Presentasi 1

21
DISTOSIA KELAINAN HIS O L E H Dr cut elfina zuhra,spog

description

bbvvcciyrd

Transcript of Presentasi 1

  • DISTOSIA KELAINAN HISDr cut elfina zuhra,spog

  • Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia karena kelainan tenaga (his) adalah his yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga menghambat kelancaran persalinan.

    Baik tidak nya his dinilai dengan :1. Kemajuan persalinan2. Sifatnya his : frekwensi, kekuatan dan lamanya his.3. Kekuatan his4. Besarnya caput succedeneum.

  • His itu diketahui kurang kuat kalau :1. Terlalu lemah2. Terlalu pendek3. Terlalu jarang

    Menurut WHO (The Partograph, WHO, 1988) his dinyatakan memadai bila terdapat his yang kuat sekurang-kurangnya 3 kali dalam kurun waktu 10 menit dan masing-masing lamanya >40 detik.

  • JENIS-JENIS KELAINAN HISINERSIA UTERITETANIA UTERI (HYPERTONIC UTERINE CONTRACTION)AKSI UTERUS INKOORDINASI (INCOORDINATE UTERINE ACTION)

  • INERSIA UTERIAdalah pemanjangan fase laten atau fase aktif atau kedua-duanya dari kala pembukaan. Pemanjangan fase laten dapat disebabkan oleh serviks yang belum matang atau karena penggunaan analgetik yang terlalu dini.

  • Penggunaan analgetik terlalu cepatKesempitan panggulLetak defleksiKelainan posisiRegangan dinding rahim (hidramnion, kehamilan ganda) Perasaan takut dari ibu.Etiologi

  • Inersia uteri dapat menyebabkan kematian atau kesakitan.2. Kemungkinan infeksi bertambah dan juga meningkatnya kematian perinatal.3. Kehabisan tenaga ibu dan dehidrasi tandanya denyut nadi naik, suhu meninggi, asetonuria, napas cepat, meteorismus, dan turgor berkurang.Penyulit

  • Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin, turunnya bagian terbawah janin dan keadaan panggul.Penanganan

  • 2. Susun rencana menghadapi persalinan yang lamban ini- Apabila ada disproporsi sefalopelvic yang berarti, sebaiknya diambil keputusan untuk melakukan seksio sesaria.- Perbaiki keadaan umum penderita dan kandung kemih serta rectum dikosongkan.- Apabila kepala atau bokong janin sudah masuk kedalam panggul, penderita disuruh berjalan-jalan.- Pada waktu pemeriksaan dalam, ketuban boleh dipecahkan. - Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dextrosa 5%, dimulai dengan 12 tetes permenit, dinaikkan setiap 10-15 menit sampai 40-50 tetes/menitLanjutan..

  • Bila infus oksitosin diberikan, penderita harus diawasi dengan ketat dan tidak boleh ditinggalkan. Kekuatan dan kecepatan his, keadaan dan DJJ harus diperhatikan dengan teliti. Infus harus dihentikan kalau kontraksi uterus berlangsung lebih dari 60 detik, atau DJJ menjadi cepat atau pun lambat. Kalau 50 tetes tidak membawa hasil yang diharapkan, pemberiannya dihentikan, supaya penderita dapat beristirahat. Pada malam hari berikan obat penenang misalnya valium 10 mg dan esoknya dapat diulang lagi pemberian oksitosin drips.Lanjutan..

  • Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah, dan partus telah ber langsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi, sebaiknya partus segera diselesaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan adanya indikasi obstetrik lainnya (ekstraksi vakum atau forcep atau seksio sesaria). Lanjutan..

  • Pembagian inersia yang sekarang berlaku ialah :

    Inersia uteri hipotonis

    Kontraksi terkoordinasi tetapi lemah - Dengan CTG, terlihat tekanan yang kurang dari 15 mmHg. - Dengan palpasi his jarang dan pada puncak kontraksi dinding rahim masih dapat ditekan kedalam. - Kalau ketuban positif dilakukan pemecahan ketuban terlebih dahulu. Jika upaya ini tidak berhasil baru diberikan pitosin drip.

  • - Sebelum pemberian pitosin drip, kandung kencing dan rektum harus dikosongkan dan ditentukan pelvic score (bishop score/skor bisop). Cara pemberian oksitosin: dua satuan (2 I.U)oksitosin dilarutkan kedalam 500 cc glukosa 5%, diberikan sebagai infus dengan kecepatan awal 10 tetes /menit.

    - Pasien harus diobservasi dengan seksama : Bila ada, pemantauan sebaiknya dilakukan dengan CTG. Pemantauan ini sangat penting karena adanya gawat janin atau kontraksi uterus yang terlalu kuat dapat segera diketahui. Terapi

  • 2. Inersia Uteri Hipertonis

    Kontraksi tidak terkoordinasi, misalnya kontraksi segmen tengah lebih kuat dari segmen atas. Pasien biasanya sangat kesakitan. Inersia uteri hipertonis terjadi dalam fase laten. Tanda tanda gawat janin (fetal distress) cepat terjadi.

  • Pengobatan yang terbaik ialah petidin 50 mg atau tokolitik, seperti ritodine

    2.Mengingat bahaya infeksi intrapartum, kadang kadang dicoba juga oksitosin, tetapi dalam larutan yang lebih lemah. Namun jika his tidak menjadi baik dalam waktu yang tertentu, lebih baik dilakukan seksio sesarea.

    Terapi

  • HipotonisHipertonisKejadianSaat terjadinyaNyeriFetal distressReaksi terhadap oksitosinPengaruh sedatif4 % dari persalinanFase aktifTidak nyeriLambat terjadiBaik

    Sedikit1% persalinanFase latenNyeri berlebihanCepatTidak baik

    Besar

  • Tetania Uteri (Hypertonic Uterine Contraction)Adalah his yang terlampau kuat dan terlalu sering sehingga tidak ada relaksasi rahim. Hal ini dapat menyebabkan partus presipitatus yang dapat menyebabkan persalinan di atas kendaraan, dikamar mandi, dan tidak sempat dilakukan pertolongan. Akibatnya terjadilah luka-luka janin lahir yang luas pada serviks, vagina dan perineum, dan pada bayi dapat terjadi perdarahan intrakranial. Bila ada kesempitan panggul dapat terjadi ruptura uteri mengancam, dan bila tidak segera ditangani akan berlanjut menjadi ruptura uteri.

  • Berikan obat seperti morfin, luminal, dan sebagainya, asal janin tidak akan lahir dalam waktu dekat (4-6 jam) kemudian.

    2.Bila ada tanda tanda obstruksi, persalinan harus segera diselesaikan dengan seksio sesaria.

    3.Pada partus presipitatus tidak banyak yang bisa dilakukan karena janin lahir tiba-tiba dan cepat.Penanganan

  • Aksi Uterus Inkoordinasi (Incoordinate Uterine Action)Sifat his yang berubah-rubah, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antara kontraksi dan bagian-bagiannya. Jadi kontraksi tidak efisien dalam mengadakan pembukaan, apalagi dalam pengeluaran janin. Pada bagian atas dapat terjadi kontraksi tetapi bagian tengah tidak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya lingkaran kekejangan yang mengakibatkan persalinan tidak dapat maju.

  • Mengurangi rasa takut, cemas dan tonus otot, berikan obat-obat anti sakit dan penenang (sedativa dan analgetika) seperti morfin, petidin dan valium.

    2.Apabila persalinan sudah berlangsung lama dan berlarut larut, apalagi kalau ketuban sudah pecah, selesaikan lah partus menggunakan hasil pemeriksaan dan evaluasi, dengan ekstraksi vakum, forsep atau seksio sesaria. Penanganan

  • TERIMA KASIH

    *********************