Preoperatif merupakan fase dimana dimulainya keputusan untuk menjalani operasi atau pembedahan...

5
Definisi Demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. 1,2,3 - Etiologi Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi (S. typhi) , basil gram negatif, berflagel, dan tidak berspora. S. typhi memiliki 3 macam antigen yaitu antigen O (somatik berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen Vi. Dalam serum penderita demam tifoid akan terbentuk antibodi terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman ini tumbuh dalam suasana aerob dan fakultatif anaerob. Kuman ini mati pada suhu 56ºC dan pada keadaan kering. Di dalam air dapat bertahan hidup selama 4 minggu dan hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu. 1

description

Preoperatif merupakan fase dimana dimulainya keputusan untuk menjalani operasi atau pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi. Pengelolaan preoperatif sebaiknya dilakukan untuk memantapkan hubungan dokter dengan pasien. Penting untuk mendapatkan riwayat penyakit pasien dan melakukan pemeriksaan yang benar untuk menilai kesehatan medis dan surgikal pasien, khususnya untuk menilai derajat berat suatu penyakit sistemik dan resiko morbiditas perioperatif. Untuk kasus-kasus elektif, kita harus dapat memanfaatkan kesempatan untuk mengoptimalkan kondisi medis pasien untuk meminimalisasi morbiditas perioperatif. Pasien sebaiknya diberi penjelasan yang singkat dan tepat mengenai prosedur dan resikonya, menjawab pertanyaan mereka dan diharapkan dapat mengurangi ketakutan dan kecemasan mereka tujuannya adalah untuk menyampaikan informasi yang benar dengan cara yang menenangkan. Jika perlu dapat diresepkan medikasi preoperatif.Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait, di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif. Ada 3 faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tindakan pembedahan adalah hal yang baik atau benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah penting untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah-langkah perioperatif. Tujuan evaluasi preoperatif sendiri adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat sesuai kondisi pasien saat ini, riwayat medis sebelumnya, menyimpulkan resiko intraoperatif dan optimalisasi medis yang dibutuhkan. Penyakit dasar, komplikasi, serta sindrom yang diderita dapat mempengaruhi penanganan preoperatif anestesi, sehingga dokter anestesi harus memahami berbagai aspek pengetahuan klinis bidang penyakit dalam. Penderita memerlukan diagnosa preoperatif, pemeriksaan laboratorium yang sesuai dengan riwayat penyakitnya, rencana tindakan bedah, dan kemungkinan banyaknya kehilangan darah selama operasi. Edukasi preoperatif dan diskusi pribadi pasien dengan dokter anestesi, dapat menurunkan kecemasan dan ketakutan pasien tentang proses anestesi preoperatif. Dengan melakukan evaluasi klinis, evaluasi analisa preoperatif dapat meningkatkan efisiensi kamar bedah, menurunkan pembatalan dan keterlambatan jadwal hari pembedahan, mengurangi biaya rawatan, dan meningkatkan kualitas rawat pasien.Tujuan utama dari evaluasi preoperatif adalah untuk menekan angka morbiditas atau mortalitas sehingga komplikasi dari tindakan anestesi dapat dicegah. Evaluasi preoperatif meliputi semua pemeriksaan yang dilakukan sebelum anestesi yaitu anamnesa, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.

Transcript of Preoperatif merupakan fase dimana dimulainya keputusan untuk menjalani operasi atau pembedahan...

DefinisiDemam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.1,2,3-EtiologiDemam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi (S. typhi), basil gram negatif, berflagel, dan tidak berspora. S. typhi memiliki 3 macam antigen yaitu antigen O (somatik berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen Vi. Dalam serum penderita demam tifoid akan terbentuk antibodi terhadap ketiga macam antigen tersebut.

Kuman ini tumbuh dalam suasana aerob dan fakultatif anaerob. Kuman ini mati pada suhu 56C dan pada keadaan kering. Di dalam air dapat bertahan hidup selama 4 minggu dan hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu.1

EpidemiologiDemam tifoid dan paratifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di Asia, Afrika, Amerika Latin Karibia dan Oceania, termasuk Indonesia. Penyakit ini tergolong penyakit menular yang dapat menyerang banyak orang melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut data pada tahun 3002 sekitar 16 juta per tahun, 600.000 di antaranya menyebabkan kematian. Di Indonesia prevalensi 91% kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah umur 5 tahun. Ada dua sumber penularan S.typhi : pasien yang menderita demam tifoid dan yang lebih sering dari carrier yaitu orang yang telah sembuh dari demam tifoid namun masih mengeksresikan S. typhi dalam tinja selama lebih dari satu tahun.2,3,4

PatogenesisInfeksi S.typhi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus kemudian melalui pembuluh limfe masuk ke peredaran darah sampai di organ-organterutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk kembali ke dalam darah ( bakteremia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak pada mukosa diatas plaque peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin yang dieksresikan oleh basil S.typhi sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada ususGejala KlinisGejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-14 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan lemas dan lesu, nyeri kepala, pusing, dan tidak bersemangat. Kemudian disusul gejala klinis, yaitu :1. DemamPada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari. Pada minggu kedua penderita terus berada dalam keadaan demam.Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.2. Gangguan saluran pencernaanPada penderita demam tifoid dapat ditemukan bibir kering dan pecah-pecah. Lidah ditutupi selaput putih kotor dengan pinggir hiperemis, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada peraban. Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.3. Gangguan kesadaranUmumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah. Diasmping gejala-gejala yang biasa ditemukan tersebut kadang-kadang ditemukan pula gejala lain roseola pada punggung dan ekstremitas dan bradikardia pada anak besar.

RelapsRelaps atau kambuh merupakan keadaan berunlangnya gejala penyakit tifus abdominalis, akan tetapi berlangsung lebih ringan dan lebih singkat. Biasanya terjadi dalam minggu kedua setelah suhu badan normal kembali.

DiagnosisDiagnosis dapat dibuat dari anamnesis berupa demam, gangguan gastrointestinal dan mungkin disertai perubahan atau gangguan kesadaran. Untuk memastikan diagnosis tersangka demam tifoid maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium sebagai berikut : Darah TepiAnemia pada umumnya terjadi karena supresi sumsum tulang, defisiensi Fe, atau perdarahan usus. Leukopenia yang jarang kurang dari 3000/L. Limfositosis relatif dan aneosinofilia pada permulaan sakit. Trombositopeni pada demam tifoid berat SerologiSerologi widal untuk membuat diagnosis yang diperlukan adalah titer terhadap antigen O dengan kenaikan titer 1/200 atau 4 kali titer fase akut ke fase konvalesens Biakan SalmonelaBiakan darah terutama pada minggu I perjalanan penyakit. Kultur tinja terutama pada minggu II perjalanan penyakit.

Pengobatan1. Medikamentosa AntibiotikKloramfenikol 50-100 mg?kgBB/hari, oral atau iv, dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari. Amoksisilin 100mg/kgBB/hari,oral selaama 10 hari. Kotrimoksazol 6mg/kgBB/hari, oral. Dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari. Seftriakson 80 mg/kgBB/hari, iv atau im, sekali sehari selama 5 hari. Sefiksim 10 mg/kgBB/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari. Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaranDeksametasin 1-3mg/kgBB/hari iv, dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik Antipiretik2. Suportif Tirah baring Isolasi yang memadai Kebutuhan cairan dan kalori yang cukup Diet rendah serat dan mudah dicernaPrognosisUmumnya prognosis demam tifoid baik asal cepat mendapat pengobatan. Prognosa menjadi buruk jika gejala klinis yang berat, seperti : Hipereksia Kesadaran menurun Malnutrisi Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, peritonitis, bronkopneemonie, dll.