Presentasi kelompok

24
Pertanggungjawaban Komando (command responsibility) Oleh Brigita P. Manohara ( Putri Ade

Transcript of Presentasi kelompok

Page 1: Presentasi kelompok

Pertanggungjawaban Komando(command responsibility)

OlehBrigita P. Manohara (

Putri Ade

Page 2: Presentasi kelompok

Pelanggaran HAM

Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :

• Pembunuhan masal (genosida)• Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar

putusan pengadilan• Penyiksaan• Penghilangan orang secara paksa• Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan

secara sistematis

Page 3: Presentasi kelompok

Pelanggaran HAM

Sementara kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :

• Pemukulan• Penganiayaan• Pencemaran nama baik• Menghalangi orang untuk mengekspresikan

pendapatnya• Menghilangkan nyawa orang lain

Page 4: Presentasi kelompok

Pelanggaran HAMpelanggaran hak asasi manusia Indonesia, seperti :• Kasus Tanjung Priok (1984)• Kasus terbunuhnya Marsinah, seorang pekerja

wanita PT Catur Putera Surya Porong, Jatim (1994)

• Kasus terbunuhnya wartawan Udin dari harian umum bernas (1996)

• Peristiwa Aceh (1990)• Peristiwa penculikan para aktivis politik (1998)• Peristiwa Trisakti dan Semanggi (1998)• dsb

Page 5: Presentasi kelompok

• pelanggaran HAM berat, di Indonesia sendiri terdapat kasus yang tergolong Kejahatan Kemanusiaan, yang juga dapat dituntut berdasarkan prinsip pertanggungjawaban komando (ini kaitannya dengan alat negara dalam hal mempertahankan kepentingan politik)

Page 6: Presentasi kelompok

Pelanggaran HAM

kejahatan kemanusiaan :• Tragedi Tanjung Priok tahun 1984 dimana

pada kala itu adanya pembantaian yang dilakukan oleh ABRI terhadap kaum Muslim

• Tragedi Semanggi tahun 1998

Page 7: Presentasi kelompok

Peristiwa Tanjung Priok • terjadi pada tanggal 12 September 1984 di Tanjung Priok,

Jakarta• Korban tewas : lebih dari 35 orang (9 terbakar, 24 akibat

tindakan aparat, sumber wikipedia)• Data Pangab (LB Murdhani ) : 18 orang tewas,53 orang

terluka• Data Sontak (Solidaritas untuk peristiwa Tanjung priok) :

400 orang • Sekelompok massa melakukan defile (parade atau

perarakan barisan) sambil merusak sejumlah gedung dan akhirnya bentrok dengan aparat yang kemudian menembaki mereka.

• Akibat isu tentang RUU Organisasi Sosial yang mengharuskan penerimaan asas tunggal Pancasila. Hal ini menimbulkan implikasi yang luas.

Page 8: Presentasi kelompok

Proses Hukum• Tahun 2006 Mahkamah Agung memperagakan

parade pembebasan hukum (Impunitas secara De Jure) terhadap sejumlah nama yang seharusnya bertanggung-jawab, Yaitu :

1.Sriyanto2.Pranowo3.Sutrisno Mascung4.RA. Butar BUtar

Page 9: Presentasi kelompok

Proses Hukum• Penuntut umum menghapus nama (Alm.) LB

Moerdani dan Try Sutrisno dalam proses penyidikan.

• Kejagung membuktikan kejahatan luar biasa pada kasus ini dengan sistem pidana umum berbasis KUHAP

• Pemerintah dinilai tidak menyiapkan sistem perlindungan saksi yang memadai dan terjadi sogok menyogok antar pelaku dengan sejumlah saksi agar mencabut kesaksian

Page 10: Presentasi kelompok

Proses Hukum• Pengadilan HAM dianggap gagal karena :1.Tidak memberikan kepastian hukum

berupa penghukuman terhadap para pelaku

2.Gagal memberikan kebenaran yang sejati atas kasus ini

3.Gagal menjamin kepastian reparasi atas penderitaan dan kerugian para korban

Page 11: Presentasi kelompok

Peristiwa Semanggi

Tragedi Semanggi I • terjadi pada tanggal 11 hingga 13 NOvember

1998• Pada saat itu, Indonesia tengah dalam masa

transisi.• Massa menolak Sidang Istimewa dan

menentang dwifungsi ABRI/TNI • Dalam tragedi semanggi yang pertama, 17

warga sipil tewas, 456 korban terluka

Page 12: Presentasi kelompok

Tragedi Semanggi II• peristiwa ini terjadi pada 24 September 1999• Menentang diberlakukannya

Undang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya (UU PKB) yang materinya menurut banyak kalangan sangat memberikan keleluasaan kepada militer untuk melakukan keadaan negara sesuai kepentingan militer

• 11 orang tewas di seluruh Jakarta serta 217 korban luka-luka

Page 13: Presentasi kelompok

Proses hukum• Tim Ad Hoc Penyelidik Pro Justisia Komnas HAM

menemukan telah terjadinya pelanggaran berat hak asasi manuisa, yaitu kejahatan terhadap kemanusiaan.

• Tim Penyelidik ini menemukan adanya unsur meluas atau sistematik dalam kasus penembakan, penganiayaan, dan pembunuhan para pengunjuk rasa.

• Sejumlah pejabat militer seperti, Jenderal Wiranto diduga bertanggungjawab

• Hasil penyelidikan telah diserahkan kepada Jaksa Agung. Namun Jaksa Agung sampai saat ini menolak untuk melakukan penyidikan. Salah satu alasan yang dikemukakan oleh Jaksa Agung ialah, bahwa para prajurit yang didakwa dalam kasus pembunuhan mahasiswa Trisakti telah diadili di pengadilan militer.

Page 14: Presentasi kelompok

Proses Hukum menurut Jaksa Agung • para komandannya ( Jenderalnya ) tidak dapat

dituduh melakukan pelanggaran berat hak asasi manusia. Sehingga tidak dapat diadili di depan pengadilan Ad Hoc hak asasi manusia.

• Selain itu membawa para komandan ke pengadilan hak asasi mansuia akan melanggar asas Ne bis in idem, yaitu seseorang diadili dua kali atas dakwaan yang sama.

Page 15: Presentasi kelompok

Pertanggungjawaban Komando Pasal 6 ( c ) Piagam Nuremberg menegaskan prinsip hukum sebagai

berikut :

“pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengasingan dan tindakan lain yang sangat kejam, yang dilakukan terhadap penduduk sipil, sebelum perang maupun selama perang, atau kekerasan-kekerasan dan penyiksaan-penyiksaan atas dasar politik, rasial atau alasan-alasan keagamaan menjadi yurisdiksi pengadilan, entah bertentangan dengan hukum nasional atau tidak dari negara dimana kejahatan itu dilakukan pemimpin-pemimpin, organisator-organisator, penghasut-penghasut dan antek-antek yang terlibat ketika menyusun dan melaksanakan rencana bersama atau berkonspirasi untuk melaksanakan kejahatan-kejahatan yang bersangkutan, bertanggungjawab atas tindakan yang dilakukan oleh siapapun yang ada dalam rencana tersebut.”

Page 16: Presentasi kelompok

Putusan Pengadilan Tokyo yang dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Amerika menyatakan :

“Seorang penguasa wilayah, bertanggungjawab penuh secara individual dalam memberikan perintah yang keliru untuk melakukan kejahatan. Tanggungjawab itu juga mencakup kegagalan untuk mencegah tingkah laku yang melanggar hukum dari bawahannya, jika ia mengetahui bahwa tindakan yang dilakukan anak buahnya itu mendatangkan kejahatan, dan tidak dilakukan upaya pencegahannya atau menghukum mereka yang melakukan kejahatan. “

Page 17: Presentasi kelompok

pertanggungjawaban di lingkup militer, seorang komandan tidak dapat bebas dari pertanggungjawaban pidana apabila ia mengetahui bahwa anak buanya telah atau akan melakukan kejahatan yang berhubungan dengan tugas mereka dan sepanjang perbuatan tersebut bersifat melawan hukum dan jika ia tidak mencegah/bertindak dan hanya membiarkan/tidak melakukan sesuatu (omission) maka komandan tersebut tetap dipertanggung jawabkan, karena adanya hubungan khusus, antara komandan (superior) dan bawahan (inferior)

Page 18: Presentasi kelompok

Doktrin pertanggung jawaban komando sudah dikenal sejak tahun 1439 ketika Charles VII dari Perancis mengeluarkan perintah di Orleans yang menyatakan :

“ The King orders that each captain or lieutenant be held responsible for the abauses. Ills and offences committed by members of his company, and that as soon as he receives any complaint concerning any such misdeed or abuse, he bring the offender to justice so that the said offender be punished in a manner commensurate with his offence. If he fails to do so or covers up the misdeed or delays taking action, or if, because of his negligence or otherwise, the offender escapes and thus evades punishment, the capatain shall be deemed responsible for the offence as if he had committed it himself and shall be punished in the same way as the offender would have been “.

Page 19: Presentasi kelompok

• pasal-pasal mengenai Perang (the Article of War) yang dikeluarkan oleh Gustavus Adolphus dari Swedia pada tahun 1621 yang menyebutkan :

“ Seorang Kolonel atau Kapten tidak boleh memerintahkan prajuritnya untuk melakukan tindakan yang melanggar hukum, barang siap yang memerintahkan yang demikian itu, harus dihukum menurut putusan hakim (No Colonel or Captain shall command his solidiers to do any unlawful thing, which who so does, shall be punished according to the discretion of the Judges) “.

Page 20: Presentasi kelompok

• Hugo Grotius menyatakan “ Bahwa Negara dan Pejabat yang berkuasa bertanggung jawab terhadap kejahatan yang dilakukan oleh orang yang berada di bawah kekuasaannya, jika mereka mengetahui dan tidak melakukan pencegahan padahal mereka dapat dan harus melakukan hal itu “

Page 21: Presentasi kelompok

• Pasal 28 huruf a Statuta Roma yang menyatakan bahwa seorang komandan militer atau orang yang secara efektif bertanggung jawab secara kriminal atas kejahatan yang berada dalam yurisdiksi pengadilan yang dilakukan oleh pasukan yang berada di bawah komando dan kendalinya secara efektif, sebagai akibat kegagalannya dalam menjalankan pengendalian yang semestinya terhadap pasukan

Page 22: Presentasi kelompok

• Undang-Undang No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, Pasal 42

Dalam hal ini penerapan prinsip pertanggungjawaban komando itu dapat diterapkan kaitannya dengan pelanggaran berat HAM bilamana telah memenuhi unsur atau elemen utama dari pertanggungjawaban komando itu sendiri, antara lain:

1. Adanya hubungan antara bawahan-atasan;2. Atasan mengetahui atau beralasan untuk mengetahui

bahwa telah terjadinya kejahatan atau sedang dilakukan kejahatan; dan

3. Atasa gagal untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dan beralasan untuk mencegah atau menghentikan tindak pidana atau berupaya untuk menghukum pelaku. Dalam hal ini hubungan atasan bawahan bisa secara de-jure, de-facto atau kombinasi antara keduanya.

Page 23: Presentasi kelompok

Kaitannya dengan kedua kasus tadi :

• Ada aturan tapi belum diterapkan dnegan baik dan benar

• Meskipun telah diterapkan perlu kemauan sangat besar dari semua pihak

Page 24: Presentasi kelompok

Terima kasih