Praktek Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi

29
I. PERILAKU MANUSIA DALAM MASYARAKAT TUJUAN INSTRUKSIONAL : 1. TIU : Mahasiswa mampu menerapkan perilaku dan etika profesinya sebagai tenaga kesehatan kefarmasian. 2. TIK : Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa kasus perilaku dalam masyarakat dibidang kesehatan, pendidikan, sosial / lingkungan dan bidang ekonomi / bisnis TEORI SINGKAT 1. Pengertian a. Perilaku adalah suatu tindakan yang secara masuk akal dapat dipikirkan sebagai sesuatu yang diterima oleh semua anggota masyarakat sebagai suatu aturan moral, yaitu sebagai suatu bentuk yang kekal dari tingkah laku yang dikenal oleh semua orang dan terbuka bagi setiap orang dalam keadaan yang serupa. Ronald Green mengungkapkan sebuah prinsip tentang kewajaran, ia beranggapan bahwa moralitas bertujuan pada penyelesaian perselisihan yang adil dan berprinsip. Prinsip ini menyatakan diri sebagai suatu ideal yang setiap orang dalam masyarakat harus menyetujui aturan perilaku. Faktor yang kedua adalah tentang kemungkinan mencapai konsensus bebas pada perilaku sosial.. Kelayakan pendekatan konsensual ini tampaknya cukup terbagi-bagi, membuatnya tidak realistik. Green sendiri menyatakan keberatan-keberatannya : Orang mempunyai nilai-nilai yang berbeda dan keyakinan yang berbeda, dan mereka berdiri dalam posisi kekuasaan yang demikian berbedanya sehingga hampir tidak ada bentuk perilaku yang dapat disetujui tiap orang. b. Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya. Wujudnya bisa berupa pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku manusia cenderung bersifat menyeluruh

Transcript of Praktek Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi

Page 1: Praktek Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi

I. PERILAKU MANUSIA DALAM MASYARAKAT

TUJUAN INSTRUKSIONAL :

1. TIU : Mahasiswa mampu menerapkan perilaku dan etika profesinya sebagai tenaga kesehatan kefarmasian.2. TIK : Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa kasus perilaku dalam masyarakat dibidang kesehatan, pendidikan, sosial / lingkungan dan bidang ekonomi / bisnis

TEORI SINGKAT

1. Pengertian

a. Perilaku adalah suatu tindakan yang secara masuk akal dapat dipikirkan sebagai sesuatu yang diterima oleh semua anggota masyarakat sebagai suatu aturan moral, yaitu sebagai suatu bentuk yang kekal dari tingkah laku yang dikenal oleh semua orang dan terbuka bagi setiap orang dalam keadaan yang serupa. Ronald Green mengungkapkan sebuah prinsip tentang kewajaran, ia beranggapan bahwa moralitas bertujuan pada penyelesaian perselisihan yang adil dan berprinsip. Prinsip ini menyatakan diri sebagai suatu ideal yang setiap orang dalam masyarakat harus menyetujui aturan perilaku. Faktor yang kedua adalah tentang kemungkinan mencapai konsensus bebas pada perilaku sosial.. Kelayakan pendekatan konsensual ini tampaknya cukup terbagi-bagi, membuatnya tidak realistik. Green sendiri menyatakan keberatan-keberatannya : Orang mempunyai nilai-nilai yang berbeda dan keyakinan yang berbeda, dan mereka berdiri dalam posisi kekuasaan yang demikian berbedanya sehingga hampir tidak ada bentuk perilaku yang dapat disetujui tiap orang.b. Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya. Wujudnya bisa berupa pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku manusia cenderung bersifat menyeluruh (holistik), dan pada dasarnya terdiri atas sudut pandang psikologi, fisiologi, dan sosial. Namun ketiga sudut pandang ini sulit dibedakan pengaruh dan peranannya terhadap pembentukan perilaku manusia. Perilaku manusia merupakan pencerminan dari berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat, sikap, reaksi, rasa takut atau cemas, dan sebagainya. Oleh karena itu, perilaku manusia dipengaruhi atau dibentuk dari faktor-faktor yang ada dalam diri manusia atau unsur kejiwaannya. Meskipun demikian, faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan serta mengembangkan perilaku manusia. Lingkungan terdiri atas lingkungan fisik alamiah dan lingkungan sosial atau budaya. Lingkungan fisik adalah lingkungan geografi yaitu lingkungan tempat tinggal manusia dengan semua tantangan hidup yang harus dihadapinya. Lingkungan sosial atau budaya mempunyai pengaruh dominan terhadap pembentukan perilaku manusia. Yang termasuk lingkungan sosial atau budaya adalah sosial ekonomi, sarana dan prasarana sosial, pendidikan, tradisi, kepercayaan, dan agama.

Page 2: Praktek Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi

2. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah respons seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan konsep sehat, sakit, dan penyakit. Bentuk operasional perilaku kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga wujud, yaitu :

a. Perilaku dalam wujud pengetahuan yakni dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari luar yang berupa konsep sehat, sakit, dan penyakit.

b. Perilaku dalam wujud sikap yakni tanggapan batin terhadap rangsangan dari luar yang dipengaruhi faktor lingkungan: fisik yaitu kondisi alam; biologi yang berkaitan dengan makhluk hidup lainnya; dan lingkungan sosial yakni masyarakat sekitarnya.

c. Perilaku dalam wujud tindakan yang sudah nyata, yakni berupa perbuatan terhadap situasi atau rangsangan luar.

Perilaku kesehatan yang berupa pengetahuan dan sikap masih bersifat tertutup, sedangkan perilaku kesehatan yang berupa tindakan, bersifat terbuka. Sikap sebagai perilaku tertutup lebih sulit diamati, oleh karena itu, pengukurannyapun berupa kecenderungan atau tanggapan terhadap fenomena tertentu. Ada ahli yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan merupakan fungsi dari :

a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau pemeliharaan kesehatan.

b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya.c. Ada atau tidaknya informasi kesehatan atau fasilitas kesehatan.d. Otonomi pribadi dari orang yang bersangkutan dalam hal mengambil keputusan untuk

bertindak.e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak.

Penyebab seseorang berperilaku kesehatan atau tidak berperilaku kesehatan ada empat yaitu :

a. Pikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan, perspeksi, sikap, kepercayaan, dan penilaian seseorang terhadap kesehatan.

b. Perilaku kesehatan dari orang lain yang menjadi panutan cenderung akan dicontoh.c. Sumber daya yang mencakup fasilitas kesehatan, uang, waktu, tenaga, jarak ke fasilitas

kesehatan akan berpengaruh positif maupun negatif terhadap perilaku kesehatan seseorang.

d. Kebudayaan yang terbentuk dalam jangka waktu lama sebagai akibat kehidupan masyarakat bersama, akan berubah baik secara cepat maupun lambat sesuai dinamika masyarakat. Kelompok masyarakat yang terbiasa bersih akan menunjang perilaku kesehatan individu dan masyarakat.

Perilaku manusia baik sebagai individu maupun sebagai kelompok / masyarakat terbentuk dari tiga faktor utama, yaitu :

a. Faktor predisposisi yang terdiri atas pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, umur, pendidikan, pekerjaan, dan status ekonomi keluarga.

b. Faktor pendukung yang terdiri atas lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya sarana dan prasarana , serta ada atau tidak adanya program kesehatan atau program lain.

c. Faktor pendorong terdiri atas sikap dan perbuatan petugas kesehatan atau orang lain yang menjadi panutan.

Page 3: Praktek Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi

CONTOH KASUS PERILAKU MANUSIA DALAM MASYARAKAT DI BIDANG KESEHATAN :

PENTINGNYA PEMBERIAN ASI - EKSKLUSIF PADA BAYI UMUR 0 – 6 BULAN.

I. Latar Belakang

1. ASI Eksklusif : merupakan pemberian air susu ibu pada bayi tanpa tambahan cairan lain (susu formula, air gula, air madu, sari jeruk) dan tanpa tambahan makanan lain (pisang, biskuit, bubur, nasi tim, nasi). Dianjurkan hingga umur bayi mencapai 6 bulan.

2. Rekomendasi : pemberian ASI sebagai sumber makanan tunggal untuk bayi sampai umur 6 bulan kehidupannya, dilanjutkan dengan menyusui disertai diperkenalkan makanan padat. Menyusui dapat dilanjutkan sampai setidaknya 2 tahun atau selama keduanya masih menginginkan. Rekomendasi ini diberikan oleh : American Academy of Pediatric (AAP 2002).

II. Perilaku Dalam Masyarakat

Bahwa di dalam masyarakat masih ada ibu dari bayi yang belum mengerti akan pentingnya pemberian ASI secara Eksklusif kepada bayi mereka hingga umur 6 bulan. Ada beberapa faktor mengapa masih ada ibu yang belum memberikan ASI secara Eksklusif, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Ada kepercayaan bahwa apabila bayi menangis pasti lapar, sehingga ibu dari bayi berinisiatif untuk memberikan makanan semi padat ataupun padat (pisang/biskuit).

2. Ibu dari si bayi sibuk bekerja, sehingga tidak sempat memberikan ASI nya kepada bayinya.

3. Ibu kurang tahu manfaat pemberian ASI Eksklusif.4. Kualitas maupun kuantitas dari ASI sang ibu yang kurang memenuhi syarat untuk

diberikan kepada bayinya.Beberapa faktor tadi merupakan faktor Penahan atau Penghambat sehingga belum semua bayi umur 0 – 6 bulan mendapat ASI Eksklusif.

III. Upaya Untuk Merubah Perilaku

Untuk merubah perilaku dalam masyarakat terutama perilaku ibu yang belum memberikan ASI Eksklusif pada bayinya, antara lain adalah :

1. Mengadakan penyuluhan tentang betapa pentinganya pemberian ASI Eksklusif. Tugas ini bisa dilakukan oleh Bidan Desa atau Kader Kesehatan yang lain yang sudah dibekali pengetahuan tentang keuntungan ASI Eksklusif, yang antara lain keuntungan dari ASI Eksklusif adalah :

a. Dapat meningkatkan kecerdasanb. Merupakan nutrisi yang optimal kualitas dan kuantitasnya.c. Dapat meningkatkan kesehatan

Page 4: Praktek Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi

2. Menghilangkan faktor Penahan yang ada dengan meningkatkan faktor Pendorong yang ada. Jadi hal yang perlu ditekankan :

a. Mitos bahwa bayi menangis pasti lapar tidak sepenuhnya benar, namun kalau memang bayi menangis karena lapar, maka tindakannya tetap diberikan ASI Eksklusif pada usia 0 – 6 bulan.

b. Ibu dari bayi sibuk bekerja bukan alasan yang tepat untuk tidak memberikan ASI Eksklusif, karena ASI bisa dipompa atau diperas disela waktu yang ada dan ASI dapat disimpan.ASI tahan : * 6 – 8 jam di udara luar;

24 jam dalam termos es; 3 bulan di dalam freezer 1 pintu; 6 bulan di dalam freezer 2 pintu.

c. Kualitas dan kuantitas ASI yang kurang memadai bisa dikonsultasikan dengan Dokterr atau Bidan.

IV. Daftar Kepustakaan/Sumber

1. Roesli Utami (2004). ASI Eksklusif, Langkah Awal Mengoptimalkan Kecerdasan Anak. Yang disampaikan pada simposium pelantikan dokter baru FK. UNS.

2. Suharyono, dkk (1992). Air Susu Ibu Tinjauan dari Beberapa Aspek. Ed. 2 FK. UI, Jakarta.

CARA KERJA / TUGAS MAHASISWA :

1. Bentuklah kelompok-kelompok, dimana masing-masing kelompok terdiri dari 3 – 4 orang.

2. Masing-masing kelompok mencari kasus tentang perilaku manusia dalam masyarakat dibidang Kesehatan.

3. Melakukan diskusi kelompok untuk kasus yang telah diperoleh untuk bahan presentasi.

4. Masing-masing kelompok melakukan presentasi dari kasus hasil diskusi kelompok, dan kelompok yang lain menanggapi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan..

5. Penilaian dilakukan berdasarkan keaktifan mahasiswa dalam melakukan diskusi kelompok dan tanya jawab.

Page 5: Praktek Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi

CONTOH KASUS PERILAKU MANUSIA DALAM MASYARAKAT DI BIDANG PENDIDIKAN :

JENJANG PENDIDIKAN D-3 ATAU S-1 SAMA

I. Latar Belakang

1. Banyaknya pengangguranBanyaknya pengangguran menimbulkan beberapa dampak yang sangat berpengaruh seperti halnya premanisme, gelandangan, anak jalanan dan bahkan pengemis. Ironisnya, banyak diantara yang menganggur adalah lulusan sarjana yang notabene dulu merupakan strata pendidikan bergengsi dengan biaya pendidikan yang relatif mahal. Dan saat ini kemampuan sofa skill juga menjadi salah satu pertimbangan perusahaan mempekerjakan lulusan perguruan tinggi.

2. Kemampuan ekonomi

Banyak anggapan bahwa biaya pendidikan S1 lebih mahal daripada biaya pendidikan D3, sehingga sebagian orang memilih D3 sebagai pilihan pendidikan yang akan diambilnya disamping juga disesuaikan dengan kemampuan ekonomi keluarga.

3. Terbukanya lapangan pekerjaanAdanya anggapan bahwa pendidikan D3 lebih cepat lulus sehingga lebih cepat bekerja. Pendidkan D3 disiapkan untuk berwirausaha sendiri tanpa harus mencari pekerjaan dengan susah payah sehingga tidak tergantung pada orang lain.

4. Keprihatinan dikalangan masyarakatBanyak masyarakat yang sangat prihatin melihat hasil lulusan yang sekarang yang sangat berbeda dengan lulusan jaman dulu. Dahulu seseorang melakukan pembelajaran dengan baik dan membanggakan. Hal ini yang menjadi tolok ukur dalam menilai keberhasilan seseorang.

II. Perilaku Dalam Masyarakat

1. Sifat gengsi dikalangan masyarakatSeringkali masyarakat menganggap dengan sekolah tinggi lebih disegani padahal yang menjadi masalah seseorang disegani atau tidak, tergantung dari perilaku masing-masing individu. Adanya anggapan pula bahwa pola pikir lulusan SI lebih bagus dari pda lulusan D3.

2. Asumsi-asumsi di dalam masyarakatAsumsi-asumsi di dalam masyarakat ini timbul karena kurangnya pengetahuan yang ersifat doktrin terhadap masalah ni. Asumsi-asumsi tersebut diantaranya adalah :

a. Orang yang berpendidikan tinggi pasti akan menjadi orang yang sukses.b. Perspektif masyarakat tentang pendidikan yang tinggi memang penting.

Page 6: Praktek Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi

III. Upaya Merubah Perilaku

1. Melakukan penyuluhan/memberikan informasi melalui sektor pendidikan formal maupun non formal, bahwa lulusan SI belum tentu lebih baik dari pada lulusan D3, karena tergantung dari beberapa faktor, antara lain bagaimana orang tersebut menjalani pendidikannya, artinya untuk prestasi atau hanya prestise/asal lulus; faktor perilaku seseorang ; lapangan kerja yang tersedia, dsb.

2. Menghilangkan asumsi masyarakat tentang berpendidikan tinggi pasti menjadi orang yang sukses, meskipun pendidikan tinggi itu penting, namun kesuksesan seseorang tidak hanya didasarkan atas jenjang pendidikan saja namun juga perilaku dan usaha keras. Cara menghilangkan asumsi tersebut antara lain dengan penyuluhan-penyuluhan melalui karang taruna, seminar-seminar, dsb.

IV. Daftar Kepustakaan/Sumber

www.google.com

TEMPO, 3 Juli 2005

CARA KERJA/TUGAS MAHASISWA :

1. Bentuklah kelompok-kelompok, dimana masing-masing kelompok terdiri dari 3 – 4 orang.

2. Masing-masing kelompok mencari kasus tentang perilaku manusia dalam masyarakat dibidang Pendidikan

3. Melakukan diskusi kelompok untuk kasus yang telah diperoleh untuk bahan presentasi.

4. Masing-masing kelompok melakukan presentasi dari kasus hasil diskusi kelompok, dan kelompok yang lain menanggapi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan..

5. Penilaian dilakukan berdasarkan keaktifan mahasiswa dalam melakukan diskusi kelompok dan tanya jawab.

Page 7: Praktek Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi

CONTOH KASUS PERILAKU MANUSIA DALAM MASYARAKAT DI BIDANG SOSIAL/LINGKUNGAN :

PERLAKUAN MASYARAKAT TERHADAP PENYANDANG CACAT

I. Latar Belakang

Setiap negara baik yang maju maupun sedang berkembang, dapat dipastikan ada sejumlah warga negaranya yang menyandang cacat. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan serta kesejahteraan masyarakat atau bangsa tidak menjamin terbebaskannya negara tersebut dari warganya yang cacat. Penyandang cacat sering juga dikenal dengan istilah anak luar biasa sehingga pendidikannya pun bernama sekolah luar biasa. Dikalangan pendidikan, sekolah ini digunakan untuk anak-anak yang mengalami kesukaran atau gangguan untuk mencapai prestasi belajar sehingga memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus. Pengalaman dalam memberikan pelayanan atau penangan terhadap warga negaranya yang menyandang cacat, setiap negara bervariasi. Meskipun demikian, secara umum perlakuan masyarakat terhadap penyandang cacat dapat dikatagorikan dalam tiga tahap utama yaitu disia-siakan, dilindungi, dan dilatih atau dididik. Pada tahap pertama kelahiran atau keberadaan penyandang cacat dipandang sebagai kutukan atau akibat dosa seseorang sehingga menimbulkan aib bagi keluarganya khususnya orang tua.

II. Perilaku Dalam Masyarakat

1. Banyak penyandang cacat belum dapat hidup selayaknya seperti orang pada umumnya. Dalam kondisi semacam ini, masyarakat cenderung ingin meniadakan penyandang cacat dengan cara disembunyikan, dibuang, bahkan sampai dibunuh.

2. Banyak para penyandang cacat, khususnya penyandang cacat mental, sering kali mendapat perlakuan diskriminasi, dan terabaikan dalam masyarakat.

3. Pendidikan (Sekolah Luar Biasa) yang ada selama ini hanya menitikberatkan pada pemerintah sebagai pelakunya/penyelenggaranya. Peran serta masyarakat kurang dalam bidang ini. Masyarakat merasa tidak mempunyai kewajiban untuk mendukung pendidikan bagi penyandang cacat. Akibatnya pendidikan ini mengalami banyak hambatan. Pandangan masyarakat terhadap penyandang cacat pun tidak banyak berubah.

III. Upaya Merubah Perilaku

1. Penyuluhan dari Pemerintah.Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mengamanatkan bahwa setiap anak yang menyandang cacat fisik atau cacat mental berhak mendapatkan pendidikan khusus, pelayanan rehabilitasi, bantuan sosial dan pemeliharaan taraf kesejahteraan soaial.

Page 8: Praktek Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi

Kegiatan penyuluhan dari pemerintah terhadap masyarakat perlu dilakukan secara intensif sehingga dapat mengubah paradigma masyarakat terhadap penyandang cacat. Selain itu tokoh masyarakat dan pemuka agama juga harus turut memberikan dukungan dan arahan kepada masyarakat bagimana seharusnya memperlakukan penyandang cacat.

2. Mendirikan Sekolah-Sekolah Luar BiasaSekolah luar biasa bertujuan untuk memberikan pendidikan yang memadai bagi penyandang cacat. Dengan adanya sekolah ini maka masyarakat akan menghargai kehadiran penyandang cacat di lingkungannya. Penyelenggara SLB, selama ini sebagian besar adalah pihak swasta yang berupa yayasan, namun dibina oleh pemerintah.

3. Menyelenggarakan Olimpiade khusus penyandang cacatPenyelenggaraan olimpiade khusus penyandang cacat akan mampu menarik masyarakat untuk memberikan simpati kepada mereka. Dengan menampilkan prestasi penyandang cacat, masyarakat akan tersadar bahwa setiap manusia meskipun cacat mempunyai potensi masing-masing yang dapat dikembangkan dan menghasilkan prestasi.

IV. Daftar Kepustakaan/Sumber

1. Admin. 2008. ”Persatuan Orang Tua/Keluarga dengan Penyandang Cacat Mental” dalam http://yanrehsos.depsos.go.id

2. Sunanto, Juang. Pendidikan Luar Biasa di Indonesia. Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

3. Undang-Undang RI. No.4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat.4. Undang-Undang RI No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

CARA KERJA/TUGAS MAHASISWA :

1. Bentuklah kelompok-kelompok, dimana masing-masing kelompok terdiri dari 3 – 4 orang.

2. Masing-masing kelompok mencari kasus tentang perilaku manusia dalam masyarakat dibidang Sosial/Lingkungan.

3. Melakukan diskusi kelompok untuk kasus yang telah diperoleh untuk bahan presentasi.

4. Masing-masing kelompok melakukan presentasi dari kasus hasil diskusi kelompok, dan kelompok yang lain menanggapi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan..

5. Penilaian dilakukan berdasarkan keaktifan mahasiswa dalam melakukan diskusi kelompok dan tanya jawab.

Page 9: Praktek Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi

CONTOH KASUS PERILAKU MANUSIA DALAM MASYARAKAT DI BIDANG EKONOMI/BISNIS :

USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) DI INDONESIA

I. Latar Belakang

1. Banyaknya pengangguran di IndonesiaBanyak orang beranggapan kalau dewasa ini banyak pengangguran yang diterlantarkan oleh pemerintah. Selain itu juga faktor dari orang tersebut yang tidak mau berusaha untuk mencari suatu pekerjaan dan tidak mau akan pekerjaan yang rendah. Dia menganggap bahwa pekerjaan rendahan adalah pekerjaan yang hina seperti tukang sampah.Menurut data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran pada Februari 2010 sebanyak 8,59 juta orang.

2. Lapangan pekerjaan yang sedikitLapangan pekerjaan di Indonesia yang sedikit tidak sebanding dengan jumlah penduduk di Indonesia yang mencapai 230 juta jiwa. Masalah ini menjadi sangat krusial ditambah dengan adanya sumber daya manusia yang rendah dibandingakan dengan negara lain. Sehingga banyak warga kita yang merasa bersaing dengan warga negara lain yang mana seharusnya pemerintah Indonesia lebih mengutamakan/mementingkan warganya sendiri.

3. Harga barang yang semakin mahalHarga barang-barang yang semakin tinggi terutama bahan pokok sulit/tidak terjangkau oleh sebagian masyarakat mengakibatkan semakin bertambahnya jumlah penduduk yang miskin.

II. Perilaku Dalam Masyarakat

1. Masyarakat beranggapan sulit dalam mencari modal di UKMBanyak masyarakat/pengusaha-pengusaha beranggapan bahwa bank pemerintah maupun swasta dalam memberikan permodalan sering memberatkan/menyulitkan dalam perijinan dan persyaratan-persyaratannya

2. Proses permodalan yang lamaMasyarakat/pelaku usaha untuk lebih suka memperoleh modal melalui UKM tersebut dengan cara yang sederhana dan secara cepat dapat segera diperoleh. Karena selama ini beranggapan bahwa selain kesulitan dalam mencari permodalan dengan bermacam-macam persyaratan, juga lamanya dalam proses permodalan sehingga membutuhkan waktu sangat lama untuk memperoleh hasil pinjaman tersebut. Sehingga banyak pengusaha yang akhirnya tidak mau meminjam melalui UKM.

Page 10: Praktek Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi

3. Bunga permodalan yang tinggiMasyarakat mau pinjam melalui UKM asalkan suku bunganya rendah dengan jangka waktu pinjaman yang lama. Selama ini mereka beranggapan bahwa suku bunga pinjaman terlaku tinggi sehingga tidak mampu untuk mengembalikannya seakan menkerdilkan masyarakat untuk dan agar tidak berkembang usahanya.

III. Upaya Merubah Perilaku

1. Memberikan permodalan dengan bunga rendah yang dapat terjangkau oleh pengusaha kecil dan menengah.

2. Persyaratan dan perijinan permodalan yang dipermudah sehingga memberikan keleluasaan perorangan atau badan usaha untuk melakukan peminjaman dengan mudah.

3. Melakukan bantuan pembiayaan bagi UKM secara Cuma-Cuma.4. Membentuk pribadi masyarakat yang wirausahawan, artinya selain masyarakat pihak

manapun juga harus mampu dalam mengembangkan dan berjiwa usahawan termasuk mahasiswa agar membentuk lapangan pekerjaan dan tidak untuk mencari pekerjaan. Yang mana telah dicanangkan oleh pemerintah yaitu pengusaha melalui program 1.000 Sarjana.

IV. Daftar Kepustakaan/Sumber

Website: www.google.co.id www.sentrakukm.com

CARA KERJA/TUGAS MAHASISWA :

1. Bentuklah kelompok-kelompok, dimana masing-masing kelompok terdiri dari 3 – 4 orang.

2. Masing-masing kelompok mencari kasus tentang perilaku manusia dalam masyarakat dibidang Ekonomi/Bisnis

3. Melakukan diskusi kelompok untuk kasus yang telah diperoleh untuk bahan presentasi.

4. Masing-masing kelompok melakukan presentasi dari kasus hasil diskusi kelompok, dan kelompok yang lain menanggapi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan..

5. Penilaian dilakukan berdasarkan keaktifan mahasiswa dalam melakukan diskusi kelompok dan tanya jawab.

Page 11: Praktek Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi

II. MORAL DAN PELANGGARAN ETIKA PROFESI

TUJUAN INSTRUKSIONAL :

1. TIU : Mahasiswa mampu menerapkan perilaku dan etika profesinya sebagai tenaga kesehatan kefarmasian.

2. TIK : Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa kasus moral dan pelanggaran etika profesi dibidang kesehatan, pendidikan, sosial / lingkungan dan bidang ekonomi / bisnis

TEORI SINGKAT

1. Antara Etika dan Moral

Menurut Bertens (1994), Etika dari kata ethos (bhs Yunani) yang berarti adat kebiasaan, adat istiadat, akhlak yang baik. Sedangkan kata Moral berasal dari kata mos (bahasa Latin), jamaknya mores yang berarti juga adat kebiasaan. Secara etimologis kata Etika sama dengan kata Moral, keduanya berarti adat kebiasaan. Perbedaannya hanya pada bahasa asalnya. Dengan merujuk kepada arti kata Etika yang sesuai, maka arti kata Moral sama dengan arti kata Etika, yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Maka dengan demikian berdasarkan perkembangan arti kata, maka Etika Moral adalah berkenaan dengan kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. Apabila Etika ini dilanggar timbullah kejahatan, perbuatan yang tidak baik dan tidak benar.

2. Etika Profesi

a. Pengertian Profesi Sebuah Profesi terdiri dari kelompok terbatas dari orang-orang yang memiliki keahlian khusus dan dengan keahlian itu mereka dapat berfungsi di dalam masyarakat dengan lebih baik bila dibandingkan denga warga masyarakat lain pada umumnya. Pengertian lain, sebuah profesi adalah sebuah sebutan/jabatan dimana orang yang menyandangnya mempunyai pengetahuan khusus yang diperolehnya melalui training atau pengalaman lain atau keduanya sehingga penyandang profesi dapat membimbing/memberi nasehat/saran atau juga melayani orang lain dalam bidangnya sendiri. Profesi dapat juga dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian dan ketrampilan yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi (moral) yang mendalam. Jadi orang yang profesional adalah orang yang mempunyai komitmen pribadi yang mendalam atas pekerjaannya yang diwujudkan dalam bentuk Kode Etik Profesi.

b. Nilai Moral Profesi Nilai moral merupakan kekuatan yang mengarahkan dan mendasari perbuatan luhur. Frans Magnis Suseno (1975) mengemukakan tiga nilai moral yang dituntut pengemban profesi, yaitu :

Page 12: Praktek Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi

1. Berani berbuat untuk memenuhi tuntutan profesi;2. Menyadari kewajiban yang harus dipenuhi selama menjalankan profesi

(menjunjung tinggi etika profesi);3. Idealisme sebagai perwujudan makna misi organisasi profesi, yaitu dalam

mempraktikkan profesinya bukan mencari untung melainkan mau mengabdi pada sesama.

Atas dasar ini setiap profesional dituntut untuk bertindak sesuai dengan cita-cita dan tuntutan profesi serta memiliki nilai moral yang kuat.

c. Prinsip-Prinsip Etika Profesi 1. Prinsip tanggung jawab, yaitu bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaannya dan terhadap hasilnya serta juga bertanggung jawab atas dampak profesinya itu terhadap kepentingan orang lain.

3. Prinsip keadilan, yaitu agar dalam menjalankan profesinya tidak merugikan orang lain dan tidak diskriminatif.

4. Prinsip otonomi, yaitu agar diberikebebasan sepenuhnya dalam menjalankan profesinya selama tidak merugikan hak dan kepentingan pihak lain.

5. Prinsip integritas moral, yaitu mempunyai komitmen pribadi untuk menjaga keluhuran profesinya, nama baiknya, dan juga kepentingan orang lain atau masyarakat.

3. Kode Etik Profesi

Bertens (1995) menyatakan, kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu moral profesi itu di mata masyarakat. Apabila satu anggota kelompok profesi itu berbuat menyimpang dari kode etiknya, maka kelompok profesi itu akan tercemar di mata masyarakat. Oleh karena itu, kelompok profesi harus menyelesaikannya berdasarkan kekuasaannya sendiri. Kode etik profesi dapat berubah dan diubah seiring dengan perkembangan IPTEK, sehingga anggota kelompok profesi tidak akan ketinggalan jaman. Tetapi dibalik semua itu terdapat kelemahan sebagai berikut :

a. Idealisme yang terkandung dalam kode etik profesi tidak sejalan dengan fakta yang terjadi disekitar para profesional, sehingga harapan sangat jauh dari kenyataan. Hal ini cukup mempengaruhi para profesional untuk berpaling kepada kenyataan dan mengabaikan idealisme kode etik profesi.

b. Kode etik profesi merupakan himpunan norma moral yang tidak dilengkapi dengan sanksi keras karena keberlakuannya semata-mata berdasarkan kesadaran profesional.

Kode etik profesi ini perlu dirumuskan secara tertulis, karena berfungsi sebagai :a. Sarana kontrol sosial;b. Pencegah campur tangan pihak lain;c. Pencegah kesalahpahaman dan konflik.

Kode etik profesi yang baik adalah yang mencerminkan nilai moral anggota kelompok profesi sendiri dan pihak yang membutuhkan pelayanan profesi yang bersangkutan.

Page 13: Praktek Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi

CONTOH KASUS MORAL DAN PELANGGARAN ETIKA PROFESI DI BIDANG KESEHATAN :

PENYELEWENGAN DANA BANTUAN ASKES

I. Latar Belakang Pemerintah, sejak tahun 2002 telah menunjuk Dokter Agusnawi sebagai Kepala Puskesmas Karang Mukti, Desa Karang Agung, Musi Banyu Asin, Palembang. Pada tahun 2003, tepatnya bulan April, mulai diadakan program ASKES (Asuransi Kesehatan) untuk 13.946 keluarga miskin (gakin) di wilayah Musi Banyu Asin Palembang, sekitar 300 km dari kota Palembang, yang merupakan salah satu daerah termiskin di Sumatera Selatan. Setiap peserta ASKES memperoleh subsidi sebesar Rp.3.000,- (tiga ribu rupiah) setiap pengobatan.

II. Moral dan Pelanggaran Etika Profesi

Dengan adanya program ASKES untuk keluarga miskin tersebut , kemudian PT. ASKES memberikan dana sebesar Rp. 89.975.385,- (Delapan puluh sembilan juta sembilan ratus tujuh puluh lima ribu tiga ratus delapan puluh lima rupiah), untuk keluarga miskin di wilayah Musi Banyu Asin Palembang lewat rekening dokter Agusmawi selaku Kepala Puskesmas Karang Mukti, Desa Karang Agung, Musi Banyu Asin, Palembang. Pada kenyataannya, banyak masyarakat pemegang kartu ASKES tidak pernah menerima bantuan obat-obatan dari dr. Asmawi. Ternyata uang bantuan ASKES tersebut telah dikorupsi atau digunakan untuk kepentingan pribadi dr. Asmawi sebesar Rp. 50.209.790,- (Lima puluh juta dua ratus sembilan ribu tujuh ratus sembilan puluh rupiah), kemudian sisa uang sebesar Rp. 18.157.000,- (delapan belas juta seratus lima puluh tujuh ribu rupiah) digunakan oleh dokter Asmawi untuk menutupi tindakan penyelewengannya, dengan cara membagikan alat dan obat-obat kontrasepsi kepada paramedisnya.

III. Tindakan Terhadap Pelanggaran

1. Memberlakukan tindakan hukum undang-undang dengan sanksinya yang keras;

2. Diserahkan kepda organisasi profesinya untuk dilakukan pembinaan;3. Bila setelah dibina ternyata masih melakukan pelanggaran, maka bila perlu

mengucilkan pelanggar dari kelompok profesinya.

IV. Daftar Kepustakaan/Sumber

www.kompas.com www.yahoo.com

Page 14: Praktek Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi

CARA KERJA/TUGAS MAHASISWA :

1. Bentuklah kelompok-kelompok, dimana masing-masing kelompok terdiri dari 3 – 4 orang.

2. Masing-masing kelompok mencari kasus tentang Moral dan Pelanggaran Etika Profesi dibidang Kesehatan.

3. Melakukan diskusi kelompok untuk kasus yang telah diperoleh untuk bahan presentasi.

4. Masing-masing kelompok melakukan presentasi dari kasus hasil diskusi kelompok, dan kelompok yang lain menanggapi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan..

5. Penilaian dilakukan berdasarkan keaktifan mahasiswa dalam melakukan diskusi kelompok dan tanya jawab.

Page 15: Praktek Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi

CONTOH KASUS MORAL DAN PELANGGARAN ETIKA PROFESI DI BIDANG PENDIDIKAN :

PENYIMPANGAN DALAM SERTIFIKASI GURU

I. Latar Belakang

Untuk meningkatkan kesejahteraan guru, pemerintah telah memberikan kebijakan dengan diberikannya sertifikasi dengan persyaratan tertentu. Oleh karena itu semua guru berusaha untuk mendapatkan sertifikasi, bagaimanapun caranya. Karena apabila lolos dari persyaratan hasilnya juga lumayan untuk mencukupi kebutuhan. Tetapi untuk lolos agar mendapatkan sertifikasi itu tidak mudah, harus melalui banyak tahap, oleh karena itu banyak guru yang ingin mendapatkan sertifikasi tetapi dengan cara yang mudah/tidak perlu melewati beberapa proses. Sehingga dalam prakteknya dijumpai banyak penyimpangan (pemalsuan dokumen, pemotongan honor asesor, upaya penyuapan).

II. Moral dan Pelanggaran Etika Profesi

Menurut Direktur Pembinaan Diklat Dijen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPK) Depdiknas Sumarna Surapranata sebelum membuka Rakor Terpadu Peningkatan Mutu Pendidikan di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) di Srondol pad tanggal 11 Februari 2008, bahwa secara umum pelaksanaan Sertifikasi Guru (SG) telah berjalan dengan baik. Namun masih ada beberapa penyimpangan dan pelanggaran antara lain : pemalsuan dokumen, pemotongan honor asesor, dan upaya penyuapan. Menurutnya sudah terjadi penyimpangan sejak sosialisasi, program SG yang dilakukan di sembilan provinsi termasuk Jateng. Sosialisasi di beberapa provinsi dikomersialkan oleh oknum asesor dan dinas dengan harga Rp. 20.000,- - Rp. 250.000,- per acara perorang. Juga ditemukan kejanggalan-kejanggalan antara lain pemalsuan nama (31%)’ pemalsuan tanggal (22%), pemalsuan tanda tangan (13%). Pelanggaran juga terjadi karena sebagian komponen penilaian sulit dipenuhi guru di daerah. Komponen tersebut diantaranya karya pengembangan profesi (48%), penghargaan yang relevan di bidang pendidikan (31%) dan keikutsertaan dalm forum ilmiah (20%).

III. Tindakan Terhadap Pelanggaran

1. Memberikan sanksi hukum bagi pelanggar dengan tidak meluluskan sertifikasi.2. Untuk pencegahannya, dilaksanakan monitoring, dan evaluasi SG secara

berkelanjutan dengan melibatkan komponen masyarakat yang relevan.3. Melarang segala bentuk komersialisasi SG.4. Membuat sistem kendali mutu secara keseluruhan

IV. Daftar Kepustakaan/Sumber : Jawa Pos, 12 Pebruari 2008

Page 16: Praktek Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi

CARA KERJA/TUGAS MAHASISWA :

1. Bentuklah kelompok-kelompok, dimana masing-masing kelompok terdiri dari 3 – 4 orang.

2. Masing-masing kelompok mencari kasus tentang Moral dan Pelanggaran Etika Profesi dibidang Pendidikan.

3. Melakukan diskusi kelompok untuk kasus yang telah diperoleh untuk bahan presentasi.

4. Masing-masing kelompok melakukan presentasi dari kasus hasil diskusi kelompok, dan kelompok yang lain menanggapi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan..

5. Penilaian dilakukan berdasarkan keaktifan mahasiswa dalam melakukan diskusi kelompok dan tanya jawab.

Page 17: Praktek Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi

CONTOH KASUS MORAL DAN PELANGGARAN ETIKA PROFESI DI BIDANG SOSIAL/LINGKUNGAN :

KORUPSI PADA BADAN PEMERINTAHAN

I. Latar Belakang

Korupsi, tentu saja berdampak sangat luas, terutama bagi kehidupan masyarakat yang kurang mampu baik di desa maupun di kota. Awal mulanya, korupsi menyebabkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) berkurang jumlahnya, sehingga untuk mencukupkan APBN, pemerintah pusat menaikan pendapatan negara, salah satunya dengan menaikan harga BBM yang berdampak pada kenaikan harga kebutuhan pokok, biaya pendidikan yang semakin mahal, dan pengangguran meningkat. Fenomena korupsi terjadi mulai dari pejabat di Pusat (Jakarta), sampai pamong di tingkat desa atau dusun. Pejabat tidak lagi memiliki kepedulian terhadap masyarakat kurang mampu yang terus menerus menderita.

II. Moral dan Pelanggaran Etika Profesi

Pada saat Presiden SBY memerangi korupsi, DPR sebagai wakil rakyat untuk menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah, justru dengan entengnya meminta Dana Serap Aspirasi. Di sektor perpajakan, yang masih menjadi pembicaraan secara Nasional bahkan Internasional yaitu kasus Gayus Tambunan, yang menggunakan uang setoran pajak untuk kepentingan pribadi yang besarnya sangat fenomenal sekali. Bahkan hampir disemua Kementerian di negara kita ini selalu terjadi penyelewengan anggaran. Beberapa contoh seperti peneyelewengan di Kementerian Kesehatan melalui Pengadaan Alat Kesehatan; di Kementerian Agama melalui dana program haji, Kementerian Pendidikan melalui pengadaan buku ajar, dsb.

III. Tindakan Terhadap Pelanggaran

1. Pemerintah memberikan sanksi hukum yang berat bagi pelanggar/pelaku korupsi.2. Seharusnya pemerintah membuat undang-undang yang baru tentang korupsi dengan

lebih memberatkan pada sanksi pidananya3. Memotivasi para penegak hukum (POLRI, Kejaksaan, KPK, dsb) untuk menindak

tegas para koruptor sesuai sumpah jabatan.

IV. Daftar Kepustakaan/Sumber :

www.solopos.co.id www.google.com

Page 18: Praktek Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi

CARA KERJA/TUGAS MAHASISWA :

1. Bentuklah kelompok-kelompok, dimana masing-masing kelompok terdiri dari 3 – 4 orang.

2. Masing-masing kelompok mencari kasus tentang Moral dan Pelanggaran Etika Profesi dibidang Sosial/Lingkungan

3. Melakukan diskusi kelompok untuk kasus yang telah diperoleh untuk bahan presentasi.

4. Masing-masing kelompok melakukan presentasi dari kasus hasil diskusi kelompok, dan kelompok yang lain menanggapi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan..

5. Penilaian dilakukan berdasarkan keaktifan mahasiswa dalam melakukan diskusi kelompok dan tanya jawab.

Page 19: Praktek Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi

CONTOH KASUS MORAL DAN PELANGGARAN ETIKA PROFESI DI BIDANG EKONOMI/BISNIS :

KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGATASI KRISIS EKONOMI DALAM ERA REFORMASI

I. Latar Belakang

Dalam kurun waktu antara 1985 – 1997 tampak perekonomian Indonesia mampu tumbuh dengan rata-rata 7,5% pertehun dan pendapatan perkapita tumbuh dengan rata-rata 5,8% pertahun, sedangkan laju inflasi dapat terkendali pada tingkat kurang dari 9%. Bersaaman dengan itu jumlah penduduk miskin berhasil diturunkan hingga mencapai 22,5 juta orang atau tinggal 11% pada tahun 1996. Bahkan selama periode 1993/1994 – 1996/1997 anggaran belanja negara berhasil mencapai surplus. Semua keberhasilan tersebut tidak terlepas dari efektivitas kebijakan deregulasi yang ditempuh secara berlanjut. Pada tahun 1997, bangsa Indonesia dilanda krisis moneter, yang kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi bahkan berlanjut menjadi krisis kepercayaan. Hal ini disebabklan karena melemahnya daya saing perekonomian nasional akibat melemahnya kinerja dunia usaha swasta dan lembaga perbankan, termasuk kelemahan dalam hal pengawasan sistem keuangan, peningkatan upah/gaji yang tidak diikuti dengan peningkatan produktivitas kerja.

II. Moral dan Pelanggaran Etika Profesi.

Krisis ekonomi terjadi di awali oleh melemahnya secara drastis nilai rupiah, seperti juga nilai hampir semua mata uang regional lainnya. Berbagai kelemahan tersebut telah memperberat krisis ekonomi di Indonesia, yang dipacu pula oleh situasi politik yang tidak menentu. Kondisi demikian masih diperburuk oleh berlangsungnya kemarau panjang sehingga produksi pangan menurun. Pada saat yang bersamaan harga migas telah menurun cukup tajam di pasar dunia dan berdampak negatif pada penerimaan negara dan devisa dari ekspor migas. Keadaan ini berdampak dengan bermunculannya praktek monopoli dan oligopoli.

III. Tindakan Terhadap Pelanggaran

Dengan menghapus praktek-praktek monopoli dan oligopoli serta persaingan yang tidak sehat melalui langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi yang antara lain, menghilangkan subsidi tersembunyi dan perlakuan-perlakuan khusus kepada perorangan maupun kelompok usaha tertentu.

IV. Daftar Kepustakaan/Sumber :

www.google.com

Page 20: Praktek Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi

CARA KERJA/TUGAS MAHASISWA :

1. Bentuklah kelompok-kelompok, dimana masing-masing kelompok terdiri dari 3 – 4 orang.

2. Masing-masing kelompok mencari kasus tentang Moral dan Pelanggaran Etika Profesi dibidang Ekonomi/Bisnis.

3. Melakukan diskusi kelompok untuk kasus yang telah diperoleh untuk bahan presentasi.

4. Masing-masing kelompok melakukan presentasi dari kasus hasil diskusi kelompok, dan kelompok yang lain menanggapi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan..

5. Penilaian dilakukan berdasarkan keaktifan mahasiswa dalam melakukan diskusi kelompok dan tanya jawab.

Page 21: Praktek Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi

MATERI / BAHAN BACAAN PERKULIAHAN PRAKTEK :

1. Abdul Kadir, M, Prof. SH. (2001) Etika Profesi Hukum. Penerbit PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung

2. Budiharto, Prof. Dr. Drg, SKM (2008). Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan

Pendidikan Kesehatan Gigi. Penerbit Buku Kedokteran EGC

3. Mark Edberg (2007). Buku Ajar Kesehatan Masyarakat: Teori Sosial &

Perilaku. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

4. Peter Prtatley (1997). The Essence of Business Ethic. Penerbit Andi and Simon

& Schusrer (Asia). Ptc. Ltd

5. Sonny Keraf. A. Dr. (1998). Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. Edisi

Baru. Penerbit Kanisius.

6. Sumaryono. E. (1995). Etika Profesi Hukum. Norma Norma Bagi Penegak

Hukum. Penerbit Kanisius.