Praktikum Uji Aspal

43
BAB II PENGUJIAN BAHAN ASPAL 2.1 Penetrasi Bahan Bitumen Standar spesifikasi : AASHTO T-49-68 ASTM D-5-71 SK.SNI M-08-1989-F 2.1.1 Pendahuluan Aspal merupakan pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya sangat menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal yang merupakan bahan jalan. Salah satu jenis pengujian dalam menentukan persyaratan mutu aspal adalah penetrasi aspal yang merupakan sifat rheologi aspal yaitu kekerasan aspal. Penggunaan aspal pada perkerasan jalan harus disesuaikan dengan kondisi, situasi, dan jenis perkerasan yang dipakai. Aspal biasanya mempunyai angka penetrasi 40/50, 60/70, 80/100, dan 100/120. Semakin besar angka penetrasi, maka semakin lembek aspal tersebut. 2.1.2 Maksud dan Tujuan Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen keras atau lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum ukuran 1 mm, beban 19

description

pengujian aspal pen 60-70

Transcript of Praktikum Uji Aspal

Page 1: Praktikum Uji Aspal

BAB II

PENGUJIAN BAHAN ASPAL

2.1 Penetrasi Bahan Bitumen

Standar spesifikasi :

AASHTO T-49-68

ASTM D-5-71

SK.SNI M-08-1989-F

2.1.1 Pendahuluan

Aspal merupakan pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya

sangat menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal yang merupakan

bahan jalan. Salah satu jenis pengujian dalam menentukan persyaratan mutu

aspal adalah penetrasi aspal yang merupakan sifat rheologi aspal yaitu

kekerasan aspal.

Penggunaan aspal pada perkerasan jalan harus disesuaikan dengan

kondisi, situasi, dan jenis perkerasan yang dipakai. Aspal biasanya

mempunyai angka penetrasi 40/50, 60/70, 80/100, dan 100/120. Semakin

besar angka penetrasi, maka semakin lembek aspal tersebut.

2.1.2 Maksud dan Tujuan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi

bitumen keras atau lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum

ukuran 1 mm, beban 100 gram, setiap 5 detik kedalam bitumen pada suhu

tertentu

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan angka

penetrasi dari aspal keras yang diuji, kemudian angka penetrasi tersebut

digunakan untuk menentukan beban maksimum kendaraan yang diijinkan

melalui jalan yang ditinjau supaya tidak terjadi kerusakan jalan.

2.1.3 Bahan dan Peralatan

Bahan :

1) Aspal keras yang akan digunakan pada pembuatan campuran aspal panas.

19

Page 2: Praktikum Uji Aspal

2) Air

Peralatan :

1) Alat penetrasi (penetrometer) yang dapat menggerakkan pemegang jarum

naik turun tanpa gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.

2) Pemegang jarum seberat (47,5 ± 0,05) gram yang dapat dilepas dengan

mudah dari alat penetrasi.

3) Pemberat dari (50 ± 0,05) gram dipergunakan untuk pengukuran penetrasi

dengan beban 100 gram.

4) Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 44oC atau HRC 54 sampai

60. Ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung.

5) Cawan harus terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan

dasar yang rata-rata berukuran sebagai berikut :

Tabel 2.1 Ketentuan Bentuk Cawan

6) Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi di mana

mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang cukup untuk

merendam benda uji tanpa gerak.

7) Pengukur waktu untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan

stopwatch dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dari

kesalahan tertinggi 0,1 detik. Untuk pengukuran penetrasi dengan alat,

otomatis kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik.

2.1.4 Penyiapan Benda Uji

Aspal dipanaskan secara perlahan dan diaduk hingga cukup cair untuk

dapat dituangkan. Pemanasan aspal untuk tidak lebih dari 60oC di atas titik

lembek. Waktu pemanasan tidak boleh melebihi 30 menit. Aspal diaduk

perlahan-lahan agar udara tidak masuk kedalam aspal tersebut.

20

Penetrasi Diameter Kedalaman

<200 55 mm 35 mm

200 – 300 70 mm 45 mm

Page 3: Praktikum Uji Aspal

Setelah merata, aspal cair dituangkan ke dalam tempat contoh dan

biarkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak boleh

kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm. Buat dua benda uji. Tutuplah

benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang selama 1

sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk benda uji

besar.

2.1.5 Proses Pengujian

1) Meletakkan benda uji di dalam tempat air yang kecil yang telah berada

pada suhu yang ditentukan dan mendiamkannya selama 1 sampai 1,5 jam.

2) Memeriksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik,

kemudian membersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau pelarut lain,

lalu mengeringkan jarum tersebut dengan lap bersih dan memasangkannya

pada pemegang jarum.

3) Meletakkan pemberat 100 gram di atas jarum sehingga diperoleh beban

sebesar (100 ± 0,1) gram.

4) Memindahkan tempat air ke bawah alat penetrasi.

5) Memutar arloji penetrometer kemudian angka penetrasi yang berhimpit

dengan jarum petunjuk dibaca dan di catat dengan pembulatan hingga

angka 0,1 mm terdekat.

6) Menurunkan jarum perlahan-lahan hingga jarum tersebut menyentuh

permukaan benda uji, kemudian mengatur angka 0 di arloji penetrometer

sehingga jarum penunjuk berhimpit dengannya.

7) Melepaskan pemegang jarum dan stopwatch sehingga berjalan serentak

selama jangka waktu (5 ± 0,1) detik.

8) Pekerjaan sampai dengan di atas dilakukan tidak kurang dari 5 kali untuk

benda uji yang sama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak

satu sama lain dari tepi dinding lebih dari 1 cm.

21

Page 4: Praktikum Uji Aspal

2.1.6 Data Hasil Pengujian

Tabel 2.3 Data Hasil Penetrasi

Penetrasi Pada

25oCPenetrasi

100 gr, 5 detik I II

Pengamatan 1 62 54

Pengamatan 2 66 63

Pengamatan 3 70 48

Pengamatan 4 60 53

Pengamatan 5 68 65

Rerata 65.2 56.6

Rata-rata 60.9

2.1.7 Perhitungan dan Analisis

Mencari rata-rata nilai penetrasi dari percobaan diatas adalah

sebagai berikut:

Nilai penetrasi rata-rata 1 = 62 + 66 + 70 + 60 + 68 5

= 65.2 mm

Nilai penetrasi rata-rata 2 = 54 + 63 + 48 + 53 + 65 5

= 56.6 mm

Nilai penetrasi rata-rata = 65.2 + 56 .5 2

= 60.9 mm

Dari analisis data, diperoleh nilai rata-rata 60.9 mm. Hal tersebut

tentunya tidak melampaui angka toleransi yang di ijinkan yaitu sebesar 4 mm

(Tabel 2.1.4).

22

Page 5: Praktikum Uji Aspal

Penetrasi aspal adalah salah satu cara yang digunakan dalam

pengelompokkan aspal. Dalam penggunaan di lapangan, nilai penetrasi

tersebut disesuaikan dengan suhu lingkungan.

Tabel 2.4 Ketentuan Toleransi Nilai Penetrasi yang Tertinggi dengan yang

Terendah

T

Tabel 2.5 Range Angka Penetrasi

Penetrasi 40/50 60/70 80/90

Range Angka Penetrasi 40-59 60-79 80-99

2.1.8 Kesimpulan

Nilai penetrasi diperoleh dari uji penetrasi dari alat penetrometer pada

suhu 25oC dengan beban 100 gram selama 5 detik, di mana dilakukan

sebanyak lima kali dengan dua benda uji. Dari hasil percobaan yang telah

dilakukan diperoleh nilai penetrasi aspal sebesar 60.9 mm sehingga

memenuhi persyaratan aspal penetrasi 60/70. Hal tersebut berarti aspal

tersebut mempunyai angka penetrasi yang cukup baik dan ideal digunakan

sebagai bahan lapisan aspal beton. Aspal dengan penetrasi 60/70 digunakan

untuk jalan bervolume tinggi dan daerah panas sehingga didapatkan stabilitas

yang tinggi.

2.1.9 Saran

23

Hasil

penetrasi0-49 50-149 150-249 250-500

Toleransi 2 4 12 20

Page 6: Praktikum Uji Aspal

1) Untuk memperoleh angka penetrasi yang tepat, saat memberhentikan dan

membaca stopwatch harus teliti.

2) Jarum perlu dijaga kebersihannya, karena apabila jarum kotor atau aspal

masih tersisa pada jarum, maka penurunan jarum tidak maksimal dan

menghasilkan angka yang tidak sebenarnya.

3) Percobaan sebaiknya dilakukan pada suhu ruangan 25oC agar

mendapatkan hasil yang sesuai atau mendekati spesifikasinya.

2.2 Titik Lembek Aspal

Standar spesifikasi:

AASHTO T- 53-74

ASTM D 36-70

SNI 06-2434-1991

2.2.1 Pendahuluan

Titik lembek adalah suhu pada saat bola baja dengan berat

tertentu, mendesak turun lapisan aspal yang tertahan dalam cincin

berukuran tertentu sehingga aspal tersebut menyentuh pelat dasar yang

terdapat dibawah cincin berukuran tertentu akibat dari kecepatan

kepanasan tertentu.

Titik lembek berkaitan dengan kemampuan suatu campuran

aspal untuk menahan beban lalu lintas di lapangan. Apabila suhu di

lapangan relatif tinggi, maka aspal sebagai bahan pengikat campuran

akan lembek sehingga kekuatan pengikatan menjadi lemah. Oleh karena

itu, aspal yang mempunyai titik lembek tinggi atau relatif tinggi akan

tahan terhadap pengaruh suhu di lapangan sehingga kekuatan campuran

aspal relatif tinggi.

2.2.2 Maksud dan Tujuan

Pemeriksaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan titik lembek

aspal yang berkisar antara 30oC-200oC.

Tujuan percobaan tersebut adalah untuk mengetahui pada suhu

dimana aspal mulai lembek sehingga dalam perencanaan jalan bisa

24

Page 7: Praktikum Uji Aspal

diperkirakan bahwa aspal yang digunakan masih tahan dengan suhu di

lokasi perencanaan jalan tersebut.

25

Page 8: Praktikum Uji Aspal

2.2.3 Bahan dan Peralatan

Bahan :

1) Aspal Keras (penetrasi 60/70).

2) Es Batu.

3) Air Suling.

Peralatan :

1) Termometer.

2) Cincin kuningan.

3) Bola baja, diameter 9,53 mm, berat 3,45 – 3,55 gram.

4) Alat pengarah bola.

5) Bejana gelas, tahan pemanasan mendadak dengan diameter dalam 8,5

cm dengan tinggi sekurang-sekurangnya 12 cm.

6) Dudukan benda uji.

7) Penjepit.

2.2.4 Penyiapan Benda Uji

1) Memanaskan contoh aspal perlahan-lahan sambil diaduk terus-menerus

hingga cair merata. Pemanasan dan pengadukan dilakukan dengan

perlahan-lahan agar gelembung-gelembung udara tidak masuk. Setelah

aspal cair merata, tuangkan contoh ke dalam dua buah cincin. Suhu

pemanasan aspal tidak boleh melebihi 111oC di atas titik lembeknya.

Waktu untuk pemanasan aspal tidak boleh melebihi 2 jam.

2) Memanaskan cincin sampai mencapai suhu tuang contoh dan meletakkan

kedua cincin di atas pelat kuningan yang telah diberi lapisan dari

campuran talk dan glycerin.

3) Menuangkan contoh ke dalam cincin dan didiamkan pada suhu sekurang-

kurangnya 8oC di bawah titik lembeknya sekurang-kurangnya 30 menit.

4) Setelah dingin, permukaan contoh dalam cincin diratakan dengan pisau

yang telah dipanaskan.

26

Page 9: Praktikum Uji Aspal

2.2.5 Proses Pengujian

1) Mengisi bejana dengan air suling dan es batu dengan suhu (5±1)oC

sehingga tinggi permukaan air berkisar antara 101,6–108 mm.

2) Memasang kedua benda uji dan mengaturnya di atas dudukan dan

meletakkan pengarah bola di atasnya, kemudian memasukkan peralatan

tersebut ke dalam bejana gelas. Meletakkan termometer di antara kedua

benda uji (±12,7 mm dari cincin). Jarak antara permukaan pelat dasar

dengan dasar benda uji diperiksa dan diatur sehingga menjadi 25,4 mm.

3) Meletakkan bola-bola baja yang bersuhu 5o C di atas dan di tengah

permukaan masing-masing benda uji yang bersuhu 5o C menggunakan

penjepit dengan cara memasang kembali pengarah bola.

4) Memanaskan air hingga kenaikan suhu 5oC per menit. Kecepatan

pemanasan ini tidak boleh diambil dari kecepatan pemanasan rata-rata

dari awal dan akhir pekerjaan ini. Untuk 3 menit yang pertama perbedaan

pemanasan tidak boleh melebihi 0,5oC.

27

Page 10: Praktikum Uji Aspal

2.2.6 Presentasi Data Hasil Pengujian

Tabel 2.6 Pemeriksaan Titik Lembek

Pembukaan

contoh

Mendinginkan

Contoh

Mencapai suhu

Pemeriksaan

Pemeriksaan

Contoh dipanaskan

Mulai jam : 11.01 WIB

Selesai jam : 11.11 WIB

Didiamkan pada suhu ruang

Mulai jam : 11.11 WIB

Selesai jam : 12.21 WIB

Direndam pada suhu 5oC

Mulai jam : 12.21 WIB

Selesai jam : 12.50 WIB

Titik Lembek

Mulai jam : 13.30 WIB

Selesai jam : 14.00 WIB

Pembacaan suhu oven

temperatur 110oC

Pembacaan suhu lemari

es temperatur 5oC

Tabel 2.7 Data Hasil Pengujian Titik Lembek

NoSuhu yang diambil Waktu (menit) Titik Lembek ( o C )

o C o F I II I II1 5 41 0 0

2 10 50 1’00” 1’00”

3 15 59 2’00” 2’00”

4 20 68 3’00” 3’00”

5 25 77 4’00” 4’00”

6 30 86 5’00” 5’00”

7 35 95 6’00” 6’00”

8 40 104 7’00” 7’00”

9 45 113 8’00” 8’00”

10 50 122 9’25” 9’25”

11 66 131 17’00” - 58 -

28

Page 11: Praktikum Uji Aspal

2.2.7 Perhitungan dan Analisa

Rata-rata nilai titik lembek dari percobaan di atas dihitung dengan

sebagai berikut:

Nilai titik lembek rata-rata = 58+58

2

= 58 oC

Pada percobaan ini diperoleh data titik lembek yaitu 58oC . Aspal

yang digunakan dalam percobaan adalah aspal dengan penetrasi 60 / 70 yang

memiliki titik lembek antara 48-58 oC sehingga aspal yang diuji masuk

dalam spesifikasi.

Pengujian titik lembek merupakan salah satu cara untuk

mengetahui pada suhu berapa aspal mulai melembek sehingga dapat

menentukan aspal yang digunakan sesuai atau tidak dengan suhu yang ada di

lapangan.

2.2.8 Kesimpulan

Titik lembek aspal percobaan adalah 58 oC sehingga aspal tersebut

memenuhi spesifikasi aspal penetrasi 60/70 di mana titik lembek berada pada

suhu 48-58 oC.

2.2.9 Saran

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan

percobaan adalah :

1) Persiapan pengujian benda uji harus sesuai dengan prosedur.

2) Pembacaan termometer harus teliti.

3) Pembacaan stopwatch harus teliti.

29

Page 12: Praktikum Uji Aspal

2.3 Pemeriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar

Standar Spesifikasi :

SK SNI M-19-1990-F

AASHTO T 48-89

ASTM D 92-78

2.3.1 Pendahuluan

Pengujian ini bertujuan untuk mengukur suhu dimana aspal mulai

dapat mengeluarkan nyala api dan terbakar akibat pemanasan dengan

menggunakan Cleveland Open Cup. Titik nyala adalah suhu terendah ketika

terlihat percikan api untuk pertama kalinya di atas permukaan aspal,

sedangkan titik bakar adalah suhu terendah di mana aspal terbakar selama

minimal 5 detik.

2.3.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui suhu pada

saat terlihat nyala api pada permukaan aspal dan mengetahui suhu pada saat

permukaan aspal mulai terbakar.

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui titik nyala

dan titik bakar aspal. Suhu yang didapatkan ini adalah sebagai simulasi

terhadap suhu maksimum yang bisa terjadi pada aspal sampai aspal mengalami

kerusakan permanen.

2.3.3 Bahan dan Peralatan

Bahan:

1) Aspal Keras

Peralatan:

1) Cawan kuningan (cleveland open cup).

2) Termometer.

3) Nyala penguji, dapat diatur dan memberikan nyala dengan diameter 3,2

mm sampai 4,8 mm dengan panjang tabung 7,5 cm.

4) Plat pemanas terbuat dari logam untuk melekatkan cawan cleveland dan

bagian atas dilapisi asbes setebal 0,6 cm.

30

Page 13: Praktikum Uji Aspal

5) Sumber pemanasan, pembakaran gas atau tungku listrik, atau pembakar

alkohol yang tidak menimbulkan asap atau nyala di sekitar bagian

atas cawan.

6) Penahan angin.

7) Stop watch.

8) Korek api.

2.3.4 Penyiapan Benda Uji

1) Memanaskan contoh aspal antara 148,9oC – 176oC sampai cukup cair.

2) Menuangkan aspal ke dalam cawan cleveland hingga mencapai garis dan

menghilangkan (memecahkan) gelembung udara yang ada pada

permukaan cairan.

2.3.5 Prosedur Pengujian

1) Meletakkan cawan di atas plat pemanas dan mengatur sumber pemanas

sehingga terletak dibawah titik tengah cawan.

2) Meletakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik

tengah cawan.

3) Menempatkan termometer tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak

6,4 mm di atas dasar cawan dan terletak pada garis yang

menghubungkan titik tengah cawan dan titik poros nyala penguji,

kemudian mengatur poros termometer sehingga terletak pada jarak ¼

diameter cawan dari tepi.

4) Menyalakan sumber pemanas dan mengatur pemanasannya sehingga

kenaikan suhu menjadi 15oC per menit sampai benda uji mencapai suhu

56oC dibawah titik nyala perkiraan.

5) Kemudian mengatur kecepatan pemanasan 5oC sampai 6oC per menit

pada suhu antara 56oC dan 28oC sebelum titik nyala 0,5oC per menit.

6) Menyalakan nyala penguji agar diameter nyala penguji tersebut menjadi

3,2 mm sampai 4,8 mm.

7) Memutar nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi

ke tepi cawan) dalam waktu 1 detik. Langkah tersebut diulangi setiap

kenaikan 2oC.

31

Page 14: Praktikum Uji Aspal

8) Melanjutkan langkah f dan g sampai terlihat nyala singkat pada suatu

titik di atas permukaan benda uji.

9) Melakukan pembacaan suhu sampai terlihat nyala yang agak lama

sekurang-kurangnya 5 detik di atas permukaan benda uji.

10) Membaca dan mencatat suhu pada termometer.

2.3.6 Presentasi Data Hasil Pengujian

Tabel 2.8 Pemeriksaan Titik Nyala

Pembukaan

contoh

Contoh dipanaskan

Mulai jam :

Selesai jam :

Pembacaan

waktu

10:45

11:02

Pembacaan suhu

oven

Temperatur

110oC

Menentukan titik

nyala contoh

Penuangan contoh

Mulai jam :

Selesai jam :

11:05

11:05

Pembacaan suhu

menuang

Temperatur

110oC

Kenaikan suhu

Contoh

Sampai.56oC

Dibawah

Titik nyala

Mulai jam :

Selesai jam :

Antara 56oC - 28oC

Mulai jam :

Selesai jam :

11:05

11:17

11:17

12:02

15oC/menit

5oC-6oC/menit

Titik nyala

perkiraan ( oC )

32

Page 15: Praktikum Uji Aspal

Tabel 2.9 Data Hasil Percobaan Titik Nyala

2.3.7 Perhitungan dan Analisa Data

Pada pengamatan, titik nyala terlihat jelas karena ruangan yang

digunakan tidak gelap dan pengaturan kenaikan suhu yang tidak bertahap.

Pada pengamatan, titik bakar tidak terlihat karena kapasitas termometer yang

digunakan rendah.

2.3.8 Kesimpulan

Menurut spesifikasi yang digunakan, titik nyala terjadi minimal

pada suhu 200oC, dan titik bakar terjadi ± 5 menit dari titik nyala. Dari hasil

pemeriksaan menunjukkan titik nyala sebesar 260 oC ˃ 200oC berarti

memenuhi spesifikasi sifat untuk penetrasi 60/70.

2.3.9 Saran

1) Pengamatan titik nyala dan titik bakar sebaiknya dilaksanakan di

ruangan yang gelap agar nyala api dapat terlihat dengan jelas.

2) Nyala api harus stabil untuk mendapatkan kenaikan suhu yang bertahap.

3) Pembacaan suhu pada termometer harus teliti dan tepat.

4) Suhu pada ruangan harus lebih stabil.

33

oC dibawah titik nyala

56

51

46

41

36

31

26

21

16

11

6

1

Waktu

1’24”

3’18”

5’12”

7’6”

9’12”

10’54”

12’48”

14’42”

16’36”

18’30”

20’24”

22’18”

oC

204

209

214

219

224

229

234

239

244

249

254

259

Titik nyala

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

260 oC

Page 16: Praktikum Uji Aspal

2.4 Pemeriksaan Daktilitas

Standar spesifikasi:

AASHTO T-54-74

ASTM D-113-69

SK.SNI M-08-1989-F

2.4.1 Pendahuluan

Uji daktilitas aspal adalah suatu uji kualitatif yang secara tidak

langsung dapat digunakan untuk mengetahui tingkat adhesiveness atau

daktilitas aspal keras. Aspal dengan nilai daktilitas yang rendah adalah aspal

yang memiliki daya adhesi yang kurang baik dibandingkan dengan aspal

yang memiliki nilai daktilitas yang tinggi.

2.4.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengukur jarak yang

terpanjang yang dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi bitumen keras

sebelum putus pada suhu 25oC dan kecepatan tarik 5 cm/detik. Tujuan dari

percobaan ini adalah untuk mengetahui nilai daktilitas aspal dimana akan

berpengaruh dalam pengikatan terhadap agregat pada campuran aspal panas.

2.4.3 Bahan dan Peralatan

Bahan:

1) Aspal keras

2) Glycerin

3) Dexarin

4) Air

Peralatan:

1) Cetakan daktilitas yang terbuat dari kuningan.

2) Bak perendam isi 10 liter yang dapat menjaga suhu tertentu selama

pengujian dengan ketelitian 0,1oC dan benda uji dapat direndam sekurang-

kurangnya 10 cm di bawah permukaan air. Bak tersebut dilengkapi

dengan pelat dasar yang berlubang diletakkan 5 cm dari bak dasar

perendam untuk meletakkan benda uji.

34

Page 17: Praktikum Uji Aspal

3) Mesin uji dengan ketentuan sebagai berikut :

4) Dapat menarik benda uji dengan kecepatan tetap.

5) Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan getaran

selama pemeriksaan.

2.4.4 Penyiapan Benda Uji

1) Melapisi semua bagian dalam cetakan daktilitas dan bagian atas pelat

dasar dengan campuran glycerin dan dexarin

2) Memanaskan contoh aspal kira-kira 100 gram sehingga menjadi cair dan

dapat dituang. Untuk menghindarkan pemanasan setempat, dilakukan

dengan hati-hati. Pemanasan dilakukan sampai suhu antara 80oC sampai

1000C di atas titik lembek, kemudian menuangkan contoh ke dalam

cetakan dari ujung ke ujung hingga penuh.

3) Pada waktu mengisi cetakan, contoh dituang dengan hati-hati dari ujung

ke ujung hingga penuh berlebihan.

4) Mendinginkan cetakan pada suhu ruang selama 30 sampai 40 menit, lalu

memindahkan seluruhnya ke dalam bak perendam yang telah disiapkan

pada suhu pemeriksaan selama 30 menit, dan diratakan.

2.4.5 Prosedur Pengujian

1) Mendiamkan benda uji pada suhu 25oC dalam bak perendam selama 85

sampai 95 menit, kemudian benda uji tersebut dilepaskan dari plat dasar

dan sisi-sisi cetakan.

2) Memasang benda uji pada mesin uji, kemudian menarik benda uji secara

teratur dengan kecepatan 5 cm/menit sampai benda uji putus. Perbedaan

kecepatan ± 5% masih diijinkan.

3) Membaca jarak antara pemegang cetakan pada saat benda uji putus (dalam

cm). Selama percobaan berlangsung benda uji harus terendam sekurang-

kurangnya 2,5 cm dari air dan suhu harus dipertahankan tetap (25 ±

9.5)oC.

35

Page 18: Praktikum Uji Aspal

2.4.6 Presentasi Data Hasil Pengujian

Tabel 2.10 Pemeriksaan Daktilitas

Pembukaan

contoh

Mendinginkan

contoh

Mencapai suhu

pemeriksaan

Pemeriksaan

Contoh dipanaskan

Mulai jam:

Selesai jam:

Didinginkan pada

suhu ruang

Mulai jam:

Selesai jam:

Direndam pada suhu

25oC

Mulai jam:

Selesai jam:

Daktilitas pada suhu

25oC

Mulai jam:

Selesai jam:

Pembacaan waktu

14.18

14.25

14.25

14.35

14.35

16.05

16.05

16.15

Pembacaan suhu

temperatur 110oC

Pembacaan suhu

temperatur 25oC

Pembacaan suhu

temperatur 25oC

Tabel 2.11 Data Hasil Pemeriksaan Daktilitas

Daktilitas pada suhu 25°C

5 cm per menit

Pembacaan pengukuran pada alat

Pengamatan I

Pengamatan II

113 cm (belum putus)

113 cm (belum putus)

Rata-rata 113 cm (belum putus)

2.4.7 Perhitungan dan Analisa

Pada percobaan I dan II diperoleh daktilitas yang sama, yaitu: 110

cm.

Jadi daktilitas rata-rata = 113+ 113

2

= 113cm (belum putus)

Daktilitas adalah salah satu cara pengujian aspal untuk mengetahui

pada jarak berapa aspal akan putus. Semakin tinggi nilai penetrasinya maka

36

Page 19: Praktikum Uji Aspal

nilai daktilitas akan semakin tinggi, sehingga aspal akan terbilang semakin

plastis.

2.4.8 Kesimpulan

Besarnya daktilitas aspal 60/70 disyaratkan minimal 100 cm. Dari

hasil uji pemeriksaan daktilitas terhadap kedua benda uji aspal di atas

diperoleh hasil 113cm sehingga memenuhi spesifikasi penetrasi 60/70.

2.4.9 Saran

1) Percobaan sebaiknya dilakukan pada suhu ruang (25 oC) untuk agar

mendapuatkan hasil yang sesuai dengan standar percobaan.

2) Mesin uji dengan kapasitas alat ukur yang lebih panjang sangat

disarankan untuk melihat dengan jelas jarak terpanjang benda uji akan

putus.

3) Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemeriksaan sebaiknya dilakukan

dengan yang teliti dan minimal percobaan dilakukan dua kali.

2.5 Pemeriksaan Kelarutan Aspal dengan Karbon Tetra Klorida (CCl4)

Standar spesifikasi :

37

Page 20: Praktikum Uji Aspal

AASHTO T-44-70

AASHTO D-165-42

2.5.1 Pendahuluan

Kemurnian aspal adalah jumlah bitumen yang larut dalam CCL4,

dimana semakin sedikit residu atau kotoran yang larut maka kemurnian aspal

makin tinggi.

2.5.2 Maksud dan Tujuan

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kadar bitumen yang

larut dalam karbon tetra klorida (CCl4), sehingga dapat diketahui kemurnian

aspal. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui tingkat

kemurnian aspal dan untuk menentukan apakah aspal yang diuji, layak

digunakan atau tidak sebagai bahan pengikat.

2.5.3 Bahan dan Peralatan

Bahan :

1) Aspal.

2) CCl4 (100 ml).

Peralatan :

1) Labu Erlenmeyer berkapasitas 125 ml, 1 buah.

2) Kertas saring.

3) Oven.

4) Pompa hisap.

5) Timbangan.

2.5.4 Penyiapan Benda Uji

Bitumen sudah disiapkan di laboratorium dalam bentuk aspal cair

dengan penetrasi 60/70 seberat 3 gram.

2.5.5 Prosedur Pengujian

1) Menimbang Labu erlenmeyer.

38

Page 21: Praktikum Uji Aspal

2) Memasukkan benda uji ke dalam labu erlenmayer hingga suhunya sama

dengan suhu ruangan. Setelah itu, tuangkan 100 ml CCL4 sedikit demi

sedikit sehingga bitumen larut.

3) Menuangkan kertas saring dan dioven selama 5 menit dan ditimbang.

4) Melipat kertas saring yang telah dioven sehingga menyerupai corong

diletakkan di atas mulut pompa hisap.

5) Menuang larutan dari prosedur b ke atas kertas saring yang telah

disiapkan.

6) Setelah larutan habis, kertas saring dimasukkan ke dalam oven selama 15

menit, lalu ditimbang.

2.5.6 Presentasi Dari Hasil Pengujian

Tabel 2.11 Tabel Pemeriksaan Kelarutan Aspal

1.Pemanasan

contoh

2. Pemeriksaan

Penimbangan

Pelarutan

4. Penyaringan

5. Pengeringan

6. Penimbangan

Contoh dipanaskan

Mulai jam

Selesai jam

Didiamkan Pada Suhu

Ruang

Mulai jam

Selesai jam

Mulai jam

Selesai jam

Mulai jam

Selesai jam

Mulai jam

Selesai Jam

Pembacaan

waktu

09.45

10.30

10.30

11.10

11.25

12.55

12.55

13.15

13.20

13.25

Pembacaan

suhu oven

110o C

2.5.7 Hasil Pengujian

Tabel 2.12 Tabel Data Hasil Percobaan Kelarutan Aspal

39

Page 22: Praktikum Uji Aspal

2.5.8 Perhitungan dan Analisa

Berat aspal = (berat erlenmeyer + aspal) – (berat

erlenmeyer kosong)

= 116,91 – 113,91

= 3 gram

Berat endapan = (berat kertas saring + endapan) – (berat

kertas saring kosong)

= 2 – 1,23

= 0,77 gram

Prosentase endapan = 0,77/3 x 100%

= 2,31 %

Presentase aspal yang larut = 100% - 2,31%

= 97,69 %

Dari hasil pemeriksaan kelarutan aspal dalam CCl4 diperoleh nilai

kelarutan aspal = 97,69 %. Ini berarti aspal tersebut tidak memenuhi syarat

untuk aspal penetrasi 60/70 sebesar 99 %.

2.5.9 Kesimpulan

Jumlah bitumen yang larut dalam CCl4 menyatakan kemurnian aspal

dimana makin besar bitumen yang larut maka tingkat kemurnian aspal makin

tinggi.

Dari hasil pemeriksaan kelarutan aspal dalam CCl4, diperoleh nilai

kelarutan CCl4 = 97,69%. Ini berarti aspal yang diuji tidak memenuhi

persyaratan di mana nilai kelarutan minimal 99%. Aspal tersebut tidak

40

Berat Erlenmeyer + aspal = 116,91 gr

Berat Erlenmeyer kosong = 113,91 gr

Berat aspal = 3 gr

Berat kertas saring + endapan = 2 gr

Berat kertas Saring kosong = 1,2 3 gr

Berat endapan = 0,77 gr

Atau = 0,77/3 x 100% = 2,31%Rata – rata = 2,31%Yang larut = (100-2,31)% = 97,69%

Page 23: Praktikum Uji Aspal

diperbolehkan untuk dipakai karena mengandung bahan lain >1%, residu

berupa debu atau kotoran yang dapat mengganggu ikatan antara aspal dan

agregat, menurunkan nilai daktilitas, dan plastisitas.

Data pemeriksaan kelarutan aspal dalam CCl4 dapat pula berfungsi

sebagai pengontrol terhadap material aspal yang dipakai di lapangan.

2.5.10 Saran

1) Untuk menjaga keawetan aspal, maka perlu dicegah terjadinya kontak

antara aspal dengan CCl4 karena dapat menyebabkan kerapuhan pada

aspal.

2) Untuk mendapatkan hasil yang akurat, percobaan dilakukan dengan

cermat dan teliti serta percobaan dilakukan dua ( 2 ) kali.

41

Page 24: Praktikum Uji Aspal

2.6 Berat Jenis Bitumen atau Aspal Keras

Standar spesifikasi :

AASHTO T-228-68

ASTM D-70-72

2.6.1 Pendahuluan

Dalam penggunaan aspal sebagai material campuran aspal panas

harus benar-benar diketahui sifatnya, termasuk di antaranya berat jenis

bitumen. Berat jenis bitumen adalah perbandingan antara berat bitumen dan

berat air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu.

2.6.2 Maksud dan Tujuan

Pemeriksaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan berat jenis

aspal dengan membandingkan berat bitumen dan berat air suling

menggunakan alat picnometer. Tujuan pemeriksaan tersebut adalah untuk

membandingkan berat jenis aspal terhadap persyaratan yang ditentukan

untuk digunakan dalam analisis campuran.

2.6.3 Bahan dan Peralatan

Bahan :

1) Aspal Keras

2) Air Suling

Peralatan :

1) Timbangan.

2) Picnometer.

3) Bejana gelas.

42

Page 25: Praktikum Uji Aspal

2.6.4 Prosedur Pengujian

1) Membersihkan, mengeringkan dan menimbang Picnometer dalam

keadaan kosong kemudian mencatat berat picnometer kosong ( A ).

2) Mengisi picnometer dengan air hingga penuh dan ditutup rapat, kemudian

picnometer + air ditimbang dan catat beratnya ( B ).

3) Mengeluarkan air dari dalam picnometer, lalu membersihkan picnometer

tersebut dan dikeringkan. Selanjutnya, mengisi picnometer tersebut

dengan aspal yang sudah dipanaskan setinggi ± 3/4 bagian dari isi

picnometer, lalu mendiamkannya sampai dingin tidak kurang dari 40

menit. Timbang dan catat berat picnometer dan aspal tersebut (C) tersebut.

4) Picnometer + aspal diisi air hingga penuh dan ditutup rapat kemudian

timbang dan catat berat picnometer + aspal + air (D).

5) Membersihkan Picnometer dan mengembalikannya ke tempatnya semula.

2.6.5 Data Hasil Pengujian

Tabel 2.13 Pemeriksaan Berat Jenis Aspal

Pembukaan contoh

Mendinginkan contoh

Mencapai suhu

Pemeriksaan

Pemeriksaan

Dipanaskan

Mulai jam : 10.00

Selesai jam : 10.44

Didiamkan

Mulai jam : 10.45

Selesai jam : 11.30

Direndam

Mulai jam : 11.31

Selesai jam : 12.00

Berat jenis

Mulai jam : 12.00

Selesai jam : 12.20

Pembacaan suhu oven

Temperatur 110oC

Tabel 2.14 Data Hasil Pengujian Berat Jenis Aspal

43

Page 26: Praktikum Uji Aspal

Contoh I II

Berat picnometer + contoh (C)

Berat picnometer kosong (A)

Berat aspal (1)

Berat picnometer + Air (B)

Berat picnometer kosong (A)

Berat Air (2)

Berat picnometer + aspal + air (D)

Berat picnometer + aspal (C)

Berat Air (3)

Berat aspal (2 - 3)

Berat Jenis = (1)/(2-3)

Rata-Rata

29,65 gr

1 5 , 8 gr

13,85 gr

40,4 gr

1 5 , 8 gr

24,6 gr

41,1 gr

2 9 ,65 gr

11,45 gr

13,15 gr

1,053

1,0485

26,59 gr

14,05 gr

12,54gr

39,02 gr

1 4 , 05 gr

24,97 gr

39,55 gr

2 6, 59 gr

12,96 gr

12,01 gr

1,044

2.6.6 Perhitungan dan Analisa

BJ =

Keterangan:

A = Berat picnometer kosong (dengan penutup) (gram)

B = Berat picnometer berisi air (gram)

C = Berat picnometer berisi aspal (gram)

D = Berat picnometer berisi aspal dan air (gram)

Contoh I

44

(C-A)

(B-A)- (D-C)

Page 27: Praktikum Uji Aspal

Berat contoh (1) = C - A

= 29,65 – 15,8

= 13,85 gram

Berat Air (2) = (B-A) BJ air = (40 , 4 – 1 5 , 8) 1 = 24,6 gram

Berat Air (3) = (D-C) BJ air = ( 41,1 – 2 9 ,65 )

1= 11,45 gram

Isi Contoh = ( 2 – 3 )

= 24,6 – 11,45

= 13,15 gram

Berat Jenis Aspal Keras = Berat Contoh

Isi Contoh

= 13 , 85

13,15

= 1,053Contoh IIBerat contoh (1) = C - A

= 26,59 – 14,05

= 12,54 gram

Berat Air (2) = (B-A) BJ air = ( 39,02 -1 4,05 )

1= 24,97 gram

Berat Air (3) = (D-C) BJ air = ( 39,55 – 26, 59)

1= 12,96 gram

Isi contoh = ( 2 – 3 )

= 24,97 – 12,96 = 12,01 gram

Berat Jenis Aspal Keras = Berat Contoh

Isi Contoh

45

Page 28: Praktikum Uji Aspal

= 12,54

12,01

= 1,044

Berat Jenis Rata-Rata = 1,0 5 3+1,044 2= 1,0485

Menurut SNI 06-2441-1991, persyaratan yang ditentukan untuk berat

jenis aspal penetrasi 60/70 adalah minimal 1,0. Dari hasil pemeriksaan diperoleh

hasil 1,0485. Sehingga aspal yang memenuhi spesifikasi aspal penetrasi 60/70.

Nilai berat jenis aspal hasil pengujian tersebut digunakan dalam formula berat jenis

maksimum campuran dan persentase rongga terisi aspal. Pengujian berat jenis

aspal tersebut harus dilakukan dengan teliti agar menghasilkan campuran yang

memiliki spesifikasi yang sesuai dengan spesifikasi AC.

2.6.7 Kesimpulan

Berdasarkan dari pengujian, diperoleh nilai berat jenis rata-rata aspal

sebesar 1,0485 sehingga aspal yang telah diuji tersebut memenuhi syarat

sebagai aspal penetrasi 60/70 yaitu berat jenis minimal 1.

2.6.8 Saran

1) Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dan akurat, perlu dilakukan

percobaan yang cermat dan ketelitian dalam pelaksanaan percobaan.

2) Aspal penetrasi 60/70 dapat direkomendasikan untuk bahan pembuatan

campuran aspal beton di daerah dengan suhu tropis dan dengan

kelembaban yang tinggi dan sebagai alat kontrol terhadap material aspal

yang dipakai di lapangan.

46

Page 29: Praktikum Uji Aspal

2.7 Kesimpulan Pengujian Bahan Aspal

Dari hasil pengujian terhadap bahan aspal, diperoleh kesimpulan sebagai

berikut :

1. Nilai Penetrasi aspal 60/70 sebesar 60,9 mm. Diperoleh dari uji penetrasi

dari alat penetrometer pada suhu 25oC dengan beban 100 gram selama 5

detik, di mana dilakukan sebanyak lima kali dengan dua benda uji. Untuk

aspal 60/70 range angka penetrasi adalah 60-79 dengan toleransi sebesar 4,

sehingga benda uji memenuhi persyaratan sebagai aspal penetrasi 60/70.

2. Titik lembek aspal percobaan adalah 58 oC sehingga aspal tersebut

memenuhi spesifikasi aspal penetrasi 60/70 di mana titik lembek berada

pada suhu 48-58 oC.

3. Dari hasil pemeriksaan menunjukkan titik nyala sebesar 260oC . Menurut

spesifikasi yang digunakan, titik nyala terjadi minimal pada suhu 200oC,

dan titik bakar terjadi ± 5 menit dari titik nyala.sehingga aspel tersebut

memenuhi spesifikasi sifat untuk penetrasi 60/70.

4. Besarnya daktilitas dari pemeriksaan terhadap kedua benda uji aspal di atas

adalah 113 cm.Besarnya daktilitas aspal 60/70 disyaratkan minimal 100 cm

sehingga memenuhi spesifikasi penetrasi 60/70.

5. Nilai kelarutan CCl4= 97,69 %. Ini berarti aspal yang diuji tidak memenuhi

persyaratan di mana nilai kelarutan minimal 99%. Aspal tersebut tidak

diperbolehkan untuk dipakai karena mengandung bahan lain >1%, residu

berupa debu atau kotoran yang dapat mengganggu ikatan antara aspal dan

agregat, menurunkan nilai daktilitas, dan plastisitas.

6. Nilai berat jenis rata-rata aspal sebesar 1,0485 sehingga aspal yang telah diuji

tersebut memenuhi syarat sebagai aspal penetrasi 60/70 yaitu berat jenis

minimal 1.

47