Presen DirHPI

25
KEBIJAKAN PENANGANAN PENETAPAN BATAS WILAYAH INDONESIA DENGAN NEGARA TETANGGA MENGHADAPI ERA KOMUNITAS ASEAN 2015 Pertemuan Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah Bandung, 15 September 2011 Oleh: Linggawaty Hakim Direktur Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia

description

PDF

Transcript of Presen DirHPI

  • KEBIJAKAN PENANGANAN PENETAPAN BATAS WILAYAH INDONESIA DENGAN NEGARA TETANGGA MENGHADAPI ERA KOMUNITAS ASEAN 2015

    Pertemuan Badan Koordinasi Kehumasan PemerintahBandung, 15 September 2011

    Oleh: Linggawaty HakimDirektur Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional

  • Kerangka PaparanBorder Diplomacy ASEAN Security CommunityBatas wilayah RI dengan negara-negara ASEAN (Laut dan Darat)Penanganan ke depan

    *

  • BORDER DIPLOMACYKebijakan Pemri di dalam menetapkan perbatasan dan mengelola kawasan perbatasan (darat, laut dan udara) melalui kerjasama antar negara atas dasar prinsip-prinsip politik luar negeri RI dan hukum internasional yang berlaku Kementerian Luar Negeri sebagai leading sector dalam perundingan penetapan perbatasanMerupakan amanat dan kewajiban konstitusional yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah IndonesiaMenciptakan kepastian hukum tentang wilayah dan memberi ketegasan serta kepastian batas wilayah NKRIMenciptakan stabilitas pertahanan dan keamanan di kawasan, khususnya di wilayah Asia Tenggara (ASEAN)

    *

  • ASEAN SECURITY COMMUNITY

    Pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 mencakup pembentukan ASEAN Security Community yang bertujuan mempercepat kerjasama politik keamanan di ASEAN untuk mewujudkan perdamaian di kawasan, dan keamanan global.Deklarasi ZOPFAN 1971 di Kuala Lumpur: komitmen kerjasama yang pertama di bidang politik dan keamanan.Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC) 1976: menetapkan code of conduct guna mengatur hubungan antar negara ASEAN Salah satu kendala/ancaman bagi upaya menciptakan ASEAN Security Community adalah konflik perbatasan di antara negara-negara ASEAN

    *

  • BATAS WILAYAH RI DENGAN NEGARA-NEGARA ASEAN

    Indonesia mempunyai batas wilayah dengan 5 negara ASEAN:

    1. Malaysia (Batas Laut dan Darat)Singapura (Batas Laut)Viet Nam (Batas Laut)Filipina (Batas Laut)Thailand (Batas Laut)

    *

  • Pertimbangan dan alasan kepentingan nasional untuk menyelesaikan perbatasan:Amanat dan kewajiban konstitusional yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia,Menciptakan kepastian hukum tentang wilayah dan memberi ketegasan dan kepastian batas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,Menjamin pelaksanaan pengawasan, pengamanan dan penegakkan hukum dan kedaulatan negara serta perlindungan wilayah NKRI oleh aparat pertahanan negara dan aparat penegak hukum nasional.*

  • PERBATASAN MARITIM RI-NEGARA ASEAN (YANG SUDAH DISEPAKATI) RI-MAL

  • PERBATASAN MARITIM RI-NEGARA ASEAN (YANG SEDANG DIRUNDINGKAN) Batas Laut wilayahBatas Zona Ekonomi Eksklusif

    RI-SIN

  • Perundingan Batas Maritim Indonesia-Malaysia

    Perundingan telah dilakukan 19 (sembilam belas) kali sejak 2005. Terakhir dilaksanakan di Bali, 25 27 April 2011.

    Agenda perundingan:Segmen Laut Sulawesi (Laut wilayah, Landas Kontinen dan ZEE);Segmen Selat Malaka Selatan (Laut wilayah);Segmen Selat Singapura (Laut wilayah), danSegmen Selat Malaka dan Laut China Selatan (ZEE);*

  • Segmen Selat Malaka: ZEE

    Permasalahan: Perbedaan posisi garis ZEE.Posisi Malaysia: Garis batas ZEE sama dengan garis LK (perjanjian 1969).Posisi Indonesia:Proses penetapan garis batas ZEE dan LK harus dilakukan dengan cara yang berbeda mengingat berdasarkan ketentuan UNCLOS 1982, ZEE dan LK merupakan dua rezim yang berbeda.

    *

  • Segmen Selat Malaka Selatan (Laut Wilayah)

    Permasalahan: Pengaitan penyelesaian batas maritim di Selat Malaka Selatan dengan penentuan Provisional Common Point (PCP) di Laut Sulawesi.Segmen ini masih dalam pembahasan.

    *

  • Segmen Selat Singapura (Batam, Bintan, Johor),Permasalahan: Perbedaan posisi antara Indonesia dan Malaysia mengenai wilayah yang relevan untuk delimitasi Kedua negara sepakat untuk mempelajari lebih lanjut proposal masing-masing dan dibahas dalam pertemuan selanjutnya*

  • Segmen Laut China Selatan (ZEE)

    Permasalahan: Perbedaan posisi garis ZEE.Posisi Malaysia: Garis batas ZEE sama dengan garis LK (perjanjian 1969).Posisi Indonesia:Proses penetapan garis batas ZEE dan LK harus dilakukan dengan cara yang berbeda mengingat berdasarkan ketentuan UNCLOS 1982, ZEE dan LK merupakan dua rezim yang berbeda*

  • Segmen Laut Sulawesi:

    Tim teknis telah mencapai kesepakatan sementara sepanjang 12,6 Nm yang memasukkan Karang Unarang sebagai wilayah Indonesia. Kelanjutan garis batas laut wilayah masih dibahas di tim teknis. Pembahasan sangat rumit karena terkait wilayah konsesi minyak yang pernah digarap Indonesia.Pembahasan mengenai batas ZEE dan Landas Kontinen akan sangat rumit karena menyangkut konsesi minyak di kawasan Ambalat.

    *

  • I. UmumBatas Darat Indonesia-MalaysiaSejak tahun 1975, Indonesia dan Malaysia telah melakukan proses perundingan peanetapan batas darat di wilayah Kalimantan, untuk memperbaharui batas darat yang didasarkan pada traktat antara negara kolonial Inggris dan Belanda.

    Sampai dengan tahun 2001 telah diselesaikan demarkasi batas sepanjang 2004 km (sektor timur 371 km dan sektor barat 1633 km). Pada tahun 2011, kedua negara tengah melaksanakan proses kompilasi dan pembandingan data demarkasi dan survei mengenai tugu/pilar batas.

    Berbagai masalah perbatasan darat antar kedua negara telah dibahas dalam pertemuan Joint Indonesia-Malaysia Technical Boundary Committee, yang akan mengadakan pertemuan berikutnya di Surabaya pada tanggal 19-20 Oktober 2011.

    *

  • Terdapat 4 (empat) segmen Laut Wilayah:Segmen Tengah dan Segmen Barat sudah selesaiSegmen Timur 1 (wilayah Batam Changi) Perundingan Segmen Timur 1 telah dimulai pada bulan Juni 2011 Segmen Timur 2 (wilayah sekitar Bintan South Ledge/Middle Rock/Pedra Branca) menunggu perundingan Malaysia-Singapura mengenai status kepemilikan South Ledge.

    *

    Indonesia-Singapura

  • Indonesia dan Viet Nam telah menyelesaikan perjanjian batas Landas Kontinen pada tahun 2003.Permasalahan batas maritim antara Indonesia dan Viet Nam yang masih harus dirundingkan adalah penetapan garis batas ZEE.Pertemuan pertama untuk membahas garis batas ZEE telah dilangsungkan pada bulan Mei 2010 di Hanoi dan telah dilanjutkan pada pertemuan terakhir bulan Juli 2011 di Hanoi. Kedua negara kini tengah menjajaki untuk mempelajari proposal garis batas ZEE masing-masing.

    *Indonesia-Viet Nam

  • Proses perundingan batas maritim RI Filipina yang dilakukan sampai dengan tahun 2007 telah mencapai kemajuan yang signifikan dengan dihasilkannya kesepakatan atas garis batas diantara kedua Tim Teknis Perunding.Saat ini proses perundingan masih tertunda karena persoalan internal di pihak Filipina, yaitu dikeluarkannya Republic Act No. 9522 bulan Maret 2009, yang berisikan perubahan dari penetapan titik-titik dasar garis pangkal (baseline) negara kepulauan Filipina, yang sebelumnya ditetapkan dalam Republic Act No. 3046 tahun 1961 dan Republic Act No. 5446 tahun 1968.*Indonesia-Filipina

  • *

    Pada kesempatan pertemuan bilateral tingkat kepala negara antara RI-Filipina yang diselenggarakan pada tanggal 8 Maret 2011, Menteri Luar Negeri kedua negara telah menandatangani Joint Declaration between the Republic of Indonesia and the Republic of the Philippines concerning Maritime Boundary Delimitation, yang intinya:

    - Mempercepat proses penyelesaikan penetapan batas maritim RI-Filipina sesuai dengan ketentuan UNCLOS 1982; - Menginstruksikan Tim Teknis Bersama Penetapan Batas Maritim antara Republik Indonesia dan Republik Filipina untuk bertemu dalam waktu yang secepat mungkin

  • Batas Landas Kontinen telah diselesaikan. Batas ZEE masih dirundingkan.Pertemuan penjajagan awal telah dilaksanakan tanggal 25 Agustus 2010 di Bangkok.Thailand masih memerlukan konsultasi dengan parlemen untuk berunding.*Indonesia-Thailand

  • Isu Perbatasan di ASEANNegara-negara ASEAN saling berbatasan, baik di wilayah maritim maupun darat.Kompleksitas permasalahan dalam penetapan batas wilayah menimbulkan potensi konflik antar negara-negara ASEAN.Isu Laut China Selatan menambah kemungkinan potensi konflik di antara negara-negara ASEAN.*

  • Peranan Indonesia

    Berperan aktif membantu penyelesaian sengketa perbatasan Thailand-Kamboja;Inisiatif selenggarakan workshop mengenai Laut China Selatan sebagai forum yang memfasilitasi exchange of views dan confidence building measures guna menghindarkan konflik di Laut China Selatan.Mendorong tercapainya ASEAN Security Community pada tahun 2015.*

  • I. UmumPENANGANAN KE DEPANIntensifikasi perundingan tim teknis delimitasi perbatasan guna ciptakan batas wilayah yang jelas, yang akan memberikan kontribusi signifikan terhadap stabilitas pertahanan dan keamanan ASEAN, dan terciptanya ASEAN Security Community.Menjunjung tinggi semangat kerjasama dan persahabatan dalam menetapkan batas wilayah negara sesuai dengan hukum internasional (the United Nations Convention on the Law of the Sea 1982), yurisprudensi serta praktik-praktik negara.

  • I. UmumThe ASEAN way dgn prinsip non-intervensi dipandang kurang efektif, perlu ubah paradigma: bukan saja mampu mencegah konflik tetapi juga mampu menyelesaikan konflik.Perlu ada mekanisme regional utk selesaikan konflik internal melalui penyelesaian sengketa secara damai.Kerjasama regional dgn pihak lain i.e. ASEAN-China yang menghasilkan DoC (Declaration of Conduct) di Laut China Selatan sebagai confidence building measures perlu dikembangkan guna hindarkan ekskalasi potensi konflik di kawasan.

  • TERIMA KASIH

    Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional

    www.kemlu.go.id+62 21 384 9618 +62 21 354154

    *