PP. Miftahul Mubtadiin Nganjuk Memanfaatkan “Kotoran ... · ampas tahu adalah makanan yang...

2
27 MPA 307 / April 2012 Pengin memanfaatkan sampah dan kotoran yang ada di lingkungan pondok? PP. Miftahul Mubtadiin Krempyang Tanjunganom Nganjuk punya kiat yang memikat. Di pe- santren ini, tak ada sampah yang dibiarkan berserakan sia-sia. Bahkan kotoran apa saja bisa diolah untuk jadi sesuatu yang bermanfaat. Barang-barang yang terbuang dan tak berguna, dapat diberdayagu- nakan sehingga memiliki nilai guna. Mulai dari tumpukan barang bekas, sam- pah, sisa-sisa makanan, limbah tahu, kotoran sapi, bahkan kini sedang diupa- yakan pula untuk memanfaatkan ko- toran manusia. Di ponpes yang lebih dikenal dengan nama Pondok Krempyang ini, telah mempunyai usaha penggemuk- an sapi. Awalnya hanya beberapa ekor saja. Seiring berjalannya waktu, usaha tersebut kian berkembang. Sapi yang awalnya hanya 4 ekor, berkembangbiak hingga menjadi puluhan ekor. Disamping dikelola pondok sendiri, ada juga yang dikelola masyarakat sekitar – yang juga alumni dari Pondok Krempyang. “Ini juga sebagai sarana si- laturrahmi dengan para alumni,” tutur KH. Hamam Ghozali dengan ceria. Dari usaha pengge- mukan sapi tersebut, ungkap penga- suh ponpes putri Miftahul Mubta- diin ini, tidak hanya termanfaatkan dagingnya saja. Limbah yang dihasil- kan oleh sapi juga dimanfaatkan men- jadi pupuk, untuk menyuburkan la- han pertanian dan perkebunan. Di belakang area pondok, memang ter- dapat lahan perkebunan dan perta- nian seluas 2-3 hektar. Lahan ini ditanami padi dan sayur mayur. Di samping hasilnya dijual keluar, juga untuk kebutuhan para santri. “Jerami dari persawahan itu pun juga diper- gunakan untuk makanan sapi,” tukas pria kelahiran Nganjuk 2 April 1959 ini. Daerah sekitar pondok pesan- tren yang dirintis KH. Moh. Ghozali Manan ini, memang sangat potensial untuk pengembangan peternakan. Untuk menunjang pengembangan peternakan tersebut, tercetus ide membuat usaha pembuatan tahu. Di- pilihnya usaha ini, karena sapi mem- butuhkan makanan tambahan. Dan ampas tahu adalah makanan yang pal- ing cocok. Namun kebutuhan kedelai sebagai bahan utamanya, masih bermitra dengan pengusaha kedelai. Sebab kedelai terbaik yang cocok untuk pembuatan tahu, masih tak bisa diwakili oleh kedelai lokal. Area pembuatan tahu pun didesain bersandingan dengan area peternakan dan pertanian. Dengan begitu am- pas tahu bisa langsung di- berikan kepada sapi dan ko- toran sapinya bisa lang- sung dijadikan pupuk. “Ti- ap harinya ada beberapa santri yang bertugas meng- urus usaha tersebut. Pada setiap unit usaha di pondok ini memang sudah ada manajernya sendiri-sendiri,” urai putra kelima KH. Moh. Ghozali Ma- PP. Miftahul Mubtadiin Nganjuk Memanfaatkan “Kotoran Santri” untuk Biogas? KH. Moh. Ghozali Manan Halaqah - Mengkaji kitab di pagi hari sebelum ke madrasah Produksi Tahu - Ampasnya menunjang penggemukan sapi Garda depan -Pintu masuk menuju ponpes Miftahul Mubtadiin

Transcript of PP. Miftahul Mubtadiin Nganjuk Memanfaatkan “Kotoran ... · ampas tahu adalah makanan yang...

27MPA 307 / April 2012

Pengin memanfaatkan sampahdan kotoran yang ada di lingkunganpondok? PP. Miftahul MubtadiinKrempyang Tanjunganom Nganjukpunya kiat yang memikat. Di pe-santren ini, tak ada sampah yangdibiarkan berserakan sia-sia. Bahkankotoran apa saja bisa diolah untukjadi sesuatu yang bermanfaat.

Barang-barang yang terbuangdan tak berguna, dapat diberdayagu-nakan sehingga memiliki nilai guna.Mulai dari tumpukan barang bekas, sam-pah, sisa-sisa makanan, limbah tahu,kotoran sapi, bahkan kini sedang diupa-yakan pula untuk memanfaatkan ko-toran manusia.

Di ponpes yang lebih dikenaldengan nama Pondok Krempyang ini,telah mempunyai usaha penggemuk-an sapi. Awalnya hanyabeberapa ekor saja. Seiringberjalannya waktu, usahatersebut kian berkembang.Sapi yang awalnya hanya4 ekor, berkembangbiakhingga menjadi puluhanekor. Disamping dikelolapondok sendiri, ada jugayang dikelola masyarakatsekitar – yang juga alumnidari Pondok Krempyang.“Ini juga sebagai sarana si-laturrahmi dengan paraalumni,” tutur KH. HamamGhozali dengan ceria.

Dari usaha pengge-mukan sapi tersebut, ungkap penga-suh ponpes putri Miftahul Mubta-diin ini, tidak hanya termanfaatkandagingnya saja. Limbah yang dihasil-

kan oleh sapi juga dimanfaatkan men-jadi pupuk, untuk menyuburkan la-han pertanian dan perkebunan. Dibelakang area pondok, memang ter-

dapat lahan perkebunan dan perta-nian seluas 2-3 hektar. Lahan iniditanami padi dan sayur mayur. Disamping hasilnya dijual keluar, jugauntuk kebutuhan para santri. “Jeramidari persawahan itu pun juga diper-gunakan untuk makanan sapi,” tukaspria kelahiran Nganjuk 2 April 1959ini.

Daerah sekitar pondok pesan-tren yang dirintis KH. Moh. GhozaliManan ini, memang sangat potensialuntuk pengembangan peternakan.Untuk menunjang pengembanganpeternakan tersebut, tercetus idemembuat usaha pembuatan tahu. Di-pilihnya usaha ini, karena sapi mem-butuhkan makanan tambahan. Danampas tahu adalah makanan yang pal-ing cocok. Namun kebutuhan kedelai

sebagai bahan utamanya,masih bermitra denganpengusaha kedelai. Sebabkedelai terbaik yang cocokuntuk pembuatan tahu,masih tak bisa diwakili olehkedelai lokal.

Area pembuatan tahupun didesain bersandingandengan area peternakan danpertanian. Dengan begitu am-pas tahu bisa langsung di-berikan kepada sapi dan ko-toran sapinya bisa lang-sung dijadikan pupuk. “Ti-ap harinya ada beberapasantri yang bertugas meng-

urus usaha tersebut. Pada setiap unitusaha di pondok ini memang sudahada manajernya sendiri-sendiri,” uraiputra kelima KH. Moh. Ghozali Ma-

PP. Miftahul Mubtadiin Nganjuk

Memanfaatkan “Kotoran Santri” untuk Biogas?

KH. Moh. Ghozali Manan

Halaqah - Mengkaji kitab di pagi hari sebelum ke madrasah Produksi Tahu - Ampasnya menunjang penggemukan sapi

Garda depan -Pintu masuk menuju ponpes Miftahul Mubtadiin

28 MPA 307 / April 2012

nan yang juga WakilKetua Yayasan IslamAl Ghozali ini.

Pesantren yangmemiliki santri sekitar2.700-an ini, juga mem-buat program subsidisilang. Sehingga bagisantri yang berangkatdari rumah dengan tan-pa bekal, bisa diber-dayakan dengan meli-batkannya pada usaha-usaha milik pondok.Tapi sebagian santri taksedikit yang mempu-nyai keinginan untukmandiri. Sebagian lagibahkan ada yang me-mang punya niatan untuk memperda-lam salah satu usaha tersebut. Jaditak heran kalau banyak alumni meng-geluti bidang yang sama dengan al-mamaternya tersebut.

Yang paling menarik dilakukanponpes yang berdiri tahun 1940-anini, adalah upaya pemanfaatan sam-pah. Baik yang berupa sisa makan-an, plastik, kertas, ataupun juga de-daunan yang dihasilkan dari aktivitasdi pesantren. Semuanya telah berhasildifunngsikannya dengan baik. Untuksampah sisa makanan, biasanya di-sisihkan tersendiri. Tiap harinya be-berapa ember sisa makanan diangkutdan dijadikan makanan siap saji bagibebek-bebek yang ada di kandangbelakang ponpes.

Sedangkan sampah plastik, ker-tas dan dedaunan dimanfaatkan un-tuk bahan bakar kompor. Sampah-

sampah jenis ini dijemur dan dikering-kan. Kemudian sampah-sampah ter-sebut dimasukkan ke lubang komporyang memang sudah didesain secarakhusus. Setiap harinya, tak kurangdari satu kwintal beras dimasak de-ngan kompor berbahan bakar sampahini. “Sampai-sampai.. karena sampahyang ada di pondok habis tak tersisa,kami mengimpor sampah dari pabrikkertas,” tukas adik KH. Moh. Ridl-wan Syaibani (pengasuh pondokMiftahul Mubtadiin putra) ini sambiltertawa lirih.

Yang juga sedang dicanangkan,adalah usaha di bidang pengolahansampah organik. Ini mengingat kegi-atan di dapur umum setiap harinyaselalu berkaitan dengan sampah-sam-pah organik – semisal sayur. Sayur-sayur tersebut bisa dimanfaatkanuntuk bahan-bahan pupuk organik.

Tapi karena masih a-danya kendala, hinggakini hal itu belum bisadiwujudkan. “Mungkinada Pemda atau Ke-menag yang memberikanstimulan untuk itu,” tukassuami Hj. Siti Jamilatun inidengan senyum dikulum.

Pondok pesantrenyang berada di naunganLIGA (Lembaga Islamal-Ghazali) ini, kini te-ngah mengembangkanenergi alternatif biogas.Bahan dasarnya deng-an cara memanfaatkanlimbah kotoran 10 MCK.Bak penampungan su-dah dibangun di area

belakang ponpes putri. “Kamimemang sudah melakukan ujicobapemanfaatan biogas dari kotoransantri. Tapi karena masih dalam tahappengujian, hasil dari biogas ini belumbisa dimanfaatkan,” kilah ayah 4 anakini menuturkan.

Pondok yang ideal, kata lelakiyang lebih karib disapa Gus Hamamini, adalah pondok yang mandiri. Di-samping berkembang muridnya, jugaberkembang ekonominya. Sebab ka-lau hanya mengandalkan iuran muridsaja, perkembangannya akan sangatlamban. Dan yang terpenting dari itusemua, adalah menata akhlak parasantri. “Kita merasa tak puas jika anakitu pintar saja tapi tidak berakhlakulkarimah. Sebab santri harus pintar danberakhlakul karimah,” tegas Kiai yangpernah belajar di Makkah Saudi Arabiaini menandaskan. Syam/TM

Pertanian - Limbah dari peternakanpun termanfaatkan di pertanian

Penggemukan Sapi - Bermula beberapa ekor, jadi puluhan Bahan Bakar Sampah - Kekurangan, import dari tempat lain