur)– Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID, beta-
blocker dll)– Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray dll)– Ekspresi emosi berlebih– Asap rokok dari perokok aktif dan pasif– Polusi udara di luar dan di dalam ruangan– Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika
melakukan aktivitas tertentu– Perubahan cuaca
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
asma• Pemicu (Trigger)– Tidak menyebabkan peradangan
• Penyebab (Inducer)– Menyebabkan peradangan (inflamasi) &
hiperesponsif dari saluran pernapasan
Skema terjadi asma
EPIDEMIOLOGI
• Menurut WHO, sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia adalah penyandang Asma.
• Jumlah ini terus bertambah sebanyak 180.000 orang setiap tahunnya. Di Indonesia, prevalensi asma belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan 2 – 5% penduduk Indonesia menderita asma.
• Berdasarkan laporan Heru Sundaru (Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM), prevalensi asma di Bandung (5,2%), Semarang (5,5%), Denpasar (4,3%) dan Jakarta (7,5%)
PATOGENESIS
• Langkah pertama terbentuknya respon imun adalah aktivasi limfosit T oleh antigen yang dipresentasikan oleh sel-sel aksesori, yaitu suatu proses yang melibatkan molekul Major Histocompability Complex atau MHC (MHC kelas II pada sel T CD4+ dan MHC kelas I pada sel T CD8+)
• Sel-sel tersebut bermigrasi menuju kumpulan sel-sel limfoid di bawah pengaruh GM-CSF, yaitu sitokin yang terbentuk oleh aktivasi sel epitel, fibroblas, sel T, makrofag, dan sel mast
• Reaksi fase cepat pada asma dihasilkan oleh aktivasi sel-sel yang sensitif terhadap alergen Ig-E spesifik, terutama sel mast dan makrofag. Pada pasien dengan komponen alergi yang kuat terhadap timbulnya asma, basofil juga ikut berperan.
• Reaksi fase lambat pada asma timbul beberapa jam lebih lambat dibanding fase awal. Meliputi pengerakan dan aktivasi dari sel-sel eosinofil, sel T, basofil, netrofil, dan makrofag. Juga terdapat retensi selektif sel T pada saluran respiratori, ekspresi molekul adhesi, dan pelepasan newly generated mediator.
• Pada remodeling saluran respiratori, terjadi serangkaian proses yang menyebabkan deposisi jaringan penyambung dan mengubah struktur saluran respiratori melalui proses dediferensiasi, migrasi, diferensiasi, dan maturasi struktur sel.
• Kombinasi antara kerusakan sel epitel, perbaikan epitel yang berlanjut, ketidakseimbangan Matriks Metalloproteinase (MMP) dan Tissue Inhibitor of Metalloproteinase (TIMP), produksi berlebih faktor pertumbuhan profibrotik atau Transforming Growth Factors (TGF-β), dan proliferasi serta diferensiasi fibroblas menjadi miofibroblas diyakini merupakan proses yang penting dalam remodelling.
PATOFISIOLOGIObstruksi saluran
respiratori
Hipereaktivitas saluran respiratori
Otot polos saluran respiratori
Hipersekresi mucus
Keterbatasan aliran udara ireversibel
Eksaserbasi (Serangan)
Asma nokturnal
Abnormalitas gas darah
38
DIAGNOSIS
Riwayat penyakit/gejala :• Bersifat episodik,seringkali reversibel dengan atau
tanpa pengobatan• Gejala berupa batuk,sesak napas, rasa berat di
dada dan berdahak• Gejala/timbul/memburuk terutama malam/dini
hari• Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu• Respons terhadap pemberian bronkodilator
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :• Riwayat keluarga (atopi)• Riwayat alergi / atopi • Penyakit lain yang memberatkan• Perkembangan penyakit dan pengobatan
DIAGNOSIS
Reversibel
Variabillitas
Episodik
–Pemeriksaan jasmani. • Kelainan pemeriksaan jasmani yang paling serig ditemukan adalah
mengi pada auskultasi
• Faal paru– Umumya penderita asma sulit menilai beratnya gejala
dan persepsi mengenai asmanya, demikian pula dokter tidak selalu akurat dalam menilai dispnea dan mengi, sehingga dibutuhkan pemeriksaan objektif yaitu faal paru antara lain untuk menyamakan persepsi dokter dan penderita, dan parameter objektif menilai berat asma
• SPIROMETRI – Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama
(VEP1) dan kapasiti vital paksa (KVP) dilakukan dengan manuver ekspirasi paksa melalui prosedur yang standar
– Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/KVP<75% atau VEP1<80% nilai prediksi.
• Arus Puncak Ekspirasi (APE)
Derajat Gejala Gejala malam Faal paru
Intermiten - Gejala kurang dari 1x/minggu
- Tidak ada gejala di luar eksaserbasi
- Eksaserbasi singkat
Kurang dari 2 kali dalam sebulan VEP1/APE ≥ 80%
Variabilitas VEP1/APE
<20%
Persisten ringan - Gejala lebih dari 1x/minggu tapi kurang dari 1x/hari
- Eksaserbasi dapat menganggu Aktivitas dan tidur
Lebih dari 2 kali dalam sebulan VEP1/APE ≥ 80%
Variabilitas VEP1/APE
20-30%
Persisten sedang - Gejala Setiap hari,
- Serangan 2 kali/seminggu, bisa berhari-hari, mengganggu aktivitas dan tidur
- Menggunakan bronkodilator setiap hari
Lebih 1 kali dalam seminggu VEP1/APE 60- 80%
Variabilitas VEP1/APE
>30%
Persisten berat - Gejala Kontinyu
- Aktivitas terbatas
- Eksaserbasi sering
Sering VEP1/APE ≤60%
Variabilitas VEP1/APE
>20%
STATUS ASMATIKUS
• Suatu keadaan darurat medik berupa serangan akut asma yang berat, bersifat refrakter terhadap pengobatan yang biasa dipakai
TATALAKSANA
• Tujuan penatalaksanaan asma:– Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma – Mencegah eksaserbasi akut – Meningkatkan dan mempertahankan faal paru
seoptimal mungkin – Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise – Menghindari efek samping obat – Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara
(airflow limitation) ireversibel – Mencegah kematian karena asma
• Tujuan tatalaksana saat serangan:– Meredakan penyempitan saluran respiratorik
secepat mungkin– Mengurangi hipoksemia– Mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal
secepatnya– Rencana re-evaluasi tatalaksana jangka panjang
untuk mencegah kekambuhan
MEDIKAMENTOSA
• Obat asma dapat dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu – Obat pereda (reliever) Obat pereda digunakan
untuk meredakan serangan atau gejala asma jika sedang timbul
– Obat pengendali (controller)
*Obat pencegah, atau obat profilaksis. Obat ini digunakan untuk mengatasi masalah dasar asma, yaitu inflamasi kronik saluran nafas
RELIEVER
Bronkodilator• Short-acting β2 agonist
Merupakan bronkodilator terbaik dan terpilih untuk terapi asma akut pada anak. Reseptor β2 agonist berada di epitel jalan napas, otot pernapasan, alveolus, sel-sel inflamasi, jantung, pembuluh darah, otot lurik, hepar, dan pankreas. • Epinefrine
– Tidak direkomendasikan lagi untuk serangan asma kecuali tidak ada β2 agonis selektif. Epinefrin menimbulkan stimulasi pada reseptor β1, β2, dan α sehingga menimbulkan efek samping berupa sakit kepala, gelisah, palpitasi, takiaritmia, tremor, dan hipertensi.
β2 agonis selektif• Obat yang sering dipakai : salbutamol, terbutalin, fenoterol.• Dosis salbutamol oral : 0,1 - 0,15 mg/kgBB/kali , setiap 6 jam.• Dosis tebutalin oral : 0,05 – 0,1 mg/kgBB/kali , setiap 6 jam. • Dosis fenoterol : 0,1 mg/kgBB/kali , setiap 6 jam.• Dosis salbutamol nebulisasi : 0,1 - 0,15 mg/kgBB (dosis
maksimum 5mg/kgBB), interval 20 menit, atau nebulisasi kontinu dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/kgBB/jam (dosis maksimum 15 mg/jam).
• Dosis terbutalin nebulisasi : 2,5 mg atau 1 respul/nebulisasi.
• Pemberian oral menimbulkan efek bronkodilatasi setelah 30 menit, efek puncak dicapai dalam 2 – 4 jam, lama kerjanya sampai 5 jam.
• Pemberian intravena dilakukan saat serangan asma berat ksrena pada keadaan ini obat inhalasi sulit mencapai bagian distal obstruksi jalan napas. Efek samping takikardi lebih sering terjadi.
• Dosis salbutamol IV : mulai 0,2 mcg/kgBB/menit, dinaikkan 0,1 mcg/kgBB setiap 15 menit, dosis maksimal 4 mcg/kgBB/menit.
• Dosis terbutalin IV : 10 mcg/kgBB melalui infuse selama 10 menit, dilanjutkan dengan 0,1 – 0,4 ug/kgBB/jam dengan infuse kontinu
Methyl xanthineEfek bronkodilatasi methyl xantine setara dengan β2
agonist inhalasi, tapi karena efek sampingnya lebih banyak dan batas keamanannya sempit, obat ini diberikan pada serangan asma berat dengan kombinasi β2 agonist dan anticholinergik.
Efek bronkodilatasi teofilin disebabkan oleh antagonisme terhadap reseptor adenosine dan inhibisi PDE 4 dan PDE 5. Methilxanthine cepat diabsorbsi setelah pemberian oral, rectal, atau parenteral
AnticholinergicsObat yang digunakan adalah Ipratropium
Bromida. Kombinasi dengan nebulisasi β2 agonist menghasilkan efek bronkodilatasi yang lebih baik. Dosis anjuran 0, 1 cc/kgBB, nebulisasi tiap 4 jam.
Kortikosteroid• Kortikosteroid sistemik terutama diberikan pada keadaan :• Terapi inisial inhalasi β2 agonist kerja cepat gagal mencapai
perbaikan yang cukup lama.• Serangan asma tetap terjadi meski pasien telah
menggunakan kortikosteroid hirupan sebagai kontroler.• Serangan ringan yang mempunyai riwayat serangan berat
sebelumnya. • Metilprednisolon merupakan pilihan utama karena
kemampuan penetrasi kejaringan paru lebih baik, efek anti inflamasi lebih besar, dan efek mineralokortikoid minimal.
CONTROLLER
Inhalasi glukokortikosteroidGlukokortikosteroid inhalasi merupakan
obat pengontrol yang paling efektif dan direkomendasikan untuk penderita asma
semua umur. Intervensi awal dengan penggunaan
inhalasi budesonide berhubungan dengan perbaikan dalam pengontrolan asma dan mengurangi penggunaan obat-obat tambahan
Leukotriene Receptor Antagonist (LTRA)Keuntungan memakai LTRA adalah sebagai berikut :• LTRA dapat melengkapi kerja steroid hirupan dalam
menekan cystenil leukotriane;• Mempunyai efek bronkodilator dan perlindungan
terhadap bronkokonstriktor;• Mencegah early asma reaction dan late asthma
reaction• Dapat diberikan per oral, bahkan montelukast hanya
diberikan sekali per hari., penggunaannya aman, dan tidak mengganggu fungsi hati; sayangnya preparat montelukast ini belum ada di Indonesia;
Ada 2 preparat LTRA :• Montelukast• Preparat ini belum ada di Indonesia dan harganya
mahal. Dosis per oral 1 kali sehari.(respiro anak) Dosis pada anak usia 2-5 tahun adalah 4 mg qhs. (gina)
• Zafirlukast • Preparat ini terdapat di Indonesia, digunakan untuk
anak usia > 7 tahun dengan dosis 10 mg 2 kali sehari
Long acting β2 Agonist (LABA)• Preparat inhalasi yang digunakan adalah salmeterol
dan formoterol. Pemberian ICS 400ug dengan tambahan LABA lebih baik dilihat dari frekuensi serangan, FEV1 pagi dan sore, penggunaan steroid oral, menurunnya hiperreaktivitas dan airway remodeling.
• Kombinasi ICS dan LABA sudah ada dalam 1 paket, yaitu kombinasi fluticasone propionate dan salmeterol (Seretide), budesonide dan formoterol (Symbicort).
Teofilin lepas lambat• Teofilin efektif sebagai monoterapi atau
diberikan bersama kortikosteroid yang bertujuan untuk mengontrol asma dan mengurangi dosis pemeliharaan glukokortikosteroid.
• Tapi efikasi teofilin lebih rendah daripada glukokortikosteroid inhalasi dosis rendah
ANTIBIOTIK
• Digunakan apabila terdapat secondary infection
• Golongan antibiotic yang diberikan : Macrolide
ASMA KONTROL
Karakteristik Terkontrol Total Terkontrol sebagian
Tidak terkontrol
Gejala harian Tidak ada (≤2x/mgg)
>2x/mgg
Keterbatasan aktivitas Tidak ada Ada
Asma malam/ nokturnal Tidak ada Ada
Kebutuhan pelega Tidak ada (≤2x/mgg)
>2x/mgg
APE atau VEP1 Normal <80% prediksi/nilai terbaik
Catatan: penilaian control asma dilakukan lebih dari 4 minggu terakhir•Terkontrol total : harus memenuhi semua kriteria•Terkontrol sebagian : 1-2 kriteria dalam seminggunya•Tidak terkontrol : 3 atau lebih dari criteria terkontrol sebagian dalam seminggunya
EKSASERBASI AKUT
• Episode perburukan ditandai dengan meningkatnya gejala dengan penurunan arus ekspirasi melalui pemeriksaan faal paru (APE atau VEP1).
• Eksaserbasi merupakan kegagalan pengendalian asma jangka panjang
• Eksaserbasi bervariasi dari yang ringan sampai berat bahkan fatal mengancam jiwa
Gejala&Tanda E . Ringan E . Sedang E . Berat Mengancam Jiwa
Sesak napas jika Berjalan Berbicara Istirahat
Posisi Dapat tidur
terlentang
Duduk Duduk Berbaring
Cara berbicara Satu kalimat Beberapa kata Kata per kata
Kesadaran Mungkin gelisah Gelisah Gelisah Mengantuk, penurunan
kesadaran
Frekuensi napas <20x/menit 20-30x/menit >30x/menit
Otot bantu napas - + + Pergerakan torako-
abdominal paradoksal
Mengik Sedang, umumnya
hanya pada akhir
ekspirasi paksa
Keras, umumnya
terdengar jelas saat
ekspirasi
Keras saat inspirasi
dan ekspirasi
Tidak ada (silent chest)
Nadi <100x/menit 100-120x/menit >120x/menit bradikardia
Pulsus paradoksus -/<10 mmHg 10-25 mmHg >25 mmHg - disebabkan kelelahan
otot
APE setelah
bronkodilator
awal
>80% 60-80% <60%
PaO2
PaCO2
Normal, tidak
butuh AGD
<45 mmHg
>60 mmHg
<45 mmHg
>60 mmHg
>45 mmHg
SaO2 >95% 91-95% <90%
• Penanganan eksaserbasi mutlak melalui:– Penilaian berat eksaserbasi– Pengobatan yang adekuat sesuai beratnya
serangan– Penilaian respons pengobatan– Tindakan sesuai respons pengobatan.
KRITERIA PERAWATAN INTENSIF/ICU
• Serangan berat dan tidak respons walau telah diberikan pengobatan adekuat
• Penurunan kesadaran, gelisah• Gagal napas yang ditunjukkan dengan AGD
PaO2 <60 mmHg dan atau PaCO2 >45 mmHg, SaO2 <90%. Gagal napas dapat terjadi dengan PaCO2 rendah atau meningkat.
PENCEGAHAN
• Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi• Menghindari aktivitas berlebihan• Menghindari stress psikis• Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin• Olahraga renang, senam asma
KOMPLIKASI
• Pneumothoraks• Pneumomediastinum dan emfisema subkutis• Atelektasis• Aspergilosis bronkopulmonar alergik• Gagal nafas• Bronkitis
THANK YOU
Jenis – jenis Inhalasi
Inhalasi serbuk