PPT INFORMED CONSENT.pptx

9
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS (INFORMED CONSENT)

Transcript of PPT INFORMED CONSENT.pptx

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS (INFORMED CONSENT)

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS(INFORMED CONSENT)Dasar Informed Consent

Hubungan dokter-pasien yang berdasarkan atas kepercayaanHak otonomi atau menentukan sendiri atas dirinya sendiriAdanya hubungan perjanjian antara dokter pasien.

TujuanMemberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya tidak diperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya.Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif, karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan medik ada melekat suatu resiko ( Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3 )

Keterbukaan informasi yang cukup diberikan oleh dokterKompetensi pasien dalam memberikan persetujuanKesukarelaan (tanpa paksaan atau tekanan) dalam memberikan persetujuan.

Suatu informed consent baru sah diberikan oleh pasien jika memenuhi minimal 3 unsur Pihak Yang Berhak Menyatakan Persetujuan:

Pasien sendiri (bila telah berumur 21 tahun atau telah menikah)Bagi pasien di bawah umur 21 tahun diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut: (1) Ayah/ibu kandung, (2) Saudara-saudara kandung.Bagi yang di bawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orang tuanya berhalangan hadir diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut: (l) Ayah/ibu adopsi, (2) Saudara-saudara kandung, (3) Induk semang.Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut: (1) Ayah/ibu kandung, (2) Wali yang sah, (3) Saudara-saudara kandung.

Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampuan (curatelle), diberikan menurut urutan hak sebagai berikut: (1) Wali, (2) Curator.Bagi pasien dewasa yang telah menikah/orang tua, diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut: a. Suami/istri, b. Ayah/ibu kandung, c. Anak-anak kandung, d. Saudara-saudara kandung.

Isi Dalam Permenkes No. 585 tahun 1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik dinyatakan bahwa dokter harus menyampaikan informasi atau penjelasan kepada pasien / keluarga diminta atau tidak diminta, jadi informasi harus disampaikan. Secara garis besar dalam melakukan tindakan medis pada pasien, dokter harus menjelaskan beberapa hal, yaitu:Garis besar seluk beluk penyakit yang diderita dan prosedur perawatan / pengobatan yang akan diberikan / diterapkan.Resiko yang dihadapi, misalnya komplikasi yang diduga akan timbul.Prospek / prognosis keberhasilan ataupun kegagalan.Alternative metode perawatan / pengobatan.Hal-hal yang dapat terjadi bila pasien menolak untuk memberikan persetujuan.Prosedur perawatan / pengobatan yang akan dilakukan merupakan suatu percobaan atau menyimpang dari kebiasaan, bila hal itu yang akan dilakukan

Informasi/keterangan yang wajib diberikan sebelum suatu tindakan kedokteran dilaksanakan adalah:Diagnosa yang telah ditegakkan.Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan.Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.Resiko resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada tindakan kedokteran tersebut.Konsekwensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan adakah alternatif cara pengobatan yang lain.Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan kedokteran tersebut.Resiko resiko yang harus diinformasikan kepada pasien yang dimintakan persetujuan tindakan kedokteran :Resiko yang melekat pada tindakan kedokteran tersebut.Resiko yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya.

Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan kedokteran, dokter yang akan melakukan tindakan juga harus memberikan penjelasan ( Pasal 11 Ayat 1 Permenkes No 290 / Menkes / PER / III / 2008 ). Penjelasan kemungkinan perluasan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 merupakan dasar daripada persetujuan ( Ayat 2 )Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi sebelum dimintakan persetujuan tindakan kedokteran adalah:Dalam keadaan gawat darurat (emergency), dimana dokter harus segera bertindak untuk menyelamatkan jiwa.Keadaan emosi pasien yang sangat labil sehingga ia tidak bisa menghadapi situasi dirinya.Ini tercantum dalam PerMenKes no 290/Menkes/Per/III/2008.