PP-9A

11
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hak semua orang, namun di Indonesia banyak ditemukan masalah – masalah yang meliputi pembangunan pendidikan nasional. Pertama, pendidikan untuk semua (education for all) masih merupakan hal baru bagi sebagian besar pembangunan Indonesia sehingga perlu diupayakan agar semua pihak mempunyai persepsi yang sama dan segera disosialisasikan secara luas kepada pemerintah daerah peserta stakeholder-nya untuk mendapat dukungan dan partisipasi sepenuhnya dari masyarakat. Kedua, masih lemahnya koordinasi mulai tingkat perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian education for all baik ditingkat pusat maupun daerah, sehingga pelaksanaan dan hasil yang dicapai masih belum maksimal. Ketiga, dasar – dasar tentang Education for All belum tertata dengan baik sehingga belum sepenuhnya dapat dipergunakan sebagai acuan bersama menyusun kerangka aksi nasional (National Action Plan) yang baik. Di samping masalah dia atas, tantangan yang kita hadapi adalah masih tingginya penduduk buta aksara usia 10 tahun ke atas yang tercattat sekitar 16 juta orang, anak usia 7 – 15 tahun atau usia wajar yang tidak sekolah tercatat 5,5 juta anak, pengangguran usia produktiv tercatat 3,9 juta orang, anak usia dini 4 – 6 tahun yang tidak terlayani melalui satuan pendidikan pra sekolah tercatat 10,1 juta (82,6%), dan penduduk miskin tercatat 37,5 juta orang. Data ini menunjukkan rendahnya Human Development Index atau Indeks Pembangunan Manusia Indonesia yang pada tahun 2000 baru mencapai peringkat 109 dari negara yang diteliti. Berdasarkan data di atas perlunya penerapan dan pemahaman konsep mengenai pendidikan untuk semua (Education For All). Pengantar Pendidikan Page 1

description

pengantar pendidikan

Transcript of PP-9A

Page 1: PP-9A

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPendidikan merupakan hak semua orang, namun di Indonesia banyak

ditemukan masalah – masalah yang meliputi pembangunan pendidikan nasional. Pertama, pendidikan untuk semua (education for all) masih merupakan hal baru bagi sebagian besar pembangunan Indonesia sehingga perlu diupayakan agar semua pihak mempunyai persepsi yang sama dan segera disosialisasikan secara luas kepada pemerintah daerah peserta stakeholder-nya untuk mendapat dukungan dan partisipasi sepenuhnya dari masyarakat. Kedua, masih lemahnya koordinasi mulai tingkat perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian education for all baik ditingkat pusat maupun daerah, sehingga pelaksanaan dan hasil yang dicapai masih belum maksimal. Ketiga, dasar – dasar tentang Education for All belum tertata dengan baik sehingga belum sepenuhnya dapat dipergunakan sebagai acuan bersama menyusun kerangka aksi nasional (National Action Plan) yang baik.

Di samping masalah dia atas, tantangan yang kita hadapi adalah masih tingginya penduduk buta aksara usia 10 tahun ke atas yang tercattat sekitar 16 juta orang, anak usia 7 – 15 tahun atau usia wajar yang tidak sekolah tercatat 5,5 juta anak, pengangguran usia produktiv tercatat 3,9 juta orang, anak usia dini 4 – 6 tahun yang tidak terlayani melalui satuan pendidikan pra sekolah tercatat 10,1 juta (82,6%), dan penduduk miskin tercatat 37,5 juta orang. Data ini menunjukkan rendahnya Human Development Index atau Indeks Pembangunan Manusia Indonesia yang pada tahun 2000 baru mencapai peringkat 109 dari negara yang diteliti.

Berdasarkan data di atas perlunya penerapan dan pemahaman konsep mengenai pendidikan untuk semua (Education For All).

Pengantar Pendidikan Page 1

Page 2: PP-9A

BAB 2PEMBAHASAN

2.1 Deklarasi Pendidikan Untuk Semua (Education For All)Pendidikan untuk semua (PUS) atau Education For All yang

diperkenalkan oleh UNESCO, di Bangkok, dengan nama “ Asia Pasific Programme for Education for All” (APPEAL) telah berkembang dengan pesat dan telah menjadi program pendidikan yang sangat penting. The World Summit on Education for All di Jontien tahun 1990 telah menghasilkan deklarasi dunia tentang pendidikan untuk semua. Antara lain memuat pasal – pasal tentang memenuhi kebutuhan belajar dasar, pembentukan visi yang diperluas meliputi kesempatan belajar semesta (universal) dan pengembangan kesamaan (pemerataan dan persamaan), pemusatan pada pembelajaran, perluasan alat dan lingkup pendidikan dasar, pengembangan lingkungan untuk belajar dan penguatan kemitraan.

Bersama itu dihasilkan pula kerangka kerja untuk memenuhi kebutuhan belajar dasar sebagai pedoman untuk melaksanakan deklarasi dunia tentang Education for All. Tujuan akhir yang ditegaskan oleh deklarasi dunia tentang Education For All di Jontien adalah memenuhi kebutuhan belajar dasar anak – anak, pemuda, dan orang dewasa. Bahkan World Education Forum yang diselenggarakan di Dakar, Senegal, pada tanggal 26 -28 April 2000, telah mengesahkan dan menerima sebagai kerangka program aksi untuk diterjemahkan oleh masing – masing negara. Program aksi Dakar tersebut merupakan komitmen bersama yang memuat 6 tujuan Pendidikan untuk Semua (Education for All ), yang berisi :1. Memperluas dan meningkatkan perawatan anak usia dini yang

komprehensif dan pendidikan, terutama bagi yang paling rentan dan anak-anak yang kurang beruntung.

2. Memastikan bahwa pada 2015 semua anak, khususnya anak perempuan, yang dalam keadaan sulit, dan mereka yang termasuk etnik minoritas, memiliki akses lengkap dan bebas ke pendidikan dasar wajib yang berkualitas baik.

3. Memastikan bahwa kebutuhan belajar semua pemuda dan dewasa dipenuhi melalui akses yang adil untuk pembelajaran yang tepat dan program ketrampilan hidup.

4. Mencapai 50% peningkatan dalam keaksaraan orang dewasa pada tahun 2015, khususnya bagi perempuan, dan akses ke pendidikan dasar dan pendidikan berkelanjutan bagi semua orang dewasa secara adil.

5. Menghilangkan perbedaan gender pada pendidikan dasar dan menengah pada tahun 2005, dan mencapai kesetaraan gender dalam pendidikan dengan tahun 2015, dengan fokus pada perempuan bahwa mereka dipastikan mendapat akses penuh dan sama ke dalam pendidikan dasar dengan kualitas yang baik.

Pengantar Pendidikan Page 2

Page 3: PP-9A

6. Meningkatkan semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin keunggulan semua sehingga diakui dan diukur hasil pembelajaran yang dicapai oleh semua, khususnya dalam keaksaraan, berhitung dan kecakapan hidup yang esensial.

2.2 Kegiatan Penunjang Pendidikan Untuk Semuaa. Global Coordination (Koordinasi Global)

Pada tingkat global, regional dan tingkat nasional, UNESCO memperdalam kemitraan dan aliansi, membangun konsensus dan menyelaraskan mitra kontribusi dan partisipasi. Mitra PUS dalam upaya terkoordinasi ini termasuk pemerintah, organisasi internasional, donor bilateral dan multilateral, masyarakat sipil dan sektor swasta.

b. The High-Level Group (Perkumpulan Tingkat Tinggi )Diselenggarakan setiap tahun oleh Direktur Jenderal UNESCO,

dengan diikuti oleh sekitar tiga puluh Menteri Pendidikan dan Kerjasama Internasional, kepala badan-badan pembangunan dan perwakilan dari masyarakat sipil maupun sektor swasta. Perannya adalah untuk mempertahankan dan mempercepat momentum politik yang diciptakan pada Forum Pendidikan Dunia dan berfungsi sebagai tuas untuk mobilisasi sumberdaya.

c. The Working Group on Education for All (Kelompok Kerja PUS)Kelompok Kerja Pendidikan Untuk Semua memberikan bimbingan

teknis dan mempromosikan pertukaran informasi antara semua mitra dalam Pendidikan Untuk Semua. Kelompok ini terdiri dari wakil-wakil dari semua pemangku kepentingan kunci PUS.

d. The Global Action Plan (Rencana Aksi Global)Rencana Aksi Global adalah strategi global yang dikembangkan

untuk memperbaiki koordinasi tingkat negara yang menuju Pendidikan Untuk Semua. Rencana ini bertujuan untuk menjelaskan peran dari lima lembaga internasional menjadi ujung tombak gerakan EFA global (UNDP, UNESCO, UNFPA, UNICEF dan Bank Dunia) dan memastikan mereka terkoordinasi pada aksi bersama di tingkat global. Pada akhirnya, hal itu bertujuan untuk mencapai lebih baik dan lebih bertarget di lapangan maupun di tingkat negara.

e. The EFA Global Monitoring Report (Laporan Pengawasan Global PUS)Laporan Pengawasan Global tahunan adalah laporan mengenai

kemajuan negara-negara dan lembaga membuat arah tujuan PUS dengan cara menyediakan data terbaru yang tersedia bersama dengan analisis mendalam. Laporan ini mencakup Indeks Pembangunan PUS yang mengukur sejauh mana pertemuan negara-negara tujuan PUS khususnya di pendidikan dasar, keaksaraan dewasa, paritas gender dan kualitas.

f. EFA Global Action Week (Minggu Aksi Global PUS)

Pengantar Pendidikan Page 3

Page 4: PP-9A

   Sebuah kampanye advokasi di seluruh dunia yang diselenggarakan setiap tahun pada akhir April untuk merayakan ulang tahun Forum Pendidikan Dunia yang diselenggarakan pada tahun 2000 di Dakar. Ini bertujuan untuk memobilisasi pemerintah dan masyarakat internasional untuk memenuhi janji mereka untuk mencapai Pendidikan Untuk Semua pada tahun 2015.

2.3 Pendidikan Untuk Semua di IndonesiaSetiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk memperoleh

pendidikan yang sama, layak dan bermutu, yang tertuang dalam UU sistem pendidikan nasional No 20/2003 pasal 5, yaitu :1. Setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh

pendidikan yang bermutu.2. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,

intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.3. Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat

adat yang tepencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.4. Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa

berhak memperoleh pendidikan khusus.5. Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan

pendidikan sepanjang hayat.

Untuk mewujudkan keenam komitmen kesepakatan UNESCO, dalam konteks Education for All di Indonesia pemerintah telah menetapkan arah kebijakan di bidang pembangunan pendidikan melalui berbagai strategi :

1. Perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dengan prioritas utama penuntasan pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan pendidikan bagi anak usia dini.

2. Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan dari lokal – nasional menjadi mutu pendidikan taraf internasional sehingga SDM kita akan mampu bersaing secara internasional peningkatan mutu pendidikan dilaksanakan dengan penyempurnaan kurikulum, pengembangan standar kemampuan dasar, memulai penilaian internasional (benchmark) kemampuan akademik dan profesional serta peningkatan kesejahteraan tenaga pendidikan sehingga mampu melaksanakan tugas secara optimal.

3. Mengembangkan standardisasi, akreditasi, dan sertifikasi lulusan menengah kejuruan dan kursus terutama modal keterampilan yang banyak dibutuhkan oleh dunia pendidikan dengan dunia usaha dan industri.

4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam rangka melaksankan demokratisasi pendidikan dan pola tunggal pembinaan seolah baik negri maupun swasta, pemberdayaan sekolah swasta sebagai mitra pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan.

Pengantar Pendidikan Page 4

Page 5: PP-9A

5. Melakukan pembaruan organisasi dan manajemen pendidikan dalam rangka efisiensi, afektivitas, dan otonomi pengelolaan pendidikan baik di pusat maupun daerah seperti pengembangan pola pengelolaan manajemen berbasis sekolah, (school – based management) dan pendidikan berbasis masyarakat (coummunity – based education).

6. Pembaruan pendidikan nasional berdasarkan prinsip demokrasi, otonomi, dan keadilan dalam rangka pemerataan, peningkatan mutu, relevansi, efisiensi, dan efektifitas pengelolaan pendidikan, dan agar seuai dengan tantangan global dan keanekaragaman aspirasi daerah. Ruang lingkup reformasi pendidikan meliputi perubahan pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.

Selain itu, pelaksanaan otonomi daerah harus dijaga benar – benar jangan sampai mengorbankan kepentingan nasional. Otonomi daerah jangan sampai menjadi bumerang bagi keutuhan negara kesatuan republik Indonesia. Oleh karena itu, pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah dan antar daerrah seperti yang dimaksud dalam penjelasan undang – undang nomor 22 tahun 1999. Dengan demikian, peran masyarakat menjadi sangat penting terutama untuk lebih meningkatkan akuntabilitas layanan kepada masyarakat.

Untuk mencapai tujuan Pendidikan Untuk Semua, pemerintah Indonesia dibantu oleh UNICEF dan UNESCO melakukan kegiatan-kegiatan antara lain:1. Sistem Informasi Pendidikan Berbasis Masyarakat

UNICEF mendukung langkah-langkah pemerintah Indonesia untuk meningkatkan akses pendidikan dasar melalui Sistem Informasi Pendidikan Berbasis Masyarakat. Sistem ini memungkinkan penelusuran semua anak usia di bawah 18 tahun yang tidak bersekolah.

2. Program Wajib Belajar 9 tahunDalam upayanya mencapai tujuan “Pendidikan untuk Semua” pada

2015, pemerintah Indonesia saat ini menekankan pelaksanaan program wajib belajar sembilan tahun bagi seluruh anak Indonesia usia 6 sampai 15 tahun. Dalam hal ini, UNICEF dan UNESCO memberi dukungan teknis dan dana.

3. Program Menciptakan Masyarakat Peduli Pendidikan Anak (CLCC).Bersama dengan pemerintah daerah, masyarakat dan anak-anak di

delapan propinsi di Indonesia, UNICEF mendukung program Menciptakan Masyarakat Peduli Pendidikan Anak (CLCC). Proyek ini berkembang pesat dari 1.326  sekolah pada 2004 menjadi 1.496 pada 2005. Kondisi ini membantu 45.454 guru dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih menantang bagi sekitar 275.078 siswa.

Pengantar Pendidikan Page 5

Page 6: PP-9A

Satu hal lagi perlu diingat adalah penuntasan pemberantasan buta aksara. Memang upaya pemberantasan buta aksara dewasa ini kurang populer. Sejak kemerdekaan usaha penuntasan buta huruf sudah dilakukan. Namun perlu disadari bahwa masih banyak masyarakat kita yanng buta aksara sehingga menyebabkan kualitas SDM kita rendah. Masyarakat buta aksara pada umumnya miskin dan kurang menarik perhatian kepada pendidikan anak – anaknya sehingga merekapun putus sekolah. Mereka juga sulit menerima informasi pembangunan, sulit dibawa ke arah pembaruan, dan apalagi pengembangan.

2.4 Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Untuk SemuaFaktor pendukung terselenggaranya pendidikan untuk semua :1. Peraturan perundang-undangan yang tertuang dalam UUD 1945 pasal

31 dan UUSPN No 20/2003 pasal 5, dimana tertulis bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan pemerintah wajib membiayainya.

2. Dukungan dunia Internasional (dukungan semua bangsa).3. Semangat masyarakat untuk ,menunjukkan sektor pendidikan.

Faktor penghambat dari pendidikan untuk semua :1. Keterbatasan biaya2. Sebagian masyarakat belum memahami pentingnya pendidikan bagi

hidup dan kehidupan.3. Kemauan melanjutkan pendidikan tergolong masih rendah.4. Keterbatasan fasilitas.

BAB 3PENUTUP

3.1 KesimpulanDeklarasi dunia tentang pendidikan untuk semua dilahirkan di The World

Summit on Education for All di Jontien tahun 1990 meliputi kesempatan belajar semesta (universal) dan pengembangan kesamaan (pemerataan dan persamaan), pemusatan pada pembelajaran, perluasan alat dan lingkup pendidikan dasar, pengembangan lingkungan untuk belajar dan penguatan kemitraan.

Kegiatan penunjang yang mendukung Pendidikan Untuk Semua antara lain Global Coordination (Koordinasi Global), The High-Level Group (Perkumpulan Tingkat Tinggi ), The Working Group on Education for All (Kelompok Kerja PUS), The Global Action Plan (Rencana Aksi Global), the EFA Global Monitoring, Report (Laporan Pengawasan Global PUS), EFA Global Action Week (Minggu Aksi Global PUS)

Pengantar Pendidikan Page 6

Page 7: PP-9A

DAFTAR PUSTAKA

Malik, Fadjar. 2005. Holistika Pemikiran Pendidikan. Jakarta : PT RAJA GRAFINDO PERSADA.

Sutirna. 2013. Bimbingan dan Konseling Pendidikan Formal, Non Formal dan Informal. Yogyakarta : CV ANDI OFFSET

Education For All. http://moshimoshi.netne.net/materi/efa.htm, diakses tanggal 27 September 2013

Pendidikan Dasar Untuk Semua. http://www.unicef.org/indonesia/id/education.html, diakses tanggal 27 September 2013

Pengantar Pendidikan Page 7