PPM Pendidikan Karakter 2012

28
BABI PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan-keputusan yang dilakukannya. Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. UU Sisdiknas tahun 2003 itu bertujuan agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, dengan harapan agar nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa dan agama. 1

Transcript of PPM Pendidikan Karakter 2012

Page 1: PPM Pendidikan Karakter 2012

BABIPENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu

untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap

mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan-keputusan yang dilakukannya.

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU

Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah

mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak

mulia. UU Sisdiknas tahun 2003 itu bertujuan agar pendidikan tidak hanya membentuk

insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, dengan harapan

agar nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan karakter

yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa dan agama.

Para insan pendidik seperti , dalam hal ini dosen, diharapkan perlu menyadari

betapa pentingnya pendidikan karakter sebagai sarana pembentuk pedoman prilaku,

pengayaan nilai individu dengan cara menjadi figur keteladanan bagi anak didik serta

mampu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi proses pertumbuhan berupa

kenyamanan dan keamanan yang dapat membantu suasana pengembangan diri individu

secara keseluruhan dari segi teknis, intelektual, psikologis, moral, sosial, estetis dan religius.

Pendidikan karakter tidak semata-mata bersifat individual, melainkan juga memiliki

dimensi sosial struktural. Meskipun pada gilirannya kriteria penentu adalah nilai-nilai

kebebasan individual yang bersifat personal. Pendidikan karakter yang berkaitan dengan

dimensi sosial struktural, lebih melihat bagaimana menciptakan sebuah sistem sosial yang

1

Page 2: PPM Pendidikan Karakter 2012

kondusif bagi pertumbuhan individu. Dalam konteks inilah, kita bisa meletakkan

pendidikan moral dalam kerangka pendidikan karakter. Pendidikan moral itu sendiri

merupakan pondasi bagi sebuah pendidikan karakter.

Berdasarkan pemahaman di atas Jurusan pendidikan Bahasa Perancis merasa

bertanggungjawab untuk turut serta mendukung dalam mengembangkan pendidikan

berkarakter yang dapat digunakan guru-guru bahasa Prancis dalam pembelajaran di kelas.

Diharapkan dengan pendidikan karakter para siswa di SMA/SMK yang memiliki etika akan

tetap ada, sehingga tercipta generasi yang bermoral dan bertanggungjawab serta mampu

menunjukkan jati dirinya sebagai manusia yang berbudaya.

1.2 Landasan Teori

1.2.1 Pengembangan Profesionalisme Guru

Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 bab Ketentuan Umum

dijelaskan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik

pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah. Penjelasan tersebut mengisyaratkan bahwa seorang guru dituntut menjadi

seorang profesional seperti halnya profesi-profesi lain seperti pengacara, dokter, dan

sebagainya. Tuntutan profesionalisme ini membawa ikutan yang cukup berat, yang harus

dilakukan dan dikuasai oleh seorang guru.

Profesionalisme guru dimaksud berkaitan dengan kompetensi guru yang menjadi

dasar pengembangan profesionalisme guru. Kompetensi dimaksud meliputi empat hal yaitu

(1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4)

kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi pedagogik

2

Page 3: PPM Pendidikan Karakter 2012

memegang peranan penting dalam peningkatan proses belajar mengajar di kelas seperti

kompetensi pengelolaan kelas, penggunaan media, penggunaan metode mengajar, dan

sebagainya. Penguasaan kompetensi pedagogik yang baik akan berdampak kualitas

pembelajaran yang baik pula, demikian sebaliknya. Oleh karena itu, seorang guru harus

terus-menerus berusaha untuk mengembangkan kompetensi pegagogiknya dengan cara

mengikuti penataran-penataran, simposium pendidikan, pertemuan-pertemuan ilmiah dan

program-program pengembangan profesi keguruan, agar kualitas pembelajaran terus

meningkat.

Kompetensi kepribadian sangat mendukung profesi seorang guru. Seperti telah

dijelaskan sebelumnya, bahwa tugas utama seorang guru adalah mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik (UU No. 14

Tahun 2005). Tugas utama yang diemban guru ini bukanlah tugas yang ringan. Ia tidak

hanya memerlukan pengetahuan dan ketrampilan dalam mentransfer ilmu pengetahuan

(transfer of knowledge) tetapi juga harus pandai mentransfer nilai-nilai (transfer of values).

Untuk dapat mendidik mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi siswa, dibutuhkan kepribadian yang matang, mantap, dan kuat, yang didasari

oleh nilai-nilai agama yang kokoh.

Manusia merupakan mahluk individu dan juga mahluk sosial. Artinya, nilai-nilai

sosial harus mendapat perhatian yang cukup. Kompetensi sosial yang harus dikuasai oleh

seorang guru mengisyaratkan bahwa ia harus dapat mendudukan posisinya di masyarakat,

menjaga harkat martabat guru di msyarakat, dan dapat bermanfaat bagi masyarakatnya, baik

masyarakat sekolah, masyarakat keluarga, maupun masyarakat yang lebih luas. Sebagai

mahluk sosial, seorang guru harus memandang proses pembelajaran di sekolah sebagai suatu

3

Page 4: PPM Pendidikan Karakter 2012

proses sosial, yang melibatkan banyak mahluk sosial (siswa, guru, karyawan, masyarakat

lingkungan sekolah). Oleh karena itu dalam mengajar, seorang guru harus memperlakukan

proses pembelajaran secara lebih humanis.

Kompetensi profesional seorang guru diperoleh melalui pendidikan formal. Di dalam

UU No 14 Tahun 2005, pasal 9 dikatakan bahwa kualifikasi akademik sebagaimana

dimaksud diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.

Tuntutan ini merupakan suatu hal yang sangat baik dalam upaya peningkatan mutu

pendidikan Indonesia. Semakin tinggi kualifikasi pendidikan seseorang tentunya akan

semakin baik pula kompetensi profesional yang bersangkutan. Demikian pula bagi seorang

guru.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan

profesionalisme guru merupakan suatu langkah yang konstruktif dan terencana dalam upaya

meningkatkan kompetensi guru. Dalam hal ini, perguruan tinggi memegang peranan penting

dalam upaya ikut mengembangkan program-program kegiatan yang dapat meningkatkan

profesionalisme guru, termasuk kegiatan-kegiatan Pengabdian pada Masyarakat (PPM).

1.2.2 Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter Menurut T. Ramli (2003), memiliki esensi dan makna yang

sama dengan  pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk 

pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan   warga negara

yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga   masyarakat yang baik, dan warga

negara yang baik bagi suatu masyarakat   atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial

tertentu, yang  banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena  itu,

hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan

4

Page 5: PPM Pendidikan Karakter 2012

nilai, yakni  pendidikan nilai-nilai luhur   yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia

sendiri, dalam rangka  membina kepribadian generasi muda.

Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai

moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the

golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari

nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar

tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab,

jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja

keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi,

cinta damai, dan cinta persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia

terdiri dari: dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab;

kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya integritas.

Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter

dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih

tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi,

dan lingkungan sekolah itu sendiri.

Pendidikan karakter di kelas diimplementasikan dalam kerja kelompok yang

dilaksanakan oleh mahasiswa secara bersama-sama dan rasa tanggung jawab ditanamkan

pada masing-masing individu pada saat mahasiswa harus menyelesaikan tugas individu yang

harus diselesaikan dan di paparkan secara lisan. Tanggung jawab adalah kesadaran yang

harus dimiliki oleh mahasiswa akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun

yang tidak disengaja. Dengan demikian, tanggung jawab merupakan perwujudan kesadaran

5

Page 6: PPM Pendidikan Karakter 2012

akan kewajiban mahasiswa. Selanjutnya, tanggung jawab yang mereka miliki akan

terefleksikan dalam berbagai tindakan.

Sutrisno (1993:76) yang menyatakan bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri

dari tanggung jawab, baik sebagi makhluk individual, sosial, maupun makhluk berTuhan.

Sebagai makhluk individual, manusia harus bertanggung jawab dirinya (keseimbangan

jasmani dan rohani) dan harus bertanggung jawab terhadap Tuhannya (sebagai

penciptanya). Tanggung jawab manusia terhadap dirinya akan lebih kuat intensitasnya

apabila dia memiliki kesadaran yang mendalam akibat keyakinannya terhadap suatu nilai.

Selanjutnya tanggung jawab terhadap Tuhan akan timbul karena manusia sadar akan

keyakinannya terhadap nilai-nilai, yang bersumber dari agama. Sebagai makhluk social,

manusia tidak dapat hidup sendirian dengan perangkat nilai-nilai selera sendiri. Tindakan-

tindakan yang dilakukan seseorang harus selalu dipertanggungjawabkan, sehingga tidak

mengganggu nilai-nilai yang telah menjadi konsensus bersama. Tanggung jawab sangat

berkaitan dengan kewajiban, yaitu sesuatu yang dibebankan kepada seseorang. Menurut

Mustopo M. Habib (1983 : 217-220) tanggung jawab dapat dibedakan menjadi : 1)

tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, 2) tanggung jawab terhadap keluarga, 3) tanggung

jawab terhadap masyarakat, 4) tanggung jawab terhadap Tuhan,

1.3 Rumusan Masalah

a. Bagaimanakah pemahaman guru terhadap penanaman nilai-nilai karakter dalam PBM?

b. Bagaimanakah pengaruh penerapan penanaman nilai-nilai karakter dalam PBM

dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru ?

c. Bagaimanakah penanaman nilai-nilai karakter dalam PBM dalam upaya peningkatan

dan pengembangan nilai-nilai pada diri siswa ?

6

Page 7: PPM Pendidikan Karakter 2012

1.4 Tujuan Kegiatan PPM

a. Memberikan pemahaman kepada guru-guru SMP Moyudan II Sleman terhadap

penanaman nilai-nilai karakter dalam PBM

b. Memberikan pengalaman kepada guru-guru SMP Moyudan II Sleman dalam

menerapkan penanaman nilai-nilai karakter dalam PBM dalam upaya meningkatkan

profesionalisme guru.

c. Memberikan pengalaman kepada siswa belajar dengan penanaman nilai-nilai karakter

d. Memberikan masukan kepada Sekolah/ Dinas Pendidikan dalam menerapkan

penanaman nilai-nilai karakter dalam PBM di sekolah/dinas pendidikan masing-

masing.

1.5 Manfaat Kegiatan PPM

1.5.1 Bagi guru

a. Guru mengerti dan paham tentang nilai-nilai karakter yang dapat dilakukan pada RPP

b. Guru mengerti dan paham tentang langkah-langkah penerapan nilai-nilai karakter

dalam PBM

c. Meningkatkan kualitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

d. Meningkatkan kemampuan guru dalam mengamati aktivitas pembelajaran.

e. Menguatkan hubungan kolegalitas.

f. Meningkatkan motivasi pengajar agar terus mengembangkan kualitas akademik

mereka.

1.5.2 Bagi Siswa

a. Siswa memiliki pengalaman langsung belajar dengan penanaman nilai-nilai karakter

7

Page 8: PPM Pendidikan Karakter 2012

b. Siswa dapat meningkakan motivasi belajar mereka, mengembangkan kualitas nilai-

nilai pada diri siswa, yaitu nilai-nilai yang berguna bagi pengembangan pribadinya

sebagai makhluk individual sekaligus sebagai makhluk sosial dalam lingkungan

sekolah

8

Page 9: PPM Pendidikan Karakter 2012

BAB IIMETODE KEGIATAN PPM

2.1 Khalayak Sasaran

Yang menjadi khalayak sasaran kegiatan PPM ini adalah guru–guru bahasa Prancis

SMA/SMK di derah Istimewa Yogyakarta. Pemilihan ini berdasarkan pertimbangan bahwa

tim PPM adalah dosen bahasa Prancis yang selalu bekerja sama dengan MGMP bahasa

Prancis agar kualitas pembelajaran bahasa Prancis selalu berkembang dan memenuhi target

pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum SMA/SMK.

2.2 Metode Kegiatan PPM

Dalam kegiatan PPM ini, pelaksanaan kegiatan diawali dengan (1) pemberian

penjelasan tentang pendidikan karakter sebagai suatu langkah dalam membangun

pengetahuan dasar pembelajaran, menelaah bagaimana siswa-siswa berpikir dan merespon

pembelajaran dan menanamkan nilai-nilai. (2) Kegiatan work shop yang berhubungan

dengan pembelajaran : yang didesain secara khusus dengan tujuan pembelajaran yang jelas,

dan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan rambu-rambu (RPP) cara mengajar guru

dan aktivitas siswa dan catatan-catatan bagaimana merespon kesulitan cara belajar siswa.

2.3 Langkah-langkah Kegiatan PPM

Dalam kegiatan PPM ini, pelaksanaan kegiatan diawali dengan PPM ini, pelaksanaan

kegiatan diawali dengan (1) pemberian penjelasan tentang Pendidikan karakter sebagai suatu

langkah dalam membangun dan penanaman nilai-nilai pembelajaran, (2) tanya jawab dan

diskusi dilaksanakan pada saat penyajian materi oleh dosen pelaksana kegiatan. (3) kegiatan

work shop yang berhubungan dengan pembelajaran yang didesain secara khusus dengan

tujuan pembelajaran yang jelas, dan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan rambu-

9

Page 10: PPM Pendidikan Karakter 2012

rambu (RPP) yang mengandung nilai-nilai karakter di dalamnya dan cara mengajar guru dan

aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. (4) guru melaksanakan pengkajian

atau telaah yang dilakukan berkelompok untuk strategi-strategi pembelajaran yang dapat

digunakan untuk penanaman nilai-nilai karakter bagi siswa, berbagi pengalaman dan

pengetahuan tentang temuan dan hasil observasi.

10

Page 11: PPM Pendidikan Karakter 2012

BAB IIIPELAKSANAAN KEGIATAN PPM

3.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan PPM

PPM ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan, dan lokakarya tentang penanaman

nilai-nilai karakter dengan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar.

Kegiatan PPM ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan guru dalam

penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran serta menyusun RPP pada bidang studi

yang diampuh oleh guru (dalam hal ini pembelajaran bahasa Prancis). Kegiatan PPM

dilakukan dalam 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi

keberhasilan.

3.1.1 Tahap Persiapan

Kegiatan dalam tahap persiapan dilakukan dengan langkah-langkah sebagi berikut.

a. Rapat-rapat koordinasi antara tim yang terdiri unsur 3 dosen dan 2 mahasiswa,

yaitu Drs. CH Waluyo Suhartono M.Pd., Dra. Siti Sumiyati, Dra. N.Nastiti Utami

dan Dra. Roswita Lumban Tobing, M.Hum, Deddy Nugroho dan Khoirunisah,

dilanjutkan dengan pembagian dan penyusunan materi.

b. Penyebaran Undangan dengan kepala sekolah SMA/SMK di Yogyakarta untuk

memberi kesempatan kepada para guru bahasa Prancis mengikutu Pelatihan dan

worlshop yang dilaksanakan oleh Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis FBS UNY,

yang selanjutnya perencanaan dan pelaksanaan teknis ditindaklanjuti oleh guru

yang diberi tugas oleh kepala sekolah.

11

Page 12: PPM Pendidikan Karakter 2012

3.1.2 Tahap Pelaksanaan

a. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan di kampus Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Negeri Yogyakarta

b. Kegiatan PPM diikuti oleh guru-guru SMA/SMK bidang studi bahasa Prancis. Daftar

nama dan presensi peserta terlampir.

c. Pada saat pelaksanaan peserta mendapat materi yang berisi tentang nilai-nilai

karakter yang perlu dikembangkan bagi siswa-siswa di SMA/SMK.

3.1.3 Evaluasi Keberhasilan

Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan kegiatan

PPM ini. Parameter yang digunakan adalah program berupa pembuatan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengandung nilai-nilai karakter yang sesuai

dengan materi yang diberikan dalam pembelajaran di kelas oleh peserta pelatihan

(guru-guru SMA/SMK Yogyakarta) untuk mengetahui peningkatan pengetahuan

peserta setelah mengikuti pelatihan.

3.2 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kegiatan PPM

Tahap-tahap yang dilaksanakan dalam kegiatan PPM ini, yaitu (1) pemberian materi

yang berhubungan nilai-nilai karakter dalam pelaksanaan pembelajaran, (2) workshop

pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Semua guru yang diundang dapat

mengikuti secara keseluruhan kegiatan dengan antusias, hal tersebut dapat dilihat dari

banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh guru-guru peserta kegiatan.

Pada saat kegiatan praktek pembuatan Rencana Pelaksanaan setiap guru melakukan

penyusunan RPP sesuai materi ajar yang dipilih oleh guru. Kegiatan ini didamping oleh tim

12

Page 13: PPM Pendidikan Karakter 2012

pelaksana PPM, yaitu 3 orang dosen dan 3 orang mahasiswa. Para mahasiswa tersebut

adalah mahasiswa yang sedang melaksanakan kegiatan PPL di sekolah.

3.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan

3.3.1 Faktor Pendukung

a. Para guru SMA/SMKYogyakarta memiliki latar belakang Pendidikan yang sebagian

besar lulusan Jurusan pendidikan bahasa Prancis UNY

b. Beberapa guru belum pernah menjelaskan nilai-nilai karakter secara eksplisit

dalam pembelajaran di kelas.

c. Guru-guru merasa perlu penyegaran tentang pendidikan karakter bagi siswa dan

pemodelan nilai-nilai karakter oleh guru

d. Tim pelaksana PPM memiliki kompetensi dan telah melakukan implememtasi

pendidikan karakter dalam pembelajaran (pemberian mata kuliah) di kampus

e. Mahasiswa telah berada di semester VII, dan telah melakukan PPL di sekolah

13

Page 14: PPM Pendidikan Karakter 2012

BAB IVPENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari proses pelaksanaan kegiatan PPM ini, ada beberapa hal yang dapat

disimpulkan sebagai berikut.

1) Peserta pelatihan, yaitu guru-guru SMA/SMK Yogyakarta dapat menguasai materi

yang berhubungan dengan pembuatan RPP yang memuat nilai-nilai karakter dalam

pembelajaran di kelas.

2) Para guru SMA/SMK Yogyakarta dapat menyusun RPP yang memuat nilai-nilai

karakter dalam pembelajaran

4.2 Saran

Berdasarkan masukan dari para guru pada saat pelaksanaan kegiatan PPM ini,

ada beberapa saran yang dapat diutaran sebagai berikut.

1) Pelatihan ini perlu dilanjutkan, agar para guru memiliki RPP yang telah berisi nilai-

nilai karakter dan dapat digunakan oleh guru-guru SMA/SMK Yogyakarta secara

keseluruhan terutama jika guru akan melaksanakan penelitian tindakan kelas.

2) Perlu adanya pendampingan dari pihak Diknas, agar kegiatan yang telah dilatihkan

oleh guru-guru dapat dilanjutkan dan mendapat kesempatan untuk melakukan

penelitian tindakan kelas dengan dukungan Diknas Yogyakarta.

14

Page 15: PPM Pendidikan Karakter 2012

DAFTAR PUSTAKA

Burns, H.D. 1999. Collaborative Action Research for English Language Teachers. Cambridge : Cambridge University Press.

David Elkind & Freddy Sweet. 2004. Caracter Education. New York : Oxford

Mulyasa, Enco. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sutrisno, Mudji. 1993. Manusia dalam Pijar-Pijar Kekayaan Dirinya, Yogyakarta : Kanisius

T. Ramli. 2003. Pendidikan Karakter. Bandung : Angkasa

Zahorik, Jonh. A. Constructivist Teaching. (fash back 391)Bloomington Indiana : Phi-DeltaKappa Education Fondation

15

Page 16: PPM Pendidikan Karakter 2012

LAMPIRAN

16

Page 17: PPM Pendidikan Karakter 2012

17

Page 18: PPM Pendidikan Karakter 2012

18

Page 19: PPM Pendidikan Karakter 2012

19

Page 20: PPM Pendidikan Karakter 2012

20