PPT

download PPT

of 27

description

tes

Transcript of PPT

KARYA TULIS ILMIAH TEKNIK PEMERIKSAAN TULANG BELAKANG

KARYA TULIS ILMIAHTEKNIK PEMERIKSAAN TULANG BELAKANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH2014

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :Robby Syahputra(1210070100181)

Pembimbing :dr. Nilas Warlem Sp.PLatar BelakangColumna vertebralis terbentang dari cranium sampai ujung os coccygis dan merupakan unsur utama kerangka aksial (ossa cranii, columna vertebralis, costa dan sternum). Columna vertebralis melindungi medulla spinalis, menyangga berat tubuh, dan merupakan sumbu bagi tubuh serta berfungsi sebagai poros untuk kepala berputar. Dengan demikian, columna vertebralis memegang peran penting dalam sikap tubuh, penggandaran tubuh, dan lokomosi.Pada beberapa orang, lengkung-lengkung columna vertebralis bersifat abnormal karena salah satu atau/dan keadaan patologis. Karena itu, kita harus berhati-hati sebelum menuding gejala seolah disebabkan oleh variasi jumlah vertebra. Anatomi Columna Vertebralis

Columna vertebralis terbentang dari cranium sampai ujung os coccygis dan merupakan unsur utama kerangka aksial (ossa cranii, columna vertebralis, costa dan sternum). Columna vertebralis melindungi medulla spinalis, menyangga berat tubuh, dan merupakan sumbu bagi tubuh serta berfungsi sebagai poros untuk kepala berputar. Columna vertebralis teridiri dari 33 vertebra yang yang teratur dalam 5 daerah, tetapi hanya 24 dari jumlah tersebut (7 vertebra cervicalis, 12 vertebra thoracalis, dan 5 vertebra lumbalis) dapat digerakkan pada orang dewasa. Pada orang dewasa kelima vertebra sacralis melebur untuk membentuk os sacrum, dan keempat vertebara coccygea melebur untuk membentuk os coccygis.

Tiga kelompok otot terdapat dipunggung: kelompok superficial, kelompok intermedier dan kelompok profunda. Kelompok superficial dan kelompok intermedier adalah otot-otot punggung ekstrinsik yang masing-masing mengatur gerak ekstremitas dan pernapasan. Kelompok otot profunda terdiri dari otot-otot punggung instrinsik yang kegiatannya menyebabkan gerak pada columna vertebralis.

Fisiologi Columna Vertebralis Tulang belakang memiliki fungsi sebagai pendukung tubuh yang kokoh untuk dapat melakukan duduk, berdiri maupun berjalan.Sebagai penyangga dengan perantaraan tulang rawan cakram ( di antara 2 ruas tulang ) yang lengkungannya memberi fleksibilitas dan memungkinkan membongkok tanpa patah. Cakram juga berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi pada saat menggerakan badan seperti pada saat berlari dan meloncat. Tulang belakang juga memikul berat badan Sebagai permukaan untuk kaitan otot dan tulang iga dimana fungsi tulang iga atau rusuk adalah sebagai pelindung organ tubuh vital seperti jantung dan paru-paru.

Kelainan Yang Terjadi Pada Tulang Belakang KifosisKifosis ditandai oleh lengkung torakal yang bertambah secara abnormal. Kelainan ini terjadi karena pengikisan bagian ventral pada satu atau lebih vertebra (misalnya karena osteoporosis) pengikisan progresif dan keruntuhan vertebra mengakibatkan pengurangan tinggi tubuh dalam keseluruhannya.

LordosisLordosis ditandai oleh lengkung lumbal yang bertambah secara abnormal. Keadaan ini seringkali berhubungan dengan melemahnya susunan otot batang tubuh, terutama otot-otot dinding abdomen ventrolateral. Untuk mengembalikan garis gravitasi ke kedudukan normal, pada wanita terjadi lordosis lumbal sementara sewaktu hamil tua.

SkoliosisSkoliosis ditandai oleh sebuah lengkung columna vertebralis ke arah lateral, disertai dengan rotasi vertebra. Processus spinosus memutar ke arah rongga yang terdapat pada lengkung abnormal itu. Sebagai beberapa sebab skoliosis dapat dikemukakan kelemahan asimetris pada otot-otot punggung intrinsik (skoliosis miopatik), kegagalan terbentuknya separoh vertebra (hemi-vertebra), dan perbedaan panjang antara kedua extremitas inferior.

Gambar ; Skoliosis, lordosis dan kifosis.

AnamnesaSakit / nyeriSifat dari sakit / nyeriLokasi setempat / meluas / menjalar.Apa ada penyebabnya, misalnya Trauma.Sejak kapan dan apakah sudah pernah mendapat pertolongan.Bagaimana sifatnya : pegal / seperti ditusuk tusuk / rasa panas / ditarik tarik.Intensitasnya : terus menerus / hanya waktu bergerak / waktu istirahat, dst.Apakah keluhan ini untuk pertama kali atau sering hilanh timbulKekakuan / kelemahan.Kekakuan ; Pada umumnya mengenai persendian. Apakah hanya kaku atau disertai nyeri sehingga pergerakan terganggu.Kelemahan ; Apakah yang dimaksud dengan Instability atau kekuatan otot menurun / melemah / kelumpuhan.

Kelainan bentuk / pembengkokanAngulasi / rotasi / discrepancy (pemendekan / selisih panjang).Benjolan atau karena ada pembengkakan.Teknik Pemeriksaan Tulang belakangColumna vertebralis atau tulang belakang merupakan srtruktur penyangga sentral batang tubuh dan punggung. Perhatikan, lengkungan yang cekung (concave curse) dari vertebra servikalis serta lumbalis, dan lengkungan yang cembung (convex curves) dari vertebra toracalis serta sakrokoksigeus. Semua lengkungan ini membantu mendistribusikan berat tubuh bagian atas pada pelvis serta ekstremitas bawah yang menjadi bantalan yang meredam benturan pada waktu berjalan atau berlari.

Dengan memeriksa pasien dari belakang, kenali patokan berikut ini :

Processus spinosus yang biasanya lebih menonjol pada C7 dan T1 dan tonjolan ini akan semakin nyata ketika pasien melakukan gerakan fleksi kedepan.Otot-otot paravertebralis pada kedua sisi garis tengah.SkapulaKrista iliakaSpina iliaka posterior superior yang biasanya ditandai oleh lekukan kulit.Tinjauan lokasi prosessus dan foramen vertebralis dengan memberikan perhatian yang khusus pada :

Processus spinosusProcessus artikularisForamen vertebralis yang melingkupi medula spinalis

Pemeriksaan tulang belakang dilakukan untuk menemukan kurvatura vertebra yang abnormal. Mintalah pasien untuk berdiri tegak lurus. Sekarang anda harus berdiri disisi pasien untuk melihat profil tulang belakang pasien. Apakah lengkungan servikal, torakal dan lumbal normal?

Anda harus pindah untuk menginspeksi punggung pasien. Berapakah ketinggian krista illiaca? Perbedaan mungkin disebabkan oleh ketidaksamaan panjang tungkai, skoliosis, dan deformitas fleksi pada pinggul. Suatu garis imajiner yang dibuat dari tuberositas oksipital posterior harus jatuh diatas celah intergluteal. Setiap kurvatura lateral adalah abnormal.

Mintalah pasien untuk membungkuk ke depan, memfleksikan tubuhnya sejauh mungkin dengan kedua lututdiekstensikan. Perhatikan kelancaran tindakan ini. Posisi ini paling baik untuk menentukan apakah ada skoliosis. Ketika pasien membungkuk kedepan, lumbal yang konkaf harus mendatar. Konkaf yang tetep ada mungkinmenunjukkan penyakit atritis pada vertebra yang disebut ankylosing spondylitis.

Mintalah pasien untuk membungkukkan tubuhnya kesetiap sisi dari pinggang. Kemudian mintalah pasien untuk membungkuk ke belakang dari pinggang untuk memeriksa ekstensi ekstensi vertebra.

Untuk memeriksa rotasi vertebra lumbalis, duduklah di bangku dibelakang pasien dan stabilkan pinggul pasien dengan meletakkan kedua tangan anda dipinggul tersevut. Mintalah p[asien untuk memutar bahunya ke satu arah dan kemudian kearah sebaliknya.Vertebra harus diperiksa dalam posisi duduk atau berbaring telungkup, tetapi untuk menilai kesegarisan vertebra, pemeriksaan harus dilakukan dalam posisi berdiri. Kemiringan pelvis dan bahu mencurigakan ke arah kelainan kurvatura vertebra atau legh-lenght discrepancy. Otot-ototparaspinal harus selalu di palpasi untuk mencari adanya nyeri atau spasmus.

Pemeriksaan khusus yang harus dilakukan pada vertebra cervikalis adalah foraminal kompression test, tes valsava dan tes adson. Tiga tes yang utama yang dilakukan untuk tes jepitan syaraf. Pada foramina compression test, leher di rotasi dan di lateroflrksi ke sisi yang sakit, kemudian kepala ditekan kebawah, bila ada jepitan saraf akan ada nyeri yang terasa pada slengan dan sekitaran skapula. Bila kepala didistraksi keatas maka nyeri akan berkurang. Pada shoulder depression test, 1 tangan pemeriksan diletakkan diatas bahu dan tangan pemeriksa yang lain diletakkan diatas kepala di laterofleksikan kearah yang berlawanan, jepitan pada saraf servikal akan mengakibatkan rasa nyeri radikular atau parastesia.

Tes palvasa digunakan untuk menilai adanya tumor intratekal atau hernia nukleus pulposus. Pasien disuruh ekspirasi pada keadaaan epligotis tertutup, adanya kelainan diatas aklan menyebabkan nyeri yang menjalar ke dermatom yang sesuai. Tes adson digunakan untuk menilai adanya jepitan pada arteri subklavia. Pemeriksaan melakukan palpasi pada denyut arteri radialis, kemudian pasien melakukan inspirasi maksimal sambil melakukan rotasi maksimal kepala ke sisi yang diperiksa, jepitan arteri subclavia akan menyebabkan denyut arteri radialis melemah atau menghilang.

Pada pemeriksaan vertebra lumbal, pasien sebaiknya disuruh melepaskan pakaiannya, sehingga dapat dinilai berbagai deformitas seperti lordosis lumbal, kifosis torak dan skoliosis.Inspeksi. Pemeriksaan sudah dimulai sejak penderita datang pertama kali, yaitu dengan melihat postur, cara berjalan penderita, raut muka, warna dan tekstur kulit, rupa tulang dan sendi, sinus dan jaringan parut.

Palpasi. Palpasi kulit dilakukan untuk merasakan suhu kulit serta denyutan arteri. Palpasi pada jaringan lunak dilakukan untuk mengetahui adanya spasme dan atrofi otot, keadaan sinovia, masa dan sifatnya, cairan didalam atau di luar sendi, serta pembengkakan. Jika terdapat nyeri tekan, perlu diselidiki apakah nyeri tersebut bersifat setempat atau merupakan nyeri alih. Palpasi tulang harus mencakup penilaian bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan tulang, atau adanya gangguan hubungan antar-tulang. Pengukuran panjang anggota gerak terutama untuk anggota gerak bawah yang kemungkinan mengalami perbedaan panjang, penting untuk dicermati.

Pengukuran ini juga berguna dengan membandingkannya dengan anggota gerak yang sehat. Penilaian deformitas yang sifatnya menetap dilakukan apabila sendi tidak dapat diletakkan pada posisi anatomis yang normal.

Kekuatan otot. Kekuatan otot penting artinya bagi penentuan diagnosis, tindakan, prognosis serta hasil terapi. Kekuatan dibagi menjadi 6 derajat, yakni (1) derajat 0, tidak ada kontraksi otot; (2) derajat 1 kontraksi otot hanya berupa perubahan tonus ototdan tidak ada gerakan sendi; (3) derajat 2, otot hanya mampu menggerakkan persendian, tapi tidak mampu melawan pengaruh gravitasi; (4) derajat 3, otot dapat melawan pengaruh gravitasi tetapi tidak kuat melawan tekanan yang diberikan oleh pemeriksa; (5) derajat 4, kekuatan otot seperti pada derajat 3 tetapi mampu melawan tahanan yang ringan, (6) derajat 5, kekuatan otot normal.Pergerakan. Gerakan sendi sebaiknya dibandingkan dengan mencatat gerakan sendi (kisaran gerak, range of motion, ROM) normal dan abnormal secara aktif dan pasif. Stabilitas sendi ditentukan oleh integritas kedua permukaan sendi dan keadaan ligamen yang memertahankan sendi. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan memberikan tekanan pada ligamen sambil mengamati gerakan sendi, perlu diperhatikan apakah pergerakan disertai nyeri, krepitasi atau spastisitas (resistensi terhadap gerakan).

KesimpulanColumna vertebralis terbentang dari cranium sampai ujung os coccygis dan merupakan unsur utama kerangka aksial (ossa cranii, columna vertebralis, costa dan sternum). Columna vertebralis melindungi medulla spinalis, menyangga berat tubuh, dan merupakan sumbu bagi tubuh serta berfungsi sebagai poros untuk kepala berputar. Vertebra dari berbagai daerah berbeda dalam ukuran dan sifat khas lainnya, dan vertebra dalam suatu daerah pun satu dengan yang lainnya memperlihatkan perbedaan yang lebih kecil. Ada beberapa kelainan pada tulang belakang, Pemeriksaan tulang belakang dilakukan untuk menemukan kurvatura vertebra yang abnormal.

SaranApabila terdapat kekurangan dalam karya tulis ilmiah ini, penulis harapkan agar pembaca mencari solusi dari kekurangan karya ilmiah ini dengan menambah referensi bacaan dari yang lain.Penulis harapkan karya tulis ilmiah ini merupakan rintisan bagi penulisan makalahBagi para pembaca apabila memiliki minat untuk menulis/meneliti tentang Teknik Pemeriksaan Tulang Belakang, penulis harapkan dapat meneliti lebih dalam lagi mengenai Teknik Pemeriksaan Tulang Belakang.Daftar PustakaBates, Barbara. 1998.Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta: EGCBickley, Lynn S. 2009. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta: EGC.Bickley, Lynn S.2012. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Jakarta: EGCBurnside, John W.1995. Diagnosis Fisik. Jakarta: EGCGreenberg, Michael I. 2009. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan Jilid II. Jakarta: Erlangga.