Preliminary Design
-
Upload
joko-sudirmanns-s -
Category
Documents
-
view
235 -
download
13
Transcript of Preliminary Design
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
1
Abstrak- Modifikasi gedung hotel clarion pada convention hall
Makassar ini diajukan untuk penyusunan tugas akhir karna gedung
tersebut diasumsikan akan di bangun di daerah Ulumbu Satarmese,
Kab. Manggarai Nusa Tenggara Timur wilayah gempa 5 yang
memiliki resiko gempa tinggi dengan menggunakan Sistem ganda
(dual system ) dari 4 lantai menjadi 12 lantai. Penerapan contoh
desain struktur bangunan yang melibatkan Sistem Rangka Pemikul
Momen Khusus (SRPMK) dan Dinding Struktur Khusus (DSK)
sebagai suatu sistem yang dikenal dengan Sistem Ganda (SG) yang
dikenai gempa kuat di daerah resiko gempa tinggi.
Dual System adalah salah satu sistem struktur yang beban
gravitasinya dipikul sepenuhnya oleh space frame, sedangkan beban
lateralnya dipikul bersama oleh space frame dan shearwall. Space
frame sekurang-kurangnya memikul 25% dari beban lateral dan
sisanya dipikul oleh shearwall. Dan hal tersebut harus dibuktikan dari
kontrol hasil analisis struktur bahwa prosentase dari SRPM untuk
semua kombinasi pembebanan gempa selalu nilainya lebih besar
daripada 25%, sehingga konfigurasi struktur gedung harus memenuhi
syarat sebagai struktur Dual System
Perhitungan penulangan pada struktur gedung hotel clarion
ini dilakukan dengan mengacu pada SNI 03-2847-2002 tentang
perhitungan struktur beton dan Tata cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Bangunan Gedung SNI 03 – 1726 – 2002.
PENDAHULUAN
Keadaan asli sebelum dimodifikasi Gedung hotel Clarion dan
Convention Hall Makassar dibagi menjadi 2 bagian yaitu hotel
clarion mempunyai 10 lantai dan convention call Makassar
mempunyai 4 lantai. Kedua gedung tersebut menjadi satu gedung
sehingga terdapat perbedaan ketinggian. Gedung tersebut terletak di
wilayah gempa 2 yang memiliki resiko gempa yang rendah dan
gedung tersebut dibangun dengan menggunakan beton bertulang
biasa dengan sistem cor di tempat. Perhitungan penulangan pada
struktur gedung hotel clarion ini dilakukan dengan mengacu pada
SNI 03-2847-2002 [1], [2] tentang perhitungan struktur beton dan
Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung
SNI 03 – 1726 – 2002 [3] .
Modifikasi gedung hotel clarion pada convention hall
Makassar ini diajukan untuk penyusunan tugas akhir karna gedung
tersebut diasumsikan akan di bangun di daerah Ulumbu Satarmese,
Kab. Manggarai Nusa Tenggara Timur wilayah gempa 5 yang
memiliki resiko gempa tinggi dengan menggunakan Sistem ganda
(dual system ) dari 4 lantai menjadi 12 lantai. Penerapan contoh
desain struktur bangunan yang melibatkan Sistem Rangka Pemikul
Momen Khusus (SRPMK) dan Dinding Struktur Khusus (DSK)
sebagai suatu sistem yang dikenal dengan Sistem Ganda (SG) yang
dikenai gempa kuat di daerah resiko gempa tinggi [4]
METODE
Penjelasan Diagram Alur Perencanaan
Dari Diagram alir di atas dapat dijelaskan metodologi yang dipakai
dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
A. Pengumpulan, Pencarian Data dan Studi Literatur
a. Pengumpulan dan pencarian data untuk perancangan gedung,
meliputi:
Jurnal, Internet, dan penelitian (Diperlukan u/ mengisi pada
tinjauan pustaka)
Gambar Rencana
Data Tanah
b. Studi Literatur
Mempelajari literatur yang berkaitan dengan perancangan dan
peraturan-peraturan yang dipakai pada perencanaan struktur gedung
hotel clarion dan convention hall yang diasumsikan dibangun di
Ulumbu Satarmese, Kab. Manggarai Nusa Tenggara Timurantara
B. Pemilihan Kriteria Desain
Modifikasi gedung hotel clarion ini diajukan untuk penyusunan
tugas akhir karna gedung tersebut diasumsikan akan di bangun di
daerah Ulumbu Satarmese, Kab. Manggarai Nusa Tenggara Timur
wilayah gempa 5 yang memiliki resiko gempa tinggi dengan
menggunakan Sistem ganda (dual system ). Struktur atap memakai
struktur beton,. Pondasi menggunakan tiang pancang.
Data-data Perencanaan
Tipe bangunan : Perhunian ( 12 lantai )
Letak bangunan : Dekat dari pantai
Zone gempa : Zone 5
Tinggi bangunan : 43 m
Lebar bangunan : 48 m
Panjang bangunan : 69 m
Mutu beton (fc’) : 35 MPa
Mutu baja (fy) : 400 MPa
C. Desain Struktur Skunder
a. Plat (slab)
1. Perhitungan dimensi plat dua arah berdasarkan SNI
03-2847-2002 Ps 11.5 butir 3 sub butir (3) [1], [2] Perencanaan Dimensi Plat
Perhitungan dimensi pelat dua arah berdasarkan SNI 03 –
2847 - 2002 pasal 11.5.3.2 [1], [2] bagi tebal plat sebagai
berikut :
2,0536
15008.0
1
m
n
fyL
h
MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL CLARION DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA
UNTUK DIBANGUN DI DAERAH NUSA TENGGARA TIMUR
Eko sihono*; I Gusti Putu Raka**; DjokoUntung **
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: [email protected] ; [email protected]
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
2
tidak boleh kurang dari 120mm 0.2 ≤ αm ≤ 2
936
15008.0
2
fyL
h
n
tidak boleh kurang dari 90 mm αm > 2
Pembebanan Pelat Lantai
Sebelum komposit
Perhitungan Penulangan Pelat Sebelum Komposit
Akibat Pengangkatan Peraturan PCI [7] Setelah komposit
Tangga
Syarat perencanaan tangga :
perbandingan tinggi tangga dengan energi yang dibutuhkan,
disesuaikan dengan panjang langkah orang dewasa 2 61 sampai 64t i Di mana :
t = tinggi injakan
i = lebar injakan
D. Desain Awal.
a. Perencanaan Dimensi Balok
Penentuan tinggi balok minimum (hmin) dihitung
berdasarkan SNI 03-2847-2002 Ps. 11.5.2.3. Tabel 8 [1], [2] di mana bila persyaratan ini telah dipenuhi maka tidak
perlu dilakukan kontrol terhadap
lendutan. untuk fy selain 400, nilainya harus
dikalikan dengan (0,4 +
b. Perencanaan Dimensi Kolom
Preliminary design kolom sesuai dengan SNI 03 – 2847 –
2002 Ps. 12.8. [1], [2] Pada perencanaan kolom
direncanakan menggunakan kolom yang mengalami
pembebanan paling besar atau dengan tributary area
terbesar. Komponen kolom maupun dinding struktur paling
bawah dianggap terjepit penuh.
c. Perencanaan Dimensi Shearwall
Preliminary design Shearwall. Menurut SNI 03 – 2847 –
2002 Ps. 16.5.3.1 [1], [2] bahwa ketebalan dinding
pendukung tidak boleh kurang dari :
a. 1/25 tinggi dinding yang ditopang secara lateral
b. 1/25 panjang bagian dinding yang ditopang secara
lateral
Dari 2 syarat tersebut diambil yang terkecil dan tidak
boleh kurang dari 100 mm. Sedangkan pada pasal
16.5.3(2) bahwa ketebalan dinding luar dinding bawah
tanah tidak boleh kurang daripada 190mm.
E. Pembebanan
a. Beban Mati (DL) (PPIUG 1983)
Berat material bangunan tergantung dari jenis bahan bngunan
yang dipakai.Contoh berat sendiri bahan bangunan dan
komponen gedung berdasarkan PPIUG 1983 Tabel 2.1 [5] adalah:
1. Baja = 7850 kg/m3
2. Batu alam = 2600 kg/m3
3. Beton bertulang = 2400 kg/m3
4. Pasangan bata merah = 1700 kg/m3
Beban mati tambahan adalah beban yang berasal dari finishing
lantai (keramik, plester), beban dinding dan beban tambahan
lainnya.
b. Beban Hidup (LL) (PPIUG 1983)
Contoh Beban hidup berdasarkan fungsi ruangan dari Tabel 3.1
PPIUG 1983. [5]
1. Parkir = 400 kg/m2
2. Parkir lantai bawah = 800 kg/m2
3. Lantai kantor = 250 kg/m2
4. Lantai sekolah = 250 kg/m2
5. Ruang pertemuan = 400 kg/m2
6. Ruang dansa = 500 kg/m2
7. Lantai olah raga = 400 kg/m2
8. Tangga dan bordes = 300 kg/m2
SNI 03-2847-2002 Pasal 11.2 [1],[2] memberikan
beberapa kombinasi untuk berbagai macam pembenan
antara lain : 1. U = 1,4 D
2. U = 1,2 D ± 1,6 L
3. U = 0,9 D ± 1,0 E
4. U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0
F. Analisis Struktur dengan menggunakan Program bantu
G. Analisa Gaya Dalam
Untuk analisa gaya dalam struktur sekunder (plat lantai)
dihitung secara manual, sedangkan reaksi perletakannya
ditransfer sebagai beban bagi struktur utama dengan
menggunakan bantuan program komputer, dimana beban-beban
input telah dikalikan dengan faktor-faktor pembebanan sesuai
SNI 03-2847-2002 .
H. Perancangan struktur primer
a. Balok
1. Perancangan Lentur dengan Tulangan Rangkap
Lentur tulangan rangkap merupakan salah satu metoda
atau cara perencanan tulangan lentur yang mana
kemampuan penampang untuk memikul lentur
merupakan kombinasi dari tulangan tarik (As) dan
tulangan tekan (As’) dikalikan lengannya.
Adapun langkahnya bisa dilakukan dengan melakukan
coba-coba garis netral (x) sampai dengan tulangan tarik
tidak mampu lagi untuk memikul momen akibat beban
luar, sehingga diperlukan adanya tulangan tekan.
Pada gambar 3.5 diperlihatkan diagram tegangan yang
akan digunakan sebagai acuan perhitungan balok.
Di dalam perancangan tulangan rangkap ini pada
prinsipnya penampang beton yang tertekan dibuat
sekecil mengkin dengan cara membuat posisi garis
netral yang letaknya lebih mendekati pada tulangan
tekan (As’) dengan tetap memperhatikan komposisi
tulangan tarik (As) dan tulangan tekan (As’).
Adapun langkah-langkah perancangan tulangan
rangkap sebagai berikut:
a. Ambil suatu harga x ≤ 0.75 xb
dfy
xb
600
600
b. Ambil Asc berdasarkan x rencana
fy
xfcA b
sc
'85.0 1
c. Menghitung Mnc
2
1 xdfAM yscnc
d. Menghitung Mn - Mnc
e. Apabila: Mn - Mnc > 0 Perlu tulangan tekan
Mn -Mnc < 0 Tidak perlu tulangan tekan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
3
ge MM5
6
gM
eM
b
trc
y
b
d
d
Kcf
f
d
l
...
'10
9
f. Bila perlu tulangan tekan maka:
"
' 2dd
MMTC ncn
s
g. Kontrol tulangan tekan leleh
ys f
x
df
600
"1'
leleh
ys f
x
df
600
"1'
tidak leleh
h. Menghitung tulangan tekan perlu dan tulangan tarik
tambahan
'.85.0'
''
cs
s
sff
CA
y
ssf
TA 2
i. Tulangan perlu
As = Asc + Ass
As’ = Ass’
j. Kontrol kekuatan
Mn > Mu
2. Perancangan Tulangan Geser
Cek Kondisi = dbfV cc .'.6
1
Persyaratan Geser:
1. uc VV 5,0
(tidak perlu tulangan geser,sehingga dipasang tulangan
praktis)
2. cV5,0 <
cu VV
(tulangan geser minimum)
3. cV5,0 < minVsVVu
(tulangan geser minimum)
4. dbfVVVV wccusc .'.3
1min
(perlu tulangan geser)
5. dbfVVdbfV wccuwcc .'.3
2.'3
1
(perlu tulangan geser)
Luas tulangan geser (Av) = 2
412 d ........untuk
sengkang 2 kaki
Jarak tulangan geser (S) =
s
yv
V
dfA
Dengan ketentuan :
S max < 2
d (SNI 03 – 2847 – 2002 Ps.13.5.4.1)
[1], [2]
S max < 600 m (SNI 03 – 2847 – 2002 Ps.13.5.4.1)
[1], [2]
b. Kolom
1. Pemeriksaan Persyaratan Strong Coloumn Weak Beam
Persyaratan ”strong coloumn weak beam”dipenuhi
dengan persamaan 121 (pasal 23.4.2).(2) SNI 03-
2847-2002) [1], [2]
adalah jumlah Mg+ dan Mg
- balok yang menyatu
dengan kolom, yang dapat dihitung dengan rumus
berikut
Mg = As.fy.(d-a/2)
dimana
bf
fAa
c
ys
'..85,0
. eM
karena pada balok yang menyatu pada kolom terdapat
pelat lantai yang menyatu juga , perhitungan Mg-,
mengikutsertakan tulangan pelat selebar b efektif.
diperoleh dengan bantuan diagram interaksi kolom
yaitu mencari momen yang dihasilkan dari kombinasi
beban aksial terkecil kolom atas dan kolom bawah.
2. Penulangan Transversal Kolom
Berdasarkan persyaratan minimum Peraturan SNI 03-2847-2002 pasal 23.4.4(4) [1], [2] penulangan
transversal khusus dibutuhkan sejarak o dari kedua ujung kolom, dimana:
o > hbalok
o > (1/6)ln kolom
o > 500 mm
Dan sesuai SNI 03-2847-2002 pasal 23.4.4.(2). [1],
[2] Spasi maksimum yang diijinkan untuk tulangan
transversal dalam jarak tersebut adalah :
S < ¼ dimensi terkecil komponen struktur
S< 6 x diameter tulangan longitudinal
Luasan penampang minimum tulangan transversal
(Ash) adalah yang terbesar dari kedua persamaan :
(SNI 03-2847-2002) pasal 23.4.4(1(b) [1], [2]
1
'.3,0
ch
g
yh
csh
A
A
f
fchSA
yh
csh
f
fchSA
'..09,0
Untuk daerah di luar o sesuai SNI 03-2847-2002
pasal 23.4.4(6 ) [1], [2], tulangan tranversal harus
dipasang dengan tidak melebihi 6 x diameter tulangan
memanjang .
Berdasarkan Kebutuhan Gaya Geser sama halnya
seperti balok, gaya geser desain untuk kolom akan
ditentukan dengan mempertimbangkan gaya-gaya
maksimum yang dapat timbul di muka joint pada tiap-
tiap ujung kolom. Berdasarkan SNI 03-2847-2002
pasal 23.4.5. [1], [2] Gaya-gaya pada joint akan
ditentukan dengan berdasarkan Mpr (maksimum
probable momen strenght) baik akibat tulangan
terpasang pada kolom maupun pada balok.
Mpr akibat tulangan pada kolom dihitung dengan faktor
reduksi kekuatan =1,0 dan diasumsikan bahwa
tegangan pada tulangan tarik = 1,25 fy = 500 Mpa.
Dengan mengasumsikan Mpr adalah sama dengan nilai
momen pada titik kesetimbangan.
3. Panjang Lewatan Pada Sambungan Tulangan Kolom
Sesuai pasal 14.2(3) SNI 03-2847-2002 [1], [2]
panjang sambungan lewatan adalah
4. Panjang Penyaluran
Sesuai pasal 23.5.4.(4(1)) [1], [2] panjang penyaluran
berkait ldh, pada beton biasa yang terletak pada inti
kolom terkekang atau komponen batas tidak boleh
kurang dari : 8 db, 150 mm, dan fy.db/(5,4 'cf ).
5. Sambungan Balok Kolom
SNI 03-2847-2002 Ps.23.5 mensyaratkan bahwa
tulangan transversal seperti yang dirinci dalam pasal
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
4
VH
Mu
Mu
VH
C2=T2
T2 C1=T1
Mpr (+) Mpr (-)X
T1
23.4.4 harus dipasang pula dalam sambungan antara
balok kolom, kecuali jika sambungan tersebut dikekang
oleh komponen struktural seperti yang disyaratkan
dalam Ps.23.5.2 – Ps 23.5.3. [1], [2]
c. Hubungan Balok Kolom
SNI-03-2847-2002 ps. 23.5 mensyaratkan bahwa
tulangan tranversal seperti yang dirinci dalam pasal
23.4.4 harus dipasang pula dalam sambungan antara
balok-kolom, kecuali jika sambungan tersebut dikekang
oleh komponen struktural seperti yang disyaratkan
dalam pasal 23.5.2.2. [1], [2] ,[6]
Gambar 2.9 Gaya yang terjadi pada hubungan balok kolom
Langkah-langkah menghitung kuat geser hubungan
balok kolom :
Menghitung nilai T1 dan T2 berdasarkan tulangan
lentur balok terpasang
- T1 = As x 1,25 x fy
- T2 = As’ x 1,25 x fy
Menghitung momen tumpuan akibat tulangan
terpasang balok
- Momen Tumpuan Negatif
Mpr(-) = Kuat momen lentur tarik tulangan
terpasang balok pada muka joint didasarkan pada
tegangan tarik 1,25fy, di mana fy ialah kuat leleh
yang disyaratkan.
- Momen Tumpuan Positif
Mn(+) = Kuat momen lentur tarik tulangan
terpasang balok pada muka joint didasarkan pada
tegangan tarik 1,25fy, di mana fy ialah kuat leleh
yang disyaratkan.
Menghitung reaksi di ujung-ujung balok
Vgempa = L
-Mpr Mpr
Menghitung momen ultimate yang terjadi
Untuk hubungan balok kolom tengah (interior)
Mu =
2
)(Mpr
)(Mpr
Untuk hubungan balok kolom tepi (exterior)
Mu = 2
)(Mpr
Menghitung gaya geser di ujung kolom
Vh = u2 x M
hin
; di mana hin = tinggi bersih kolom
Menghitung gaya geser di x-x
Untuk hubungan balok kolom tengah (interior)
Vx-x = T1 + T2 – Vh
Untuk hubungan balok kolom tepi (exterior)
Vx-x = T1 – Vh
Menghitung kuat geser nominal sesuai pasal
23.5.(3(1))
Untuk hubungan balok kolom tengah (interior)
Vc = 0,75 *1,7 * Aj * 'cf ;
Aj = luas efektif HBK
Untuk hubungan balok kolom tepi (exterior)
Vc = 0,75 * 1,25 * Aj * 'cf ;
Aj = luas efektif HBK
Cek kemampuan kuat geser hubungan balok
kolom
Vc > Vx-x
Tulangan dinding geser
Penulangan shearwall direncanakan sesuai SNI-2002 Ps.
23.6, [1], [2] dengan beban rencana maksimum 75% gaya
lateral. Perancangan tulangan dapat dimodelkan sebagai
kolom dinding sehingga dapat direncanakan dengan
menggunakan bantuan program.
d. Perencanaan pondasi.
Pondasi merupakan bagunan perantara untuk
meneruskan beban bagian atas dan gaya-gaya yang bekerja
pada pondasi tersebut ke tanah pendukung di bawahnya.
Untuk merencanakan pondasi harus memperhatikan
beberapa hal diantaranya jenis tanah, kondisi tanah dan
struktur tanah, karena sangat berkaitan dengan daya dukung
tanah tersebut dalam memikul beban yang yang terjadi di
atasnya. Penyelidikan atas tanah tersebut sangatlah perlu
dilakukan agar mendapatkan parameter-parameter sebagai
masukan dalam perencanaan, agar didapatkan pondasi yang
aman, ekonomis dan efisien.
Dalam perencanaan pondasi untuk Gedung ini
dipergunakan pondasi tiang pancang dengan data tanah yang
digunakan untuk perencanaan daya dukung didapat dari
hasil SPT (Standart Penetration Test).
Langkah – langkah dalam perhitungan daya dukung
tiang pancang yang berdasarkan hasil uji SPT (Standart
Penetration Test) adalah sebagai berikut:
Data Tanah
Penyelidikan tanah perlu dilakukan untuk mengetahui jenis
dan karakteristik tanah ditempat akan dibangunnya gedung.
Dengan adanya penyelidikan tanah maka dapat diketahui
dan direncanakannya kekuatan tanah dalam menahan beban
yang akan disalurkan atau yang lebih dikenal dengan daya
dukung tanah terhadap beban pondasi. Data tanah yang
digunakan untuk perencanaan daya dukung didapat dari hasil
SPT (Standard Penetration Test).
Data tanah pada perencanaan pondasi ini diambil sesuai
dengan data penyelidikan tanah di daerah nusa tenggara
timur yang dianggap mewakili kondisi tanah pada proyek
Gedung Hotel Chlarion Makassar. Adapun data tanah yang
didapat meliputi data penyelidikan tanah hasil SPT
(Standard Penetration Test) yang dilakukan pada 4 titik
pengujian dapat dilihat pada lampiran.
Daya Dukung Tanah
Daya Dukung Tiang Pancang
Daya dukung pada pondasi tiang pancang ditentukan oleh
dua hal, yaitu daya dukung perlawanan tanah dari unsur
dasar tiang pondasi (Qp) dan daya dukung tanah dari unsur
lekatan lateral tanah (Qs). Sehingga daya dukung total dari
tanah dapat dirumuskan : Qu = Qp + Qs
Disamping peninjauan berdasarkan kekuatan tanah tempat
pondasi tiang pancang di tanam, daya dukung suatu tiang
juga harus ditinjau berdasarkan kekuatan bahan tiang
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
5
pancang tersebut. Hasil daya dukung yang menentukan
dipakai sebagai daya dukung ijin tiang. Perhitungan daya
dukung dapat ditinjau dari dua keadaan, yaitu :
Daya dukung tiang pancang tunggal yang berdiri sendiri
Daya dukung tiang pancang dalam kelompok.
Daya Dukung Tiang Dari Hasil SPT
Data tanah yang digunakan adalah data penyelidikan tanah
hasil SPT (Standard Penetration Test) , tiang pancang
direncanakan sampai dengan kedalaman 12 m. Perhitungan
daya dukung tanah dihitung menggunakan metode Luciano
Decourt (1982) [8] :
QL = QP + QS (Wahjudi, 1999 : 15)
Dimana :
QL = daya dukung tanah maksimum pada pondasi
QP = Resistance ultimate di dasar tiang
QS = Resistance ultimate akibat lekatan lateral
Qp = qp Ap = (Np K) Ap
Dimana :
Np = Harga rata-rata SPT di sekitar 4D diatas hingga
di bawah 4D di bawah dasar tiang pondasi.
D = Diameter tiang pancang
K = Koefisien karakteristik tanah
12 t/m2 = 117,7 kPa untuk lempung
20 t/m2 = 196 kPa untuk lanau berlempung
25 t/m2 = 245 kPa untuk lanau berpasir
40 t/m2 = 392 kPa untuk pasir
Ap = Luas penampang dasar tiang
Perancangan Pondasi Tiang Pancang Kolom
Dalam bab ini akan direncanakan dua jenis pondasi, yaitu
pondasi kolom dan pondasi untuk shearwall.
Dari analisa struktur ETABS v9.7.1 pada kaki kolom bawah
didapat gaya-gaya dalam akibat kombinasi 1D+1L+1RSPy .
Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok
Untuk menentukan jumlah tiang yang diperlukan dalam
menahan beban reaksi kolom dapat dihitung dengan
pendekatan jumlah tiang perlu adalah beban aksial ultimite
dasar kolom (out Put ETABS v9.7.1) dibagi dengan daya
dukung ijin satu tiang.
Jumlah tiang yang diperlukan >
HtiangEuit
ETABSu
P
P
.1
dicoba dengan x tiang pancang dengan susunan ym* ym.
Perhitungan jarak tiang:
2,5 D < S < 3 D
dimana : S = jarak antar tiang pancang
S1 = jarak tiang pancang ke tepi
Untuk jarak tepi tiang pancang :
1,5 D < S1 < 2 D
Dalam memikul beban aksial secara berkelompok, daya
dukung pondasi tiang pancang mengalami penurunan akibat
pelaksanaan pemancangan sehingga analisa kekuatan secara
berkelompok harus dikalikan dengan efisiensi.
Daya dukung pondasi kelompok menurut Converse Labarre
adalah :
Efisiensi : ( ή ) = 1 -
nm
mnnm
S
Dtgarc
..90
).1().1(
Dimana :
D = diameter tiang pancang (mm)
S = jarak antar tiang pancang (mm)
m = jumlah tiang pancang dalam 1 baris
n = jumlah tiang pancang dalam kolom
Momen yang bekerja pada poer akibat adanya gaya
horisontal :
2
max
2
max..
i
y
i
xi
x
xM
y
yM
n
VP
Dimana :
Pi = Total beban yang bekerja pada tiang yang ditinjau
ymax = jarak maksimum tiang yang ditinjau dalam arah y
xmax = jarak maksimum tiang yang ditinjau dalam arah x
Σ xi2 = jumlah kuadrat jarak tiang pancang terhadap as
poer arah x
Σ yi2 = jumlah kuadrat jarak tiang pancang terhadap as
poer arah y
Perhitungan Beban Aksial Maksimum Pada Pondasi
Kelompok
a. Reaksi kolom
b. Berat poer
maksP < Qijin
Perancangan Penulangan Poer Kolom
Penulangan lentur poer dianalisa sebagai balok kantilever
dengan perletakan jepit pada kolom. Beban yang bekerja
adalah beban terpusat dari tiang sebasar P dan berat sendiri
poer sebesar q. perhitungan gaya-gaya pada poer diperoleh
dengan mekanika statis tertentu.
Data-data perencanaan :
Dimensi poer ( B x L )
Tebal poer ( t )
Diameter tulangan utama
Tebal selimut beton
Tinggi efektif balok poer
Arah x ( dx )
Arah y ( dy )
Penulangan arah x
Penulangan arah y
Kontrol Geser Pons Kolom
Dalam merencanakan tebal poer, harus memenuhi
persyaratan bahwa kekuatan gaya geser nominal harus lebih
besar dari geser pons yang terjadi. Kuat geser yang
disumbangkan beton diambil terkecil dari :
cV =
6
'21
dbf oc
c
SNI 03–2847– 2002
Ps.13.12.2.1.a [1], [2]
cV =
12
'2
dbf
b
d oc
o
s
SN 03–2847–
2002Ps.13.12.2.1.b [1], [2]
cV = dbf oc '
3
1 SNI 03 – 2847 – 2002
Ps.13.12.2.c [1], [2]
Kontrol Geser Pons Akibat
Data perancangan :
Dimensi poer
Selimut beton
Diameter tulangan utama
Tinggi efektif
Gaya geser berfaktor
Tiang yang berada di luar daerah kritis (sejauh d/2 dari
kolom), maka gaya geser pada penampang kritis adalah
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
6
ΣP = Pu kolom + Pu poer
Vu = ΣP – Pt
HASIL PEMBAHASAN
1.1. Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan hasil analisa yang telah dilakukan
dalam penyusunan Tugas Akhir ini dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dalam perencanaan struktur yang terletak pada daerah yang
memiliki intensitas gempa yang kuat perlu dipertimbangkan adanya
gaya lateral yang bekerja terhadap struktur. Karena beban gempa ini
sangat mempengaruhi dalam perencananaan struktur.Beban ini
merupakan salah satu faktor dari kegagalan suatu struktur.
2. Didalam suatu perencanaaan perlu berpedoman/mengacu pada
peraturan yang ada sesuai dengan tempat berlakunya peraturan
tersebut. Dalam hal ini peraturan yang digunakan adalah SNI 03–
2847–2002 mengenai peraturan umum pada perencanaan struktur
dan SNI 03–1726– 2002 mengenai tata cara ketahanan gempa
untuk bangunan gedung.
3. SistemGanda ini ada 2 hal yang mendasar yaitu :
Rangka ruang memikul seluruh beban gravitasi dan minimal 25%
beban lateral
Kedua sistem harus direncanakan untuk memikul bersama-
sama seluruh beban lateral dengan memperhatikan interaksi
antara sistem rangka pemikul momen dengan dinding geser.
4. Dari hasil analisa struktur dan perhitungan penulangan elemen
struktur didapatkan data – data perencanaan sebagai berikut :
a. Struktur atas dengan menggunakan beton bertulang dengan
dimensi sebagai berikut:
Mutu Beton : 35 Mpa
Mutu Baja : 400 Mpa
Tebal Pelat Lantai : 13 cm
Tebal Pelat Atap : 12 cm
Jumlah Lantai : 12 Lantai
Ketinggian Tiap Lantai : 3,5 meter
Tinggi Total Gedung : 43 m
Luas Total Bangunan : 2752 m2
Dimensi Kolom : 80 x 80 cm
Dimensi Balok Melintang : 45 × 75 cm
Dimensi Balok Memanjang : 45 × 70 cm
Dimensi Balok Anak : 35 × 60 cm
Wilayah Gempa : Zona 5
b. Struktur bawah direncanakan dengan tiang pancang dengan
diameter 40 cm untuk pilecap tipe-1 dan pilecape tipe-2 dan
diameter 50 cm untuk pilecape tipe-3. Sedangkan untuk
dimensi sloof sebesar 40/60 cm
Daftar Pustaka
[1] Badan Standardisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).
Bandung : Departemen Pekerjaan Umum.
[2] Purwono, Rachmat, dkk. 2007. Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton Untuk Bangunan Gedung SNI-03-2847-2002 Dilengkapi
Penjelasan (S-2002). Surabaya : itspress.
[3] Badan Standardisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Gedung (SNI 03-1726-2002).
Bandung : Departemen Pekerjaan Umum.
[4] Tavio dan Benny Kusuma.2005.Desain Sistem Rangka Pemikul
Momen dan Dinding Struktur Beton Bertulang Tahan
Gempa.Surabaya:ITS Press.
[5] Ditjen Cipta Karya Direktorat Penyelidikan Masalah
Bangunan. 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung (PPIUG 1983). Bandung : Departemen Pekerjaan
Umum.
[6] Purwono, Rachmat. 2005. Perencanaan Struktur beton
Bertulang Tahan Gempa. Surabaya : itspress.
[7] PCI, 1992, PCI Design Handbook Precast and Prestress
Concrete, Chicago, Illinois, Fourth Edition.
[8] Prof. Dr. Ir. Herman Wahyudi, 1999, Daya Dukung Pondasi
Dalam, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik
Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.