Presentasi agama
-
Upload
muhammad-luthfan -
Category
Documents
-
view
238 -
download
2
Transcript of Presentasi agama
KELOMPOK 3
THALAQ
• Thalaq memiliki makna melepaskan ikatan, terlepas dari perjanjian. Istilah ini merupakan turunan dari kata ithlaq.
• Thalaq melepaskan ikatan pernikahan dan menjadi bebas
• Perceraian merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan putusnya perkawinan.
• Walaupun cerai didudukkan sebagai sesuatu yang diperbolehkan, Nabi Muhammad menganggapnya sebagai sesuatu yang sangat dibenci oleh Allah (HR. abu Dawud, Ibn Majah dan al-Hakim dari Ibn Umar)
HUKUM THALAQ• MAKRUH tidak ada alasan yang benar, baik yang menjadi
keberatan istri maupun suami, karena merusakkan perkawinan yang mengandung kebaikan-kebaikan yang dianjurkan oleh agama.
• HARAM dengan adanya thalaq tersebut tidak ada kebaikan atau kemaslahatan yang hendak dicapai
• WAJIB perpecahan yang terjadi antara suami istri sangat berat untuk diselesaikan, dan hanya thalaq yang dianggap sebagai satu-satunya jlan untuk menyelesaikan perpecahan tersebut. Pihak yang memutuskan adalah hakim
• SUNNAH suami tidak sanggup lagi menunaikan kewajiban dalam memberi nafkah cukup atau istri tidak mampu lagi menjaga diri dan kehormatannya.
MACAM-MACAM THALAQ
• THALAQ RAJ’I memperbolehkan suami rujuk kembali pada istrinya yang telah dicerai dengan tidak memerlukan akad nikah lagi selama istri masih dalam masa iddah.
• THALAQ BAIN SUGHRA tidak memperbolehkan suami rujuk dengan istri kecuali dengan dilakukan akad nikah kembali meskipun dalam masa iddah.
• THALAQ BAIN QUBRA thalaq yang terjadi untuk ketiga kalinya. Perempuan yang sudah dithalaq tiga kali haram untuk dinikahi kembali oleh mantan suaminya, kecuali memenuhi syarat yang difirmankan Allah dalam Q.S al-Baqarah/2; 230
HUKUM DASAR THALAQ
• Q. S. al-Baqarah/2; 229 : “Talak (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu boleh rujuk kembali dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik….”
• Q. S. al-Baqarah/2; 230 : “Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan istri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah……”
• Q. S. al-Baqarah/2; 231 : “Apabila kalian mentalak istri-istri kalian, lalu mereka mendekati akhir iddahnya. Maka rujukilah mereka dengan cara yang ma’ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma’ruf (pula). Janganlah kalian rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kalian menganiaya mereka……”
KHULU’
• Khulu’ adalah salah satu jenis bentuk perceraian selain thalaq.
• Khulu’ / talak tebus perpisahan suami istri dengan ganti rugi yang diberikan kepada suami.
• Dasar firman Allah Q.S. Al-Baqarah/2: 229• Diharamkan apabila tidak terdapat alasan apapun
ketika istri meminta thalak suami tanpa alasan.• Diperbolehkan apabila istri membenci suaminya.
LI’AN
• Li’an Pengingkaran suami terhadap kesalahan anak yang lahir dari rahim istrinya yang sah
• Pengaturan masalah li’an didasarkan pada al Qur’an surat an-Nuur/24: 6-7
• Diatur dalam KHI pasal 101, 125-128• Suami istri yang melakukan li’an harus bercerai
dan keduanya tidak boleh menikah lagi untuk selama-lamanya.
Q. S. an-Nuur/24; 6-7
“Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina) padahal mereka tidak mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu adalah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. Dan (sumpah) yang kelima bahwa laknat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta.
KHI Pasal 101
“ Seorang suami yang mengingkari sahnya anak, sedangkan istri tidak menyangkalnya, dapat meneguhkan atas pengingkarannya dengan li’an”
KHI Pasal 125-128
• KHI pasal 125 (akibat) : “ Li’an menyebabkan putusnya perkawinan antara suami istri untuk selama-lamanya”
• KHI pasal 126 (penyebab) : “Li’an terjadi karena suami menuduh istri berbuat zina dan atau mengingkari anak dalam kandungan atau yang sudah lahir dari istrinya. Sedangkan istri menolah tuduhan atau pengingkaran tersebut.”
• KHI pasal 127 (teknis pelaksanaan li’an)• KHI pasal 128 : “Li’an hanya sah apabila dilakukan di
hadapan sidang pengadilan agama”
KHI Pasal 27Teknis pelaksanaan li’an: Tata cara li’an diatur sebagai berikut:
a. Suami bersumpah empat kali dengan tuduhan zina dan atau pengingkaran anak tersebut, diikuti sumpah kelima dengan kata-kata “laknat Allah atas dirinya apabila tuduhan atau pengingkaran tersebut dusta”
b. Istri menolak tuduhan tersebut sengan sumpah empat kali dengan atau “tuduhan dan pengingkaran tersebut tidak benar”, diikuti sumpah kelima dengan kata-kata “murka Allah atas dirinya bila tuduhan dan atau pengingkaran tersebut benar”
c. Tata cara (a) dan (b) merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan
d. Apabila tata cara (a) tidak diikuti tata cara (b), maka dianggap tidak terjadi li’an
POLIGAMI DALAM ISLAM
• Perkawinan jika dilihat dari perspektif Islam dasarnya adalah monogami.
• Sebagaimana pula tercantum dalam UU Perkawinan pasal 1 ayat 1.
• Dasar yang dijadikan rujukan adalah Q. S. an-Nisa/4:3 dan Q. S. an-Nisa:129
• Praktik poligami Rasulullah adalah upaya transformasi sosial (kitab Ibn al-Atsir), artinya dijadikan strategi untuk meningkatkan kedudukan perempuan dalam tradisi feodal Arab pada abad ke-7 Masehi.
• Rasulullah sangat marah ketika mendengar putrinya, Fatimah binti Muhammad
SYARAT POLIGAMI
Peraturan poligami di Indonesia telah diatur oleh pemerintah dalam rangka melindungi warga negara khususnya wanita dari tindak ketidakadilan. Dalam UU tersebut membolehkan suami berpoligami dengan syarat :
a. Syarat alternatif : apabila istri cacat badan, istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri dan istri tidak dapat melahirkan keturunan
b. Syarat komulatif : adanya izin tertulis dari istri, suami dapat berlaku adil dan dapat memenuhi kebutuhan para istri.
Keluarga Berencana (KB)
• KB (Keluarga Berencana) dalam bahasa arab adalah tandzim an nasl pengaturan kelahiran
• Ditujukan untuk mencapai keluarga yang sehat, baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Menciptakan nilai kemaslahatan yaitu mencapai kesejahtaraan materiil dan spiritual.
KB dalam Perspektif Islam
• Al Qur’an sebagai sumber Islam yang utama tidak melarang pengendalian kelahiran
• Didasarkan pada firman Allah Q.S. an Nisa’/4;9• Harus dilakukan dengan izin atau kesepakatan
istri • Menurut Fuqaha (ulama fiqh) Kb dapat
dianalogikan kepada dua cara yang pernah dilakukan pada masa Rasulullah, yang satu dibolehkan dan yang lain dilarang.
Di lain kesempatan Rasulullah pernah bersabda, yang artinya;
“Sesungguhnya kamu meninggalkan kekayaan sebagai warisan itu lebih baik daripada kamu
meninggalakan banyak keluarga kemudian menjadi orang lain terbebani “
KB yang diperbolehkan
• KB yang bersifat sementara, misalnya menggunakan alat kontrasepsi, menggunakan pil KB, IUD dan suntikan
• Didasarkan pada Q.S. an-Nisa’/4:9
”dan hendaklah kalian takut kepada Allah, orang-orang yang meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”
KB yang dilarang
• KB yang bersifat permanen. KB seperti ini dikategorikan sebagai tindakan pengebirian.
• Rasulullah dengan tegas bersabda; “Tidaklah termasuk dalam golongan kami (umat Islam) orang yang mengebiri orang lain atau mengebiri dirinya sendiri” (HR. Tabrani)
NASAB ANAK DI LUAR NIKAH
• Menurut perspektif hukum(adat,perdata maupun Islam), anak yang lahir karena hubungan suami istri dalam pernikahan yang sah, nasab anak itumengikuti kedua orang tuanya (ayah dan ibunya).
• Berdasarkan KHI pasal 100 “Anak yang lahir di luar pernikahan hanya mempunyai nasab dengan ibunya”