PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI SATUAN PENGGUNAAN …

14
PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI SATUAN PENGGUNAAN LAHAN DI DAS BERMAS KABUPATEN KERINCI ARTIKEL ILMIAH FERRY ANANTA SK PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2021

Transcript of PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI SATUAN PENGGUNAAN …

Page 1: PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI SATUAN PENGGUNAAN …

PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI

SATUAN PENGGUNAAN LAHAN

DI DAS BERMAS KABUPATEN KERINCI

ARTIKEL ILMIAH

FERRY ANANTA SK

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021

Page 2: PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI SATUAN PENGGUNAAN …

PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI

SATUAN PENGGUNAAN LAHAN

DI DAS BERMAS KABUPATEN KERINCI

Ferry Ananta SK1)

, Aswandi2)

, dan Ajidirman2)

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Program Studi Agroekoteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Jambi

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021

Page 3: PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI SATUAN PENGGUNAAN …

PENGESAHAN

Artikel ilmiah dengan judul “Prediksi Erosi Pada Berbagai Satuan

Penggunaan Lahan Di DAS Bermas Kabupaten Kerinci” yang disusun oleh

Ferry Ananta SK, NIM. D1A016124.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr Ir. Aswandi, M.Si. Dr. Ir. Ajidirman, M.P.

NIP. 19621227 199001 1 001 NIP. 19651231 199003 1 019

Mengetahui

Ketua Jurusan Agroekoteknologi

Dr. Hj. Sunarti, S.P., M.P

NIP. 19731227 199903 2 003

Page 4: PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI SATUAN PENGGUNAAN …

Ananta et al., 2021 Prediksi Erosi

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 1

PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI

SATUAN PENGGUNAAN LAHAN

DI DAS BERMAS KABUPATEN KERINCI

Ferry Ananta SK 1)

, Aswandi2)

, dan Ajidirman2)

1Mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi

2Dosen Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Kampus Pinang Masak, Jalan Raya Jambi-Muaro Bulian Km 15 Mendalo Darat, Jambi 36361

*email: [email protected]

ABSTRAK

Erosi merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang sangat serius pada suatu

ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS). Erosi adalah peristiwa terlepasnya partikel-partikel

tanah dari permukaan yang mengakibatkan ikut hilangnya material, nutrisi organik tanah,

penurunan produktivitas panen dan penurunan kualitas air.DAS Bermas merupakan daerah

dengan topografi yang berada pada ketinggian 950-1200 m di atas permukaan laut (Badan

Pusat Statistik Kabupaten Kerinci, 2016). Wilayah DAS Bermas sebagian besar memiliki

kemiringan lahan di atas 40% dengan kondisi wilayah yang bergelombang (berbukit) sampai

curam (Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci, 2015). Daerah Aliran Sungai Bermas

terletak di Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci yang berada diantara Kecamatan Gunung

Kerinci dan Kecamatan Air Hangat Barat. Mayoritas penggunaan lahan yang berada di DAS

Bermas didominasi oleh kebun campuran. Kegiatan pertanian pada kebun campuran yang

dilakukan di daerah hulu yang diterapkan masyarakat setempat didominasi searah lereng. Hal

ini menyebabkan potensi erosi meningkat akibat konsentrasi aliran permukaan pada setiap

alur mengakibatkan daerah DAS Bermas dan sekitarnya mengalami degradasi lahan.

Penelitian ini dilakukan menggunakan salah satu model prediksi erosi RUSLE yang cukup

banyak dipakai. Metode analisis yang digunakan adalah metode pendekatan analisis overlay

parameter-parameter erosi menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) kemudian

dilakukan perhitungan antara parameter-parameter dengan menggunakan rumus RUSLE.

Hasil dari analisis menunjukkan nilai laju erosi yang dapat digunakan untuk menentukan

kelas bahaya erosi. Berdasarkan Hasil perhitungan prediksi laju erosi dengan metode RUSLE

menunjukkan laju erosi yang paling rendah terjadi pada satuan penggunaan lahan Hutan (SPL

8) yaitu sebesar 0,002 ton/ha/tahun sedangkan satuan penggunaan lahan yang memiliki laju

erosi paling tinggi adalah satuan penggunaan lahan perladangan (SPL 4) mencapai 5,06

ton/spl/tahun dengan laju erosi DAS Bermas sebesar 7,02 ton/ha/tahun.

Kata kunci : DAS, Erosi, RUSLE

PENDAHULUAN

Erosi merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang sangat serius pada suatu

ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS). Erosi adalah peristiwa terlepasnya partikel-partikel

tanah dari permukaan yang mengakibatkan ikut hilangnya material, nutrisi organik tanah,

penurunan produktivitas panen dan penurunan kualitas air. Fenomena tersebut dapat

Page 5: PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI SATUAN PENGGUNAAN …

Ananta et al., 2021 Prediksi Erosi

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 2

disebabkan oleh kerusakan ekosistem di sepanjang DAS terutama berkurangnya luas hutan.

Penurunan luas vegetasi merupakan masalah serius pada ekosistem DAS. Tutupan lahan

berupa vegetasi berfungsi sebagai pertahanan DAS terhadap proses erosi (Mehcram dan Siti

2011).

DAS Bermas merupakan daerah dengan topografi yang berada pada ketinggian 950-

1200 m di atas permukaan laut (Badan Pusat Statistik Kabupaten Kerinci, 2016). Wilayah

DAS Bermas sebagian besar memiliki kemiringan lahan di atas 40% dengan kondisi wilayah

yang bergelombang (berbukit) sampai curam (Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci,

2015) Daerah Aliran Sungai Bermas terletak di Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci yang

berada diantara Kecamatan Gunung Kerinci dan Kecamatan Air Hangat Barat. Mayoritas

penggunaan lahan yang berada di DAS Bermas didominasi oleh kebun campuran. Kegiatan

pertanian pada kebun campuran yang dilakukan di daerah hulu yang diterapkan masyarakat

setempat didominasi searah lereng. Penggunaan lahan searah lereng menyebabkan potensi

erosi meningkat akibat konsentrasi aliran permukaan pada setiap alur mengakibatkan daerah

DAS Bermas dan sekitarnya mengalami degradasi lahan.

Kondisi topografi berbukit dan bergunung akan cenderung memiliki bahaya erosi

yang cukup besar. Kemiringan lereng yang curam dapat memungkinkan potensi terjadinya

erosi oleh air hujan dengan jumlah besar (Putra et al., 2018). Erosi menjadi faktor utama

berkurangnya produktivitas lahan dan erosi sering menjadi masalah dalam penggunaan tanah

miring yang berlereng (Arsyad, 2010). Penilaian mengenai besar laju erosi memerlukan suatu

model yang tidak hanya sederhana dan cepat tetapi juga harus akurat. RUSLE (Revised

Universal Soil Loss Equation) merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk

menilai besarnya laju erosi. RUSLE merupakan model erosi yang dapat digunakan meskipun

dengan data minimum dibandingkan dengan model-model penilai erosi lainnya.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di DAS Bermas, secara geografis terletak pada 1° 52’15”-

2°1’12” LS dan 101°12’54”-101°24’50” BT. Berdasarkan pembagian wilayah dan letak

administrasi DAS Bermas termasuk di dalam Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci, Provinsi

Jambi. Penelitian telah dilaksanakan selama 2 bulan mulai bulan Mei sampai Juni 2020.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta DAS Bermas (Hulu DAS

Merao) skala 1:50.000, peta tanah DAS Bermas, peta penggunaan lahan DAS Bermas, dan

Page 6: PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI SATUAN PENGGUNAAN …

Ananta et al., 2021 Prediksi Erosi

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 3

data curah hujan yang diperoleh dari BWS. Alat yang digunakan yaitu seperangkat komputer,

Aplikasi GIS, GPS, meteran, sunto, kamera digital, dan alat tulis.

Metode Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei analitik berdasarkan pendekatan jenis

tanah, penggunaan lahan dan topografi yang diolah menggunakan Sistem Informasi

Geografis (SIG). Penelitian terdiri dari 4 tahapan yaitu persiapan, pengolahan data,

groundcheck, dan analisis data.

Penentuan nilai besarnya prediksi erosi menggunakan rumus persamaan RUSLE

(Revised Universal Soil Loss Equation) sebagai berikut.

Faktor Erosivitas Hujan

Erosivitas hujan merupakan kemampuan hujan dalam mengerosi tanah. Faktor

erosivitas (R) memiliki variasi terhadap iklim dan lokasi dalam suatu wilayah tertentu.

Perhitungan erosivitas di wilayah Indonesia, Lenvain (1975) memberikan persamaan untuk

menghitung nilai R berdasarkan studi empiris dari curah hujan tahunan rata-rata, sebagai

berikut :

Keterangan:

R = Faktor Erosivitas Hujan

P = Curah Hujan Bulanan (cm)

Faktor Erodibilitas Tanah

Faktor erodibilitas tanah (K) menunjukkan resistensi partikel tanah terhadap

pengelupasan dan transportasi partikel-partikel tanah oleh adanya energi kinetik hujan

(Asdak, 2010). Erodibilitas tanah sangat dipengaruhi oleh karakteristik jenis tanah. Penetapan

nilai faktor erodibilitas tanah diperoleh dengan persamaan Arsyad (2010) sebagai berikut:.

( )( ) ( ) ( )

Keterangan:

K = nilai faktor erodibilitas tanah

M = (%debu + pasir sangat halus)(100-%lempung)

a = persen bahan organik

b = harkat struktur tanah

c = harkat tinggi permeabilitas tanah

Page 7: PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI SATUAN PENGGUNAAN …

Ananta et al., 2021 Prediksi Erosi

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 4

Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)

Penetapan besarnya nilai faktor LS dengan menganalisis peta kelas lereng yang

diperoleh analisis data DEM kemudian dicocokkan dengan tabel nilai LS. Nilai LS dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penilaian Kelas Kelerengan (LS)

Kelas Lereng Kemiringan Lereng Nilai LS

I 0-8 0,40

II 8-15 1,40

III 15-25 3,10

IV 25-40 6,80

V >40 9,50

Sumber: Utomo dan Aprilia (2014)

Indeks Penutupan Vegetasi dan Pengelolaan Lahan (CP)

Penentuan nilai faktor CP dilakukan dengan menganalisis peta penutupan lahan dan

melakukan pengamatan langsung di lapangan pada tiap unit lahan yang telah ditentukan,

kemudian dicocokkan dengan tabell nilai C dan P.

Peta Satuan Penggunaan Lahan

Pembuatan Peta Satuan Penggunaan Lahan (SPL) dilakukan menggunakan data peta

jenis tanah, peta kemiringan lereng, dan peta penggunaan lahan yang akan dikelolah

menggunakan aplikasi ArcGIS kemudian dianalisis menggunakan rumus RUSLE

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Daerah Aliran Sungai Bermas di Kecamatan Siulak

yang secara geografi berada pada 1° 52’ 15” - 2° 1’ 12” LS dan 101° 12’ 54” - 101° 24’ 50”

BT. Kecamatan Siulak secara administrasi berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kerinci

dan Siulak Mukai di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Siulak

Mukai, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Air Hangat Barat dan Depati Tujuh,

serta sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gunung Kerinci. Total luas keseluruhan

DAS Bermas sekitar 1237,58 hektar dimana DAS Bermas termasuk kedalam kategori DAS

sangat kecil karena menurut Kemenhut (2013), DAS yang termasuk dalam kategori DAS

sangat kecil yaitu memiliki total luas kurang dari 10.000 ha.

Page 8: PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI SATUAN PENGGUNAAN …

Ananta et al., 2021 Prediksi Erosi

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 5

Lokasi penelitian berada pada daerah pegunungan dimana terdapat satu jenis tanah

yaitu Andosol. Andosol merupakan tanah yang berasal dari bahan induk yang baru

diendapkan, kurang lebih 60 % berasal dari abu vulkanik. Warna tanah umumnya coklat

kehitaman. Jenis tanah ini berada pada lereng tengah vulkan sehingga mempunyai potensi

menjadi tanah yang produktif karena adanya ketersediaan air serta mineral dapat lapuk yang

masih melimpah (Ismail et al., 2015). Kondisi topografi pada lokasi penelitian terdiri dari 3

kelas yaitu agak curam (15-25%), curam (25-40%) dan sangat curam (>40%). Sesuai dengan

pernyataan dari Permenhut (2013) dalam Dawolo (2019), bahwa daerah hulu memiliki

topografi diatas 8 % dengan total luasan kemiringannya lebih dari 70 %.

Faktor Erosivitas Hujan (R)

Nilai Erosivitas Hujan diperoleh dari hasil pengolahan data curah hujan berdasarkan

data pada Stasiun Siulak Deras yang merupakan stasiun penakar hujan terdekat dengan DAS

Bermas. Data yang diperoleh dan diolah adalah data 10 tahun terhitung dari 2009-2018. Data

analisis data curah hujan lokasi penelitian disajikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Nilai Erosivitas Hujan

No Bulan Total CH (cm) R=2,21.P1,36

1 Jan 22 145,84

2 Feb 28,03 205,66

3 Mar 27,73 202,67

4 Apr 23,21 159,11

5 Mei 29,04 215,80

6 Jun 24,78 173,92

7 Jul 29,84 223,93

8 Ags 25,03 176,31

9 Sep 25,13 177,27

10 Okt 28,45 209,86

11 Nov 43,45 373,30

12 Des 29,01 215,50

Rata-rata 206,60

Nilai erosivitas menunjukkan kemampuan hujan dalam menyebabkan kejadian erosi,

dimana semakin tinggi nilai erosivitas suatu wilayah maka semakin tinggi wilayah tersebut

terjadi erosi (Cantika et al., 2019). Nilai Erosivitas dihitung berdasarkan penjumlahan seluruh

nilai erosivitas setiap tahunnya maka diperoleh erosivitas tahunan sebesar 206,60. Nilai

erosivitas terendah terjadi pada Bulan januari sebesar 22 dan erosivitas tertinggi terjadi pada

bulan november sebesar 43,45.

Faktor Erodibilitas Tanah (K)

Jenis tanah pada lokasi penelitian hanya terdapat satu jenis yaitu Andosol. Andosol

memiliki nilai erodibilitas tanah sebesar 0,07 (Tabel 3).

Page 9: PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI SATUAN PENGGUNAAN …

Ananta et al., 2021 Prediksi Erosi

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 6

Tabel 3. Nilai Erodibilitas Tanah

Jenis Tanah Bahan Org (a) Struktur (b) Permeabilitas (c) K Luas (ha)

Andosol 17,58 2 3 0,07 1237,58

Arsyad (2010) menambahkan tanah yang mempengaruhi nilai erosi adalah erodibilitas

dan berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda-beda. Apabila

tanah memiliki kemampuan dalam menahan curah hujan, maka akan sedikit kemungkinan

terjadinya erosi, begitu juga sebaliknya. Tanah yang erodibilitas tinggi akan peka terhadap

erosi dibandingkan dengan tanah yang erodibilitas rendah memiliki daya tahan kuat terhadap

erosi.

Faktor Topografi (LS)

Penentuan kemiringan lereng menggunakan data SRTM yang diolah dan diklasifikasi

menggunakan perangkat ArcGIS dan didapatkan 3 kategori topografi. Nilai topografi dapat

dilihat dari Tabel 4 bahwa untuk kemiringan >40 dikategorikan sangat curam dengan luasan

19,47%, kemudian pada kemiringan 25-40 dikategorikan curam dengan luasan mencapai

75,05% dan kemirigan 15-25 dikategorikan agak curam dengan luasan mencapai 5,47%.

Tabel 4. Nilai Topografi

Kemiringan Lereng Klasifikasi LS Luas (ha) Luas (%)

15-25 % Agak Curam 3,1 67,70 5,47

25-40% Curam 6,8 928,88 75,05

>40% Sangat Curam 9,5 240,98 19,47

Total Luasan 1237,58 100

Menurut Kartasapoetra (2010), semakin besar kemiringan lereng maka semakin besar

pula laju erosi yang dihasilkan. Kemiringan lereng yang lebih besar menyebabkan partikel

tanah mudah lepas. Kemiringan lereng memiliki pengaruh terhadap terjadinya erosi. Semakin

besar kemiringan lereng maka laju aliran permukaan semakin tinggi dan kesempatan air

masuk kedalam tanah semakin kecil, hal inilah yang menyebabkan daerah yang memiliki

kelerengan besar potensi erosinya lebih besar (Miardiani dan Harjadi, 2011).

Faktor Penggunaan Lahan (CP)

Karakteristik penggunaan lahan di lokasi penelitian diperoleh dari hasil interpretasi

citra satelit Google Earth. Penentuan penggunaan lahan ini untuk mengetahui nilai faktor

penggunaan lahan, seperti pada Tabel 5

Tabel 5. Nilai Penggunaan Lahan

Penggunaan Lahan C P CP Luas (ha) Luas (%)

Hutan 0,001 1 0,001 105,68 8,53

Perladangan 0,4 1 0,4 414,49 33,49

Kebun Campuran 0,2 0,4 0,08 717,39 57,96

Total Luasan 1237,58 100

Page 10: PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI SATUAN PENGGUNAAN …

Ananta et al., 2021 Prediksi Erosi

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 7

Nilai C berkisar antara 0 –1, semakin besar nilai C maka aliran permukaan semakin

besar. Hasil analisis didapatkan bahwa nilai C terkecil untuk DAS Bermas adalah 0,001

(hutan) dan nilai terbesar adalah 0,4 (Perladangan). Hutan memiliki nilai C yang kecil karena

memiliki kondisi lahan yang baik dengan banyak kandungan unsur organik, struktur tanah

yang baik, tajuk, batang, ranting, serta serasah yang mampu mengurangi jumlah air hujan

yang sampai ke tanah. Penggunaan lahan hutan di lokasi penelitian diasumsikan memiliki

nilai CP = 0,001 (C=0,001 dan P=1) atau setara dengan hutan tak terganggu dengan banyak

serasah. Faktor pengelolaan tanaman menggambarkan nisbah antara besarnya erosi dari suatu

areal yang bervegetasi (ditanami) dan dikelola terhadap besarnya erosi tanah yang identik dan

tanpa tanaman (Arsyad 1989 dalam As-syakur 2008). Dalam kaitannya dengan erosi,

vegetasi sangat efektif mengontrol laju erosi melalui modifikasi besaran faktor penyebab

erosi (Chang, 2007). Efektivitas vegetasi dalam mengontrol laju erosi ditentukan oleh

karakteristiknya, seperti jenis, kerapatan, tinggi rendah tajuk, dan kandungan serasah.

Kebun Campuran pada lokasi penelitian adalah jenis penggunaan lahan yang ditanami

oleh Kopi, Kayu Manis dan Sengon. Berdasarkan Tabel 5 luas lahan yang digunakan untuk

Kebun Campuran sebesar 717,39 ha. Nilai C untuk Kebun Campuran pada lokasi penelitian

menurut Asdak (2010) bernilai 0,2 dengan nilai Tindakan Konservasi (P) menurut Asdak

(2010) bernilai 0,4 dengan keterangan tutupan tanah jelek. Nilai C dan P untuk Kebun

Campuran diasumsikan sesuai dengan Groundcheck dilapangan.. Nilai P ditentukan

berdasarkan asumsi dari tindakan konservasi pada perladangan. Berdasarkan pengamatan

lapangan, bahwa perladangan ditanam berlawanan dengan arah kontur. Perladangan pada

lokasi penelitian adalah jenis penggunaan lahan yang ditanami oleh sayur-sayuran, tebu dan

tanaman pertanian lainnya. Berdasarkan Tabel 5 luas lahan yang digunakan untuk

perladangan sebesar 290,07 Ha. Menurut Maulana (2013) sistem tanam melawan garis kontur

akan menyebabkan menurunnya tingkat kesuburan tanah dan dapat menjadi penyebab

terjadinya longsor lahan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sistem tanam

seperti itu akan membuat lereng semakin curam dan bidang gelincir air akan semakin jelas,

sehingga air akan semakin mudah mengalir.

Hasil Prediksi Erosi

Nilai erosi diperoleh dengan melakukan perhitungan dari faktor penggunaan lahan,

erosivitas, erodibilitas dan topografi berdasarkan metode RUSLE. Hasil perhitungan erosi

dapat dilihat pada Tabel 6.

Page 11: PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI SATUAN PENGGUNAAN …

Ananta et al., 2021 Prediksi Erosi

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 8

Tabel 6. Hasil Prediksi Erosi

SPL R K LS CP A (ton/ha/thn)

1 206,6 0,07 3,1 0,4 1,633

2 206,6 0,07 3,1 0,001 0,004

3 206,6 0,07 3,1 0,08 0,130

4 206,6 0,07 9,5 0,4 5,060

5 206,6 0,07 9,5 0,001 0,003

6 206,6 0,07 9,5 0,08 0,064

7 206,6 0,07 6,8 0,4 0,108

8 206,6 0,07 6,8 0,001 0,002

9 206,6 0,07 6,8 0,08 0,015

Total 7,020

Besar tanah hilang atau laju erosi (A) dihitung menggunakan metode RUSLE dengan

mengkalikan nilai dari setiap parameter yaitu faktor erosivitas hujan (R), faktor erodibilitas

tanah (K), faktor panjang dan kemiringan lereng (LS), faktor pengelolaan tanaman (C) dan

faktor konservasi tanah (P) yang dinyatakan dalam ton/ha/tahun. Unit analisis dalam

perhitungan besar laju erosi adalah satuan lahan. Hasil analisis prediksi erosi pada Tabel 6

menunjukan jumlah total luasan dari DAS Bermas sebesar 1237,58 memiliki laju erosi rata-

rata di DAS Bermas sebesar 7,02 ton/ha/tahun.

Satuan Penggunaan Lahan dengan nilai laju erosi terbesar di DAS Bermas terdapat

pada Perladangan (SPL 4) sebesar 5,06 ton/ha/tahun. Satuan Penggunaan Lahan 4 memiliki

jenis tanah andosol dan tipe penggunaan lahan Perladangan dengan kemiringan yang

mencapai lebih dari 45%. Besarnya nilai prediksi erosi pada penggunaan lahan perladangan

diduga karena ditanam searah dengan lereng. Menurut Sukarman dan Ai (2014) bahwa

usahatani sayuran pada tanah andosol dataran tinggi yang belum mengikuti azas konservasi

tanah, misalnya sebagian besar petani membuat bedengan searah lereng tanpa adanya

tindakan konservasi yang memadai justru bisa memicu terjadinya erosi, karena tidak ada

penahan aliran permukaan. Hasil prediksi erosi pada perladangan di lokasi penelitian berkisar

0,108 – 5,06 ton/ha/tahun.

Berdasarkan salah satu hasil prediksi erosi pada SPL 4 yang memiliki erosi terbesar

dan termasuk kategori sangat berat jika dibandingkan dengan SPL 5 yang memiliki tingkat

kemiringan lereng dan jenis tanah yang sama, namun berbeda dari penggunaan lahannya

dimana SPL 5 memiliki penggunaan lahan hutan yang memiliki nilai laju erosi 0,003

ton/ha/ton dalam kategori ini termasuk kelas sangat ringan. Menurut Dewi et al., (2012)

bahwa hutan alami yang memiliki kerapatan dan serasah yang tinggi dapat menahan daya

rusak hujan dan mengurangi terjadinya aliran permukaan. Menurut Puji (2015) bahwa lahan

Page 12: PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI SATUAN PENGGUNAAN …

Ananta et al., 2021 Prediksi Erosi

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 9

dengan tutupan vegetasi baik dan pengelolaan yang baik akan melindungi permukaan tanah

dari air hujan yang jatuh pada lahan tersebut, sehingga tanah dengan tutupan vegetasi yang

baik dapat mengurangi laju erosi.

Kebun campuran merupakan penggunaan lahan yang paling dominan dibandingkan

yang lain, dimana memiliki luas sebesar 717,39 Ha (Tabel 5). Laju erosi tertinggi pada

penggunaan lahan Kebun Campuran terdapat pada SPL 3 dengan nilai laju erosi sebesar 0,13

ton/ha/tahun. Kebun Campuran pada lokasi penelitian ditanami tanaman sengon, kayu manis

dan kopi. Nilai P ditetapkan berdasarkan tindakan konservasi yang dilakukan, pada lokasi

penelitian belum ada tindakan konservasi yang dilakukan secara khusus seperti pembuatan

teras untuk memotong panjang lereng, namun pada lokasi penelitian dilihat masih terdapat

padang rumput yang dibiarkan hidup di kebun campuran, rumput tersebut hidup secara alami

atau tidak dibudidayakan sehingga tumbuhnya tidak merata pada setiap bagian kebun

campuran., sehingga diasumsikan nilai P untuk keseluruhan kebun campuran yaitu tutupan

tanah jelek dengan nilai 0,4.

Erosi ditoleransi

Besar erosi yang terjadi pada DAS Bermas belum melebihi erosi yang dapat

ditoleransikan (Etol). Erosi yang terjadi tidak boleh melampaui erosi yang dapat ditoleransi

(Etol) agar penggunaan lahan dapat digunakan secara lestari, dengan perkataan lain besarnya

erosi minimal harus sama dengan atau lebih kecil dari Etol (Monde, 2010). Besarnya erosi

yang dapat ditoleransi pada lokasi penelitian adalah 20,16 ton/ha/thn dimana besaran erosi

DAS Bermas adalah 7,02 ton/ha/thn. DAS Bermas merupakan kategori DAS yang sehat

dikarenakan erosi yang terjadi dibawah erosi ditoleransi.Besarnya nilai Etol diperoleh

berdasarkan penelitian Hadjowigeno (2003) dalam Rusman et al., 2013 yang menyatakan

bahwa dapat ditetapkan besarnya Etol maksimum untuk tanah tanah di Indonesia adalah 2,5

mm tahun-1

atau setara dengan 30 ton ha-1

.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan

kesimpulan sebagai berikut.

1. Hasil perhitungan prediksi laju erosi dengan metode RUSLE menunjukkan laju erosi

yang paling rendah terjadi pada satuan penggunaan lahan Hutan (SPL 8) yaitu sebesar

0,002 ton/ha/tahun, sedangkan satuan penggunaan lahan yang memiliki laju erosi paling

Page 13: PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI SATUAN PENGGUNAAN …

Ananta et al., 2021 Prediksi Erosi

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 10

tinggi adalah satuan penggunaan lahan perladangan (SPL 4) mencapai 5,06 ton/spl/tahun

dengan laju erosi DAS Bermas sebesar 7,02 ton/ha/tahun.

2. Hasil penelitian menunjukkan laju erosi DAS Bermas sebesar 7,02 ton/ha/tahun dengan

Erosi ditoleransi (Etol) DAS Bermas sebesar 20,16 ton/ha/tahun. DAS Bermas

dikategorikan DAS yang sehat atau baik karena erosi yang terjadi dibawah dari erosi

ditoleransi.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.

Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Cetakan Kelima. Gadjah

Mada University Press. Yogyakarta.

As-syakur AR. 2008. Prediksi Erosi Dengan Menggunakan Metode USLE dan Sistem

Informasi Geografis (SIG) Berbasis Piksel di Daerah Tangkapan Air Danau Buyan.

PIT MAPIN (10-12-2008). Bandung.

Cantika, R. D. F., Asdak, C dan Amaru, K. 2019. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Pada

Penggunaan Lahan Perkebunan Agroforestri Berbasis Kopi Arabika (Costea

Arabica).Yogyakarta: 27 Agustus 2019. Hal. 191-202.

Chang M. 2007. Forest Hydrology: An Introduction to Water and Forests 2nd ed. CRC Press

Taylor and Francis Group. New York.

Dewi, I. G. A. S. U., Ni, M. T dan Tatiek, K. 2012. Prediksi Erosi dan Perencanaan

Konservasi Tanah dan Air pada Daerah Aliran Sungai Saba. Agroekoteknologi

Tropika 1 (1): 12-23.

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci. 2015. Rencana Terpadu dan Program Investasi

Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Kerinci

Tahun 2016–2020. Kerinci.

Ismail, A., Eko, K dan Sobirin. 2015. Pemodelan Perubahan Penggunaan Lahan Dan

Pengaruhnya Terhadap Koefisien Aliran Pada Daerah Tangkapan Air Waduk

Darma, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Ilmu Kehutanan Wanakarsa 9

(2): 1-14.

Kartasapoetra. 2010. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. RINEKA CIPTA: Jakarta.

[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2013. Peraturan Direktur Jendral Bina

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial. Kemenhut:Jakarta.

Page 14: PREDIKSI EROSI PADA BERBAGAI SATUAN PENGGUNAAN …

Ananta et al., 2021 Prediksi Erosi

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 11

Maulana, E. 2013. Strategi Pengelolaan Lahan Pertanian Untuk Mengurangi Dampak Abu

Vulkanik Gunungapi Bromo, Jawa Timur. Tesis. Universitas Gajah Mada.

Yogyakarta

Mehcram, S. (2011). Prediksi Limpasan Permukaan, Erosi, dan Sedimentasi Menggunakan

Model AVSWAT2000 (Studi Kasus Di Sub DAS Bengawan SoloHulu). Tesis.

Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Yogyakarta.

Miardiani, A dan Harjadi, B. 2011. Aplikasi Penginderaan Jauh Dan Sig Dalam Penilaian

Potensi Erosi Permukaan Secara Kualitatif Di Daerah Tangkapan Waduk Kedung

Ombo. Forum Geografi 25 (2): 152-163

Monde A. 2010. Pengendalian Aliran Permukaan dan Erosi Pada Lahan Berbasis Kakao Di

DAS Gumbasa, Sulawesi Tengah. Media Litbang Sulteng III (2) : 131– 136,

September 2010. ISSN : 1979 – 5971

Putra, A., Triyatno., Azhari, S., Dedi, H. 2018. Penilaian Erosi Berdasarkan Metode USLE

dan Arahan Konservasi pada DAS Air Dingin Bagian Hulu Kota Padang Sumatera

Barat. Geografi 10 (1): 1-13.

Puji, T.A.S. 2015. Pemetaan Tingkat Bahaya Erosi di DAS Padang. Skripsi. USU. Medan.

Sukarman dan Ai, D. 2014. Tanah Andosol di Indonesia: Karakteristik, Potensi, Kendala,

dan Pengelolaannya untuk pertanian, Bogor. Balai Besar Penelitiandan

Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor

Utomo, K.D dan Aprilia, A. 2014. Perencanaan konservasi Sub DAS Cimuntur Kabupaten

Ciamis. Jurnal Karya Teknik Sipil. 3(1):105–118