PP Seminar Tugas Akhir.pptx
-
Upload
tutu-taupaniya -
Category
Documents
-
view
21 -
download
1
Transcript of PP Seminar Tugas Akhir.pptx
SUBKLONING FRAGMEN p25-M2e dan Fragmen TT-M2e MENGGUNAKAN VEKTOR
pJET 1.2 DALAM E. coli TOP10F’
TUTU TAUPANIYA140210060072
CINTHA AYU LESTARI140210060024
SEMINAR TUGAS AKHIR
Tutu Taupaniya : latar belakang Identifikasi masalah Maksud dan tujuan
penelitian Kegunaan
penelitian Metodologi
penelitian Waktu dan tempat
penelitian Influenza A Vaksin Protein M2 Epitop M2e T helper cell Epitop TT Prosedur desain
primer TT-M2e Hasil dan
pembahasan TT-M2e
Kesimpulan dan saran TT-M2e
Cintha Ayu Lestari : Peptida Th p25 Urutan protein fusi CDV Urutan peptida Th CDV-F Adjuvant Mekanisme kerja adjuvant vektor pJET1.2 Keunggulan vektor pJET1.2 Kloning Peta vektor pTYB21 Prosedur penelitian p25-M2e dan TT-M2e Hasil dan pembahasan p25-M2e Kesimpulan dan saran p25-M2e
Tutu Taupaniya : latar belakang Identifikasi masalah Maksud dan tujuan
penelitian Kegunaan
penelitian Metodologi
penelitian Waktu dan tempat
penelitian Influenza A Vaksin Protein M2 Epitop M2e T helper cell Epitop TT Prosedur desain
primer TT-M2e Hasil dan
pembahasan TT-M2e
Kesimpulan dan saran TT-M2e
Cintha Ayu Lestari : Peptida Th p25 Urutan protein fusi CDV Urutan peptida Th CDV-F Adjuvant Mekanisme kerja adjuvant vektor pJET1.2 Keunggulan vektor pJET1.2 Kloning Peta vektor pTYB21 Prosedur penelitian p25-M2e dan TT-M2e Hasil dan pembahasan p25-M2e Kesimpulan dan saran p25-M2e
METODOLOGI PENELITIAN SECARA KESELURUHAN
1. Sintesis nukleotida pengode epitop P25-M2e dan pengode epitop TT-M2e
2. Amplifikasi dengan metode PCR dan sub-kloning menggunakan vektor pGEM-T dalam E. coli Top 10‘
3. Ligasi urutan nukleotida pengode epitop P25-M2e dan epitop TT-M2e ke vektor pTYB21
4. Kloning urutan nukleotida pengode epitop P25-M2e dan epitop TT-M2e dalam E. coli ER 2566
5. Karakterisasi
LATAR BELAKANG
Penyakit yang mudah menyebar dan
mematikan
Menyebar ke Asia sejak tahun 2003
Influenza A
Vaksinasi
KOMPONEN VAKSIN BERBASIS PEPTIDA
PEPTIDA TARGET (M2e)PEPTIDA TH (P25)
SLLTEVETPIRNEWGSRSSDSSDKLIPNASLIENCTKAEL K
PEPTIDA TH (TT)
QYIKANSKFIGITE
IDENTIFIKASI MASALAH
• Apakah peptida TT-M2e dan p25-M2e dapat disintesis dengan metoda PCR.
• Bagaimana hasil subkloning fragmen TT-M2e dan p25-M2e menggunakan vektor pJET-1.2 dalam bakteri E. coli TOP10F’.
MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN• Maksud : mensintesis dan mengkloning
peptida TT-M2e dan p25-M2e dalam bakteri E. coli yang nantinya akan digunakan sebagai vaksin peptida untuk melawan virus influenza A.
• Tujuan : - Mendapatkan fragmen TT-M2e dan p25-M2e dengan metoda PCR.
- Mendapatkan transforman E. coli yang membawa plasmid pJET-1.2-TT-M2e dan plasmid pJET-1.2-p25-M2e.
KEGUNAAN PENELITIAN
Ekpresi vaksin peptida TT-M2e dan p25-M2e pada sistem ekpresi E. coli. Adanya
produksi vaksin tersebut diharapkan dapat diperoleh jenis vaksin berbasis peptida yang bersifat self adjuvant.
METODOLOGI PENELITIAN
• Desain primer oligonukleotida pengode peptida p25-M2e dan TT-M2e.
• Amplifikasi primer oligonukleotida p25-M2e dan TT-M2e dengan metode PCR.
• Ligasi urutan nukleotida P25-M2e dan TT-M2e dengan vektor pJET 1.2.
• Subkloning pJET 1.2-P25-M2e dan pJET1.2- TT-M2e dalam E. coli TOP10F‘.
• Isolasi pJET 1.2-p25-M2e dan pJET1.2- TT-M2e dan analisis hasil isolasi pJET 1.2-p25-M2e dan pJET1.2-TT-M2e.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Singaperbangsa, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Padjadjaran, Bandung.
WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian dimulai pada bulan Agustus 2010 sampai dengan selesai.
TINJAUAN PUSTAKA
INFLUENZA A• Influenza A : infeksi saluran pernafasan yang
disebabkan oleh virus influenza A.
(Tamam, 2009).
VAKSIN
Vaksin
Vaksin konvensional Vaksin sub unit
Vaksin sub unit non rekombinan
Vaksin sub unit rekombinan
Vaksin konvensional : vaksin yang terbuat dari mikroorganisme utuh yang dilemahkan.
Kelemahan vaksin konvensional :Mikroorganisme yang diinduksikan ke dalam tubuh memiliki kemungkinan untuk aktif kembali dan menginfeksi sel tubuh.
VAKSIN KONVENSIONAL
Vaksin subunit : vaksin yang terbuat dari bagian antigen ( bakteri atau virus ) yang bersifat virulent.
Contoh vaksin subunit: vaksin hepatitis B, influenza, rabies.
VAKSIN SUBUNIT
Pada tahun 2003-2004 dikembangkan vaksin
konvensional berbasis virus influenza A strain
A/Fujian/411/2002
Vaksin konvensional influenza A dikembangkan pada embrio
telur ayam dan kultur jaringan
Kelemahan vaksin konvensional influenza A : kurang aman untuk
digunakan karena virus yang telah dilemahkan dapat aktif kembali dan
menginfeksi tubuh, tidak bersifat universal, dan membutuhkan suplai
telur ayam dalam jumlah banyak sehingga kurang ekonomis.
Perlu dikembangkan vaksin subunit influenza A berbasis peptida M2e
Keunggulan Vaksin Berbasis Peptida
merupakan Vaksin hepatitis B
Vaksin berbasis peptida
Pemakaianya lebih aman dibanding vaksin konvensional
Tidak terdapat agen penginfeksi di produk akhir
Tidak menimbulkan penyakit
Rangkaian komponen vaksin berbasis peptida
Peptida TH K Peptida target
S
S
Adjuvant
1. Ion channel untuk keluar masuknya ion dari dalam dan luar virus
2. Pengontrol pH di dalam endosom
3. Pengatur lepasnya RNP ke dalam sitoplasma
M2 HemagglutininM2
Saluran masuknya proton
Menjaga pH tetap rendah selama
terjadi sintesis HA
Hemagglutinin M2e
N-terminal M2
Bersifat virulent
Terdiri dari 23 asam amino
M2 protein tetramerik tipe III
2 3 Asam amino pada ujung N
19 Asam amino hidrofobik
54 Asam amino pada ujung C
M2eM2e bagian N terminal protein M2 yang ditemukan pada permukaan ekstraselular virus influenzamerupakan epitop yang cocok digunakan sebagai bahan vaksin sub unit(Fiers et al ., 2004).
23 Asam amino pada ujung N
T helper cellsel T ini tidak memiliki aktifitas sitotoksik dan tidak membunuh
sel yang terinfeksi atau membersihkan patogen secara
langsung
mengontrol respon imun dengan mengarahkan sel lain untuk
membunuh sel yang terinfeksi
Memproduksi molekul protein sitokin, yaitu :• interleukin 2 (IL2)• interferon gamma
(IFN-γ)
berpengaruh besar pada CTL
cytotoxic lymphocytes
T helper cell
APC (Makrofag)
Antigen
Molekul MHC II
Fragmen antigen
Reseptor sel T
Sel Th Sel Tc
Interleukin 1 mengaktifkan sel Th
Interleukin 2 & sitokin mengaktifkan
sel Th, sel B
& sel Tc Sel B
Sistem imun
selular
Sistem
Imun
humoral
(Boursalian & Bottomly, 1999)
CONTOH EPITOP T-HELPER
1. Epitop T helper P25 (KLIPNASLIENCKAEL)
2. Epitop T helper Tetanus Toxoid (QYIKANSKFIGITE)
EPITOP TETANUS TOXOID
Clostridium tetani
tetanospasmin Tetanus toxoid
RACUN
Sifat racunnya lemah sehinggadapat digunakan sebagai bahan vaksin imunitas untuk melawan
penyakit tetanus
formaldehyde
• Keitel et al menyatakan bahwa :epitop TT dikenali oleh T helper dapat digabungkan dengan epitop target MSP-I19 sebagai kandidat vaksin malaria
Jurnal penelitian tentang vaksinasi malaria
(Keitel et al., 2000)
Tutu Taupaniya : latar belakang Identifikasi masalah Maksud dan tujuan
penelitian Kegunaan
penelitian Metodologi
penelitian Waktu dan tempat
penelitian Influenza A Vaksin Protein M2 Epitop M2e T helper cell Epitop TT Prosedur desain
primer TT-M2e Hasil dan
pembahasan TT-M2e
Kesimpulan dan saran TT-M2e
Cintha Ayu Lestari : Peptida Th p25 Urutan protein fusi CDV Urutan peptida Th CDV-F Adjuvant Mekanisme kerja adjuvant vektor pJET1.2 Keunggulan vektor pJET1.2 Kloning Peta vektor pTYB21 Prosedur penelitian p25-M2e dan TT-M2e Hasil dan pembahasan p25-M2e Kesimpulan dan saran p25-M2e
virus ke dalam genus morbillivirus dari famili
paramyxovirus.
Protein fusi dari morbillivirus berperan dalam penetrasi
virus dan interaksi sel dengan sel.
CDV memiliki dua selubung glikoprotein, protein
pengikatan (H) dan protein fusi (F).
(Ghosh et al., 2001)
Protein Fusi CDV
Peptida p25
Peptida p25
(Ghosh et al., 2001)
Peptida p25
Sekuens protein fusi Canine distemper virus
Peptida Urutan asam amino Peptida Urutan asam amino
P2
P4
P6
P8
P10
P24
P22
P23
P25
P27
P28
P29
P32
SSKTQTHTQQDRPPQPS
QPSTELEETRTSRARHS
RHSTTSAQRSTHYDPRT
PRTSDRPVSYTMNRTRS
TRSRKQTSHRLKNIPVH
SHQYLVIKLIPNASLIE
IGTDNVHYKIMTRPSHQ
YKIMTRPSHQYLVIKLI
KLIPNASLIENCTKAEL
AELGEYEKLLNSVLEPI
KLLNSVLEPINQALTLM
EPINQALTLMTKNVKPL
SGRRQRRFAGVVLAGV
P33
P34
P35
P36
P37
P38
P39
P47
P62
P68
P64
P74
P75
FAGVVLAGVALGVATAA
GVALGVATAAQITAGIA
TAAQITAGIALHQSNLN
GIALHQSNLNAQAIQSL
NLNAQAIQSLRTSLEQS
QSLRTSLEQSNKAIEEI
EQSNKAIEEIREATQET
TELLSIFGPSLRDPISA
PRYIATNGYLISNFDES
CIRGDTSSCARTLVSGT
DESSCVFVSESAICSQN
TSTIINQSPDKLLTFIA
SPDKLLTFIASDTCPLV
(Walker et al., 2007)
Titer antibodi
paling tinggi
sangat potensial dan efektif digunakan sebagai peptida Th untuk komponen
suatu vaksin berbasis peptida
Urutan peptida CDV-F sebagai peptida T-helper
Immunogenisitas Epitop (M2e) dapat meningkat jika dalam bentuk multimerik
Neirynck et al ., 1999 Peptida M2e dengan VLPs-HBV
Jegerlehner et al ., 2002 Peptida M2e dengan VLPs-HBV
Ionescu et al ., 2006 Peptida M2e dengan VLPs-HPV
Bessa et al ., 2008 Peptida M2e dengan phage Q-β
Huleatt et al ., 2008 Peptida M2e dengan flagellin
Denis et al ., 2008 Peptida M2e dengan PapMV-CP-VLPs
Dapat digabung dengan molekul lain (ex : adjuvant)
Adjuvant : zat kimia yang dapat meningkatkan respon kekebalan tubuh terhadap vaksin.
ADJUVANT
Peran adjuvant pada vaksin berbasis peptida :• Pembawa peptida target• Untuk merekatkan peptida • Sebagai “danger signal” yang akan
mengaktifkan sel dendrit sehingga terbentuk respon imun
MEKANISME KERJA ADJUVANT MPL
(Mygind et al., 1996).
VEKTOR pJET 1.2
lacZ Eco47IR
Bersifat lethal terhadap E. coli
Mempermudah seleksi E. coli pada
media seleksi
KEUNGGULAN VEKTOR pJET 1.2
• Pada daerah MCS terdapat ujung T sedangkan produk PCR dengan menggunakan enzim Taq DNA polimerase pada umumnya mempunyai tambahan nukleotida A pada ujung 3’-nya sehingga pJET 1.2 mudah diligasi ke DNA sisipan.
• waktu yang dibutuhkan untuk ligasi vektor pJET 1.2 dengan produk PCR hanya 5 menit.
• Tidak diperlukan seleksi koloni biru-putih pada saat seleksi bakteri yang mengandung plasmid rekombinan.
• Mudah ditransformasikan ke E. coli karena pJET 1.2 berasal dari plasmid E. coli (pUC19).
KLONING• Kloning :proses perbanyakan sel secara in vivo yang akan menghasilkan sel baru
yang bersifat identik dengan sel awal.• Tahapan kloning :
Sel inangDNA sisipan
PROSEDUR PENELITIAN
CINTHA AYU LESTARI140210060024
TUTU TAUPANIYA140210060024
Fragmen p25-M2e
Amplifikasi dengan metode PCR
Subkloning menggunakan vektor pJET 1.2
Kloning dan ekspresi menggunakan vektor pTYB21
Murnikan dengan sistem IMPACT
Gabungkan dengan adjuvant
Analisis kemanjuran vaksin
Fragmen p25-M2e hasil subkloning
Peptida p25-M2e
Vaksin berbasis p25-M2e
Nukleotida pengode p25-M2e dan TT-M2e
Desain primer oligonukleotidanyaTambahkan sisi restriksi NdeI dan EcoRI
Primer oligonukleotida p25-M2e dan TT-M2e
Amplifikasi dengan metode PCRFragmen DNA p25-M2e dan TT-
M2eKarakterisasi menggunakan elektroforesis gel agarosa
Ligasi dengan vektor pJET 1.2
Plasmid rekombinan pJET 1.2-p25-M2e dan pJET 1.2-TT-M2e
Kloning dalam E. coli TOP10F’Transforman pJET 1.2-p25-M2e
dan pJET 1.2-TT-M2eIsolasi dengan metode miniprep maniatisRestriksi dengan enzim NdeI dan EcoRI
Fragmen DNA p25-M2e dan TT-M2e
DESAIN PRIMER OLIGONUKLEOTIDA p25-M2e
KLIPNASLIENCTKAEL-K-SLLTEVETPIRNEWGSRSSDSSD
- Deduksi urutan nukleotidanya
- Tentukan codon preference yang cocok dengan E. coli TOP10F’
5’-GAGCTCAATGAAGCTTATCCCTAATGCTTCTCTTATCGAAAATTGTACGAAGGCAGAACTTAAGTCTCTTCTTACCGAAGTTGAG-3’
3’-AGAGAAGAATGGCTTCAACTCTGCGGATAGTCTTTACTTACCCCAACATCTACATTACTAAGAAGACTACTTAAGAGGAG-5’
Kloning pJET 1.2-p25-M2e dan pJET 1.2-TT-
M2e dalam E. coli TOP10F’
Pembuatan sel kompeten E. coli
TOP10F’
Tramsformasi plasmid ke dalam sel kompeten
PEMBUATAN SEL KOMPETEN E. coli TOP10F’E. coli TOP10F’
Tumbuhkan dalam LB cair selama 17 jamPipet sebanyak 250 μL ke dalam LB cair 20mL yang telah mengandung tetrasiklin
Inkubasi sampai OD600 0,2-0,4Masukan ke tabung eppendorf 1,5 mLSentrifugasi 5000 rpm T=4oC t=5 menit
Pelet sel E. coli TOP10F’
Resuspensi dengan 1 mL CaCl2 0,1 M dinginInkubasi dalam es selama 10 menitSentrifugasi 5000 rpm pada T=4oC t=10 menit
Pelet sel E. coli TOP10F’
Resuspensi dengan 100 μL CACl2 0,1 M dinginSimpan pada T=4oC selama 2-24 jam
Sel kompeten E. coli TOP10F’
TRANSFORMASI PLASMID REKOMBINAN KE DALAM E. coli TOP10F’
DNA hasil ligasi
Pipet ke dalam sel kompetenInkubasi 30 menit di dalam esHeat shock pada T=42oC selama 90 detikInkubasi di dalam es selama 2 menitInkubasi pada suhu ruang selama 2 menitTambahkan 900 μL LB cairInkubasi pada T=37oC t=2 jam dengan kecepatan pengocokan 150 rpm
Sentrifugasi 12000 rpm selama 30 detik
800μL supernatan
Supernatan + pelet
Resuspensi Tumbuhkan sebanyak 150 μL dalam LB padat +ampicillin +tetrasiklin
Transforman
PROSEDUR ISOLASI PLASMID DENGAN METODE MINIPREP
Transforman pJET 1.2-TT-M2e
Inkubasi dalam LB cair 5 mL pada T = 37oC selama 16-18 jamSentrifugasi pada kecepatan 12000 rpm selama 30 detik, buang supernatan
Ulangi sentrifugasi sampai pelet terkumpulTambahkan 500 μL buffer STE, vortexSentrifugasi dengan kecepatan 10000 rpm selama 30 detik, buang supernatanTambahkan 300 μL larutan A, resuspensiTambahkan 150 μL larutan III, inversi, diamkan 3 menitSentrifugasi dengan kecepatan 14000 rpm selama 5 menitMasukan 400 μL supernatan ke tabung eppendorf baruTambahkan 100% etanol p.a 2 kali volume, vortex , diamkan 5 menitSentrifugasi dengan kecepatan 12000 rpm selama 5 menitCuci pelet dengan 1 mL etanol 70% p.a, vortexSentrifugasi dengan kecepatan 12000 rpm selama 3 menit, buang supernatan
Telungkupkan tabung dalam concentratorTambahkan 50 μL ddH2OKarakterisasi dengan elektroforesis gel agarosa 1%Isolat pJET 1.2-TT-M2e
Transforman pJET 1.2-p25-M2e
Isolat pJET 1.2-p25-M2e
Prosedur Restriksi pJET1.2-TT-M2e dan pJET1.2-p25-M2e dengan Enzim EcoRI dan NdeI
Isolat pJET 1.2-TT-M2eIsolat pJET 1.2-p25-M2e
15 μL plasmid hasil isolasi ditambahkan buffer 10x enzim restriksi (buffer tango) sebanyak 6 μLditambahkan 0,5 μL enzim restriksi EcoRI0,5 μL enzim restriksi NdeI ddH2O sehingga volume total reaksi restrikasi adalah 30 μLdiinkubasi pada suhu 370C selama 3 jam
Isolat pJET 1.2-TT-M2e [EcoRI+NdeI]Isolat pJET 1.2-p25-M2e [EcoRI+NdeI]
HASIL DAN PEMBAHASAN
CINTHA AYU LESTARI140210060024
DESAIN PRIMER OLIGONUKLEOTIDA p25-M2e
Zeng et al pada tahun 2005 meneliti bahwa p25 dapat dijadikan
sebagai peptida TH pada vaksin berbasis peptida
Dapat dikenali oleh CD4+
sel TH
Dapat berinteraksi dengan sel TH
KLIPNASLIENCTKAEL K SLLTEVETPIRNEWGSRSSDSSD
Kowalczyk et al meneliti bahwa urutan asam amino ke 2-9 tidak berubah pada setiap strain virus
influenza A (Kowalczyk et al , 2009).
Zou et al pada tahun 2004 asam amino EVETPIRN dapat merangsang respon imun yang spesifik terhadap M2e dalam jumlah yang tinggi (Zou
et al., 2004)
DESAIN PRIMER OLIGONUKLEOTIDA p25-M2e
Tm=60oC
Peta Vektor pTYB21
Optimasi Ta p25-M2e1. Marker 1 kb2. Fragmen p25-M2e
Kondisi PCR :Denaturasi awal 94oC 30 detikDenaturasi 94oC 45 detikAnnealing 58oC 45 detikElongasi 72oC 30 detikTerminasi 72oC 5 meint
Kondisi PCR :Denaturasi awal 94oC 30 detikDenaturasi 94oC 45 detikAnnealing 50oC 45 detikElongasi 72oC 30 detikTerminasi 72oC 5 meint
1. Marker 100 pb2. Fragmen p25-M2e
250pb
200pb
100pb
100pb
AMPLIFIKASI FRAGMEN DNA p25-M2e DENGAN METODE PCR
200pb ±140pb
1 2 1. Marker 100 pb2. Fragmen p25-M2e
Kondisi PCR :Denaturasi awal 94oC 30 detikDenaturasi 94oC 45 detikAnnealing 55oC 45 detikElongasi 72oC 30 detikTerminasi 72oC 5 meint
SUBKLONING pJET 1.2-p25-M2e dalam E. coli TOP10F’
Koloni Tunggal Hasil Transformasi pJET 1.2-p25-M2e dalam E. coli TOP10F’.
Hasil replika transforman [pJET 1.2-p25-M2e]
Replika dilakukan untuk peremajaan bakteri dan seleksi transforman di
media seleksi yang baru.
Tidak digunakan seleksi koloni biru-putih karna pJET 1.2 tidak memiliki gen lacZ
dan telah mengandung gen Eco47IR yang bersifat lethal
bagi E. coli
Pada E. coli yang mengandung pJET
1.2-p25-M2e terjadi metilasi kognitif yang dapat menginaktifasi
Eco47IR
Hanya E. coli yang mengandung
plasmid rekombinan yang dapat hidup
pada media seleksi.
ISOLASI PLASMID pJET 1.2-p25-M2e DENGAN METODE MINIPREP MANIATIS
1 2 3 4 5 6 7 8
1. pJET 1.2-p25-M2e k.412. pJET 1.2-p25-M2e k.343. pJET 1.2-p25-M2e k.254. pJET 1.2-p25-M2e k.155. pJET 1.2-p25-M2e k.146. pJET 1.2-p25-M2e k.97-8. pJET 1.2-p25-M2e k.8
pJET 1.2-p25-M2e k.8 kemudian direstriksi . K.8
dipiliha karena menghasilkan pita DNA
yang paling jelas di antara koloni lainya
ANALISIS RESTRIKSI PLASMID pJET .12-p25-M2e
Hasil restriksi plasmid pJET 1.2-p25-M2e dengan enzim restriksi EcoRI dan NdeI belum terbukti hasilnya karena setelah dilakukan
karakterisasi dalam gel agarose 1,5%, tidak diperoleh pita-pita plasmid rekombinan yang terpotong, dikarenakan kemungkinan isolat plasmid pJET-1.2-p25-M2e disimpan terlalu lama, sehingga
fragmen p25-M2e mengalami degradasi.
KESIMPULAN DAN SARAN
CINTHA AYU LESTARI140210060024
• KESIMPULAN1. Fragmen p25-M2e berhasil disintesis dengan metode
PCR.2.Fragmen p25-M2e berhasil disubkloning menggunakan
vektor pJET 1.2 dalam E. coli TOP10F’ dengan diperolehnya plasmid rekombinan pJET 1.2-p25-M2e.
• SARAN1. Perlu dilakukan analisis restriksi pJET 1.2-p25-M2e untuk
memastikan apakah E. coli TOP10F’ benar-benar telah mengandung plasmid rekombinan pJET 1.2-p25-M2e.
2. Perlu dilakukan analisis DNA sequencing untuk mengetahui kostruksi plasmid rekombinan pJET 1.2-p25-M2e.
DESAIN PRIMER OLIGONUKLEOTIDA
Asam amino penyusun TT-M2e
Tentukan urutanya melalui studi literatur
Deduksi nukleotidaTT-M2e
Tentukan codon preference yang cocok dengan E. coli TOP10F’
Desain primer oligonukleotida TT-M2e yang disesuaikan dengan codon preference
Primer oligonukleotida TT-M2e
DESAIN PRIMER OLIGONUKLEOTIDA TT-M2e
TPIRNEWGSRSSDSSD
- Deduksi urutan nukleotidanya
- Tentukan codon preference yang cocok dengan E. coli TOP10F’
QYIKANSKFIGITE-K-SLLTEVE
5’GAGGACATATGGGATATATCAAGACTAATTCTAAATTCATCGGAATCACCGAACTTAAGTCTCTTCTTACCGAAGTT-3’
3’AGAGAAGAATGGCTTCAACTCTGCGGATAGTCTTTACTTACCCCAACATCTACATTACTAAGAAGACTAGAGGAGAATTC-5’
NdeIEcoRI
HASIL DAN PEMBAHASAN
TUTU TAUPANIYA140210060024
Primer forward
Primer reverse
PCR tanpa template
Urutan nukleotida dan asam amino N-terminal peptida
Tetanus toxoid
5’-GAA UAU AUU AAG GCG GAU AGC AAG UUU AUU GGC AUU ACC GAA AAG AGC CUG CUG AAC GAA GUG 3’
Q Y I K A N S K F I G I T E K S L L T E V
Urutan nukleotida dan asam amino N-Terminal peptida
M2e
5’-AAG AGC CUG CUG AAC GAA GUG GAA ACC CCG AUU CGU GAU GAA UGG GGC UGC GAU GAU AGC AGC 3’
K S L L T E V E T P I R N E W G C N D S S
Urutan nukleotida TT-M2e yang disesuaikan dengan codon preference
E. coli
Tabel 1 Urutan asam amino dan nukleotida TT-M2e
Desain Primer Oligonukleotida TT-M2e
Gambar 1 Desain urutan asam amino dan nukleotida TT-M2e dengan penambahan sisi restriksi EcoRI dan NdeI
Tm= 620C
Gambar 2 Amplifikasi TT-M2e dengan T annealing 550C. Lajur 1 marker DNA 100 pb, lajur 2 amplikon TT-M2e 141 pb
200 pb
100 pb
141 pbPita hasil PCR TT-M2e berada di antara 100 pb dan 200 bp, sehingga dapat diduga bahwa pita lajur 2 pada gel agarosa merupakan pita nukleotida hasil PCR TT-M2e yang berukuran 141 pb.
Amplifikasi Fragmen DNA TT-M2e dengan PCR
Kondisi PCR :Denaturasi awal 94oC 30 detikDenaturasi 94oC 45 detikAnnealing 55oC 45 detikElongasi 72oC 30 detikTerminasi 72oC 5 meint
Gambar 3 Transforman E. coli [pJET 1.2-TT-M2e] cawan 1 (atas) dan cawan 2 (bawah).
Transformasi E. coli TOP10F’ [pJET 1.2-TT-M2e]
52 koloni tunggal
52 koloni tunggal
Hanya E. coli yang mengandung plasmid
rekombinan yang dapat hidup pada media seleksi.
Replika
Replikasi E. coli TOP10F’ [pJET 1.2-TT-M2e]
Gambar 4 Replikasi E. coli [pJET1.2-TT-M2e]. Replikon cawan 1 (kanan) replikon cawan 2 (kiri)
Setiap transforman E. coli [pJET 1.2-TT-M2e] yang didapat, berada dalam bentuk yang seragam yaitu koloni putih, sehingga untuk mengetahui apakah
transforman E. coli TOP10F’ telah mengandung plasmid pJET 1.2-TT-M2e maka dilakukan isolasi plasmid pJET 1.2-TT-M2e dengan metode miniprep.
Mempertahankan hidup bakterimeremajakan bakteri
Isolasi Plasmid pJET-1.2-TT-M2e dengan Metode Miniprep (Sambrook et al., 1989)
Gambar 5 Isolasi plasmid pJET1.2-TT-M2e cawan 1.
1 2 3 4 5 6 7 8
Lajur 1 marker DNA 1 KbLajur 2 plasmid pJET1.2-TT-M2e koloni 14Lajur 3 plasmid pJET1.2-TT-M2e koloni 16Lajur 4 plasmid pJET1.2-TT-M2e koloni 18Lajur 5 plasmid pJET1.2-TT-M2e koloni 22Lajur 6 plasmid pJET1.2-TT-M2e koloni 30Lajur 7 plasmid pJET1.2-TT-M2e koloni 32Lajur 8 plasmid pJET1.2-TT-M2e koloni 45
transforman E. coli [pJET 1.2-TT-M2e] yang mengandung plasmid rekombinan posisi pita berada di atas pita yang tidak mengandung plasmid rekombinan. Namun dikarenakan fragmen TT-M2e hanya mengandung 141 pb, sehingga sulit dibedakan koloni mana yang mengandung plasmid rekombinan dan koloni mana yang tidak mengandung plasmid rekombinan.
1 2
Gambar 6 Isolasi plasmid pJET1.2-TT-M2e cawan 2.
Lajur 1 plasmid pJET1.2-TT-M2e koloni 1Lajur 2 plasmid pJET1.2-TT-M2e koloni 26
pJET 1.2-TT-M2e koloni 26 menghasilkan pita DNA yang paling jelas di antara koloni
lainya sehingga pada pJET 1.2-TT-M2e koloni 26 dilakukan
analisis restriksi.
ANALISIS RESTRIKSI PLASMID pJET1.2-TT-M2e
Hasil restriksi plasmid pJET-TT-M2e koloni 26 dengan enzim restriksi EcoRI dan NdeI belum terbukti hasilnya karena setelah dilakukan karakterisasi dalam gel agarose 1,5%, tidak diperoleh
pita-pita plasmid rekombinan yang terpotong, dikarenakan kemungkinan isolat plasmid pJET-1.2-TT-M2e disimpan terlalu
lama, sehingga fragmen TT-M2e mengalami degradasi.
KESIMPULAN DAN SARAN
TUTU TAUPANIYA140210060024
• KESIMPULAN1. Fragmen TT-M2e berhasil disintesis dengan metode PCR.2.Fragmen TT-M2e berhasil disubkloning menggunakan
vektor pJET 1.2 dalam E. coli TOP10F’ dengan diperolehnya plasmid rekombinan pJET 1.2-TT-M2e.
• SARAN1. Perlu dilakukan analisis restriksi pJET 1.2-TT-M2e untuk
memastikan apakah E. coli TOP10F’ benar-benar telah mengandung plasmid rekombinan pJET 1.2-TT-M2e.
2. Perlu dilakukan analisis DNA sequencing untuk mengetahui kostruksi plasmid rekombinan pJET 1.2-TT-M2e.
Sekian dan Terima Kasih
1 2 31 2 3
100 pb
141 pb
200 pb
Chart Title
Series1 Series2
Lajur pita fragmen
SISTEM IMPACT
( Chong et al., 1998; Dubendorff & Studier, 1991 ).
Vaksin Toxoid tetanus
Toksik yang terinaktivasi
Induksi humoral immunity Antibodi
Bukan vaksin hidup
Imunitas tubuh menurun perlu booster Meningkatkan
imunitas
Virus Influenza Virus RNA Rentan mutasi
genom
Tidak ada proof reading oleh RNA
Polymerase
antigenic shift & antigenic drift.
Fragmen p25-M2e
Amplifikasi dengan metode PCR
Subkloning menggunakan vektor pJET 1.2
Kloning dan ekspresi menggunakan vektor pTYB21
Murnikan dengan sistem IMPACT
Gabungkan dengan adjuvant
Analisis kemanjuran vaksin
Fragmen p25-M2e hasil subkloning
Peptida p25-M2e
Vaksin berbasis p25-M2e
Run amplikon tgl 18 Jan’11 T annealing 550C1. Marker 1 Kb2. p25-M2e3. TT-m2e
18 Januari 2011, PCR TT-M2e
Run amplikon tgl 20 Jan’11T annealing 580 C1. Marker 1 Kb2. p25-M2e3. TT-m2e
20 Januari 2011, PCR TT-M2e