PPOK
-
Upload
daynisakusuma -
Category
Documents
-
view
215 -
download
1
description
Transcript of PPOK
se7en
CASE REPORT
SEORANG LAKI-LAKI 65 TAHUN DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Pendidikan Program Profesi Dokter Stase Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah SurakartaPembimbing :dr. Y.M Agung, Sp.PD
Diajukan Oleh :
Aulia Luthfi Kusuma, S.Ked
J510145078FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015CASE REPORT
SEORANG LAKI-LAKI 65 TAHUN DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)Diajukan Oleh :
Aulia Luthfi Kusuma, S.Ked
J510145078Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada, April 2015Pembimbing :
dr. Y.M Agung, Sp.PD
(.................................)Disahkan Ketua Program Profesi
dr. D. Dewi Nirlawati
(.................................) BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran nafas yang bersifat progresif nonreversible atau reversible parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya. Bronkhitis kronik sendiri ditandai dengan adanya batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut-turut, dan tidak disebabkan penyakit lainnya. Sedangkan emfisema adalah suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli.
Pada prakteknya cukup banyak penderita bronkitis kronis juga memperlihatkan tanda-tanda emfisema, termasuk penderita asma persisten berat dengan obstruksi jalan napas yang tidak reversible penuh, dan memenuhi kriteria PPOK.
Kebiasaan merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting dari PPOK, jauh lebih penting daripada faktor penyebab lainnya. Selain itu, faktor risiko lain yang dapat menyebabkan PPOK diantaranya adalah hipereaktiviti bronkus, riwayat infeksi saluran nafas bawah berulang, dan riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja.
Di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1986, asma, bronkitis kronik, dan emfisema menduduki peringkat ke-5 sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama. SKRT Depkes RI 1992 menunjukkan angka kematian karena asma, bronkitis kronis, dan emfisema menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia. Faktor yang berperan dalam peningkatan tersebut diantaranya adalah kebiasaan merokok yang masih tinggi (laki-laki di atas 15 tahun 60-70%), polusi udara terutama di kota besar, dan industrialisasi. Karena jumlah dan tingkat mortalitas akibat kasus PPOK di Indonesia adalah tinggi, maka sebagai dokter umum harus dapat mengenali dan melakukan terapi pada PPOK.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien
: Bp.HUsia
: 65 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Alamat
: Gesangan, 4/6 Kwadungan Kerjo
Pekerjaan
: Petani
Status Pernikahan
: Menikah
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Tanggal Masuk RS
: 23 Maret 2015
Tanggal Pemeriksaan
: 24 Maret 2015
No Rekam Medik
: 2613xx
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sesak
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Karanganyar pukul 14.58 WIB dengan keluhan sesak, keluhan tersebut dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Sesak dirasakan jika batuk dan di bagian dada dengan rasa terengah-engah hingga mengganggu aktivitas, dalam sehari sesak dirasakan terus menerus dan dalam waktu yang lama, serta dari hari ke hari semakin memberat. Sesak dirasakan sedikit berkurang jika pasien berbaring. Jika tidur pasien menggunakan 1 bantal.
Pasien juga mengeluhkan batuk yang dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, batuk mengeluarkan dahak berwarna putih kental, darah (-). Saat 1 hari SMRS sesak timbul dan semakin memberat, batuk juga dirasakan semakin sering sehingga pasien merasa perlu dirawat di Rumah Sakit.
Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah pusing (+), susah tidur (+), mual (+), muntah (+).
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Asma
: Disangkal
Riwayat Opname dengan keluhan sama : DisangkalRiwayat Hipertensi
: Disangkal
Riwayat Diabetes Mellitus
: Disangkal
Riwayat Pengobatan OAT
: Disangkal
Riwayat Alergi Obat dan Makanan : DisangkalRiwayat merokok
: Diakui (10 tahun yang lalu selama 30 tahun, dalam sehari habis 8 batang )Riwayat Keluarga
Riwayat Sakit Serupa
: DisangkalRiwayat Asma
: Disangkal
Riwayat Hipertensi
: DisangkalRiwayat Diabetes Mellitus
: Disangkal
Riwayat Pengobatan OAT
: Disangkal
Riwayat Alergi Obat dan Makanan : Disangkal
Riwayat Kesehatan Lingkungan
Adanya Penderita Batuk Lama
: Disangkal
Adanya penderita dengan sakit yang sama : Disangkal Riwayat Sosial Ekonomi
Sekarang pasien tinggal bersama istri dan anaknya dengan kondisi ekonomi cukup. Dalam satu pekarangan berisi 3 rumah dan dalam 1 rumah berisi 3 orang. Pohon Keluarga
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
KU
: Tampak sesak
Kesadaran
: Compos Mentis
BB
: 47 Kg
TB
: 160 cm
Gizi
: CukupVital Sign
Tekanan Darah: 120/80 mmHg
Nadi
: 88 x / menit
Pernafasan
: 24 x / menit
Suhu
: 36,20 C
Pemeriksaan Fisik
KulitWarna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-), spider naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-)MataKonjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya direct dan indirect (+/+), pupil isokor (+), oedem palpebra (-/-)
HidungNafas cuping hidung (-/-), deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-).TelingaDeformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-).
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-),lidah tremor (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-).Leher
Simetris, deviasi trakea (-), peningkatan JVP (-/-), pembesaran kelenjar getah bening (-/-), nyeri tekan (-/-), benjolan (-/-).Thoraks
Normochest, simetris, retraksi (-), spider naevi (-), ketertinggalan pergerakan paru (-).
Pulmo Inspeksi : gerak simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)Palpasi : pergerakan dada simetris (+), ketertinggalan gerak dada (-), fremitus dada simetris (+)
Perkusi : hipersonor
Auskultasi : Suara Dasar Vesikuler melemah, Suara dasar bronkial (+/+) ekpirasi memanjang, Rhonki (+/+), Whezing (+/+).
Cor Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi: ictus cordis teraba di SIC V linea mid clavicularis sinistra
Perkusi:batas kiri atas
: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
batas kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra
batas kiri bawah: SIC V 1 cm medial Linea Medio Clavicularis Sinistra
batas kanan bawah : SIC IV Linea Para Sternalis DextraAuskultasi : bunyi jantung 1-2 murni reguler, bising jantung (-), gallop (-)AbdomenInspeksi: distensi (-), scar bekas operasi (-), pembesaran organ (-), venectasi (-)
Auskultasi: peristaltik usus dbn, metalik sound (-) .
Palpasi
: massa (-), nyeri tekan (+), defans muculer (-).
Perkusi : timpani Ekstremitas
Oedem tangan dan kaki (-), akral dingin (-)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan LaboratoriumTanggal 23-3-2015
PemeriksaanAngkaSatuanNilai Normal
Hemoglobin14,5g/DL14.00-18.00
Hematokrit43,5%42.00-52.00
Leukosit6,29X10^3uL5-10
Trombosit156X10^3uL150-300
Eritrosit
MPV4,70
7,8X10^6/uL
Fl4.50-5.50
6.5-12.00
PDW16,4%9.0-17.0
MCV92,5fL82.0-92.0
MCH30,9Pg27.0-31.0
MCHC33,4g/dL32.0-37.0
Limfosit% 19,4 %25.0-40.0
Monosit% 9,6 %3.0-9.0
Gran% 69,4 X10^3uL1.25-4.0
GDS122Mg/100ml70-150
Tanggal 24-3-2015
PemeriksaanAngkaSatuanNilai Normal
GDS135Mg/100ml70-150
Ureum28,4Mg/dL10-50
Creatinin0,92Mg/100ml0,8-1,1
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan rontgen thorax tanggal 24-4-2015 :
Pulmo
Gambaran hiperlusen
Gambaran diafragma mendatarSela Iga melebarCor
Gambaran jantung : Tear Drop Appereance, CTR600Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerjaHipereaktivitas bronkusRiwayat infeksi saluran napas bawah berulangDefisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesia.(PDPI, 2003)PATOGENESIS
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas.
Konsep pathogenesis PPOK
Perbedaan pathogenesis PPOK dan Asma
DIAGNOSIS
Diagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan :Gambaran klinisAnamnesisKeluhan : sesak napas, batuk kronis, seputum yang produktif, faktor resiko (+), PPOK ringan dapat tanpa keluhan atau gejalaRiwayat penyakit : riwayat penyakit sebelumnya, riwayat eksaserbasi perawatan di RS sebelumnya, dampak penyakit pada aktivitasFaktor predisposisiGejala eksaserbasi akut: bertambahnya sesak napas, kadang disertai mengi, bertambahnya batuk dan meningkatnya produksi sputum.Pemeriksaan fisis- Pernapasan purs lip breathing
- Takipneu
- Dada barel chest
-Tampilan pink puffer dan blue bloater
-vesikuler melemah
- ekspirasi memanjang
- ronki kering atau whezing
Pemeriksaan penunjangPemeriksaan Radiologi, pemeriksaan spirometri,dll (Riyanto, 2007)
DIAGNOSIS BANDING
AsmaSOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis)Adalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada penderita pascatuberculosis dengan lesi paru yang minimal
Pneumotoraks
Gagal jantung kronik
Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : bronkiektasis, destroyed lung.Asma dan PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang sering ditemukan di Indonesia, karena itu diagnosis yang tepat harus ditegakkan karena terapi dan prognosisnya berbeda.
KLASIFIKASI
Terdapat ketidak sesuaian antara nilai VEP1 dan gejala penderita, oleh sebab itu perlu diperhatikan kondisi lain. Gejala sesak napas mungkin tidak bisa diprediksi dengan VEP1.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan umum PPOKTujuan penatalaksanaan :
Mengurangi gejala
Mencegah eksaserbasi berulang
Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
Meningkatkan kualiti hidup penderita
Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :
Edukasi
Obat obatan
Terapi oksigen
Ventilasi mekanik
Nutrisi ( Riyanto, 2007)Rehabilitasi (PDPI, 2003)PENATALAKSANAAN PPOK STABIL:
Kriteria PPOK stabil adalah :
Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas kronik
Dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil, yaitu hasil analisa gas darah menunjukkan PCO2 < 45 mmHg dan PO2 > 60 mmHg
Dahak jernih tidak berwarna
Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat berat PPOK (hasil spirometri)
Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan
Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan
Tujuan penatalaksanaan pada keadaan stabil :
Mempertahankan fungsi paru
Meningkatkan kualiti hidup
Mencegah eksaserbasi
Penatalaksanaan PPOK stabil dilaksanakan di poliklinik sebagai evaluasi berkala atau dirumah untuk mempertahankan PPOK yang stabil dan mencegah eksaserbasi Penatalaksanaan di rumah (PAPDI, 2006)
Terapi PPOK Stabil:
Terapi farmakologis :
Bronkodilator
Secara inhalasi (MDI)
Rutin (bila gejala menetap)
3 golongan : Agonis beta 2, anti kolinergik, metilxantin
Steroid
Obat tambahan lain : Mukolitik, anti oksidan, imunolegurator, antitusif
Terapi non farmakologi : Rehabilitasi, terapi oksigen jangka panjang, Nutrisi, dll (PAPDI, 2006)
Algoritma penanganan PPOK
Terapi PPOK eksaserbasi akut
Di rumah :
Bronkodilator seperti pada PPOK stabil dosis 4-6 kali 2-4 hirup
Steroid oral dapat diberikan 10-14 hari
Bila infeksi diberi antibiotik spektrum luas
Di rumah sakit :
Terapi oksigen terkontrolBronkodilator : inhalasi agonis beta 2 + antikolinergikSteroid : Metyl Prednisolone 30-40mg PO 10-14 hariSteroid IV pada keadaan berat
KOMPLIKASI
Gagal Napas
Cor Pulmonal Cronis
Septikemia
(PAPDI, 2006)
PROGNOSIS
Dubia tergantung dari stage, penyakit paru komorbid, dan penyakit komorbid lain
DAFTAR PUSTAKA
Antariksa Budhi, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Bagian Pulmonologi & Ilmu Kedokeran Respirasi FKUI RS Persahabatan Jakarta : 2009.Guntur H. A. 2006. Bed Side Teaching Ilmu Penyakit Dalam. Solo: Sebelas Maret University Press.
Harun, Sjarudin, Ika Prasetya Wijaya. 2007. Kor Pulmonal Kronik. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus SK, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I.Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Hlm 1680-1
PAPDI. 2006. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Hlm 105-8.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK ) - Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di IndonesiaRiyanto, B.S & Barmawi Hisyam. 2007. Obstruksi Saluran Pernapasan Akut. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus SK, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I.Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Hlm 984-5.
Yogiarto, Muhammad. 2004. Buku Pedoman Kursus Elektrokardiografi. Surabaya: Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler Universitas Airlangga
1