Contoh Informed

98
contoh informed choise { January 1, 2010 @ 2:15 am } · { 1 } Contoh Inform Consent: SURAT PERSETUJUAN/PENOLAKAN MEDIS KHUSUS Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : (L/P) Umur/Tgl Lahir : Alamat : Telp : Menyatakan dengan sesungguhnya dari saya sendiri/*sebagai orang tua/*suami/*istri/*anak/*wali dari : Nama : (L/P) Umur/Tgl Lahir Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk dilakukan Tindakan Medis berupa……………………………………………………………………………. Dari penjelasan yang diberikan, telah saya mengerti segala hal yang berhubungan dengan penyakit tersebut, serta tindakan medis yang akan dilakukan dan kemungkinana pasca tindakan yang dapat terjadi sesuai penjelasan yang diberikan. Jakarta,………………….20…… Dokter/Pelaksana, Yang membuat pernyataan, Ttd ttd (……………………) (…………………………..) *Coret yang tidak perlu INFORMED CONSENT Informasi dalam lingkup medis, ternyata sangat penting. Meski tidak semua pasien menghendaki penjelasan yang 1

Transcript of Contoh Informed

Page 1: Contoh Informed

contoh informed choise

{ January 1, 2010 @ 2:15 am } · { 1 }

Contoh Inform Consent:SURAT PERSETUJUAN/PENOLAKAN MEDIS KHUSUS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :Nama : (L/P)Umur/Tgl Lahir :Alamat :Telp :

Menyatakan dengan sesungguhnya dari saya sendiri/*sebagai orang tua/*suami/*istri/*anak/*wali dari :Nama : (L/P)Umur/Tgl Lahir

Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk dilakukan Tindakan Medis berupa…………………………………………………………………………….Dari penjelasan yang diberikan, telah saya mengerti segala hal yang berhubungan dengan penyakit tersebut, serta tindakan medis yang akan dilakukan dan kemungkinana pasca tindakan yang dapat terjadi sesuai penjelasan yang diberikan.Jakarta,………………….20……Dokter/Pelaksana, Yang membuat pernyataan,

Ttd ttd

(……………………) (…………………………..)*Coret yang tidak perluINFORMED CONSENTInformasi dalam lingkup medis, ternyata sangat penting. Meski tidak semua pasien menghendaki penjelasan yang sejelas-jelasnya, akurat dan lengkap tahap demi tahap perawatan, tapi langkah penjelasan untuk era saat ini justru diharuskan.Bagi pasien yang menolak penjelasan bisa diminta untuk menandatangani surat penolakan penjelasan perawatan, namun dokter atau dokter gigi tetap memberi kesempatan bila suatu saat pasien berubah pendapat.Kenapa hal ini begitu penting? Sebab tidak semua kejadian dalam pengobatan berlangsung exactly just the way we want to. Dunia kedokteran tidak 2+2=4. Tidak ada kepastian dan garansi dalam dunia kedokteran karena setiap kasus bagaikan teori permutasi kombinasi. Latar belakang setiap orang berbeda, latar

1

Page 2: Contoh Informed

belakang kesehatan berbeda, derajat pengobatan yang diberikan berbeda, reaksi tubuh terhadap sesuatu berbeda.Jadi manalah mungkin seorang dokter dan dokter gigi yang juga manusia dapat memenuhi dengan sempurna seluruh kriteria kasus yang ada, sedangkan setiap orang sudah pasti having their own limit.Oleh karena itu selain untuk menjaga kemungkinan ‘terlantar’nya pasien oleh dokter atau dokter gigi yang mempunyai pasien banyak, atau ‘terlantar’nya dokter atau dokter gigi karena harus menghadapi tuntutan hanya karena tidak mengkomunikasikan kemungkinan penyakit maka dibuatlah suatu surat perjanjian hitam di atas putih. Ini yang disebut sebagai inform consent.Seperti apakah surat inform consent itu?Intinya inform consent merupakan surat yang menyatakan bahwa pasien diberitahu perihal penyakit yang dideritanya, kerugian maupun keuntungan dari alternatif perawatan dan pengobatan yang akan diberikan, penjelasan mengenai biaya yang harus dibayar dan pilihan-pilihan lain yang memungkinkan untuk mengatasi penyakitnya.Jadi pada dasarnya semua pasien berhak mendapatkan penjelasan sejelas-jelasnya dari dokter dan dokter gigi yang merawat, langsung dari dokternya atau dari brosur yang dokter dan dokter gigi berikan. Pertanyaan bisa diajukan untuk melengkapi hal-hal yang belum jelas, atau bisa diberi penjelasan tambahan oleh asisten atau perawat dokter dan dokter gigi.Perawatan apa saja yang butuh inform consent?Semua perawatan yang membutuhkan tindakan, bisa dimintakan inform consent. Contohnya dalam kedokteran gigi Perawatan Saluran Akar atau Pencabutan Gigi. Dalam perawatan gigi anak, yang menandatangani surat persetujuan adalah orang tua atau wali.

Informed ConsentInformed consent adalah :Bukti tertulis tentang persetujuan terhadap prosedur klinik suatu metode kontrasepsi yang akan dilakukan pada klien.Harus ditandatangani oleh klien sendiri atau walinya apabila akibat kondisi tertentu klien tidak dapat melakukan hal tersebut.Persetujuan diminta apabila prosedur klinik mengandung risiko terhadap keselamatan klien (baik yang terduga atau tak terduga sebelumnya).Persetujuan tindakan medik (Informed Consent) berisi tentang kebutuhan reproduksi klien, informed choice, dan prosedur klinik yang akan dilakukan; ada penjelasan tentang risiko dalam melakukan prosedur klinik tersebut; standar prosedur yang akan dilakukan dan upaya untuk menghindarkan risiko; klien menyatakan mengerti tentang semua informasi tersebut diatas dan secara sadar memberikan persetujuannya.

2

Page 3: Contoh Informed

Informed consent juga dilakukan pada pasangannya dengan alasan sebagai berikut :Aspek hukum, hanya saksi yang mengetahui bahwa pasangannya secara sadar telah memberikan persetujuan terhadap tindakan medik.Suami tidak dapat menggantikan posisi istrinya untuk memberikan persetujuan (atau sebaliknya) kecuali pada kondisi khusus / tertentu.Secara kultural (Indonesia) suami selalu menjadi penentu dalam memberikan persetujuan tetapi secara hukum, hal tersebut hanya merupakan persetujuan terhadap konsekuensi biaya dan pemahaman risiko (yang telah dijelaskan sebelumnya) yang mungkin timbul dari prosedur klinik yang akan dilakukan.a. Informed choise sebagai pencegahan konflik etikDalam pencegahan konflik etik dikenal ada empat butir yang urutannya adalah sebagai bertikut :1 Informed consentDisini informed consen merupakan suatu dialok antara bidan dengan pasien yang didasari keterbukaan dan pikiran dengan suatu penandatanganan formulir.2 NegoisasiBerlangsungnya tawar menawar dengan jalan berunding untuk menbangun atau menerima guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak atau lebih. Dalam pihak ini kesepakatan yang ingin dicapai adalah antara bidan dengan klien atau walinya.3 PersuasiAjakan yang diberikan bidan kepada seorang klien dengan cara memberikan alasan yang meyakinkan klien tersebut.4 Komite etikSekelompok orang yang diberikan tugas tertentu. Segala keputusan yang diawali tidak bisa hanya oleh satu individuan saja tetapi harus berdasarkan organisasi yang dia miliki. Misalnya bidan mempunyai suatu organisasi yaitu IBI. Informed choise merupakan butir yang paling penting kalau informed consent gagal maka butir selanjutnya baru dipergunakan secara berurutan sesuai dengan kebutuhan.b. Dimensi Informed consentDalam proses informed consent terdapat dua dimensi yang tercakup didalamnya, yaitu:1 Dimensi yang menyangkut hukumDalam hal ini inforcement consent merupakan perlindungan bagi ps terhadap bidan yang berprilaki memaksakan kehendak. Proses informed choise sudah memuat:a. Keterbukaan informasi dari bidan terhadap pasienb. Informasi tersebut harus dimengerti pasienc. Memberikan kesempatan kepada pasien untum memberikan kesempatan yang terbaik

3

Page 4: Contoh Informed

2 Dimensi yang menyangkut etik.Dari proses informed consent terkandung nilai – nilai etik sebagai berikut:a. Menghargai kemandirian / ototnomi pasienb. Tidak melakukan intervensi melainkan membantu pasien bila dibutuhkan atau diminati sesuai dari informasi yang telah diberikanc. Bidan menggali keingginan pasien baik yang dirasakan secara subjektif maupun sebagai hasil pemikiran yang rasional.

INFORMED CHOICE

• PengertianInformed choice berarti membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya. Pilihan (choice) dari persetujuan (consen) perrsetujuan penting dari sudut pandang Bidan, karena itu berhubungan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedure yang akan diberikan oleh Bidan. Sedangkan pilihan (choice) lebih penting dari sudut pandang wanita ( sebagai konsumen penerima jasa asuhan kebidanan ) yang memberikan pemahaman masalah yang sesungguhnya ini adalah aspek etika dalam hubungan dengan otonomi pribadi berarti menentukan sendiriHak dan keinginan wanita harus dihormati. Tujuanya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhanya. Peran bidan tidak hanya membuat keputusan dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga menjamin bahwa hak wanita untuk memilih asuhanya dan keinginan terpenuhi. Ini sesuai dengan Kode Etik Internasional Bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993 “Bidan harus menghormati hak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggungjawab untuk hasil dari pilihanya”.Informed (mendapatkan penjelasan) disini maksudnya “informasi yang lengkapsudah diberikan dan dimengerti oleh wanita itu menyangkut risiko, manfaat, keuntungan, hasil yang mungkin dapat diharapkan dari setiap pilihanya”.Choice (pilihan) berarti ada alternatif lain, dan dari satu pilihan dan wanita itu mengeri perbedaannya, sehingga dia dapat menentukan mana yang disukai atau sesuai da kebutuhannya. Dari riwayat yang sudah lama belangsung, petugas kesehatan termasuk bidan sungkan untuk membagikan informasi maupunmembuat keputusan bersama klien. Ini bertentangan dengan aspek hukum dan untuk sikap profesionalisme yang wajib dan bersusah payah untuk menjelaskan kepada klien semua kemungkinan pilihan tindakan dan hasil yang diharapkan dari setiap pilihan.Dinegara manapun ada hambatan dalam memberdayakan wanita mengenai pelaksanaan informed choice ini, misalnya sangat kurang informasi yang diperoleh ketika wanita mulai hamil dan ada prasangka bahwa wanita sendiri enggan mengambil tanggung jawab untuk membuat keputusan yang sulit dalam kehamilan

4

Page 5: Contoh Informed

maupun persalinan. Dari hasil penelitian yang prnah dilakukan menunjukkan bahwa wanita ingin membuat pilihan atau informasi yang lengkap agar wanita dapat membuat keputusan, tetapi untuk sebagian besar masih sulit karena berbagai alasan, misalnya alasan sosial ekonomi, kurangnya pendidikan dan masalah kesetan, kesulitan bahasa dan pemahaman sistem kesehatan yang tersedia.• Rekomendasi1. Bidan harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai aspek kehidupan dapat membuat klinis secara teoritis agar dapat memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan kliennya.2. Bidan wajib memberikan informasi secara rinci dan jujur dalam bentuk dapat oleh siwanita dengan menggunakan media altematif dan penterjemah kalau perlu, begitu juga tatap muka langsung.3. Bidan dan petugas ks lain perlu belajar untuk membantu wanita melatih diri dalam menggunakan haknya dan menerima tanggung jawab untuk keputusan yang mereka ambil sendiri. Ini tidak hanya dapat diterima secara etika tetapi juga melegakan para persona; kesehatan. Memberikan jaminan bahwa wanita itu sudah diberikan informasi yang lengkap tentang implikasi dari keputusan mereka telah memenuhi tanggung jawab moral mereka4. Dengam memfokuskan asuhan yang berpusat pada wanita dan berdasarkan fakta, diharapkan bahwa konflik dapat ditekan serendah mungkin kompetensinya dalan memberikan pelayanan yang aman. Apabila ada pertentangan maka pertimbangan keamanan bagi ibu, janin dan sipenolong haras rnenjadi prioritas, dan diadakan negoisasi secara terbuka.5. Tidak perlu takut akan konflik tetapi menganggapnya sebagai suatu kesempatan untuk saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang objektif, bermitrapda wanita dan sistem asuhan dan suatu tekanan positif terhadap perubahan• Bentuk asuhan yang ada dalam asuhan kebidananAda beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh oasien, antara lain:1 Gaya bentuk pemeriksaan antenatal dan pemeriksaan laboratorium / screenting antenatal2 Tempat melahirkan (rumah, polindes, RB, RSB, atau RS), dan kelas perawatan di RS.3 Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan4 Pendampingan waktu melahirkan5 Klisma dan cukur daerah pubis6 metode monitor denyut jantung janin.7 Percepatan persalinan/augmentasi8 Diet selama proses persalinan9 Mobilisasi selama proses persalinan

5

Page 6: Contoh Informed

10 Pemakaian obat penghilang sakit11 Pemecahan ketuban secara rutin12 Posisi ketika melahirkan13 Episiotomi14 Penolong persalinan15 keterlibatan suami waktu bersalin/kelahiran, misalnya pemotongan tali pusat.16 Cara memberikan minuman bayi17 Metode pengontrolan kesuburanSemua di tentukan bidan atas nama atau dengan alasan demi kepentingan pasien. Dalam memberikan pelayanan kebidanan, Bidan harus mengukur

LikeBe the first to like this.

Leave a Reply

6

Page 7: Contoh Informed

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kehilangan gigi biasa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain trauma,

karies, penyakit periodontal dan iatrogenik. Kehilangan gigi akan menyebabkan

gangguan fungsi fonetik, mastikasi, dan estetik serta menyebabkan perubahan

lingir alveolar.1

Tanggalnya gigi dapat mengakibatkan kemampuan menelan dan mencerna

makanan berkurang. Kelemahan dan tidak adanya koordinasi dari lidah akan

menyebabkan terjadinya retensi makanan di bagian bukal mulut. Sisa makanan

yang terus tertimbun dapat mengakibatkan bau mulut, kerusakan gigi, penyakit

periodontal, bone loss, dan jika tidak segera diganti dengan gigitiruan maka dapat

menyebabkan bergesernya gigi alami ke ruang bekas gigi yang hilang. Dan bila

keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi disorientasi dari sendi temporomandibula

yang dapat menimbulkan rasa nyeri. Kelainan yang mungkin timbul akibat

7

Page 8: Contoh Informed

hilangnya gigi yang tidak segera diganti adalah resorbsi tulang alveolar, perubahan

dimensi vertikal, dan status kesehatan gigi dan mulut.

Dengan terjadinya kehilangan beberapa gigi alami dari lengkung gigi,

maka gigi yang telah hilang itu harus digantikan dengan menempatkan gigitiruan

pada bagian dari lengkung gigi yang telah kehilangan gigi

8

Page 9: Contoh Informed

Telah dikembangkan beberapa jenis gigitiruan sehubungan dengan

perbaikan fungsi kunyah dan kenyamanan untuk mengunyah bagi pasien. Secara

umum gigitiruan dapat dibedakan atas gigitiruan lepasan dan gigitiruan cekat.

Dewasa ini, penggunaan gigitiruan cekat (GTC) di kalangan masyarakat

sudah sangat populer untuk menggantikan gigi yang hilang. Hal ini dikarenakan

GTC memiliki konstruksi yang baik dan hanya menutupi sedikit jaringan

penyangga sehingga lebih nyaman untuk digunakan serta terpasang secara cekat di

dalam mulut.

Tujuan utama perawatan gigi geligi dengan GTC adalah mempertahankan

dan memelihara kesehatan gigi geligi yang masih ada beserta seluruh sistem

pengunyahan supaya dapat berfungsi dengan baik dan tetap sehat. Oleh karena itu,

agar suatu GTC dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama di dalam mulut,

maka pemeliharaan jaringan periodontal harus dilakukan agar gigi alami yang

digunakan sebagai gigi penyangga juga dapat dipertahankan.2,3

Agar perawatan GTC berhasil, maka yang harus dipertimbangkan

diantaranya pertimbangan faktor periodontal dari gigi-gigi penyangga. Jaringan

penyangga gigi terdiri dari gingiva, tulang alveolar, ligamentum periodontal dan

sementum. Kenyataan ini mutlak harus diperhatikan oleh para dokter gigi untuk

membuat diagnosis dan rencana perawatan yang tepat untuk gigi dan jaringan

penyangganya dengan restorasi cekat pada umumnya dan GTC pada khususnya.2

Masalah yang banyak dijumpai adalah masih ditemukannya ketidakpuasan

dari pasien; pasien merasa tidak nyaman dalam pemakaian GTC tersebut dan

adanya kerusakan pada jaringan pendukungnya. Hal ini karena kurang

2

Page 10: Contoh Informed

maksimalnya upaya pengguna GTC untuk membantu menjaga kesehatan jaringan

mulutnya setelah pemakaian GTC. Faktor lain yang timbul dari awal prosedur

perawatan GTC serta kemungkinan dari pembuatannya yang tidak memenuhi

syarat-syarat biologis. Sementara pada pemasangan GTC yang tidak sesuai,

menyebabkan timbulnya karies atau kelainan-kelainan jaringan penyangga seperti

kelainan pada ligamentum periodontal, tulang alveolar, sementum, dan kelainan

pada gingiva.

Pulau Kodingareng ialah pulau yang terletak di Kelurahan Kodingareng,

Kecamatan Ujung Tanah, Kota Makassar. Sebanyak 90% penduduknya

bermatapencaharian sebagai nelayan, dan sisanya usaha lainnya. Saat ini,

pelayanan kesehatan di Pulau Kodingareng belum berjalan maksimal, karena

institusi pelayanan kesehatan di sana masih berstatus puskesmas pembantu.

Tenaga medisnya pun tidak memperoleh suatu tempat tinggal berupa asrama yang

dimaksudkan agar tenaga medis dapat menetap di sana dan tidak harus bolak-balik

jika terdapat waktu senggang, sehingga pelayanan kesehatannya pun siaga dan

berkesinambungan. Khusus pelayanan kesehatan gigi dan mulut, di Pulau

Kodingareng tidak terdapat sarana pelayanan gigi dan mulut, sehingga masyarakat

hanya mengandalkan tukang gigi untuk melayani kebutuhan dalam hal yang

mencakup gigi dan mulut.4

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti

pelayanan kesehatan gigi dan mulut masyarakat di Pulau Kodingareng, khususnya

kesehatan gingiva pada pengguna GTC di Pulau Kodingareng. Karena jika terjadi

3

Page 11: Contoh Informed

kelainan kesehatan jaringan periodontal pada penggunaan GTC, akan lebih terlihat

pada daerah gingiva.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian ini yaitu bagaimanakah kesehatan jaringan gingiva pada pengguna GTC

pada masyarakat Pulau Kodingareng.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum.

Untuk mengetahui kesehatan jaringan periodontal pada pengguna GTC

masyarakat di Pulau Kodingareng.

1.3.2 Tujuan Khusus.

1. Untuk mengetahui jumlah pengguna GTC di Pulau kodingareng

2. Untuk mengidentifikasi jenis keluhan pada pengguna GTC di Pulau

Kodingareng

3. Untuk mengetahui kesehatan jaringan gingiva pada pengguna GTC di Pulau

Kodingareng.

4

Page 12: Contoh Informed

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Manfaat Ilmiah.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah bagi

pembacanya dan tentang keadaan kesehatan jaringan gingiva pada penggunaan

GTC di Pulau Kodingareng.

1.4.2 Manfaat Praktis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

Pulau Kodingareng khususnya pada pemakai GTC tentang pemeliharaan kesehatan

gingiva selama penggunaan GTC

1.4.3 Manfaat bagi Peneliti.

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan penulis untuk meneliti khususnya tentang keluhan-keluhan

yang dialami masyarakat Pulau kodingareng yang berkaitan dengan

penggunaan GTC.

5

Page 13: Contoh Informed

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GIGITIRUAN CEKAT

Gigitiruan cekat merupakan piranti prostetik permanen yang melekat pada

gigi yang masih tersisa, yang menggantikan satu atau lebih kehilangan gigi. Jenis

restorasi ini telah lama disebut dengan gigitiruan jembatan.5

2.1.1 Komponen-komponen Gigitiruan Cekat6

Gigitiruan cekat terdiri dari beberapa komponen, yaitu pontik,

retainer, konektor, abutment, dan sadel, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pontik, adalah gigi buatan pengganti dari gigi atau gigi-geligi yang hilang.

Dapat dibuat dari porselen, akrilik atau logam, atau gabungan dari bahan-

bahan ini.

2. Retainer, adalah restorasi tempat pontik dicekatkan. Retainer dapat dibuat

intrakoronal atau ekstrakoronal.

3. Konektor, adalah bagian yang mencekatkan pontik ke retainer. Konektor

dapat berupa sambungan yang disolder, struktur cor (alumina derajat tinggi,

jika terbuat dari porselen seluruhnya).

6

Page 14: Contoh Informed

4. Abutment, adalah gigi penyangga dapat bervariasi dalam kemampuan untuk

menahan gigitiruan cekat dan tergantung pada faktor-faktor seperti daerah

membran periodontal, panjang serta jumlah akar.

5. Sadel, adalah daerah diantara gigi-gigi penyangga, yang terutama adalah

tulang alveolar yang ditutupi oleh jaringan lunak. Tulang alveolar akan

berubah kontur selama beberapa bulan setelah hilangnya gigi. Kontur dan

tekstur sadel akan mempengaruhi desain pontik.

2.1.2 Macam-macam Desain GTC.7

Adapun 5 macam desain dari GTC yang perbedaannya terletak pada

dukungan yang ada pada masing-masing ujung pontik. Kelima desain ini

adalah:

a. Fixed-fixed bridge

Suatu gigitiruan yang pontiknya didukung secara kaku pada kedua sisi oleh

satu atau lebih gigi penyangga. Pada bagian gigi yang hilang yang terhubung

dengan gigi penyangga, harus mampu mendukung fungsional dari gigi yang

hilang. GTC merupakan restorasi yang kuat dan retentif untuk menggantikan

gigi yang hilang dan dapat digunakan untuk satu atau beberapa gigi yang

hilang. Indikasi dari perawatan dengan menggunakan fixed-fixed bridge yaitu

jika gigi yang hilang dapat terhubung dengan gigi penyangga yang mampu

mendukung fungsional dari gigi yang hilang. Seperti pada gambar 1, Fixed-

fixed bridge dengan menggunakan bahan porselen pada gigi insisivus sentralis.

7

Page 15: Contoh Informed

8

Page 16: Contoh Informed

Gambar 1. Gambaran fixed-fixed bridge pada gigi Insisivus sentralis (Sumber : Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 115)

b. Semi fixed bridge

Suatu gigitiruan yang didukung secara kaku pada satu sisi, biasanya pada

akhir distal dengan satu atau lebih gigi penyangga. Satu gigi penyangga akan

menahan perlekatan intracoronal yang memungkinkan derajat kecil

pergerakan antara komponen rigid dan penyangga gigi lainnya atau gigi

Gambar 2. Gambaran semi-fixed bridge (Sumber : Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable

9

Page 17: Contoh Informed

prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001.p.118)

10

Page 18: Contoh Informed

c. Cantilever bridge

Suatu gigitiruan yang didukung hanya pada satu sisi oleh satu atau lebih

abutment. Pada cantilever bridge ini, gigi penyangga dapat mengatasi beban

oklusal dari gigitiruan.

Gambar 3. Gambaran cantilever bridge (Sumber : Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 120)

d. Spring cantilever bridge

Suatu gigitiruan yang didukung oleh sebuah bar yang dihubungkan ke

gigi atau penyangga gigi. Lengan dari bar yang berfungsi sebagai penghubung

ini dapat dari berbagai panjang, tergantung pada posisi dari lengkung gigi

penyangga dalam kaitannya dengan gigi yang hilang. Lengan dari bar

mengikuti kontur dari palatum untuk memungkinkan adaptasi pasien. Jenis

gigitiriruan ini digunakan pada pasien yang kehilangan gigi anterior dengan

satu gigi yang hilang atau terdapat diastema di sekitar anterior gigi yang

hilang.

11

Page 19: Contoh Informed

Gambar 4. Gambaran spring cantilever bridge (Sumber : Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 122)

e. Compound bridge

Ini merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam gigitiruan cekat

dan bersatu menjadi suatu kesatuan.

2.1.3 Indikasi dan Kontraindikasi Pemakaian GTC.1

Adapun indikasi dan kontraindikasi dari GTC, yaitu :

1. Kehilangan satu atau lebih gigi

2. Kurangnya celah karena pergeseran gigi tetangga ke daerah edentulus

3. Gigi di sebelah daerah edentulus miring

4. Splint bagi gigi yang memiliki ketebalan email yang cukup untuk dietsa.

Kontraindikasi pemakaian GTC :

1. Pasien yang tidak kooperatif

2. Kondisi kejiwaan pasien kurang menunjang

12

Page 20: Contoh Informed

3. Kelainan jaringan periodonsium

4. Prognosis yang jelek dari gigi penyangga

5. Diastema yang panjang

6. Kemungkinan kehilangan gigi pada lengkung gigi yang sama

7. Resorbsi lingir alveolus yang besar pada daerah anodonsia.

2.2 JARINGAN PERIODONTAL

Normalnya, jaringan periodontal yang memberikan dukungan yang

diperlukan untuk mempertahankan fungsi gigi terdiri dari empat komponen

utama, yaitu gingiva, ligamentum periodontal, sementum, dan tulang

alveolar. Masing-masing komponen dari jaringan periodontal berbeda

lokasi, tekstur jaringan, komposisi biokimia, dan komposisi kimianya.8

Gambar 5. Diagram anatomi gingiva (Sumber: Itoiz ME, Carranza FA. The gingival. In: Newman MG, takei HH, Carranza FA, editors. Clinical periodontology. 9th ed. Philadelphia : WB Saunder Co; 2002. p.17)

2.2.1. Gingiva.

Gingiva adalah bagian dari mukosa mulut yang melapisi tulang alveolar dari

rahang atas dan rahang bawah serta di sekeliling leher gigi. Gingiva secara

13

Page 21: Contoh Informed

anatomi dibagi menjadi marginal gingiva (tepi gusi), sulkus gingiva, attached

gingiva (bagian dari yang melekat), serta interdental gingiva atau interdental

papilla.

1. Marginal gingiva

Marginal gingiva atau unattched gingiva adalah sambungan tepi atau pinggiran

dari gingiva yang mengelilingi gigi berbentuk seperti lingkaran. Dalam 50%

kasus, marginal gingiva dibatasi dengan attached gingiva oleh depresi linear

yang dangkal disebut free gingiva groove. Biasa lebarnya sekitar 1 mm dari

dinding jaringan lunak sulkus gingiva. Marginal gingiva dapat dipisahkan dari

permukaan gigi dengan probe periodontal.9

2. Sulkus gingiva

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang di sekitar gigi yang dibatasi

oleh permukaan gigi pada satu sisi dan lapisan epitel margin bebas dari sisi

lain gingiva. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja yang dapat

dimasuki oleh probe periodontal. Determinasi klinik dari kedalaman sulkus

gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting. Dalam kondisi benar-

benar normal atau ideal, maka kedalaman sulkus gingiva dapat mencapai 0.9

3. Attached gingiva.

Attached gingiva merupakan suatu lanjutan dari marginal gingiva. Attached

gingiva berbatas tegas, elastik dan melekat erat pada periosteum dari tulang

14

Page 22: Contoh Informed

alveolar. Aspek permukaan dari attached gingiva meluas ke mukosa alveolar

dibatasi oleh mucogingiva junction. Lebar dari attached gingiva merupakan

parameter klinik penting lainnya. Yang dapat diukur sesuai jarak antara

mucogingiva junction dan proyeksi dari permukaan dasar luar dari sulkus

dengan menggunakan probe periodontal.8

Lebar dari attached gingiva dari aspek fasial berbeda pada tiap daerah dalam

rongga mulut. Attached gingiva pada daerah insisivus rahang atas 3,5-4,5 mm

dan pada insisivus rahang bawah sebesar 3,3-3,9 mm dan lebih sempit pada

daerah posterior ( 1,9 mm pada rahang atas dan 1,8 pada rahang bawah).

Mucogingiva junction tetap tidak bergerak hingga dewasa, perubahan lebar

attached gingiva disebabkan oleh perubahan posisi coronal end. Lebar dari

attached gingiva meningkat sesuai umur dan pada gigi yang supraerupsi. Dari

aspek lingual alveolar, akhir dari attached gingiva dihubungkan oleh mukosa

membran dasar mulut.10

4. Papila Interdental

Gingiva interdental menempati embrasure gingiva yang terletak pada daerah

interproksimal di bawah daerah kontak gigi. Interdental gigi dapat berbertuk

piramida atau berbentuk kol. Bentuk ruang interdental gingiva tergantung dari

titik kontak antara gigi dan ada tidaknya resesi gingiva.10

Permukaan fasial dan lingual lonjong ke daerah kontak proksimal dan

berbentuk cembung pada daerah mesial dan distal. Ujung lateral dari

interdental gingiva dibentuk oleh kontibuitas marginal gingiva ke gigi

15

Page 23: Contoh Informed

sebelahnya. Jika terjadi diastem, gingiva berbentuk datar membulat di atas

tulang interdental dan halus tanpa papila interdental.10

2.2.2. Ligamentum Periodontal.

Ligamentum periodontal adalah jaringan ikat yang mengelilingi akar dan

terhubung ke tulang. Ligamentum periodontal akan terus berlanjut dengan jaringan

ikat pada gingiva dan kemudian berhubungan dengan ruang sumsum melalui

pembuluh darah dalam tulang. Fungsi dari ligamentum periodontal adalah sebagai

fisik formatif dan perubahan bentuk, nutrisi dan sensoris.9

2.2.3. Sementum.

Jaringan mesensim yang membentuk dan melapisi bagian luar akar anatomi

gigi. Terdapat dua macam sementum, yaitu sementum aselular atau primer dan

sementum selular atau sementum sekunder. Kedua sementum tersebut terdiri dari

kalsifikasi matriks interfibril dan fibril kolagen.9

2.2.4. Tulang alveolar.

Tulang alveolar dibentuk selama pertumbuhan janin oleh proses ossifikasi

intramembranous dan terdiri dari kalsifikasi matriks dengan osteosit tertutup

dalam suatu ruang atau celah yang disebut lacuna.9

2.3 Dampak Desain GTC yang Buruk

16

Page 24: Contoh Informed

Desain gigitiruan yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan

pengaruh buruk pada beberapa jaringan di rongga mulut, terutama pada jaringan

gingiva, misalnya :

a. Tidak adanya rest, dan rest yang jelek atau patah karena preparasi yang tidak

cukup, umumnya dapat mengakibatkan migrasi dari komponen-komponen

logam ke apikal sehingga terjadi gingivitis hiperplasia. Jika migrasi dibiarkan

berlanjut, maka dapat terjadi dehiscence dan penetrasi akar..11

b. Celah antara lengan cengkram dan tepi gingiva menyebabkan makanan

terperangkap dan meningkatkan kemungkinan besar pembusukan makanan

dan gingivitis.11

c. Penempatan cengkram atau konektor yang terlalu cepat ke tepi gingiva.11

d. Adanya penimbunan sisa makanan diantara pinggiran basis gigitiruan dan gigi

alami. Timbunan sisa makanan akan mendorong tepi gingiva keluar dari

perlekatannya terhadap inflamasi jaringan akibat toksin yang dibentuk oleh

mikroorganisme yang berinkubasi.11

e. Penekanan atau penutupan basis yang terlalu menekan pada tepi gingiva dapat

mengakibatkan trauma mekanik, respon inflamasi dan jika dalam keadaan

kronik, dapat mempercepat terbentuknya poket.11

f. Kontrol plak yang kurang dari pasien11

g. Kurangnya perawatan di rumah, baik pada kebersihan gigitiruan cekat

maupun kebersihan mulut yang menyebabkan respon tidak menguntungkan

karena makanan terperangkap. Dengan berkurangnya perawatan di rumah,

17

Page 25: Contoh Informed

maka masalah jaringan periodontal sering mengikuti gingivitis dan karies

gigi.11

h. Konstruksi GTC yang tidak benar mempengaruhi kondisi kesehatan rongga

mulut, menghambat kemampuan saliva sebagai self-cleaning, trauma mekanis

pada gingiva, mengalami kesulitan dalam membersihkan rongga mulut yang

dapat menimbulkan bau mulut.12

2.4 Gingivitis

Gingivitis adalah penyakit yang paling sering terjadi, baik dalam

bentuk akut maupun kronis, dan biasanya disebabkan oleh plak bakteri.

Peradangan jaringan periodontal yang disebut periodontitis dapat

disebabkan karena masuknya kuman melalui tepi gingiva langsung atau

merupakan kelanjutan dari peradangan gusi yang tidak dirawat. Selain dari

peradangan gingiva, trauma oklusi, atropi periodontal dan manifestasi

penyakit sistemik juga dapat terjadi. Trauma oklusi hampir selalu terjadi

bersamaan dengan peradangan gusi. Trauma oklusi menghasilkan 2 macam

gejala klinis, yaitu meningkatnya pergerakan gigi dan melebarnya ruang

periodontal. Poket periodontal merupakan suatu penyakit unit perlekatan

periodontal yang disebabkan oleh pembesaran jaringan gingiva dan

pergerakan perlekatan epitel ke arah apikal sampai kehilangan perlekatan

jaringan ikat dan kadang-kadang sampai kehilangan dukungan tulang

alveolar.3

18

Page 26: Contoh Informed

2.4.1. Tahap-tahap Gingivitis13

Urutan perkembangan gingivitis terjadi dalam tiga tahap yang berbeda.

Tentu, dari satu tahap akan berkembang ke tahap selanjutnya.

a. Tahap 1. Initial Lesion

Manifestasi pertama dari inflamasi gingiva adalah perubahan konsistensi

vaskular, terutama dilatasi kapiler dan peningkatan aliran darah. Perubahan

inflamasi awal ini terjadi sebagai respon dari leukosit terhadap aktivitas

mikrobial dan stimulasi subquent sel endotel. Secara klinis, respon awal

gingiva terhadap plak bakteri tidak terlihat.

b. Tahap II. Early Lesion

Dengan berjalannya waktu, tanda klinis eritema mungkin akan muncul,

terutama karena proliferasi kapiler dan peningkatan pembentukan loop kapiler

antara rete pegs atau ridge. Perdarahan saat probing mungkin akan terlihat

jelas.

c. Tahap III. Established Lesion

Pada gingivitis kronik (tahap III), pembuluh darah membesar dan padat, vena

terganggu, dan aliran darah menjadi lamban. Hasilnya adalah anoksemia lokal

gingiva yang superimposif berwarna kebiruan pada gingiva.

Kesehatan gigi dan gingiva serta pencegahan seperti kerusakan gigi dan

penyakit periodontal memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan umum dan

19

Page 27: Contoh Informed

kesejahteraan penduduk. Meskipun telah terjadi penurunan yang signifikan dalam

peningkatan kerusakan gigi di 30 tahun terakhir, namun terus terjadi peningkatan

kerusakan gigi antara rentan populasi, karena terdapat perbedaan akses terhadap

perawatan gigi dikalangan penduduk. Di Australia, ketersediaan dokter gigi sangat

rendah di luar kota besar. Pada saat yang sama, mereka yang tinggal di daerah

terpencil dan masyarakat adat, sering memiliki tingkat kerusakan gigi dan

edentulous yang lebih tinggi daripada populasi metropolitan. Kurangnya kesadaran

kesehatan gigi menjadi faktor utama dalam tingginya kerusakan gigi yang

terjadi.14,15

Pulau Kodingareng merupakan salah satu pulau di Kota Makassar

dengan jumlah penduduk sekitar 4170 jiwa, dengan mata pencaharian 90%

sebagai nelayan, dan sisanya usaha lainnya. Warga menggunakan listrik

dengan generator yang beroperasi selama 12 jam, dengan fasilitas

kesehatan berupa 1 buah Puskesmas pembantu, pos obat desa (POD)

melalui program NGO Plan Internasional. Namun demikian, pelayanan

kesehatan di Pulau Kodingareng masih belum maksimal, karena faktor dari

Puskesmas pembantu yang belum naik statusnya menjadi Puskesmas,

selain itu fasilitas seperti pembangunan asrama untuk staf kesehatan masih

dalam perencanaan.4,16

Pelayanan kesehatan yang ada di Pulau Kodingareng dapat

berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut masyarakat serta

perawatan-perawatan yang dilakukan berhubungan dengan pelaksanaan

20

Page 28: Contoh Informed

perawatan gigi dan mulut. Dengan demikian, maka pelayanan kesehatan

bagi masyarakat yang menggunakan gigitiruan tidak dapat dilaksanakan

dengan baik jika tingkat pelayanan kesehatannya pun masih kurang.

Sehingga salah satunya berdampak pada pelaksanaan perawatan

gigitiruan terutama GTC. Peradangan yang dapat terjadi pada jaringan

periodontal akibat pemakaian GTC dikarenakan syarat-syarat dari suatu

restorasi tidak terpenuhi. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam suatu

restorasi cekat yaitu syarat biologis, syarat mekanis, dan syarat estetis. Di

antara ketiga syarat tersebut yang sangat berhubungan dengan jaringan

penyangga gigi adalah faktor biologis. Banyak faktor yang harus

diperhatikan pada pembuatan restorasi cekat dalam hal ini adalah restorasi

mahkota tiruan dan gigitiruan jembatan , antara lain yaitu faktor adaptasi

tepi restorasi sangat berhubungan dengan jaringan gingiva, karena itu tepi

tersebut tidak boleh menekan atau mengiritasi jaringan gingiva. Hal

penting lainnya yaitu tepi restorasi yang tidak berlebihan (over hanging),

karena akan menyebabkan mudahnya terjadi retensi plak penyebab utama

timbulnya peradangan. Sehingga faktor yang paling penting untuk

mengendalikan dampak dari restorasi terhadap kesehatan gigi adalah

lokalisasi dari tepi mahkota relatif terhadap tepi gingiva. 3,17

Preparasi tepi servikal merupakan tahap preparasi yang paling

penting yang menentukan keberhasilan perawatan GTC, karena pada tahap

preparasi ini ditempatkan pada daerah pertemuan antara jaringan gigi

penyangga dengan tepi restorasi. Letak akhiran servikal di sekitar leher 21

Page 29: Contoh Informed

gigi yang berbatasan dengan gingiva, sehingga plak mudah terakumulasi

dan hal ini merupakan tahap awal terjadinya penyakit periodontal.

Preparasi tepi servikal dapat diletakkan di supragingiva, subgingiva,

atau setinggi puncak gingiva. Namun dari beberapa ahli bidang

prostodonsia dan periodonsia menganjurkan penempatan tepi preparasi di

supragingiva, karena batas preparasinya cukup jelas terlihat, lebih mudah

dibersihkan dan dikontrol serta tidak mengiritasi gingiva.4

Selain itu, pemeliharaan dari pengguna GTC sangat berperan dalam

kesehatan jaringan periodontal. Agar pemeliharaan gigitiruan cekat

dilakukan pada pasien, maka pertama dokter gigi harus memberikan dental

health education (DHE) kepada pasien bagaimana cara menjaga kebersihan

mulut pada umumnya dan GTC pada khususnya dengan cara menggosok

gigi yang benar dan melakukan kontrol plak secara teratur.3

Keterbatasan sarana pelayanan kesehatan terutama pada pelayanan

kesehatan gigi dan mulut di Pulau Kodingareng, berdampak pada

masyarakat yang mengandalkan jasa tukang gigi. Menurut peraturan

Menteri Kesehatan No. 339/Menkes/Per/V/1989 tentang pekerjaan Tukang

Gigi, tukang gigi adalah mereka yang melakukan pekerjaan di bidang

penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan gigi dan tidak mempunyai izin

untuk melakukan pekerjaannya.

Berdasarkan keputusan Dirjen Yanmed Depkes RI No. 234/

Yanmed/ KG/5/1991, wewenang tukang gigi antara lain :

1) Membuat gigitiruan lepasan dari akrilik, sebagian atau penuh.22

Page 30: Contoh Informed

2) Memasang gigitiruan lepasan, tidak menutupi sisa akar

3) Merujuk ke saran kesehatan yang terdekat

Sedangkan larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan dalam

pelaksanaan praktek tukang gigi yaitu :18

1) Melakukan penambalan gigi dengan bahan tambalan apapun.

2) Melakukan pembuatan dan pemasangan GTC/mahkota/tumpatan tuang dan

sejenisnya.

3) Menggunakan obat-obatan yang berhubungan dengan bahan tambahan gigi,

baik sementara ataupun tetap.

4) Melakukan pencabutan gigi, baik dengan suntikan maupun tanpa suntikan.

5) Melakukan tindakan-tindakan secara medik termasuk pemberian obat-obatan

6) Mewakili pekerjaannya kepada siapapun.

23

Page 31: Contoh Informed

BAB III

KERANGKA KONSEP

Gigitiruan Cekat adalah suatu gigitiruan yang menggantikan satu atau

lebih gigi alami yang hilang, yang dilekatkan secara permanen dengan

menggunakan semen ke gigi penyangga yang telah dipreparasi. Tujuan utama dari

perawatan GTC adalah memelihara gigi dan jaringan di sekitarnya yang masih ada

agar tetap sehat. Dengan tujuan tersebut, maka yang harus dipertimbangkan agar

menghasilkan keberhasilan perawatan dari GTC diantara pertimbangan faktor

periodontal dari gigi-gigi penyangga. Jaringan periodontal terdiri dari tulang

alveolar, ligamentum periodontal, sementum, dan gingiva.

Dengan melihat pertimbangan faktor periodontal dalam perawatan GTC,

maka upaya terbaik untuk mencapai tujuan dari perawatan dengan menggunakan

GTC, yaitu dilakukan tindakan pencegahan dari pemeriksaan awal secara teratur,

serta pembuatannya memenuhi syarat-syarat biologis, dalam hal ini dokter gigi

yang berperan. Selain itu, pengguna GTC juga memiliki peran dalam pemeliharaan

GTC setelah pemasangan.

Hal-hal di atas sangat penting untuk diperhatikan selama perawatan

penggunaan GTC. Hal ini karena dalam penggunaan GTC rentan untuk terjadinya

gangguan kesehatan pada jaringan periodontal atau dengan kata lain dapat terjadi

kelainan pada jaringan periodontal. Kelainan jaringan periodontal ini dapat

22

Page 32: Contoh Informed

Masyarakat Kodingareng

Edentulus

Gigitiruan Cekat

Kesehatan Jaringan Gingiva

mengakibatkan ketidaknyamanan bagi pasien, pasien merasa nyeri pada bagian

gingiva nya dan masih banyak keluhan-keluhan yang dapat dirasakan pasien akibat

dari faktor-faktor tersebut.

Adapun gambaran kerangka konsep dari penelitian ini :

23

Page 33: Contoh Informed

BAB IV

BAHAN METODE

4.1 RANCANGAN PENELITIAN

4.1.1 Ruang lingkup penelitian : Lapangan

4.1.2 Jenis Penelitian : Observasional

4.1.3 Hubungan antar variabel : Deskriptif

4.1.4 Rancangan penelitian : Cross sectional study

4.2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

4.2.1 Tempat Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Kodingareng, Kelurahan Kodingareng,

Kecamatan Ujung Tanah, Makassar

4.2.2 Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilakukan pada 29 April - 01 Mei 2011

4.3 POPULASI DAN SAMPEL

4.3.1 Populasi.

Populasi penelitian ini adalah seluruh penduduk Pulau Kodingareng yang

sedang menggunakan GTC.

24

Page 34: Contoh Informed

4.3.2 Sampel Penelitian.

Populasi penelitian ini adalah seluruh penduduk Pulau Kodingareng yang

berusia di atas 18 tahun yang sedang menggunakan GTC

4.3.3 Kriteria sampel.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Semua masyarakat Pulau Kodingareng pengguna gigitiruan cekat dan berusia

di atas 18 tahun.

2. Masyarakat yang bersedia untuk mengikuti seluruh kegiatan penelitian dengan

adanya persetujuan dan tanda tangan informed consent.

3. Gigitiruan cekat pada penelitian ini adalah gigitiruan yang terpasang tetap

sebagai pengganti gigi yang hilang, yang dibuat di tukang gigi dan dokter gigi

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:

Semua masyarakat Pulau Kodingareng yang tidak menggunakan gigitiruan

cekat.

4.4 METODE PEMILIHAN SAMPEL

Akan dilaksanakan survei awal untuk mengetahui penduduk yang sedang

menggunakan GTC. Metode pemilihan sampel yang dilakukan yaitu dengan

purposive sampling

25

Page 35: Contoh Informed

Populasi dan subjek Penggunaan Instrumen :Kuisioner,Indeks gingiva, Probe, alat diagnostik

Rumusan MasalahPengumpulan Data :

Kuisioner Pemeriksaan klinis

Olah / Analisis Data

Penyajian Data dalam bentuk tabel dan narasi

Simpulan dan Saran

4.5 ALUR PENELITIAN

4.6 VARIABEL PENELITIAN

26

Page 36: Contoh Informed

4.6.1. Identifikasi Variabel.

Variabel dari penelitian ini ada dua yaitu gingiva dan gigitiruan

cekat.

4.6.2. Definisi Operasional.

a. Gigitiruan cekat adalah gigitiruan yang terpasang secara tetap atau tidak dapat

dilepas oleh pemakainya sebagai pengganti gigi yang telah hilang.

b. Gingiva adalah salah satu bagian dari jaringan periodontal yang secara normal

terlihat berwarna merah pucat dan tidak terjadi perdarahan pada saat di-probe.

Warna dan perdarahan yang terjadi, ditentukan dengan menggunakan Indeks

gingiva, dengan kriteria sebagai berikut :19

Skor 0 : Kondisi periodontal sehat / tidak ada inflamasi

Skor 1 : Terdapat inflamasi ringan, yaitu terjadi perubahan warna

gingiva dan sedikit edema; tidak ada perdarahan saat di-probe

Skor 2 : Inflamasi moderat, yaitu terjadi kemerahan, edema dan

mengkilat, serta berdarah saat dilakukan probing.

Skor 3 : Inflamasi berat, yaitu berwarna merah yang jelas dan edema;

ulserasi, tendensi perdarahan spontan.

4.7 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Persiapan, meliputi mengurus surat izin untuk dilakukannya penelitian,

menyiapkan kuesioner yang akan diberikan dan diisi pada penduduk sekitar tempat

penelitian, dan menyiapkan instrumen lainnya untuk pemeriksaan langsung antara

lain probe dan alat diagnostik.

27

Page 37: Contoh Informed

Tahap pelaksanaan, meliputi mengumpulkan responden pada suatu aula,

kemudian diadakan pengisian kuisioner dengan didampingi oleh peneliti. Setelah

kuisioner tersebut terisi, kemudian mengadakan pemeriksaan langsung pada

gingiva dengan menggunakan probe dan kaca mulut dengan panduan pada indeks

gingiva. Setelah pemeriksaan selesai, kemudian diadakan penyuluhan tentang

kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat yang telah berpartisipasi sebagai

responden pada penelitian ini. Setelah seluruh rangkaian penelitian dan

penyuluhan selesai, dilakukan penghitungan kuisioner yang mengkhususkan pada

pengguna gigitiruan, baik pengguna GTC, GTP, maupun GTSL.

4.8 ANALISIS DATA

Data yang telah dikumpulkan akan ditabulasi kemudian dianalisis secara

deskriptif. Analisis deskriptif meliputi tabel distribusi frekuensi dan persentasi

4.9. INSTRUMEN PENELITIAN

a. Kuisioner

b. Probe

c. Alat diagnostik

28

Page 38: Contoh Informed

BAB V

HASIL PENELITIAN

Setelah dilakukan penghitungan kuisioner yang mengkhususkan

pada pengguna gigitiruan, baik pengguna GTC, GTP, maupun GTSL,

maka didapatkan data yaitu terdapat 103 responden yang menggunakan

gigitiruan di Pulau Kodingareng, dan diantara 103 responden tersebut,

terdapat 12 responden yang menggunakan GTC.

Terkhusus pada pengguna GTC, setelah dilakukan observasi umum,

wawancara, dan pemeriksaan dengan menggunakan indeks gingiva

terhadap 12 orang responden , maka hasil penelitian dikelompokkan dalam

tabel-tabel berikut ini.

TABEL V.1. Distribusi frekuensi dan persentase pengguna GTC pada masyarakat Pulau Kodingareng.

Pengguna GTC Frekuensi PersentaseJenis Kelamin

Laki-laki 3 25Perempuan 9 75

Tingkat PendidikanSD 12 100SMP - -SMA - -

PekerjaanIRT 7 58,3Nelayan 4 33,3Pedagang 1 8,3

Total 12 100 Sumber: Andhira AD. Data primer. 2011

29

Page 39: Contoh Informed

Pada penelitian ini, persentase penggunaan GTC lebih banyak pada

perempuan yaitu 75% dan pada laki-laki 25%, dengan tingkat pendidikan terakhir

pada semua responden yaitu sekolah dasar. Persentase responden lebih banyak

bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 58,3%, nelayan 33,3% dan paling

sedikit bekerja sebagai pedagang yaitu 8,3%.

TABEL V.2 Distribusi jumlah kehilangan gigi dan lama pemakaian GTC pada masyarakat pengguna GTC di Pulau Kodingareng.

Pengguna GTC Frekuensi Persentase

Jumlah Kehilangan Gigi1-5 8 66,76-10 4 33,3

Usia Pertama kali pencabutan Gigi≤ 20 tahun 7 58,321-30 tahun 3 2531-40 tahun 2 16,7

Lama Pemakaian GTC1-5 bulan 2 16,76-10 bulan 1 8,31-5 tahun 7 58,36-10 tahun 2 16,7

Total 12 100

Sumber : Andhira AD. Data primer. 2011

Pada penelitian ini, responden lebih banyak mengalami kehilangan 1-5 gigi

dengan persentase 66,7%. Persentase usia pertama kali pencabutan gigi lebih besar

pada usia ≤ 20 tahun, dengan lama pemakaian GTC 1-5 tahun yaitu sebanyak

58,3%

30

Page 40: Contoh Informed

TABEL V.3. Distribusi jenis kesulitan penggunaan GTC pada masyarakat pengguna GTC di Pulau Kodingareng

Pengguna GTC Frekuensi Persentase

Kesulitan Pembersihan GTC Ya 5 41,7

Tidak 7 58,3

Kenyamanan Penggunaan GTCNyaman 6 50Kurang Nyaman 4 33,3

Tidak Nyaman 2 16,7

Menempelnya Sisa MakananYa 7 58,3Kadang-kadang 2 16,7Tidak 3 25

Total 12 100

Sumber : Andhira AD. Data primer. 2011

Dari 12 orang responden pengguna GTC, umumnya mengeluhkan

menempelnya sisa makanan setelah menggunakan GTC. Pada umumnya sisa

makanan menempel pada bagian interdental dan palatal.

31

Page 41: Contoh Informed

TABEL V.4. Distribusi tempat pembuatan GTC pada masyarakat pengguna GTC di Pulau Kodingareng

Pembuatan GTC Frekuensi Persentase

Tempat pembuatan GTC Puskesmas Pembantu - -Rumah Sakit - -Praktek Dokter Gigi - -Rumah Pasien 1 8,3Rumah Tukang Gigi 11 91,7

Pembuat GTCDokter Gigi - -Tukang Gigi 12 100

Mahasiswa - -Puskesmas Pembantu - -

Lama Pembuatan GTCPada saat itu 2 16,71-2 hari - -3-5 hari - -1 minggu - -2 minggu 10 83,3

Total 12 100

Sumber : Andhira AD. Data primer. 2011

Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa masyarakat Pulau Kodingareng

lebih banyak membuat GTC di rumah tukang gigi yaitu 91,7%, dan yang membuat

GTC tersebut adalah tukang gigi itu sendiri dengan lama pembuatan berkisar

hingga 2 minggu yaitu 83,3%. Berdasarkan hasil pengamatan, bentuk GTC yang

dibuat oleh tukang gigi yang digunakan oleh responden tidak cukup bervariasi,

karena dari 12 responden yang menggunakan GTC, hanya terdapat satu responden

yang menggunakan GTC yang terbuat dari perak. Namun kebanyakan pengguna

32

Page 42: Contoh Informed

GTC di Pulau Kodingareng menggunakan GTC yang terbuat dari akrilik yang

hanya direkatkan ke gigi dengan melalui proses self-curing.

TABELV.5. Distribusi instruksi pemakaian GTC pada masyarakat pengguna GTC di Pulau Kodingareng

Pengguna GTC Frekuensi Persentase

Pemberian Nasehat atau InstruksiYa, jelas 1 8,3

Ya, tidak jelas - -Tidak ada 11 91,7

Total 12 100

Sumber : Andhira AD. Data primer. 2011

Pada pembuatan GTC, umumnya pengguna tidak mendapatkan instruksi

yang jelas dalam pemakaian GTC. Dari 12 orang responden, terdapat satu orang

yang mendapatkan instruksi berupa cara makan saat menggunakan GTC.

TABEL V.6. Distribusi kesehatan rongga mulut pada masyarakat pengguna GTC di Pulau Kodingareng.

Pengguna GTC Frekuensi Persentase

Sariawan sebelum menggunakan GTC Sering 2 16,7Pernah - -Kadang-kadang 5 41,7Tidak pernah 5 41,7

Sariawan,semenjak menggunakan GTCYa 3 25Tidak 9 75

Gusi Kemerahan Sejak penggunaan GTCYa 3 25Tidak 9 75

Total 12 100 Sumber : Andhira AD. Data primer. 2011

33

Page 43: Contoh Informed

Dari 12 responden yang menggunakan GTC, terdapat dua orang yang

sering mengalami sariawan pada daerah gingiva dan lidah. Selain itu, terdapat 5

orang pengguna GTC yang kadang-kadang mengalami sariawan pada daerah lidah

dan mukosa. Umumnya responden yang mengalami sariawan, menanganinya

dengan menggunakan obat alami ataupun membiarkannya begitu saja hingga

sembuh.

TABELV.7. Distribusi indeks gingiva pada pengguna GTC masyarakat Pulau Kodingareng

Indeks gingiva Frekuensi Persentase

0 2 16,71 9 752 1 8,33 - -

Total 12 100

Sumber : Andhira AD. Data primer. 2011

Hasil pemeriksaan dari 12 orang pengguna GTC di Pulau Kodingareng,

terdapat 2 orang yang kondisi gingiva yang sehat atau tidak ada inflamasi, 9 orang

yang mengalami inflamasi ringan, 1 orang yang mengalami inflamasi moderat.

34

Page 44: Contoh Informed

BAB VI

PEMBAHASAN

Tujuan utama perawatan gigi-geligi dengan restorasi cekat terutama

mahkota tiruan dan gigitiruan cekat adalah memelihara gigi-gigi yang masih ada

dan seluruh sistem pengunyahan. Perawatan ini akan berhasil bila pertimbangan

faktor periodontal dari gigi penyangga dan restorasi cekat diperhatikan. Restorasi

cekat dan kesehatan jaringan penyangga gigi mempunyai ikatan yang tidak

terpisahkan. Adaptasi tepi dan kontur restorasi, kehalusan permukaan, embrasure,

dan disain pontik gigitiruan cekat, mempunyai dampak biologis pada jaringan gusi

dan jaringan periodontal. Restorasi cekat mempunyai peranan yang jelas dalam

mempertahankan kesehatan jaringan gingiva dan jaringan periodontal. Kontrol

plak harus dilakukan secara teratur dan oklusi harus diperiksa secara teratur pula,

setelah pemasangan restorasi cekat.2

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan melakukan

penghitungan jumlah kuisioner yang mencakup tentang pengguna gigitiruan baik

yang menggunakan GTC, GTP, maupun GTSL, tampak bahwa dari 103

masyarakat Pulau Kodingareng yang memakai gigitiruan, hanya terdapat 12 orang

sampel yang menggunakan GTC. Dari penelitian ini tampak bahwa bahwa lebih

banyak perempuan yang menggunakan GTC dibanding laki-laki (tabel 1). Data ini

menunjukkan bahwa perempuan lebih cenderung mementingkan

Page 45: Contoh Informed

estetik dibandingkan pada laki-laki. Ini sesuai dengan hasil penelitian yang

mendapatkan bahwa laki-laki kurang peduli terhadap edentulus mereka, dan kecil

kemungkinannya untuk mengunjungi dokter gigi dibandingkan wanita.20 Maka

dapat dikatakan bahwa perempuan lebih mementingkan estetik dibandingkan pada

laki-laki.

Tingkat pendidikan erat kaitannya terhadap tuntutan masyarakat untuk

memperoleh pelayanan kesehatan. Banyak penelitian mengatakan bahwa semakin

tinggi tingkat pendidikan, maka makin tinggi pula tuntutannya untuk memperoleh

pelayanan kesehatan yang bermutu.21 Selain itu, menurut Green dan Pincus yang

dikutip oleh Situmorang, ditemukan korelasi kuat antara pendidikan dengan

kesehatan serta pendidikan dengan perilaku sehat.22 Hasil penelitian ini

mendukung pernyataan di atas, yaitu semua sampel menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan hanya pada tingkat sekolah dasar (tabel 1). Dengan melihat hasil

penelitian bahwa tingkat pendidikan masyarakat Pulau Kodingareng yang rendah,

maka hal ini berhubungan dengan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap

pentingnya kesehatan terutama kesehatan gigi dan mulut.

Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap pelayanan

kesehatan adalah pendapatan.21 Golbert menemukan bahwa makin rendah tingkat

pendapatan, makin tinggi proporsi yang mempunyai keluhan mulut. Pada

penelitian ini, pendapatan yang diperoleh berkaitan dengan pekerjaan yang

dilakukan oleh responden, menunjukkan bahwa sebagian besar mata pencaharian

masyarakat Pulau Kodingareng , yaitu sebagai nelayan dan selebihnya bekerja

sebagai pedagang (tabel 1). Rendahnya tingkat pendapatan merupakan kebanyakan

Page 46: Contoh Informed

alasan masyarakat Pulau Kodingareng untuk tetap menggunakan jasa tukang gigi

yang notabene lebih murah walaupun dengan kualitas yang dipertanyakan.

Menurut Pelton dkk yang dikutip oleh Lesmana, memperlihatkan bahwa

setelah usia 15 tahun, kira-kira 50%, jumlah kehilangan gigi disebabkan karena

penyakit periodontal, 37% hilang karena karies, sedangkan 13% oleh akibat lain

misalnya trauma.2 Hasil penelitian ini mendukung pernyataan di atas, bahwa ≤ 20

tahun merupakan persentase tertinggi yang menunjukkan telah mengalami

pencabutan gigi (tabel 2). Dari hasil penelitian ini, masyarakat Kodingareng

mengalami pencabutan gigi pada usia yang relatif muda. Selain usia, hasil

penelitian ini juga menunjukkan bahwa kebanyakan jumlah kehilangan gigi pada

masyarakat Pulau Kodingareng yaitu 1-5 gigi (tabel 2).

Hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan bahwa hampir semua responden

membuat GTC di rumah tukang gigi itu sendiri, dan selebihnya membuatnya di

rumah responden masing-masing. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa tampak kepercayaan masyarakat Pulau Kodingareng terhadap tukang gigi

untuk membuat gigitiruannya. Ada tiga faktor yang mempengaruhi individu atau

masyarakat mencari pelayanan kesehatan. Adapun faktor tersebut diantaranya

adalah sebagai berikut, (1) faktor predisposisi, meliputi pengetahuan individu,

sikap kepercayaan, nilai atau pandangan/persepsi, tradisi, normal sosial,

pendapatan, pendidikan, umur, dan status sosial; (2) faktor pendukung yang

meliputi fasilitas, personal, pelayanan kesehatan, dan kemudahan untuk

mencapainya; (3) faktor pendorong, meliputi sikap perilaku petugas kesehatan,

dorongan yang berasal dari keluarga, atau masyarakat disekitarnya. Berdasarkan

37

Page 47: Contoh Informed

faktor-faktor tersebut, maka salah satu faktor yang berperan sehingga masyarakat

Pulau Kodingareng memilih untuk membuat GTC pada tukang gigi, yaitu faktor

pendukung yang meliputi fasilitas, pelayanan kesehatan, dan kemudahan untuk

mencapainya. Faktor pendukung yang dimaksudkan disini merupakan tingkat

kemudahan masyarakat Pulau Kodingareng untuk mendapatkan fasilitas kesehatan

dalam bidang kedokteran gigi. Fasilitas kesehatan di Pulau Kodingareng berupa 1

buah puskesmas pembantu, pos obat desa (POD) melalui program NGO Plan

Internasional, dan 1 buah balai pengobatan gigi dan mulut. Pelayanan kesehatan di

Pulau Kodingareng masih belum maksimal, karena faktor dari puskesmas

pembantu yang belum naik statusnya menjadi puskesmas, selain itu fasilitas

seperti pembangunan asrama untuk staf kesehatan masih dalam perencanaan.16

Dengan keterbatasan pelayanan kesehatan khususnya pada bidang kesehatan gigi

dan mulut, maka menunjukkan bahwa kurangnya sosialisasi tentang kesehatan gigi

dan mulut yang mendukung pemilihan masyarakat Pulau Kodingareng untuk lebih

mempercayakan perawatan yang dilakukan oleh tukang gigi. Berdasarkan hasil

pengamatan, bentuk GTC di Pulau Kodingareng tidak cukup bervariasi, karena

dari 12 responden yang menggunakan GTC, hanya terdapat satu responden yang

menggunakan GTC yang terbuat dari perak. Namun kebanyakan pengguna GTC di

Pulau Kodingareng menggunakan GTC yang terbuat dari akrilik. GTC yang dibuat

oleh tukang gigi tersebut merupakan gigitiruan yang hanya direkatkan ke gigi

melalui proses self-curing tanpa melalui prosedur pembuatan GTC yang

seharusnya dilakukan. Awalnya, peneliti cukup heran melihat GTC seperti itu,

38

Page 48: Contoh Informed

karena GTC-nya terkesan seperti sebuah gigitiruan lepasan tetapi gigitiruan

tersebut terpasang mati.

Menurut peraturan Menteri Kesehatan No. 339/Menkes/Per/V/1989 tentang

pekerjaan Tukang Gigi, tukang gigi adalah mereka yang melakukan pekerjaan

dibidang penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan gigi dan tidak mempunyai

izin untuk melakukan pekerjaannya.18 Tukang gigi melaksanakan pekerjaannya

tanpa izin, mungkin inilah yang mendorong tukang gigi untuk melakukan suatu

perawatan yang hanya berlandaskan dengan pengetahuan terbatas dan memiliki

pemikiran bahwa yang terpenting adalah kepuasan dari masyarakat yang meminta

jasa tukang gigi tersebut tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi yang akan

dialami oleh pengguna jasanya. Salah satu hal yang penting yang tidak dijangkau

oleh pemikiran tukang gigi yaitu pemberian instruksi bagi pengguna GTC. Hal ini

bertentangan dengan ketentuan bahwa harus ada pemberian instruksi setelah

insersi gigitiruan. Dari pemaparan tersebut, ini berhubungan dengan hasil

penelitian yang menunjukkan bahwa hampir semua responden yang membuat

GTC di tukang gigi tidak mendapatkan instruksi setelah pemakaian GTC, dan

selebihnya menyatakan bahwa tukang gigi tersebut memberi instruksi atau

pengarahan setelah pemakaian GTC, dengan pengarahan yaitu cara makan saat

menggunakan GTC (tabel 5).

Hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar

pengguna GTC merasa nyaman dengan pemakaian GTC-nya, dan selebihnya

merasa kurang nyaman. Pada hasil tersebut, dapat dilihat bahwa masyarakat Pulau

39

Page 49: Contoh Informed

Kodingareng yang menggunakan GTC masih merasa nyaman, meskipun pada

tabel 2 menunjukkan bahwa pengguna GTC yang telah menggunakan gigitiruan

nya selama 1 sampai 5 tahun memiliki persentase tertinggi. Selain itu jika dilihat

dari persentase menempelnya sisa makanan, maka menunjukkan bahwa lebih

banyak pengguna GTC mengeluhkan menempelnya sisa makanan dibandingkan

dengan persentase yang tidak mengeluhkan menempelnya sisa makanan. Pada

umumnya, pengguna mengeluhkan sisa makanan tersebut menempel pada bagian

interdental dan palatal. Kenyamanan yang dirasakan pengguna GTC tersebut

mungkin dikarenakan kurangnya mengalami kesulitan dalam hal pembersihan

gigitiruannya. Seperti pada hasil penelitian tentang kesulitan dalam membersihkan

GTC, menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna GTC tidak mengalami

kesulitan dalam membersihkan GTC. Meskipun pada hakikatnya, penggunaan

GTC seharusnya akan merasa tidak nyaman yang dikarenakan menempelnya sisa

makanan, tetapi selain karena faktor tidak mengalami kesulitan dalam

pembersihan GTC, faktor tingkat pendidikan masyarakat Pulau Kodingareng yang

dapat berpengaruh terhadap perilaku sehat sehingga pengguna GTC masih merasa

keadaan itu nyaman untuk mereka. Selain tingkat pendidikan, kesibukan atau

pekerjaan sehari-hari dari masyarakat pengguna GTC yang membuat rasa nyaman

dan menganggap seperti hal yang biasa dalam menggunakan GTC tersebut.

Dari hasil penelitian pada tabel 6 menunjukkan bahwa sebelum

menggunakan GTC, sebagian besar responden tidak sering mengalami sariawan ,

namun tidak sedikit pula responden yang tidak pernah mengalami sariawan

sebelum menggunakan GTC-nya. Pada tabel ini juga, dapat dilihat bahwa

40

Page 50: Contoh Informed

persentase pengguna GTC yang tidak mengalami sariawan sejak pemakaian GTC

lebih tinggi dibandingkan dengan persentase pengguna GTC yang mengalami

sariawan sejak pemakaian GTC. Jika dilihat dari hasil penelitian tentang

pengalaman sariawan semenjak menggunakan GTC, maka dapat dilihat bahwa

terdapat sedikit perubahan antara frekuensi terjadinya sariawan sebelum

pemakaian GTC dan setelah memakai GTC. Begitupun dengan gusi kemerahan

sejak penggunaan GTC, persentase responden yang merasa gusinya tidak menjadi

kemerahan sejak penggunaan GTC lebih tinggi dibandingkan dengan responden

yang merasa gusinya menjadi kemerahan. Sehingga dari hasil pada tabel ini,

menunjukkan bahwa tidak terjadi gangguan yang berarti di dalam rongga mulut

pengguna GTC. Hal ini dapat terjadi karena faktor makanan yang dikonsumsi

masyarakat Pulau Kodingareng dalam kesehariannya. Meskipun demikian tidak

dapat dikatakan pula, bahwa konsumsi makanan yang sudah baik tidak dapat

memicu terjadinya sariawan, karena terdapat faktor lain yang dapat memicu

terjadinya sariawan yaitu trauma akibat tergigit, faktor sistemik ataupun faktor

hormonal.

Dari hasil penelitian pada tabel 7, tampak bahwa setelah dilakukan

pemeriksaan gingiva secara langsung dengan menggunakan probe dan

menggunakan kriteria pada indeks gingiva pada pengguna GTC masyarakat Pulau

Kodingareng, maka terlihat bahwa responden yang mengalami inflamasi ringan

(skor 1) dengan tanda terjadinya perubahan ringan pada warna gingiva dan sedikit

edema, serta tidak ada perdarahan saat diprobe, memiliki presentase tertinggi,

sedangkan hanya sebagian kecil responden yang mengalami inflamasi moderat

41

Page 51: Contoh Informed

(skor2) dengan tanda kemerahan, edema, dan mengkilat serta berdarah saat

diprobe serta responden yang tidak mengalami tidak mengalami inflamasi pada

jaringan gingivanya yang dapat dikatakan sehat (skor 0).

Jika dilihat dari hasil penelitian pada tabel ini, menunjukkan bahwa

keadaan gingiva pada pengguna GTC masyarakat Pulau Kodingareng masih dalam

keadaan yang relatif sehat, karena terlihat dari hasil pemeriksaan gingiva bahwa

lebih besar pengguna GTC mengalami inflamasi ringan, dan hanya terdapat satu

responden dari 12 responden yang mengalami inflamasi moderat. Keadaan ini

terjadi karena tingkat kebersihan mulut pengguna GTC cukup baik, misalnya pada

kebiasaan penyikatan gigi yang dilakukan secara teratur dalam sehari. Menurut

Wyatt yang dikutp oleh Lesmana, bila semua syarat dalam pembuatan GTC

dipenuhi, yaitu syarat biologis, syarat mekanis, dan syarat estetis, maka gigi-gigi

yang menyangga suatu GTC tidak terbukti secara signifikan akan kehilangan

tulang lebih daripada gigi bukan penyangga, dengan catatan semua subyek bebas

dari penyakit periodontal dan kontrol plak dipertahankan selama observasi.2

Namun penelitian ini terdapat kekurangan, yaitu pada pembuatan GTC yang

dilakukan oleh tukang gigi tidak melalui proses-proses pembuatan GTC yang

selayaknya dilakukan sebagai syarat dari perawatan GTC, misalnya pada tahap

preparasi gigi. Pada tahap preparasi gigi menurut Silness dan Ohm yang dikutip

oleh Lesmana, menunjukkan bahwa reaksi peradangan pada tepi gusi lebih sering

dan lebih berat bila preparasi dilakukan di bawah tepi gingiva.2 Tukang gigi yang

membuat GTC tidak melakukan tahap preparasi gigi, yang menurut pernyataan di

atas bahwa tahap ini memiliki ruang untuk menimbulkan peradangan pada tepi

42

Page 52: Contoh Informed

gusi jika tidak dilakukan dengan baik. Dalam hal ini, tukang gigi dan pengguna

GTC di Pulau Kodingareng hanya memiliki dasar pemikiran bahwa gigitiruan

cekat yang mereka maksud adalah gigitiruan yang dipasang mati.

Berdasarkan uraian di atas, jumlah pengguna GTC pada masyarakat Pulau

Kodingareng sangat sedikit dengan sebagian besar wanita yang menggunakan

GTC. Dari hasil penelitian, masyarakat Kodingareng membuat gigitiruannya

dengan menggunakan jasa tukang gigi. Kenyataan ini terjadi karena masih terdapat

keterbatasan dalam hal fasilitas kesehatan, khusunya fasilitas kesehatan gigi dan

mulut. Selain faktor keterbatasan fasilitas kesehatan, faktor yang ikut mendukung

pemilihan pembuatan GTC pada tukang gigi, yaitu faktor ekonomi masyarakat

Kodingareng yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan serta pedagang.

Rendahnya pendapatan ini dapat merupakan alasan sehingga masyarakat lebih

memilih jasa tukang gigi yang diyakini bahwa tukang gigi lebih memasang tarif

yang lebih murah dengan kualitas yang dipertanyakan. Kualitas hasil kerja dari

tukang gigi perlu dipertanyakan dapat ditinjau dari tidak didapatkannya izin untuk

melakukan pekerjaan, sehingga inilah yang mendorong tukang gigi untuk

melakukan suatu perawatan sesuai pengetahuan yang terbatas tanpa

memperhatikan dampak-dampak yang akan ditimbulkan terhadap keadaan rongga

mulut yang akan merugikan pengguna gigitiruan. Menurut hasil penelitian yang

didapatkan menunjukkan bahwa GTC yang dibuat oleh tukang gigi, tidak

memenuhi syarat prosedural dalam pembuatan GTC. Bentuk GTC yang dibuat

oleh tukang gigi tersebut yaitu gigitiruan yang hanya direkatkan ke gigi melalui

proses self-curing tanpa melalui prosedur pembuatan GTC yang seharusnya

43

Page 53: Contoh Informed

dilakukan. Awalnya, peneliti cukup heran melihat GTC seperti itu, karena GTC-

nya terkesan seperti sebuah gigitiruan lepasan tetapi gigitiruan tersebut terpasang

mati. Banyak pengguna GTC yang mengeluhkan menempelnya sisa makanan

dibandingkan dengan persentase yang tidak mengeluhkan menempelnya sisa

makanan. Meskipun demikian, pengguna GTC sebagian besar masih merasa

nyaman dalam penggunaan gigitiruannya. Kenyamanan yang dirasakan mungkin

dikarenakan pengguna tidak mengalami kesulitan dalam hal pembersihannya,

selain itu faktor kesibukan atau pekerjaan sehari-hari dari masyarakat pengguna

GTC yang membuat merasa nyaman dan menganggap seperti hal yang biasa

dalam menggunakan GTC.

Setelah dilakukan pemeriksaan keadaan gingiva pada pengguna GTC,

maka didapatkan hasil bahwa keadaan gingiva masih dalam keadaan relatif sehat,

karena dalam hasil pemeriksaan menunjukkan lebih besar pengguna GTC

mengalami inflamasi ringan, dan hanya satu dari 12 responden yang mengalami

inflamasi moderat. Keadaan ini terjadi karena tingkat kebersihan mulut pengguna

GTC yang cukup baik, misalnya pada kebiasaan penyikatan gigi yang dilakukan

secara teratur dalam sehari. Ini juga dapat terlihat dari hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa terdapat sedikit perubahan antara frekuensi terjadinya

sariawan sebelum pemakaian GTC dan setelah pemakaian GTC. Selain faktor

kebersihan mulut, faktor makanan yang dikonsumsi sehari-hari juga dapat ikut

berperan terhadap kesehatan rongga mulut khususnya pada kesehatan gingiva.

Kekurangan nutrisi diketahui dapat memberi efek terhadap fungsi imun dan

kemungkinan memberi pengaruh terhadap kemampuan host untuk melindungi diri

44

Page 54: Contoh Informed

melawan berbagai efek yang merugikan.23 Dengan demikian, faktor nutrisi

memiliki peran dalam kesehatan rongga mulut terkhusus pada kesehatan gingiva.

Adapun kelemahan-kelemahan yang terdapat pada penelitian ini, antara

lain :

1. Penggunaan kuisioner sebagai instrumen penelitian. Dengan menggunakan

kuisioner, terdapat kemungkinan besar bahwa responden tidak menjawab

pertanyaan sesuai yang dialaminya. Hal ini dapat terjadi karena faktor

privasi dari responden yang tidak ingin diketahui oleh orang lain.

2. Perilaku sehat masyarakat Pulau Kodingareng. Perilaku sehat ini

berhubungan dengan tingkat pendidikan masyarakat Pulau Kodingareng

yang sebagian besar hanya sampai pada tingkat sekolah dasar, sehingga

berhubungan dengan rendahnya tingkat pengetahuan tentang pentingnya

kesehatan gigi dan mulut. Selain tingkat pendidikan, perilaku sehat juga

dapat berhubungan dengan mata pencaharian masyarakat Pulau

Kodingareng yang sebagian besar sebagai nelayan dengan tingkat

kesibukan yang tinggi serta kerasnya hidup yang dijalani. Sehingga dari

faktor-faktor tersebut, masyarakat Pulau Kodingareng menganggap hal-hal

yang seharusnya perlu diperhatikan dalam kesehatan gigi dan mulut,

dianggap menjadi suatu hal yang biasa. Salah satu contoh, yaitu pada

pertanyaan tentang rasa nyaman saat penggunaan GTC, banyak responden

yang mengatakan bahwa gigitiruan tersebut masih nyaman untuk

digunakan, walaupun penggunaan GTC seharusnya akan tidak nyaman

karena seringnya menempel sisa makanan.

45

Page 55: Contoh Informed

BAB VII

PENUTUP

7.1 KESIMPULAN

1. Pengguna GTC pada masyarakat Pulau Kodingareng sangat sedikit, dengan

jumlah wanita yang memakai GTC lebih banyak dibandingkan pada pria

dengan alasan faktor estetiknya.

2. Pengguna GTC yang membuat gigitiruannya di tukang gigi, kebanyakan masih

merasa nyaman dengan pemakaian gigitiruannya, meskipun banyak pula yang

mengeluhkan seringnya menempel sisa makanan. Pengguna GTC merasa tidak

terganggu dengan keadaan tersebut dalam menjalankan kegiatan sehari-

harinya. Kesibukan serta faktor pendidikan yang mendukung tidak adanya

keluhan ketidaknyamanan terhadap pemakaian GTC.

3. Kesehatan jaringan gingiva pada pengguna GTC di Pulau Kodingareng

menunjukkan bahwa sebagian besar mengalami inflamasi ringan yang ditandai

dengan terjadinya perubahan ringan pada warna gingiva dan sedikit edema,

serta tidak ada perdarahan saat di-probing. Hanya terdapat satu responden

diantara 12 responden yang mengalami inflamasi moderat. Sehingga dapat

dilihat bahwa GTC yang responden gunakan tidak signifikan berdampak pada

kesehatan jaringan gingivanya.

Page 56: Contoh Informed

4. Penelitian ini tidak bisa mencakup seluruh masyarakat Pulau Kodingareng

karena adanya keterbatasan penelitian.

7.2 SARAN

Dari pembahasan yang telah dipaparkan, maka penulis menyarankan :

1. Diadakan penyuluhan yang membahas tentang pentingnya pemakaian

gigitiruan untuk menggantikan gigi yang hilang, terkhususnya penggunaan

GTC untuk memperoleh konstruksi yang baik dan hanya menutupi sedikit

jaringan penyangga sehingga lebih nyaman untuk digunakan serta terpasang

cekat di dalam mulut.

2. Pengguna GTC tidak menggangap keluhan yang dialami sejak penggunaan

GTC merupakan suatu hal yang biasa, karena akan menimbulkan dampak yang

buruk terhadap kesehatan rongga mulut.

3. Meskipun penggunaan GTC yang dibuat oleh tukang gigi tidak berdampak

secara signifikan terhadap kesehatan gingiva, namun terjadinya perubahan

ringan pada warna gigi serta sedikit edema, tidak dapat diabaikan begitu saja,

karena lama-kelamaan jika dibiarkan, status dari inflamasi ringan akan berubah

menjadi inflamasi yang lebih berat, sehingga pengguna GTC memeriksakan

keadaan jaringan gingiva pada tenaga medis, terkhususnya dokter gigi.

4. Melakukan persiapan dengan sebaik-baiknya sebelum melaksanakan

penelitian, seperti memastikan bahwa semua masyarakat Pulau Kodingareng

telah mengetahui akan diadakannya kegiatan penelitian didaerah tersebut.

Page 57: Contoh Informed

DAFTAR PUSTAKA

1. Jubhari EH. Upaya untuk mengurangi preparasi gigi : Fung shell bridge. Jurnal Kedokteran Gigi Dentofasial 2007;6(1):27-9.

2. Lesmana RA. Faktor-faktor periodontal dengan gigitiruan cekat. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 1999;6(3):35-40.

3. Machmud E. Desain preparasi gigitiruan cekat mempengaruhi kesehatan jaringan periodontal. Jurnal Kedokteran Gigi Dentofasial 2008;7(1):13-4.

4. Pemkot rehabilitasi puskesmas di Pulau Kodingareng. Available from:http://www.antara-sulawesiselatan.com/berita/22838/pemkot-rehabilitasi-puskesmas-di-pulau-kodingareng. Accessed on: Desember 20, 2010

5. Shilingburg H, Hobo S, Whitsett L, Richard J, Brackett S. Fundamentals of fixed prosthodontics. 3rd Ed. North Kimberly Drive: Quintessence Publishing Co, Inc; 1997.p.1

6. Allan DN, Foreman PC. Mahkota dan jembatan (crown and bridge prosthodontics:an illustrated handbook). Alih bahasa: Djaya A. Editor; Juwono L. Jakarta : Hipokrates, 1994; p.81

7. Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 115-22

8. Fiorellini JP, Kim DM, Ishikawa SO. The tooth-supporting structures. In: Newman MG, Takei HH, Carranza FA, editors. Carranza’s clinical periodontology. 10th Ed. Philadelphia: WB Saunder Co;2005. p.68

9. Fiorellini JP, Kim DM, Ishikawa SO. The gingival. In: Newman MG, takei HH, Carranza FA, editors. Clinical periodontology. 9th ed. Philadelphia: WB Saunder Co; 2002. p.46.

10. Itoiz ME, Carranza FA. The gingival. In: Newman MG, takei HH, Carranza FA, editors. Clinical periodontology. 9th ed. Philadelphia : WB Saunder Co; 2002. p.16-7.

11. Manhold, John A, Balbo MP. Ilustrated dental terminology with spansh, French, and german correlation. 7th ed. Philadelphia: JB Lippincott;1985.p.76

Page 58: Contoh Informed

12. Zigurs G, Vidzis A, Brinkmane A. Halitosis manifestation and prevention means for patients with fixed teeth dentures. J Stomatologija, Baltic Dental and Maxillofacial 2005;7:3-6

13. Carranza FA, Rapley JW, Haake SK. Gingival inflammation. In : Newman MG, Takei HH, Carranza FA, editors. Clinical periodontology.9th ed. Philadelphia: WB Saunder Co;2002.p.263-4

14. Public dental services in Australia:whose responsibility. Available from : http://nrha.ruralhealth.org.au/cms/uploads/publications/public%20dental%20services%20in%20australia.pdf. Accessed on: Mei 18, 2011

15. Dental public health. Available from: http://www.vch.ca/media/Performance_Plan_Dental.pdf. Accessed on: Mei, 18 2011

16. Pulau Kodingareng Lompo. Available from : http://griyawisata.com/ Accessed on: Desember 20, 2010

17. Padburg Jr A, Eber R, Wang H-L. Interactions between the gingiva and the margin of restorations. J Clin Periodontal 2003;30:379-85

18. Hubungan karakteristik pengguna gigi palsu dengan pemanfaatan jasa tukang gigi. Available from : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14734/1/09E00980.pdf. Accessed on: Mei, 18 2011

19. Beck JD, Arbes SJ. Epidemiology of gingival and periodontal diseases. In: Newman MG, Takei HH, Carranza FA, editor. Carranza’s clinical periodontology. 10 th ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company; 2005.p.115.

20. Pan S, Awad M, Thomason JM, Dufresne E, Kobayashi T, Kimoto S, et all. Sex differences in denture satisfaction. Journal of Dentistry 2008;36:302.

21. Situmorang N. Perilaku sakit: suatu tinjauan sosial cultural. Dentika Dent J 2003;2(8):265

22. Fabiola I. Faktor-faktor yang berhubungan dengan angka kunjungan masyarakat ke klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada. Jurnal Persatuan Dokter Gigi Indonesia 2006;56(1):37-8.

23. Novak MJ. Classification of diseases and conditions affecting the periodontium. In : Newman MG, Takei HH, Carranza FA, editors. Clinical periodontology.9 th ed. Philadelphia: WB Saunder Co;2002.p.65-6

………………..  Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan BicaraI. Mekanisme Mastikasi

48

Page 59: Contoh Informed

Pe rge rakan yg t e rkon t ro l da r i mand ibu l a d ipe rgunakan da l am mengigit, mengunyah, dan menelan makanan dan cairan, serta dalamberbicara. Aktivitas yang terintegrasi dari otot rahang dalam meresponaktivitas dari neuron eferen pada saraf motorik di pergerakan mandibular y a n g m e n g o n t r o l h u b u n g a n a n t a r a g i g i r a h a n g a t a s d a n b a w a h . Pergerakan rahang adalah suatu pergerakan yang terintegrasi dari lidahdan otot lain yang mengontrol area perioral, faring, dan laring.Pergerakan otot rahang, terhubung pada midline. Pengontrolan ototrahang bukan secara resiprokal seperti pergerakan limb, tapi terorganisir s e c a r a b i l a t e r a l . J a d i , d a p a t d i s i m p u l k a n b a h w a p e m b u k a a n d a n penutupan rahang selama penguyahan yang secara relatif merupakanpergerakan sederhana dengan pengaturan pada limb sebagai penggerak.Bagaimanapun, pergerakan dalam mastikasi adalah suatu yang kompleksdan tidak hanya berupa mekanisme pergerakan menggerinda simple yangmana merupakan pengu rangan uku ran makanan . Se l ama mas t i ka s i , makanan dikurangi ukurannya dan dicampur dengan saliva sebagai tahapawal dari proses digesti..1 Pergerakan PengunyahanPemahaman mengenai pola pergerakan rahang telah menjadi topicyang menarik dalam hal klinis di kedokteran gigi, terutama dalam bidangorthodonti dan prostodonti. Salah satu tujuan memugar bentuk oklusaladalah untuk memastikan kontak gigi terintegrasi dengan pola pergerakanr a h a n g . O l e h k a r e n a i t u , b e b e r a p a p e n e l i t i a n d i m a k s u d k a n u n t u k m e n j e l a s k a n b a g i a n m a n d i b u l a s e l a m a p e n g u n y a h a n d a n u n t u k mengidentifikasikan posisi mandibula setelahnya. Dokter gigi mencariposisi stabil mandibula untuk menfasilitasi penelitian tentang rahang padaalat yang bernama simulator atau artikulator.

…………………..

A smile can last a lifetime – if you take care of it

21 Desember, 2008

Manfaat Mengunyah Makanan Lebih Lama

49

Page 60: Contoh Informed

Makanan yang telah hancur lembut saat dimasak, tentu saja amat memudahkan kerja pencernaan lambung. Ibarat mesin, jika kerjanya relatif ringan, mesin itu akan lebih awet. Begitu juga lambung. Lambung bekerja keras jika makanan itu berasal dari bahan nabati yang seratnya lebih keras dan padat. Namun, kini sudah banyak makanan yang tidak perlu dikunyah puluhan kali sebelum ditelan. Dengan kata lain, cukup langsung ditelan. Memang, jenis makanan seperti itu meringankan kerja lambung. Akan tetapi, bagaimana halnya dengan kesehatan gigi? Ini yang perlu dipertanyakan.

Para arkeolog mencatat bahwa keadaan gigi fosil-fosil nenek moyang manusia pada umumnya baik, padahal... hampir dapat dipastikan bahwa saat ini cara merawat dan memelihara gigi belum selengkap sekarang. Selain sarananya belum memadai, teknologi di bidang kesehatan gigi pun belum semaju sekarang. Lalu, di mana letak rahasianya? Jawaban yang paling bias diterima adalah pada jenis makanannya.Manusia zaman dahulu sebagian besar makanannya berasal dari bahan nabati, termasuk buah-buahan. Untuk itu, mereka biasa mengunyah kuat dan dalam waktu lama. Dugaan bukannya tanpa alasan dan dukungan yang kuat.Para pakar kesehatan di Amerika sejak lama mengumumkan hasil penelitiannya, yakni anak-anak yang biasa mengunyah lebih lama, cenderung memiliki gigi yang lebih bersih dan kuat.Risiko terserang penyakit gigi bagi mereka relatif kecil. Ditambahkan pula bahwa mengunyah dalam waktu yang lama makanan dari nabati, khususnya buah-buahan, akan menunjang kesehatan gigi.Secara umum, orang berpendapat bahwa buah-buahan berguna sebagai pencuci mulut sehabis makan. Selain menambah kandungan karbohidrat dan vitamin pada makanan pokok, juga membersihkan sisa-sisa makanan di celah gigi. Namun, hasil penelitian pakar tersebut menunjukkan lebih dari itu. Setiap melakukan kunyahan, berarti pula merangsang timbulnya air liur. Semakin banyak mengunyah, semakin banyak pula air liur yang keluar. Dalam lima menit mengunyah, air liur yang tertinggal di mulut jumlahnya ratusan kali lebih banyak dibandingkan saat diam (tidak mengunyah).Air liur mengandung beberapa zat, termasuk kalsium yang dapat membentengi email gigi dari kerusakan. Dengan begitu, kesehatan gigi akan lebih terjaga. Bahkan, ada sebagian pakar kesehatan gigi yang berpendapat mengunyah buah-buahan selama lima menit, lebih baik dan efektif daripada menggosok gigi. Tentunya anggapan pakar kesehatan itu bukan bermaksud yang sudah mengunyah buah-buahan

50

Page 61: Contoh Informed

tidak perlu menggosok gigi.Keadaan masyarakat sekarang tidak sama dengan masyarakat nenek moyang kita di zaman batu. Oleh karenanya, tidaklah cukup mengunyah buah-buahan saja untuk memperoleh kesehatan gigi yang baik. Ada estetika pergaulan yang sepertinya menuntut semua orang untuk biasa tersenyum cerah dengan gigi sehat. Aromanya yang senantiasa harus segar sepanjang waktu.Kesehatan gigi tidak dapat tercipta dalam sekejap. Itu sebabnya, orang harus membiasakan diri menjaga kesehatan gigi. Sejak dini, anak-anak mesti diajarkan mengunyah makanan, khususnya makan buah-buahan dalam frekuensi kunyahan yang cukup. Selain itu, selalu mengingatkan mereka jika lupa menggosok gigi. Orang tua dahulu pernah berkata, ”Kunyahlah makanan 28 kali.” Pesan ini memang terasa manfaatnya sampai kini.

………………

FUNGSI GIGI PALSU

MENGAPA HARUS MENGGANTI GIGI-GIGI YANG HILANGSetelah gigi Anda dicabut, maka pertama-tama yang paling dirasakan adalah ketidaknyamanan saat mengunyah yang timbul karena ruangan kosong akibat pencabutan gigi tersebut. Untuk jangka panjang akan timbul masalah pergerakan gigi-gigi yang bergeser ke tempat kosong. Kontak antara gigi menjadi renggang sehingga timbul food impaksi (mudah terselip makanan). Selanjutnya timbul lubang dan infeksi gusi di daerah terselipnya makananDengan hilangnya satu gigi saja dapat menimbulkan efek domino pada gigi-gigi lain yaitu gigi yang berkontak / lawannya untuk mengunyah makanan.

Sebagai illustrasi, dengan hilangnya 4 gigi berarti ada 8 gigi yang sudah tidak berfungsi untuk pengunyahan. Jika jumlah gigi 32 maka kita sudah kehilangan efisiensi pengunyahan 25%. Sehingga gigi geligi sisanya mempunyai beban yang lebih berat. Pada banyak orang akan menimbulkan sakit kepala karena hubungan kontak gigi geligi yang tidak baik ini yang mempengaruhi otot pengunyahan, otot muka dan temporomandibular joint ( sendi TMJ).Kesimpulannya, kehilangan gigi akan mempengaruhi fungsi kunyah, fungsi bicara serta kesehatan tubuh dan tentunya juga kecantikan.Karena itu gigi yang hilang sebaiknya diganti sesegera mungkin dengan:1. Mahkota & Jembatan (Crown & Bridge)2. Gigi Palsu Lepasan ( Removeable partial denture)

51

Page 62: Contoh Informed

3. Dental Implant Anda dapat mendiskusikan pilihan gigi palsu yang tepat dengan dokter gigi Anda

52