PR DAN RELASI MEDIA - meistra.files.wordpress.com · Siaran pers, makalah, atau presentasi yang ......

22
PR DAN RELASI MEDIA Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

Transcript of PR DAN RELASI MEDIA - meistra.files.wordpress.com · Siaran pers, makalah, atau presentasi yang ......

PR DAN RELASI MEDIA

Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

PENGANTAR

• Praktisi PR harus mampu menjalin hubunganyang baik dengan berbagai media massa.Perkembangan media yang tumbuh begitu pesatdi Indonesia, menantang para praktisi PR untuklebih kreatif dan inovatif dalam memberikanketerangan informasi.

• Di era informasi sekarang ini, praktisi PR tidakbisa menganggap bahwa konferensi pers atauacara yang dibuatnya pasti diliput media. Karenakini satu peristiwa harus bersaing ketat denganlainnya untuk diberitakan media.

KIAT MEMPEROLEH PEMBERITAAN MEDIA

a) KREATIVITAS Kreativitas adalah unsur utama yang harus dimiliki siapa saja yang inginmendapatkan pemberitaan media. Hal ini dikarenakan setiap hari mediamenghadapi begitu banyak informasi, isu, kasus, dan permasalahanpublik. Kesulitan media saat ini bukan lagi mencari informasi, tetapimemilah-milah informasi yang hendak diberitakan kepada khalayak.Maka untuk menjadi sumber berita yang produktif dan diberitakanmedia dibutuhkan kreativitas. Dalam mengemas isu atau pesan yangingin diberitakan; dalam memanfaatkan momentum;dalam memilihtempat untuk seminar,konpers,atau dalam memilih pembicara.

Pada intinya perlu dipahami bahwa media selalu mencari sesuatu yangunik, baru, dan menarik. Peristiwa atau sumber berita yang biasa sajaakan sulit mendapatkan pemberitaan media dan tidak akan menjadiperhatian publik.

b) KOMPETENSI Kompetensi atau spesialisasi seseorang di mata mediaakan dilihat dari beberapa segi. Pertama, latarbelakang pendidikan, formal atau informal apakahpendidikan yang digeluti sang tokoh? Sampai padajenjang pendidikan, kemudia perguruan tinggi mana,negeri atau swasta, dalam atau luar negeri?. Jenjangpendidikan dan latar belakang almametermemberikan nilai lebih kepada sumber berita. Namunjenjang pendidikan dan latar belakang almameterbukan satu-satunya faktor. Media juga melihataktivitas dan keterlibatan seseorang dalam suatubidang.

c) Mempunyai Jaringan dengan PersSeorang praktisi PR, pejabat publik, politisi, pengamat harussecara personal mengenal wartawan dan redaktur dari mediayang berbeda-beda. Mereka juga harus mengetahui dan mengenalsecara pribadi tokoh asosiasi wartawan atau jurnalis. Jaringantersebut akan mempermudah sumber berita untuk menyebarkanpesan, pernyataan publik, press release, undangan konperensipers. Mempunyai jaringan dengan komunitas pers jugabermanfaat jika sewaktu-waktu sumber berita (pribadi, badanpublik atau korporasi) mempunyai masalah dengan pers atauwartawan. Masalah tersebut bisa berupa berita tidak berimbang,menghakimi, tidak akurat atau perilaku wartawan yang berlebihandan tidak profesional. Masalah dapat segera diselesaikan dantidak memantik kontroversi jika sumber atau subjek beritamempunyai jaringan di komunitas pers.

d) Penyelennggaraan Konferensi pers, Kunjungan media, dan diskusi publik. Konferensi pers adalah pertemuan yang diselenggarakan khusus untuk kalangan

wartawan guna menyampaikan sesuatu yang relatif simpel, ringkas dan tidakbertele-tele. Konferensi pers berhubungan kebutuhan sehari-hari wartawanterhadap informasi, data atau sikap yang gamblang, mudah dipahami dan jikabisa kontroversial.

Diskusi publik atau seminar mempunyai fungsi yakni membahas suatu masalahsecara konseptual dan mendalam dari perspektif tertentu. Di dalam diskusipublik dan seminar, wartawan bukan khalayak satu-satunya. Diskusi publikbiasanya hanya berlangsung 2-4 jam, terdiri dari satu sesi dengan 3-5 pembicara.Sementara seminar dapat dilakukan sehari atau lebih, terdiri dari minimal duasesi, dengan pembicara 3-5 orang untuk masing-masing sesi.

Kunjungan media untuk kebutuhan diskusi intensif dengan awak redaksi. Dalamkunjungan media, kita mempunyai waktu lebih panjang untuk menjelaskan suatuhal dan melakukan pendalaman melalui diskusi. Kita dapat lebih jauhmengeksplorasi informasi atau data yang kita miliki, juga pemikiran atau konsepterkait masalah tertentu.

e) Kemasan yang menarik dan efisien. Media tidak hanya membutuhkan sesuatu yang penting danbernilai publik, tetapi juga sesuatu yang menarik. Oleh karena itudiskusi publik, seminar, atau konferensi pers harus dikemas secaramenarik. Suguhan musik selera anak muda, kedatangan selebrititerkenal, pengamat yang terpercaya bisa menambah daya tarik.Demikian juga dengan pembawa acara atau moderator yangkomunikatif, penuh humor, dan sanggup menghidupkan suasana.Perlu diperhatikan pula kesesuaian dana yang dibutuhkan denganefek yang ditimbulkan. Siaran pers, makalah, atau presentasi yangdibagikan kepada wartawan, pertama-tama harus menarik;menggunakan layout yang bagus, disertai dengan diagram, tabel,foto, bagan yang ilustratif dan demonstratif. Siaran pers, makalahatau presentasi juga harus efisien, dalam arti singkat, padat, danmudah dipahami.

f) Tidak Berpretensi Ilmiah Teoritis

Banyak pengamat atau akademisi berpikir, ketikamenghadapi wartawan, mereka harusmenempatkan diri layaknya ilmuwan, yang harusberbicara secara ilmiah dan teoritis. Padahalketika menghadapi media yang perlu ditonjolkanpertama kali adalah berbicara secarakomunikatif dan artikulatif. Berbicara dengangamblang, jelas, dan mudah dipahami, inilahmakna dari komunikatif.

g) Selalu mudah diwawancarai. Wartawan adalah sekelompok orang yang bekerja hampirsepanjang waktu. Wartawan bekerja tidak dengan jamkerja konvensional. Konsekuensinya, kebutuhan merekaakan informasi, data, klarifikasi, konfirmasi sumber jugatidak dibatasi oleh waktu. Kita bukan berarti tidakmemiliki privasi sama sekali dan harus menerimapermintaan wawancara kapan pun. Tetapi dalam artibahwa kita mempunyai peluang yang bagus untukmenjadi narasumber idola para wartawan. Yakni jika kitaselalu meluangkan waktu untuk mereka, selalu terbukauntuk diwawancarai, bahkan untuk menerimapertanyaan-pertanyaan mereka di luar kontekswawancara.

h) Menguasai Teknologi InformasiSumber berita atau praktisi PR, harus lebih produktif danmenguasai teknologi informasi, baik software maupunhardware. Di zaman serba virtual seperti sekarang,mengirimkan press release melalui faks sudah mulaiditinggalkan. Wartawan lebih membutuhkan press releaseyang disampaikan melalui email, BBM, atau WhatsApp.Selain lebih mudah diakses di mana pun dan kapan pun,press release jadi lebih mudah dikutip. Wartawan tidakperlu mengetik ulang sebagaimana press release yangdikirimkan melalui faks. Sifat hiperaktualitas daninteraktivitas media sosial memberi kemudahan bagi siapasaja untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan banyakpihak.

i) AktualitasCiri dari media harian adalah mengedepankan aktualitas. Mediaharian selalu berusaha mencari dan memberitakan peristiwa yangpaling baru, yang terkini. Untuk media radio dan televisi,aktualitas itu bahkan tidak diukur dalam hitungan hari, namunhitungan jam. Media radio dan televisi mempunyai program beritaregular edisi pagi, siang, sore, bahkan malam. Dapat dibayangkanbetapa dinamis perubahan dan perkembangan realitas yangdiangkat media. Maka jika kita ingin mendapatkan pemberitaanmedia, kita harus mengikuti perubahan dan perkembanganrealitas terberitakan itu. Kita perlu mengamati perkembangan isudan wacana publik, dan tidak memaksakan wacana yang sudahlewat atau sama sekali belum berkembang.

j) MomentumSelain aktualitas, media juga memperhitungkan momentun.Momentum dapat merujuk pada peristiwa besar keagamaanataupun kenegaraan dan internasional. Momentum juga dapatmerujuk pada peristiwa besar seperti kenaikan harga BBM, pasarbebas ASEAN, nilai tukar rupiah, bencana alam, dan terorisme.Media biasanya menerapkan agenda pemberitaan tertentu terkaitdengan momentum atau peristiwa tersebut. Momentum ini dapatdimanfaatkan pihak-pihak berkepentingan dengan pemberitaanmedia untuk unjuk eksistensi diri, mengaktualisasikan gagasanatau pemikiran, atau memperkenalkan produk baru yang relevan.Perlu kejelian dan perencanaan matang untuk memanfaatkanmomentum tersebut.

k) Dekat dengan masalah publikSiapa pun yang ingin jadi sumber berita produktif,mesti memperhatikan kedekatan masalah denganpublik. Bahwa yang mereka bicarakan, yang merekaungkapkan, harus bersentuhan langsung denganmasalah masyarakat, khususnya masyarakat yangmenjadi target sasaran dari media yang berbeda-beda. Di hadapan pers, jangan memaksakan diri untukberbicara tentang sesuatu yang tidak penting dantidak berurusan langsung dengan kehidupanmasyarakat. Apa yang penting dan dekat dengankehidupan masyarakat itu? Tak perlu ragu untukmendengarkan opini orang lain dalam hal ini.

l) UNIK

Media tidak menyukai hal-hal yang biasa saja,yang umum dan sudah sering terjadi.Sebaliknya, media selalu tertarik kepada hal-halyang mencolok dan berbeda dari yang lain danistimewa. Maka jika suatu lembaga, tokoh,perusahaan, produk, atau gagasan ingin menarikperhatian media, maka harus menampilkan dirisebagai sesuatu mencolok, berbeda, atauistimewa.

j) Terobosan dan Prestasi

Media menuntut lebih dari sekedar unik, laindari yang lain dan kontroversial pada dirisuatu tokoh, lembaga, dsbnya. Media jugamempertimbangkan apa prestasi atauterobosan yang sudah dilakukan calonnarasumber. Pers menuntu bukti nyatakontribusi mereka untuk masyarakat.

Cara Menghadapi Wartawan Palsu

1) Jangan Panik dan Tidak Takut

Pertama yang harus dilakukan ketikamenghadapi wartawan palsu adalah sikaptenang, tidak panik, dan tidak takut. Kepanikanwajar terjadi karena tidak jarang wartawantersebut datang ke sebuah kantor atau sebuahacara secara bergelombol dan demonstratif.Ketakutan juga wajar terjadi karena wartawantersebut sering mengutarakan ancaman secaralangsung maupun tidak langsung.

2) Memahami UU PERS, Kode Etik Jurnalistik, serta NotaKepahaman Dewan Pers & Polri.Hak dan kewajiban wartawan, serta sebaliknya hak dan kewajibansumber atau subjek berita diatur dalam UU Pers dan kode etikjurnalistik. Wartawan berhak untuk mendapatkan, mengolah, danmenyebarluaskan informasi terkait kepentingan publik, namunwartawan juga harus menghargai kepentingan dan privasi sumberatau subjek berita. Selain itu Nota Kesepahaman antara DewanPers dan Polri pada 9 Februari 2012 untuk pelembagaankemerdekaan pers di Indonesia. Tujuan pembuatannya untukmemberikan kepastian tentang proses penanganan kasus-kasusyang terkait dengan masalah jurnalistik. Nota kesepahaman inipertama-tama menegaskan bahwa sengketa jurnalistik akandiselesaikan secara jurnalistik.

3) Mengecek Identitas Wartawan dan Keberadaan Medianya.Merujuk kepada pasal 2 kode etik jurnalistik, sekali lagi hanyawartawan dengan identitas yang jelas yang perlu dilayani. Olehkarena itu, tidak perlu ragu-ragu untuk menanyakan kartuidentitas wartawan yang hendak melakukan wawancara.Walaupun misalnya wartawan dapat menunjukkan kartuidentitasnya, sumber berita dapat melakukan pengecekan lebihlanjut terhadap keberadaan perusahaan media tempat wartawanitu bekerja. Yang tidak kalah penting adalah memeriksa badanhukum pers. UU pers no 32 tahun 1999 menegaskan, perusahaanpers harus berbadan hukum Indonesia. Badan hukum yangdimaksud adalah Perseroan Terbatas, Koperasi, Yayasan, danPerkumpulan. Untuk media komersial, badan hukum yangmemungkinkan adalah PT.

4) Tidak Melakukan Intimidasi dan Kekerasan.

Bentuk-bentuk kekerasan terhadap wartawanadalah sebagai berikut :

Kekerasan fisik

kekerasan non fisik

perusakan alat peliputan

upaya menghalangi kerja wartawan

bentuk kekerasan lain yang diatur dalam KUHPdan UU HAM.

5) Tidak Memberikan Uang pada WartawanAMPLOP adalah istilah yang populer untuk uang yangdiberikan sumber berita atau objek pemberitaan kepadawartawan. Mereka memberikan uang tersebut bisa jadikarena ingin diberitakan secara positif atau karenamemang ada wartawan yang meminta uang tersebut.Dalam konteks ini, direkomendasikan kepada pejabatpublik dan politisi untuk menggunakan anggaran mediarelationsnya untuk pemasangan iklan secara profesional.Anggaran media relations semestinya juga digunakanuntuk membuat event-event yang menarik, unik, dan barusehingga layak untuk diberitakan. Jika kita dapat membuatevent yang unik, menarik dan baru. Akan otomatis mediaprofesional akan memberitakannya.

6) Melaporkan Wartawan Tidak Profesional kePolisiBerpegang pada nota kesepahaman Dewan Persdan Polri sebagaimana telah disebutkan,berbagai bentuk pemerasan wartawan terhadapsumber atau subjek berita adalah tindakankriminal. Maka tindakan tersebut dapatlangsung diadukan ke polisi. Yang akan diprosesoleh Polisi adalah tindakan pemerasannya,sebagaimana tindakan pemerasan padaumumnya, dan bukan tindakan jurnalistiknya.

7) Bekerja Sama dengan AJI, PWI, dan IJTITiga asosiasi wartawan yang telah menjadistakeholders Dewan Pers (AJI, PWI, dan IJTI)dapat diharapkan banyak untuk menanganimasalah wartawan tidak profesional. Tigaasosiasi profesi ini mempunyai komitmensekaligus tanggung jawab untuk menegakkanprofesionalisme wartawan dan etika pers.Mereka juga mempunyai kepentingan untukmenjaga martabat profesi jurnalis sertamartabat pers secara keseluruhan.