PPT Fitopatplogi (Teknik Fisik Dan Kimia)

19
TUGAS MAKALAH FITOPATOLOGI TEKNIK FISIK DAN KIMIA UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN OLEH : ST. KHAIRIYAH NIM G2A113002 PROGRAM STUDI AGRONOMI PROGRAM PASCA SARJANA (PPs) UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2014

Transcript of PPT Fitopatplogi (Teknik Fisik Dan Kimia)

Slide 1

TUGAS MAKALAH FITOPATOLOGITEKNIK FISIK DAN KIMIA UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN

OLEH :ST. KHAIRIYAHNIM G2A113002PROGRAM STUDI AGRONOMIPROGRAM PASCA SARJANA (PPs)UNIVERSITAS HALUOLEOKENDARI2014

Latar belakangPengendalian penyakit tumbuhan dilakukan bertujuan untuk melindungi tanaman atau mengurangi tingkat kerusakan tanaman. Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan berbagai cara yang pada dasarnya adalah pengelolaan segitiga penyakit, yaitu menekan populasi patogen serendah-rendahnya, membuat tanaman tahan terhadap serangan patogen, serta mengusahakan lingkungan agar menguntungkan tanaman tetapi tidak menguntungkan kehidupan patogen. Cara pengendalian umumnya bertujuan untuk menyelamatkan populasi dibandingkan menyelamatkan sedikit individu tanaman. Banyak sekali cara-cara pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit tumbuhan, dan cara-cara tersebut kemudian dikelompokkan menjadi cara undang-undang, biologis, fisik, dan kimia.

TUJUAN

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui teknik fisik dan kimia dalam mengendalikan penyakit tanaman.

A. Teknik Fisik untuk Mengendalikan Penyakit Tanaman

Pengendalian dengan Perlakuan PanasSterilisasi tanah dengan panasTanah yang disterilisasi dengan uap yang dilakukan baik dengan menggunakan wadah khusus (untuk sterilisasi tanah) yaitu uap panasdiberikan dengan menggunakan tekanan pada green house benches yaitu uap panas dialirkan dengan pipa ke dalam wadah tersebut dan dibiarkan berdifusi ke dalam tanah. Sterilisasi tanah dengan suhu yang terlalu tinggi atau terlalu lama sebaiknya dihindari dalam sterilisasi

PEMBAHASAN Perlakuan air panas organ perbanyakan

Perlakuan air panas pada biji, umbi dan stok bibit tertentu umumnya dilakukan untuk membunuh patogen yang menginfeksi atau yang terdapat pada bagian dalam kulit biji, lapisan umbi lapis dan sebagainya.. perlakuan umbi dan stok bibit dengan air panas membebaskannya dari nematoda yang mungkin terdapat di dalamnya, seperti Datylenchus dipsaci di dalam umbi beberapa tanaman bunga-bungaan dan Radopholus similis pada batang bawah jeruk

Efektifitas metode tersebut di dasarkan pada kenyataan bahwa organ tumbuhan sehat dapat bertahan pada suhu yang lebih tinggi dibanding dengan daya bertahan patogen terhadap panas untuk periode waktu tertentu. Suhu air panas yang diberikan dan lama perlakuan bervariasi terhadap setiap kombinasi inang-patogen. Jadi untuk penyakit gosong pada gandum, biji gandum diperlakukan dengan air panas pada suhu 52oC selama 11 menit, sedangkan untuk perlakuan umbi yang terinfeksi Ditylenchus dipsaci dengan suhu 43oC selama 3 jam. Perlakuan udara panas organ penyimpanan

Perlakuan terhadap organ penyimpanan dengan udara panas dapat menghilangkan kelebihan kelembaban dari permukaannya dan mempercepat penyembuhan luka-luka, jadi mencegah infeksi oleh patogen lemah. Sebagai contoh penyimpanan ubi jalar pada suhu 28oC sampai 32 oC selama 2 minggu membantu penyembuhan luka dan mencegah infeksi Rhizopus dan bakteri busuk lunak. Juga perlakuan/perawatan tembakau yang baru dipanen dengan udara panas menghilangkan sebagian besar uap air daun dan melindunginya dari serangan jamur dan bakteri saprofit2.Pengendalian Penyakit dengan Menghilangkan Gelombang Cahaya TertentuAlternaria, Botrytis dan Stempphylium adalah contoh-contoh jamur patogenik yang hanya bersporulasi bila patogen tanaman menerima cahaya pada kisaran ultraviolet (di bawah 360 nm). Hal tersebut memungkinkan untuk mengendalikan penyakit sayur-sayuran di rumah kaca yang disebabkan oleh beberapa spesies jamur tersebut dengan menutupi atau membangun rumah kaca dengan lembaran vinil menyerap sinar ultra violet yang menghambat transmisi gelombang cahaya di bawah 390 nm.

Pengeringan Biji dan Buah yang DisimpanSemua biji-bijian, kacang-kacangan dan polong-polongan terbawa berbagai jenis jamur dan bakteri yang dapat menyebabkan pembusukan pada kelembaban tertentu. Akan tetapi, pembusukan tersebut dihindari seandainya biji dan polong di panen pada saat betul-betul masak, dibiarkan kering pada udara yang cukup (sampai kadar air kira-kira 12 %) sebelum disimpan dan disimpan dengan keadaan ventilasi yang tidak menimbulkan kelembaban dapat mencapai diatas 12 % yang memungkinkan jamur-jamur simpanan menjadi aktif.

4. Pengendalian Penyakit dengan Pendinginan

Pendinginan mungkin cara yang paling banyak digunakan untuk mengendalikan penyakit pasca panen terhadap tumbuhan yang berdaging. Pada suhu rendah atau sedikit diatas titik beku tidak membunuh patogen yang mungkin terdapat pada atau di dalam jaringan tumbuhan tetapi, keadaan tersebut menghambat atau sangat menghalangi pertumbuhan dan aktivitas patogen dan dengan demikian mencegah meluasnya infeksi serta mencegah terjadinya infeksi baru. Sebagian besar buah-buahaan dan sayur-sayuran yang mudah rusak didinginkan segera setelah panen, diangkut dengan alat yang mempunyai pendinginan, dan dijaga tetap selalu dingin sampai digunakan oleh konsumen. Pendinginan secara teratur, khususnya untuk buah dan sayur yang sukulen kadang-kadang didahului dengan pendinginan dengan menggunakan air dingin (hydrocooling) atau udara dingin (aircooling) terhadap bahan-bahan tersebut yang bertujuan untuk membuang kelebihan panas, yang di bawa dari lahan, secepat mungkin untuk mencegah terjadinya infeksi baru.

5. Pengendalian Penyakit dengan Radiasi

Bebagai jenis radiasi elektromagnetis, seperti sinar ultraviolet (UV), sinar-x dan sinar- (gamma) dan juga radiasi partikel- dan partikel- telah dikaji kemampuannya mengendalikan penyakit pasca panen pada buah-buahan dan sayur-sayuran dengan membunuh patogen yang terdapat pada bahan-bahan tersebut. Beberapa hasil yang cukup baik telah ditemukan pada percobaan yang menggunakan sinar- untuk mengendalikan infeksi pasca panen pada buah persik, strawberry dan tomat oleh beberapa jamur patogen. Sayangnya, terhadap kebanyakan penyakit tersebut, dosis radiasi yang dibutuhkan untuk membunuh patogen juga merusak jaringan tumbuhan tempat patogen tersebut berada. Sejauh ini, belum ada penyakit tumbuhan yang secara komersil dikendalikan dengan radiasi.

6. Penggenangan Lahan

Perkembangan cendawan tanah dan nematoda juga bisa dikurangi dengan cara melakukan penggenangan lahan selama jangka waktu tertentu. Dengan penggenangan, maka asupan oksigen di dalam tanah berkurang sehingga bisa menekan perkembangan cendawan dan nematoda yang ada dalam tanah.Air irigasi yang melewati lahan yang terinfeksi patogen tertentu bisa membawa patogen-patogen tular tanah, seperti: Fusarium,Phytophthora,Sclerotium, danRhizoctonia. Oleh karenanya, pengaturan air irigasi juga sangat penting untuk mencegah infeksi patogen tular tanah, di samping juga bisa membantu menjaga kondisi iklim mikro pertanaman.

7. Penggunaan Mulsa Plastik anorganik

Manfaat penting penggunaan mulsa plastik anorganik untuk solarisasi tanah tampaknya menjadi keuntungan jangka panjang, karena ini adalah perlakuan fisik yang tidak memiliki efek residu seperti pada perawatan kimia. Solarisasi selektif menghilangkan patogen, sementara aktivitas biologis yang tinggi dipertahankan selama pengendalian. Efektivitas solarisasi tanah menggunakan mulsa plastik foil untuk mengontrol beberapa patogen soilborne telah dilaporkan. Solarisasi tanah menggunakan lembaran polietilen transparan untuk menutupi persemaian tembakau selama 6 minggu efektif terhadap penyakir dumping-off (Pythium aphanidermatum) dan penyakit betis hitam (Phytophthora nicotianae var. parasitica.) (Wajid et al., 1995).

C. Metode Kimia yang mengeradikasi atau Mengurangi InokulumPestisida umumnya digunakan untuk perlindungan secara langsug permukaan tumbuhan dari infeksi atau untuk mengeradikasi patogen yang telah menginfeksi tumbuhan sebelumnya. Akan tetapi, beberapa perlakuan kimia, ditujukan untuk menurunkan jumlah inokulum sebelum inokulum tersebut berkontak dengan tumbuhan. Perlakuan tersebut meliputi perlakuan tanah (seperti fumigasi), disinfeksi gudang dan mengendalikan serangga vektor patogen.

Perlakuan Tanah dengan Bahan Kimia (Fumigasi)Tanah yang akan ditanami sering diperlakukan dengan bahan kimia terutama untuk mengendalikan nematoda, jamur tular tanah, gulma dan bakteri. Cara pengendalian yang sangat memberi harapan terhadap nematoda, hama dan patogen soil borne adalah dengan menggunakan bahan kimia yang disebut nematisida. Beberapa bahan nematisida diantaranya adalah kloropikrin, metal bromide, mylone, vapam dan vorlex yang menghasilkan gas setelah diaplikasi ke dalam tanah dan merupakan fumigan sebelum tanam yang umum dipakai; nematisida tersebut juga aktif mengendalikan berbagai jenis mikroorganisme tanah disamping nematoda, yaitu jamur, serangga dan gulma.

Lanjutan.

Nematisida digunakan ke tanah baik diberikan secara merata pada seluruh permukaan tanah (penyebaran) atau hanya diberikan dalam barisan yang ditanami tanaman (perlakuan dalam baris). Pada kedua kasus tersebut, fumigant diberikan melalui tabung-tabung yang ditempatkan dibagian belakang traktor yang mempunyai gigi gigi injeksi atau lempengan berongga dengan jarak tertentu, dan biasanya dapat mencapai kedalaman 6 inci di bawah permukaan tanah. Nematisida langsung ditutupi dengan tarikan yang kuat dan lembut atau dapat dicampur ke dalam tanah dengan lempengan penggaru atau rototiller

Pada semua kasus fumigasi tanah yang dilakukan sebelum tanam dengan nematisida fitotoksis, sedikitnya harus berjarak 2 minggu dari perlakuan hingga penyemaian atau penanaman pada tanah tersebut, untuk menghindari kerusakan tumbuhan.

Fumigasi juga dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit Leher Akar (Ustulina mxima) dan Penyakit Cendawan Akar Merah Bata (Poria hypolatertia) yang menyerang pada tanaman teh dengan menggunakan Methyl Bromida dengan cara Methyl Bromida dialirkan melalui pipa plastik dengan dosis 227 gram/10 m2 tanah disungkap selama 14 hari, dan kemudian satu bulan setelah sungkup dibuka tanah dapat ditanami teh (Ditjenbun, 2009).Disinfestasi Gudang

Untuk mencegah hasil-hasil yang disimpan dari infeksi oleh patogen yang tertinggal di gudang dari tahun ke tahun, ruangan penyimpanan tersebut dibersihkan secara menyeluruh dan sisa-sisa bahan tumbuhan dibuang dan dibakar. Dinding dan lantai dicuci dengan larutan tembaga sulfat (1 pon untuk 5 galon air) atau disemprot dengan 1 : 24 larutan formaldehida. Gudang ditutup sehingga kedap udara, kelembaban relatif udaranya yang dapat tetap dijaga mendekati 100% dan suhu antara 25oC dan 30oC secara efektif dapat difumigasi dengan kloropikrin (gas air mata) yang digunakan dengan takaran 1 pon per 1000 kaki kubik. Fumigasi gudang juga dapat dilakukan dengan cara membakar sulfur di dalam gudang dengan takaran 1 pon per 1000 kaki kubik ruangan atau dengan gas formaldehida yang dihasilkan dengan menambahkan 23 ons kalium permanganat ke dalam 3 pint (1 pint = 0,568 liter) formaldehida per 1000 kaki kubik ruang. Pada semua perlakuan fumigasi ruang sebaiknya dibiarkan selama 24 jam sebelum pintu dibuka untuk aerasi.

Pengendalian Serangga Vektor

Aplikasi Insektisida untuk mengendalikan serangga yang membawa spora jamur dan bakteri telah berhasil dengan cukup baik dan merupakan prosedur yang telah direkomendasikan untuk mengendalikan beberapa jenis patogen terbawa serangga.

Pada kasus yang terjadi pada virus, mikoplasma dan bakteri fastidious, yaitu serangga merupakan agensia pemancar yang sangat penting, maka pengendalian serangga vektor sangat menolong dalam mengendalikan penyebaran penyakitnya. Pengendalian penyakit dengan membunuh serangga vektor dengan insektisida setelah vektor sampai ke pertanaman jarang memberiikan hasil yang memuaskan. Namun, demikian penurunan kehilangan hasil yang cukup memadai dari penyakit tertentu telah berhasil di dapatkan dengan mengendalikan serangga vektornya.

Lanjutan..

Keberhasilan mengendalikan transmisi virus oleh serangga telah dicapai dengan mengganggu kemampuan aphis vektor untuk mendapatkan dan memindahkan virus tersebut, bukan dengan membunuh serangganya. Gangguan tersebut dilakukan dengan menyemprot tumbuhan beberapa kali dalam satu musim dengan fine grade mineral oils yang sedikit mempangaruhi tingkah laku pencarian makan dan tingkah laku makan aphis, sama sekali tidak beracun bagi aphis namun, mengganggu transmisi virus aphis borne non persisten, semi persisten dan bahkan beberapa virus aphid borne persisten.

KESIMPULAN

Teknik Fisik digunakan pada pengendalian dengan perlakuan panas pada organ perbanyakan dan organ penyimpanan, pengendalian dengan menghilangkan gelombang cahaya tertentu, pengendalian dengan menggunakan biji dan buah yang disimpan, pengendalian penyakit dengan pendinginan, pengendalian penyakit dengan radiasi, Penggenangan lahan dan Penggunaan Mulsa Plastik anorganik. Sedangkan

P engendalian dengan Teknik kimia dilakukan dengan perlakuan tanah dengan bahan kimia, disinfestasi gudang dan pengendalian serangga vektor.

TERIMA KASIH