PP No 38 Th 2007 PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN...
Transcript of PP No 38 Th 2007 PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN...
www.plod.ugm.ac.id
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 38 TAHUN 2007
TENTANG
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN
PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Pasal 30 ayat (9) Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang . . .
www.plod.ugm.ac.id
- 2 -
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4548);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4724).
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBAGIAN
URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH,
PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN
PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah,
adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana . . .
- 3 -
www.plod.ugm.ac.id
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
3. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-
batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
4. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan
yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan
dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan
mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi
kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani,
memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat.
6. Kebijakan . . .
- 4 -
www.plod.ugm.ac.id
6. Kebijakan nasional adalah serangkaian aturan yang dapat
berupa norma, standar, prosedur dan/atau kriteria yang
ditetapkan Pemerintah sebagai pedoman penyelenggaraan
urusan pemerintahan.
BAB II
URUSAN PEMERINTAHAN
Pasal 2
(1) Urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan
yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah dan
urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar
tingkatan dan/atau susunan pemerintahan.
(2) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,
moneter dan fiskal nasional, serta agama.
(3) Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar
tingkatan dan/atau susunan pemerintahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah semua urusan
pemerintahan di luar urusan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2).
(4) Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) terdiri atas 31 (tiga puluh satu) bidang urusan
pemerintahan meliputi:
a. pendidikan;
b. kesehatan;
c. pekerjaan umum . . .
- 5 -
www.plod.ugm.ac.id
c. pekerjaan umum;
d. perumahan;
e. penataan ruang;
f. perencanaan pembangunan;
g. perhubungan;
h. lingkungan hidup;
i. pertanahan;
j. kependudukan dan catatan sipil;
k. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
l. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
m. sosial;
n. ketenagakerjaan dan ketransmigrasian;
o. koperasi dan usaha kecil dan menengah;
p. penanaman modal;
q. kebudayaan dan pariwisata;
r. kepemudaan dan olah raga;
s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;
t. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi
keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian,
dan persandian;
u. pemberdayaan masyarakat dan desa;
v. statistik;
w. kearsipan;
x. perpustakaan;
y. komunikasi dan informatika;
z. pertanian dan ketahanan pangan;
aa. kehutanan;
bb. energi dan sumber daya mineral;
cc. kelautan dan perikanan;
dd. perdagangan . . .
- 6 -
www.plod.ugm.ac.id
dd. perdagangan; dan
ee. perindustrian.
(5) Setiap bidang urusan pemerintahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) terdiri dari sub bidang, dan setiap
sub bidang terdiri dari sub sub bidang.
(6) Rincian ketigapuluh satu bidang urusan pemerintahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum dalam
lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Pemerintah ini.
Pasal 3
Urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah
disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan
prasarana, serta kepegawaian.
BAB III
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
Bagian Kesatu
Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah
Pasal 4
(1) Pembagian urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (4) berdasarkan kriteria eksternalitas,
akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan
keserasian hubungan antar tingkatan dan/atau susunan
pemerintahan.
(2) Ketentuan . . .
- 7 -
www.plod.ugm.ac.id
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan teknis untuk
masing-masing sub bidang atau sub sub bidang urusan
pemerintahan diatur dengan peraturan menteri/kepala
lembaga pemerintahan non departemen yang membidangi
urusan pemerintahan yang bersangkutan setelah
berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri.
Pasal 5
(1) Pemerintah mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2).
(2) Selain mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pemerintah mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya sebagaimana tercantum dalam lampiran
Peraturan Pemerintah ini.
(3) Khusus untuk urusan pemerintahan bidang penanaman
modal, penetapan kebijakan dilakukan sesuai peraturan
perundang-undangan.
Bagian Kedua
Urusan Pemerintahan yang Menjadi
Kewenangan Pemerintahan Daerah
Pasal 6
(1) Pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah
kabupaten . . .
- 8 -
www.plod.ugm.ac.id
kabupaten/kota mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan yang berdasarkan kriteria pembagian
urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) menjadi kewenangannya.
(2) Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
Pasal 7
(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan
pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan
pelayanan dasar.
(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. pendidikan;
b. kesehatan;
c. lingkungan hidup;
d. pekerjaan umum;
e. penataan ruang;
f. perencanaan pembangunan;
g. perumahan;
h. kepemudaan dan olahraga;
i. penanaman modal;
j. koperasi dan usaha kecil dan menengah;
k. kependudukan dan catatan sipil;
l. ketenagakerjaan;
m. ketahanan pangan . . .
- 9 -
www.plod.ugm.ac.id
m. ketahanan pangan;
n. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
o. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
p. perhubungan;
q. komunikasi dan informatika;
r. pertanahan;
s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;
t. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi
keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian,
dan persandian;
u. pemberdayaan masyarakat dan desa;
v. sosial;
w. kebudayaan;
x. statistik;
y. kearsipan; dan
z. perpustakaan.
(3) Urusan pilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang secara nyata
ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi
unggulan daerah yang bersangkutan.
(4) Urusan pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
meliputi:
a. kelautan dan perikanan;
b. pertanian;
c. kehutanan;
d. energi dan sumber daya mineral;
e. pariwisata;
f. industri . . .
- 10 -
www.plod.ugm.ac.id
f. industri;
g. perdagangan; dan
h. ketransmigrasian.
(5) Penentuan urusan pilihan ditetapkan oleh pemerintahan
daerah.
Pasal 8
(1) Penyelenggaraan urusan wajib sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2) berpedoman pada standar
pelayanan minimal yang ditetapkan Pemerintah dan
dilaksanakan secara bertahap.
(2) Pemerintahan daerah yang melalaikan penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang bersifat wajib,
penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Pemerintah
dengan pembiayaan bersumber dari anggaran pendapatan
dan belanja daerah yang bersangkutan.
(3) Sebelum penyelenggaraan urusan pemerintahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah
melakukan langkah-langkah pembinaan terlebih dahulu
berupa teguran, instruksi, pemeriksaan, sampai dengan
penugasan pejabat Pemerintah ke daerah yang
bersangkutan untuk memimpin penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang bersifat wajib tersebut.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dengan peraturan presiden.
Pasal 9 . . .
- 11 -
www.plod.ugm.ac.id
Pasal 9
(1) Menteri/kepala lembaga pemerintah non departemen
menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria untuk
pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan.
(2) Di dalam menetapkan norma, standar, prosedur, dan
kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memperhatikan keserasian hubungan Pemerintah dengan
pemerintahan daerah dan antar pemerintahan daerah
sebagai satu kesatuan sistem dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
(3) Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melibatkan
pemangku kepentingan terkait dan berkoordinasi dengan
Menteri Dalam Negeri.
Pasal 10
(1) Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dilakukan
selambat-lambatnya dalam waktu 2 (dua) tahun.
(2) Apabila menteri/kepala lembaga pemerintah non
departemen dalam kurun waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) belum menetapkan norma, standar,
prosedur, dan kriteria maka pemerintahan daerah dapat
menyelenggarakan langsung urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangannya dengan berpedoman pada
peraturan perundang-undangan sampai dengan
ditetapkannya norma, standar, prosedur, dan kriteria.
Pasal 11 . . .
- 12 -
Pasal 11
www.plod.ugm.ac.id
Pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah
kabupaten/kota dalam melaksanakan urusan pemerintahan
wajib dan pilihan berpedoman kepada norma, standar,
prosedur, dan kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1).
Pasal 12
(1) Urusan pemerintahan wajib dan pilihan yang menjadi
kewenangan pemerintahan daerah sebagaimana
dinyatakan dalam lampiran Peraturan Pemerintah ini
ditetapkan dalam peraturan daerah selambat-lambatnya
1 (satu) tahun setelah ditetapkannya Peraturan
Pemerintah ini.
(2) Urusan pemerintahan wajib dan pilihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar penyusunan
susunan organisasi dan tata kerja perangkat daerah.
BAB IV
PENGELOLAAN URUSAN PEMERINTAHAN
LINTAS DAERAH
Pasal 13
(1) Pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan
dampak lintas daerah dikelola bersama oleh daerah
terkait.
(2) Tata . . .
- 13 -
www.plod.ugm.ac.id
(2) Tata cara pengelolaan bersama urusan pemerintahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada
peraturan perundang-undangan.
BAB V
URUSAN PEMERINTAHAN SISA
Pasal 14
(1) Urusan pemerintahan yang tidak tercantum dalam
lampiran Peraturan Pemerintah ini menjadi kewenangan
masing-masing tingkatan dan/atau susunan
pemerintahan yang penentuannya menggunakan kriteria
pembagian urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1).
(2) Dalam hal pemerintahan daerah provinsi atau
pemerintahan daerah kabupaten/kota akan
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang tidak
tercantum dalam lampiran Peraturan Pemerintah ini
terlebih dahulu mengusulkan kepada Pemerintah melalui
Menteri Dalam Negeri untuk mendapat penetapannya.
Pasal 15
(1) Menteri/kepala lembaga pemerintah non departemen
menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria untuk
pelaksanaan urusan sisa.
(2) Ketentuan . . .
- 14 -
www.plod.ugm.ac.id
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2)
dan ayat (3) berlaku juga bagi norma, standar, prosedur,
dan kriteria untuk urusan sisa.
BAB VI
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN
Pasal 16
(1) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Pemerintah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (2), Pemerintah dapat:
a. menyelenggarakan sendiri;
b. melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada
kepala instansi vertikal atau kepada gubernur selaku
wakil pemerintah di daerah dalam rangka
dekonsentrasi; atau
c. menugaskan sebagian urusan pemerintahan tersebut
kepada pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan
desa berdasarkan asas tugas pembantuan.
(2) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4),
Pemerintah dapat:
a. menyelenggarakan sendiri;
b. melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada
gubernur selaku wakil pemerintah dalam rangka
dekonsentrasi; atau
c. menugaskan . . .
- 15 -
www.plod.ugm.ac.id
c. menugaskan sebagian urusan pemerintahan tersebut
kepada pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan
desa berdasarkan asas tugas pembantuan.
(3) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah
yang berdasarkan kriteria pembagian urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya,
pemerintahan daerah provinsi dapat:
a. menyelenggarakan sendiri; atau
b. menugaskan sebagian urusan pemerintahan tersebut
kepada pemerintahan daerah kabupaten/kota
dan/atau pemerintahan desa berdasarkan asas tugas
pembantuan.
(4) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah
yang berdasarkan kriteria pembagian urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya,
pemerintahan daerah kabupaten/kota dapat:
a. menyelenggarakan sendiri; atau
b. menugaskan dan/atau menyerahkan sebagian urusan
pemerintahan tersebut kepada pemerintahan desa
berdasarkan asas tugas pembantuan.
Pasal 17
(1) Urusan pemerintahan selain yang dimaksud dalam Pasal
2 ayat (2) yang penyelenggaraannya oleh Pemerintah
ditugaskan penyelenggaraannya kepada pemerintahan
daerah berdasarkan asas tugas pembantuan, secara
bertahap . . .
- 16 -
www.plod.ugm.ac.id
bertahap dapat diserahkan untuk menjadi urusan
pemerintahan daerah yang bersangkutan apabila
pemerintahan daerah telah menunjukkan kemampuan
untuk memenuhi norma, standar, prosedur, dan kriteria
yang dipersyaratkan.
(2) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi
yang penyelenggaraannya ditugaskan kepada
pemerintahan daerah kabupaten/kota berdasarkan asas
tugas pembantuan, secara bertahap dapat diserahkan
untuk menjadi urusan pemerintahan kabupaten/kota
yang bersangkutan apabila pemerintahan daerah
kabupaten/kota telah menunjukkan kemampuan untuk
memenuhi norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
dipersyaratkan.
(3) Penyerahan urusan pemerintahan sebagaimana diatur
pada ayat (1) dan ayat (2) disertai dengan perangkat
daerah, pembiayaan, dan sarana atau prasarana yang
diperlukan.
(4) Penyerahan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diprioritaskan bagi urusan
pemerintahan yang berdampak lokal dan/atau lebih
berhasilguna serta berdayaguna apabila
penyelenggaraannya diserahkan kepada pemerintahan
daerah yang bersangkutan.
(5) Ketentuan . . .
- 17 -
www.plod.ugm.ac.id
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyerahan
urusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur dengan peraturan presiden.
BAB VII
PEMBINAAN URUSAN PEMERINTAHAN
Pasal 18
(1) Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan kepada
pemerintahan daerah untuk mendukung kemampuan
pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya.
(2) Apabila pemerintahan daerah ternyata belum juga
mampu menyelenggarakan urusan pemerintahan setelah
dilakukan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) maka untuk sementara penyelenggaraannya
dilaksanakan oleh Pemerintah.
(3) Pemerintah menyerahkan kembali penyelenggaraan
urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) apabila pemerintahan daerah telah mampu
menyelenggarakan urusan pemerintahan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang belum
mampu dilaksanakan oleh pemerintahan daerah diatur
dengan peraturan presiden.
BAB VIII . . .
- 18 -
www.plod.ugm.ac.id
BAB VIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 19
(1) Khusus untuk Pemerintahan Daerah Provinsi DKI Jakarta
rincian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
kabupaten/kota sebagaimana tertuang dalam lampiran
Peraturan Pemerintah ini secara otomatis menjadi
kewenangan provinsi.
(2) Urusan pemerintahan di Provinsi Papua dan Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang mengatur otonomi khusus
daerah yang bersangkutan.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 20
Semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan secara langsung dengan pembagian urusan
pemerintahan, wajib mendasarkan dan menyesuaikan
dengan Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 21 . . .
- 19 -
Pasal 21
www.plod.ugm.ac.id
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semua
peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan
pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun
2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Provinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3952) dinyatakan masih
tetap berlaku sepanjang belum diganti dan tidak
bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 22
Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai
Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3952) dan semua peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan pembagian
urusan pemerintahan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 23
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar . . .
- 20 -
www.plod.ugm.ac.id
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Juli 2007
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 9 Juli 2007
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
ANDI MATTALATTA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2007 NOMOR 82
Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT NEGARA RI
Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat
ttd
Wisnu Setiawan
- 26 -
C. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PEKERJAAN UMUM
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA1. Sumber Daya Air 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan nasional
sumber daya air.1. Penetapan kebijakan
pengelolaan sumber daya airprovinsi.
1. Penetapan kebijakanpengelolaan sumber daya airkabupaten/kota.
2. Penetapan pola pengelolaansumber daya air pada wilayahsungai lintas provinsi, wilayahsungai lintas negara, danwilayah sungai strategisnasional.
2. Penetapan pola pengelolaansumber daya air padawilayah sungai lintaskabupaten/kota.
2. Penetapan pola pengelolaansumber daya air padawilayah sungai dalam satukabupaten/kota.
3. Penetapan rencanapengelolaan sumber daya airpada wilayah sungai lintasprovinsi, wilayah sungai lintasnegara, dan wilayah sungaistrategis nasional.
3. Penetapan rencanapengelolaan sumber daya airpada wilayah sungaikabupaten/kota.
3. Penetapan rencanapengelolaan sumber daya airpada wilayah sungai dalamsatu kabupaten/kota.
4. Penetapan dan pengelolaankawasan lindung sumber airpada wilayah sungai lintasprovinsi, wilayah sungai lintasnegara, dan wilayah sungaistrategis nasional.
4. Penetapan dan pengelolaankawasan lindung sumber airpada wilayah sungai lintaskabupaten/kota.
4. Penetapan dan pengelolaankawasan lindung sumber airpada wilayah sungai dalamsatu kabupaten/kota.
- 27 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA5. Pembentukan Dewan Sumber
Daya Air Nasional, wadahkoordinasi sumber daya airwilayah sungai lintas provinsi,dan wadah koordinasi sumberdaya air wilayah sungaistrategis nasional.
5. Pembentukan wadahkoordinasi sumber daya air ditingkat provinsi dan/ataupada wilayah sungai lintaskabupaten/kota.
5. Pembentukan wadahkoordinasi sumber daya airdi tingkat kabupaten/kotadan/atau pada wilayahsungai dalam satukabupaten/kota.
6. Penetapan norma, standar,prosedur, dan kriteria (NSPK)pengelolaan sumber daya air.
6. — 6. —
7. Penetapan wilayah sungaidalam satu kabupaten/kota,wilayah sungai lintaskabupaten/kota, wilayahsungai lintas provinsi, wilayahsungai lintas negara, danwilayah sungai strategisnasional.
7. — 7. —
- 28 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA8. Penetapan status daerah
irigasi yang sudah dibangunyang menjadi wewenang dantanggung jawab Pemerintah,pemerintah provinsi, danpemerintah kabupaten/kota.
8. — 8. —
9. Pengesahan pembentukankomisi irigasi antar provinsi
9. Pembentukan komisi irigasiprovinsi dan pengesahanpembentukan komisi irigasiantar kabupaten/kota.
9. Pembentukan komisi irigasikabupaten/kota
2. Pembinaan 1. Penetapan dan pemberian izinatas penyediaan, peruntukan,penggunaan, danpengusahaan sumber daya airpada wilayah sungai lintasprovinsi, wilayah sungai lintasnegara, dan wilayah sungaistrategis nasional.
1. Penetapan dan pemberianizin atas penyediaan,peruntukan, penggunaan,dan pengusahaan sumberdaya air pada wilayah sungailintas kabupaten/kota.
1. Penetapan dan pemberianizin atas penyediaan,peruntukan, penggunaan,dan pengusahaan sumberdaya air pada wilayahsungai dalam satukabupaten/kota.
- 29 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA2. Penetapan dan pemberian
rekomendasi teknis ataspenyediaan, peruntukan,penggunaan, danpengusahaan air tanah padacekungan air tanah lintasprovinsi dan cekungan airtanah lintas negara.
2. Penetapan dan pemberianrekomendasi teknis ataspenyediaan, pengambilan,peruntukan, penggunaan danpengusahaan air tanah padacekungan air tanah lintaskabupaten/kota.
2. Penetapan dan pemberianizin penyediaan,peruntukan, penggunaan,dan pengusahaan air tanah.
3. Menjaga efektivitas, efisiensi,kualitas, dan ketertibanpelaksanaan pengelolaansumber daya air padawilayah sungai lintas provinsi,wilayah sungai lintas negara,dan wilayah sungai strategisnasional.
3. Menjaga efektivitas, efisiensi,kualitas, dan ketertibanpelaksanaan pengelolaansumber daya air padawilayah sungai lintaskabupaten/kota.
3. Menjaga efektivitas,efisiensi, kualitas, danketertiban pelaksanaanpengelolaan sumber daya airpada wilayah sungai dalamsatu kabupaten/kota.
4. Pemberian bantuan teknisdalam pengelolaan sumberdaya air kepada provinsi dankabupaten/kota.
4. Pemberian bantuan teknisdalam pengelolaan sumberdaya air kepadakabupaten/kota.
4. —
- 30 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA5. Fasilitasi penyelesaian
sengketa antar provinsi dalampengelolaan sumber daya air.
5. Fasilitasi penyelesaiansengketa antarkabupaten/kota dalampengelolaan sumber daya air.
5. —
6. Pemberian izin pembangunan,pemanfaatan, pengubahan,dan/atau pembongkaranbangunan dan/atau saluranirigasi pada jaringan irigasiprimer dan sekunder dalamdaerah irigasi lintas provinsi,daerah irigasi lintas negara,dan daerah irigasi strategisnasional.
6. Pemberian izinpembangunan, pemanfaatan,pengubahan, dan/ataupembongkaran bangunandan/atau saluran irigasipada jaringan irigasi primerdan sekunder dalam daerahirigasi lintas kabupaten/kota.
6. Pemberian izinpembangunan,pemanfaatan, pengubahan,dan/atau pembongkaranbangunan dan/atau saluranirigasi pada jaringan irigasiprimer dan sekunder dalamdaerah irigasi yang beradadalam satu kabupaten/kota.
7. Pemberdayaan para pemilikkepentingan dalampengelolaan sumber daya airtingkat pusat, provinsi, dankabupaten/kota.
7. Pemberdayaan para pemilikkepentingan dalampengelolaan sumber daya airtingkat provinsi dankabupaten/kota.
7. Pemberdayaan para pemilikkepentingan dalampengelolaan sumber daya airtingkat kabupaten/kota.
- 31 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA8. Pemberdayaan kelembagaan
sumber daya air tingkatpusat, provinsi dankabupaten/kota.
8. Pemberdayaan kelembagaansumber daya air tingkatprovinsi dan kabupaten/kota.
8. Pemberdayaan kelembagaansumber daya air tingkatkabupaten/kota.
3. Pembangunan/Pengelolaan
1. Konservasi sumber daya airpada wilayah sungai lintasprovinsi, wilayah sungai lintasnegara, dan wilayah sungaistrategis nasional.
1. Konservasi sumber daya airpada wilayah sungai lintaskabupaten/kota.
1. Konservasi sumber daya airpada wilayah sungai dalamsatu kabupaten/kota.
2. Pendayagunaan sumber dayaair pada wilayah sungai lintasprovinsi,wilayah sungai lintasnegara, dan wilayah sungaistrategis nasional.
2. Pendayagunaan sumber dayaair pada wilayah sungailintas kabupaten/kota.
2. Pendayagunaan sumberdaya air pada wilayahsungai dalam satukabupaten/kota.
3. Pengendalian daya rusak airyang berdampak skalanasional.
3. Pengendalian daya rusak airyang berdampak skalaprovinsi.
3. Pengendalian daya rusakair yang berdampak skalakabupaten/kota.
4. Penyelenggaraan sisteminformasi sumber daya airtingkat nasional.
4. Penyelenggaraan sisteminformasi sumber daya airtingkat provinsi.
4. Penyelenggaraan sisteminformasi sumber daya airtingkat kabupaten/kota.
- 32 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA5. Pembangunan dan
peningkatan sistem irigasiprimer dan sekunder padadaerah irigasi lintas provinsi,daerah irigasi lintas negara,dan daerah irigasi strategisnasional.
5. Pembangunan danpeningkatan sistem irigasiprimer dan sekunder padadaerah irigasi lintaskabupaten/kota.
5. Pembangunan danpeningkatan sistem irigasiprimer dan sekunder padadaerah irigasi dalam satukabupaten/kota.
6. Operasi, pemeliharaan danrehabilitasi sistem irigasiprimer dan sekunder padadaerah irigasi yang luasnyalebih dari 3.000 ha atau padadaerah irigasi lintas provinsi,daerah irigasi lintas negara,dan daerah irigasi strategisnasional.
6. Operasi, pemeliharaan danrehabilitasi sistem irigasiprimer dan sekunder padadaerah irigasi yang luasnya1.000 ha sampai dengan3.000 ha atau pada daerahirigasi yang bersifat lintaskabupaten/kota.
6. Operasi, pemeliharaan danrehabilitasi sistem irigasiprimer dan sekunder padadaerah irigasi dalam satukabupaten/kota yangluasnya kurang dari 1.000ha.
7. Operasi, pemeliharaan danrehabilitasi pada sungai,danau, waduk dan pantaipada wilayah sungai lintasprovinsi, wilayah sungailintas negara dan wilayahsungai strategis nasional.
7. Operasi, pemeliharaan danrehabilitasi pada sungai,danau, waduk dan pantaipada wilayah sungai lintaskabupaten/kota.
7. Operasi, pemeliharaan danrehabilitasi pada sungai,danau, waduk dan pantaipada wilayah sungai dalamsatu kabupaten/kota.
- 33 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA4. Pengawasan dan
Pengendalian1. Pengawasan pengelolaan
sumber daya air padawilayah sungai lintasprovinsi, wilayah sungailintas negara, dan wilayahsungai strategis nasional.
1. Pengawasan pengelolaansumber daya air padawilayah sungai lintaskabupaten/kota.
1. Pengawasan pengelolaansumber daya air padawilayah sungai dalamkabupaten/kota.
2. Bina Marga 1. Pengaturan 1. Pengaturan jalan secaraumum:
a. Pembentukan peraturanperundang-undangansesuai dengankewenangannya.
b. Perumusan kebijakanperencanaan.
c. Pengendalianpenyelenggaraan jalansecara makro.
1. —
a. —
b. —
c. —
1. —
a. —
b. —
c. —
- 34 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTAd. Penetapan norma,
standar, prosedur dankriteria pengaturan jalan.
2. Pengaturan jalan nasional:
a.—
b.—
d. —
2. Pengaturan jalan provinsi:
a.Perumusan kebijakanpenyelenggaraan jalanprovinsi berdasarkankebijakan nasional dibidang jalan.
b.Penyusunan pedomanoperasionalpenyelenggaraan jalanprovinsi denganmemperhatikan keserasianantar wilayah provinsi.
d. —
2. Pengaturan jalankabupaten/kota:
a.Perumusan kebijakanpenyelenggaraan jalankabupaten/desa dan jalankota berdasarkankebijakan nasional dibidang jalan denganmemperhatikankeserasian antar daerahdan antar kawasan.
b.Penyusunan pedomanoperasionalpenyelenggaraan jalankabupaten/desa dan jalankota.
- 35 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTAc.Penetapan fungsi jalan
arteri dan jalan kolektoryang menghubungkanantar ibukota provinsidalam sistem jaringan jalanprimer.
d.Penetapan status jalannasional.
e.Penyusunan perencanaanumum dan pembiayaanjaringan jalan nasional.
c.Penetapan fungsi jalandalam sistem jaringan jalansekunder dan jalankolektor yangmenghubungkan ibukotaprovinsi dengan ibukotakabupaten, antar ibukotakabupaten, jalan lokal, danjalan lingkungan dalamsistem jaringan jalanprimer.
d.Penetapan status jalanprovinsi.
e.Penyusunan perencanaanumum dan pembiayaanjaringan jalan provinsi.
c.—
d.Penetapan status jalankabupaten/desa dan jalankota.
e.Penyusunan perencanaanumum dan pembiayaanjaringan jalankabupaten/desa dan jalankota.
- 36 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA3. Pengaturan jalan tol:
a.Perumusan kebijakanperencanaan, penyusunanperencanaan umum,penetapan ruas jalan toldan pembentukanperaturan perundang-undangan.
b.Pemberian rekomendasitarif awal danpenyesuaiannya, sertapengambilalihan jalan tolpada akhir masa konsesidan pemberian rekomendasipengoperasian selanjutnya.
3. —
a.—
b.—
3. —
a.—
b.—
2. Pembinaan 1. Pembinaan jalan secaraumum dan jalan nasional:
a. Pengembangan sistembimbingan, penyuluhanserta pendidikan danpelatihan di bidang jalan.
1. Pembinaan jalan provinsi:
a. —
1. Pembinaan jalankabupaten/kota:
a. —
- 37 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTAb. Pemberian bimbingan,
penyuluhan dan pelatihanpara aparatur di bidangjalan.
c. Pengkajian serta penelitiandan pengembanganteknologi bidang jalan danyang terkait.
d. Pemberian fasilitasipenyelesaian sengketaantar provinsi dalampenyelenggaraan jalan.
e. Penyusunan danpenetapan norma, standar,kriteria dan pedomanpembinaan jalan.
b. Pemberian bimbinganpenyuluhan sertapendidikan dan pelatihanpara aparaturpenyelenggara jalanprovinsi dan aparaturpenyelenggara jalankabupaten/kota.
c. Pengkajian sertapenelitian danpengembangan teknologibidang jalan untuk jalanprovinsi.
d. Pemberian fasilitasipenyelesaian sengketaantar kabupaten/kotadalam penyelenggaraanjalan.
e. —
b. Pemberian bimbinganpenyuluhan sertapendidikan dan pelatihanpara aparaturpenyelenggara jalankabupaten/desa danjalan kota.
c. —
d. —
e. —
- 38 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTAf. —
2. Pengembangan teknologiterapan di bidang jalanuntuk jalan kabupaten/kota.
3. Pembinaan jalan tol:Penyusunan pedoman danstandar teknis, pelayanan,pemberdayaan sertapenelitian danpengembangan.
f. —
2. Pengembangan teknologiterapan di bidang jalanuntuk jalan kabupaten/desadan jalan kota.
3. —
f. Pemberian izin,rekomendasi, dispensasidan pertimbanganpemanfaatan ruangmanfaat jalan, ruangmilik jalan, dan ruangpengawasan jalan.
2. Pengembangan teknologiterapan di bidang jalanuntuk jalankabupaten/desa dan jalankota.
3. —
- 39 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA3. Pembangunan
danPengusahaan
1. Pembangunan jalan nasional:
a. Pembiayaanpembangunan jalannasional.
b. Perencanaan teknis,pemrograman danpenganggaran, pengadaanlahan, serta pelaksanaankonstruksi jalan nasional.
c. Pengoperasian danpemeliharaan jalannasional.
d. Pengembangan danpengelolaan sistemmanajemen jalannasional.
1. Pembangunan jalan provinsi:
a. Pembiayaanpembangunan jalanprovinsi.
b. Perencanaan teknis,pemrograman danpenganggaran, pengadaanlahan, serta pelaksanaankonstruksi jalan provinsi.
c. Pengoperasian danpemeliharaan jalanprovinsi.
d. Pengembangan danpengelolaan sistemmanajemen jalan provinsi.
1. Pembangunan jalankabupaten/kota:
a. Pembiayaanpembangunan jalankabupaten/desa danjalan kota.
b. Perencanaan teknis,pemrograman danpenganggaran,pengadaan lahan, sertapelaksanaan konstruksijalan kabupaten/desadan jalan kota.
c. Pengoperasian danpemeliharaan jalankabupaten/desa danjalan kota.
d. Pengembangan danpengelolaan manajemenjalan kabupaten desadan jalan kota.
- 40 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA2. Pengusahaan jalan tol:
a. Pengaturan pengusahaanjalan tol meliputi kegiatanpendanaan, perencanaanteknis, pelaksanaankonstruksi,pengoperasian, dan/ataupemeliharaan.
b. Persiapan pengusahaanjalan tol, pengadaaninvestasi dan pemberianfasilitas pembebasantanah.
2. —
a. —
b. —
2. —
a. —
b. —
4. Pengawasan 1. Pengawasan jalan secaraumum:
a. Evaluasi dan pengkajianpelaksanaan kebijakanpenyelengaraan jalan.
1. —
a. —
1. —
a. —
- 41 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTAb. Pengendalian fungsi dan
manfaat hasilpembangunan jalan.
2. Pengawasan jalan nasional:
a. Evaluasi kinerjapenyelenggaraan jalannasional.
b. Pengendalian fungsi danmanfaat hasilpembangunan jalannasional.
3. Pengawasan jalan tol:
a. Pemantauan dan evaluasipengaturan danpembinaan jalan tol.
b. —
2. Pengawasan jalan provinsi:
a.Evaluasi kinerjapenyelenggaraan jalanprovinsi.
b.Pengendalian fungsi danmanfaat hasilpembangunan jalanprovinsi.
3. —
a. —
b. —
2. Pengawasan jalankabupaten/kota:
a.Evaluasi kinerjapenyelenggaraan jalankabupaten/desa dan jalankota.
b.Pengendalian fungsi danmanfaat hasilpembangunan jalankabupaten/desa dan jalankota.
3. —
a. —
- 42 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTAb. Pemantauan dan evaluasi
pengusahaan jalan tol danterhadap pelayanan jalantol.
b. — b. —
1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan danstrategi nasionalpembangunan perkotaan danperdesaan.
1. Penetapan kebijakan danstrategi wilayah provinsidalam pembangunanperkotaan dan perdesaan(mengacu kebijakannasional).
1. Penetapan kebijakan danstrategi pembangunanperkotaan dan perdesaanwilayah kabupaten/kota(mengacu kebijakannasional dan provinsi).
2. Penetapan norma, standar,prosedur, dan kriteriapengembangan perkotaan danperdesaan.
2. Penetapan peraturan daerahprovinsi mengenaipengembangan perkotaan danperdesaan mengacu NSPKnasional.
2. Penetapan peraturan daerahkabupaten/kota mengenaipengembangan perkotaandan perdesaan berdasarkanNSPK.
3. Perkotaan danPerdesaan
2. Pembinaan 1. Fasilitasi peningkatankapasitas manajemenpembangunan danpengelolaan Prasarana danSarana (PS) perkotaan danpedesaan tingkat nasional.
1. Fasilitasi peningkatankapasitas manajemenpembangunan danpengelolaan PS perkotaandan pedesaan tingkatprovinsi.
1. Fasilitasi peningkatankapasitas manajemenpembangunan danpengelolaan PS perkotaandan pedesaan tingkatkabupaten/kota.
- 43 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA2. Fasilitasi pemberdayaan
masyarakat dan dunia usahadalam pembangunanperkotaan dan perdesaansecara nasional.
2. Fasilitasi pemberdayaanmasyarakat dan dunia usahadalam pembangunanperkotaan dan perdesaan diwilayah provinsi.
2. Pemberdayaan masyarakatdan dunia usaha dalampembangunan perkotaandan perdesaan di wilayahkabupaten/kota.
3. Pembangunan 1. Fasilitasi perencanaanprogram pembangunansarana dan prasaranaperkotaan dan perdesaanjangka panjang dan jangkamenengah.
2. Fasilitasikerjasama/kemitraantingkat nasional antarapemerintah/daerah dalampengelolaan danpembangunan sarana danprasarana perkotaan danperdesaan.
1. Fasilitasi penyiapan programpembangunan sarana danprasarana perkotaan danperdesaan jangka panjangdan jangka menengahkota/kabupaten di wilayah.
2. Fasilitasi kerjasama/kemitraan antarapemerintah/daerah dalampengelolaan danpembangunan sarana danprasarana perkotaan danperdesaan di lingkunganprovinsi.
1. Penyiapan programpembangunan sarana danprasarana perkotaan danperdesaan jangka panjangdan jangka menengahkabupaten/kota denganmengacu pada RPJP danRPJM nasional dan provinsi.
2. Penyelenggaraankerjasama/ kemitraanantara pemerintahdaerah/dunia usaha/masyarakat dalampengelolaan danpembangunan sarana danprasarana perkotaan danperdesaan di lingkungankabupaten/kota.
- 44 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA3. Penyelenggaraan
pembangunan PS perkotaandan perdesaan di kawasanstrategis nasional.
4. —
3. Penyelenggaraanpembangunan PS perkotaandan perdesaan lintaskabupaten/kota dilingkungan wilayahprovinsi.
4. Fasilitasi pembentukanlembaga/badan pengelolapembangunan perkotaandan perdesaan lintaskabupaten/kota.
3. Penyelenggaraanpembangunan PSperkotaan dan perdesaandi wilayah kabupaten/kota
4. Pembentukanlembaga/badan pengelolapembangunan perkotaandan perdesaan dikabupaten/kota.
1. Pengawasan dan pengendalianprogram pembangunan danpengelolaan kawasanperkotaan dan perdesaansecara nasional.
1. Pengawasan danpengendalian terhadappembangunan danpengelolaan kawasanperkotaan dan perdesaan diprovinsi.
1. Pengawasan danpengendalian terhadappelaksanaan pembangunandan pengelolaan kawasanperkotaan dan perdesaan dikabupaten/kota.
4. Pengawasan
2. Pengawasan dan pengendalianatas pelaksanaan NSPK.
2. Pengawasan danpengendalian ataspelaksanaan NSPK
2. Pengawasan danpengendalian ataspelaksanaan NSPK.
- 45 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA4. Air Minum 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan dan
strategi nasionalpengembangan pelayananair minum.
1. Penetapan peraturan daerahprovinsi mengenai kebijakandan strategipengembangan air minumlintas kabupaten/kota diwilayahnya.
1. Penetapan peraturandaerah kabupaten/kotamengenai kebijakan danstrategi pengembangan airminum di daerahkabupaten/kota.
2. Pembentukan BadanPendukung PengembanganSistem Penyediaan AirMinum (BPP-SPAM).
2. — 2. —
3. Penetapan BUMNpenyelenggara SPAM lintasprovinsi.
3. Penetapan BUMD provinsisebagai penyelenggaraSPAM lintaskabupaten/kota.
3. Penetapan BUMD sebagaipenyelenggara SPAM dikabupaten/kota.
4. Penetapan norma, standar,prosedur, dan kriteriapelayanan PS air minumsecara nasional termasukpenetapan Standar PelayananMinimal (SPM).
4. Penetapan peraturan daerahNSPK pelayanan PS airminum berdasarkan SPMyang disusun pemerintah.
4. Penetapan peraturan daerahNSPK pelayanan PS airminum berdasarkan SPMyang disusun pemerintahdan provinsi.
- 46 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA5. Memberikan izin
penyelenggaraan pelayananPS air minum lintas provinsi.
5. Memberikan izinpenyelenggaraan untuk lintaskabupaten/kota.
5. Memberikan izinpenyelenggaraanpengembangan SPAM diwilayahnya.
6. Penentuan alokasi air bakuuntuk kebutuhanpengembangan SPAM.
6. — 6. —
2. Pembinaan 1. Fasilitasi penyelesaianmasalah dan permasalahanantar provinsi, yang bersifatkhusus, strategis, baik yangbersifat nasional maupuninternasional.
1. Penyelesaian masalah danpermasalahan yangbersifat lintaskabupaten/kota.
1. Penyelesaian masalah danpermasalahannya di dalamwilayah kabupaten/kota.
2. Fasilitasi peningkatankapasitas teknis danmanajemen pelayanan airminum secara nasional.
2. Peningkatan kapasitasteknis dan manajemenpelayanan air minum dilingkungan wilayahprovinsi.
2. Peningkatan kapasitasteknis dan manajemenpelayanan air minum diwilayah kabupaten/kotatermasuk kepada BadanPengusahaan Pelayanan(operator) BUMD.
- 47 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA3. Penetapan standar
kompetensi teknis SDMuntuk kelompok ahli danterampil bidang air minum.
3. — 3. —
3. Pembangunan 1. Fasilitasi pemenuhankebutuhan air baku untukkebutuhan pengembanganSPAM secara nasional.
1. Penetapan kebutuhan airbaku untuk kebutuhanpengembangan SPAM dilingkungan wilayah provinsi.
1. Penetapan pemenuhankebutuhan air baku untukkebutuhan pengembanganSPAM di wilayahkabupaten/kota.
2. — 2. — 2. Pengembangan SPAM diwilayah kabupaten/kotauntuk pemenuhan SPM.
3. Fasilitasi penyelenggaraanbantuan teknispenyelenggaraanpengembangan SPAM secaranasional.
3. Fasilitasi penyelenggaraan(bantuan teknis)penyelenggaraanpengembangan SPAM diwilayah provinsi.
3. Fasilitasi penyelenggaraan(bantuan teknis) kepadakecamatan, pemerintahdesa, serta kelompokmasyarakat di wilayahnyadalam penyelenggaraanpengembangan SPAM.
- 48 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA4. Penyusunan rencana induk
pengembangan SPAMwilayah pelayanan lintasprovinsi.
4. Penyusunan rencanainduk pengembanganSPAM wilayah pelayananlintas kabupaten/kotasetelah berkoordinasidengan daerahkabupaten/kota.
4. Penyusunan rencana indukpengembangan SPAMwilayah administrasikabupaten/kota.
5. Fasilitasi penyediaanprasarana dan sarana airminum dalam rangkakepentingan strategisnasional.
5. Penyediaan PS air minumuntuk daerah bencanadan daerah rawan airskala provinsi.
5. Penyediaan PS air minumuntuk daerah bencana dandaerah rawan air skalakabupaten/kota.
6. Penanganan bencana alamtingkat nasional.
6. Penanganan bencanaalam tingkat provinsi
6. Penanganan bencana alamtingkat kabupaten/kota.
4. Pengawasan 1. Pengawasan terhadapseluruh tahapanpenyelenggaraanpengembangan SPAM secaranasional.
1. Pengawasan terhadapseluruh tahapanpenyelenggaraanpengembangan SPAMyang berada di wilayahprovinsi.
1. Pengawasan terhadapseluruh tahapanpenyelenggaraanpengembangan SPAMyang berada di wilayahkabupaten/kota.
- 49 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA2. Evaluasi kinerja pelayanan
penyelenggaraanpengembangan SPAM secaranasional.
2. Evaluasi kinerjapelayanan air minum dilingkungan wilayahprovinsi.
2. Evaluasi terhadappenyelenggaraanpengembangan SPAM yangutuh di wilayahnya.
3. Pengawasan danpengendalian ataspelaksanaan NSPK.
3. Pengawasan danpengendalian ataspelaksanaan NSPK.
3. Pengawasan danpengendalian ataspelaksanaan NSPK.
1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan danstrategi nasionalpengembangan PS airlimbah.
1. Penetapan peraturan daerahkebijakan pengembanganPS air limbah di wilayahprovinsi mengacu padakebijakan nasional.
1. Penetapan peraturandaerah kebijakanpengembangan PS airlimbah di wilayahkabupaten/kota mengacupada kebijakan nasionaldan provinsi.
5. Air Limbah
2. Pembentukan lembagapenyelenggara pelayanan PSair limbah lintas provinsi.
2. Pembentukan lembagatingkat provinsi sebagaipenyelenggara PS air limbahdi wilayah provinsi.
2. Pembentukan lembagatingkat kabupaten/kotasebagai penyelenggara PS airlimbah di wilayahkabupaten/kota.
- 50 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA3. Penetapan norma, standar,
prosedur, dan kriteriapelayanan PS air limbahsecara nasional termasukSPM.
3. Penetapan peraturan daerahNSPK berdasarkan SPM yangditetapkan oleh pemerintah.
3. Penetapan peraturan daerahberdasarkan NSPK yangditetapkan oleh pemerintahdan provinsi.
4. Memberikan izinpenyelenggaraan PS airlimbah yang bersifat lintasprovinsi.
4. Memberikan izinpenyelenggaraan PS airlimbah lintaskabupaten/kota.
4. Memberikan izinpenyelenggaraan PS airlimbah di wilayahkabupaten/kota.
5. Penetapan standarkompetensi teknis SDMuntuk kelompok ahli danterampil bidang air limbah.
5. — 5. —
2. Pembinaan 1. Fasilitasi penyelesaianpermasalahan antar provinsiyang bersifat khusus,strategis baik yang bersifatnasional maupuninternasional.
1. Fasilitasi penyelesaianmasalah yang bersifat lintaskabupaten/kota.
1. Penyelesaian masalahpelayanan di lingkungankabupaten/kota.
- 51 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA2. Fasilitasi peran serta dunia
usaha tingkat nasional dalampenyelenggaraanpengembangan PS air limbah.
2. Fasilitasi peran serta duniausaha dan masyarakat dalampenyelenggaraanpengembangan PS air limbahkabupaten/kota.
2. Pelaksanaan kerjasamadengan dunia usaha danmasyarakat dalampenyelenggaraanpengembangan PS airlimbah kabupaten/kota.
3. Fasilitasi penyelenggaraan(bantek) pengembangan PS airlimbah.
3. Fasilitasi penyelenggaraan(bantek) pengembangan PSair limbah lintaskabupaten/kota.
3. Penyelenggaraan (bantek)pada kecamatan,pemerintah desa, sertakelompok masyarakat diwilayahnya dalampenyelenggaraan PS airlimbah.
3. Pembangunan 1. Fasilitasi pengembangan PSair limbah skala kota untukkota-kota metropolitan dankota besar dalam rangkakepentingan strategisnasional.
1. Fasilitasi pengembangan PSair limbah lintaskabupaten/kota di wilayahprovinsi.
1. Penyelenggaraanpembangunan PS airlimbah untuk daerahkabupaten/kota dalamrangka memenuhi SPM.
- 52 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA2. Penyusunan rencana induk
pengembangan PS air limbahlintas provinsi.
2. Penyusunan rencana indukpengembangan PS air limbahlintas kabupaten/kota.
2. Penyusunan rencana indukpengembangan PS airlimbah kabupaten/kota.
3. Penanganan bencana alamtingkat nasional.
3. Penanganan bencana alamtingkat provinsi.
3. Penanganan bencana alamtingkat lokal(kabupaten/kota).
4. Pengawasan 1. Pengendalian danpengawasan ataspenyelenggaraanpengembangan PS air limbah.
1. Melakukan pengawasanterhadap penyelenggaraanPS air limbah diwilayahnya.
1. Monitoringpenyelenggaraan PS airlimbah di kabupaten/kota.
2. Evaluasi atas kinerjapengelolaan PS air limbahsecara nasional.
2. Evaluasi atas kinerjapengelolaan PS air limbahdi wilayah provinsi lintaskabupaten/kota.
2. Evaluasi terhadappenyelenggaraanpengembangan air limbah dikabupaten/kota.
3. Pengawasan danpengendalian ataspelaksanaan NSPK.
3. Pengawasan danpengendalian ataspelaksanaan NSPK.
3. Pengawasan danpengendalian ataspelaksanaan SPM.
- 53 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan dan
strategi nasionalpengembangan PSpersampahan.
1. Penetapan peraturan daerahkebijakan pengembangan PSpersampahan lintaskabupaten/kota di wilayahprovinsi mengacu padakebijakan nasional.
1. Penetapan peraturan daerahkebijakan pengembanganPS persampahan dikabupaten/kota mengacupada kebijakan nasionaldan provinsi.
2. Penetapan lembaga tingkatnasional penyelenggarapengelolaan persampahan(bila diperlukan).
2. Penetapan lembaga tingkatprovinsi penyelenggarapengelolaan persampahanlintas kabupaten/kota diwilayah provinsi.
2. Penetapan lembaga tingkatkabupaten/kotapenyelenggara pengelolaanpersampahan di wilayahkabupaten/kota.
3. Penetapan NSPK pengelolaanpersampahan secara nasionaltermasuk SPM.
3. Penetapan peraturan daerahNSPK pengelolaanpersampahan mengacukepada SPM yangditetapkan oleh pemerintah.
3. Penetapan peraturan daerahberdasarkan NSPK yangditetapkan oleh pemerintahdan provinsi.
6. Persampahan
4. Memberikan izinpenyelenggara pengelolaanpersampahan lintas provinsi.
4. Memberikan izinpenyelenggara pengelolaanpersampahan lintaskabupaten/kota.
4. Pelayanan perizinan danpengelolaan persampahanskala kabupaten/kota.
- 54 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA2. Pembinaan 1. Fasilitasi penyelesaian
masalah dan permasalahanantar provinsi.
1. Fasilitasi penyelesaianmasalah dan permasalahanantar kabupaten/kota.
1. —
2. Peningkatan kapasitasmanajemen dan fasilitasikerjasama pemda/duniausaha dan masyarakat dalampenyelenggaraanpengembangan PSpersampahan.
2. Peningkatan kapasitasmanajemen dan fasilitasikerjasama pemda/duniausaha dan masyarakatdalam penyelenggaraanpengembangan PSpersampahan lintaskabupaten/kota.
2. Peningkatan kapasitasmanajemen dan fasilitasikerjasama dunia usaha danmasyarakat dalampenyelenggaraanpengembangan PSpersampahankabupaten/kota.
3. Fasilitasi bantuan teknispenyelenggaraanpengembangan PSpersampahan.
3. Memberikan bantuan teknisdan pembinaan lintaskabupaten/kota.
3. Memberikan bantuan tekniskepada kecamatan,pemerintah desa, sertakelompok masyarakat dikabupaten/kota.
3. Pembangunan 1. Fasilitasi penyelenggaraandan pembiayaanpembangunan PSpersampahan secara nasional(lintas provinsi).
1. Fasilitasi penyelenggaraandan pembiayaanpembangunan PSpersampahan secaranasional di wilayah provinsi.
1. Penyelengaraan danpembiayaan pembangunanPS persampahan dikabupaten/kota.
- 55 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA2. Penyusunan rencana induk
pengembangan PSpersampahan lintas provinsi.
2. Penyusunan rencana indukpengembangan PSpersampahan lintaskabupaten/kota.
2. Penyusunan rencana indukpengembangan PSpersampahankabupaten/kota.
4. Pengawasan 1. Pengawasan danpengendalian pengembanganpersampahan secaranasional.
1. Pengawasan danpengendalian pengembanganpersampahan di wilayahprovinsi.
1. Pengawasan terhadapseluruh tahapanpengembanganpersampahan di wilayahkabupaten/kota.
2. Evaluasi kinerjapenyelenggaraan PSpersampahan secaranasional.
2. Evaluasi kinerjapenyelenggaraan yangbersifat lintaskabupaten/kota.
2. Evaluasi kinerjapenyelenggaraan di wilayahkabupaten/kota.
3. Pengawasan danpengendalian ataspelaksanaan NSPK.
3. Pengawasan danpengendalian ataspelaksanaan NSPK.
3. Pengawasan danpengendalian ataspelaksanaan NSPK.
- 56 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan dan
strategi nasional dalampenyelenggaraan drainasedan pematusan genangan.
1. Penetapan peraturan daerahkebijakan dan strategiprovinsi berdasarkankebijakan dan strateginasional.
1. Penetapan peraturandaerah kebijakan danstrategi kabupaten/kotaberdasarkan kebijakannasional dan provinsi.
2. Penetapan NSPKpenyelenggaraan drainasedan pematusan genangan.
2. Penetapan peraturan daerahNSPK provinsi berdasarkanSPM yang ditetapkan olehpemerintah di wilayahprovinsi.
2. Penetapan peraturandaerah NSPK drainase danpematusan genangan diwilayah kabupaten/kotaberdasarkan SPM yangdisusun pemerintah pusatdan provinsi.
2. Pembinaan 1. Fasilitasi bantuan teknispembangunan, pemeliharaandan pengelolaan drainase.
1. Bantuan teknispembangunan,pemeliharaan danpengelolaan).
1. —
7. Drainase
2. Peningkatan kapasitasteknik dan manajemenpenyelenggara drainase danpematusan genangan secaranasional.
2. Peningkatan kapasitasteknik dan manajemenpenyelenggara drainase danpematusan genangan diwilayah provinsi.
2. Peningkatan kapasitasteknik dan manajemenpenyelenggara drainase danpematusan genangan diwilayah kabupaten/kota.
- 57 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA3. Pembangunan 1. Fasilitasi penyelesaian
masalah dan permasalahanoperasionalisasi sistemdrainase danpenanggulangan banjir lintasprovinsi.
1. Fasilitasi penyelesaianmasalah dan permasalahanoperasionalisasi sistemdrainase danpenanggulangan banjirlintas kabupaten/kota.
1. Penyelesaian masalah danpermasalahanoperasionalisasi sistemdrainase danpenanggulangan banjir diwilayah kabupaten/kotaserta koordinasi dengandaerah sekitarnya.
2. Fasilitasi penyelenggaraanpembangunan danpemeliharaan PS drainasedan pengendalian banjir dikawasan khusus danstrategis nasional.
2. Fasilitasi penyelenggaraanpembangunan danpemeliharaan PS drainasedi wilayah provinsi.
2. Penyelenggaraanpembangunan danpemeliharaan PS drainasedi wilayah kabupaten/kota.
3. Fasilitasi penyusunanrencana indukpenyelenggaraan prasaranasarana drainase danpengendalian banjir skalanasional.
3. Penyusunan rencana indukPS drainase skalaregional/lintas daerah.
3. Penyusunan rencana indukPS drainase skalakabupaten/kota.
- 58 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA4. Pengawasan 1. Evaluasi kinerja
penyelenggaraan sistemdrainase dan pengendalibanjir secara nasional.
1. Evaluasi di provinsi terhadappenyelenggaraan sistemdrainase dan pengendalibanjir di wilayah provinsi.
1. Evaluasi terhadappenyelenggaraan sistemdrainase dan pengendalibanjir di wilayahkabupaten/kota.
2. Pengawasan danpengendalianpenyelenggaraan drainasedan pengendalian banjirsecara lintas provinsi.
2. Pengawasan danpengendalianpenyelenggaraan drainasedan pengendalian banjirlintas kabupaten/kota.
2. Pengawasan danpengendalianpenyelenggaraan drainasedan pengendalian banjir dikabupaten/kota.
3. Pengawasan danpengendalian ataspelaksanaan NSPK.
3. Pengawasan danpengendalian ataspelaksanaan NSPK.
3. Pengawasan danpengendalian ataspelaksanaan NSPK.
- 59 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA8. Permukiman 1. Kawasan Siap
Bangun (Kasiba)dan LingkunganSiap Bangun(Lisiba) yangberdiri sendiri:
a.Pengaturan 1. Penetapan kebijakan teknisKasiba dan Lisiba nasional.
1. Penetapan peraturan daerahkebijakan dan strategiKasiba/Lisiba di wilayahprovinsi.
1. Penetapan peraturandaerah kebijakan danstrategi Kasiba/Lisiba diwilayah kabupaten/kota.
2. Penyusunan NSPK Kasibadan Lisiba secara nasional.
2. Penetapan Peraturan DaerahNSPK Kasiba dan Lisiba diwilayah provinsi.
2. Penetapan PeraturanDaerah NSPK Kasiba danLisiba di wilayahkabupaten/kota.
b.Pembinaan 1. Fasilitasi peningkatankapasitas daerah dalampembangunan Kasiba danLisiba.
1. Fasilitasi peningkatankapasitas manajemen dalampembangunan Kasiba danLisiba.
1. —
- 60 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA2. Fasilitasi penyelesaian
masalah Kasiba/Lisiba yangterkait dengan pelaksanaankebijakan nasional.
2. Fasilitasi penyelesaianpembangunan Kasiba/Lisibaantar kabupaten/kota.
2. —
c.Pembangunan 1. Fasilitasi penyelenggaraanpembangunan Kasiba/Lisibastrategis nasional.
1. Fasilitasi penyelenggaraanpembangunan Kasiba/Lisibalintas kabupaten/kota.
1. PenyelenggaraanpembangunanKasiba/Lisiba dikabupaten/kota.
2. Fasilitasi kerjasama swasta,masyarakat tingkat nasionaldalam pembangunanKasiba/Lisiba.
2. Fasilitasi kerjasama swasta,masyarakat tingkat nasionaldalam pembangunanKasiba/Lisiba lintaskabupaten/kota.
2. Pelaksanaan kerjasamaswasta, masyarakat tingkatnasional dalampembangunanKasiba/Lisiba.
3. — 3. Penetapan izin lokasiKasiba/Lisiba lintaskabupaten/kota.
3. Penetapan izin lokasiKasiba/Lisiba dikabupaten/kota.
d.Pengawasan 1. Pengawasan danpengendalian kebijakannasional penyelenggaraanKasiba dan Lisiba.
1. Pengawasan pelaksanaankelayakan program Kasibadan Lisiba di provinsi.
1. Pengawasan danpengendalianpenyelenggaraan Kasibadan Lisiba dikabupaten/kota.
- 61 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA2. Evaluasi kebijakan nasional
penyelenggaraanpembangunan Kasiba danLisiba.
2. Evaluasi penyelenggaraanpembangunan Kasiba danLisiba di provinsi.
2. Evaluasi penyelenggaraanpembangunan Kasiba danLisiba di kabupaten/kota.
3. Pengawasan danpengendalian ataspelaksanaan NSPK.
3. Pengawasan danpengendalian ataspelaksanaan NSPK diprovinsi.
3. Pengawasan danpengendalian ataspelaksanaan NSPK dikabupaten/kota.
2. PermukimanKumuh/Nelayan:
a. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan nasionaltentang penanggulanganpermukiman kumuhperkotaan dan nelayan.
1. — 1. Penetapan peraturan daerahkebijakan dan strategipenanggulanganpermukimankumuh/nelayan di wilayahkabupaten/kota.
- 62 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA2. Penyusunan NSPK kawasan
permukiman.2. — 2. Penetapan peraturan
daerah tentang pencegahantimbulnya permukimankumuh di wilayahkabupaten/kota.
b. Pembinaan 1. Fasilitasi peningkatankapasitas daerah dalampembangunan dalampenanganan permukimankumuh secara nasional.(bantuan teknis)
1. Fasilitasi peningkatankapasitas manajemendalam penangananpermukiman kumuh diwilayah provinsi.
1. —
c. Pembangunan 1. Fasilitasi programpenanganan permukimankumuh bagi lokasi yangstrategis secara nasional.
1. Fasilitasi penyelenggaraanpenanganan permukimankumuh di wilayahnya.
1. Penyelenggaraanpenanganan kawasankumuh perkotaan dikabupaten/kota.
2. Fasilitasi dan bantuan teknisuntuk peremajaan/perbaikanpermukiman kumuh/nelayandengan Rumah Susun Sewa(RUSUNAWA).
2. Fasilitasi peremajaan/perbaikan permukimankumuh/nelayan.
2. Pengelolaan peremajaan/perbaikan permukimankumuh/nelayan denganrusunawa.
- 63 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTAd. Pengawasan 1. Melaksanakan pengawasan
dan pengendalianpenanganan permukimankumuh nasional.
1. — 1. Melaksanakan pengawasandan pengendalianpermukiman kumuh diwilayah kabupaten/kota.
2. Evaluasi kebijakan nasionalpenanganan permukimankumuh.
2. Monitoring evaluasipelaksanaan programpenanganan permukimankumuh di wilayahnya.
2. Evaluasi pelaksanaanprogram penangananpermukiman kumuh dikabupaten/kota.
3. Pengawasan danpengendalian ataspelaksanaan NSPK .
3. Pengawasan danpengendalian ataspelaksanaan NSPK diprovinsi.
3. Pengawasan danpengendalian ataspelaksanaan NSPK dikabupaten/kota.
3. PembangunanKawasan
a.Pengaturan 1. Penetapan kebijakanpembangunan kawasanstrategis nasional.
1. — 1. Penetapan peraturan daerahkebijakan dan strategipembangunan kawasan diwilayah kabupaten/kota.
- 64 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA2. Penyusunan NSPK
pembangunan kawasanstrategis nasional.
2. — 2. Penetapan peraturandaerah NSPK pembangunankawasan di wilayahkabupaten/kota.
b.Pembinaan 1. Fasilitasi peningkatankapasitas daerah dalampembangunan kawasanstrategis nasional.
1. — 1. —
2. Fasilitasi penyelesaianmasalah pembangunankawasan yang terkait denganpelaksanaan kebijakannasional.
2. Fasilitasi penyelesaianmasalah pembangunankawasan di wilayah provinsi.
2. —
c.Pembangunan 1. Fasilitasi penyelenggaraanpembangunan kawasanstrategis nasional.
1. — 1. Penyelenggaraanpembangunan kawasanstrategis nasional.
d.Pengawasan 1. Pengawasan danpengendalian pembangunankawasan strategis nasional.
1. Pengawasan danpengendalian pembangunankawasan di wilayah provinsi.
1. Melaksanakan pengawasandan pengendalianpembangunan kawasan diwilayah kabupaten/kota.
- 65 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA2. Evaluasi kebijakan nasional
program pembangunankawasan nasional.
2. Evaluasi pelaksanaanprogram pembangunankawasan di provinsi.
2. Evaluasi pelaksanaanprogram pembangunankawasan dikabupaten/kota.
3. Pengawasan danpengendalian ataspelaksanaan NSPK.
3. Pengawasan danpengendalian ataspelaksanaan NSPK diprovinsi.
3. Pengawasan danpengendalian ataspelaksanaan NSPK dikabupaten/kota.
1. Pengaturan 1. Penetapan peraturanperundang-undangan, norma,standar, prosedur dankriteria/bangunan gedungdan lingkungan
1. Penetapan peraturan daerahProvinsi, mengenai bangunangedung dan lingkunganmengacu pada norma,standar, prosedur dankriteria nasional.
1. Penetapan peraturan daerahkabupaten/kota, mengenaibangunan gedung danlingkungan mengacu padanorma, standar, prosedurdan kriteria nasional.
9. Bangunan Gedungdan Lingkungan
2. Penetapan kebijakan danstrategi nasional bangunangedung dan lingkungan.
2. Penetapan kebijakan danstrategi wilayah provinsimengenai bangunan gedungdan lingkungan.
2. Penetapan kebijakan danstrategi kabupaten/kotamengenai bangunan gedungdan lingkungan.
- 66 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA3. Penetapan kebijakan
pembangunan danpengelolaan gedung danrumah negara.
3. — 3. Penetapan kelembagaanbangunan gedung dikabupaten/kota.
4. Penyelenggaraan IMB gedungfungsi khusus.
4. — 4. Penyelenggaraan IMBgedung.
5. — 5. — 5. Pendataan bangunangedung.
6. — 6. — 6. Penetapan persyaratanadministrasi dan teknisuntuk bangunan gedungadat, semi permanen,darurat, dan bangunangedung yang dibangun dilokasi bencana.
7. — 7. — 7. Penyusunan dan penetapanRencana Tata Bangunandan Lingkungan (RTBL).
- 67 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA2. Pembinaan 1. Pemberdayaan kepada
pemerintah daerah danpenyelenggara bangunangedung dan lingkungannya.
1. Pemberdayaan kepadapemerintah daerah danpenyelenggara bangunangedung dan lingkungannya.
1. Pemberdayaan kepadamasyarakat dalampenyelenggaraan bangunangedung dan lingkungannya.
2. Fasilitasi peningkatankapasitas manajemen danteknis Pemerintah daerahuntuk bangunan gedung danlingkungan.
2. Fasilitasi penyelenggaraanbangunan gedung danlingkungan.
2. Pemberdayaan masyarakatdalam penyelenggaraanbangunan gedung danlingkungan.
3. Pembangunan 1. Fasilitasi bantuan teknispenyelenggaraan bangunangedung dan lingkungan.
1. Penyelenggaraan modelbangunan gedung danlingkungan.
1. Penyelenggaraan bangunangedung dan lingkungandengan berbasispemberdayaan masyarakat.
2. Pembangunan danpengelolaan bangunangedung dan rumah negarayang menjadi asetpemerintah.
2. Pembangunan danpengelolaan bangunangedung dan rumah negarayang menjadi asetpemerintah provinsi.
2. Pembangunan danpengelolaan bangunangedung dan rumah negarayang menjadi asetpemerintah kabupaten/kota.
- 68 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA3. Penetapan status bangunan
gedung dan lingkungan yangdilindungi dan dilestarikanyang berskala nasional atauinternasional.
3. Penetapan status bangunangedung dan lingkungan yangdilindungi dan dilestarikanyang berskala provinsi ataulintas kabupaten/kota.
3. Penetapan status bangunangedung dan lingkunganyang dilindungi dandilestarikan yang berskalalokal.
4. Pengawasan 1. Pengawasan secara nasionalterhadap pelaksanaanperaturan perundang-undangan, pedoman, danstandar teknis bangunangedung dan lingkungannya,serta gedung dan rumahnegara.
1. Pengawasan secara regionalterhadap pelaksanaanperaturan perundang-undangan, pedoman danstandar teknis bangunangedung dan lingkungannyagedung dan rumah negara.
1. Pengawasan terhadappelaksanaan peraturanperundang-undangan,pedoman dan standar teknisdalam penyelenggaraanbangunan gedung danlingkungannya.
2. Pengawasan dan penertibanpembangunan danpemanfaatan bangunangedung fungsi khusus.
2. — 2. Pengawasan dan penertibanpembangunan,pemanfaatan, danpembongkaran bangunangedung.
3. Pengawasan dan penertibanpelestarian bangunan gedungdan lingkungan yang
3. Pengawasan dan penertibanpelestarian bangunan gedungdan lingkungan yang
3. Pengawasan dan penertibanpelestarian bangunangedung dan lingkungan yang
- 69 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTAdilindungi dan dilestarikanyang berskala nasional atauinternasional.
dilindungi dan dilestarikanyang berskala provinsi ataulintas kabupaten/kota.
dilindungi dan dilestarikanyang berskala lokal.
10. Jasa Konstruksi 1. Pengaturan 1. Penetapan dan penerapankebijakan nasionalpengembangan usaha,termasuk upaya mendorongkemitraan fungsional sinergis.
2. Fasilitasi untuk mendapatkandukungan lembaga keuangandalam memberikan prioritaspelayanan, kemudahan danakses untuk memperolehpendanaan.
3. Penetapan dan penerapankebijakan nasionalpengembanganpenyelenggaraan konstruksi.
4. Fasilitasi untuk mendapatkandukungan lembagapertanggungan dalammemberikan prioritas,
1. Pelaksanaan kebijakanpembinaan jasa konstruksiyang telah ditetapkan.
2. —
3. —
4. —
1. Pelaksanaan kebijakanpembinaan jasa konstruksiyang telah ditetapkan.
2. —
3. —
4. —
- 70 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTApelayanan, kemudahan danakses untuk memperolehjaminan pertanggunganresiko.
5. Penetapan dan penerapankebijakan nasionalpengembangan keahlian danteknik konstruksi.
6. Penetapan dan penerapankebijakan nasionalpengembangan SDM bidangkonstruksi.
5. —
6. —
5. —
6. —
2. Pemberdayaan 1. Pemberdayaan LembagaPengembangan JasaKonstruksi (LPJK) Nasionalserta asosiasi badan usahadan profesi tingkat nasional.
2. Peningkatan kemampuanteknologi, sistem informasi,penelitian dan
1. Pengembangan sisteminformasi jasa konstruksidalam wilayah provinsi yangbersangkutan.
2. Penelitian danpengembangan jasakonstruksi dalam wilayah
1. Pengembangan sisteminformasi jasa konstruksidalam wilayahkabupaten/kota yangbersangkutan.
2. Penelitian danpengembangan jasakonstruksi dalam wilayah
- 71 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTApengembangan teknologibidang konstruksi.
3. Pemberdayaan penerapankeahlian dan teknikkonstruksi kepada LPJKnasional serta asosiasi profesitingkat nasional.
4. Perintisan penyelenggaraanpelatihan tenaga terampilkonstruksi sebagai model.
5. Fasilitasi proses sertifikasitenaga terampil konstruksi.
6. —
provinsi yang bersangkutan.
3. Pengembangan sumber dayamanusia bidang jasakonstruksi di tingkatprovinsi.
4. Peningkatan kemampuanteknologi jasa konstruksidalam wilayah provinsi yangbersangkutan.
5. Pelaksanaan pelatihan,bimbingan teknis danpenyuluhan dalam wilayahprovinsi.
6. Pelaksanaan pemberdayaanterhadap LPJK daerah danasosiasi di provinsi yangbersangkutan.
kabupaten/kota yangbersangkutan.
3. Pengembangan sumberdaya manusia bidang jasakonstruksi di tingkatkabupaten/kota.
4. Peningkatan kemampuanteknologi jasa konstruksidalam wilayahkabupaten/kota yangbersangkutan
5. Melaksanakan pelatihan,bimbingan teknis danpenyuluhan dalam wilayahkabupaten/kota.
6. Penerbitan perizinan usahajasa konstruksi.
- 72 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH
PROVINSIPEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA3. Pengawasan 1. Pengawasan guna tertib
usaha mengenai persyaratanperizinan dan ketentuanketenagakerjaan.
2. Pengawasan terhadap LPJK-Nasional serta asosiasi badanusaha dan profesi tingkatnasional.
3. Pengawasan guna tertibpenyelenggaraan dan tertibpemanfaatan pekerjaankonstruksi (ketentuanketeknikan, K3, keselamatanumum,lingkungan, tataruang, tata bangunan danketentuan lainnya yangberkaitan denganpenyelenggaraan konstruksi).
1. Pengawasan tata lingkunganyang bersifat lintaskabupaten/kota.
2. Pengawasan sesuaikewenangannya untukterpenuhinya tertibpenyelenggaraan pekerjaankonstruksi.
3. Pengawasan terhadap LPJKdaerah dan asosiasi diprovinsi yang bersangkutan.
1. Pengawasan tatalingkungan dalam wilayahkabupaten/kota yangbersangkutan.
2. Pengawasan sesuaikewenangannya untukterpenuhinya tertibpenyelenggaraan pekerjaankonstruksi.
3. —
- 158 -
E. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENATAAN RUANG
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAHPROVINSI
PEMERINTAHAN DAERAHKABUPATEN/KOTA
1. Pengaturan 1. Penetapan peraturan perundang-undangan bidang penataanruang
2. Penetapan Norma, Standar,Prosedur dan Kriteria (NSPK)bidang penataan ruang.
3. Penetapan penataan ruangperairan di luar 12 (dua belas)mil dari garis pantai.
4. Penetapan kriteria penentuandan kriteria perubahan fungsiruang suatu kawasan yangberskala besar dan berdampakpenting dalam rangkapenyelenggaraan penataanruang.
1. Penetapan peraturan daerahbidang penataan ruang tingkatprovinsi
2. Penetapan pedomanpelaksanaan NSPK bidangpenataan ruang.
3. Penetapan penataan ruangperairan di luar 4 (empat) milsampai 12 (dua belas) mil darigaris pantai.
4. Penetapan kriteria penentuandan perubahan fungsi ruangkawasan lintaskabupaten/kota dalam rangkapenyusunan tata ruangkhususnya untuk menjagakeseimbangan ekosistem,sesuai dengan kriteria yangditentukan oleh pemerintah.
1. Penetapan peraturan daerahbidang penataan ruang di tingkatkabupaten/kota
2. —
3. Penetapan penataan ruangperairan sampai dengan 4(empat) mil dari garis pantai.
4. Penetapan kriteria penentuandan perubahan fungsi ruangkawasan/lahan wilayah dalamrangka penyelenggaraanpenataan ruang.
- 159 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAHPROVINSI
PEMERINTAHAN DAERAHKABUPATEN/KOTA
5. Penetapan kawasan strategisnasional.
6. Penetapan kawasan-kawasanandalan.
7. Penetapan Standar PelayananMinimal (SPM) bidang penataanruang.
5. Penetapan kawasan strategisprovinsi.
6. Pemberian arahan pengelolaankawasan andalan sebagaibagian RTRWP.
7. —
5. Penetapan kawasan strategiskabupaten/kota
6. —
7. —
2. Pembinaan 1. Koordinasi penyelenggaraanpenataan ruang pada semuatingkatan wilayah.
2. Sosialisasi NSPK bidangpenataan ruang.
3. Sosialisasi SPM bidangpenataan ruang.
1. Koordinasi penyelenggaraanpenataan ruang wilayahkabupaten/kota.
2. Sosialisasi NSPK bidangpenataan ruang.
3. Sosialisasi SPM bidangpenataan ruang.
1. —
2. Sosialisasi NSPK bidangpenataan ruang.
3. Sosialisasi SPM bidang penataanruang.
- 160 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAHPROVINSI
PEMERINTAHAN DAERAHKABUPATEN/KOTA
4. Pemberian bimbingan,supervisi, dan konsultasipelaksanaan penataan ruangterhadap pemerintah provinsidan kabupaten/kota.
5. Pendidikan dan pelatihan.
6. Penelitian dan pengembangan.
7. Pengembangan sistem informasidan komunikasi penataanruang nasional.
8. Penyebarluasan informasipenataan ruang kepadamasyarakat.
9. Pengembangan kesadaran dantanggungjawab masyarakat.
10. Koordinasi dan fasilitasipenataan ruang lintas provinsi.
4. Pemberian bimbingan,supervisi, dan konsultasipelaksanaan penataan ruangterhadap kabupaten/kota.
5. Pendidikan dan pelatihan.
6. Penelitian dan pengembangan.
7. Pengembangan sisteminformasi dan komunikasipenataan ruang provinsi.
8. Penyebarluasan informasipenataan ruang kepadamasyarakat.
9. Pengembangan kesadaran dantanggungjawab masyarakat.
10.Koordinasi dan fasilitasipenataan ruang lintaskabupaten/kota.
4. —
5. Pendidikan dan pelatihan.
6. Penelitian dan pengembangan.
7. Pengembangan sistem informasidan komunikasi penataan ruangkabupaten/kota.
8. Penyebarluasan informasipenataan ruang kepadamasyarakat.
9. Pengembangan kesadaran dantanggungjawab masyarakat.
10. —
- 161 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAHPROVINSI
PEMERINTAHAN DAERAHKABUPATEN/KOTA
11. Pembinaan penataan ruanguntuk lintas provinsi.
11.Pembinaan penataan ruanguntuk lintas kabupaten/kota.
11. —
3. Pembangunan a. Perencanaan Tata Ruang
1. Penyusunan dan penetapanRencana Tata Ruang WilayahNasional (RTRWN).
2. Penyusunan dan penetapanRencana Tata Ruang KawasanStrategis Nasional.
3. Penetapan rencana detail tataruang untuk RTRWN
b. Pemanfaatan Ruang
1. Penyusunan program dananggaran nasional di bidangpenataan ruang, serta fasilitasidan koordinasi antar provinsi.
1. Penyusunan dan penetapanRencana Tata Ruang WilayahProvinsi (RTRWP).
2. Penyusunan dan penetapanRencana Tata Ruang KawasanStrategis Provinsi.
3. Penetapan rencana detail tataruang untuk RTRWP.
1. Penyusunan program dananggaran provinsi di bidangpenataan ruang , sertafasilitasi dan koordinasi antarkabupaten/kota.
1. Penyusunan dan penetapanRencana Tata Ruang WilayahKabupaten/Kota (RTRWK).
2. Penyusunan dan penetapanRencana Tata Ruang KawasanStrategis kabupaten/kota.
3. Penetapan rencana detail tataruang untuk RTRWK.
1. Penyusunan program dananggaran kabupaten/kota dibidang penataan ruang.
- 162 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAHPROVINSI
PEMERINTAHAN DAERAHKABUPATEN/KOTA
2. Pemanfaatan kawasan strategisnasional.
3. —
4. Pemanfaatan kawasan andalansebagai bagian dari RTRWN
5. Pemanfaatan investasi dikawasan andalan dan kawasanstrategis nasional serta kawasanlintas provinsi bekerjasamadengan pemerintah daerah,masyarakat dan dunia usaha.
6. Pemanfaatan SPM di bidangpenataan ruang.
2. Pemanfaatan kawasanstrategis provinsi.
3. —
4. Pemanfaatan kawasanandalan sebagai bagian dariRTRWP.
5. Pemanfaatan investasi dikawasan strategis provinsidan kawasan lintaskabupaten/kota bekerjasamadengan pemerintah daerah,masyarakat dan dunia usaha.
6. Pemanfaatan SPM di bidangpenataan ruang.
2. Pemanfaatan kawasan strategiskabupaten/kota.
3. Pemanfaatan NSPK bidangpenataan ruang.
4. Pemanfaatan kawasan andalansebagai bagian dari RTRWK.
5. Pemanfaatan investasi dikawasan strategiskabupaten/kota dan kawasanlintas kabupaten/kotabekerjasama dengan pemerintahdaerah, masyarakat dan duniausaha.
6. Pemanfaatan SPM di bidangpenataan ruang.
- 163 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAHPROVINSI
PEMERINTAHAN DAERAHKABUPATEN/KOTA
7. Penyusunan neracapenatagunaan tanah, neracapenatagunaan sumber daya air,neraca penatagunaan udara,neraca penatagunaansumberdaya alam lainnya.
8. Perumusan kebijakan strategisoperasionalisasi RTRWN danRencana Tata Ruang KawasanStrategis Nasional.
9. Perumusan program sektoraldalam rangka perwujudanstruktur dan pola pemanfaatanruang wilayah nasional dankawasan strategis nasional.
7. —
8. Perumusan kebijakanstrategis operasionalisasiRTRWP dan Rencana TataRuang Kawasan StrategisProvinsi.
9. Perumusan program sektoraldalam rangka perwujudanstruktur dan polapemanfaatan ruang wilayahprovinsi dan kawasanstrategis provinsi.
7. —
8. Perumusan kebijakan strategisoperasionalisasi RTRWK danRencana Tata Ruang KawasanStrategis kabupaten/kota.
9. Perumusan program sektoraldalam rangka perwujudanstruktur dan pola pemanfaatanruang wilayah kabupaten/kotadan kawasan strategiskabupaten/kota.
- 164 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAHPROVINSI
PEMERINTAHAN DAERAHKABUPATEN/KOTA
10. Pelaksanaan pembangunansesuai program pemanfaatanruang wilayah nasional dankawasan strategis nasional.
c. Pengendalian PemanfaatanRuang.
1. Pengendalian pemanfaatanruang wilayah nasional termasuklintas provinsi.
2. Pengendalian pemanfaatanruang kawasan strategisnasional.
3. Penyusunan peraturan zonasisebagai pedoman pengendalianpemanfaatan ruang nasional.
10.Pelaksanaan pembangunansesuai program pemanfaatanruang wilayah provinsi dankawasan strategis provinsi.
1. Pengendalian pemanfaatanruang wilayah provinsitermasuk lintas lintaskabupaten/kota.
2. Pengendalian pemanfaatanruang kawasan strategisprovinsi.
3. Penyusunan peraturan zonasisebagai pedomanpengendalian pemanfaatanruang provinsi.
10.Pelaksanaan pembangunansesuai program pemanfaatanruang wilayah kabupaten/kotadan kawasan strategiskabupaten/kota.
1. Pengendalian pemanfaatanruang wilayah kabupaten/kota.
2. Pengendalian pemanfaatanruang kawasan strategiskabupaten/kota.
3. Penyusunan peraturan zonasisebagai pedoman pengendalianpemanfaatan ruangkabupaten/kota.
- 165 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAHPROVINSI
PEMERINTAHAN DAERAHKABUPATEN/KOTA
4. Pemberian izin pemanfaatanruang yang sesuai denganRTRWN.
5. Pembatalan izin pemanfaatanruang yang tidak sesuai denganRTRWN.
6. Pengambilalihan kewenanganpemerintah provinsi dalam halpemerintah provinsi tidak dapatmemenuhi SPM di bidangpenataan ruang.
7. Pemberian pertimbangan ataupenyelesaian permasalahanpenataan ruang yang tidak dapatdiselesaikan pada tingkatprovinsi.
4. Pemberian izin pemanfaatanruang yang sesuai denganRTRWP.
5. Pembatalan izin pemanfaatanruang yang tidak sesuaidengan RTRWP.
6. Pengambilalihan kewenanganpemerintah kabupaten/kotadalam hal pemerintahkabupaten/kota tidak dapatmemenuhi SPM di bidangpenataan ruang.
7. Pemberian pertimbangan ataupenyelesaian permasalahanpenataan ruang yang tidakdapat diselesaikan padatingkat kabupaten/kota.
4. Pemberian izin pemanfaatanruang yang sesuai denganRTRWK.
5. Pembatalan izin pemanfaatanruang yang tidak sesuai denganRTRWK.
6. —
7. —
- 166 -
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAHPROVINSI
PEMERINTAHAN DAERAHKABUPATEN/KOTA
8. Fasilitasi penyelesaianperselisihan dalam pelaksanaanpenataan antara provinsi dengankabupaten/kota.
9. —
8. Fasilitasi penyelesaianperselisihan dalampelaksanaan penataan antarkabupaten/kota.
9. Pembentukan lembaga yangbertugas melaksanakanpengendalian pemanfaatanruang tingkat provinsi.
8. —
9. Pembentukan lembaga yangbertugas melaksanakanpengendalian pemanfaatanruang tingkat kabupaten/kota.
4. Pengawasan 1. Pengawasan terhadappelaksanaan penataan ruang diwilayah nasional.
2. Pengawasan terhadappelaksanaan penataan ruang diwilayah provinsi.
3. Pengawasan terhadappelaksanaan penataan ruang diwilayah kabupaten/kota.
1. Pengawasan terhadappelaksanaan penataan ruangdi wilayah provinsi.
2. Pengawasan terhadappelaksanaan penataan ruangdi wilayah .
3. —
1. Pengawasan terhadappelaksanaan penataan ruang diwilayah kabupaten/kota.
2. —
3. —