PPn Bm

17
BAB II PEMBAHASAN PPN dan PPnBM 2.1 Definisi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. PPN mempunyai karakteristik antara lain: a. Pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak, atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan lansung pajak yang ia tanggung. Dapat juga dikatakan pemikul beban pajak dan penanggung jawab atas pembayaran pajak ke kantor pelayanan pajak adalah subjek yang berbeda. b. Multitahap, maksudnya pajak dikenakan di tiap mata rantai produksi dan distribusi. c. Pajak objektif, maksudnya pengenaan pajak didasarkan pada objek pajak. 2.2 Subjek pajak PPN Subjek pajak PPN adalah Pengusaha Kena Pajak. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang: a. Mempunyai omset > 600 juta setahun. b. Pengusaha yang menyerahkan (memperdagangkan) JKP/BKP. c. Barang berwujud berupa barang bergerak maupun tidak bergerak dan barang tidak berwujud yang dikenai pajak berdasarkan

description

pajak 2 PPn Bm (pajak penjualan barang mewah)

Transcript of PPn Bm

Page 1: PPn Bm

BAB II

PEMBAHASAN PPN dan PPnBM

2.1 Definisi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari

barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen.

PPN mempunyai karakteristik antara lain:

a.       Pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang)

yang bukan penanggung pajak, atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen

akhir) tidak menyetorkan lansung pajak yang ia tanggung. Dapat juga dikatakan  pemikul

beban pajak dan penanggung jawab atas pembayaran pajak ke kantor pelayanan pajak

adalah subjek yang berbeda.

b.      Multitahap, maksudnya pajak dikenakan di tiap mata rantai produksi dan distribusi.

c.       Pajak objektif, maksudnya pengenaan pajak didasarkan pada objek pajak.

2.2 Subjek pajak PPN

Subjek pajak PPN adalah Pengusaha Kena Pajak.

Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang:

a.       Mempunyai omset > 600 juta setahun.

b.      Pengusaha yang menyerahkan (memperdagangkan) JKP/BKP.

c.       Barang berwujud berupa barang bergerak maupun tidak bergerak dan barang tidak berwujud

yang dikenai pajak berdasarkan UU. JKP adalah setiap kegiatan pelayanan termasuk jasa yang

dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan

petunjuk dari pemesanan yang dikenai pajak berdasarkan UU.

d.      Pengusaha kecil yang mendaftar atau mengukuhkan dirinya sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Contoh pengusaha kena pajak diantaranya:

a.       Pabrikan;

b.      Importir;

c.       Agen utama;

d.      Pedagang besar;

e.       Pengusaha jasa;

f.       Pemegang hak paten, merk dagang, hak cipta;

Page 2: PPn Bm

g.      Pedagang eceran atau pengusaha kecil.

2.3 Objek PPN

Pada dasarnya semua barang dan jas merupakan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak,

sehingga dikenai PPN, kecuali jenis barang dan jenis jasa sebagaimana ditetapkan dalam pasal

4A UU no.8/1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah sebagimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan undang-undang

No.18/2000 tidak dikenai PPN yaitu:

Barang tidak kena PPN, yaitu:

1.      Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya,

misalnya minyak mentah, gas bumi, panas bumi, pasir dan kerikil, batu bara sebelum diproses

menjadi briket batu bara, bijih timah, bijih besi, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih

perak, dan bijih bauksit.

2.      Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, misalnya segala

jenis beras dan gabah, segala jenis jagung, sagu, segala jenis kedelai, garam, makanan dan

minuman yang disajikan di hotel, restoran, warung dan sejenisnya serta uang, emas batangan dan

surat-surat berharga.

Jasa tidak kena PPN, yaitu:

1.      Jasa di bidang pelayanan kesehatan misalnya jasa dokter umum, dokter spesialis, dokter hewan

dan jasa para medis maupun perawat;

2.      Jasa di bidang perbankan, dan asuransi;

3.      Jasa di bidang keagamaan;

4.      Jasa di bidang keagamaan;

5.      Jasa di bidang pendidikan;

6.      Jasa di bidang penyiaran;

7.      Jasa di   bidang angkutan umum;

8.      Jasa di bidang tenaga kerja;

9.      Jasa di bidang perhotelan, dll.

Tarif dan dasar pengenaan PPN

Tarif PPN adalah 10% x Dasar Pengenaan Pajak (DPP).

Dasar Pengenaan Pajak PPN adalah sebagai berikut:

a.       Untuk PPN barang adalah harga jual;

Page 3: PPn Bm

b.      Untuk PPN jasa adalah penggantian;

c.       Untuk PPN impor adalah nilai impor;

d.       Untuk PPN atas pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau JKP dari luar negeri

adalah jumlah yang dibayarkan kepada pihak yang menyerahkan BKPTB atau JKP;

e.       Untuk PPN atas pemakaian sendiri sendiri, pemberian Cuma Cuma, penyerahan media

rekaman suara atau gambar, penyerahan film, persediaan BKP tersisa, aktiva yang tujuan semula

tidak untuk dijual dan Jasa pengiriman paket, adalah Nilai Lain;

f.       Untuk PPN ekspor adalah nilai ekspor.

2.4 Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

PPnBM merupakan pajak atas Penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang

dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan barang tersebut di dalam Daerah Pabean dalam

kegiatan usaha atau pekerjaannya atau impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah.

2.5  Objek dan tariff PPnBM 

Objek PPnBM adalah penyerahan BKP yang tergolong mewah oleh pabrikan dan Impor

BKP yang tergolong mewah. Pengenaannya hanya satu kali dengan tariff 10%-75%.

 Tariff PPnBM untuk kendaraan bermotor:

1.      Tarif PPnBM untuk kendaraan bermotor 10%

a.       Angkutan orang lebih dari 10 (termasuk pengemudi) dengan bahan bakar bensin atau solar.

b.      Angkutan orang kurang dari 10 (termasuk pengemudi) dan van dengan bahan bakar bensin atau

solar dan system I gandar penggerak (4x2) serta isi silinder >1500cc.

2.      Kelompok tariff PPnBM 15 %

Angkutan orang kurang dari 10 (termasuk pengemudi) dan van dengan system satu gandar

penggerak (4x2), dengan bahan bakar:

a.       Bensin, kapasitas silinder > 1500cc dan ≤ 3000cc;

b.      Solar, kapasitas silinder > 1500cc dan ≤ 2500cc.

3.      Kelompok tarif PPnBM 30%

a.       Angkutan orang kurang dari 10 (termasuk pengemudi) jenis sedan/station wagon dengan

kapasitas isi silinder ≤ 1500cc;

b.      Angkutan orang kurang dari 10 (termasuk pengemudi) dan van dengan system gandar

penggerak (4x2), dengan bahan bakar:

Page 4: PPn Bm

1.      Bensin, kapasitas silinder > 3000cc;

2.      Solar, kapasitas silinder > 2500cc.

c.       Angkutan orang kurang dari 10 (termasuk pengemudi) dan van dengan bahan bakar bensin

atau solar system 2 gandar penggerak (4x4) serta isi silinder ≤ 1500cc.

4.      Kelompok tariff PPnBM 40%

a.       Kendaraan bermotor sedan/station wagon dan angkutan kurang dari 10 (termasuk pengemudi)

dan van dengan system dua gandar penggerak (4x4) dengan bahan bakar:

1.      Bensin, kapasitas silinder > 1500cc dan ≤ 3000cc;

2.      Solar, kapasitas silinder > 1500cc dan ≤ 3000cc.

5.      Kelompok tariff PPnBM 50%

a.       Kendaraan bermotor sedan/station wagon dan angkutan orang kurang dari sepuluh (terrmasuk

pengemudi) dan van dengan system 2 gandar penggerak (4x4) dengan bahan bakar:

1.      Bensin, kapasitas silinder > 3000cc.

2.      Solar, kapasitas silinder > 2500cc.

b.      Jenis kendaraan khusus untuk mobil golf, mobil balap dan sejenisnya, trailer dan semi trailer

dari tipe caravan untuk perumahan dan kemah.

 Tariff PPnBM diluar kendaraan bermotor

1.      Tariff PPnBM 10%

a.       Kepala susu atau susu yang diasamkan/diragi, mengandung tambahan gula atu pemanis

lainnya atau tidak, diberi aroma atau tidak, diberi rasa atau tidak, mengandung tambahan buah-

buahan,biji-bijian, cocoa atau tidak, mengandung tambahan atau tidak, yoghurt, kephir, whey,

keju, mentega, atau lemak atau minyak yang diperoleh dari susu, serta dibotolkan atau dikemas;

b.      Air buah dan air sayuran, yang belum meragi atau tidak mengandung alcohol, mengandung

tambahan gula atau pemanis lainnya maupun tidak, mengandung aroma ataupun tidak, serta

dibotolkan atau dikemas;

c.       Minuman yang tidak mengandung alcohol, mengandung tambahan gula atau pemanis lainnya

atu tidak, yang dibotolkan atau dikemas, serta air soda yang dibotolkan/dikemas;

Page 5: PPn Bm

d.      Wangi-wangian, produk kecantikan untuk pemeliharaan kulit, tangan, kai, dan rambut, serta

preparat rias lainnya.

e.       Alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, mesin jual barang otomatis

termasuk mesin penukar uang, dan pesawat penerima siaran televise;

f.       Hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondo-minium, town house dan sejenisnya;

2.      Kelompok tariff PPnBM 20%

a.       Barang saniter dan perlengkapannya, kecuali yang terbuat dari plastic, seng atau semen;

b.      Alat fotografi, alat sinematografi, alat optic, alat perekam suara atau gambar, media rekam,

pesawat penerima dan pengirim suara;

c.       Mesin pengatur suhu udara, mesin setrika, mesin cuci, mesin pengering, mesin

elektromagnetik, pesawat cukur dan pesawat pangkas rambut serta instrument music.

3.      Kelompok tariff PPnBM 35%

a.       Minuman yang mengandung alcohol;

b.      Barang-barang yang sebagian atu seluruhnya terbuat dari kulit atau kulit tiruan, kecuali yang

dibuat didalam negeri;

c.       Permadani yang dibuat dari bahan tertentu;

d.      Semua jenis alas kaki, kecuali yang dibuat di dalam negeri;

e.       Barang barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari Kristal, batu pualam, granit atau

onyx;

f.       Barang barang yang terbuat dari keramik, kecuali yang dibuat di dalam negeri;

g.      Barang barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari logam mulia dan atau mutiara; atau

campuran dari padanya, kecuali yang dibuat didalam negeri;

h.      Pesawat udara, kecuali yang diperlukan untuk keperluan Negara dan angkutan umum;

i.        Kapal pesiar, bahtera dan kendaraan air tertentu, kecuali untuk keperluan Negara atau

angkutan umum;

j.        Peralatan dan perlengkapan olahraga golf, power boating, gantole terbang laying, menyelam;

k.      Senjata api, senjata angin dan gas beserta peralatannya kecuali keperluan Negara;

l.        Barang barang perabot rumah tangga dan kantor, kecuali yang dibuat didalam negeri;

m.    Perlengkapan untuk mainan didalam ruangan, diatas meja dan dalam taman hiburan untuk

dewasa dan anak anak.

Page 6: PPn Bm

Barang barang yang tidak terkena PPnBM                              

1.      Import dan penyerahan kendaraan bermotor dalam keadaan terurai (completely knock

down/CKD).

2.      Kendaraan bermotor dalam pentuk sasis (angkutan barang).

3.      Semua jenis kendaraan bermotor untuk kendaraan dinas TNI/Polri dan untuk tujuan protokoler

kenegaraan, sepanjang dananya berasal dari APBN/APBD.

4.      Semua jenis kendaraan bermotor untuk kendaraan ambulan, tahanan, pemadam kebakaran dan

jenazah.

5.      Kendaraan angkutan umum sepanjang menggunakan plat dasar nomor polisi warna kuning.

6.      Kendaraan angkutan barang.

7.      Kendaraan bermotor roda dua dengan isi silinder sampai dengan 250cc.

2.6 Cara perhitungan PPN dan PPnBM

Telah diketahui bahwa tariff PPN adalah 10% x dasar pengenaan pajak sedangkan tariff PPnBM

berkisar antara 10%-75%.

Ø  Pada saat impor

PPN = 10% x nilai impor

PPnBM = tariff x nilai impor

Jumlah yang dibayar importer = nilai impor + PPN + PPnBM

Nilai impor = harga impor + bea masuk

Ø  Pada saat penyerahan dari pabrikan

PPN = 10% x harga jual

PPnBM = tariff x harga jual

Jumlah yang dibayar pengusaha besar = harga jual + PPN + PPnBM

Ø  Pada saat penyerahan dari pengusaha besar ke agen dan seterusnya:

PPN = 10% x (harga jual – PPnBM)

Jumlah yang dibayar agen = harga jual + PPN

Page 7: PPn Bm

Contoh soal:

PT nasional selaku importir mengimpor 1000 unit AC senilai USD 500.000 (1USD=Rp.2000).

atas kegiatan impor ini terutang bea masuk 50%, PPN 10% dan PPnBM 20%.

a.       Berapa nilai impor?

b.      Berapa PPnBM yangdibayar ke pemerintah?

c.       Berapa PPnBM yang harus dibayar?

d.      Berapa total biaya yang harus dibayar PT.Nasional?

e.       Berapa modal 1 unit AC?

Penyelesaian;

Nilai impor = harga impor + bea masuk

Nilai impor = (500.000 x 2000) + (50% x 1.000.000.000)

Nilai impor = 1.000.000.000 + 500.000.000

Nilai impor = 1.500.000.000

PPN 10% = 1.500.000.000 x 10 % = 150.000.000

PPnBM 20% = 20% x 1.500.000.000 = 300.000.000

Total yang harus dibayar = 1.500 juta + 150 juta + 300 juta =1.950 juta.

Modal 1 unit AC = 1.950.000

2.7  mekanisme Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

Pajak masukan adalah pajak yang dibayar pleh PKP  kepada PKP lain atas penyerahan

BKP/JKP. Sedangkan pajak keluaran adalah pajak yang dipungut oleh PKP atas penyerahan

BKP/JKP. Dalam hal ini, yang menjalani pajak masukan dan pajak keluaran yaitu PKP dan

pengusaha kecil yang dengan sukarela mendaftarkan diri untuk menjadi PKP. Karena mekanisme

ini dijalankan oleh PKP yang setiap bulan harus melapor SPT masa PPN, pajak masukan hanya

diakui bila disertai bukti faktur pajak.

2.8 Faktur Pajak

Page 8: PPn Bm

Faktur Pajak adalah bukti pemotongan PPN yang dikeluarkan oleh PKP dengan nomor

seri tertentu.

2.9 Implementasi PPN dan PPnBM  di Kota Banjar

Profil KP2KP banjar

Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Banjar merupakan

unit eselon IV dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Ciamis. KP2KP Banjar terletak di

Jalan Kaum/DR. Sudarsono nomor 1 Kota Banjar dekat alun-alun Kota Banjar.

KP2KP Banjar semula bernama Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan

(KP4) Banjar dan karena modernisasi administrasi perpajakan, maka KP4 Banjar berganti nama

menjadi KP2KP Banjar. Perubahan tersebut berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal

Pajak Nomor 141/2007 tentang penerapan organisasi tata kerja dan saat mulai beroperasinya

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP) Jawa Barat I dan Kanwil DJP Jawa

Barat II serta KPP Pratama dan KP2KP di lingkungan Kanwil DJP Jawa Barat I dan Kanwil DJP

Jawa Barat II.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 62/PMK.01/2009, maka KP2KP

menyelenggarakan fungsi :

a. pelaksanaan penyuluhan, sosialisasi, dan pelayanan konsultasi perpajakan kepada masyarakat;

pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;

b. bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak;

c. pemberian pelayanan kepada masyarakat di bidang perpajakan dalam rangka membantu

Kantor Pelayanan Pajak Pratama;

d. pelaksanaan administrasi kantor.

KP2KP Banjar walaupun merupakan unit eselon IV dari KPP Pratama Ciamis, namun

dalam menjalankan kegiatannya dibekali dengan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

tersendiri sehingga memudahkan dalam menjalankan fungsinya sebagai KP2KP. KP2KP Banjar

memiliki 4 orang pegawai yang terdiri dari 1 orang Kepala Kantor (setingkat eselon IV), 1 orang

Bendahara, dan 2 orang Pelaksana. Dalam melaksanakan fungsinya, KP2KP Banjar tidak lepas

Page 9: PPn Bm

dari pengawasan dan bimbingan KPP Pratama Ciamis. Adapun untuk wilayah kerjanya meliputi

Kota Banjar, sebagian Kabupaten Ciamis, dan sebagian Kabupaten Ciamis.

Berfasarkan penelitian yang kami lakukan terhadap  kantor  pajak di kota banjar yang

mempunyai hasil yaitu Untuk di Kota banjar aplikasi PPN dan PPnBM sudah berjalan dengan

baik, dan masih belum ada kendala yang serius. Struktur organisasi hanya terdiri dari

kepala ; Adi kurnia R,

pelaksana; Adi Kurnia R dan Eka Nurdian

Berdasarkan informasi yang kami dapat, sekitar bulan April 2013 ada peraturan baru

tentang Sistem Penomoran Baru Dalam Pembuatan Faktur Pajak

Keluaran sebagaimana diterapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Faktur Pajak

mempunyai peran yang sangat strategis. Berbagai upaya penyempurnaan sistem telah dilakukan

oleh DJP. Salah satu upaya untuk menghindari terjadinya segala bentuk penyalahgunaan Faktur

Pajak dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, peraturan tentang Faktur Pajak kembali

mengalami perubahan. Diharapkan juga, Pelayanan dan kenyamanan kepada seluruh Pengusaha

Kena Pajak akan meningkat.

Kebijakan ini merupakan langkah lanjutan, setelah program registrasi ulang Pengusaha

Kena Pajak (PKP), dalam rangka meningkatkan tertib administrasi Pajak Pertambahan Nilai

(PPN). Kebijakan tersebut diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor

PER-24/PJ/2012 tanggal 22 November 2012 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian

Keterangan, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau

Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak yang akan berlaku efektif untuk penerbitan

Faktur Pajak mulai tanggal 1 April 2013.

Dalam peraturan tersebut, penomoran Faktur Pajak tidak lagi dilakukan sendiri oleh PKP,

tetapi dikendalikan oleh DJP melalui pemberian nomor seri Faktur Pajak yang ditentukan bentuk

dan tatacaranya oleh DJP. Untuk mendapatkan nomor seri Faktur Pajak, PKP perlu mengajukan

Page 10: PPn Bm

surat permohonan kode aktivasi dan password secara tertulis ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

tempat PKP terdaftar. Surat pemberitahuan kode aktivasi akan dikirimkan melalui pos ke alamat

PKP, sedangkan password akan dikirimkan lewat email. Setelah mendapat kode aktivasi dan

password, kemudian PKP mengajukan surat permintaan nomor seri Faktur Pajak ke Kantor

Pelayanan Pajaka (KPP) tempat PKP terdaftar untuk kebutuhan 3 (tiga) bulan. Selanjutnya, PKP

akan mendapatkan surat pemberitahuan nomor seri Faktur Pajak untuk digunakan dalam

penomoran Faktur Pajak.

Berkenaan dengan peraturan baru ini, PKP perlu memastikan bahwa alamat yang

terdaftar adalah alamat yang sesuai dengan kondisi nyata PKP. Hal ini dimaksudkan agar pada

pengiriman surat pemberitahuan kode aktivasi dapat diterima oleh PKP. Apabila terdapat

perbedaan antara alamat yang sebenarnya dengan alamat yang tercantum dalam Surat

Pengukuhan PKP, maka PKP harus segera melakukan update alamat ke KPP tempat PKP

terdaftar. PKP perlu juga mempersiapkan alamat surat elektronik (email) untuk korespondensi

pemberitahuan email dan surat pemberitahuan kode aktivasi/surat pemberitahuan penolakan

kode aktivasi yang Kembali Pos (kempos).

Ketentuan-ketentuan baru yang diatur dalam Peraturan tersebut adalah :

1. Kode dan nomor seri Faktur Pajak terdiri dari 16 (enam belas) digit yaitu : 2(dua) digit

kode transaksi, 1 (satu) digit kode status, dan 13 (tiga belas) digit nomor seri Faktur Pajak;

2. Nomor seri Faktur Pajak diberikan oleh DJP melalui permohonan dengan instrumen

pengaman berupa kode aktivasi dan password;

3. Identitas Penjual dan Pembeli, terutama alamat harus diisi dengan alamt sebenarnya atau

sesungguhnya;

4. Jenis Barang Kena Pajak atau Jasa kena Pajak harus diisi dengan keterangan yang

sebenarnya atau sesungguhnya;

5. Pemberitahuan PKP/pejabat/pegawai penandatangan Faktur Pajak, harus dilampiri

dengan fotokopi kartu identitas yang sah dan dilegalisasi pejabat yang berwenang;

6. PKP yang tidak menggunakan nomor seri Faktur Pajak dari DJP atau menggunakan

nomor seri Faktur Pajak ganda akan menyebabkan Faktur Pajak yang diterbitkan merupakan

Faktur Pajak tidak lengkap;

Page 11: PPn Bm

7. Faktur Pajak tidak lengkap akan menyebabkan PKP pembeli tidak dapat mengkreditkan

sebagai Pajak Masukan dan PKP Penjual dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

Dengan diterbitkannya peraturan tersebut, diharapkan PKP dapat mempersiapkan diri untuk

menyesuaikan penomoran Faktur Pajak. Apabila diperlukan penjelasan lebih lanjut dapat

menghubungi KPP tempat PKP dikukuhkan atau melalui Kring Pajak 500200.

2.10 Dasar Hukum

Dasar Hukum

a.       Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 yang tetap dinamakan Undang-undang Pajak

Pertambahan Nilai 1984.

b.      Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002

tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai

Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000.

c.       Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang Tidak

Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.

d.      Peraturan Pemerintah Nomor 145 Tahun 2000 tentang Kelompok Barang Kena Pajak yang

Tergolong Mewah yang Dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2006.

e.       Peraturan Pemerintah Nomor 146 Tahun 2000 tentang Impor dan atau Penyerahan Barang

Kena Pajak Tertentu dan atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu yang Dibebaskan dari

Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2003.

f.       Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena

Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun

2007.