Praktikum Ilres Suppo Emulsi Dessy

14
PERCOBAAN V SUPPOSITORIA DAN EMULSI I. TUJUAN Tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuat sediaan suppositoria dan emulsi serta pengemasannya, dan memahami penulisan etiket yang benar sesuai dengan resep yang ada. II. DASAR TEORI II.1 Suppositoria Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak, atau melarut pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat teraupetik yang bersifat lokal atau sistemik (Depkes RI, 1995). Supositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang berbentuk torpedo, bentuk ini memiliki kelebihan yaitu bila bagian yang besar masuk melalui otot penutup dubur, maka supositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya (Anief, 2006). Berdasarkan jenis penggunaannya suppositoria terdiri dari :

Transcript of Praktikum Ilres Suppo Emulsi Dessy

Page 1: Praktikum Ilres Suppo Emulsi Dessy

PERCOBAAN V

SUPPOSITORIA DAN EMULSI

I. TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuat sediaan suppositoria

dan emulsi serta pengemasannya, dan memahami penulisan etiket yang benar

sesuai dengan resep yang ada.

II. DASAR TEORI

II.1 Suppositoria

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bentuk,

yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh,

melunak, atau melarut pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak

sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat teraupetik

yang bersifat lokal atau sistemik (Depkes RI, 1995).

Supositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang berbentuk

torpedo, bentuk ini memiliki kelebihan yaitu bila bagian yang besar

masuk melalui otot penutup dubur, maka supositoria akan tertarik

masuk dengan sendirinya (Anief, 2006).

Berdasarkan jenis penggunaannya suppositoria terdiri dari :

1. Suppositoria rektal, sering disebut sebagai suppositoria saja, bentuk

peluru, digunakan lewat rektum atau anus. Untuk dewasa 3 g

dan untuk anak-anak 2 g. Suppositoria rektal berbentuk torpedo

mempunyai keunggulan yaitu jika dibagian yang besar masuk

melalui jaringan otot penutup dubur, suppositoria akan masuk

dengan sendirinya.

2. Suppositoria vaginal atau ovula, berbentuk bola lonjong seperti

kerucut, digunakan untuk vagina. Berat antara 3 – 5g . umumnya 5g.

Suppositoria vaginal dengan bahan dasar yang dapat larut atau dapat

bercampur dalam air seperti PEG atau gelatin tergliserensi. Harus

dismpan dalam wadah yang tertutup rapat, sebaiknya pada suhu

dibawah 35°C.

Page 2: Praktikum Ilres Suppo Emulsi Dessy

3. Suppositoria uretra digunakan lewat uretra, berbentuk batang dengan

panjang antara 7-14cm (Soetopo, 2002).

Metode Pembuatan suppositoria terdiri dari :

1. Pembuatan dengan cara mencetak

Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode pencetakan khusus (a).

melebur basis, (b) mencampurkan bahan obat yang diinginkan, (c)

menuang hasil leburan kedalam cetakan, (d) membiarkan leburan

dingin dan mengental menjadi suppositoria, (e) melepaskan

suppositoria dengan oleum cacao, gelatin gliserin, polietilen glikol.

2. Pembuatan dengan cara kompressi

Suppositoria dapat juga dibuat dengan menekan massa yang

terdiri dari campuran basis dengan bahan obatnya dalam cetakan

khusus memakai mesin pembuat suppositoria. Dalam pembuatan

dengan cara kompresi dalam cetakan, basis suppositoria dan bahan

lainnya dalam formula dicampurkan dengan baik.

3. Pembuatan secara menggulung dan membentuk dengan tangan.

Pengolahan suppositoria dengan menggunakan tangan oleh ahli

farmasi sekarang rasanya hampir tidak pernah dilakukan. Namun

demikian, membentuk suppositoria dengan tangan merupakan bagian

dari sejarah seni para ahli farmasi (Ansel, 1989).

II.2 Emulsi

Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya

terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika

minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase

pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam minyak. Sebaliknya, jika

air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau

bahan seperti minyak merupakan fase pembawa, sistem ini disebut

sistem emulsi air dalam minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan

penambahan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu

penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi

satu fase tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi (Surfaktan)

Page 3: Praktikum Ilres Suppo Emulsi Dessy

menstabilkan dengan cara menempati antar permukaan antara tetesan

dan fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel

yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan antar

permukaan antar fase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi

selama pencampuran. Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan

obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan

dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok (Ismail, 2011).

Suatu emulsi terdiri dari dua fase yang bersifat kontradiktif, tetapi

dengan adanya zat pengemulsi maka salah satu fase tersebut terdispersi

dalam fase lainnya. Pada umumnya dikenal dua tipe emulsi yaitu :

a. Tipe A/M (Air/Minyak) atau W/O (Water/Oil)

Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan

minyak merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya

mengandung kadar air yang kurang dari 25% dan mengandung

sebagian besar fase minyak. Emulsi jenis ini dapat diencerkan atau

bercampur dengan minyak, akan tetapi sangat sulit bercampur/dicuci

dengan air.

b. Tipe M/A (Minyak/Air) atau O/W (Oil/Water)

Merupakan suatu jenis emulsi yang fase terdispersinya berupa minyak

yang terdistribusi dalam bentuk butiran-butiran kecil didalam fase

kontinu yang berupa air. Emulsi tipe ini umumnya mengandung kadar

air yang lebih dari 31% sehingga emulsi M/A dapat diencerkan atau

bercampur dengan air dan sangat mudah dicuci (Anief, 2000).

Metode pembuatan emulsi terdiri dari :

a. Metode gom basah 

Cara ini dilakukan bila zat pengemulsi yang akan dipakai berupa

cairan atau harus dilarutkan terlebih dahulu dalam air seperti kuning

telur dan metilselulosa. Metode ini dibuat dengan terlebih dahulu

dibuat mucilago yang kental dengan sedikit air lalu ditambah minyak

sedikit demi sedikit dengan pengadukan yang kuat, kemudian

ditambahkan sisa air dan minyak secara bergantian sambil diaduk

sampai volume yang diinginkan.

Page 4: Praktikum Ilres Suppo Emulsi Dessy

b. Metode gom kering

Teknik ini merupakan suatu metode kontinental pada pemakaian zat

pengemulsi berupa gom kering. Cara ini diawali dengan membuat

korpus emulsi dengan mencampur 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1

bagian gom, lalu digerus sampai terbentuk suatu korpus emulsi,

kemudian ditambahkan sisa bahan yang lain sedikit demi sedikit

sambil diaduk sampai terbentuknya suatu emulsi yang baik.

c. Metode HLB (Hidrofilik Lipofilik Balance)

Cara ini dilakukan apabila emulsi yang dibuat menggunakan suatu

surfaktan yang memiliki nilai HLB. Sebelum dilakukan pencampuran

terlebih dahulu dilakukan perhitungan harga HLB dari fase internal

kemudian dilakukan pemilihan emulgator yang memiliki nilai HLB

yang sesuai dengan HLB fase internal. Setelah diperoleh suatu

emulgator yang cocok, maka selanjutnya dilakukan pencampuran

untuk memperoleh suatu emulsi yang diharapkan. Umumnya emulsi

akan berbantuk tipe M/A bila nilai HLB emulgator diantara 9 – 12 dan

emulsi tipe A/M bila nilai HLB emulgator diantara 3 – 6 (Ansel, 1989)

  

Page 5: Praktikum Ilres Suppo Emulsi Dessy

III. PEMBAHASAN

III.1 Suppositoria

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bentuk, yang

diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak,

atau melarut pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai

pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat teraupetik yang bersifat

lokal atau sistemik. Macam-macam bentuk suppositoria yaitu

1. Suppositoria Rektal / Analia

Untuk dewasa kalau tidak dinyatakan lain beratnya adalah 3 g;

bentuk lonjong pada salah satu atau kedua ujungnya, sedangkan untuk

anak -anak kalau tidak dinyatakan lain beratnya adalah 2 g.

2. Suppositoria vaginal / ovula

Berbentuk bulat atau bulat telur, umumnya memiliki berat 5-15 g, sering

disebut tablet vaginal.

3. Suppositoria urethal

Ukuran untuk pria adalah panjang 125-140 mm, diameter 3-6 mm,

massa 4 g. Sedangkan untuk wanita panjangnya 50-70 mm dan

massanya 2 g (setengah ukuran laki-laki).

Penggunaan obat dalam suppositoria ada keuntungannya

disbanding penggunaan obat per oral, yaitu:

a. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.

b. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan.

c. Langsung dapat masuk saluran darah berakibat akan memberi

efek lebih cepat daripada penggunaan obat per oral.

d. Dapat mempermudah bagi pasien yang mudah muntah atau tidak

sadar.

Sedangkan kerugian dari penggunaan sediaan suppositoria yaitu:

a. Petunjuk dari ahlinya diperlukan dalam pemberian bentuk sediaan ini.

b. Penyerapan bahan obat dari rektum berlangsung lambat.

c. Pemberian rektal dari bahan obat dapat menghasilkan efek

samping lokal.

Page 6: Praktikum Ilres Suppo Emulsi Dessy

d. Pembuatan suppositoria di industri lebih sulit daripada bentuk rektum

lainnya.

e. Ketika bahan obat diberikan dalam bentuk suppositoria, akan

diabsorbsi secara lambat dan menghasilkan aksi terapetik setelah

waktu yang lama.

f. Harus dalam kondisi penyimpanan yang tepat (kering, dingin)

terlindungi dari cahaya, bebas udara, disimpan pada tempat yang

aman, tidak pada sembarang tempat yang bertujuan untuk

memperpanjang stabilitasnya.

Cara pemberian obat dengan sediaan suppositoria dengan

memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan petunjuk pemakaian

sebagai berikut : Cuci tangan sampai bersih, buka pembungkus

suppositoria, kemudian tidur dengan posisi miring. Supositoria

dimasukkan ke rektum dengan cara bagian ujung supositoria didorong

dengan ujung jari, kira-kira ½ - 1 inci pada anak dan 1 inci pada

dewasa, bila perlu ujung supositoria di beri air untuk mempermudah

penggunaan. Untuk nyeri dan demam satu supositoria diberikan setiap 4 –

6 jam jika diperlukan. Gunakan supositoria ini 15 menit setelah

buang air besar atau tahan pengeluaran air besar selama 30 menit setelah

pemakaian supositoria.

Pembuatan sediaan suppositoria pada praktikum yaitu menimbang

semua bahan sesuai resep yang telah ditentukan. Kemudian PEG 4000 dan

PEG 6000 dileburkan dalam cawan diatas penangas air. Keuntungannya

dari bahan dasar P.E.G adalah mudah larut dalam cairan dalam

rektum, dan tidak ada modifikasi titik lebur yang berarti tidak mudah

meleleh pada penyimpanan suhu kamar. Kemudian memasukkan

belladone extra ke dalam mortar dan melarutkannya dengan sedikit air

hangat agar belladone tersebut larut dan mudah tercampur dengan

basisnya. Setelah itu mencampur basis dengan belladone extra sampai

homogeny, kemudian memasukkan campuran tersebut kedalam cetakan

suppositoria secara perlahan agar tidak pecah saat membeku dan dibiarkan

Page 7: Praktikum Ilres Suppo Emulsi Dessy

hingga beku. Setelah beku keluarkan dari cetakan dan masukkan kedalam

pot salep atau plastik klip dan diberi etiket.

III.2 Emulsi

Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya

terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Tipe

emulsi yang dibuat pada praktikum kali ini tipe M/A yaitu suatu jenis

emulsi yang fase terdispersinya berupa minyak yang terdistribusi dalam

bentuk butiran-butiran kecil didalam fase kontinu yang berupa air. Metode

pembuatan emulsi yang digunakan yaitu dengan metode gom kering, teknik

ini merupakan suatu metode kontinental pada pemakaian zat pengemulsi

berupa gom kering. Cara ini diawali dengan membuat korpus emulsi dengan

mencampur 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom, lalu digerus

sampai terbentuk suatu korpus emulsi, kemudian ditambahkan sisa bahan

yang lain sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai terbentuknya suatu

emulsi yang baik. Pembuatan emulsi pada praktikum kali ini yaitu

menimbang semua bahann sesuai resep yang telah ditentukan. Kemudian

memasukkan olleum iecoris aselli kedalam mortar yang kering dan

ditambahkan dengan PGA dan digerus sampai homogen. Kemudian

memasukkan sebagian aquadest ke dalam mortar dan digerus cepat agar

emulsi tidak pecah hingga terbentuk korpus emulsi. Kemudian

memasukkana gliserol ke dalam campuran tersebut dan digerus hingga

homogen dan menambahkan sisa aquadest kedalam campuran tersebut gerus

jangan sampai emulsi tersebut pecah. Setelah semua homogen masukkan

emulsi tersebut kedalam botol dan diberi etiket putih dengan aturan pakai 3

kali sehari 1 sendok teh 5 mL dan diberi label kocok dahulu.

Page 8: Praktikum Ilres Suppo Emulsi Dessy

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan :

1. Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bentuk, yang

diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh,

melunak, atau melarut pada suhu tubuh.

2. Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya

terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.

Page 9: Praktikum Ilres Suppo Emulsi Dessy

DAFTAR PUSTAKA

Anief M. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. UGM Press. Yogyakarta.

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press. Jakarta.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen KesehatanRepublik Indonesia. Jakarta.

Ismail, Isriany. 2011. Desain bentuk Sediaan Farmasi Larutan, Suspensi, danEmulsi. Alauddin University Press. Samata-Gowa.

Soetopo, dkk. 2002. Ilmu Resep Teori. Depkes RI. Jakarta.