Presentasi

12
ASPEK HUKUM PENYELENGGARAAN KLINIK DAN PUSKESMAS 1. Latar Belakang Kesehatan meerupakan hak asas manusia dan salah satu unsur kesejatraan yang harus diwjudkan sesuai dengan cita- cita bangsa Indonesia sebagai dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembagunan nasional. Tujuan diselenggarakan pembangunan kesehatan adalah penngkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad kesehatan yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik. Klinik menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang bersfat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan dibawah supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Secara umum, Puskesmas memberikan pelayanan preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif baik melalui upaya kesehatan perorangan

description

Presentasi Aspek Hukum Penyelenggaraan Klinik dan Puskesmas

Transcript of Presentasi

ASPEK HUKUM

PENYELENGGARAAN KLINIK DAN PUSKESMAS

1. Latar Belakang

Kesehatan meerupakan hak asas manusia dan salah satu unsur kesejatraan yang

harus diwjudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagai dimaksud dalam

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

pembagunan nasional. Tujuan diselenggarakan pembangunan kesehatan adalah

penngkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajad kesehatan yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia

Indonesia

Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik.

Klinik menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang bersfat preventif,

promotif, kuratif, dan rehabilitatif Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan

dibawah supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Secara umum, Puskesmas

memberikan pelayanan preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif baik melalui upaya

kesehatan perorangan (UKP) atau Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Puskesmas

dapat memberikan pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan

berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang, dan terpadu. Klinik dan

Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik,

yang memberikan pelayanan bersfat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif

Puskesmas merupakan garda terdepan dalam menyelenggarakan upaya kesehatan dasar.

Peraturan Menteri Kesehatan Republk Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik

dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 &ahun 2014 tentang Pusat Kesehatan

Masyaraka merupakan landasan hukum dalam penyelenggaraaan Puskesmas, yang

merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang

bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indinesia Sehat. Kecamatan

sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui

pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan

perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang

bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajad kesehatan yang setinggi-

tingginya. Indikator kecamatan sehat adalah lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan

pelayanan kesehatan yang bermutu, serta derajad kesehatan penduduk kecamatan

2. Permasalahan

Kemudahan akses terhadap fasilitas kesehatan menjadi kebutuhan primer bagi seluruh

masyarakat. Pemerintah sangat mendorong pihak swasta untuk membantu program pemerintah

dalam mewujudkan masyarakat dan lingkungan yang sehat. Kesadaran masyarakat yang semakin

tinggi terhadap pentingnya kesehatan merupakan salah satu alasan bahwa kebutuhan terhadap

kesehatan juga semakin meningkat, selain itu masyarakat akan semakin pandai untuk memilih

mana yang terbaik dan sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Banyaknya sarana kesehatan

swasta baik rumah sakit dan klinik yang berupaya untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan

merupakan salah satu bukti respon terhadap keinginan dan kebutuhan masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan

Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan pokok yaitu apakah hukum,

baik perdata maupun administrasi dapat serta merta diterapkan dalam kasus-kasus yang terjadi

antara dokter, pasien dan fasilitas pelayanan kesehatan (Klinik dan Puskesmas) ?

Pembahasan

Klinik dan Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar

dan/atau spesialistik, yang memberikan pelayanan bersfat preventif, promotif, kuratif, dan

rehabilitatif Berdasarkan jenis pelayanan, Klinik dibagi menjadi Klinik pratama dan

Klinik utama. Klinik pratama merupakan Klinik yabg menyelenggarakan pelayanan medik dasar,

Klinik utama merupakan Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialitik atau

pelayanan medik dasar dan spesialistik

Klinik dapat dimilki oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau

masyarakat. Klinik yang dimiliki oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus ddirikan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Klinik yang dimiliki oleh masyarakat yang

menyelenggarakan rawat jalan dan rawat inapdapat didirikan oleh perorangan atau badan usaha

Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas, adalah organisasi

fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata,

dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan

menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya

yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan

dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajad

kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.

Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerakpembangunan berwawasan

kesehatan, puasat pemberdayaan keluarga dan masyarakat, dan sebagai pusat pelayanan

kesehatan strata pertama. Program pokok (basic six) pada Puskesmas meliputi program promosi

kesehatan, program kesehatan lingkungan, program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)/KB,

program prbaikan gizi masyarakat, program Pemberantasan Penyakt Menular (P2M), dan

program pengobatan

Aspek Hukum Penyelenggaraan Klinik

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28H dan Pasal 34

ayat (3)

2. Undang_Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara

Tahun 2004 Nomor 116. Tambahan Lembaan Negara Nomor 4431)

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Tahun 2004 Nomor 125. Tambahan Lembaran Negara Nomor 4457),

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

(Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59. Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844)

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pperlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140. Tambahan Lembaran Negara

Nomor 5059)

4. Undang_Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun

2009 Nomor 144. Tambahan Lembaan Negara Nomor 5063)

5. Peratuan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran

Negara Tahun 1996 Nomor 49. Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637)

6. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan

Tindakan Kedokteran

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan

Kesehatan Perorangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 122)

9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik

Aspek Hukun Penyelenggaraan Puskesmas

3. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28H dan Pasal 34

ayat (3)

4. Undang_Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun

2009 Nomor 144. Tambahan Lembaan Negara Nomor 5063)

5. Peratuan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran

Negara Tahun 1996 Nomor 49. Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637)

6. Peratuan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82. Tambahan Lembaran Negara Nomor 8737)

7. Peratuan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan

(Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 126. Tambahan Lembaran Negara Nomor 5542)

8. Peratuan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran

Negara Tahun 1996 Nomor 49. Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637)

9. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional

10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 &ahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyaraka

Pelayanan kesehatan adalah hubungan segitiga antara tenaga kesehatan, pasien dan

sarana kesehatan dan dari hubungan segitiga ini terbentuk hubungan medik dan hubungan

hukum. Hubungan medik dilaksanakan upaya kesehatan preventif, kuratif, promotif dan

rehabilitatif. Sedangkan hubungan hukum yang terbentuk antara ketiga komponen itu adalah

hubungan antara subyek hukum dengan subyek hukum.

Hubungan Hukum

Hubungan hukum adalah ikatan antara subyek hukum dengan subyek hukum.

Hubungan hukum ini selalu meletakkan hak & kewajiban yang timbal balik, artinya hak subyek

hukum yang satu menjadi kewajiban subyek hukum yang lain, demikian pula sebaliknya.

Hubungan hukum di dalam bidang hukum perdata dikenal sebagai perikatan (verbintenis).

Subyek Hukum

Hukum menentukan tentang adanya dua subyek hukum: subyek hukum

pribadi yaitu manusia dan subyek hukum yang diakui oleh hukum yaitu badan hukum.   Manusia

adalah subyek hukum, sejak dilahirkan sampai meninggal dunia.

Pasien dan dokter adalah subyek hukum pribadi dan Klinik dan Puskesmas adalah

subyek hukum badan hukum. Hubungan hukum yang terbentuk diberi nama perikatan

(verbintenis), & hukum melalui Pasal 1233 KUHPer menentukan ada dua macam perikatan yang

terbentuk yaitu perikatan yang lahir baik karena perjanjian & baik karena UU.

Hubungan hukum antara dokter, pasien dan fasilitas pelayanan kesehatan (Klinik

dan Puskesmas) berbentuk perikatan untuk berbuat sesuatu, yang dikenal sebagai jasa pelayanan

kesehatan. Pasien adalah pihak penerima jasa pelayanan kesehatan dan dokter serta fasilitas

pelayanan kesehatan (Klinik dan Puskesmas) adalah pihak-pihak pemberi jasa pelayanan

kesehatan, yaitu untuk berbuat sesuatu yakni mengupayakan kesembuhan pasien.

Hubungan hukum hanya menentukan tiga macam prestasi, tidak memberikan tentang bentuk

prestasi yang diberikan

Perikatan (Verbintenis)

Dituliskan di atas bahwa hukum menentukan ada dua macam perikatan yang lahir karena

perjanjian & lahir karena UU. Perikatan yang lahir karena perjanjian lebih banyak terbentuk

dibandingkan dengan perikatan yang lahir karena UU. Terbentuknya perikatan antara para pihak,

baik yang lahir karena perjanjian mau pun yang lahir karena UU meletakkan hak & keweajiban

yang timbal balik.

Hubungan Hukum Dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan (Klinik dan Puskesmas

Hubungan dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan (Klinik dan Puskesmas), menurut

hukum terdapat dua macam hubungan. Hubungan pertama terdapat hubungan ketenagakerjaan,

yakni dokter adalah pegawai fasilitas pelayanan kesehatan (Klinik dan Puskesmas), dalam arti

ada hubungan antara pemberi kerja dan penerima kerja (istilah hubungan buruh dengan majikan).

Pola hubungan hukum seperti ini, dokter disebut sebagai “dokter in” dari fasilitas pelayanan

kesehatan (Klinik dan Puskesmas) .

Dokter yang pegawai fasilitas pelayanan kesehatan (Klinik dan Puskesmas), harus tunduk

kepada seluruh peraturan tentang ketenagakerjaan. Hak dan kewajiban yang timbal balik antara

pemberi kerja dan penerima kerja, selain diatur baik di dalam perundangan ketenagakerjaan, juga

diatur di dalam KHUPdt.

Terdapat hubungan lain antara dokter dengan fasilitas pelayanan kesehatan (Klinik dan

Puskesmas), yakni dokter bukan pegawai dari fasilitas pelayanan kesehatan (Klinik dan

Puskesmas), antara dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan (Klinik dan Puskesmas) terdapat

perikatan yang lahir karena perjanjian. Inti dari perjanjian itu, dokter dapat menggunakan

fasilitas fasilitas pelayanan kesehatan (Klinik dan Puskesmas), pada saat dokter dan pasien

terdapat hubungan hukum pelayanan kesehatan. Pola hubungan hukum kedua ini, yakni

terbentuk hubungan antara dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan (Klinik dan Puskesmas)

berdasarkan perjanjian, seluruhnya diatur dengan peraturan yang ada di dalam KUHPer, tidak

berlaku peraturan tentang ketenagakerjaan. Dokter adalah “dokter out”, yang hanya

menggunakan fasisitas yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan (Klinik dan Puskesmas),

sebagai misal fasilitas rawat jalan dan atau fasilitas rawat inap yang dipunyai oleh fasilitas

pelayanan kesehatan (Klinik dan Puskesmas)

Konsekuensi dari kedua macam hubungan hukum antara dokter dan fasilitas pelayanan

kesehatan (Klinik dan Puskesmas), adanya perbedaan dalam hal ada gugatan dari pasien. Pada

pola hubungan hukum yang pertama, pasien dapat menggugat fasilitas pelayanan kesehatan

(Klinik dan Puskesmas), karena berdasarkan ketentuan di dalam KHUPdt, melalui Pasal 1367,

yang menentukan bahwa majikan bukan hanya bertanggungjawab atas kesalahan yang

dilakukannya, tetapi juga bertanggungjawab atas kesalahan yang dilakukan oleh bawahannya.

Namun Pasal ini seringkali disalahartikan, bahwa kalau menjadi bawahan & melakukan

kesalahan, tidak perlu bertanggungjawab, karena majikan akan membayar gugatan ganti rugi atas

kesalahan yang dibuatnya. Tentunya bukan begitu arti dari ketentuan Pasal 1367 KUHpdt itu,

artinya pasien tidak perlu sudah-susah menggugat dokter yang bawahan fasilitas pelayanan

kesehatan (Klinik dan Puskesmas), tetapi dia dapat menggugat fasilitas pelayanan kesehatan

(Klinik dan Puskesmas) yang menjadi majikan dokter.

Sedangkan antara dokter dengan fasilitas pelayanan kesehatan (Klinik dan Puskesmas),

tentunya terdapat perjanjian tersendiri mengenai pembayaran ganti rugi, kalau tidak

diperjanjikan, maka dokter harus membayar kembali ganti rugi yang telah dibayarkan oleh

fasilitas pelayanan kesehatan (Klinik dan Puskesmas) kepada pasien. Pada dasarnya setiap orang

yang melakukan kesalahan dan kesalahan itu menimbulkan kerugian bagi pasien, harus

membayar ganti rugi.

Pada pola hubungan yang kedua, yakni dokter adalah “dokter out”, apabila dokter

melakukan kesalahan dan kesalahan itu menimbulkan kerugian bagi pasien, maka pasien harus

menggugat dokter secara langsung, dalam arti fasilitas pelayanan kesehatan (Klinik dan

Puskesmas) tidak dapat dimintakan tanggungjawabnya, sebab tidak ada aturan hukum yang

mengharuskan fasilitas pelayanan kesehatan (Klinik dan Puskesmas) membayar ganti rugi atas

kesalahan yang diperbuat oleh dokter out.

Hubungan Hukum fasilitas pelayanan kesehatan (Klinik dan Puskesmas) dan Pasien

Fasilitas pelayanan kesehatan (Klinik dan Puskesmas) adalah sarana kesehatan,

mempunyai fungsi selain memberikan pelayanan rawat jalan juga pelayanan rawat inap kepada

pasien. Hubungan hukum yang timbul antara fasilitas pelayanan kesehatan (Klinik dan

Puskesmas) dan pasien tergantung dari hubungan antara dokter dengan fasilitas pelayanan

kesehatan (Klinik dan Puskesmas)

Kesimpulan