Praktikum FHA Bab 1&2
-
Upload
muhammadkemalpratama -
Category
Documents
-
view
235 -
download
6
description
Transcript of Praktikum FHA Bab 1&2
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin), suhu tubuhnya
akan menyesuaikan diri dengan suhu lingkungannya, yang hidup di air tawar ataupun
asin dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling
beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Pisces
adalah sebutan umum yang dipakai untuk ikan atau sebagai nama super kelas, dan
nama ini diambil dari bahasa latin. Tubuhnya ditutupi oleh sisik-sisik yang tersusun
dari zat kapur, permukaan sisik berlendir untuk memudahkan gerakan ikan di dalam
air. Ikan bergerak menggunakan sirip. Di sisi kanan dan kiri tubuhnya terdapat gurat
sisi yang berfungsi sebagai alat keseimbangan. Gurat sisi juga berfungsi untuk
mengetahui arah arus air dan kedalaman air tempat ikan berenang. Berdasarkan tulang
penyusun, kelas ini dibedakan atas ikan bertulang sejati (Osteichtyes) dan ikan yang
bertulang rawan (Chondrichetyes).
Suhu media air akan mempengaruhi kandungan oksigen terlarut yang akan
berakibat terhadap proses respirasi ikan. Ikan mas merupakan salah satu jenis ikan
yang sensitif terhadap kandungan oksigen terlarut dalam media air tempat hidupnya.
Dalam rangka untuk menentukan kelangsungan hidup spesies, penting untuk
mengetahui faktor-faktor pembatas untuk produksinya. Konsumsi oksigen merupakan
aspek fisiologi yang mempengaruhi kehidupan ikan mas. Tingkat konsumsi oksigen
merupakan salah satu variabel fisiologis penting yang berpengaruh pada
kelangsungan hidup dan pertumbuhan organisme. Kajian mengenai LKO (Laju
Konsumsi Oksigen) terkait dengan biologi ikan sangat penting untuk dilakukan, serta
konsumsi oksigen ikan mas dapat dihitung dan digambarkan dengan LKO, karena
LKO dapat digunakan untuk menentukan berapa banyak energi metabolik yang
dibutuhkan untuk proses metabolisme. Proses metabolisme tersebut akan
menghasilkan energi yang selanjutnya akan digunakan untuk mempertahankan hidup,
termasuk adaptasi lingkungan (osmoregulasi). Oksigen merupakan salah satu faktor
pembatas, sehingga jika ketersediaannya dalam air tidak mencukupi kebutuhan ikan,
maka segala aktivitas dan proses pertumbuhan ikan akan terganggu, bahkan akan
mengalami kematian.
1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah akan menghitung konsumsi oksigen ikan mas
yang sensitif terhadap kadar oksigen terlarut di media hidupnya.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah kita dapat mengetahui dan memahami
perhitungan konsumsi oksigen ikan mas yang sensitive terhadap kadar oksigen
terlarut di media hidupnya dan faktor yang mempengaruhinya, terutama pada ikan
mas.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas
Gambar 1. Ikan mas konsumsi (Cyprinus carpio)
Jenis-jenis ikan mas secara umum dapat digolongkan menjadi dua kelompok,
yakni ikan mas konsumsi dan ikan mas hias. Jenis ikan mas konsumsi adalah jenis-
jenis ikan mas yang dikonsumsi atau dimakan oleh masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan gizi yang berasal dari hewan. Sementara itu, jenis ikan mas hias umumnya
digunakan untuk memenuhi kepuasan batin atau untuk hiasan (pajangan) dan
dipelihara di kolam-kolam atau akuarium. Adapun klasifikasi ikan mas sebagai
berikut.
Kelas : Actinopterygii
Filum : Chordata
Famili : Cyprinidae
Ordo : Cyprinifomes
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio
Tubuh ikan mas memiliki ciri-ciri antara lain, bentuk badan memanjang dan
sedikit pipih ke samping, mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat
disembulkan (protektil) serta dihiasi dua pasang sungut. Selain itu di dalam mulut
terdapat gigi kerongkongan, dua pasang sungut ikan mas terletak di bibir bagian atas.
Gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) terdiri atas tiga baris yang berbentuk geraham,
memiliki sirip punggung (dorsal) berbentuk memanjang dan terletak di bagian
permukaan tubuh, berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral) bagian
belakang sirip punggung memiliki jari-jari keras sedangkan bagian akhir berbentuk
gerigi, sirip dubur (anal) bagian belakang juga memiliki jari-jari keras dengan bagian
akhir berbentuk gerigi seperti halnya sirip punggung, sirip ekor berbentuk cagak dan
berukuran cukup besar dengan tipe sisik berbentuk lingkaran (cycloid) yang terletak
beraturan, gurat sisik atau garis rusuk (linea lateralis) ikan mas berada di pertengahan
badan dengan posisi melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal
ekor.
2.2 Habitat
Huet, (1971) menyatakan habitat ikan mas hidup pada kolam-kolam air tawar
dan danau-danau serta perairan umum lainnya. Dalam perkembangannya ikan ini
sangat peka terhadap perubahan kualitas lingkungan. Ikan mas merupakan salah satu
ikan yang hidup di perairan tawar yang tidak terlalu dalam dan aliran air tidak terlalu
deras. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150- 600 meter di atas
permukaan air laut dan pada suhu 25-30°C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan
mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas
25-30 ppt.
2.3 Organ Insang Ikan dan Histologinya
Sistem pernafasan ikan terdiri dari organ yang mengikat oksigen dan
mengeluarkan buangan karbondioksida hasil respirasi. Organ tersebut adalah insang
dan struktur yang berhubungan dengan insang seperti pembuluh darah, sehingga
memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida. Letak insang
berada di dua sisi tubuh ikan bagian depan, yang terdiri dari gill filament terstruktur
dan permukaan yang luas untuk menyerap oksigen. Transfer gas pernafasan dilakukan
melalui epitel khusus yaitu filamen insang dan lamella insang yang disebut epithelium
respiratorik, yang biasanya sangat tipis disesuaikan dengan kebutuhan pertukaran gas
(Erlangga, 2007).
Proses pernafasan pada ikan dimulai dari ikan membuka mulut dan menutup
operkulumnya sedemikian rupa sehingga air yang kaya oksigen dapat terdorong ke
dalam mulut dan melewati insang. Jaringan pembuluh darah dalam insang akan
menangkap oksigen dan melepaskan karbondioksida dan buangan respirasi lainnya.
Terakhir ikan akan menutup mulutnya dan membuka operkulum untuk mengalirkan
air yang telah melalui insang (Harpeni, 2011 dalam Prasetyo, 2011).
Insang merupakan organ respirasi yang utama dan vital pada ikan. Epitel
insang ikan merupakan bagian utama untuk pertukaran gas, keseimbangan asam basa,
regulasi ion dan ekskresi nitrogen. Oleh karena itu, jika ikan tercemar oleh polutan
lingkungan seperti amonia, pestisida, logam, nitrit dan petroleum hidrokarbon, fungsi
vital ini dalam keadaan bahaya karena menghalangi penerimaan oksigen misalnya
terjadi fusi (Ersa, 2008).
Insang sebagai alat pernafasan ikan merupakan organ pertama yang
berhubungan langsung dengan bahan toksik di dalam perairan, dengan permukaan
yang luas dan terbuka, maka mengakibatkan bagian ini menjadi sasaran utama bagi
bahan toksik yang ada di dalam perairan (Wong, 2000 dalam Widayanti, dkk., 2010).
Insang selain sebagai alat pernafasan ikan, juga digunakan sebagai alat pengatur
tekanan antara air dan cairan dalam tubuh ikan (osmoregulasi). Oleh sebab itu, insang
merupakan organ yang penting pada ikan dan sangat peka terhadap pengaruh
toksisitas logam. Faktor yang menyebabkan respon histopatologi ikan adalah adanya
zat penyebab iritasi yang terus menerus masuk ke dalam sel atau jaringan dan
kemudian dapat mempengaruhi kehidupan organisme (Moyes, 2006 dalam Widayanti,
dkk., 2010). Toksisitas logam-logam berat yang melukai insang dan struktur jaringan
luar lainnya, dapat menimbulkan kematian terhadap ikan yang disebabkan oleh proses
anoxemia yaitu, terhambatnya fungsi pernafasan yakni sirkulasi dan ekskresi dari
insang.
Insang merupakan jalan masuk air yang penting, karena permukaan insang
lebih dari 90% seluruh luas badan. Masuknya logam berat ke dalam insang dapat
menyebabkan keracunan, karena bereaksinya kation logam tersebut dengan fraksi
tertentu dari lendir insang. Kondisi ini menyebabkan proses metabolisme dari insang
menjadi terganggu. Lendir yang berfungsi sebagai pelindung diproduksi lebih banyak
sehingga terjadi penumpukan lendir. Hal ini akan memperlambat respirasi dan
pengikatan oksigen pada insang dan pada akhirnya menyebabkan kematian
(Cahaya,2003 dalam Yudiati, dkk., 2009).
Berdasarkan hasil penelitian Alifia dan Djawad (2003), bahwa kerusakan
lamella insang terjadi sejalan dengan semakin tingginya konsentrasi logam timbal
(Pb). Kerusakan yang terjadi menyebabkan sistem respirasi ikan terhambat dan pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian ikan. Selain itu, pada konsentrasi tertentu
dapat menyebabkan hati dan pankreas menjadi rusak. Hal tersebut dapat terjadi karena
necrosis pada lamella sekunder yang ditandai dengan terbentuknya jaringan baru
berupa jaringan ikat. Jaringan ikat adalah jaringan yang membentuk fungsi mekanik
antara tulang rawan dan tulang keras (Irianto, 2005). Untuk menentukan tingkat
pengaruh pencemaran dilingkungan akuatik, kerusakan insang dapat dikategorikan
berdasarkan tingkat perubahan-perubahan anatomi lamela sekunder dan filamen
insang (Nurcahayatun, 2007).
2.4 Sistem Pernapasan Ikan
Ikan bernapas menggunakan insang yang tersusun atas empat pasang lengkung
insang. Masing-masing lengkung memiliki dua baris filamen yang tersusun atas
lempengan pipih disebut dengan lamela. Lamela meningkatkan luas permukaan
respirasi yang tersusun atas membran tipis dan banyak mengandung jaringan kapiler
pembuluh darah tepat dibawahnya. Sebagian besar ikan memiliki insang internal,
karena ditutupi oleh operkulum sehingga tak tampak dari luar. Semua jenis ikan
bertulang keras (ikan mas, gurame, dll) memiliki operkulum. Sedang beberapa ikan
memiliki tipe insang eksternal karena tidak memiliki penutup insang (operkulum)
sehingga celah insangnya tampak dari luar, seperti pda hiu, pari.
Pernapasan sangat dibantu oleh gerakan pemompaan yang dilakukan oleh
mulut dan operkulum (gurame) atau katup insang (hiu) secara berirama. Ketika ikan
membuka mulut, maka operkulum atau katup insang akan menutup. Hal ini kan
meningkatkan volume pada rongga mulut. Peningkatan volume menebabkan
tekanannya menurun, sehingga terjadi difusi dimana air mengalir masuk ke dalam
mulut. Proses ini merupakan tahap inspirasi (mengambil napas), saat ekspirasi
(pelepasan udara) terjadi saat mulut menutup dan operkulum/ katup insang membuka.
Rongga mulut mengecil dengan menutupnya mulut, hal ini akan mendorong air ke
rongga insang. Volume rongga insang meningkat dengan pembukaan operkulum atau
katup insang. Air mengalir melalui lamellae insang dan pada saat ini akan terjadi
proses pertukaran gas. Aliran air dan aliran darah dalam pembuluh kapiler adalah
berlawanan. Hal ini akan menguntungkan bagi ikan karena dengan arus yang
berlawanan ini mampu mengikat oksigen jauh lebih banyak dibanding arus searah.
Aliran lawan arus mampu memaksimalkan pengikatan oksigen terlarut sampai 80%.
Ikan secara aktif terus menerus memompa air masuk ke dalam mulut guna mencukupi
kebutuhan oksigen. Molekul air memiliki bentuk yang lebih padat dibanding udara,
itulah kenapa kandungan oksigen terlarut di dalam air jauh lebih sedikit dibanding
kandungann oksigen di udara. Suhu dan kadar salinitas (garam) pada air sangat
mempengaruhi kandungan oksigennya. Semakin tinggi suhu (hangat) dan salinitasnya
(asin) maka semakin rendah kadar oksigennya. Oleh karena itu, ditemukan sedikit
spesies ikan di daerah laut dekat permukaan yang suhunya cenderung hangat atau
daerah air dengan kandungan garam yang tinggi seperti laut mati.
Beberapa spesies ikan memiliki alat tambahan pernapasan untuk menunjang
kerja insang. Seperti pada kelompok labirynfish yang memiliki labirin. Labirin
merupakan perluasan insang yang berkelok-kelok membentuk suatu rongga yang
berfungsi sebagai penyimpan udara cadangan. Dengan pelipatan ini, labirin dapat
menyimpan udara cadangan. Ikan-ikan yang memiliki labirin mampu bertahan hidup
dengan habitat yang pH tinggi (air kotor, air berlumpur). Ikan akan muncul ke
permukaan untuk mengambil napas dari udara kemudian disimpan dalam labirin.
Pernapasan di dalam air menggunakan suplai oksigen di dalam labirin. Kelompok
lungfish memiliki paru-paru yang dapat mengikat okigen secara langsung dari udara.
Paru-paru pada lungfish masih sangat sederhana dilengkapi dengan jaringan
pembuluh darah. Meski demikan, kelompok lungfish memiliki insang yang digunakan
saat pernapasan di dalam air. Gelembung renang (swim bladder) merupakan
perkembangan lanjutan dari paru-paru pada lungfish yang berfungsi menyimpan udara
untuk membantu dalam pergerakan di dalam air, maupun pernapasan.
2.5 Oksigen Terlarut dan Laju Konsumsi Oksigen
Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan,
karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan
anorganik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan
organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat
memberikan kesuburan perairan (Salmin, 2005).
Oksigen terlarut dalam air merupakan parameter kualitas air yang sangat vital
bagi kehidupan organisme perairan. Konsentrasi oksigen terlarut cenderung berubah-
ubah sesuai dengan keadaan atmosfer. Penurunan kadar oksigen lerlarut mempunyai
dampak nyata terhadap makhluk hidup air (Edward, 2003). Sumber utama oksigen
terlarut daiam air adalah difusi dari udara (penyerapan oksigen dari udara melalui
kontak antara permukaan air dengan udara) dan hasil fotosintesis organisme yang
mempunyai klorofil yang hidup di perairan. Kecepatan difusi oksigen dari udara ke
dalam air berlangsung sangat lambat, oleh sebab itu, fitoplankton merupakan sumber
utama dalam penyediaan oksigen terlarut dalam perairan (Moriber, 1974 dalam
Edward, 2003).
Selanjutnya air kehilangan oksigen melalui pelepasan dari permukaan ke
atmosfer dan melalui kegiatan respirasi dari semua organisme air. Kelarutan oksigen
di dalam air sangat dipengaruhi terutama oleh faktor temperatur dan oleh jumlah
garam terlarut dalam air. Kelarutan maksimum oksigen di dalam air terdapat pada
suhu 0 ºC, yaitu sebesar 14,16 mg/l O2. Konsentrasi ini akan menurun sejalan dengan
meningkatnya suhu air. Dengan peningkatan suhu akan menyebabkan konsentrasi
oksigen akan menurun dan sebaliknya suhu yang semakin rendah akan meningkatkan
konsentrasi oksigen terlarut. Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah
penyerapan oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air dan udara dan
dari proses fotosintesis (Barus, 2004).
Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga jika ketersediaannya
dalam air tidak mencukupi kebutuhan ikan, maka segala aktivitas dan proses
pertumbuhan ikan akan tergangu, bahakan akan mengalami kematian. Menurut
Zonneveld dkk.(1991), kebutuhan Oksigen mempunyai dua aspek yaitu kebutuhan
lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuan konsumtif yang bergantung pada
keadaan metabolisme ikan (Sutimin, 2006). Pengaruh oksigen terlarut terhadap
fisiologis organisme air terutama adalah dalam proses respirasi. Berbeda dengan
faktor temperatur yang mempunyai pengaruh yang merata terhadap fisiologis semua
organisme air, konsentrasi oksigen terlarut dalam air hanya berpengaruh secara nyata
terhadap organisme air yang memang mutlak membutuhkan oksigen terlarut untuk
respirasinya.
Kebutuhan oksigen pada ikan sangat dipengaruhi oleh umur, aktivitas, serta
kondisi perairan. Semakin tua suatu organisme, maka laju metabolismenya semakin
rendah. Selain itu umur mempengaruhi ukuran ikan, sedangkan ukuran ikan yang
berbeda, membutuhkan oksigen yang berbeda pula. Semakin besar ukuran ikan,
jumlah konsumsi oksigen per mg berat badan semakin rendah. Selain perbedaan
ukuran, perbedaan aktivitas juga membutuhkan oksigen yang berbeda pula. Ikan yang
beraktivitas atau bergerak lebih banyak cenderung membutuhkan banyak oksigen
untuk proses respirasi. Hal ini akan meningkatkan kadar karbondioksida dalam
perairan. Namun demikian, kelarutan oksigen ini sangat ditentukan oleh kondisi
perairan seperti suhu, salinitas dan sebagainya (Anonim b, 2011).
Ikan membutuhkan oksigen guna pembakaran untuk menghasilkan aktivitas,
pertumbuhan, reproduksi dll. Oleh karena itu oksigen bagi ikan menentukan lingkaran
aktivitas ikan, konversi pakan, demikian juga laju pertumbuhan bergantung pada
oksigen dengan ketentuan faktor kondisi lainnya adalah optimum. (Cole, 1991 dalam
Sutimin, 2006). Pada ikan mas contohnya, Oksigen terlarut diperlukan untuk respirasi,
proses pembakaran makanan, aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi dan lain-
lain.
Dafpus
Anonim. 2009. Organ Insang Ikan dan Histologinya. diakses dari
http://media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090072_2_2367.pdf pada 25
Oktober 2015
Anonim. 2011. Ikan Mas. diakses dari http://digilib.unila.ac.id/1095/4/BAB%20II.pdf pada
25 Oktober 2015
Campbell, N.A. dkk. 2003. Biologi Jilid II. Erlangga. Jakarta.
Yurisma, Enta H., dkk. 2013. Pengaruh Salinitas yang Berbeda terhadap Laju Konsumsi
Oksigen Ikan Gurame (Osprhonemus gouramy) Skala Laboratorium. Volume 1, No.
1. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-29222-1508100066-Paper.pdf, 25 Oktober
2015