POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

278
POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA Religiusitas, Rekognisi dan Pelayanan Keagamaan Editor Raudatul Ulum Litbangdiklat Press Tahun 2019

Transcript of POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

Page 1: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA

Religiusitas, Rekognisi dan Pelayanan Keagamaan

Editor

Raudatul Ulum

Litbangdiklat PressTahun 2019

Page 2: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

ii

POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA

Religiusitas, Rekognisi dan Pelayanan Keagamaan

Hak cipta dilindungi Undang-undang

All Rights Reserved

Editor: Raudatul Ulum

Penulis:

AHMAD ROSIDI; ANIK FARIDA; ASNAWATI; EDI JUNAEDI;M. TAUFIK HIDAYATULLAH; R. ADANG NOFANDI; RAUDATUL

ULUM;RESLAWATI; WAKHID SUGIYARTO; ZAENAL ABIDIN EKO PUTRO

Desain Cover dan Layout:Fajar Anbya

Diterbitkan oleh:

LITBANGDIKLAT PRESS

JL. M.H. Thamrin No. 6 Lantai 17 Jakarta PusatTelepon: 021-3920688

Fax: 021-3920688Website: balitbangdiklat.kemenag.go.id

Anggota IKAPI No. 545/Anggota Luar Biasa/DKI/2017

Cetakan:

Pertama Oktober 2019

ISBN: 978-602-51270-7-6

Page 3: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

iii

PRAKATA EDITOR

Salam kebajikan, kami bersyukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas selesainya proses perbaikan naskah buku Potret Umat Konghucu di Indonesia. Topik yang cukup unik, meskipun juga bukanlah kajian baru di lingkungan studi keagamaan di Indonesia. Satu hal yang melekat pada Konghucu, selalu identik dengan etnis Tionghoa, baik dalam perspektif budaya maupun praktek keagamaan. Lalu, sejak kapan keberadaan agama Konghucu di Indonesia, bisa saja diasumsikan hadir bersama dengan kedatangan etnis Tionghoa sejak ratusan tahun yang lalu.

Kenapa agama hadir di sepanjang kehidupan manusia, untuk apa juga dipelajari. Tuhan dikenal dalam berbagai bentuk dan nama seiring perkembangan sejarah. Bermacam ragam manusia mengenali Tuhan dan menjadi penganut agama, dengan caranya sendiri, serta acapkali berbuat baik atas namanya. Pada perkembangannya agama hadir turun melalui wahyu dan perenungan manusia sendiri sehingga menjadi tata nilai, untuk mengasah budi dan sisi baik manusia. Agama bagi pemeluk agama Konghucu adalah serangkaian pembelajaran, tidak hanya ketuhanan, etika dan moralitas, spiritualitas dan jalan hidup untuk mencari kesejatian. Mereka sebut dengan watak sejati.

Kilas balik atas jalan suci dan damai itu, disamping memberi inspirasi bagi jalan spiritual dan kedamaian, menyisakan begitu banyak cerita di Indonesia. Hubungan negara dengan agama di negeri ini kerap pasang surut.

Page 4: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

iv

Politik seringkali berkelindan dengan identitas keagamaan. Identitas keberagamaan dapat pula diseret-seret atas ketidaksukaan kepada yang lain. Secara horisontal, pemeluk agama Konghucu tidak mengalami benturan, jika di lain tempat seringkali terjadi kasus gesekan antar penganut agama, seakan api dalam sekam, sewaktu waktu akan tampak pijarnya di permukaan. Namun pemeluk agama Konghucu jarang mengalami intensi konflik secara terbuka dan intimidatif ke arah kekerasan atas nama agama. Pasang surut hubungannya justru terjadi dengan negara, rezim pemerintahan sempat melarang, saat itu segala hal yang berbau China dilarang, dianggap sebagai budaya asing, sehingga berdampak sangat masif terhadap identitas Konghucu. Sampai kemudian dipulihkan pasca reformasi 1998.

Bagi Indonesia, agama adalah hal penting dalam kehidupannya. Banyak hasil riset mengatakan hal tersebut, sehingga urusan apapun tidak bisa dilepaskan dari unsur agama. Sebagai negara, Indonesia memiliki perangkat lengkap untuk menjamin kehidupan warganya. Termasuk pada aspek pelayanan sipil keagamaan. Kepentingan manausia modern terhadapa agama juga masih berkaitan dengan pendidikan agama, perkawinan sampai dengan urusan pemulasaraan jenasah. Isu keagamaan di beberapa negara sekuler dianggap sebagai urusan pribadi, padahal beberapa praktek keagamaan juga akhirnya tidak bisa dilepaskan dari negara. Di Indonesia agama menyatu dengan kehidupan sosial masyarakatnya. Hal yang disebutkan tersebut yang menjadi area pembahasan sepanjang naskah ini ditulis.

Page 5: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

v

Banyak narasi yang dihadirkan di dalam buku ini, mulai dari hal yang kontroversial menyangkut jumlah pemeluk agama Konghucu yang tidak pernah bisa definitif. Begitu juga konflik rumah ibadah dengan penganut agama Buddha. Jumlah penduduk tidak akurat disebabkan karena identitas penganut juga tidak pernah tuntas. Banyak faktor kenapa identitas tidak tuntas, sudut pandang psikologis terhadap dinamika politik Indonesia serta alasan lainnya muncul berdasarkan hasil wawancara. Konghucu menjadi topik menarik di dalam buku ini, di samping kesahihan argumentasi karena diurai dari hasil penelitian, beberapa hal menyangkut kosmologi, religiusitas, etika dan spiritualitas juga menjadi sorotan penting.

Penerbitan hasil penelitian tentang umat Konghucu ini merupakan bentuk kedua setelah sebelumnya dicetak diterbitkan dalam bentuk utuh sebagai laporan penelitian. Memang bukanlah hal mudah dalam hal mengedit naskah ini, karena bekerja dengan menjaga jarak yang cukup dengan naskah aslinya sama dengan membiarkan apa adanya, tetapi jika banyak mengubah memilah memilih khawatir menghilangkan unsur emik dari hasil penelitiannya. Akhirnya jadilah rupa sedemikian ini, susunan sistim penyajiannya dibuat selentur mungkin, meskipun beberapa data masih dihadirkan apa adanya untuk menjaga keaslian dari tulisan para peneliti.

Semoga buku ini dapat memberikan informasi dan bacaan yang baik bagi seluruh pemerhati Konghucu, berguna bagi yang tertarik karena keinginan memahami Konghucu dan pemeluknya saat ini, ataupun karena kepentingan studi

Page 6: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

vi

keagamaan. Sebagai sebuah karya, tulisan dari beberapa orang ini telah berusaha menghadirkan beberapa hal yang dipandang penting dan menjadi perhatian banyak kalangan. Baik, kalangan internal pemeluk Konghucu sendiri, kalangan yang memiliki ikatan tradisi tetapi bukan pemeluk, maupun mereka pembaca di luar umat. Selamat membaca!

Sanzhai

Jakarta, 7 September 2019

Raudatul Ulum Editor

Page 7: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

vii

Daftar Isi

Halaman Sampul ....................................................... i

Prakata Editor ............................................................ iii

Bagian I ....................................................................... 1PendahuluanPOTRET UMAT AGAMA KHONGHUCUDI INDONESIA ........................................................... 1Religiusitas, Rekognisi dan Pelayanan Keagamaan

Bagian II ...................................................................... 22UMAT KHONGHUCU DI BALI .................................. 22Oleh: Reslawati

Bagian III .................................................................... 42UMAT KHONGHUCU SURABAYA............................ 43Oleh: Raudatul Ulum

Bagian IV .................................................................... 72KHONGHUCU DAN PROBLEM IDENTITAS ............. 72DI KEPULAUAN RIAU ............................................... 72Oleh: Edi Junaedi

Bagian V ..................................................................... 80UMAT KHONGHUCU PURWOKERTO ..................... 80Oleh: Zaenal Abidin Eko Putro

Bagian VI .................................................................... 114UMAT KHONGHUCU PANGKAL PINANG ............. 114Oleh: R. Adang Nofandi

Page 8: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

viii

Bagian VII ................................................................... 147UMAT KHONGHUCU KOTA SOLO .......................... 147Oleh: Wakhid Sugiyarto

Bagian VIII ............................................................... 199UMAT KHONGHUCU DI BOGOR ..................... 199Oleh: Achmad Rosidi

Bagian IX .................................................................. 211UMAT KHONGHUCU DI JAKARTA ................. 211Oleh: Taufik Hidayatulllah dan Anik Farida

Bagian X .................................................................... 239UMAT KHONGHUCU SEMARANG .................. 239Oleh: Suhanah dan Asnawati

Daftar Pustaka ......................................................... 249Biodata Penulis ........................................................ 255Indeks ........................................................................ 261SUSUNAN ANGGOTA REVIEWER LITBANGDIKLAT PRESS .................................................. 270

Page 9: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

1

Bagian IPendahuluan

POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCUDI INDONESIA

Religiusitas, Rekognisi dan Pelayanan Keagamaan

Pendahuluan

Tien Shie muncul dalam bentuk agama di beberapa negara seperti Korea, Jepang, Taiwan, Hong Kong dan Tiongkok, setidaknya kultur dan etika negara

tersebut sangat dipengaruhi oleh Kongfusionisme1. Dalam bahasa Tionghoa, agama Khonghucu seringkali disebut sebagai Kongjiao (孔教) atau Rujiao (儒教)2. Di zaman Orde Baru, rezim pemerintahan saat itu melarang segala bentuk aktivitas kebudayaaan dan tradisi Tionghoa di Indonesia3. Hal tersebut menyebabkan banyak pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa tidak memiliki status sebagai pemeluk

1 Kaplan, Robert D. (6 February 2015). “Asia’s Rise Is Rooted in Confucian Values”. Wall Street Journal.

2 Feuthwang, Stephan (2016). Chinese religions”, in Woodhead, Linda; Kawanami, Hiroko; Partridge, Christopher H. (eds.), Religions in the Modern World: Traditions and Transformations (3nd ed.), London: Routledge, pp. 143–172, ISBN 978-1-317-43960-8

3 Produk pembatasan terhadap simbol dan budaya tionghoa setidaknya enam peraturan: 1) Inpres 14/76 tentang larangan kegiatan keagamaan, adat dan kebudayaan tionghoa; 2) SE 60/Preskab/6/67 pengubahan nama tionghoa ke Indonesia; 3) SK Mendag Kop 286/78 pelarangan impor, penjualan dan penjualan berbahasa Cina; 4) SE Mendagkop 02/SE/Ditjen/PPG/K/1988, melarang penggunaan aksara di muka umum; 5) Permen Perumahan 455.2-360/1988 larangan mengembangkan Kelenteng; 6) Kepres 56/96 tentang penghapusan persyaratan SBKRI.

Page 10: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

2

agama yang dilayani oleh negara dalam melaksanakan aktifitas keagamaan dan kebutuhan layanan sipil lainnya, seperti pemeluk lima agama lainnya.

Kondisi tersebut memunculkan opini negara hanya mengakui lima agama saja dan mengabaikan keberadaan yang lain. Pada masa yang sama represi terhadap komunisme yang dianggap memiliki sisi lain atheisme, mengakibatkan pemeluk kepercayaan mencantumkan satu dari lima agama yang ada, maka menyasar juga terhadap pemeluk Khonghucu unyuk memilih antara agama Buddha, Islam, Katolik, atau Kristen. Hanya sebagian yang bertahan, sabar memerjuangkan pengakuan Khonghucu sebagai agama tersendiri. Imbas dari kebijakan tersebut juga menyasar Klenteng tempat ibadah kepercayaan tradisional Tionghoa terpaksa mengubah nama menjadi vihara, serta mau tidak mau menaungkan diri di bawah pelayanan keagamaan Buddha. Perayaan penting bagi umat Khonghcu, yaitu Imlek, secara resmi Imlek pada masa Orde Baru melalui instrumen Instruksi Presiden (Inpres) No. 14 Tahun 1967 dibatasi meskipun tidak sama sekali dilarang. Alasan pembatasan tersebut adalah anggapan bahwa “Manifestasinya dapat menimbulkan pengaruh psikologis, mental dan moril yang kurang wajar terhadap warga negara Indonesia sehingga merupakan hambatan terhadap proses asimilasi.”

Berbagai istilah melekat pada ajaran ini secara tradisional melekat di kalangan Tiong Hoa, mulai dari Konfusianisme yang didasarkan pada pengucapan Eropa sejak Matteo Ricci, atau Kong Hu Cu (juga: Kong Fu Tze atau Konfusius), istilah aslinya adalah Rujiao (儒教) berarti agama orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan

Page 11: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

3

berbudi luhur4. Meskipun ajaran Khonghucu diidentikkan dengan Kongzi, namun beliau bukanlah pencipta agama ini melainkan dia hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang dia sabdakan: “Aku bukanlah pencipta tetapi Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut”5.

Khonghucu kerap dianggap sebagai pengajaran filsafat, hyanya berfungsi meningkatkan moralitas dan membangun etika manusia, terutama di Tiongkok dan keturunan yang tersebar di seluruh dunia. Namun, jika penelusuran ajaran secara utuh dan menyeluruh bagaimana Ru Jiao lebih tepat dikatakan sebagai agama. Ru Jiao memiliki serangkaian ritual yang terstruktur seperti halnya agama lain. Begitu juga dengan aspek etik, Khonghucu mengajarkan hubungan antarsesama manusia atau disebut “Ren Dao” dan bagaimana kita melakukan hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut dengan istilah “Tian” atau “Shang Di”. Ajaran falsafah ini diasaskan oleh Khong Hu Cu sendiri tercatat muncul sejak tahun 551 SM. Dikenal sebagai seorang yang bijak sejak masih kecil kemudian berkembang menyebar ilmu-ilmunya ketika berumur 56 tahun, Khong Hu Cu telah banyak menulis buku-buku moral, sejarah, kesusasteraan dan falsafah sampai beliau meninggal dunia pada tahun 479 SM.

4 Setio Kuncoro Ongky (2016). Matteo Ricci merupakan orang yang mengenalkan Konghucu di Eropa setelah mengalami pengalaman panjang di Tiongkok berdialog dengan penganut Konghucu.

5 Sebelum Kongzi, nilai dan ajaran tersebut sudah berkembang sampai 2500 tahun sebelum Sang Guru lahir, semua narasumber di berbagai daerah selama penelitian mengungkapkan hal yang sama.

Page 12: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

4

Sebagai ajaran yang mengedepankan pembinaan perilaku mulia dengan menjaga hubungan antara manusia dengan langit serta hubungan manusia di bumi dengan baik. Penganutnya dalam hal ini memercayai dan menjunjung tinggi penghormatan kepada leluhur, sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan etika dan spiritual. Meninggikan kedudukan nenek moyang dalam ruhani seolah-olah roh hadir bersama di dunia, adalah nilai dan susunan falsafah kehidupan manusia.

Khonghucu mengalami polemik besar si Indonesia pasca kemerdekaan, berawal dari Kota Surabaya, perkawinan Budi Wijaya dengan Lanny Guito ditolak catatan sipil Kota Surabaya (1995), memicu polemik sampai ke meja pengadilan. Surabaya menjadi kunci kesejarahan pelayanan negara terhadap agama Khonghucu. Satu dari sekian kota yang dipilih untuk dijadikan lokasi penelitian, Surabaya cukup pantas untuk ditelusuri sebagai rumah agama Khonghucu. Militansi pemeluk, serta peran tokoh Tiong Hoa dalam perjalanan kota Surabaya, begitu juga dengan Klenteng Boen Bio yang dianggap satu dari sekian yang tertua di Asia Tenggara adalah ikon perjuangan dan artefak penting.

Sehubungan dengan kelembagaan, sepanjang sejarah bangsa Indonesia, sesungguhnya keberadaan agama Khonghucu sudah ada ketika sebelum zaman kemerdekaan. Pada zaman orde lama telah berdiri Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (disingkat MATAKIN). Majelis ini sebagai organisasi yang menjadi wadah perkembangan agama Khonghucu di Indonesia. Organisasi ini didirikan pada tahun 1955.

Page 13: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

5

Seiring tekanan di zaman Orde Baru, secara de jure keberadaan umat agama Khonghucu kurang mendapat tempat di negeri ini. Misalnya, dalam mendapatkan hak-hak sipil mereka selalu diperlakukan dengan aturan-aturan mengikut pada agama yang mereka bernaung didalamnya.

Beberapa hambatan yang dialami hampir semua penganut Khonhucu adalah ketika mau menikah, mencatat akte kelahiran, mendaftar sekolah, identitas mereka tidak diakui dengan alasan Khonghucu bukan agama, melainkan sebuah aliran kepercayaan, kebudayaan atau filsafat. Mereka harus bergabung dengan dan memilih agama yang hanya dilayani oleh pemerintah. Padahal beragama merupakan hak asasi setiap individu menurut agama yang diyakininya. Seiring dengan waktu, pasca Orde Baru agama Khonghucu mulai dikenal sebagian masyarakat Indonesia dan pasca reformasi mulai dihidupkan kembali, sebab pada masa Orde Baru agama Khonghucu ada tapi seolah-olah mati.

Kemudian secara perlahan seiring pergantian presiden, umat Khonghucu semakin mendapatkan tempat dan memiliki hak yang sama dengan agama-agama lain di Indonesia. Keberadaan agama Khonghucu juga sudah termuat dalam UU No. 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama. Dalam Pasal 1 disebutkan bahwa Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu. Seusai Orde Baru, pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa mulai mendapatkan kembali pengakuan atas identitas mereka sejak masa kepemimpinan presiden KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mendasarkan undang undang dimaksud yang menyatakan agama yang banyak pemeluknya di Indonesia antara lain

Page 14: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

6

Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu. Presiden mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) No. 6 Tahun 2000, menjadikan Imlek sebagai hari libur fakultatif yang berlaku bagi mereka yang merayakannya.

Menyusul dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Inpres No. 14 tahun 1967 tentang larangan terhadap Agama Kepercayan dan Adat istiadat, serta hal-hal yang berbau China secara terbuka di muka umum. Seiring dengan waktu umat agama Khonghucu mulai dapat membuka diri dimasyarakat dan berinteraksi layaknya warga negara Indonesia lainnya. Dengan keberadaan umat Khonghucu secara administrasi negara, sehingga negarapun berkewajiban memenuhi kebutuhan umat Khonghucu secara administratif pula. Dan wajib diberikan pelayanan secara administratif berdasarkan agamanya oleh negara.

Untuk memberikan pelayanan keagamaan bagi umat Khonghucu pemerintah melalui Kementerian Agama telah melakukan upaya secara struktural pelayanan administrasi keagamaan dengan membentuk struktur organisasi setingkat kepala Bidang Bimas Agama Khonghucu dalam Struktur Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB). Menempatkan pelayanan di Pusat Kerukunan Umat Beragama membentuk Pusat Kerukunan Agama Khonghucu di bawah Kemenag.

Dalam hal pendidikan pemerintah telah mengeluarkan PP No. 5 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan bagi Umat Agama Khonghucu dan memasukan pendidikan agama Khonghucu dalam kurikulum nasional.Peraturan Menteri Pendidikan nasional Bo. 47 tahun 2008 tentang standarisasi Isi mata pelajaran Agama Khonghucu dan PP Menteri Pendidikan

Page 15: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

7

Nasional Nomor 48 Tahun 2008 tentang standar Kompetensi Lulusan mata Pelajaran Agama Khonghucu, Pada pasal 45 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan Khonghucu diselenggarakan oleh masyarakat pada jalur pendidikan formal, non formal, dan informal.

Beberapa regulasi lainnya yang dikeluarkan oleh pemerintah bagi umat agama Khonghucu, seperti Intruksi Menteri Agama No. 1 tahun 2006 tentang sosialisasi Status Perkawinan, Pendidikan dan Pelayan terhadap penganut agama Khonghucu. Pada PMA No. 10 tahun 2010 tentang Organisasi dan tata kerja membentuk Bidang Bimas Agama Khonghucu pada Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) pada Sekretariat Jenderal Kementerian Agama. Juga PMA No. 13 tahun 2012 tentang Organisasi dan tata Kerja Instansi vertikal Kementerian Agama, yang menyebutkan Sub Bagian Hukum dan KUB mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan peraturan perundang-undangan bantuan hukum, dan pelaksanaan urusan kerukunan umat beragama serta pelayanan masyarakat Khonghucu. Begitu juga Surat Mendagri No. 470/336/SJ, tertanggal 24 Februari 2006, perihal Pelayanan Administrasi kependudukan penganut Agama Khonghucu.

Dengan dibukanya keran kebebasan dan kesetaraan tersebut pengaruhnya sangat terasa pada kehidupan beragama umat Khonghucu, termasuk yang tinggal di Kota Solo. Seperti diketahui Kota Solo merupakan salah satu kota bersejarah bagi perkembangan agama Khonghucu di Indonesia. Sebab beberapa kali kongres umat Khonghucu dilaksanakan di kota ini, tokoh-tokoh dan rohaniawan Khonghucu banyak yang lahir di Kota Solo dan berbagai organisasi umat Khonghucu juga lahir di Kota Solo ini. Salah

Page 16: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

8

satu rohaniawan terkemuka agama Khonghucu Indonesia adalah Haksu Tjhie Tjay Ing yang meninggal pada bulan 29 Mei tahun 2016 lalu.

Haksu Tjhie Tjay Ing inilah tokoh utama umat Khonghucu yang terus membimbing umatnya untuk terus mempertahankan semua hal yang berkaitan dengan umat Khonghucu di tengah ketertindasan dan berbagai diskriminasi yang menimpa etnis Tionghoa. Saat ini umat Khonghucu di Kota Solo merupakan umat minoritas ditengah mayoritas umat Islam, Katolik dan Kristen.

Bagaimana secara teknis kebijakan melepaskan diskriminasi terhadap pemeluk Khonghucu di beberapa kota dan kabupaten setelah kembali menjadi agama yang dilayani, proses pemulihan hak-hak sipil maupun layanan keagamaan lainnya belum dievaluasi secara baik. Karena beberapa keluhan yang muncul dari kalangan umat Khonghucu sendiri setelah pengakuan kembali sebagai agama menyisakan beberapa masalah. Keterputusan generasi telah menyebabkan umat Khonghucu hanya memiliki sedikit kader-kader rohaniawan, bahkan KTP-nya juga masih banyak diisi dengan agama lain dalam kolom agama. Dalam berbagai pertemuan dengan Kemendagri, Kemenkumham, Kemenag dan Matakin terjadi diskusi yang cukup dalam, dimana menempatkan posisi struktur organisasi agama Khonghucu, yang pada akhirnya di tempatkan di Kementerian Agama. Dalam struktur Kementerian Agama, Khonghucu awalnya ditempatkan dibawah pembinaan Bimas Agama Buddha. Namun dari pihak Agama Khonghucu lebih memilih untuk dibina oleh Bimas Agama Islam.

Page 17: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

9

Selanjutnya dengan berbagai pertimbangan, akhirnya agama Khonghucu dibina oleh sekretaris jenderal yang langsung secara khirarki membawahi Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB). Seiring dengan waktu guna pengembangan pembinaan maka Pusat Kerukunan Umat Beragama melakukan strukturisasi dengan membentuk organ tersendiri yaitu Bidang Bimas Agama Khonghucu. Dari sinilah dimulai merumuskan beberapa program yang dilakukan untuk agama Khonghucu, mulai dilakukan pendataan Umat Agama Khonghucu, jumlah siswa, guru agama Khonghucu, sosialisasi terkait dengan keberadaan agama Khonghucu, dll.

Setelah hampir 11 tahun dari diakuinya Khonghucu secara administratif sebagai sebuah agama di Indonesia, maka keberadaan agama Khonghucu mulai mendapat tempat di masyarakat. Meskipun terjadi problematika internal umat agama Khonghucu, dimana mereka tetap ingin bertahan pada agama yang selama ini mereka sudah bernaung didalamnya dan tidak menginginkan untuk secara administrasi (KTP) mereka diubah menjadi agama Khonghucu, dengan berbagai alasan, diantaranya merasa masih trauma dengan zaman orde baru.

Disinyalir masih tersimpan ketakutan dari umat agama Khonghucu, jika mereka mengubah jadi agama Khonghucu di KTP mereka, dan tiba-tiba suatu saat muncul kembali larangan oleh pemerintah, hal tersebut dapat menimbulkan kesusahan kembali. Meskipun begitu, ada juga yang merasa tidak perlu mengubah KTP mereka jadi agama Khonghucu, karena hal itu tidak terlalu penting, masuk di agama mana saja tidak menjadi soal buat mereka, yang penting ritual-ritual yang mereka lakukan sehari-

Page 18: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

10

sehari adalah ritual ajaran Khonghucu. Yang terpenting buat mereka adalah bagaimana mereka menjadi manusia yang baik, sehingga agama tidak terlalu begitu menjadi persoalan buat mereka.

Dengan keadaan seperti ini muncul hambatan dalam pendataan umat agama Khonghucu secara administratif, sehingga menghambat proses pendataan bahkan bagi kalangan mereka sendiri tidak mempunyai data jumlah umat yang akurat. Konsekuesinya, dalam hal melaksanakan struktur organisasi yang diamanatkan regulasi, menyulitkan pengembangan organisasi dan pembangunan, karena struktur dalam lingkup program dan kegiatan pelayanan mengukur dengan angka-angka nyata, terutama berkaitan dengan penganggaran. Informasi rasio pemeluk agama Khonghucu yang tidak secara signifikan tersebut akan mengakibatkan kebijakan yang timpang, pelayanan keagamaan secara administratif akan terus mengalami kendala.

Selain persoalan hak-hak sipil dan struktur organisasi dan upaya memenuhi kebutuhan umat agama Khonghucu, penelitian juga diarahkan untuk memotret relasi sosial umat agama Khonghucu dengan yang lainnya, yaitu dengan pemerintah, masyarakat dan umat agama lainnya. Selama ini umat agama Khonghucu seakan terisolasi dan terkesan eksklusif ditengah-tengah masyarakat Indonesia, walaupun ada dan tidak banyak mereka yang melakukan hubungan sosial cukup baik dengan yang lainnya. Dalam perkembangan pasca pemulihan pelayanan agama Khonghucu sebagai sebuah agama, diharapkan memberikan peluang perubahan, sikap keterbukaan dapat dirasakan bersama ditengah masyarakat Indonesia. Selain

Page 19: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

11

itu, perlu dicermati kembali, pemulihan pelayanan terhadap agama Khonghucu memunculkan pekerjaan rumah baru baru bagi pemerintah, satu tugas tambahan adalah transisi hubungan dengan umat agama lainnya. Terutama pasca “perpisahan”umat agama Khonghucu dari agama Buddha. Hal ini perlu penggalian lebih dalam.

Dari deskripsi di atas dipandang perlu untuk menyusun suatu gambaran kualitatif tentang dinamika umat Khonghucu di Indonesia. Setidaknya melihat sedari awal, keberadaan Khonghucu sebagai nilai yang memengaruhi jalan hidup bagi sebagian penganutnya. Tulisan yang disajikan berdasarkan hasil pengumpulan data analisis peneliti Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. Mereka adalah tim peneliti Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan bekerja efektif kurang lebih tiga bulan selama tahun 2017. Secara khusus hasil yang dimaksud digunakan sebagai masukan (input) berbasis riset tentang model layanan keagamaan layanan umat. Model layanan berbasis kebutuhan umat ini bisa menjadi rumusan bagi umat agama Khonghucu dan pemerintah dapat menetapkan kebijakan dan merumuskan program kegiatan.

Kenapa Riset dilakukan

Kajian komprehensif tentang keberadaan Khonghucu sebagai agama, dapat dikatakan tidak sebanyak agama besar lainnya di Indonesia, terutama menyangkut tentang layanan keagaman sipil yang terkait dengan urusan keagamaan. Sejatinya pelayanan terhadap umat agama Khonghucu telah dilakukan oleh pemerintah sejak dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Inpres No. 14 tahun 1967. Namun pelayanan yang diberikan belum sepenuhnya dapat menyelesaikan berbagai persoalan

Page 20: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

12

yang dihadapi oleh umat agama Khonghucu, sehingga keberadaan pemerintah di tengah-tengah umat agama Khonghucu belum sepenuhnya dapat dirasakan. Untuk itu dalam tulisan ini, beberapa hal permasalahan dibahas yang dimulai dari: Bagaimana bentuk layanan keagamaan yang sudah dan belum diberikan oleh pemerintah?; Seperti apakah bentuk layanan keagamaan yang dibutuhkan?; Bagaimana hubungan sosial umat agama Khonghucu dengan umat lainnya, masyarakat dan negara?

Secara umum tujuan penelitian yang telah dilakukan adalah untuk memetakan model layanan terbaik bagi umat agama Khonghucu melalui pengembangan kebijakan berbasis pada hasil penelitian dan melihat kondisi psikologis umat agama Khonghucu saat ini setelah keberadaannya diterima ditengah-tengah masyarakat Indonesia. Pemeluk Khonghucu masih merasa belum percaya diri, tetapi sangat berharap benar-benar diakui oleh pemerintah dan masyarakat secara sosial secara utuh. Dengan identitasnya beragama Khonghucu tersebut diharapkan akan menjadikan mereka lebih survive. Di dalam tulisan ini beberapa hal yang akan dinarasikan adalah: Mendeskripsikan bentuk layanan keagamaan yang sudah dan belum diberikan oleh pemerintah; Mendeskripsikan bentuk layanan keagamaan yang dibutuhkan oleh umat agama Khonghucu; Untuk mengetahui hubungan sosial umat agama Khonghucu dengan umat lainnya, masyarakat dan negara.

Batasan Pembahasan

Tulisan ini berdasarkan penelitian berkaitan dengan beberapa aspek, sebagai berikut: gambaran kehidupan umat

Page 21: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

13

agama Khonghucu di berbagai daerah, memahami rumah ibadatnya, bagaimana persoalan pendidikan dan guru agama, rohaniawan, penyuluh agama, lembaga-lembaga pendidikan, lembaga sosial, struktur organisasi, model layanan yang dibutuhkan umat agama Khonghucu.

Landasan Konseptual

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian umat adalah para penganut (pemeluk, pengikut) suatu agama; penganut nabi; makhluk manusia; manusia sekalian (bangsa) manusia.

Agama dari segi etimologi terdiri atas dua kata dari bahasa sansekerta yaitu A dan Gama. A berarti tidak dan Gama itu berarti kacau jadi agama adalah tidak kacau. Arti lain dari Agama juga adalah Tidak Lari/pergi. Agama menjadi dasar sikap manusia yang seharusnya kepada Tuhan, bagaimana membangun hubungan. Dalam hal ini, agama mengungkapkan diri di dalam sembah dan bakti sepenuh hati hanyalah kepada Tuhan. Menurut J. Milton Yinger (1957), seorang sosiolog menyatakan bahwa agama adalah suatu sistim kepercayaan dan praktik dimana suatu masyarakat atau kelompok manusia berjaga-jaga untuk menghadapi masalah, juga suatu cara terakhir dari hidup ini (O.C, Hendropuspito, 1983:35). Dunlop6 juga melihat agama dapat menjadi sarana terakhir yang dapat membantu manusia jika lembaga lain tidak lagi memberikan pertolongan. Sedangkan menurut Joachim Wach (Yinger, 1957:12), bahwa aspek yang butuh diperhatikan dengan khusus ialah pertama unsur teoritisnya, bahwa agama adalah sistim kepercayaan.

6 Knight Dunlop, melalui buku religion, its function in human life, hal. 9.

Page 22: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

14

Kedua, unsur praktis bahwa agama adalah suatu sistim kaidah yang dapat mengikat yang menjadi penganutnya. Ketiga, pada aspek sosiologisnya bahwa agama memiliki hubungan dan interaksi sosial. Pada hematnya bahwa jika salah satu unsur tersebut tidak terpenuhi maka orang tersebut tidak bisa berbicara mengenai agama, akan tetapi hanya ada kecenderungan religius .

Menarik kembali pembahasan di atas tentang Konfusianisme sebagai ajaran dari seorang filsuf terkemuka, sangat berpengaruh di belahan dunia Korea, Jepang, Taiwan, Hongkong dan Tiongkok. Di Indonesia Agama Khonghucu adalah istilah yang muncul sebagai akibat dari keadaan politik saat itu. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa umat Agama Khonghucu di Indonesia adalah orang-orang atau para penganut/pemeluk/pengikut dari sebuah agama yang bernama Agama Khonghucu yang berdomisili di negara Indonesia dan sudah menjadi warganegara Indonesia serta tertulis di KTPnya beragama Khonghucu yang bernaung dibawah Majelis Tinggi Agama Khonghucu (Matakin) atau Makin dan komunitas lainnya.

Model Pelayanan dan KebutuhanUmat

Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi. Bentuknya dapat berupa model fisik (maket, bentuk prototipe), model citra (gambar rancangan, citra komputer), atau rumusan matematis. Model dapat diartikan sebagai acuan yang mendasar atau rujukan dari hal tertentu. Model merupakan gambaran sederhana yang dapat menjelaskan

Page 23: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

15

obyek, sistimatau suatu konsep.

Menurut para ahli seperti Simamarta (1983), model adalah gambaran inti yang sederhanah serta dapat mewakili sebuah hal yang ingin ditujukan. Jadi model ini merupakan abstraksi dari sistim tersebut. Kementerian P dan K (kemendikbud), model merupakan pola atau contoh dari sebuah hal yang akan dihasilkan (rancang model pembelajaran). Menurut Gordon (March 11, 1918 – August 26, 2002), pembuat Model Gordon, mengilustrasikan bahwa model adalah sebuah kerangka informasi tentang suatu hal yang disusun untuk mempelajari dan membahas hal tersebut.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model adalah gambaran rancangan atau rumusan yang sederhana sebagai kerangka informasi tentang sesuatu hal untuk mempelajari dan membahas sesuatu tersebut secara terkonsep yang dipakai sebagai saran atau referensi untuk tindaklanjut berikutnya.

Adapun model yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi gambaran atau model layanan yang dibutuhkan oleh umat agama Khonghucu dan menjadi dukungan data bagi Kementerian Agama dalam merumuskan model apa yang tepat untuk melayani umat agama Khonghucu sesuai dengan hasil riset yang ditemukan di lapangan, yang nantinya akan menjadi rujukan dan referensi umat agama Khonghucu atau kepentingan lainnya dalam memahami dan melaksakanakan struktur organisasi yang sudah disiapkan oleh pemerintah.

Page 24: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

16

Hubungan Sosial

Pengertian hubungan sosial, kita dapat memahami dari pendapat para ahli. Hubungan Sosial Menurut Astrid. S. Susanto (1983:33) adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial. Hasil hubungan sangat ditentukan oleh nilai dan arti serta interpretasi yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan ini. Menurut Bonner, adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih yang saling memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.

Hubungan Sosial menurut Kimball Young & Raymond W. Mack (Soekanto, 2000:67) adalah hubungan yang dinamis menyangkut relasi antarindividu, antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok lainnya. Adapun pengertian Hubungan Sosial menurut Soerjono Soekanto (2000) sendiri, dikatakan sebagai dasar proses sosial yang terjadi karena adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis mencakup hubungan antarindividu, antarkelompok, atau antara individu dan kelompok.

Dari pendapat para ahli tersebut dapatlah disimpulkan bahwa hubungan sosial merupakan hubungan antarindividu, kelompok satu sama lainnya yang menghasilkan hubungan tetap dan dapat membentuk struktur sosial dan hubungan keterkaitan sosial satu sama lainnya. Adapun hubungan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan sosial yang dibangun umat agama Khonghucu baik dengan pemerintah, masyarakat dan agama lainnya. Baik dalam bidang sosial, maupun

Page 25: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

17

dibidang lainnya. Hal ini dapat mengungkapkan bahwa apakah umat agama Khonghucu telah terjadi sosialisasi diri secara terbuka atau masih bersifat esklusif pasca diterimanya Khonghucu sebagai sebuah agama ditengah-tengah masyarakat, pemerintah dan agama lainnya.

Kajian Sebelumnya

Tulisan tentang Khonghucu sebagai agama, yang didasarkan pada tindakan ilmiah sesungguhnya sudah banyak sekali dilakukan oleh yang lainnya, termasuk dilakukan di lingkungan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. Pembahasan khonghucu bukanlah barang baru lagi dilingkungan Kementerian Agama.

Sulaiman dari Balai Agama Semarang, melakukan penelitian berjudul “ Agama Khonghucu: Sejarah, Ajaran, dan Keorganisasiannya di Pontianak Kalimantan Barat”. Adapun hasil penelitiannya menyimpulkan antara lain: Pola kehidupan keagamaan penganut agama Khonghucu di Pontianak lebih bersifat tradisional karena lebih menonjolkan tradisi-tradisi yang diwariskan oleh leluhurnya. Agama Khonghucu ini bermula dari kepercayaan tradisional yang bernama Ru Jiao, yang disempurnakan oleh Khongzi (sebagai nabi dari Khonghucu). Kedatangan agama Khonghucu di daerah ini tidak diketahui secara pasti, akan tetapi banyak tokoh agama yang mengaitkannya dengan datangnya etnis Tionghoa di Kalimantan Barat, sekitar abad ke 17. Karena itu,di Pontianak sudah ada bangunan tua sebagai tempat pemujaan umat agama Khonghucu, yangdikenal dengan Pekhong atau Klenteng (Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 01, Januari - Juni 2009).

Page 26: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

18

Joko Tri Haryanto dalam Jurnal Analisa Volume XVII, No. 01, Januari - Juni 2010, telah melakukan penelitian yang berjudul: Pembinaan Keagamaan Rohaniawan Khonghucu di Tuban Jawa Timur. Adapun hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pola pembinaan Umat Agama Khonghucu oleh Tokoh Agama Khonghucu meliputi aspek-aspek kepercayaan, ritual dan sosial. Ketiga dimensi atau aspek tersebut membentuk suatu sistim keagamaan yang utuh, oleh karena itu pembinaan tokoh agama Khonghucu dalam pembinaan kehidupan beragama dalam masyarakat Tionghoa pada dasarnya tidak dapat dibagi-bagi secara parsial.

Ketiga dimensi ini saling terkait dan berhubungan. Pola pembinaan dalam bidang kepercayaan pada umumnya dilakukan secara konvensional dalam khutbah kebaktian. Sedangkan kajian dan diskusi masih terbatas dengan kelompok umat tertentu. Pola yang dilakukan oleh rohaniawan dalam bidang sosial adalah memberi anjuran dan pendekatan secara pribadi terhadap umat Agama Khonghucu untuk turut aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial tersebut, namun demikian rohaniawan menyadari posisi dirinya sebagai tokoh sentral dalam bidang keagamaan.

Setidaknya selama tahun 2005 ditebitkan buku Boen Bio yang ditulis oleh Shinta Devi ISR sebagai pengembangan hasil penelitian tentang Klenteng tertua di Indonesia dimaksud. Adapun penelitian secara partial, bagian dari beberapa penelitian di lingkungan Puslitbang Kehidupan Keagamaan sebelumnya, cukup memberikan gambaran dasar sebagai pijakan dalam mengembangkan Khonghucu.

Penelitian tentang Aktualisasi Ajaran Konfusianisme Dalam Membangun Nasionalisme Etnis Tionghoa (Perspektif

Page 27: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

19

Etnis Tionghoa Surakarta) oleh Achmad Rosidi Tahun 2015. Hasil kajian menunjukkan bahwa ajaran Konfusianisme memuat nilai-nilai cinta tanah air sejak kecil, bermula dari penanaman moral yang luhur, berbakti pada orang tua, leluhur, dan hormat kepada orang yang lebih tua. Proses aktualisasi nilai-nilai cinta tanah air dalam Konfusianisme adalah penguatan moral generasi muda agar tidak mudah terkikis oleh perilaku yang merusak tatanan sosial dan tatanan bernegara dan penguatan integrasi etnis Tionghoa dalam kerangka NKRI dengan struktur masyarakat yang majemuk.

Metode

Tulisan ini merupakan bentuk lain dari pelaporan hasil penelitian yang diramu antara kajian ilmiah dengan narasi terbuka, cenderung populer. Penelitianya sendiri dilakukan dengan metode deskiriptif analisis kualitatif. Data yang diperoleh bersifat naturalistik atau alamiah, informasi yang daisajikan berdasarkan pertemuan dan diskusi dengan para tokoh kelompok agama, umat agama Khonghucu, maupun pemahaman observasi terhadap lingkungan sosial informan dimaksud.

Penggalian Data

Berdasarkan laporan penelitian yang dilakukan, ulasan dalam buku ini adalah gambaran upaya memetakan kondisi umat agama Khonghucu di Indonesia. Beberapa daerah yang penting dan signifikan tidak hanya jumlah pemeluk tetapi berkaitan dengan histori pemeluk Khonghucu. Daerah yang memiliki peran besar terhadap

Page 28: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

20

eksistensi agama tersebut di Indonesia. Data dimaksud dikumpulkan, didalami, dipilah dan dijelaskan dalam gambaran yang cukup berkaitan dengan sejarah singkat agama Khonghucu di wilayah penelitian, termasuk berapa umat agama Khonghucu yang eksis di wilayah tersebut; bagaimana dengan sistim pengorganisasiannya, serta bagaimana mereka hidup bertahan dengan identitas agama, budaya, serta perjuangan mendapatkan hak-hak sipil; hubungan sosial di masyarakat, dengan pemerintah setempat; terpenting bagaimana membangun model ideal terkait pelayanan yang dibutuhkan.

Sasaran penelitian ini adalah umat, rohaniawan, akademisi, cendikiawan, guru agama dan penyuluh agama Khonghucu yang ada dibawah pengampuan Majelis Tinggi Agama Khonghucu (MATAKIN) dan MAKIN. Mereka disasar tidak hanya karena beragama Khonghucu, tetapi diyakini memahami problematika, kebutuhan dan model apa yang sesuai dengan mereka inginkan.

Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan beberapa wilayah di Indonesia. Pemilihan lokasi diambil berdasarkan pertimbangan bahwa selain layak dari sisi jumlah, perannya kuat terhadap keberadaan agama Khonghucu, juga disyaratkan haruslah memiliki karateristik dan kultur yang kuat. Sejumlah kota seperti Denpasar (Bali), Surabaya (Jawa Timur), Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Purwokerto (Jawa Tengah), Pangkal Pinang (Bangka Belitung), Solo (Jawa Tengah), Bogor (Jawa Barat), DKI Jakarta, Semarang (Jawa Tengah).

Page 29: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

21

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalampenelitian ini adalah sebagai berikut: Observasi. Observasi sebagai metode yang digunakan adalah untuk menghimpun data tentang kegiatan obyek penelitian baik secara terlibat (participant observation) maupun observasi tidak terlibat (non participant). Dengan demikian peneliti dapat memahami benar bagaimana kondisi umat Khonghucu dan pola pelayanan yang dibutuhkan oleh mereka. Wawancara: Wawancara dilakukan dengan informan Kunci yang dianggap memahami pokok persoalan, yaitu penyelenggara agama Khonghucu di Kementerian Agama setempat, bila ada; Umat Agama Khonghucu, Tokoh agama, guru agama, pengurus organisasi atau yayasan umat Agama Khonghucu, akademisi, praktisi dan pemerintah setempat. Dokumen: Pengkajian terhadap dokumen berupa tulisan, baik itu dokumen resmi, hasil wawancara dan dokumen pribadi yang berkaitan dengan aspek-aspek penelitian dihimpun sebagai sumber data primer dalam bentuk catatan harian.

Page 30: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

22

Page 31: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

23

BAGIAN II

UMAT KHONGHUCU DI BALI

Oleh: Reslawati

Sejarah Khonghucu Di Bali

Sejarah Masuknya Agama Khonghucu di Provinsi Bali

Merunut pada rentetan sejarah di Tiongkok, agama Khonghucu/Kongzi atau Ru Jiao pernah menjadi sebagai agama Negara, bertahan sampai pada masa dinasti Han (206 SM-220 M), yang bersumber pada kitab klasik Khonghucu atau Wu Jing. Sepenuhnya berakhir saat berdirinya Republik Tiongkok 1912, agama Khonghucu tidak lagi dijadikan sebagai agama Negara, tetapi dijadikan sebagai budi pekerti dan ajaran ideologi. Sejarah masuknya agama Khonghucu di Indonesia dimulai dari Kalimantan melalui raja-raja Mataram dan Cengho pada abad ke-15, sedangkan masuk ke Bali tidak tercatat secara jelas, demikian disampaikan Wonse Candra Wiantara dan pengurus Matakin Provinsi Bali lainnya. Mereka menduga masuknya agama Khonghucu di Bali ada kemungkinan berbarengan dengan masuknya Khonghucu di Indonesia. Sejak Dinasti Han memerintah selama 400 tahun (206-220 SM), dimana waktu itu zaman keemasan di Tiongkok. Namun demikian walaupun makmur, pada masa pemerintahan dinasti Qin keturunan dinasti Han, saat itu rakyatnya susah karena rajanya lalim, sehingga rakyatnya lari kemana-mana termasuk ke Indonesia. Sedangkan masuk ke Bali di duga abad ke-2 SM.

Page 32: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

24

Adapun bukti adanya Khonghucu di Bali yaitu di Buleleng ada Klenteng Ling Uan Kiong yang berdiri sejak tahun 1839,. Di Tanjung Benoa ada Klenteng Co Ing Bio berdirinya belum jelas kapan. Di Batur ada Klenteng di dalam Pura, menurut sejarahnya putri China nikah dengan Raja Srijaya Pangus, ini berpengaruh sampai sekarang, dimana orang-orang Bali menganggap orang-orang China (karena waktu itu Khonghucu berbaur dengan China) adalah saudara tua mereka, begitu juga umat Khonghucu menganggap orang-orang Bali adalah saudara mereka. Kenapa diyakini Klenteng tersebut milik Khonghucu? Sebab bangunan dan ritualnya murni Khonghucu. Apalagi umat Khonghucu sejak dulu sudah berbaur dengan umat agama Hindu di Bali. Selain itu uang logam bolong tengah bertuliskan huruf Mandarin yang dipakai umat Hindu Bali untuk ritual, baik ngaben dan lain-lain. Ini menunjukan bahwa orang-orang China, yang identik dengan Khonghucu sudah ada sejak lama di Bali.

Berdirinya MATAKIN Bali

Berdirinya Matakin di Bali, diawali dengan adanya pendekatan Suryo Utomo, Aksu The Thay Ing, dan Junaidi Abdurrahman ke Matakin Solo supaya merintis Matakin di Denpasar Bali. Pertama kali diadakan kebaktian dengan menggunakan Kitab Si Shu di rumah salah satu jemaat waktu itu, karena minggu ketiga diadakan kebaktian jemaat semakin banyak, maka dibuatlah Klenteng Khoise Bio pada tahun 1977, dan diresmikan pada 8 Oktober 1977 oleh Suryo Utomo, yang waktu itu sebagai Ketua Matakin Pusat yang berpusat di Solo. Peresmian itu dihadiri Dirjen Agama Hindu dan Buddha, bernama Surko, DPRD Bali.

Page 33: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

25

Belum sampai satu tahun di resmikan, keluar Surat Edaran Menteri Dalam Negeri tahun 1978, bahwa tidak dibenarkan China menggunakan simbol-simbol dan tradisi China, maka tidak ada lagi kegiatan umat Khonghucu di Bali, kecuali melakukan kegiatan purnama tilem. Bahkan dari agama Buddha memengaruhi Klenteng Khonghucu Bio untuk mengganti merk menjadi Vihara, namun pihak Klenteng tidak mau dan bertahan tetap sebagai Klenteng, demikian diungkapkan Darsana pengurus Matakin Provinsi Bali. Begitu juga dengan Klenteng Tao Ing Bio di tanjung Benoa Nusa Dua Bali juga tidak berubah, tetap Klenteng, sementara Klenteng lainnya banyak berubah jadi Vihara.

Setelah berubah jadi Vihara, banyak orang-orang Khonghucu memeluk Agama Buddha, namun ritual ibadah mereka tetap menggunakan ritual agama Khonghucu. Namun dapat dipastikan, umat Khonghucu di Bali, sekalipun beragama Buddha, Hindu, mereka tetap menjalankan ritual-ritual agama Khonghucu. Berbeda dengan yang memeluk Islam, mereka tidak menjalankan ritual Khonghucu, kecuali ikut merayakan hari raya Imlek, karena ada yang menganggap imlek itu adalah tradisi China. Padahal dalam agama Khonghucu, imlek merupakan ritual agama dan ada dalam ajaran kitab suci agama Khonghucu. Dimana hari imlek ini, dihitung sejak kelahiran nabi Khonghucu tahun 551 SM + 2017 = 2568 M, sehingga pada tahun 2586 diadakan Imlek untuk tahun 2017 bagi umat Khonghucu.

Setelah agama Khonghucu “diresmikan” (dilayani kembali sebagai agama) di Indonesia, banyak umat Khonghucu masih beragama Buddha, dengan KTP Buddha, walaupun mereka mengaku agama Khonghucu dan menjalankan ritual ajaran agama Khonghucu, hal ini

Page 34: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

26

karena mereka masih trauma, akibat pernah dibubarkan pemerintah. Terdapat kekuatiran di kalangan (etnis Tionghoa) mereka, kalau nanti memeluk agama Khonghucu, tiba-tiba dibubarkan lagi, mereka harus kemana lagi, jadi lebih baik tetap dalam agama Buddha atau Hindu atau agama lainnya namun tetap menjalankan ritual agama Khonghucu.

Pokok Ajaran Agama Khonghucu

Konsep Ketuhanan (Tien/TuhanYang Maha Esa)

Dalam agama Khonghucu, dalam kitab sucinya disebutkan firman Tuhan atau sifat-sifat Tuhan ada empat, yaitu:

Yuan, mengandung makna Maha Besar, Maha Mulia, Maha Esa, dan Maha Sempurna, yang menjadikan sifat khalik, dimana sifat ini diturunkan kepada manusia artinya juga ada dalam diri manusia.

Hung, menjadi Ren, yaitu ajaran cinta kasih, mengandung makna maha menembusi, maha menjalin, maha meliputi, yang menjadikan sifat akbar.

Li, mengandung makna Maha Pemberkah, Maha Pengasih yang menjadikan sifat rakhmat.

Zheng, sifat kebenaran, mengandung makna Maha Benar, maha abadi hukum Nya, Maha Bijak yang menjadikan sifat kekal.

Umat Khonghucu meyakini ada 8 iman, yaitu:

Cheng Xin Huang Tian artinya sepenuhnya iman percaya terhadap Tuhan Yang maha Esa

Cheng Zubjue De artinya sepenuhnya iman menjunjung

Page 35: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

27

kebajikanCheng Li Mingming artinya sepenuh iman menegakan

firman gemilangCheng Zhiguishein artinya sepenuh iman menyadari

adanya nyawa dan rohCheng Yang Xiaosi artinya sepenuh iman memupuk cita

berbaktiCheng Shun Mu Duo artinya sepenuhnya iman mengikuti

genta rohani Nabi KhongziCheng qin jing shu artinya sepenuhnya memuliakan

kitab Shi Su dan Wu JingCheng Xing Da Dao artinya sepenuh iman menempuh

jalan suci.

Hak Sipil Pemeluk Khonghucu di Bali

Dengan dikembalikannya keberadaan Khonghucu sebagai agama yang dilayani di Indonesia, maka secara otomatis semua yang menyangkut kebutuhan umat agama Khonghucu harus dipenuhi negara, terutama dalam hal pemenuhan hak-hak sipil mereka secara administratif, baik itu pelayanan kependudukan, KTP, kelahiran, perkawinan, kematian, serta bentuk ritual lainnya. Pelayanan diberikan agar umat Khonghucu dalam kehidupannya tidak mengalami kesulitan dalam berurusan keberbagai pihak, juga dalam hal pemenuhan kebutuhannya sebagai warga negara.

Dengan dipenuhinya hak-hak sipil umat agama Khonghucu, maka secara langsung maupun tidak langsung negara hadir di sana untuk menyelesaikan persoalan yang sedang mereka hadapi. Untuk itu, pemerintah telah melakukan pelayanan kepada umat Khonghucu di Provinsi

Page 36: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

28

Bali sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki, baik dari segi sumberdaya manusia yang mereka miliki, maupun dari segi anggaran dan sesuai dengan tugas dan fungsi mereka masing-masing, seperti yang dilakukan pemerintah Provinsi Bali dalam hal ini Kemenag dan Pemda setempat.

Layanan data oleh Dukcapil dan Kementerian Agama

Layanan pencatatan data kependudukan berdasarkan agama Khonghucu sudah dilakukan oleh pemerintah, instansi yang langsung berhubungan adalah Dinas Kependukan dan Catatan Sipil dan Kementerian Agama kepada umat Khonghucu yang ada di Provinsi Bali. Dalam hal jumlah, diperoleh informasi bahwa jumlah penduduk beragama Khonghucu mengalami perbedaan jumlah antara yang dikeluarkan Dukcapil Kota Denpasar dengan data yang dikeluarkan oleh Matakin Provinsi Bali. Informasi dari Dukcapil Kota Denpasar, bahwa Dukcapil tingkat provinsi baru saja terbentuk dan baru penataan sekretariat, sehingga jumlah pegawainya pun masih belum sesuai dengan kebutuhan sebuah lembaga, sehingga data-data kependudukan semua berada di Dukcapil Kota Denpasar.

Hal senada juga disampaikan oleh pihak Dukcapil Kota Denpasar, namun data yang ada hanya untuk tingkat Kota saja, tidak tingkat provinsi, sehingga data demografi kependudukan ini dilihat dari jumlah pendistribusian ditingkat kota Denpasar. Berdasarkan data demografi yang ada di Dukcapil Kota Denpasar tahun 2015 yang dikelolah Desember tahun 2016, terlihat bahwa penduduk Denpasar dilihat dari keberagaman agama sangatlah beragam, yaitu

Page 37: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

29

terdiri dari Agama Hindu (423.876 jiwa), Islam (152.192 Jiwa), Kristen (30.601 jiwa), Katolik (14.827 jiwa), Buddha (14.869 jiwa), Khonghucu (212 Jiwa), dan Kepercayaan (22 jiwa), total jumlah 636.599 Jiwa. Sedangkan menurut data Matakin Provinsi Bali jumlah penduduk umat Khonghucu di Provinsi Bali sebanyak 595 jiwa, yang terdiri dari: Kota Denpasar 418 jiwa, Jembaran 22 jiwa, tabanan 18 jiwa, Badung 12 jiwa, Gianyar 22 jiwa, Klungkung 8 Jiwa, Bangli Nol (0) jiwa, Buleleng 95 jiwa.

Sedangkan data umat Khonghucu yang ada di Kanwil Kementerian Agama sama dengan yang ada di Matakin Provinsi Bali, dimana pihak Kanwil Kementarian Agama, dalam hal ini PKUB mendapatkan data dari pengurus Matakin Provinsi Bali. Hal yang menarik soal data ini, di data aplikasi milik pihak kepolisian di Polda Bali, untuk pendataan keagamaan umat Khonghucu tidak ada agama Khonghucu dalam data aplikasi sistim mereka, walaupun kerapkali soal agama ini selalu ditanyakan saat wawancara pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM), padahal pada SIM sendiri tidak ada kolom agama.

Dari keterangan di atas menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara data yang dikeluarkan oleh Matakin Provinsi Bali dengan Dukcapil Kota Denpasar. Hal ini juga terlihat ditingkat Kota Denpasar, dimana data Matakin menunjukan jumlah umat agama Khonghucu sebanyak 595 jiwa, sedangkan data Dukcapil sebanyak 212 jiwa. Menurut informasi Kabid Kependudukan Dukcapil, data jumlah umat yang dimiliki, terdaftar di Dukcapil berdasarkan akte kelahiran umat Khonghucu. Sementara saat dikonfirmasi kepada pihak Matakin, mereka menyampaikan data dicatat berdasarkan laporan umat ke pengurus Matakin.

Page 38: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

30

Informasi yang diperoleh dari Adinata Lie, Ketua Matakin Provinsi Bali bahwa sebenarnya pelayanan terhadap umat Khonghucu oleh pemerintah sudah cukup, tetapi ada beberapa saja yang masih tertunda. Misalnya, beliau pernah mengurus KTP, tiba saatnya mencantumkan kolom agama dengan agama Khonghucu, karena data aplikasi kependudukan pembuatan KTP tidak terdapat agama Khonghucu, maka harus dikosongkan atau tanda strip. Hal tersebut membuat beliau protes, hal senada juga terjadi pada umat Khonghucu lainnya. Kondisi tersebut membuat orang berdebat terus menerus dengan petugas dan tidak menemukan jalan keluarnya, maka jadi enggan mengurusnya. Pada sisi lain, mereka umat yang selama ini beragama Khonghucu juga mengalami trauma atas kebijakan politik orde baru yang melarang penggunaan simbol-simbol berbau adat istiadat China, maka mereka lebih memilih untuk tidak mengurus KTP, dan membiarkan diisi agama lain, walaupun dalam keseharian mereka memegang teguh ajaran agama Khonghucu.

Jika melihat adanya perbedaan data kependudukan seperti tersebut diatas, ada beberapa faktor yang mengakibatkan hal tersebut terjadi, yaitu: pertama, kemungkinan umat yang meyakini beragama Khonghucu, hanya memberikan informasi (lisan) saja kepada pihak Matakin kalau mereka beragama Khonghucu, tetapi di KTP mereka masih beragama lain. Kedua, Bisa juga mereka yang sudah berusia tua sudah tidak ingin mengurus KTP, karena menganggap sudah tidak diperlukan lagi dan tidak begitu mementingkan KTP dan urusan lainnya. Ketiga, selain itu mereka masih trauma dengan masa lalu, akan terulang kembali, jika sekarang tertera agama Khonghucu di KTP, setelah itu bubar, menyulitkan, jadi lebih aman jika mereka

Page 39: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

31

berada di dalam agama yang lain. Hal berbeda terjadi terhadap umat Khonghucu yang pindah ke agama Islam.

Jika umat Khonghucu sudah pindah ke agama Islam, maka semua ajaran Khonghucu tidak dilaksanakan lagi, karena sangat jauh berbeda, namun beberapa tradisi umat Khonghucu mereka biasanya tetap ikut melaksanakan, misalnya menggunakan lampion di rumah mereka, serta ikut merayakan imlek. Padahal lampion-lampion tersebut dalam ajaran Khonghucu bukan tradisi, tapi sebuah ritual seperti melaksanakan Imlek. Namun bagi mereka yang pindah ke agama Islam hal ini menjadi tradisi/kebudayaan saja, bukan ritual lagi, semuanya kembali pada niat masing-masing, begitu diungkapkan Adinata Lie dan pengurus Matakin lainnya saat dilakukan wawancara di Klenteng Khongcu Bio.

Terlepas dari itu semua, terkait masalah KTP umat Khonghucu tersebut, menurut Dukcapil, mereka menerima pendaftaran bagi umat Khonghucu sesuai dengan data di KTP mereka yang mau menyantumkan beragama Khonghucu, dan aplikasi data yang ada di Dukcapil sudah clearens artinya data sudah valid, tidak ada kesalahan lagi.

Adapun data terkait umat yang melakukan perkawinan berdasarkan agama Khonghucu sampai dilakukannya wawancara penelitian ini, belum ada umat Khonghucu melaporkannya ke Dukcapil, demikian disampaikan Kasubdit Kependudukan Dukcapil Kota Denpasar. Sementara itu menurut informasi dari Pengurus Matakin Provinsi Bali bahwa ada beberapa umat Khonghucu yang melakukan perkawinan menurut agama Khonghucu, karena di nikahkan oleh pendeta di Klenteng Khongcu Bio tersebut, dimana klenteng tersebut merupakan pusat

Page 40: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

32

kegiatan bagi umat Khonghucu yang ada di Provinsi Bali. Termasuk dilaksanakannya perkawinan menurut ajaran agama Khonghucu. Menurutnya juga, bisa saja yang menikah berdasarkan agama dimaksud tidak mengurus administrasi ke Dukcapil, namun selama ini yang melakukan pengurusan adalah dari pengurus Matakin sendiri. Saat wawancara, bertemu dengan sepasang calon mempelai yang sedang mengurusi berkas-berkas persiapan untuk melakukan perkawinan di Klenteng tersebut. Sedangkan terkait masalah kelahiran dan kematian Dukcapil pun belum menerima pendaftaran dari umat Khonghucu.

Adapun jumlah tempat ibadah umat Khonghucu berupa Klenteng sebanyak 17 buah, yang terdapat di Kota Denpasar sebanyak 5 buah (Khoncu Bio, Kwan Kwo Bio, Cau Fuk Mio, Konco Griya Dwipayana, Pon An Kiong), Jembrana 1 buah (Cung Li Bio), Tabanan nol (0) buah, Badung 5 buah (Cao Ing Bio, Ling Guan Bio, Konco Kwan Im campuhan Giri Putri), Gianyar 2 buah (Kim Say Bio, Cong Poo Kong), Klungkung1 buah (Cong Ing Miao), Bangil 1 buah (cong Po Kong), Karang asem Nol (0) buah dan Buleleng 2 buah (Ling Guan Kiong, Seng Hong Bio). Beberapa rumat ibadat umat Khonghucu juga masih belum sepenuhnya dapat diselesaikan dengan agama Buddha.

Sedangkan jumlah pemuka agama umat Khonghucu/Rohaniawan berjumlah 15 orang, tersebar di: Kota Denpasar sbanyak 12 orang, Jembrana Nol (o), Tabanan nol (0), Tabanan Nol (0), Badung sebanyak 2 orang, Gianyar sebanyak Nol (0), Klungkung Nol (0), Bangli Nol (0), Karang Asem Nol (0), Buleleng sebanyak 1 orang. Dengan terbatasnya jumlah pemuka agama/rohaniawan agama Khonghucu, yang tidak sebanding dengan jumlah umat Khonghucu sebanyak

Page 41: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

33

595 Jiwa (perhitungan Matakin), maka menjadi persolan tersendiri bagi pengurus Matakin dalam melakukan pembinaan umat di Provinsi Bali, karena dengan umat yang sebanyak itu, tidak mungkin dapat dijangkau oleh pemuka agama yang hanya berjumlah 12 orang.

Dalam hal pendidikan, menurut pengurus Matakain jumlah pendidik atau guru formal di Provinsi Bali tahun 20016-2017, sebanyak 5 orang, dimana 5 orang tersebut merangkap mengajar di SD dan di SMP. Yaitu Ni Kadek Lista Sudiantari, Adventina Puspitangari, WS Made Sudiasih, Vivi Selvia dan Erna Liemena. Adapun jumlah murid Sekolah Agama Khonghucu di SD Formal sebanyak 23 orang, SMP sebanyak 11 orang, SMA sebanyak 8 orang.

Anak-anak yang bersekolah di sekolah-sekolah formal ini tersebar di beberapa sekolah di Provinsi Bali, sehingga dengan jumlah guru hanya 5 orang tersebut mereka mengalami kesulitan untuk menyebar mengajar ke beberapa sekolah tersebut. Apalagi adanya syarat tertentu bagi guru untuk menjadi guru agama yang diperbolehkan mengajar di sekolah formal. Misalnya guru yang mengajar harus tamatan guru agama dan ahli pada bidang keagamaan dan minimal berpendidikan S1. Sementara itu tidak ada guru agama Khonghucu yang saat ini berpendidikan lulusan S1 agama Khonghucu.

Namun guru-guru yang ada walau pun tidak tamat S1 Khonghucu, mereka memahami soal agama Khonghucu. Syarat seperti ini sangat menghambat untuk kelangsungan guru-guru agama Khonghucu. Dimana dengan jumlah murid yang cukup banyak maka mereka kekurangan guru untuk mengajar.

Page 42: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

34

Apalagi ada beberapa syarat standardisasi yang ditetapkan pemerintah untuk menjadi guru Agama, cukup memersulit keadaan. Guru-guru harus mendatangi sekolah-sekolah yang ada murid Khonghucunya untuk mengajar ke sekolah tersebut, mereka mengajar menggunakan kurikulum tahun 2013.

Sedangkan bagi murid pada sekolah yang tidak dihadiri guru dimaksud, maka mereka mendatangi guru agama Khonghucu di sekolah minggu. Dengan cara tersebut, siswa mendapatkan nilai agama dari sekolah minggu. Jumlah murid di sekolah minggu untuk anak SD tahun 2016-2017 sebanyak 65 orang, terdiri dari 5 orang di sekolah PAUD, sisanya di SMP dan SMA/SMK. Bandingkan jumlah guru di sekolah minggu sebanyak 7 orang yang mengajar di tingkatan SD, SMP, SMA. Guru-guru tersebut ada yang satu orang merangkap mengajar, dia mengajar di SD, juga di SMP dan juga di SMA. Saat observasi pada hari minggu (Mei 2017) di Klenteng Khongcu Bio tampak anak-anak setelah melakukan kebaktian di pagi hari setelah itu mereka bersekolah. Mereka berkelompok sesuai dengan tingkatan sekolahnya dan setiap kelompok di dampingi oleh seorang guru.

Berdasarkan informasi dari Syaifuddin, Kasubdit KUB Kanwil Kementerian Agama yang mengurus Agama Khonghucu, bahwa pihak Kementerian Agama Provinsi Bali sudah melakukan pelayanan kepada umat agama Khonghucu, walaupun tidak begitu banyak program yang dapat dilakukan, mengingat keterbatasan sumberdaya manusia dan minimnya dukungan anggaran.

Namun karena Khonghucu sudah menjadi sebuah agama dan tanggung jawab bersama untuk melakukan

Page 43: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

35

pembinaan dan pelayanan, maka harus dibuatlah program yang dapat mendukung kegiatan-kegiatan pembinaan tersebut, diantaranya melibatkan pengurus Matakin dalam kegiatan multikultural, seperti persiapan pelaksanaan hari raya Nyepi, tim pemantauan pemandu hari besar keagamaan perwakilan enam agama bergantian menghadiri perayaan hari besar masing-masing agama, seperti paskah dan imlek.

Lebih lanjut Syaifuddin menyatakan bahwa Kanwil Kementerian Agama juga pernah meminta pengurus Matakin untuk menyiapkan 10 orang penyuluh honorer yang dibayar oleh pemerintah melalui Kanwil Kemenag Provinsi Bali dengan mendapatkan transportasi bulanan sebesar 500 ribu/bulan. Pengurus Matakin awalnya mengajukan 15 orang, namun karena beberapa faktor hanya mengajukan 10 orang, selanjutnya menjadi 3 orang, dan akhirnya hanya 1 orang saja yang bisa ditetapkan sebagai penyuluh honorer. Dalam hal pendanaan kanwil Kementerian Agama Provinsi Bali belum pernah memberikan bantuan. Hal yang sama dilakukan juga oleh Kesbangpol Provinsi Bali bahwa pengurus Matakin terlibat dan diundang dalam kegiatan lintas agama yang mereka lakukan, dialog multikultural, dll. Dan Pengurus Matakin juga terlibat dalam kepengurusan di FKUB Provinsi Bali, jadi otomatis terlibat dalam kegiatan-kegiatan FKUB, seperti studi banding, dan dialog multikultural.

Selain hal diatas, untuk mendukung pelayanan dan pembinaan pada bidang pendidikan pemerintah juga sudah memberikan bantuan berupa buku-buku pelajaran mulai dari tingkat dasar sampai tingkat menengah atas serta kitab suci Agama Khonghucu kepada Matakin. Bantuan kitab suci biasanya langsung diberikan oleh Pusat Kerukunan Umat Beragama Kementerian Agama.

Page 44: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

36

Menurut informasi dari Kasubbdit Kebangsan Kesbangpol Provinsi Bali, pengurus Matakin pernah mendapatkan bantuan hibah 50 juta untuk perbaikan rumah ibadat, hal itu dibenarkan oleh Adinata Lie, Ketua Matakin Provinsi Bali. Namun mulai tahun 2016 sudah tidak dapat bantuan lagi, berdasarkan UU No. 17 tahun 2016 tentang Keormasan, dan harus membuat Surat Keterangan Terdaftar (SKT) atau Surat Keterangan Lapor (SKTL). Padahal menurut Kabag Kebangsaan Kesbangpol, seharusnya pengurus Matakin tidak perlu lapor, karena mereka sudah berbadan hukum, karena urusan bantuan sosial mengacu pada peraturan menteri dalam negeri. Dalam hal ini dapat dipahami terdapat perbedaan pemahaman dan perspektif terhadap peraturan antara Biro Kesejahteraan dan Keuangan, cukup menghambat secara birokrasi. Menyikapi hal tersebut, seharusnya Kementerian Agama harus mengeluarkan surat sejenis pemberitahuan bahwa majelis agama yang sudah berbadan hukum tidak perlu membuat SKTL. Selain itu, seharusnya Biro Kesra dan Keuangan yang ada di pemerintah daerah memberikan data informasi kebijakan kepada Gubernur.

Layanan yang Belum Diberikan oleh Pemerintah

Berdialog dengan pengurus Matakin Provinsi Bali merupakan kesan tersendiri, sebenarnya apa yang sudah dilakukan pemerintah selama ini kepada mereka sudah cukup, lebih baik dari sebelumnya. Dan mereka pun juga tidak ingin menuntut lebih banyak lagi, karena selain mereka minoritas, juga sebagai agama yang baru dimunculkan kembali di republik ini. Mereka cukup tahu diri untuk itu, demikian diungkapkan pengurus Matakin Provinsi Bali.

Page 45: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

37

Namun demikian mereka tetap menginginkan pemerintah tetap memperhatikan hal yang menjadi kebutuhan Matakin di Provinsi Bali. Terutama tentang ketegasan pihak pemerintah dalam hal pengakuan umat Khonghucu sebagai sebuah agama secara menyeluruh. Adapun hal yang belum ditegaskan dan belum dilayani pemerintah pemerintah terkait dengan hal berikut:

Pertama, polemik terhadap rumah ibadat umat Khonghucu yang mempunyai ornamen-ornamen dan simbol-simbol agama Khonghucu sebelum kemerdekaan dan zaman kemerdekaan yang di jadikan vihara, dikembalikan menjadi Klenteng milik umat Khonghucu. Karena sebelum dijadikan Vihara, rumah ibadat tersebut adalah Klenteng, jika hal ini dibiarkan dapat memicu keributan antara umat Khonghucu dan umat Buddha terus menerus sampai kapanpun, jika tidak ada penyelesaiannya. Kedua, Perayaan Imlek, yang merupakan ritual keagamaan dalam ajaran Khonghucu, dan terdapat dalam kitab suci umat Khonghucu, karena perhitungan hari imlek dihitung mulai dari tanggal kelahiran nabi Khongzi atau Khonghucu, jadi bukan sebuah tradisi bagi bangsa China pada umumnya. Logika berfikir mengiring mereka bahwa, jika ada lima hari besar agama di Indonesia yaitu: Idul Fitri dan Idul Adha milik Umat Islam, Natal milik agama Katolik dan Kristen, Nyepi milik Agama Hindu, Waisyak milik agama Buddha, maka Imlek adalah hari raya milik agama Khonghucu, bukan merupakan tradisi-tradisi China.

Karena dua hal diatas, maka kiranya pemerintah meninjau kembali beberapa kebijakannya terkait dengan umat Khonghucu dan meluruskan kesalahpahaman tersebut sesuai dengan yang “sebenarnya” milik agama Khonghucu

Page 46: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

38

(klaim umat Khonghucu) sebelum diadakannya pelarangan pada umat Khonghucu yang mengatasnamakan tradisi China.

Ketiga, Pemerintah memberikan kemudahan bagi agama Khonghucu dalam menerapkan syarat-syarat standardisasi bagi guru agama Khonghcu untuk mengajar, karena dengan keberadaan umat Khonghucu yang baru tumbuh ini dan tidak memiliki banyak sumberdaya manusia yang berpendidikan tinggi terutama sekolah Formal tingkat S1, maka sangat menyulitkan kembali bagi guru umat Khonghucu untuk mengajar. Padahal mereka semua mempunyai kemampuan dan kapasitas memahami agama Khonghucu dengan baik, meskipun tidak tamat S1. Rata-rata guru-guru tersebut tamatan SMP dan SMA.

Keempat, pada sistim pendataan kepolisian sampai sekarang tidak ada kolom agama Khonghucu, seharusnya disinkronkan dengan data yang ada di kecamatan. Sehingga saat membuat SIM di tanya agamanya apa, Khonghucu namun waktu mau diinput ke data sistim milik kepolisian tidak bisa, karena tidak ada kolom agama Khonghucu, walaupun sebenarnya di dalam SIM tersebut tidak ada kolom agama.

Layanan Keagamaan

Sesungguhnya umat Khonghucu di Provinsi Bali tidak begitu peduli dilayani bentuknya seperti apa. Mereka hanya menginginkan dilayani setara dengan umat agama lainnya. Sepertinya, harus ada intervensi langsung dari pemerintah menangani dan menyelesaikan berbagai persoalan di internal umat Khonghucu. Terutama membenahi regulasi

Page 47: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

39

atau kebijakan yang selama ini masih mendua, pola-pola mendua seperti ini harus segera dituntaskan. Mendua misalnya dalam hal penyelesaian rumah ibadat, hari-hari besar agama Khonghucu yang di klaim milik agama Buddha atau tradisi China. Jika dibiarkan terus menerus maka sampai kapanpun akan ribut terus antara pemeluk agama Khonghucu dengan umat Agama Buddha.

Mereka juga berharap untuk masalah guru harus ada solusinya, dimana mereka menginginkan nantinya ada regenerasi guru, sehingga regulasi terkait guru diringankan untuk agama Khonghucu yang baru tumbuh dan ingin berkembang tersebut, di samping penanganan tentang rumah ibadat harus lebih jelas.

Selain itu, mereka juga menginginkan adanya bimas-bimas agama Khonghucu di beberapa daerah bagi agama Khonghucu sesuai dengan banyaknya jumlah umat Khonghucu di daerah tersebut. Agar ada yang menangani masalah agama Khonghucu ditingkat daerah secara lebih serius dan lebih sungguh-sungguh, tidak hanya sekedar numpang lewat saja. Namun didaerah-daerah yang jumlah umat Khonghucu sedikit, cukup ada perwakilannya saja yang ada di kantor Kementerian Agama yang mewakili Agama Khonghucu disana, agar ada yang memahami soal agama Khonghucu sebagai perwakilan umat di pemerintahan.

Komunikasi Internal Umat Khonghucu

Hubungan sesama umat agama Khonghucu di Provinsi Bali selama ini baik-baik saja, tidak ada yang mengalami masalah berarti. Bahkan semakin merapatkan diri dan konsolidasi internal untuk penguatan umat

Page 48: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

40

Khonghucu diberbagai daerah dan kabupaten di Provinsi Bali. Pada beberapa kabupaten telah dibentuk Matakin. Dan di Bali ini tidak ada keributan secara kelembagaan seperti didaerah lainnya, misalnya adanya Parakhin (Perkumpulan Rohaniawan Khonghucu Indonesia). Mereka solid hanya ada di Matakin.

Komunikasi Umat Khonghucu dengan Umat Lain

Secara umum hubungan umat Khonghucu dengan pihak eksternal dalam hal ini pemerintah, FKUB dan lintas kelompok iman lainnya tidak mengalami gejolak berarti, demikian pula dengan LSM. Namun ada persoalan keributan yang tidak pernah selesai yang terjadi di Klenteng di Singaraja. Matakin tidak dibolehkan beribadah di Klenteng yang ada, bahkan pelarangan tersebut secara tertulis dikeluarkan oleh pengurus PITTD/ Tri Dharma yang dimotori oleh ketua Walubi setempat. Bahkan saat peneliti sedang berada di Klenteng tersebut terjadi perang mulut antara pengurus Matakin dengan pihak Klenteng yang dalam hal ini pengurus Tri Dharma. Menurut Su Liong, rumah ibadat tersebut adalah Klenteng dan bukan Vihara, sehingga Matakin seharusnya yang menempati Klenteng tersebut. Mereka pihak Konghucu merasa berhak berada di sana, namun pihak pengurus Tri Dharma melarang, dengan alasan Khonghucu sudah menjadi agama sendiri sehingga harus mencari tempat lain untuk menjadi sekretariatnya, kecuali Matakin ingin bersama-sama dengan Buddha dan Tao menjadikan rumah ibadat tersebut tempat ibadah bersama seperti selama ini sebagai Vihara.

Pelayanan yang sudah dilakukan oleh pemerintah sudah berjalan dengan cukup baik, meskipun masih ada beberapa hal yang harus di diselesaikan secara fundamental

Page 49: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

41

terkait masalah kebijakan terkait pelayanan dan pembinaan bagi umat Khonghucu. Aspek layanan yang belum dilakukan pemerintah adalah bagaimana mengembalikan hak-hak umat Khonghucu sehubungan dengan regulasi, terutama menyangkut dualitas vihara yang sebelumnya Klenteng dikembalikan menjadi Klenteng. Berikutnya adalah kebijakan kemudahan bagi syarat-syarat guru agama bagi umat Khonghucu.

Umat Khonghucu membutuhkan kesamaan perlakuan dan kesamaan pengakuan dengan umat lain. Mereka menginginkan pemerintah mengambil langkah-langkah konkrit dalam penyelesaian terkait umat Khonghucu secara menyeluruh, baik di tingkat pusat maupun daerah, agar tidak terjadi keributan yang terus menerus antara umat Khonghucu dengan umat lainnya yaitu Buddha dan Tri Dharma. Meskipun secara umum hubungan umat Khonghucu dengan masyarakat dan pemerintah berlangsung dengan baik tanpa mengalami banyak gejolak.

Berkaitan dengan rekomendasi, pembahasan pada bagian ini mengusulkan kepada Pusat Bimas Agama Khonghucu dan PKUB serta pihak terkait lainnya harus segera menyusun kebijakan. Kebijakan yang dimaksud terkait dengan berbagai persoalan menyangkut regulasi yang dianggap dapat terus memicu keributan di antara umat Khonghucu dengan Buddha atau Tri Dharma. Pertama, penegasan terhadap definisi rumah ibadat yang jelas, sehingga dapat menjadi pembeda antarrumah ibadat. Kedua, polemik hari raya Imlek sebagai hari raya umat Khonghucu, menegaskan bahwa hari tersebut bukan tradisi China semata. Ketiga, Terkait kebijakan affirmatif terhadap

Page 50: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

42

guru agama Khonghucu, syarat S1 perlu dikecualikan pada masa waktu yang cukup agar umat Khonghucu diberikan kemudahan. Karena belum adanya umat Khonghucu yang memilki pendidikan formal sekolah agama dan juga penyuluh agama Khonghucu.

Page 51: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

43

Bagian III

UMAT KHONGHUCU SURABAYA

Oleh: Raudatul Ulum

Sosial Demografi dan Keberagamaan di Kota Surabaya

Surabaya merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam yang paling awal di tanah Jawa dan merupakan basis keormasan Nahdlatul ‘Ulama, dianggap cukup moderat dalam hal keberagamaan. Surabaya adalah pusat peradaban Islam, ditandai ditandai dengan adanya Masjid Ampel didirikan pada abad ke-15 oleh Sunan Ampel, satu tokoh penting pada penyebaran Islam di Jawa, Walisongo. Simbolisasi peradaban berikutnya adalah Masjid Al-Akbar yang merupakan masjid terbesar kedua di Indonesia setelah Masjid Istiqlal, Jakarta.

Selain itu, keberadaan penganut agama seperti Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Meskipun pemeluk Islam secara jumlah menempati urutan teratas, namun kerukunan umat beragama untuk saling menghormati, saling menolong sesamanya cukuplah besar. Kondisi sosial kota Surabaya dapat menjadi potret yang cukup harmonis dalam hal hubungan antarpemeluk. Meskipun belum juga dianggap paling ideal, sorotan terhadap peraturan gubernur tentang pembinaan aliran sesat cukup menyulitkan kelompok mazhab Syiah melakukan aktifitas di Kota Surabaya.

Sebagai gambaran pembanding sehubungan dengan relasi simbolik antaragama di Surabaya, terdapat Gereja

Page 52: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

44

Bethany berdiri dengan megah sebagai satu dari sekian gereja terbesar di Indonesia, dan gedung Graha Bethany di daerah Nginden Surabaya yang merupakan satu dari sekian gedung gereja terbesar di Asia Tenggara. Tidak hanya itu saja, juga banyak terdapat banyak yayasan sosial berasaskan agama, yang bekerjasama dalam berbagai kegiatan bakti sosial. Satu hal unik, terdapat pemeluk agama Yahudi di sekitar kota7. Keberadaan mereka mereka dapat dikatakan imigran Yahudi dari Baghdad dan Yahudi asal Belanda. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat makam khusus orang Yahudi di daerah Kembang Kuning, Surabaya.

Secara khusus tabel berikut tentang jumlah penganut Khonghucu di Jawa Timur, sebagai perbandingan antarkota dan kabupaten:

Tabel 1: Jumlah Pemeluk Agama Khinghucu Tahun 2016 Provinsi Jawa Timur

NO Kab/Kota Jenis Kelamin Jml Pemeluk KhonghucuLaki-Laki Perempuan

1 Kab. Pacitan 2 Kab. Ponorogo3 Kab. Trenggalek4 Kab. Tulungagung 140 160 3005 Kab. Lumajang 105 155 2606 Kab. Bondowoso 40 70 1107 Kab. Situbondo 35 45 808 Kab. Probolinggo 55 115 1709 Kab. Pasuruan 670 830 1,500

7 Peneliti Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Zaenal Abidin pernah melakukan wawancara dengan beberapa penganut Yahudi di Surabaya dan Manado.

Page 53: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

45

NO Kab/KotaJenis Kelamin

Jml Pemeluk Laki-Laki Perempuan

10 Kab. Sidoarjo 260 340 60011 Kab. Mojokerto 800 1100 1,90012 Kab. Jombang 185 115 30013 Kab. Nganjuk 70 55 12514 Kab. Bojonegoro 650 750 1,40015 Kab. Tuban 945 655 1,60016 Kab. Gresik 50 55 10517 Kab. Bangkalan 35 25 6018 Kab. Pamekasan 45 35 8019 Kab. Sumenep 55 45 10020 Kota Kediri 115 185 30021 Kota Malang 350 220 57022 Kota Probolinggo 55 35 9023 Kota Pasuruan 250 150 40024 Kota Madiun 150 110 26025 Kota Surabaya 1100 1505 2,60526 Kab. Banyuwangi 175 125 30027 Kab. Blitar 800 900 1,70028 Kab. Jember 295 305 60029 Kab. Kediri 190 210 40030 Kab. Madiun 145 125 27031 Kab. Malang 125 105 23032 Kota Batu 180 220 40033 Kota Blitar 90 110 20034 Kota Mojokerto 270 430 700

JUMLAH 8160 8855 17,715Sumber data: Kementerian Agama Surabaya tahun 2017

Dengan memahami data pada tabel, jumlah paling signifikan pemeluk agama Khonghucu adalah Kota Surabaya, dari 17.715 jiwa di Jawa Timur, sebanyak 2.605 terkonsentrasi di kota Pahlawan. Sedangkan kota atau kabupaten lain yang memiliki pemeluk agama Khonghucu adalah Mojokerto, 1.900 jiwa, disusul Kota Blitar 1.700 jiwa, kemudian Kabupaten Tuban 1.600 jiwa, Kabupaten Pasuruan 1.500 jwa dan Kabupaten Bojonegoro 1.400 jiwa. Selain dari yang disebutkan, kota dan kabupaten di Jawa Timur memiliki pemeluk di bawah 1000 jiwa.

Page 54: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

46

Etnisitas

Suku Jawa adalah suku bangsa mayoritas di Surabaya. Suku Jawa di Kota Surabaya dibandingkan dengan masyarakat Jawa pada umumnya, cenderung memiliki bawaan yang lugas, sedikit temperamen dan tentu saja egaliter. Kenekatan adalah cirikhas yang melekat, sejak palagan 10 November 1945 yang mendunia, sampai saat ini suporter tim kebanggaan Surabaya, Bonek merupakan singkatan dari bondo (modal) nekat, menjadi simbol melekat.

Meskipun Jawa adalah suku mayoritas (83,68%), tetapi Surabaya juga menjadi tempat tinggal berbagai suku bangsa di Indonesia, termasuk suku Madura (7,5%), Tionghoa (7,25%), Arab (2,04%), dan sisanya merupakan suku bangsa lain seperti Bali, Batak, Bugis, Banjar, Manado, Minangkabau, Dayak, Toraja, Ambon, dan Aceh atau warga asing8.

Sebagai salah satu kota tujuan pendidikan, Surabaya juga menjadi tempat tinggal pelajar/ mahasiswa dari berbagai daerah dari seluruh Indonesia, bahkan di antara mereka juga membentuk wadah komunitas tersendiri. Sebagai salah satu pusat perdagangan regional, banyak warga asing (ekspatriat) yang tinggal di Surabaya, terutama di daerah Surabaya Barat9.

Identitas dan Layanan Umat Konghucu di Kota Surabaya

Tulisan ini merupakan refleksi sosiologis, dengan menggunakan paradigma struktural fungsional10.

8 Soedarso, dkk. Jurnal Sosial Humaniora, Vol 6 No.1, Juni 2013 9 www.surabaya.onwae.com, diunduh 18 Mei 2017. 10 http://sosiologis.com/teori-struktural-fungsional, diunduh 19

Mei 2017. Teori struktural fungsional melihat masyarakat sebagai sebuah keseluruhan sistimyang bekerja untuk menciptakan tatanan dan stabilitas sosial

Page 55: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

47

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung pada objek kegiatan dan pengenalan subjek, serta wawancara mendalam pada subjek penting sampai dirasakan kejenuhan. Alat pengumpulan data adalah matrik observasi dan daftar pertanyaan atau instrumen pengumpulan data, direkam melalui perekam telepon genggam dan tulisan tangan, dokumentasi melalui foto-foto. Informan memiliki fungsi utama dalam hal mengumpulkan data yang dipilih berdasarkan kategori rohaniawam dalam berbagai tingkatan, Xue Shi, Wen Shi, Jiao Sheng dan ketokohan. Kemudian beberapa informan yang terdiri atas pejabat pemerintah, cendikiawan serta umat yang mewakili unsur kepemudaan, gender, dan aktifitas di dalam lingkungan Klenteng. Berdasarkan kategori yang ada, diwawancarai beberapa orang.

Observasi dilakukan di Klenteng Boen Bio Kota Surabaya. Observasi ini juga dilakukan dengan mengikuti kegiatan keagamaan, kebaktian hari minggu,dan mengamati peribadatan malam purnama.

Konsep Teologis pada Agama Khonghucu

Umat Khonghucu meyakini satu Tuhan, sebagai sesuatu yang tidak terdengar, tidak berbau, tetapi bisa dirasakan. Kehadirannya bisa dirasakan oleh mereka yang mau memahami meskipun bentuknya tidak personal, non panca indera namun bisa ditangkap11, hadir dalam diri.

Seringkali pihak di luar pemeluk Khonghucu salah memahami tentang sesembahan, dianggapnya rupang/patung adalah Tuhan yang disembah, padahal pemujaan pada figur sejarah, pengkultusan pada tokoh suci adalah

11 Wawacacara dengan Ws. Dr. Ongky Setiawan, 29 April 2017.

Page 56: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

48

tradisi semata12. Bahkan bisa dikatakan kegiatan tersebut bukanlah bagian dari tata ibadah agama Khonghucu. Manusia adalah makhluk rohani yang hidup dalam tubuh fisik13, kehidupan rohani dapat dicapai melalui konsistensi pada ajaran. Perilaku di dunia tidak perlu menguatirkan kehidupan selanjutnya. Keyakinan pada kehidupan setelah kematian (after life) dalam keyakinan Khonghucu tidak perlu dipikirkan. Dengan kata lain, menerima ada kehidupan selanjutnya adalah keniscayaan, hanya saja tak bisa didefinisikan atau dijelaskan seperti apa kehidupan itu nanti. Keyakinan itu juga tercermin dari perilaku dan moralitas di kehidupan sehari-hari. Dalam pemahaman Khonghucu ada istilah watak sejati (Tian Ming), sebagai sebuah cerminan dari kebajikan Tuhan.

Menyangkut dimensi ketuhanan, Tuhan itu ada dalam diri manusia, hanya saja untuk mencapainya membutuhkan proses.14Hidup di dunia adalah sekolah, tempat manusia berproses bagi rohaninya, karena hanya di dunia berbagai peristiwa terjadi, sehingga kualitas rohani penyembah akan semakin meningkat.

Afterlife (kehidupan setelah kematian, akhirat) itu sendiri, sangat terkait sama sekali dengan perilaku dan watak sejati. Mereka yang baik dan selaras dengan watak sejati tidak akan mengalami ketakutan terhadap kematian. Karena kematian itu adalah jalan pulang, kembali ke asal, jika rohani terjaga tidak akan terbebani dengan kematian. Jika orang sudah mencapai puncak baik maka tidak perlu kuatir dengan kehidupan selanjutnya15.

12 Penjelasan Kristan, tokoh cendikiawan Khonghucu April 2017 di rapat pembahasan DO Penelitian.

13 Wawancara dengan Tan Jin Meng, 14 Mei 2017 14 Ibid. 4 Mei 2017

Page 57: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

49

Watak sejati adalah sumber sifat baik16, seperti konsepsi asal muasal bahwa segala sesuatu berasal dari Tian. Secara prinsip memiliki kesamaan dengan agama lain, mengajarkan kebajikan. Dalam tingkatan tertentu manusia menyatu dengan kebajikan Tuhan itu sendiri (Jun Zi). Istilah surga neraka di agama Khonghucu tidak dikenal, namun berkaitan dengan kehidupan setelah kematian kita percaya ada kehidupan yang paralel17. Memahami paralelitas ini, dijelaskan bahwa apa yang ada di dunia, maka ada di sana (akhirat), sehingga kita mendukung keluarga yang meninggal kita kirim dengan membakar uang18 (uang akhirat, ada yang menyebut uang dewa), pakaian, mainan dan barang lain yang sejatinya tidak dipakai oleh orang yang hidup. Tradisi mengirimkan dukungan kepada roh yang meninggal itu secara tradisional sejak lama di zaman kerajaan di Tiongkok sana, bahkan saat ada seseorang mati maka keluarga dan pembantu ikut mati19. Inti dari pembakaran baju dan uang serta barang lain yang tidak dipakai adalah bhakti.

Afterlife seringkali menjadi pertanyaan oleh kalangan pembelajar terhadap keyakinan Khonghucu. Seperti dibahas sebelumnya, kepercayaan terhadap hari akhir dianggapnya sebagai konsekuensi penjelasan kematian, serta bagaimana menjelaskan makna hubungan kehidupan saat ini dan

15 Wawancara dengan Fandy Maramis, umat Khonghucu, pemuda Boen Bio yang aktif, 5 Mei 2017

16 Ibid. 17 Wawancara dengan Xs. Usman Arif, 14 Mei 201718 ibid19 Tradisi bela pati dikenal di beberapa tradisi dan budaya, Jawa,

Bali dan India mengenal tindakan serupa sampai dihapuskan di era modern. Tradisi hinduism di India mengenal sati, atau bela oati, adalah ritual seorang janda yang mengikuti suaminya masuk di pembaran. Mati bersama.

Page 58: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

50

nanti20. Padahal hanya konsepsi surga dan neraka saja yang tidak dibahas secara detail, karena kehidupan akhirat itu diyakini ditentukan oleh perbuatan saat ini21. Mereka yang berhasil, jasad kembali ke bumi dan mendapat kebahagiaan di sana (surga), sedangkan mereka yang gagal dalam rencana hidupnya akan kembali dalam kehidupan dunia, melalui reinkarnasi22.

Khonghucu sebagai ajaran dikenalkan ke dunia barat oleh Matteo Ricci yang datang ke Tiongkok sebagai misionaris, beliau menulis tentang Konfusiusme. Menyebar ke berbagai negeri dikenal sebagai ajaran Khonghucu, ajaran Kongzi, padahal sebelumnya dikenal sebagai Ru Jiao yang artinya agama (Jiao) yang lemah lembut (ru)23. Kong Zi sendiri bertugas menggenapi ajaran yang telah berkembang dari masa ke masa, yang diyakini ajaran luhur sudah berkembang 2500 an.

Untuk memahami Tian jalan penghubung adalah batiniah yang melibatkan hati nurani, pengalaman spiritual, pencarian dan perbuatan nyata untuk menggapai kebahagiaan yang indah24. Terdapat tiga dimensi yang terkait dengan hubungan antara Tuhan—Alam—Manusia (Tian—Di—Ren), karena tidak kelihatan bagaimana memahami Tuhan, maka aspek etik dalam hal relasi antarmanusia dan memahami kedirian dalam diri manusia dilakukan, kemudian keselarasan spiritualitas juga terkait

20 Wawancara dengan Ws. Tan Jin Meng. 14 Mei 201721 Wawancara dengan Fandy Maramis, 18 Mei 201722 Ibid. Dalam penjelasannya pemahaman terhadap reinkarnasi

pemeluk Khonghucu disebabkan karena kegagalan melaksanakan hidup sesuai dengan kebajikan. Seringkali juga sifat dari reinkarnasi membawa keburukan dari kehidupan seelumnya. Latar belakang jahat akan memengaruhi orang lain dan memberikan energi negatif.

23 Wawancara dengan Xs. Dr. Ongky Setio Kuncono, 29 April 201724 Kuncoro, Tomorrow Spirit, hal 26.

Page 59: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

51

hubungannya dengan alam (Di = bumi)25.

Siapa Tian?, disarikan dari Kitab Con Yung ayat 15, dipahami beberapa hal26: menurut Kongzi 1) sungguh maha besar, Tian bersifat Maha Ruh, 2) dilihat tidak nampak didengar tiada terdengar, 3) tiap wujud, tiada yang tanpa-Nya, 4) umat manusia berpuasa membersihkan hati, mengenakan pakaian lengkap, bersujud bersembahyang kepada-Nya. “sungguh Maha Besar, Dia terasakan di atas kanan kiri kita”. 5) tidak boleh diperkirakan lebih-lebih tak dapat ditetapkan bentuknya.

Kepercayaan kepada hal ghaib adalah bagian penting dari agama, selain ketinggian zat Tuhan, Khonghucu memercayai arwah suci atau sesuai yang terstruktur bagian dari keyakinan. Shing Zi, di dalam istilah agama lain dapat dipadankan sebagai malaikat (dimensinya), Shing Ming, arwah suci dari orang-orang baik dan leluhur. Selanjutnya

25 Op. Cit wawancara 29 April 201726 Wawancara dengan Titis Winarsih, Mei 2017. Titis Winarsih

seorang yang terlahir di keluarga Jawa, 1957 berdarah Jawa. Sejak kecil mengenal Khonghucu dari sahabat orangtuanya. Beberapa keluarga Tionghoa sangat akrab dengan keluarganya. Ayah Xs bernama Harji Sukarno, seorang guru berpikiran terbuka terutama terhadap nilai-nilai agama. Sejak kecil sering diajak melakukan ritual keagamaan Khonghucu oleh Kwek Gun Hok, banyak mengenalkan agama kepadanya, sering diajak kebaktian dan selalu merasa senang terutama saat menyanyikan lagu “doaku”. Ajaran Khonghucu mulai masuk dengan baik ke dalam dirinya, sampai kemudian dikirim ke Solo untuk belajar mendalaminya, kebanyakan di kelas ini disiapkan untuk menjadi guru agama. Tahun 1976 ditunjuk untuk menjadi guru di Tegal, ada momen krusial di masa pendewasaan itu, sempat pada titik nadir kepercayaan kepada Tuhan. Kehilangan adik meninggal membuatnya berada dalam fase krusial secara spiritual, sampai bertemu dengan seorang untuk kembali melanjutkan tugas. Pengalaman beliau cukup banyak mengajar di berbagai daerah, Semarang—Cilcap—Priangan, sampai 1991 ke Jawa Timur (Tuban—Blitar—Surabaya). Tahun 1982 menikah dengan seorang muslim., memiliki anak lima, empat orang memeluk Khonghucu , seorang beragama Islam. Kini akrif berkeliling Jawa Timur memimpin ritual dan pengajaran agama Khonghucu dari klenteng ke klenteng.

Page 60: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

52

Shing Ren, yaitu orang suci atau nabi yang menggenapi dan paling sempurna kemanusiaannya.

Etika dan Moralitas

Dalam hal memahami Tian Di Ren mesti ditempuh dengan jalan kesusilaan. Memerlakukan manusia haruslah dengan jalan kesusilaan/ketenteraman, terutama dengan orang tua. Jalan kesusilaan yang dimaksud tidak berbatas pada manusia di masa hidup maupun yang telah meninggal “ketika hidup dilayani dengan kesusilaan, saat meninggalpun dilayani dengan kesusilaan”.27

Ajaran Khonghucu menempatkan orang tua sebagai posisi tertinggi secara etika dan moralitas, menghormatinya adalah sebuah kewajiban dan kebajikan yang tertinggi dalam kehidupan. Nilai dasar penghormatan kepada orang tua tercermin dari tradisi sembahyang kepada leluhur. Menghormati orang tua itu tidak hanya saat hidup tetapi sampai akhir hayat, di alam kuburpun tetap harus diberikan penghormatan28.

Bakti itu terdiri dari dua kata Zi (dibaca Ce) di atasnya Lau (tua), jadi bakti dinamakan sebagai lelaku yang muda mendukung yang tua. Bakti memuliakan hubungan dari kedudukan muda kepada yang lebih tinggi. Dalam makna luar bakti tidak terbatas pada orang tua (darah), tetapi pengabdian kepada masyarakat, negara serta agama. Etika merawat orang tua adalah memanusiakan seutuhnya, tidak sekedar melayani, “Sikap wajah yang sulit” dengan memuliakan dan menjaga sikap, tidak mencederai. Dalam hal ini, dapat dikatakan ajaran bakti agama Khonghucu terdiri atas tiga aspek penghormatan, 1) menghormati

27 Ibid. 28 Wawancara dengan Tan Jin Meng, Handoko, Dr. Ongky, dengan

kalimat yang berebda seluruh narasumber meyakini hal yang sama.

Page 61: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

53

orangtua, 2) menghormati negara, 3) menghormati ajaran agama29.

Khonghucu sangat lekat dengan komunitas Tionghoa, sebaliknya etnis Tionghoa bisa dipastikan hidup dalam tradisi yang sangat dipengaruhi oleh nilai Khonghucu30, karena sejak kecil ajaran itulah yang secara tradisional kenalkan kepada anak cucu. Aspek etika dalam agama tidak bisa dilepaskan dari pendidikan. Berkaitan nilai dasar etik ini disebut dengan Wu Lun, lima ajaran kebersamaan. Kesusilaaan tinggi, manusia dibentuk dalam kebersamaan agung, hidup masyarakat damai, ada pekerjaan, hidup sentosa (Li Yun, Bag. I hal. 240)31. Intinya Tuhan itu menciptakan kita, (Dien Bing) menjelmakan manusia, cinta kasih—kebijaksanaan—kesusilaan—kebenaran (Ren Li Jai). Dengan kata lain manusia dicipta melalui gen Tuhan dibangun dengan watak Tuhan.

Dalam pandangan folks religion, yang dimaksud dengan orangtua juga adalah guru agama, tindakan memuliakan orang besar, memuliakan orang suci dan memuliakan leluhur adalah juga jalan memahami Tian. Aspek kesusilaan itu tidak cukup hanya dengan mengerti nilainya tetapi harus tampak dalam tindakan, misalnya keselarasan antara bisnis dan cinta kasih. Berbisnis tidak boleh hanya mengambil keuntungan tetapi harus jujur32.

Titis mengutip Sabda Suci Jilid I Pasal 4-16, bahwa setiap hari aku memeriksa diri dalam tiga hal: 1) sebagai

29 Wawancara dengan Xs. Titis Winarsih. 17 Mei 201930 Wawancara dengan Gatot, tokoh Khonghucu Jawa Timur. 16 Mei 201931 Wawancara dengan Ws. Ongky S K. 29 April 201732 Ibid.

Page 62: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

54

manusia, adakah berlaku tidak satya33, 2) bergaul dengan kawan dan kerabat, adakah aku berlaku tidak dapat dipercaya, 3) adakah ajaran guru yang tidak kulatih. Nafsu itu tidak dapat dimatikan, tetapi harus dikendalikan. Diatur, Kong Zi mengajarkan bahwa manusia secara internal mememiiki Yin Yang34. Masyarakat juga begitu, harus diatur, tidak harus dalam konteks kontras tetapi saling melengkapi, bahkan dalam paradigma benar salah pun harus ada irisan, tidak mutlak. Selaras juga dengan dualitas di alam yang memberikan peristiwa, ada banyak jalan lain yang ditempuh oleh orang lain35.

Spiritualitas

Spiritualitas adalah sebuah proses mengembangkan, membangun hakikat kemanusiaan melalui peribadatan. “Siapa yang menyelami hati, akan mengenali watak sejati. Siapa yang mengenal watak sejati akan mengenal Tuhan”. Proses mengenali hati mensyaratkan suatu tindakan sosial dan latihan batin, sikap empati terhadap nasib orang lain akan menggiring hati mengenali watak sejati. Karena di Khonghucu tidak mengenal eskapisme dan esoterisme

33 Satya dalam pemahaman Khonghucu artinya satya di arahkan pada tiga objek yakni : pertama objek Thian (TuhanYang Maha Esa) sebagai pencipta langit dan bumi serta isinya termasuk manusia. Sebagai pencipta Tuhan merupakan objek utama ( central). Yang kedua objek manusia sebagai makluk yang paling sempurna yang memiliki budaya dan sifat sifat sempurna pemberian Tuhan. Ketiga objek lingkungan (hewan, tumbuhan dan alam semesta). Ws. Ongky Setiawan, 29 April 2019.

34 Wawancara dengan Xs. Usman Arif, 14 Mei 2017.35 Ibid.

Page 63: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

55

maka proses melatih batin seiring dengan kehidupan sosial36. Kongzi menempatkan kemuliaan pada kebaikan sosial di tengah masyarakat dibanding pertama atau tindakan menyepi dari keramaian. Persoalan kehidupan dan gangguan dalam diri dapat ditemukan di tengah komunitas dengan mencarikan solusi solusi. Aspek pengenalan diri berdasarkan nilai nilai kemanusiaan tentang kemurahan hati (cinta kasih), perasaan menghargai, tumbuhnya rasa malu atas ketidakrukunan dan jauh dari kebenaran, kemudian kesusilaan, perlu dilatih sejak kecil memiliki kendali.

Pencapaian keyakinan tertinggi (iman) dapat diperoleh melalui belajar atau melalui latihan spiritual dengan menghayati secara batin37. Datangnya iman, panggilan dari dalam sendiri, nurani manusia. Pengembangan watak sejati, memahami getaran Tuhan melalui pengalaman spiritual, aspek penguasaan supranatural, kesembuhan atas penyakit, lepasnya dari berbagai kesulitan. Keimanan itu juga dapat datang melalui kesadaran yang diperoleh melalui pembelajaran, pendidikan agama.

Hakikat perkara agama itu tidak bisa dilepaskan dari spiritualitas dan religiusitas, sehingga dalam keyakinan Khonghucu untuk mengenali watak sejati, termasuk jalan memahaminya dilakukan perspektif spiritual. Dalam hal ini, berbagai media untuk menumbuhkan getaran spiritualitas dapat dilalui dengan mendengar atau memainkan musik. Musik itu menenangkan, dari situ tumbuhlah kepercayaan. Kedudukan pengalaman spiritual itu sama pentingnya

36 Wawancara dengan Xs. Tan Jin Meng, Fandi Maramis, dengan kalimat yang berbeda juga semua narasumber mengungkapkan hal yang sama, Mei 2017. Bahwa dalam Khonghucu tidak ada istilah menyepi dan bertapa. Semua proses mengenali diri, dan Tuhanharus selaras dengan kehidupan sehari-hari.

37 Op cit.

Page 64: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

56

dengan pengembangan intelektualitas yang didapat melalui penelitian38. Bisa juga dengan jalan melatih diri dengan meditasi39.

Spiritualitas dalam agama Khonghucu dibangun melalui prinsip kesimbangan Liang-Yi, Yin Yang. Seperti halnya dengan Taoisme. Dua keseimbangan, dualitas yang komplemen saling melengkapi tidak bisa dipisahkan. Dalam hal ini secara etika terstruktur prinsip ketidakmutlakan40. Dalam kegelapan (Yin, - -) adalah titik terang, seperti dalam metafora lembah dan sinar matahari, tidak saling menggeser, secara dinamis berhubungan dengan dan terikat dengan area yang terang (Yang, ---). Keduanya seringkali bertukar tempat dan menyiptakan dinamika ruang, menyatukan dua konsep arus berlawanan selalu berjalan di kehidupan.

Simbol Yin Yang41 secara filosofis dibangun atas sifat dasar penciptaan, Titis Winarsih mengutip filosofi kemahakosongan42 sebagai definisi ketidakbatasan, itulah konsep Maha Besar, yang tak terkirakan (Wu Ji), dilambangkan dengan bulatan kosong sempurna.Kemudian awal penciptaan dengan titik di tengah yang disebut dengan Tai Chi (Dai Ji). Tai Chi: Awal dan akhir.

38 Wawancara dengan Dr. Ongky S K, 29 April 201739 Wawancara dengan Fandi Maramis, 5 Mei 201740 Wawancara dengan Xs Titis Winarsih. 17 Mei 2017

41 Ibid. 42 Konsepsi kekosongan (maha kosong) banyak digunakan oleh

kaum esoteris, misalnya Anand Khrisna yang mendefinikan kosong itu adalah keberadaan tunggal utuh yang disimbolisasi dalam Wu Ji dalam agama Khonghucu. Kosong menurut Anand Khrisna adalah awal sebuah keberadaan yang lain.

Page 65: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

57

.

Gambar 1: Thai Chi

Titik awal dan akhir yang menciptakan Yin Yang, dualitas yang komplemen membentuk keseimbangan43 :

Gambar 2: Yin Yang

Usman Arif menerangkan bahwa sepanjang pemahaman beliau tentang agama, semua memiliki dua arus dalam ajaran dan nilai, yaitu spiritualitas dan rasionalitas, Si Shu mengajarkan untuk membina diri memerbaiki perilaku44. Tahapan yang ditempuh untuk sampai pada watak sejati dalam tiga fase. 1) Xue Shing, mencari ilmu dan memeroleh kedudukan. Seorang berilmu akan berguna jika memiliki tempat, posisi yang benar, 2) Xue De, jalan kebajikan. Memberikan banyak kebaikan bagi manusia lain dan berbuat yang terbaik bagi kehidupan. Seperti seorang kepala daerah, gubernur, bupati sampai dengan yang tertinggi raja atau presiden, harus memastikan rakyatnya sejahtera. 3) Xue Dao, jalan spiritual. Inilah

43 Ibid. Beliau menunjukkan proses dari maha kosong sampai dengan kesimbangan dualitas.

44 Wawancara dengan Xs Bingki Irawan. 15 Mei 2017

Page 66: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

58

jalan menyempurnakan diri secara bathin memahami hati, berproses secara terus menerus sampai paham dengan makna watak sejati. Di jalan ketiga, seseorang berpantang45 terhadap hal yang menghalangi dia mencapai posisi batin tertentu, tidak lagi membutuhkan dunia (meta need dalam teori Maslow).

Seseorang yang menempuh jalan Xue Shing karena kewajiban memberi manfaat untuk kehidupan, baik diri dan orang lain. Kedudukan dimaksudkan untuk mengoptimalisasi apa yang didapat dalam proses pembelajaran. Dalam level tertentu, aspek spiritualitas tetap melekat dalam proses ini, sejalan juga dengan etika dan moralitas, karena untuk mendapatkan dan memeroleh posisi tersebut, penyembah haruslah tetap pada dua hal: 1) menjaga kesopanan, 2) baik dalam pergaulan46. Dalam tradisi Khonghucu kitab I Ching dianggap sebagai bangunan tentang kebijaksanaan, I Ching (Xi Jing), secara prinsip, nilai yang dibangun di dalamnya berbeda dengan filsafat barat yang menghadapkan benar dan salah. Kitab I Ching yang cocok untuk penghayat kebatinan, bertutur tentang hakikat perubahan baik itu fenomena alam dan kehidupan manusia47.

45 Berpantang dalam penjelasan Xs Usman Arif adalah memahami susila, sesuatu yang tidak susila (tabu, kurang elok, ketidakpantasan) jangan 1) dilihat, 2) didengar, 3) diucapkan, 4) dilakukan. Tentunya empat hal tersebut bersifat gradasi. Sesuatu ada yang tidak pantas dilihat, tidak pantas didengar, tidak pantas diucapkan, tidak pantas dilakukan.

46 Wawancara dengan Xs. Usman Arif. 14 Mei 201747 Xs. Usman Arif menganggap I Ching cenderung membangun

logika, keadaban pikir arif dan bijaksana. Namun pendapat tersebut dikoreksi oleh Ketua Matakin Uung Sanjaya, klaim kecenderungan logika tidak dapat dipertanggungjawabkan, disampaikan pada Pra Seminar Hasil (2017)

Page 67: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

59

Meskipun begitu, jalan kerohanian itu pada tingkat tertinggi tidak boleh mengabaikan kebersihan secara fisik, harus sejalan, kehormatan anak cucu dan orang sekitar tetap harus dijaga48. Membina diri tidak hanya keterampilan tetapi juga perilaku (Ajaran Besar di Bab I)49. Selain aturan ibadah yang sudah berjalan secara periodik, tindakan mengawal batin juga bisa dilakukan dengan melakukan meditasi, membangun sebuah ketenangan untuk melatih spiritualitas50. Meskipun dalam ajaran Kongzi tidak diperbolehkan menyendiri menjauh dari keramaian, jauh dari kehidupan sosial tetapi menyendiri dalam waktu sementara (quiet times) tetap diperlukan.

Larangan menyendiri itu hanya untuk tindakan pada waktu yang lama51. Intinya adalah menjaga kesucian di tengah keramaian, selain berpantang penyembah Tian haruslah mengingat selalu. Biasanya dalam level rohaniwan, mereka yang bermula menjadi Dao Sing belum sepenuhnya bisa menempuh jalan suci, masih pengajar, pada tingkatan Wen Shi seorang rohaniwan sudah mulai memasuki jalan suci. Syaratnya harus memiliki pengetahuan yang cukup dan telah memahami tata upacara di dalam agama Khonghucu, dan jika sudah menikah pun maka menempuh jalan suci tetap harus selalu seimbang dengan kehidupan sosialnya. Bekerja untuk keluarga dengan terus melatih batin, spiritual

48 Wawancara dengan Xs. Usman Arif. 14 Mei 201749 Ibid. 50 Wawancara dengan Fandi Maramis, 18 Mei 2017

51 Wawancara dengan berbagai narasumber yang sepakat bahwa Kongzi melarang menyepi dari keramaian dan kehidupan sosial, karena manusia hadir juga untuk menyelesaikan persoalan keduniaan.

Page 68: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

60

agar semakin naik kualitasnya.

Berpantang yang dimaksud dalam tata cara menempuh jalan suci, sepenuhnya nanti akan didefinisikan sendiri oleh pelakunya. Umumnya berpantang yang dimaksud adalah perbuatan, terpenting tindakan tersebut adalah menjaga diri agar tidak melanggar kesusilaan, mulut harus dijaga, menghindari dari perilaku memalukan. Dalam hal berpantang dimaknai juga dalam tingkah laku yang positif dengan membantu orang lain52. Penting untuk dipikirkan di kalangan rohaniwan Konghucu, bahwa memacu aspek spiritualisme umat perlu panduan dan bimbingan, karena pengalaman tidak serta merta bisa dimengerti sebagai sesuatu yang baik atau buruk53.

Spiritualisme di agama Khonghucu jika dipersamakan dengan beberapa nilai yang berkembang di agama lain juga banyak kemiripan. Meskipun jalan dan istilah tidak akan sama, sebab pelembagaan atas ajaran juga dapat menumbuhkan disparitas antardefinisi. Bahkan dengan filsafat Jawa pun, meskipun bisa dipersamakan, tetapi posisi memulai latihan jiwanya berbeda. Filsafat jawa berkembang secara lisan tidak tertulis, Ru Jiao awalnya juga begitu sampai Kong Zi menulisnya54. Aspek kebatinan itu melampui sesuatu yang tertulis, makna dibalik teks itu lebih besar dibandingkan barisan narasi55. Alam tidak bicara tetapi memberi pesan, Tuhan ada suara, suara itu mewakili Tuhan, dengan kata lain bisikan itu tetap ada, hanya seringkali berhadap-hadapan dengan rasionalitas56.

52 Wawancara dengan Xs. Usman Arif. 14 Mei 201753 Ibid.

54 Ibid.55 Wawancara dengan Fandi Maramis, tentang pengalamn

spiritualnya. 18 Mei 201756 Op. Cit, dengan Xs. Usman Arif, 14 Mei 2017.

Page 69: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

61

Sumber Ajaran

Sumber ajaran dasar agama Khonghucu adalah sembilan kitab. Kitab Si Shu, yang memuat empat kitab utama yang terdiri dari Ajaran Besar (Da Xue), Tengah Sempurna (Zhong Yong), Sabda Suci (Lun Yu), dan Meng Zi. Kemudian Wu Jing yang terdiri dari lima kitab, Shi Jing (Kitab Sanjak), Shu Jing (Kitab Hikayat), Yi Jing (Kitab Perubahan), Li Jing (Kesusilaan), Chen Qiu Jing.

Simbol-simbol Penting dalam Agama Khonghucu

Simbol di tradisi Khonghucu sangat banyak, selain Yin Yang yang telah dibahas tersendiri di etika dan spiritualitas, sebagian besar simbol yang dimaksud berada di dalam Klenteng. Di Dalam Klenteng Boen Bio Surabaya beberapa simbol bisa dapat di pahami sebagai berikut:

Pertama, dua tiang soko guru menyimbolkan Zong Shu (Cong Su), jalan suci nabi/orang suci, satu menembus semua. Naga menyimbolkan kemuliaan dan keagungan. Klenteng itu sendiri adalah simbol utama agama Khonghucu. Kemudian berikutnya terdapat simbol penting.

Kedua, Genta/duo: sebagian simbol Kongzi adalah genta yang digunakan untuk memanggil rakyat di masa lalu. Asalnya ada dua jenis genta, Mu Duo adalah genta dengan lidah pemukul kayu gunanya memberi tahu urusan sipil. Kemudian Jinduo, lidah pemukulnya adalah logam, gunanya untuk memberi berita urusan militer. Jadi Kongzi sendiri disimbolkan dengan genta (Tian Zi Mu

Page 70: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

62

Duo) utusan Tuhan untuk mengetuk kesadaran manusia57. Ketiga, Qilin (di beberapa produk ditulis kilin): seperti anak lembu, bertanduk tunggal, sisiknya seperti naga, mukanya singa ekornya lembu adalah simbol cinta kasih, tanduk terbuat dari daging. Qillin termasuk hewan suci, menampakkan diri saat peristiwa besar, dalam 5000 tahun hanya tiga kali. Pertama saat lahir nabi Kong Zi dan saat wafatnya kemudian saat peristiwa besar di Tiongkok58. Keempat, Kura-kura: Orang-orang Tiongkok dan etnis Tionghoa seberang lautan sangat yakin bahwa banyak rahasia langit dan bumi tersembunyi di Kura-kura, karena pola rumit dan garis-garis pada cangkangnya. Oleh karena itu, kura-kura telah menjadi makhluk misteri dan sumber budaya berlimpah. Kura-kura juga melambangkan umur panjang, karena umurnya yang sangat panjang. Biasanya orang menggunakan metafora “umur kura-kura” atau “umur bangau” untuk mengungkapkan bahwa kehidupan seseorang akan selama umur kura-kura dan bangau. Sejak zaman dahulu, orang percaya bahwa kura-kura membawa keberuntungan, dan telah menjadi makhluk spiritual yang suci. Menempatkan patung kura-kura yang terbuat dari batu giok di rumah dapat mendamaikan Ying dan Yang, mengatur medan magnet alami, dan bertindak sebagai suplemen keberuntungan. Sebuah kura-kura terbuat dari batu giok juga dapat berfungsi untuk menjaga tempat tinggal dan untuk menjamin keamanan dan kesejahteraan. Keempat, simbol empat lampu, empat tiang, empat penjuru di Klenteng, melambangkan semua manusia bersaudara. Kelima, 12 Shio merupakan pengembangan makna tentang

57 Wawancara dengan Ws. Tan Jing Meng, 14 Mei 201758 Wawancara dengan Ws. Tan Jing Meng, 14 Mei 2017

Page 71: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

63

lima elemen dasar, Kayu—Api—Tanah—Logam—Api. Konsepsi dari saling menghidupkan (melindungi) dan mematikan. Tanah menghidupi logam, logam menghidupi air, air menghidupi kayu, kayu menghidupi api. Kemudian saling mematikan, air mematikan api, api mematikan logam, logam mematikan kayu, kayu mematikan tanah, tanah menyerap/menghambat air.

Selanjutnya dikembangkan rumus:

0 = besar 1 = Kecil tahun 0 1 = Logam2 = besar 3 = kecil tahun 2 3 = air4 = besar 5 = kecil tahun 4 5 = kayu6 = besar 7 = kcil, tahun 6 7 = api8 = besar 9 = kecil, tahun 8 9 = tanah

Keenam, Pi Xiu, atau disebut juga Bi Xie (yang berarti: menangkal kejahatan) di bagian utara China. Hewan ini adalah salah satu binatang keberuntungan dalam budaya China. Ada beberapa variasi binatang ini. Pi Xiu dengan satu tanduk disebut Tian Lu, dan binatang dengan dua tanduk dikenal sebagai Bi Xie. Binatang ini memiliki sayap pendek, ekor keriting, surai dan janggut. Pi Xiu dianggap sebagai binatang keberuntungan karena semakin lebar mulutnya membuka berarti semakin banyak uang datang. Semakin bulat perutnya, semakin banyak uang di dalamnya. Orang-orang seperti Xiu Pi karena ditandai dengan fitur biasa memiliki mulut, tetapi tidak ada organ ekskretoris. Ini melambangkan tabungan, tetapi tidak menghabiskan uang. Pi Xiu umumnya dipajang di tempat-tempat seperti penukaran mata uang asing, saham, keuangan, balap kuda, bank, dan tempat-tempat lain yang berhubungan dengan arus finansial. Namun, Pi Xiu tidak efektif untuk siapa pun yang melanggar hukum atau melakukan kejahatan, karena

Page 72: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

64

Pi Xiu sendiri merupakan makhluk suci.

Ketujuh, Hio, artinya harum. Yang dimaksud harum disini ialah Dupa, yaitu bahan pembakar yang dapat mengeluarkan asap berbau sedap/harum. Dupa yang dikenal pada jaman Nabi Khongcu (Kongzi) berwujud bubuk atau belahan kayu, misalnya Tiem Hio (Cheng Xiang), Bok Hio (Mu Xiang)/Gaharu, Than Hio (Tan Siang)/Cendana dan lain-lain.

Peribadatan

Peribadatan adalah suatu kewajiban sekaligus kebutuhan59. Sepanjang tahun setidaknya ada empat kali sembahyang besar, khusus kepada Tuhan. Sembahyang empat musim60:

Musim Semi (8-11 tahun Imlek) pukul 11.Musim Gugur, Zhong Qiu (cong ciu) sembahyang yang

dilakukan saat tersebut diyakini kondisi alam paling harmonis. Sajiannya Kwe Pia (terang bulan) maknanya kita menyampaikan syukur pada alam yang harmonis (15-8 tahun Imlek)

Musim dingin, pada 22 Desember. Peribadatan berikutnya:Qing Ming (Ceng Beng), sembahyang kubur pada bukan

4 tanggal 5 Masehi. Coki, setiap tahun diselenggarakan peringatan kematian.

Biasanya untuk anggota keluargaSembahyang leluhur yang diselenggarakan pada

tanggal 15-7 tahun Imlek, dan 19-7 Imlek. Tujuannya

59 Wawancara dengan Xs. Bingki Irawan, 15 Mei 201760 Wawancara dengan Tan Jin Meng, 14 Mei 2017

Page 73: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

65

menghormati arwah umum. Sembahyang kelahiran roh suci.

Sembahyang yang dilakukan oleh pemeluk Khonghucu sebagian besar melibatkan peralatan, terutama dupa. Jumlah dupa menentukan tujuan penghormatan, kalau satu dupa maka persembahan itu untuk Tian, Maha Besar Huang Tian. Kemudian dupa dua, untuk kesimbangan Yin dan Yang, sedangkan tiga dupa adalah pelambang persembahan Tian Di Ren (Tuhan—Alam—Manusia). Jumlah dupa dalam persembahyangan lima helai, maka persembahan tersebut pelambang dari 5 unsur (Wu Xing). Selanjutnya jumlah dupa tujuh, persembahan untuk memohon perlindungan dari aura negatif. Dupa berjumlah delapan dimaksudkan untuk persembahan pada asal mula kehidupan. Persembahan dengan jumlah dupa sembilan, dimaksudkan untuk menghilangkan kebajikan yang bercahaya. Posisi dupa sendiri dimaknai sebagai instrumen untuk mengiringi hati kita dengan harumnya dupa naik sampai ke atas.

Ke depan perlu ada perbaikan dalam hal tata ibadah, sekian lama agama Khonghucu tidak diurus banyak hal tertinggal dibanding dengan agama lain61. Misalnya dengan tata cara memerlakukan orang meninggal, dulu hanya formalitas saja. Jadi dalam hal penghormatan kepada orangtua yang telah meninggal, kita harus serius tidak hanya menghormati secara formalitas tetapi bagaimana mendorong roh itu mendapat jalan yang baik62 pada

61 Wawancara dengan Xs Bingki Irawan, 15 Mei 201762 Wawancara dengan Xs Usman Arif, 14 Mei 2017

Page 74: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

66

kehidupan selanjutnya.

Perjuangan Memertahankan Identitas

Kota Surabaya menjadi simbol perjuangan penganut Khonghucu untuk mendapatkan keadilan terutama eksistensi sebagai agama. Gong pertaruhan itu dimulai dari kasus perkawinan Budi Wijaya dengan Lani63. Pernikahan mereka sempat ditolak yang akhirnya diajukan gugatan ke pengadilan. Gaung perjuangan eksistensi agama Khonghucu yang sempat terpinggirkan oleh kebijakan orde baru saat itu berakhir menggantung (15-11-1996 berita tentang memori banding Budi Wijaya belum diajukan, Suara Indonesia).

Ketika KH Abdurahan Wahid menjadi presiden, melalui Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 Tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat China. Dengan adanya Keppres ini, umat Khonghucu dapat menjalankan segala sesuatu yang berkaitan dengan agamanya.

Pengakuan Khonghucu sebagai agama membawa dampak yang amat banyak dalam perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Tidak hanya berhenti pada pengakuan agama saja namun juga diperbolehkannya budaya China untuk dipelajari dan dipertunjukkan di Indonesia. Berbagai pengakuan seperti pemberian hak-hak sipil dan politik, serta ekonomi sosial dan budaya yang pada masa sebelumnya tidak pernah didapatkan oleh etnis Tionghoa, mulai didapatkan pada era reformasi ini.

63 Bundel laporan dan kliping berita koleksi Klenteng Boen Bio Surabaya tentang kasus Budi dan Lanny. Diperoleh 15 Mei 2017.

Page 75: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

67

Selama hampir 20 tahun hak-hak umat agama Khonghucu dan etnis Tionghoa telah dikebiri. Sekarang zaman telah beralih. Demokrasi dan Pengakuan Hak asasi Manusia menjadi sangat penting dalam perkembangan negara di dunia. Termasuk juga dengan Indonesia. Berbagai catatan kelam Hak Asasi Manusia di Indonesia tidak boleh terulang dan diskriminasi seperti yang terjadi pasca masa orde baru harus diminimalisir. Hak masyarakat akan Hak Asasi Manusia sudah tidak dapat ditawar lagi dan harus dipenuhi oleh negara. Harus ada komitmen yang lebih dari pemerintah untuk menjamin hal tersebut. Pengakuan agama Khonghucu di Indonesia saat ini baru berlangsung sekitar sepuluh tahun.

Organisasi Keagamaan dan Dinamika Internal Khonghucu

Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) adalah sebuah organisasi yang mengatur perkembangan agama Khonghucu di Indonesia. Organisasi ini didirikan pada tahun 1955, adalah organisasi kemasyarakatan utama di penganut Khonghucu. Keberadaan umat beragama Khonghucu beserta lembaga-lembaga keagamaannya di Nusantara atau Indonesia ini sudah ada sejak berabad-abad yang lalu, bersamaan dengan kedatangan perantau atau pedagang-pedagang Tionghoa ke tanah air kita ini. Mengingat sejak zaman Sam Kok sekitar abad ke-3 Masehi, Agama Khonghucu telah menjadi salah satu di antara Tiga Agama Besar di China waktu itu; lebih-lebih sejak zaman dinasti Han, atau tepatnya tahun 206 sebelum Masehi telah dijadikan Agama Negara.

Kehadiran Agama Khonghucu di Indonesia telah

Page 76: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

68

berlangsung berabad-abad lamanya, Klenteng Ban Hing Kiong di Manado didirikan pada tahun 1819 . Di Surabaya didirikan tempat ibadat Agama Khonghucu yang disebut masa awal: Boen Tjhiang Soe, kemudian dipugar kembali dan disebut sebagai Boen Bio pada tahun 1906. Sampai dengan sekarang Boen Bio yang terletak di Jalan Kapasan 131, Surabaya masih terpelihara dengan baik dibawah asuhan Majelis Agama Khonghucu (MAKIN) Boen Bio Surabaya. Di Solo didirikan Khong Kauw Hwee sebagai Lembaga Agama Khonghucu pada tahun 1918. Pada tahun 1923 telah diadakan Kongres pertama Khong Kauw Tjong Hwee (Lembaga Pusat Agama Khonghucu) di Yogyakarta dengan kesepakatan memilih kota Bandung sebagai Pusat. Pada tanggal 25 September 1924 di Bandung diadakan Kongres ke dua yang antara lain membahas tentang Tata Agama Khonghucu supaya seragam di seluruh kepulauan Nusantara64.

Satu tahun terakhir muncul perkumpulan rohaniwan Khonghucu Indonesia (PARAKIN), tujuannya untuk menguatkan kemampuan rohaniwan dalam hal spiritualitas dan kemampuan kepemimpinan umat. Baik dalam hal memimpin peribadatan maupun memberikan teladan di masyarakat65. Dalam hal gerakan perubahan yang dicanangkan informan menampik adanya friksi di kalangan tokoh Khonghucu, hanya saja peningkatan kualitas bimbingan dan keumatan itu sendiri harus ditambah. PARAKIN tidak bermaksud menggeser posisi majelis agama yang sudah ada, bahkan bisa bernaung dalam payung

64

65 Wawancara dengan Xs. Bingki Irawan, 15 Mei 2017

Page 77: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

69

besar majelis dimaksud. Setelah sekian lama perjuangan menjadikan Khonghucu “diakui” sebagai agama kiranya konflik antarumat diarahkan ke produktifitas.

Hubungan Umat Khonghucu dengan Pemerintah dan Masyarakat.

Pelayanan sipil terhadap umat Khonghucu meskipun belum sempurna tetapi setidaknya diskriminasi sudah mulai berkurang dibandingkan dengan era orde baru66. Hal penting yang masih belum tergarap adalah pendidikan, kurangnya guru agama Khonghucu di sekolah negeri belum ada jalan keluar yang jelas. Justru beberapa sekolah swasta memberikan pengajaran agama Khonghucu dengan baik67.

Hubungannya dengan pemerintah daerah tidak terlalu intens, selain tergabung dalam FKUB belum ada ofisial yang dapat menghubungkan pemerintah dengan penganut Khonghucu. Adapun struktur di Kementerian Agama Wilayah Jawa Timur di bawah Kasubbag Hukum dan KUB, anggaran pembinaan terbatas68. Selain keterbatasan porsi anggaran, kegiatan pembinaan mengalami kendala dengan kultur masyarakat Tionghoa yang mendahulukan pekerjaan dibanding urusan sosial69. Kecuali bagi mereka yang secara profesi berada di luar mainstream, misalnya guru dan profesi yang tidak terikat bisnis dan perdagangan.

66 Wawancara dengan Ann Lee, 10 Mei 201767 Wawancara dengan Tan Jing Meng, Fandi Maramis dan Ann

Lee. 10 Mei 2017

68 Wawancara dengan Kasubbag Hukum dan KUB Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur, 28 April 2017

69 Ibid.

Page 78: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

70

Lambatnya sosialisasi ajaran Khonghucu memerlukan tindakan affirmatif, selama ini pendidikan agama di universitas dan sekolah seringkali dianggap sebagai kegiatan biasa70. Keterbatasan pengajar didukung oleh Matakin Jawa Timur dengan berbiaya mandiri, tidak didukung secara khusus. Tindakan afirmatif diperlukan untuk meningkatkan pelayanan terhadap umat Khonghucu.

Umat Khonghucu di Surabaya lebur dalam karakter Suroboyoan dan Jawa Timuran. Cukup memberi warna dalam aspek bahasa dan kehidupan sosial, termasuk dalam beraktifitas, membaur dengan masyarakat. Kegiatan di Kelenteng Boen Bio,seperti barongsai dan pelatihan silat, umat selain Khonghucu melibatkan orang berbeda agama dan tidak selalu berasal dari etnis Tionghoa.

Dampak Terhadap Kehidupan Keagamaan

Surabaya dapat dianggap miniatur keberagaman dan keberagamaan, cukup toleran dan tidak terbangun dalam sentimen yang serius. Candaan Surabaya mungkin saja mengurangi ketegangan antarpenganut agama. Kehidupan keagamaan di Surabaya, terutama sejak perjuangan pernikahan dalam agama Khonghucu tahun 1996 sangat kondusif, dukungan publik saat itu membuat perjuangan komunitas memiliki spirit sampai tingkat yang optimal.

Sebagai akhir paparan dari kajian mengenai Khonghucu di Surabaya, dapat disimpulkan bahwa keberadaan penganut Khonghucu di Surabaya bukanlah sesuatu yang asing mengingat sejak zaman Majapahit,

70 Wawancara dengan Ws. Dr. Ongky Setio Kuncoro, 29 April 2017

Page 79: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

71

Ujung Galuh71 telah dihuni oleh kalangan Tionghoa.

Hubungan antarpenganut telah berlangsung sekian ratus tahun, begitu juga dengan relasi di zaman modern Jawa Timur memiliki catatan peristiwa yang cukup banyak menyangkut Khonghucu dan komunitas Tionghoa, baik di zaman kemerdekaan sampai dengan gejolak perjuangan penganut Khonghucu mendapatkan pengakuan di era 90 an.

Dinamika internal antarpenganut Khonghucu dapat ditrasmisikan ke dalam tindakan yang produktif dan wacana yang kaya menyangkut perannya terhadap republik. Disamping pelayanan sipil yang diperoleh mulai membaik pasca reformasi, tetapi tindakan khusus untuk meningkatkan kualitas kehidupan keagamaan tetap perlu segera dilakukan.

Posisi vital klenteng perlu dipahami sebagai pekerjaan rumah untuk membenahi posisi umat Khonghucu terhadap pemerintah, misalnya pembenahan terhadap karut marutnya klaim rumah ibadah dengan umat lain. Secara umum pemaparan ini menjawab tujuan penelitian, yaitu diperolehnya deskripsi bentuk layanan yang sudah dan belum diberikan oleh pemerintah. Kemudian deskripsi layanan keagamaan yang dibutuhkan oleh umat beragama Khonghucu. Serta telah tersedia data hubungan umat agama Khonghucu dengan umat lainnya.

Sebagai penutup studi tentang Khonghucu di Kota Surabaya, penulis merekomendasikan diantaranya perlu adanya Pusat Bimbingan Masyarakat Agama Khonghucu

71 Nama lain dari Surabaya di zaman Jawa Kuno, terkenal di zaman Majapahit.

Page 80: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

72

Kementerian Agama bersama dengan Majelis Tinggi Agama Khonghucu yang menetapkan pakem keagamaan Khonghucu secara kuat dan terhindar dari bias tradisi Tiong Hoa, meskipun nilai dasarnya secara sosiologis hidup seiring dengan komunitas.

Perbedaan di kalangan petinggi keagamaan Khonghucu haruslah dipandang sebagai aset dan potensi, kondisi tersebut memunculkan berbagai kelebihan dan kekurangan yang dapat dimanajemen dengan baik. Untuk itu, jalan penyelesaian melalui cara yang humanis dan beradab akan membuat umat senang.

Pusat Bimbingan Masyarakat Agama Khonghucu perlu memerjuangkan kekurangan penyuluh di Jawa Timur, memertimbangkan aspek rasio umat dan kebutuhan pembinaan segera dirumuskan bersama antarelemen.

Page 81: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

73

Bagian IV

KHONGHUCU DAN PROBLEM IDENTITASDI KEPULAUAN RIAU

Oleh: Edi Junaedi

Potret Keagamaan Provinsi Kepulauan Riau

Berikut adalah informasi jumlah penduduk provinsi Kepulauan Riau dilihat dari agama yang dianut oleh penduduk berdasarkan data sensus penduduk 2010. Dikutip dari laman situs BPS ruang sensus 2010. Berdasarkan data sensus tersebut, jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Riau sebesar 1.679.163 jiwa, populasi terbanyak berada di Kota Batam.

Agama yang paling banyak dianut, penduduk Provinsi Kepulauan Riau adalah Islam. Berikutnya Agama Kristen, Buddha dan Katolik. Agama Islam menjadi mayoritas disemua kabupaten dan kota. Agama Kristen dengan jumlah besar tinggal di Kota Batam dan Tanjung Pinang, Agama Buddha berada di Kota Batam, Tanjung Pinang dan Kabupaten Karimun. Berikut dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2: Pemeluk Agama di Kepulauan RiauKota/

Kabupaten Islam Kristen Katolik Hindu Buddha Khc Jumlah

Karimun 179,006 7,529 2,284 31 22,650 629 212,561 Bintan 123,332 7,554 2,920 215 6,983 568 142,300 Natuna 66,599 863 257 7 770 228 69,003 Lingga 78,355 1,544 898 3 4,774 585 86,244

Kepulauan Anambas 34,642 808 933 5 1,007 10 37,411

Kota Batam 701,132 158,392 28,744 1,075 51,432 1,003 944,285

Page 82: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

74

Kota/Kabupaten Islam Kristen Katolik Hindu Buddha Khc Jumlah

Kota Tanjung Pinang

149,135 10,886 2,216 205 24,114 366 187,359

Jumlah 1,332,201 187,576 38,252 1,541 111,730 3,389 1,679,163 Sumber: Data Sensus Penduduk 2010 – Badan Pusat Statistik Republik Indonesia

Layanan Keagamaan oleh Pemerintah

Sejauh ini Kementerian Agama melalui Kanwil Provinsi Riau, khususnya Bagian Kerukunan Umat Beragama, sudah melakukan pembinaan kepada umat Khonghucu. Bahkan, pernah juga dilakukan workshop bagi guru agama Khonghucu di Kepri, seperti yang dilakukan pada tahun 2012 di Batam (Wawancara dengan Sidiq, Kasubbag KUB Kanwil Kepri, 20 April 2017).

Selain itu, pemberian bantuan rumah ibadat pun sudah direalisasikan kepada beberapa Klenteng di Kota Tanjung Pinang, Kabupaten Bintan dan Kota Batam. Terakhir, Kemenag Pusat menggelontorkan dana 400 juta untuk bantuan pendirian Klenteng Baru di Kota Batam, yang sampai penelitian ini dilakukan sudah terwujud dan digunakan untuk ibadah, walau belum sepenuhnya rampung. (Mursal, Staf KUB Kanwil Kepri, 19 April 2017, dan Soedarmadi, Ketua Matakin Batam, 20 April 2017).

Pendataan umat Khonghucu di Kepri terus berjalan, setidaknya sampai dengan Mei 2017, terus berjalan proses pembenahannya. Namun, di lapangan mengalami beberapa kendala, antara lain: Pertama, masih ada keengganan dari masyarakat Tionghoa yang berkeyakinan Khonghucu untuk pindah agama, karena masalah ini bagi mereka

Page 83: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

75

tidak dianggap prioritas/penting (Wawancara Sidiq, idem); Kedua, sebagian malas untuk mengurus perpindahan status agama di KTP, karena tidak mau disibukkan dengan urusan administratif (Wawancara Sidiq, idem); Ketiga, ada juga yang enggan karena soal warisan (Wawancara Mursal, idem); Keempat, sebagian elit enggan karena sudah memiliki jabatan di organisasi agama Buddha (Sakwan, Sekjen Walubi Kepri, 7 Mei 2017).

Angka-angka yang muncul dalam tabel BPS Provinsi Kepri di atas, menurut Kasubag TU Kanwil Kemenag baru sebagian umat Khonghucu yang mau mengurus KTP-nya. Data riil di lapangan menjelaskan, masih cukup banyak umat Khonghucu yang belum mengurus identitas kependukannya dengan berbagai alasan (Sidiq, 6 Mei 2017), sebagaimana dijelaskan di atas. Pendataan dengan pola tertentu, dengan kartu keanggotaan Klenteng di Kota Tanjung Pinang pernah dilakukan.

Sangat disayangkan, hal itu tidak berlanjut dan hanya terdata sampai tahun 2009. Dari sekian persoalan Khonghucu yang ada, soal rumah ibadat ini juga masih masalah pada aspek pendataannya. Dengan sejarahnya yang panjang, etnis Tionghoa di Provinsi Kepri memiliki jejak keagamaan yang cukup kuat. Sejauh penelusuran peneliti di lapangan, Klenteng banyak berdiri di sejumlah kabupaten dan kota dalam wilayah provinsi ini. Hanya saja, pada saat Khonghucu dilegalisasi sebagai sebuah agama yang dilayani pemerintah sejak keluarnya Perpres No. 6 Tahun 2000, maka keberadaan Klenteng menyisakan sebuah persoalan. Dari sekian Klenteng yang ada, manakah yang menjadi rumah ibadat Khonghucu dan manakah yang Buddha? Sampai hari ini, kepemilikan Klenteng secara absah belum selesai.

Page 84: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

76

Karena itu, Soedarmadi (Ketua Matakin Kepulauan Riau) berpendapat bahwa sebelum menyelesaikan persoalan Khonghucu yang lain, maka kejelasan rumah ibadat Khonghucu harus jadi prioritas.

Bentuk Layanan Keagamaan yang Dibutuhkan

Kalau bicara soal kebutuhan layanan keagamaan oleh umat Khonghucu, sebenarnya tidak perlu dipertanyakan. Kebutuhan itu hampir bisa dipastikan adanya. Hanya masalahnya, bagaimana mungkin bisa mengukur skala kebutuhan itu bila data keagamaannya sendiri belum jelas. Semestinya pendataan umat harus diprioritaskan. Agar lebih efektif, maka seharusnya diselesaikan soal kejelasan status Klenteng, apakah milik umat Khonghucu atau Buddha (Soedarmadi, Ketua Matakin Batam, 20 April 2017).

Dengan data yang ada, tingkat kebutuhan umat Khonghucu di Kepulauan Riau masih sangat tinggi. Selain soal kemandirian rumah ibadat yang belum jelas, keberadaan tokoh agama Khonghucu juga masih minim. Jangankan Wen Shi (Guru Agama), Jiao Sheng (Penebar Agama) di tiap Kelenteng saja relatif kekurangan, apalagi setingkat Xue Shi (Pendeta). Karena itulah, tidak mengherankan bila sekolah agama di Kelenteng pun relatif minim dan sepi jamaah. Ini misalnya tampak terjadi di Klenteng Sam Guang Bio Kota Tanjung Pinang. Kondisi tersebut diakui oleh Srijoto, seorang Wen Shi di Klenteng tersebut (Srijoto, 20 April 2017).

Bahkan, hampir bisa dikatakan semua unsur fasilitasi keagamaan Khonghucu masih tinggi tingkat kebutuhannya, baik hal yang bersifat fisik maupun personil tenaga keagamaan, setidaknya Jiao Sheng, penebar agama

Page 85: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

77

(Soedarmadi, 12 Mei 2017). Namun lagi-lagi, penyelesaian secara tegas dengan Umat Buddha terkait rumah ibadat (Kelenteng) menjadi prioritas utama.

Hubungan Sosial Umat Khonghucu

Melihat soal ini, bisa menilik dari aspek problematika sosial Kepulauan Riau. Secara umum provinsi pecahan dari Riau ini secara statistik termasuk dalam kategori aman, tidak banyak terjadi konflik sosial. Relasi sosial antarkelompok etnis dan agama di Provinsi ini sangat baik, termasuk dalam hal ini relasi sosial umat Khonghucu dengan umat lainnya.

Etnis Tionghoa, etnis mayoritas umat Khonghucu, punya sejarah panjang di bumi Kepri, khususnya di Pulau Bintan. Karena itulah, apa yang ditemukan di lapangan dari aspek interaksi sosialnya, umat Khonghucu cukup harmonis dengan umat agama lainnya. Dengan umat Islam misalnya, relasinya cukup harmonis di daerah Senggarang dan Kota Tanjung Pinang pada umumnya. Hal ini bisa tergali dari pengakuan Ustadz Madyan yang tinggal di daerah Senggarang, sebuah daerah yang dianggap salah satu kantong komunitas Tionghoa di Kota Tanjung Pinang dan banyak berdiri Klenteng dan Vihara di sana. (Madyan, 6 Mei 2017).

Kalaupun terjadi ketegangan, hemat peneliti, itu lebih disebabkan karena euforia sebagian elit umat Khonghucu yang merasa mendapatkan “angin segar” dengan legalitas Khonghucu sebagai agama ke-6 di bumi nusantara yang diberikan di era pemerintahan Abdurahman Wahid. Peristiwa konflik perebutan Klenteng sebagai rumah ibadah pernah terjadi di daerah Tanjung Batu, Pulau

Page 86: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

78

Kundur, Kepri. Setelah terbitnya Keppres Abdurrahman Wahid Tahun 2000, elit Umat Khonghucu merasa berhak untuk memasang patung dewa di sebuah Klenteng daerah Tanjung Batu yang dijadikan tempat beribadah bersama Tri Dharma, di bawah pengelolaan Yayasan Dharmasanti. Walau sempat melibatkan pihak aparat keamanan, akhirnya konflik tersebut bisa diselesaikan dengan memberikan ruang khusus di luar sebelah kiri bangunan utama Klenteng untuk meletakkan patung dewa Khonghucu tersebut. (Herman, Edin, dan Kasman, 12 Mei 2017).

Selebihnya, relasi umat Khonghucu dengan umat agama lain bisa dianggap cukup harmonis dan tidak mengalami konflik yang krusial. Jadi, ketegangan hubungan di lapangan hanya terjadi dengan umat Buddha, karena memang pada awalnya mereka satu atap di bawah naungan Tri Dharma akibat terbitnya Inpres No. 14 Tahun 1967 pada masa Orde Baru yang membatasi agama, kepercayaan, dan adat istiadat China. Sejak munculnya Keppres Gusdur tahun 2000, umat Khonghucu seakan menjadi umat minoritas dan mesti membangun kembali komunitasnya yang telah pudar sejak tahun 1967.

Dari temuan lapangan di atas, maka bisa disimpulkan beberapa hal berikut: Pertama, negara sesungguhnya sudah cukup memfasilitasi layanan keagamaan kepada umat Khonnghucu di Kepri, baik dari hal fisik seperti pembangunan Kelenteng sampai pembinaan umatnya. Namun demikian, hal itu hanya berjalan begitu saja tanpa ada ukuran yang jelas. Ini terutama diakibatkan ketidakjelasan data dan atribut keagamaan umat Khonghucu di Kepri, terutama soal rumah ibadah (baca: Klenteng) yang masih tarik-menarik dengan umat Buddha.

Page 87: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

79

Kedua, tingkat kebutuhan akan fasilitas keagamaan jelas masih tinggi, karena jumlah tenaga keagamaan umat Khonghucu masih terbatas. Namun dalam hal ini, pengadaannya cukup mengalami persoalan karena belum jelasnya data keagamaan seperti disebutkan di atas. Ketiga, hubungan sosial keagamaan umat Khonghucu dengan umat lainnya relatif harmonis dan terjaga dengan baik. Kalaupun ada, itu hanya terjadi dengan umat Buddha, di mana sejak tahun 1967 keduanya mengalami kebersamaan yang sangat lama di bawah naungan Tri Dharma. Dengan terbitnya Keppres Gusdur Tahun 2000, keduanya seakan mengalami mengalami sindrom ketidaksiapan untuk berpisah.

Berangkat dari kesimpulan tersebut, maka bisa diinisiasi beberapa poin rekemondasi sebagai berikut: Pertama, perlu dilakukan upaya penyelesaian bersama antara elit umat Khonghucu dengan umat Buddha tentang rumah ibadat, terutama beberapa Klenteng yang memiliki sejarah dan sudah berdiri sebelum terbitnya Inpres Orde Baru Tahun 1967. Langkah ini bisa difasilitasi di bawah koordinasi Pusat Pemberdayaan Umat Khonghucu, Kementerian Agama RI. Kedua, perlu langkah-langkah yang lebih efektif untuk melakukan pendataan umat Khonghucu oleh tokoh-tokoh agama Khonghucu, didukung kebesaran hati oleh tokoh-tokoh agama Buddha. Ketiga, soal konversi data kependudukan bagi umat Khonghucu, perlu dilakukan mekanisme yang lebih mudah dan tidak memberatkan dalam pengurusanKTP. Dalam hal ini, upaya yang dilakukan oleh Kanwil Kementerian Agama Kepulauan Riau berkerjasama dengan Dinas Dukcapil dalam mempermudah pengurusan KTP bagi umat Khonghucu bisa dijadikan contoh yang baik dan perlu juga dilakukan di tempat lain. Wallahu a’lam.

Page 88: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

80

Page 89: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

81

Bagian V

UMAT KHONGHUCU PURWOKERTOOleh: Zaenal Abidin Eko Putro

Penganut Konghucu di Banyumas

Dalam kajian-kajian Tionghoa Indonesia, khususnya kajian para penganut Konfucian (Agama Khonghucu), wilayah Banyumas jarang sekali

disentuh. Untuk konteks Jawa Tengah, komunitas Tionghoa yang paling sering ditulis antara lain komunitas Tionghoa di Surakarta, dan di wilayah-wilayah kota pantai utara (pantura). Tulisan-tulisan tersebut pun lebih diwarnai konflik rasial ketimbang isu-isu yang terkait dengan eksistensi kelompok Tionghoa dalam mengembangkan dan melestarikan kultur serta identitas kelompoknya. Padahal komunitas Tionghoa dan segala bentuk eskpresi budaya dan kiprah ekonominya dapat ditemukan di Jawa Tengah secara umum, termasuk juga di wilayah Banyumas dengan kotanya, Purwokerto.

Penglihatan secara khusus diarahkan pada keberadaan umat Agama Khonghucu di Banyumas yang ternyata telah menetap di sini sejak jauh sebelum masa kemerdekaan. Bukti kuatnya antara lain secara fisik sekolah-sekolah Tionghoa yang berdiri tahun 1920-1930 yang masih dapat ditemukan peninggalannya hingga saat ini. Begitu juga dengan keberadaan Klenteng-Klenteng yang ada di Banyumas.

Berbeda dengan beberapa wilayah lain, komunitas Tionghoa di Banyumas menetap secara berpencar di

Page 90: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

82

berbagai kampung di kabupaten ini. Kongkritnya, tidak terdapat kampung Pecinan di wilayah ini. Mereka menyatu saja dengan masyarakat Jawa di kampung-kampung setempat. Sedikit berbeda, hanya mereka tinggal lebih dekat dengan lokasi pasar-pasar setempat. Belakangan baru muncul komplek-komplek perumahan yang ditinggali komunitas Tionghoa.

Begitu pula di wilayah Kota Purwokerto sendiri, komunitas Tionghoa merata di setiap kecamatan, baik Kecamatan Purwokerto Timur, Purwokerta Selatan, Purwokerto Utara dan Purwokerto Barat. Demikian halnya juga di Kecamatan Ajibarang, Kecamatan Sokaraja, Kecamatan Banyumas, Kecamatan Cilongok dan beberapa kecamatan lain. Di Kabupaten Banyumas sendiri terdapat tempat ibadah yang berunsur Tionghoa (klenteng) terdapat 3 buah, yaitu di Kecamatan Sokaraja, Kecamatan Banyumas dan di Kecamatan Purwokerto.

Umat Khonghucu terkonsentrasi di Klenteng Hok Tek Bio yang terletak di Kecamatan Purwokerto Timur. Klenteng ini cukup mudah ditemukan karena lokasinya berada di seberang pasar Wage, pasar yang cukup terkenal di Kota Purwokerto. Walaupun bukan dikhususkan untuk umat Khonghucu, dan umat Khonghucu membuat lithang di komplek klenteng ini, pengurus utama di klenteng ini merupakan pemeluk Khonghucu yang aktif di organisasi Makin Purwokerto.

Melihat kondisi demikian, agak mengherankan ketika terdengar terjadinya ketegangan di kalangan internal umat Khonghucu di Banyumas dengan puncaknya didirikannya Perkumpulan Rohaniwan Khonghucu Indonesia (Parakhin). Organisasi ini disinyalir merupakan organisasi tandingan

Page 91: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

83

Majelis Tinggi Agama Khonghucu di Indonesia (Matakin), satu-satunya organisasi umat Khonghucu yang ada selama ini. Di sinilah daya tariknya untuk melakukan penelusuran lebih jauh terhadap umat Khonghucu di wilayah ini. Walaupun, sejatinya Purwokerto dikenal bukan basis komunitas Tionghoa, dan umat Khonghucu khususnya, namun kemunculan Parakhin itu sendiri memunculkan sebuah tanda tanya besar.

Keberadaan umat Khonghucu secara nasional, mulai dikenal kembali secara luas terutama pasca Reformasi, sebab pada masa Orde Baru agama Khonghucu dimarginalkan, seolah-olah mati. Kemudian secara perlahan seiring pergantian presiden, umat agama Khonghucu semakin mendapatkan tempat dan memiliki hak yang sama dengan agama-agama lain di Indonesia. Keberadaan agama Khonghucu yang telah termuat dalam UU No. 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama. Dalam Pasal 1 disebutkan bahwa Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu, kembali dibebaskan untuk berkembang pasca Orde Baru.

Status keberadaan agama Khonghucu dipulihkan menyusul dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Inpres No. 14 tahun 1967 tentang larangan terhadap Agama Kepercayan dan Adat istiadat, serta hal-hal yang berbau China secara terbuka di muka umum. Seiring dengan waktu umat agama Khonghucu mulai dapat membuka diri di masyarakat dan berinteraksi layaknya warga negara Indonesia lainnya. Dengan keberadaan umat agama Khonghucu dilayani secara administrasi negara, sehingga negara pun berkewajiban memenuhi kebutuhan

Page 92: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

84

umat agama Khonghucu secara administratif pula.

Sekilas Wilayah Banyumas

Berbicara tentang Banyumas, pembacaan terhadapnya dapat diarahkan setidaknya pada dua hal, yaitu sisi wilayah geografis dan sisi bangunan kultur spesifik wilayah ini. Untuk yang pertama, akan disinggung lebih detail di bagian selanjutnya. Banyumas sebagai bangunan kultur, dapat dilihat dari sisi bahasa yaitu bahasa Banyumasan, Bahasa Jawa dialek ngapak, sangat khas dan menempati ruang kebahasaan Jawa tersendiri.

Dialek ngapak tidak dapat serta merta dibanding-bandingkan dengan dialek Bahasa Jawa yang lain. Dialek ngapak ini tidak terbantahkan menjadi penjelas identitas orang Banyumas dan penutur ngapak yang meliputi bukan hanya masyarakat yang menetap di wilayah Kabupaten Banyumas saja, melainkan juga meluas sampai pada wilayah-wilayah di sekitarnya seperti Purbalingga, Cilacap, Kebumen, Pemalang, Tegal, Brebes dan sekitarnya.

Bahasa ngapak dipersepsi sebagai bahasa yang lucu dan bahkan menjadi bahan lelucon yang menghibur, alih-alih sebagai bahasa yang mencerminkan nilai-nilai budaya yang luhur, sebagai identitas masyarakat Banyumas atau yang dikenal dengan istilah Wong Banyumasan. Masih banyak orang yang menganggap Bahasa Ngapak sebagai bahasa kasar dan bahasa rakyat jelata sehingga banyak juga orang Banyumas sendiri yang tidak merasa bangga dengan Bahasa Ngapak, bahkan cenderung menghindari penggunaan Bahasa Ngapak dan merasa malu kalau berbahasa Ngapak dengan orang dari luar daerahnya.

Page 93: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

85

Hingga saat ini, Bahasa Ngapak masih dipakai di wilayah-wilayah eks Karesidenan Banyumas, seperti Kabupaten Kebumen, Pemalang, Tegal, Brebes, bahkan sampai ke bagian timur dan pantai utara wilayah Cirebon, yakni Kabupaten Indramayu dan Karawang, yang kini masuk dalam wilayah Provinsi Jawa Barat.

Menariknya terdapat pendapat yang beredar bahwa Bahasa Jawa dialek Banyumas merupakan warisan dari zaman Majapahit dan bahasa masyarakat pada umumnya (lingua franca). Karena itu, tidaklah tepat jika ada anggapan yang menyebutkan bahwa Bahasa Banyumasan/ Bahasa Ngapak adalah bahasa Jawa kasar. Bahasa Ngapak justru menunjukkan sikap egaliter dan tidak memandang status.

Bahasa Ngapak eksis bukan hanya dalam bentuk lisan saja tetapi juga tulisan. Di Banyumas ditemukan naskah Babad Banyumas tertua yang berasal dari abad ke-16 atau 17, yang menggunakan bahasa Ngapak. Karena itu, masuk akal jika logat Banyumasan (ngapak) ditengarai sebagai logat Bahasa Jawa yang tertua. Padmosoekotjo (dalam Herusatoto, 2008) menyatakan bahwa Bahasa Jawa Asli (Jawadwipa) sudah ada jauh sebelum Aji Saka menciptakan aksara Jawa.

Saat itu bahasa lisan yang digunakan masih berbentuk ngoko lugu, seperti bahasa Ngapak saat ini. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa kata dalam bahasa Kawi/Sansekerta yang merupakan nenek moyang dari bahasa Jawa yang masih dipakai dalam bahasa Ngapak, seperti kata rika (Jawa = kowé, Indonesia = kamu), juga kata inyong yang berasal dari ingong, serta pengucapan vokal ‘a’ yang utuh, tidak seperti ‘å’ (baca: ‘ a’ tipis/miring) yang menjadi pengucapan dialek Banyumasan seperti halnya

Page 94: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

86

bahasa Sansekerta. Sebelum terkena pengaruh dari keraton/kerajaan, hampir tidak ada perbedaan antara krama inggil dan ngoko dalam Bahasa Jawa. Namun, setelah masa kerajaan-kerajaan Jawa, bahasa Jawa mengalami penghalusan, artinya, bahasa yang dipakai oleh rakyat biasa dan yang dipakai oleh keluarga kerajaan dibedakan pengucapannya walaupun maknanya sama.

Gaya pengucapan bicaranya hampir-hampir bibirnya tidak terbuka karena harus selalu berbicara dengan perlahan atau dengan berbisik-bisik, baik terhadap Sang Raja maupun dengan sesama gandhek. Tidak hanya dalam mengucapkan vokal ‘a’ saja, tetapi hampir seluruh huruf pun terdengar diucapkan dengan suara yang lebih ringan atau lemah, termasuk huruf-huruf lain yang seharusnya diucapkan dengan mantap, seperti d, g, h, j, k, o, dan w.

Rupanya penggunaan bahasa Jawa dialek gandhek itu justru menarik minat Sultan Hadiwijaya, yang semasa mudanya dikenal dengan nama Jaka Tingkir, yang menganggap bahasa Jawa logat gandhekan itu dirasa lebih halus, lebih sopan, dan lebih dapat menahan diri, walaupun para gandhek berada dalam situasi dan perasaan yang emosional. Hal ini didasarkan atas penilaian Sultan dalam keseharian para gandhek yang sedang menjalankan tugas, yaitu selalu manahan diri dalam situasi dan kondisi apapun.

Geografi dan Demografis

Wilayah Kabupaten Banyumas terletak di sebelah Barat Daya di Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Banyumas sekitar 1.327,60 km2 atau setara dengan 132.759,56 ha. Kabupaten Banyumas terbagi dalam 27 kecamatan, dengan wilayah terluas lebih dari 10 ribu

Page 95: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

87

hektar, sedangkan wilayah kecamatan terkecil adalah kecamatan Purwokerto Barat yang hanya mencapai luas 740 hektare (BPS Banyumas, 2014).

Penduduk Kabupaten Banyumas pada akhir tahun 2013 tercatat berjumlah 1.605.579 orang, yang terdiri dari 802.316 laki-laki dan 803.263 perempuan. Dari jumlah tersebut terlihat 3 kecamatan yang merupakan urutan teratas jumlah penduduknya yaitu Cilongok (113.187 orang), Ajibarang (92.612 orang), dan Sokaraja (80.763 orang). Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Purwojati dengan jumlah 31.414 orang.

Dengan luas Wilayah kabupaten Banyumas sekitar 1.328 kilomenter persegi didiami oleh 1.605.579 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk sebanyak 1.209 orang per kilometer persegi. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Purwokerto Timur yakni sebanyak 6.874 orang per kilometer persegi, sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Lumbir dengan kepadatan sebanyak 428 orang per kilometer persegi. (BPS Bnyumas, 2014).

Sangat disayangkan, bahwa di data BPS Kota Banyumas, belum terdapat penduduk berdasarkan etnis, sehingga tidak mudah untuk menentukan entitas etnis apa saja yang menetap di wilayah ini. Hal ini boleh jadi telah menguat identitas tunggal apa yang dinamakan wong Banyumas. Oleh karena itu, semua orang yang tinggal di Banyumas telah mengaku dirinya sebagai orang Banyumas, tanpa memperdulikan lagi latar belakang etnisnya. Hal ini pula yang menyulitkan untuk mengidentifikasi seberapa besar etnis Tionghoa di Banyumas. Informasi diperoleh berdasarkan penuturan yang didasarkan pada perkiraan

Page 96: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

88

informan.

Secara perkiraan, etnis Tionghoa sekitar mencapai angka 30 persen dari total populasi masyarakat Banyumas.72 Artinya jumlahnya terbilang kecil. Jejak-jejaknya pun tampak jelas. Komunitas Tionghoa telah membangun sekolah-sekolah Tionghoa yang berdiri tahun 1920-1930 dan masih dapat ditemukan peninggalannya hingga saat ini. Demikian pula dengan Klenteng-klenteng yang ada di Banyumas.

Komunitas Tionghoa di Banyumas menetap secara berpencar di berbagai kampung di kabupaten. Oleh sebab itulah, tidak terdapat kawasan Pecinan di wilayah ini (Wawancara dengan Akhsin Aedi, Kasubbag TU Kemenag Banyumas, 7 Mei 2017). Mereka telah menyatu dengan masyarakat Jawa di kampung-kampung dan menyatu dengan warga setempat. Sedikit berbeda, hanya mereka tinggal lebih dekat dengan lokasi pasar-pasar setempat.

Jika belakangan berdiri perumahan-perumahan, seperti Perumahan Permata Hijau yang terbilang perumahan elit dan yang kebanyakan ditinggali komunitas Tionghoa, perkembangan demikian itu belakangan saja baru muncul. Begitu pula di wilayah Kota Purwokerto sendiri, komunitas Tionghoa merata di setiap kecamatan, baik Kecamatan Purwokerto Timur, Purwokerta Selatan, Purwokerto Utara dan Purwokerto Barat. Demikian halnya juga di Kecamatan Ajibarang, Kecamatan Sokaraja, Kecamatan Banyumas, Kecamatan Cilongok dan beberapa kecamatan lain.

Sesuai dengan data Kemenag Kabupaten Banyumas, yang dirujuk oleh BPS Kabupaten Banyumas, tempat

72 Wawancara dengan Chumaidi Yusuf, Koordinator Gusdurian Banyumas, tanggal 15 Mei 2017.

Page 97: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

89

ibadat yang berunsur kecinaan (klenteng) terdapat 3 buah, yaitu di Kecamatan Sokaraja, Kecamatan Banyumas dan di Kecamatan Purwokerto Timur (Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas. Kabupaten Banyumas Dalam Angka 2015; jumlah Tempat Peribadatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Banyumas, 2015).

Umat Khonghucu terkonsentrasi di Klenteng Hok Tek Bio yang terletak di Kecamatan Purwokerto Timur. Klenteng ini cukup mudah ditemukan karena lokasinya berada di seberang pasar Wage, pasar yang cukup terkenal di Kota Purwokerto. Walaupun bukan dikhususkan untuk umat Khonghucu, dan umat Khonghucu membuat lithang di komplek Klenteng ini, namun pengurus utama di Klenteng ini merupakan pemeluk Khonghucu dan aktif di organisasi Makin Purwokerto (Wawancara dengan Maryati, salah seorang rohaniwan (jiaosheng) Khonghucu di Purwokerto, tanggal 13 Mei 2017). Letak Klenteng ini persis di belakang Pasar Wage, Purwokerto. Klenteng ini berdiri tahun 1831 dan telah mengalamidua kali renovasi hingga bentuknya sekarang (Klenteng Hok Tek Bio) tak hanya untuk umat Khonghucu. Menurut informasi, dua Kelenteng lain (1 di Kecamatan Banyumas dan 1 lagi kecamatan Sokaraja), umat Khonghucu belum mendominasi.73

Perkiraan mencapai 30 persen itu terkonfirmasi pada saat pengamatan terhadap pelaksanaan car free day (CFD) yang menutup jalan dari alun-alun hingga Jalan Sudirman. Acara CFD di hari Minggu 14 Mei 2017 itu tampak sepi. Para pengguna jalan yang mungkin melakukan aktivitas olahraga

73 http://banyumasnews. Com/6204/klenteng-hok-tek-bio-tak-hanya-untuk-umat-Khonghucu/, diakses 17 Mei 201).

Page 98: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

90

dan transaksi aneka kuliner secara ramai di acara seperti ini juga tidak tampak. Lebih-lebih, tidak dijumpai wajah-wajah oriental di sepanjang jalanan lengang itu, kecuali etnis Jawa/Melayu yang melakukan aktivitas santai di acara CFD dalam beberapa kelompok kecil yang berlangsung dari pukul 5 sampai 8 pagi itu. Secara umum, hari itu cukup sepi untuk ukuran sebuah car free day.

Di Banyumas terdapat makam Tionghoa, komplek Bong Muntang terletak di kelurahan Tanjung, Kecamatan Purwokerto Selatan, Banyumas. Berdiri pada tahun 1823 dengan luas areal ±8 hektar. Tipologi Bong Muntang Tanjung Banyumas tidak terlepas dari kosmologi Feng Shui sebagai bagian dari ajaran Tridarma; Konfusianisme, Taoisme dan Budhisme (Asiati, 2017: 18).

Agama Khonghucu di Purwokerto

Secara umum, umat Khonghucu di Purwokerto tidak berbeda dengan umat Khonghucu di wilayah lain di Indonesia. Dengan dipimpin para rohaniwan, umat Khonghucu di Purwokerto melakukan kegiatan kebaktian, terutama pada peristiwa upacara hari besar umat Khonghucu, memperingati hari lahir dan wafat nabi Khonghucu, Ibadah Ching Bing (Cheng Beng atau Ching Ming), kegiatan pendalaman Kitab Suci, pengajaran kaligrafi Mandarin, pengajaran Bahasa Mandarin, pelayanan keagamaan, mimbar Agama Khonghucu, upacara persaudaraan, dan kegiatan-kegiatan sosial.

Pusat kegiatan umat Khonghucu di Purwokerto bertempat di Klenteng Hok Tek Bio yang berlokasi di Jalan Wihara, dekat Pasar Wage, Purwokerto. Di dalam klenteng

Page 99: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

91

tersebut, juga didirikan litang74 yang khusus digunakan oleh umat Khonghucu. Akan tetapi, hambatan terhadap umat Khoghucu sendiri dari dalam internal klenteng tidak tampak di sini, sebab umat Khonghucu sangat kuat pengaruhnya di tempat ibadah ini.

Perkembangan Khonghucu Sebelum Reformasi

Organisasi Majelis Agama Khonghucu di Indonesia (Makin) Purwokerto, cabang dari Majelis Tinggi Agama Khonghucu di Indonesia (Matakin) didirikan tahun 1981. Sebelum berdirinya Makin di Purwokerto, umat Khonghucu di Banyumas belum secara jelas mengidentifikasi diri mereka sebagai umat Khonghucu. Mereka kebanyakan hanya mengikuti ritual ke klenteng atas ajakan orangtua mereka. Mereka mengimani agama leluhur yang diterima secara turun temurun. Selebihnya mereka berpartisiapsi dalam setiap kegiatan klenteng, baik di Purwokerto maupun di kota sekitarnya, seperti di Tegal.

Informasi tersebut disampaikan tokoh Khonghucu Banyumas, Nirsam Silun. Ia berupaya menengok ke belakang, seringkali waktu itu dirinya diajak berpartisipasi dalam acara-acara pawai Tionghoa dengan mementaskan tarian barongsai.

“Sebelumnya hanya kenal sembahyang saja. Waktu saya kecil oleh mamah saya diajak ke klenteng. Waktu itu mamah saya tidak menjelaskan langsung bahwa agama kita itu Khonghucu. Pokoknya setiap mamah ke klenteng, saya diajak. Jadi saya dari

74 Merupakan ruang ibadat umat khonghucu, bentuk lain dari Klenteng/Bio/Miao. Umumnya orang di luar Konghucu menyebut semua tempat ibadat mereka Klenteng atau Pekhong.

Page 100: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

92

kecil sudah dikenalkan mamah saya di klenteng ini”.75

Nirsam Silun yang sekarang menjabat sebagai Ketua Makin Purwokerto melanjutkan, dalam kunjungan ke salah satu klenteng di Tegal berikutnya sekitar tahun 1970an, mereka mulai didorong untuk merintis pendirian Makin di Purwokerto dan langsung bersentuhan dengan Agama Khonghucu yang lebih dikenalnya seperti sekarang. Lalu dikenalkanlah kegiatan kebaktian setiap tanggal 1 dan 15 penanggalan Imlek. Dalam perkembangannya, secara periodik penceramah-penceramah dari kalangan rohaniwan Khonghucu datang ke Purwokerto dan melakukan pembinaan umat.

Tokoh Khonghucu Banyumas lain seperti Hartono dan juga Sun Eng, menceritakan kegiatan pertemuan antarumat Khonghucu di wilayah Banyumas di era Orde Baru. Mereka lebih sering berkomunikasi dan mengadakan pertemuan dangan umat Khonghucu seluruh wilayah Priangan Timur. Mereka sering berkunjung ke Ciamis, Tasikmalaya maupun kota-kota lain yang berdekatan untuk membicarakan pembinaan umat Khonghucu.

Namun begitu, Orde Baru kemudian menyuguhkan drama yang memilukan bagi umat Khonghucu. Keluarnya Surat Edaran Menteri Dalam Negeri RI tahun 1978 berakibat antara lain hilangnya kolom Agama Khonghucu dalam kolom KTP. Mereka terpaksa menuliskan kolom agama selain Agama Khonghucu. Kebanyakan identitas mereka dalam KTP menjadi berubah dan menuliskan Buddha, dan sisanya agama lainnya yang diakui (Suryadinata, 2006:81,88).

75 Wawancara dengan Nirsam Silun, Ketua Makin Purwokerto, tanggal 5 Mei 2017

Page 101: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

93

Kebijakan itu muncul seiring menguatnya sentimen rasial terhadap etnis Tionghoa di Indonesia.

Setelah Orde Baru berakhir, negara memperlakukan Khonghucu lebih baik. Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) melalui Menteri Dalam Negerinya, Surjadi mencabut surat edaran tersebut melalui instruksi nomor 477/805/Sj. Kebijakan tersebut tentulah membawa dampak bagi penamaan diri umat Khonghucu. Hal ini juga terjadi di Purwokerto. Pelayanan pernikahan secara Khonghucu juga tidak lagi diperbolehkan, kecuali harus dengan agama-agama yang diakui. Namun bukan berarti keyakinan terhadap agama Khonghucu menghilang. Malah sebaliknya semakin kental seiring dengan terkonsolidasinya kekuatan hingga dalam perkembangan setelah Reformasi, umat Khonghucu Purwokerto mampu membeli asset dan membangun gedung pertemuan.

Agama Khonghucu Pasca Reformasi

Sebagai akibat dari pengekangan era Orde Baru, etnis Tionghoa beragama Khonghucu secara umum di Indonesia dan juga di Banyumas mengalami penurunan. Tidak diakuinya agama Khonghucu dan diikuti pula kebijakan penggantian nama dari nama-nama Tionghoa ke nama-nama Nusantara membuat generasi kelahiran tahun 1965 ke atas memilih agama Buddha, Kristen maupun Katholik. Lebih-lebih, untuk menentukan nama agama dalam kolom KTP yang memang diharuskan.

Fenomena tersebut juga merambah ke Banyumas. Karena itu, umat Khonghucu di Banyumas sekarang ini hanya kalangan Tionghoa yang sudah lanjut usia. Perkembangan

Page 102: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

94

pendidikan agama Khonghucu yang disokong Kementerian Agama membawa perubahan di kalangan anak-anak Tionghoa, karena mereka kini banyak yang mempelajari agama Tionghoa di setiap sekolah minggu. Satu generasi sepertinya lewat, antara usia 25-55 tahun karena pengaruh kebijakan politik negara waktu itu.76 Di sini berarti untuk usia-usia tersebut untuk berpindah ke agama leluhur juga tidak mudah.

Diperoleh informasi juga dari salah satu pengurus Makin Purwokerto bahwa umat Khonghucu yang telah terlanjur menuliskan kolom agamanya dengan agama selain Khonghucu merasa ketakutan dan trauma akan pelarangan agama Khonghucu yang pernah terjadi dan mungkin saja akan terulang kembali. Pernyataan tersebut dilontarkannya atas pengakuan adiknya yang masih enggan untuk mengganti kolom agamanya dengan agama Khonghucu. Adiknya tersebut berwiraswasta yang sangat bergantung pada jaringan bisnis yang diperolehnya.77

Menurut informasi yang disampaikan seorang tokoh muda aktivis lintas agama dan suku di Purwokerto, di wilayah Banyumas umumnya etnis Tionghoa paling besar berafiliasi ke dalam Agama Kristen. Hal ini diperkuat dengan terdapatnya tiga gereja GKI besar-besar di Purwokerto. GKI sendiri merupakan sinode yang selama ini dianggap banyak menghimpun etnis Tionghoa. Selain itu, banyak juga mengikuti agama Katolik dan juga Islam. Kelompok Tionghoa Muslim yang tergabung dalam Persatuan Iman Tauhid Indonesia (PITI) juga cukup dapat diperhitungkan

76 Chumaidi Yusuf, Ibid. 77 Wawancara dengan salah seorang pengurus Makin Purwokerto,

tanggal 5 Mei 2017.

Page 103: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

95

di wilayah Banyumas.78

Seperti disebutkan di atas, organisasi Majelis agama Khonghucu di Indonesia (Makin) di Purwokerto dapat dikatakan cukup solid di era pelarangan kolom agama di dalam kolom agama KTP, yakni di era Orba. Dengan berbagai macam agama yang berbeda terisi dalam kolom agama KTP mereka, kelompok ini saling menjaga semangatnya untuk terus mempertahankan ajaran Khonghucu, antara lain dibuktikan dengan saling berkunjung kepada umat Khonghucu di kota lain terutama dengan Makin Parahiyangan Timur. Di forum-forum itu mereka saling bertukar pikiran dan saling memperdalam pengertian terhadap ajaran Khonghucu.79

Dengan kondisi demikian, maka umat Khonghucu di wilayah Banyumas umumnya demikian kompak pada waktu itu. Hingga pada waktunya dibentuklah arisan di antara umat Khonghucu dan juga umat-umat lain di kalangan Tionghoa yang dari sisa dana arisan itu mampu digunakan untuk membeli aset organisasi. Mereka kemudian mampu membeli tanah dan mendirikan Gedung Harmoni (gedung pertemuan, Sekolah, sarana olahraga, dst) yang luas tanahnya lebih dari satu hektar. Gedung ini terletak di tengah-tengah kota Purwokerto. Tidak mengherankan jika aset Khonghucu paling besar di Jawa Tengah dimiliki umat Khonghucu Purwokerto.

Menurut Hartono, mantan Ketua Makin Purwokerto, pendirian gedung itu karena dianggap Purwokerto adalah

78 Chumaidi Yusuf, Ibid.

79 Wawancara dengan Hartono, mantan Ketua Makin Purwokerto, tanggal 15 Mei 2017.

Page 104: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

96

kota tengah Pulau Jawa. Selain dapat digunakan sendiri, tempat pertemuan itu juga dapat digunakan kegiatan umat agama Khonghucu dari Jawa Tengah, Jawa Barat maupun Jawa Timur. Tujuan pendirian gedung itu selain untuk kepentingan umat Khonghucu, juga untuk kepentingan lain seperti gerak badan, acara-acara besar seperti pesta dan sebagainya. Selain itu juga muncul keinginan nantinya di gedung itu akan dibangun layaknya gedung Khonghucu di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta.

Dalam sisi yang lain, sebenarnya tampaklah di sini satu hal tentang menguatnya kemandirian komunitas ini jika melihat kemampuan mereka dalam membangun gedung pertemuan yang dimiliki bersama, umat Khonghucu Banyumas, yang bersumberkan dari dana internal institusi. Tidak tercatat adanya bantuan dari pihak di luar komunitas ini. Bentuk-bentuk penggalangan dana lainnya juga tidak terdengar digunakan untuk menyelesaikan pembelian lahan dan gedung tersebut.

Menginjak era reformasi, setelah pemerintah mencabut halangan terhadap Agama Khonghucu, maka diikuti pula dengan pemulihan hak-hak sipil mereka. Pernikahan, pencatatan kelahiran dan penulisan kolom agama pada KTP telah definitif menggunakan cara dan nama Khonghucu. Pernikahan pun juga telah dilakukan dengan tata cara Khonghucu. Mengikuti nomenklatur yang berjalan, pembinaan umat Khonghucu di Banyumas berada dalam koordinasi Biro Hukum dan KUB Kemenag Kabupaten Banyumas.

Di sinilah betapa sebenarnya terdapat sedikit perbedaan melihat fenomena pelayanan umat agama Khonghucu di Banyumas, mengingat tingkat kemandirian

Page 105: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

97

yang cukup tinggi di kalangan umat Khonghucu dalam melakukan pengembangan agamanya. Walaupun belum terdapat sekolah Khonghucu yang dibangun pemerintah, umat Khonghucu di Banyumas telah mempunyai sekolah, baik dalam naungan yayasan maupun pribadi umat Khonghucu.

Namun begitu, saat ini umat Khonghucu di Purwokerto yang telah ber-KTP sesuai identitas sejumlah 82 orang, dari perkiraan jumlah total umat Khonghucu sekitar 500an orang. Informasi tersebut diperolah secara lisan dari seorang tokoh dan rohaniwan Khonghucu di Banyumas. Adapun angka 82 tersebut dituturkan oleh pejabat Kemenag Banyumas80, sedangkan apabila mengacu pada data BPS Banyumas yang ternyata juga merujuk pada data Kemenag Banyumas, penduduk ber-KTP Khonghucu berjumlah 85 orang.

Sejurus dengan semangat kemandirian umat Khonghucu seperti disinggung di atas, sekitar tahun 2009 didirikanlah sekolah TK dan SD Mulya Bhakti dengan memanfaatkan beberapa ruangan di Gedung Harmoni. Sekolah tersebut dikelola oleh Yayasan Makin Purwokerto. Beberapa pendiri dan pengelola menolak dikatakan sekolah tersebut sebagai sekolah Khonghucu, sebab sekolah itu ditujukan untuk umum dan mengikuti standar nasional. Pembinaan sekolah ini beradas di bawah Kemendikbud dan pernah juga mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah.

Walau mereka keberatan dikatakan sekolah

80 Wawancara dengan Kabag TU Kemenag Banyumas, Achsin Aedi, tanggal 8 Mei 2017.

Page 106: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

98

Khonghucu, namun yayasan yang mendirikan sekolah ini bercirikan Khonghucu (Yayasan Makin Purwokerto). Begitu pula, walau pembinaan berada di bawah Kemendikbud, namun ciri Khonghucu sulit lepas dari sekolah ini. Lebih-lebih sewaktu observasi secara langsung ke sekolah ini, di antara guru dan murid menggunakan pai (salam Khoghucu) dan mengucapkan, wi tek tong Tien. Ciri nasionalnya barangkali tampak dari pengajarnya yang bukan saja beragama Khonghucu. Malah terdapat pula beberapa guru berjilbab.

Model Pelayanan Pemerintah

Setelah agama Khonghucu diakui kembali dan dilayani pemerintah, bagaimana selanjutnya pelayanan pada umat Khonghucu khususnya di Purwokerto? Umat Khonghucu di Purwokerto dan mungkin juga di kota-kota lain, cukup independen dalam memenuhi kebutuhannya. Di Banyumas, belum pernah terdengar mereka meminta dana kepada pihak lain untuk menyelenggarakan sebuah kegiatan kegamaan yang mereka lakukan. Untuk kebutuhan pembelian lahan, pembangunan gedung serta dana untuk kegiatan-kegiatan keagamaan pun dipenuhi oleh umat sendiri.

Sebenarnya dari sisi pemerintah, pelayanan hak sipil bagi warga beragama Khonghucu telah lama dibuka bagi yang misalnya ingin menuliskan kolom agamanya menjadi agama Khonghucu. Inilah situasi saat ini yang masih menjadi sedikit ganjalan. Menurut perkiraan tokoh umat Khonghucu Banyumas, jumlah kasar umat Khonghucu berkisar 500an orang, namun yang telah ber-KTP Khonghucu barulah mencapai angka 85 orang. Jika setengah dari jumlah total adalah anak-anak di bawah

Page 107: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

99

17 tahun, maka dari setengah sisanya pun yang ber-KTP Khonghucu belum mencapai 50 persen dari jumlah sisanya. Di sinilah situasi yang dirasakan menjadi sedikit ganjalan bagi pihak Kemenag Banyumas terkait jumlah umat di satu sisi, dan dinamika umat Khonghucu di Banyumas sendiri di sisi yang lain. Secara data, jumlah umatnya sedikit, namun jika perorangan maupun organisasi, baik Makin maupun Parakhin melakukan kegiatan, sanggup mendatangkan Banyumas 1 (ed: Bupati Banyumas).

Khusus di Purwokerto, bahwa tokoh-tokoh umat Khonghucu mempunyai kemampuan ekonomi yang sangat kuat. Salah satu tokoh yang fenomenal dan ulet dalam hal penguasaan bisnis dan aktif dalam pembinaan umat Khonghucu adalah Ibnu Sujono. Unit usahanya beragam antara lain gedung bioskop Rajawali, pabrik bulu mata dan wig untuk kebutuhan ekspor, pabrik kosmetik, pabrik sepatu bermerk Oscar dan lain-lain.

Di samping itu, ia juga menjabat sebagai Pembina Yayasan Mulia Bhakti yang mengelola sekolah TK dan SD Mulia Bhakti. Sebagai pembina yayasan, ia disebut-sebut menanggung biaya operasional sekolah tersebut, sebab sekolah tersebut juga menampung siswa dari kalangan kurang mampu. Ketertarikannya dalam pendidikan juga dituangkannya dengan mendirikan SMK Mulia Bhakti. Pembangunan gedung sekolah yang sangat megah ini menghabiskan dana 16 miliar dan bertempat di kawasan pinggiran Purwokerto.

Sekolah ini didesain dengan merujuk pada model SMK Maikel di Solo. Saat penelitian ini dilakukan, SMK ini baru menerima murid untuk kelas 1. Visi ke depan Ibnu Sujono adalah mendirikan sekolah kedokteran timur

Page 108: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

100

dengan mendompleng gedung SMK yang masih banyak tersisa ruang-ruang kelasnya.

Di kampus ini nantinya akan diramu obat-obatan tradisional dan dipadu dengan olah pernafasan chi kung yang digelutinya. Lewat pendirian kampus tersebut, ia ingin lebih menunjukkan kerja sama antara Tionghoa dan Jawa, seperti halnya telah ditunjukkannya melalui serentetan unit-unit usahanya selama ini.81

Sosok lain yang sangat peduli dengan agama Khonghucu adalah Buntoro, pemilik pasar swalayan Rita yang selain di Banyumas juga membuka cabang di kota-kota lain. Walaupun identitas KTP-nya ditengarai bertuliskan Katolik, sosok ini sangat aktif dalam kegiatan-kegiatan Khonghucu. Tidak hanya itu, sosok ini menurut salah satu informan juga merupakan pengagum Buddha Maitrea. Atas jasa baiknyalah, Komunias Gusdurian Banyumas memiliki kantor yang sangat representatif di dekat alun-alun Purwoketo.82

Dengan kuatnya figur-figur seperti Ibnu Sujono, Buntoro dan masih banyak lagi dan juga telah berdiri gedung sekolah yang sangat memadai, sebagaimana bentuk pelayanan pendidikan pemerintah yang sangat diperlukan umat Khonghucu Banyumas.

Dilihat dari segi pelayanan yang diberikan, sebetulnya pemerintah telah cukup memperhatikan Khonghucu walaupun tetap dengan dibumbui catatan.

81 Wawancara dengan Ibnu Sujono, tokoh Khonghucu Purwokerto, tanggal 10 dan 11 Mei 2017.

82 Chumaidi Yusuf, Ibid.

Page 109: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

101

“Sebagai orang Matakin, saya akui PKUB (unit pemenuhan pelayanan umat Khonghucu) telah banyak membantu dan memfasilitasi Agama Khonghucu. Namun PKUB tidak pernah bertanya kepada Matakin. Contohnya, anggaran Rp. 6,6 miliar dana yang dikucurkan kepada Khonghucu tidak pernah lewat dialog. PKUB langsung turun tanpa menghubungi Matakin”.83

Dalam pelaksanaannya, pihak PKUB dari Kemenag Pusat dipandang langsung menghubungi Makin-Makin di daerah. Hal ini mengundang keberatan dari pengurus Matakin di Jakarta. Di samping itu, Makin di tingkat propinsi pun dilewati.

“Kami hanya ingin ditanya, ini ada anggaran Rp. 6,6 miliar, Matakin maunya apa? Kami (Matakin) punya data. Tiba-tiba tahunya ada kegiatan, misalnya sosialisasi UU. Kita di Purwokerto tidak ada masalah. Pemda telah melayani hak-hak sipil umat Agama Khonghucu dengan baik. Malah ini seperti buang-buang uang. Di Yogya saya ikut, di sana orang Bappenas bicara Agama Khonghucu dari tahun ke tahun hanya Rp. 6,6 miliar, tidak pernah ada peningkatan. Kita kaget. Padahal kebutuhan kita banyak dan kita yang mengerti kebutuhan itu. Misalnya kami butuh regenerasi sekolah-sekolah minggu. Kita punya guru-guru.”84

Akan halnya dengan versi pemerintah, dengan mengacu pada informasi dari Bappenas, perihal bantuan didasarkan banyaknya jumlah umat, hal ini kurang menggembirakan terjadi mengingat jumlah umat ber-

83 Wawancara dengan Budi Suniarto, salah seorang rohaniwan Agama Khonhucu (jiaosheng) di Purwokerto, tanggal 7 Mei 2017.

84 Wawancara dengan Bo, salah satu tokoh Khonghucu di Purwokerto, tanggal 7 Mei 2017.

Page 110: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

102

KTP Khonghucu di Purwokerto hanya 82 orang. Menjadi perdebatan selanjutnya, apakah pelayanan pemerintah hanya diberikan kepada 82 yang ber-KTP sesuai agamanya, ataukah termasuk sisanya. Ini tidak jauh dari fakta bahwa setiap acara Khonghucu, seperti Imlek, Cengbeng, Peh Cun dan seterusnya, umat (Tionghoa) yang hadir mampu mencapai ratusan. Bahkan, beberapa individu yang belum ber-KTP Khonghucu dan sangat aktif dalam kegiatan-kegiatan yang berunsurkan Khonghucu ini bermodal besar seperti di singgung di atas.

Dengan dana terbatas itu, diperoleh informasi bahwa pelayanan langsung pemerintah dalam bentuk kegiatan, di luar pelayanan pernikahan, akte, KTP dan sebagainya, terhadap umat Khonghucu sejauh ini masih berkutat pada kegiatan-kegiatan sosialisasi terutama menyasar umat Khonghucu. Pihak pemerintah dalam realisasi kegiatan sering menggunakan jalur birokrasi, mengingat Kemenag mempunyai jaringan vertikal dari daerah ke pusat. Hal demikian ini paling sering terjadi dalam pelaksanaan kegiatan. Amat jarang pihak pemerintah mengajak bekerja sama dengan majelis-majelis keagamaan yang mempunyai birokrasi tersendiri dan jenjang tersendiri dari pusat ke daerah, seperti halnya Matakin.

Dalam hal dan kepentingan yang berbeda, pemerintah juga telah memberikan perhatian terhadap umat Khonghucu, terlepas dari lembaga yang menaunginya. Konkritnya, pemerintah pernah memberikan bantuan dana sejumlah 20 juta rupiah kepada umat khonghucu dengan nama lembaga Parakhin85, yang kaitannya dengan Matakin

85 Budi Suniarto, Ibid & Ibnu Sujono, Ibid.

Page 111: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

103

dibahas lebih lanjut pada bagian selanjutnya.

Menimbang bahwa dalam konteks Purwokerto, keberadaan umat Khongucu demikian khas, karena terdapat dua majelis umat Khonghucu, pihak pemerintah, terutama unit yang menangani palayanan umat Khonghucu di Kemenag pusat sempat dibuat kelabakan. Pasalnya, kemunculan majelis baru tersebut juga menuntut fasilitasi dari pemerintah.

Kemunculan Parakhin

Dalam perkembangannya kekinian setelah pelayanan diberikan termasuk hak-hak sipil dikembalikan, terbetik kabar kurang sedap menyangkut kekompakan umat Khonghucu di Purwokerto yang selama ini terwadahi dalam satu wadah Majelis Agama Khonghucu (Makin) untuk tingkat lokal, dan Majelis Tinggi Agama Khonghucu (Matakin) untuk tingkat nasional. Sengkarut permasalahan menyangkut antarpribadi tokoh khususnya di Purwokerto, masalah organisasi yang tidak terselesaikan, hingga kekecewaan para generasi tua umat Khonghucu.

Di Purwokerto, ketidakharmonisan antartokoh ini berimbas pada organisasi Makin Purwokerto dan juga pengelolaan Gedung Harmoni. Muncul keinginan supaya tanah bukan atas nama pribadi. Selama ini status tanah dan gedung Harmoni masih diatasnamakan pribadi. Belajar dari pangalaman, banyak kasus nama pribadi, kamudian keturunannya menuntut menjadi hak pribadi. Maka dibentuklah yayasan dengan nama Yayasan Makin Purwokerto.

Model ini meniru Yayasan Makin Karawang yang

Page 112: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

104

dianggap telah berhasil. Sebelumnya sempat diusulkan menggunakan nama Yayasan Mulya Bakti, namun ditentang sebagian internal pengurus.86 Mulya Bhakti kemudian menjadi nama sekolah yang dikelola Yayasan Makin Purwokerto.

Namun setelah terbentuk yayasan, pihak yang dipinjam atas nama tersebut tidak kunjung menyerahkan juga sertifikatnya ke yayasan. Ternyata terdapat masalah pribadi dengan ketua yayasan yang terpilih. Pihak yayasan terus menuntut, bahkan sampai melaporkannya ke pihak kepolisian. Polres Banyumas pun tidak mau gegabah karena kasusnya menyangkut organisasi keagamaan. Dianjurkan supaya sebaiknya diselesaikan secara kekeluargaan. Mereka kemudian membentuk lagi Perkumpulan Makin Purwokerto. Kontan melahirkan protes dari pihak yayasan.

Persoalan makin meruncing manakala pihak yayasan mendirikan sekolah di Gedung Harmoni. Kontan hal ini tidak disukai pihak perkumpulan. Matakin pun turun tangan. Lalu memanggil kedua belah pihak; perhimpunan dan yayasan. Sebagai solusi, dibentuklah perkumpulan baru dengan ketuanya dari pihak perkumpulan. Yayasan lalu tidak puas. Secara kebetulan muncullah Bingky Irawan dari Surabaya yang datang ke Banyumas untuk meresmikan pembentukan Parakhin. Kebetulan orang-orang yayasan yang banyak terlibat dalam pembentukan Parakhinini.87

Saling klaim dan saling tuduh muncul, bahkan hingga ke publik (surat kabar). Namun pihak FKUB

86 Budi Suniarto, Ibid.

87 Budi Suniarto

Page 113: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

105

Purwokerto pun terheran-heran, sebab meski kedua belah pihak datang menyuarakan pendapat mereka masing-masing, namun ketika acara pernikahan salah satu tokoh Tionghoa misalnya, tokoh-tokoh yang berselisih ini tampak akur menjadi panitia.88 Artinya bahwa sebenarnya konflik itu tidak pernah benar-benar terjadi di publik, apalagi menimbulkan keresahan.

Diduga ketegangan antarumat Khonghucu itu memuncak setelah wafatnya Haksu Tjie Tjai Ing, tokoh kharismatik Khonghucu yang selama hidupnya menetap di Solo. Tepatnya belum ada sosok yang mengimbangi kharisma Tjie Tjai Ing. Almarhum pun tidak menunjuk penggantinya sebagai pimpinan dewan rohani (Deroh) Matakin. Ternyata perasaan beberapa rohaniwan yang tidak selayaknya diperlakukan (oleh Matakin), satu demi satu bermunculan. Mereka tidak puas dengan organisasi Matakin dan bagaimana Matakin memperlakukan para rohaniwan.

Dimotori oleh Binky Irawan (67), tokoh Khonghucu Surabaya dan salah satu pengawal kasus pernikahan Budi-Lani (Surabaya) bersama Gus Dur, beberapa rohaniwan ini bersepakat mendirikan Perkumpunan Rohaniwan Agama Khonghucu Indonesia (Parakhin). Ide mereka ini kemudian ditangkap salah satu pihak yang berselisih, pihak yayasan Makin Purwokerto, dan mempunyai ketidakpuasan terhadap Makin Purwokerto dan Matakin. Lantas dideklarasikanlah Perkumpulan Rohaniwan Agama Khonghucu di Indonesia (Parakhin) pada Agustus, 2016 lalu yang dihadiri Dandim, Bupati Banyumas, serta tokoh PKUB Kemenag (Abdul Fatah).

88 Wawancara dengan Moh Roqib, Ketua FKUB Kab Banyumas, tanggal 10 Mei 2017.

Page 114: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

106

Keberatan kelompok Parakhin terhadap Matakin, selain faktor kurang dihargainya para rohaniwan, juga kecewa dengan sepak terjang pengurus Matakin di Jakarta. Menurut mereka, para pengurus hanya mengejar kepentingan pribadi tanpa memperhatikan pembinaan umat di bawah. Mereka dituduh lebih kerap berinteraksi dengan kekuasaan dan pemilik kapital ketimbang memerhatikan kebutuhan umat di lapisan bawah. Karena itulah, penggagas Parakhin ini juga sedang menggodok pendirian Perkumpulan Umat Agama Khonghucu Indonesia, yang mereka singkat menjadi Perukhin.89

Satu hal lagi, kalangan tua yang dimotori Binky Irawan (salah satu anggota dewan rohaniwan-Deroh Matakin yang berasal dari Surabaya) merasa kecewa dengan hasil Mukernas Deroh Matakin tahun 2013. Salah satu keputusan yang mengecewakan adalah mengubah yang sebelumnya Deroh merupakan representasi secara nasional diciutkan menjadi hanya 5 orang rohaniwan yang bekerja secara collective collegial. “Ini ibarat naga tanpa kepala, dan menjadi serangan kalangan tua”.90 Kekecewaan sebagaian kalangan tua pun berlanjut. Mereka melakukan pertemuan selama dua kali di Surabaya, terakhir di Purwokerto sebelum kemudian mendirikan Parakhin.

Parakhin pun terbentuk dengan komposisi Bingky

89 Wawancara dengan Ibnu Sujono, Teddy Hartanto dan salah seorang weinshe yang berbagung dengan Parakhin, tanggal 9 Mei 2017.

90 Setiap rohaniwan, secara otomatis tergabung dalam deroh. Dalam deroh terdapat struktur kepengurusan, yaitu ketua, sekretaris dan bendahara. Deroh melakukan musyawarah kerja nasional (mukernas) setiap tahun, mendahului munas Matakin. Tujuannya untuk memberikan bahan kepada munas-nya Matakin. Oleh karena itu, munas merupakan kelanjutan dari mukernas. Budi Suniarto, Ibid.

Page 115: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

107

Irawan sebagai ketua, dan sekretaris dijabat Oesman Arif. Selama ini, di Indonesia (artinya di bawah Matakin) terdapat 13 haksu, yang mana 5 orang telah bergabung ke Parakhin. Kebetulan pihak Majelis baru ini terus melobi Kemenag.

Mereka menggunakan jaringan personal yang telah terjalin sejak lama. Kabarnya, Matakin pun tidak tinggal diam. Matakin di bawah kepemimpinan Uung Sendana melakukan lobi-lobi ke berbagai pihak untukmembendung dukungan bagi Parakhin. Usaha itu pun tampaknya berhasil.

Untuk menunjukkan eksistensi Parakhin, pada tanggal 19-20 Mei lalu telah diselenggarakan Konferensi Internasional Khonghucu di Purwokerto dan dijadwalkan Menteri Agama hadir dan membuka acara tersebut. Akan tetapi, pada akhirnya Menteri Agama batal hadir dalam acara tersebut.

Kini, Parakhin telah berbadan hukum berbentuk perkumpulan dan terdaftar di Kemenkumham. Artinya, organisasi ini telah sah sebagai orgasasi keagamaan dan dilegalkan untuk melakukan pembinaan umat. Namun, lagi-lagi pihak Matakin berharap agar pemerintah tetap berkukuh dengan Matakin.

“Keinginan kita pemerintah jangan terpecah, bahwa pembinaan umat Khonghucu seyogjanya tetap dilakukan Matakin. Jangan sampai Parakhin muncul sebagai tandingan Matakin karena Matakin itu organisasinya sudah puluhan tahun. Parakhin memang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Khonghucu. Menyebut Tuhan tetap Tien dan nabinya Nabi Kongzi. Hanya dalam pembinaan umat, mereka berbeda mantra (keng)-nya. Mereka membentuk mantra baru meski tetap bersumber dari Kitab Xue Xi.”91

Page 116: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

108

Pihak-pihak pendukung Makin dan Matakin di Purwokerto sebenarnya keberatan dengan berdirinya Parakhin. Alasan mendasar karena mereka komunitas kecil, mengapa harus terpecah lagi.92

Alasan lain, pihak yang tergabung dalam Parakhinadalah orang-orang yang gagal dalam pemilihan pengurus Makin Purwokerto, karena tidak puas dengan hasil pemilihan Ketua Makin yang terakhir (2014).

Mereka berharap, agar Matakin seharusnya bertindak keras, karena ada upaya untuk penguasaan tanah dan aset gedung Harmoni. “Mereka ini maunya menang sendiri, tidak taat organisasi dan mentang-mentang yang punya uang”.93

Melihat terpecahnya lembaga agama Khonghucu di Purwokerto, hal ini dikhawatirkan memengaruhi pembinaan umat. Namun menurut salah satu rohaniwan, hal ini tidak terlalu besar dampaknya terhadap umat. Bahwa umat dibebaskan memilih sesuai keinginan mereka.

“Saya memilih jalan tangah, Parakhin tidak jelek-jelek amat. Baiknya, Parakhin mengetahui kebutuhan umat. Di Purwokerto saja, ada umat tetapi pembinaan minim. Saya bilang ke Makin Purwokerto. Ketuanya tidak pernah kebaktian. Ketuanya tidak pernah mendukung kalau ada kegiatan-kegiatan. Jawabannya pasti tidak ada uang. Parakhin, sekalipun caranya salah, tetapi mencari umat dan melayani umat. Di Purwokerto,

91 Budi Suniarto, Ibid. 92 Wawancara dengan Maryati, Rohaniwan Khonghucu dan

sekretaris Makin Purwokerto, tanggal 13 Mei 2017. Maryati juga salah seorang guru di Sekolah SD Mulia Bhakti yang bertempat di Gedung Harmoni, yang dikelola oleh pihak Yayasan Makin Purwokerto.

93 Wawancara dengan Ho, tokoh senior Khonghucu di Purwokerto, tanggal 15 Mei 2017.

Page 117: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

109

pengaruh Parakhin tidaklah besar. Namun pelayanan doa mereka bagus. Ada masalah mereka mau mendoakan.”94

Parakhin disebut melakukan gebrakan untuk meningkatkan jumlah umat Khonghucu yang ber-KTP Khonghucu. Lembaga ini menawarkan akan menanggung iuran BPJS bagi yang bersedia mengganti nya dengan agama Khonghucu.95

Namun, ditentang oleh kalangan Makin Purwokerto dengan alasan orang berkebaktian dan beribadah tidak perlu mendapat iming-iming. Dikhawatirkan selama ini kekuatan Parakhin berada di kerajaan bisnis salah satu tokoh pendiri Parakhin, jika yang menanggung sudah meninggal, bagaimana kelanjutannya masih belum meyakinkan.

Hubungan Sosial Umat Agama Khonghucu

Walaupun diterpa konflik internal, hubungan komunitas penganut agama Khonghucu dengan pejabat dari pihak Kemenag Purwokerto sangatlah baik. Mereka telah saling bekerja sama sejak lama, termasuk pada saat penyaluran bantuan di saat-saat krisis seperti saat krisis moneter melanda akhir 1990an dan juga terjadinya bencana alam. Lain halnya dari penglihatan penulis, ketika penulis/peneliti tengah mengunjungi kantor Kemenag Purwokerto, dan sedang melakukan wawancara serta mengambil data jumlah umat Khonghucu berdasarkan KTP, tiba-tiba seorang

94 Ho, Ibid. Jarangnya Ketua Makin Purwokerto mengikuti kebaktian juga dituturkan Mi, informan lain, wawancara tanggal 13 Mei 2017.

95 Teddy Hartanto, Iid.

Page 118: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

110

tokoh senior umat Khonghucu menghampiri peneliti. Tujuannya adalah untuk mengajak peneliti mengobservasi salah satu rintisan aktivitasnya dalam menyebarluaskan nilai-nilai Khonghucu, terutama lewat lembaga pendidikan dan kegiatan usahanya.

Relasi yang harmonis itu juga diakui oleh Kasubbag TU yang menyatakan, mengenal tokoh-tokoh Khonghucu Purwokerto sejak lama. Terlebih karena aktivitas Kasubbag TU ini di luar kantor yang ditokohkan, sebagai pimpinan Banser Purwokerto. Jalinan komunikasi personal ini mengalahkan hambatan birokrasi yang ada, sehingga mereka sangat mudah untuk saling bertemu.

Relasi sosial umat Khonghucu di Banyumas juga tercermin dari penuturan pihak Gusdurian Banyumas. Untuk keanggotaan Gusdurian Banyumas, satu-satunya anggota yang membawa majelis agama hanyalah Makin Banyumas. Sementara keanggotaan yang lain sangat bersifat personal saja sifatnya. Makin Banyumas sangat antusias dan aktif dalam berkegiatan di Gusdurian. Di dalam kantor sekretariat Gusdurian Banyumas pun terpampang gambar Nabi Khongzi, yang berjajar dengan gambar dan simbol-simbol keagamaan yang aktif di Gusdurian Banyumas.

Keaktifan umat Khonghucu juga tercatat dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Banyumas. Menurut Ketua FKUB Banyumas, Mohammad Roqib, tokoh-tokoh Khonghucu sangat dekat dengan FKUB Banyumas. Mereka sering datang dalam kegiatan-kegiatan koordinasi antarumat beragama di Banyumas.

Walaupun diterpa sengketa internal, namun tokoh-tokoh umat Khonghucu Banyumas itu tidak menampakkan

Page 119: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

111

terjadi konflik di dalam tubuh organisasi keagamaan mereka. Karena itulah, walaupun pihak FKUB Banyumas mengetahui terjadi persengketaan tersebut, namun tidak dapat melangkah lebih jauh mengingat di antara mereka seperti tidak terjadi persengketaan.

Namun demikian, sebenarnya jika melihat konflik yang terjadi di tubuh umat Khonghucu di Purwokerto, hal tersebut bukanlah mustahil berpotensi mengganggu pelayanan yang seharusnya diberikan pemerintah. Sinyalemen tersebut boleh jadi benar, boleh jadi juga salah atau tidak pada tempatnya.

Untuk hal terakhir ini mengacu pada sejarah yang ada bahwa umat Khonghucu di Indonesia sejauh ini adalah umat yang independen, tidak mengharapkan uluran dan subsidi dari pihak luar. Mereka mengelola organisasi dan melakukan pembinaan umat dengan cara swadaya, termasuk membeli lahan dan membangun gedung pertemuan, seperti di Banyumas contohnya.

Hal di atas juga tampaknya yang dipahami benar oleh pengurus Matakin dan juga pengurus-pengurus Makin selama ini, bahwa membina umat haruslah dengan kesadaran umat sendiri. Kesadaran ini juga termasuk dalam hal mandiri dalam berkegiatan keagamaan. Akan tetapi hal ini tentu akan berbeda logikanya dengan logika pelayanan pemerintah yang membutuhkan keaktifan dari pihak umat sendiri.

Tentulah agak sulit bagi pihak pemerintah untuk memberikan pelayanan jika pihak yang dilayani terkesan pasif dan tidak cukup kuat memberikan support kepada pemerintah.

Page 120: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

112

Hal paling sederhana pada masalah data umat. Data seperti ini, hal yang paling elementer, pihak pemerintah belum dapat memperolehnya dari ormas keagamaan yang ada dan selama ini dianggap paling representatif. Lebih serius lagi adalah langkah rekonsiliasi untuk mendamaikan persengketaan internal umat Khonghucu Banyumas di atas.

Umat Khonghucu di Purwokerto walaupun dari sisi jumlah -berKTP tidaklah terlalu besar, namun dalam kegiatan keagamaan Khonghucu jumlah pesertanya mencapai ratusan. Selain itu, walaupun dari segi jumlah umat tidak terlalu besar, namun mereka berhasil membangun sebuah gedung pertemuan yang cukup luas dan juga mendirikan sekolah. Sayangnya dalam perkembangannya, kekompakan itu terusik dengan persoalan status gedung dan persoalan kisruh organisasi di dalam tubuh Makin Purwokerto yang tidak kunjung selesai.

Secara nasional, organisasi Matakin juga mendapat goncangan dari kalangan sebagian rohaniwan seniornya (haksu) yang merasa tidak puas dengan perlakuan pengurus Matakin. Ketidakpuasan kalangan haksu ini lantas bertemu dengan kekecewaan yang melanda tokoh-tokoh Khonghucu di Purwokerto.

Kelahiran Parakhin di Purwokerto merupakan sebuah konsekuensi logis dari belum terdamaikannya ketegangan di dua level kepengurusan dan spiritualitas yang berbeda tersebut.

Sebagai deskripsi akhir, penulis merekomendasikan diantaranya bahwa pelayanan pemerintah seharusnya tidak terpengaruh oleh adanya konflik internal di tubuh suatu ormas keagamaan. Pemerintah harus tetap berpegang

Page 121: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

113

pada prioritas pelayanan kepada umat-umat Khonghucu yang sangat membutuhkan pelayanan. Artinya, pelayanan haruslah tetap diberikan tanpa memperhatikan konflik internal yang ada.

Saluran pelayanan masih dapat menggunakan saluran birokrasi vertikal yang ada, yakni kantor kementerian agama kabupaten, dan juga, sedapat mungkin tetap memerhatikan keberadaan Makin-Makin di daerah. Ditakutkan, jika pemerintah terlalu larut dalam konflik internal tersebut, akan berpengaruh pada pelayanan terhadap umat Khonghucu secara keseluruhan.

Selanjutnya perlu juga dipikirkan secara serius upaya-upaya untuk dilakukannya langkah-langkah rekonsiliasi di tingkat Matakin, teruatama di kalangan rohaniwan senior (haksu) yang merasa dikecewakan selama ini. Begitu pula, rekonsiliasi juga perlu didorong kepada pengurus Makin dan tokoh-tokoh Khonghucu di Purwokerto. Perlu diperhatikan akan independensi kelompok ini, sehingga intervensi pihak luar yang berlebihan dikhawatirkan malah akan menimbulkan hal-hal yang kontraproduktif terhadap upaya rekonsiliasi di dalam tubuh mereka sendiri.

Page 122: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

114

Page 123: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

115

Bagian VI

UMAT KHONGHUCU PANGKAL PINANGOleh: R. Adang Nofandi

Selayang Pandang Problematika Umat Khonghucu

Setelah hampir 16 tahun dari diakuinya Khonghucu secara administratif sebagai sebuah agama di Indonesia, maka keberadaan agama Khonghucu semakin tampak di tengah dimasyarakat. Penampakan tersebut juga memunculkan problematika baru, muncul juga dari internal umat agama Khonghucu sendiri. Umat agama Khonghucu sendiri tetap ingin bertahan pada agama yang selama ini mereka sudah bernaung didalamnya dan tidak menginginkan untuk secara administrasi (KTP), tidak mau diubah menjadi agama Khonghucu, dengan berbagai alasan, diantaranya merasa masih trauma dengan zaman Orde Baru.

Seperti ada semacam ketakutan, apabila mereka mengubah jadi agama Khonghucu di KTP, dan tiba-tiba agama Khonghucu dilarang kembali oleh pemerintah, maka mereka akan mengalami kesusahan kembali. Ada juga yang merasa tidak perlu mengubah KTP jadi agama Khonghucu, karena hal itu tidak terlalu penting. Masuk agama mana saja tidak menjadi soal, yang penting ritual-titual yang mereka lakukan sehari-sehari adalah ritual ajaran agama Khonghucu. Yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana mereka bisa mapan secara ekonomi, sehingga agama tidak terlalu begitu menjadi persoalan buat mereka.

Dengan keadaan seperti ini menimbulkan masalah sendiri dalam pendataan umat agama Khonghucu,

Page 124: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

116

pekerjaan baru secara administratif. Persoalan data tentu saja akan menghambat proses pendataan di internal dan tidak mempunyai data jumlah umat yang akurat. Sehingga dalam melaksanakan struktur organisasi yang diamanatkan regulasi akan menjadi problem tersendiri, dikarenakan struktur yang tersedia akan mengukur setiap kegiatan dengan angka-angka ril untuk penganggaran kegiatan berbanding dengan data umat.

Selain persoalan hak-hak sipil dan struktur organisasi dan upaya memenuhi kebutuhan umat agama Khonghucu, penelitian ini juga ingin melihat relasi sosial umat agama Khonghucu dengan yang lainnya, yaitu dengan pemerintah, dan umat agama lainnya. Selama ini umat agama Khonghucu seakan terisolasi dan terkesan eksklusif ditengah-tengah masyarakat Indonesia, walaupun ada dan tidak banyak yang melakukan relasi sosial dengan kelompok masyarakat lainnya. Dalam perkembangan pasca diakuinya agama Khonghucu sebagai sebuah agama, maka perkembangan ini mulai menunjukan perubahan yang menunjukan sikap terbuka. Namun demikian, perlu dicermati kembali, apakah interaksi sosial ini mengalami persoalan atau tidak dimasyarakat, dengan pemerintah dan umat agama lainnya. Terutama pasca perpisahan umat agama Khonghucu dari agama Buddha. Hal ini perlu penggalian lebih dalam.

Pola pembinaan dalam bidang kepercayaan pada umumnya dilakukan secara konvensional dalam khutbah kebaktian. Sedangkan kajian dan diskusi masih terbatas dengan kelompok umat tertentu. Pola yang dilakukan oleh rohaniawan dalam bidang sosial adalah memberi anjuran dan pendekatan secara pribadi terhadap umat Agama

Page 125: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

117

Khonghucu untuk turut aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial tersebut.

Selain itu juga rohaniawan menyadari posisi dirinya sebagai tokoh sentral dalam bidang keagamaan juga mendorong diri mereka sendiri untuk bertindak sebagai contoh dalam segala bidang baik ritual maupun sosial.

Selain persoalan hak-hak sipil dan struktur organisasi dan upaya memenuhi kebutuhan umat agama Khonghucu, penelitian ini juga ingin melihat relasi sosial umataAgama Khonghucu dengan pemerintah, masyarakat dan umat agama lainnya. Selama ini umat agama Khonghucu seakan terisolasi dan terkesan eksklusif ditengah-tengah masyarakat Indonesia, walaupun ada dan tidak banyak mereka yang melakukan relasi sosial dengan yang lainnya.

Pelayanan oleh Pemerintah

Pemerintah pada hakikatnya adalah pelayan bagi masyarakat, pemerintah selayaknya memberikan pelayanan bagi masyarakat bukan sebaliknya. Pelayanan publik yang profesional dapat diwujudkan oleh pemerintah jika adanya akuntabilitas dan respontabilitas pemberi layanan dalam hal ini aparatur pemerintah itu sendiri. Namun tak jarang pula khususnya di Indonesia dalam kenyataannya, belum semua aparat pemerintah menyadari arti pentingnya pelayanan. Layanan diberikan oleh pemerintah melalui aparatnya (pegawai/petugas) untuk memenuhi kepentingan umum atau kepentingan perorangan, yang bertumpu pada hak dasar sebagai warga negara.

Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan keperluan orang atau masyarakat yang

Page 126: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

118

mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Dalam konteks pelayanan publik menurut Moenir (Kurniawan 2005:7) adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan oranglain sesuai dengan haknya. Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat sebenarnya merupakan implikasi dari fungsi aparat negara sebagai sebagai pelayan masyarakat.

Dalam melaksanakan kebijakan yang disusun pemerintah, secara implementatif, teknis operasionalnya harus menjangkau masyarakat sejauh mungkin sepanjang masih memungkinkan dilakukan, terutama mengenai masalah pelayanan. Pelayanan dapat diterjemahkan sebagai suatu cara melayani, membantu, menyiapkan dan mengurus keperluan seseorang atau sekelompok orang. Melayani adalah meladeni atau membantu mengurus keperluan atau kebutuhan seseorang sejak diajukan permintaan sampai penyampaian atau penyerahan. Melayani juga dapat diartikan menyambut, menerima seseorang atau sekelompok orang (Umar R Soeroer, 2007 : 9).

Sekilas Kota Pangkalpinang

Kota Pangkal Pinang tidak bisa dilepaskan dari sejarah Pulau Bangka, kota ini bermula dari sebuah kampung kecil yang dibentuk sebagai daerah pelabuhan tradisional pada zaman dahulu. Saat ini Pangkalpinang merupakan ibu kota dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, luas wilayahnya 118,41 Km² yang terbagi dalam 42 kelurahan dan tersebar dalam 7 kecamatan. Kota ini terpadat dari segi jumlah penduduknya se-Provinsi Kepulauan

Page 127: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

119

Bangka Belitung, jumlah penduduknya adalah 212.261 jiwa (Disdukcapil Kota Pangkalpinang, 2016).

Populasi Kota Pangkal Pinang dibentuk oleh etnis Melayu dan Tionghoa yang mayoritas berasal dari suku Hakka. Ditambah sejumlah suku pendatang seperti Batak, Minangkabau, Palembang, Sunda, Jawa, Madura, Banjar, Bugis, Manado, Flores dan Ambon. Pusat pemerintahan kota di Kelurahan Bukit Intan, dan pusat pemerintahan provinsi dan instansi vertikal di Kelurahan Air Itam. Kantor pusat PT. Timah Tbk. juga berada di sini. Karena kota ini mempunyai letak geografis yang strategis yakni berada di jalur perdagangan nasional dan internasional, maka kota ini menjelma menjadi pusat pelayanan kegiatan sosial ekonomi, perdagangan dan jasa, transportasi, pendidikan, kesehatan, industri serta pemerintahan diProvinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Etnis Tionghoa telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan perkembangan sosial masyarakat di Pangkal Pinang. Mereka datang dengan membawa adat dan agama leluhurnya, sebagian orang Tiong Hoa (China) ini adalah penganut agama Khonghucu. Mereka sengaja didatangkan ke Bangka atas perintah Sultan Mahmud Badarudin I Jayo Wikramo yang memerintah tahun 1727-1757, dan juga pada masa Sultan Ahmad Najamuddin Adi Kesumo yang memerintah tahun 1757-1776 (Anastasia W Swastiwi, Ed. 2014: 23). Orang Tionghoa pada masa itu didatangkan dari China daratan ke pulau Bangka sebagai pekerja tambang timah, mereka dianggap cakap dan mempunyai keahlian dalam aktivitas penambangan timah yang belum dikuasai oleh etnis melayu.

Page 128: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

120

Kondisi Keagamaan

Penduduk kota Pangkal Pinang berdasarkan jumlah pemeluk agama pada tahun 2016 antara lain; agama Islam sebesar 174.358 pemeluk, Katolik sebesar 10.256 pemeluk, Kristen sebesar 9.776 pemeluk, Buddha sebesar 17.005 pemeluk, Hindu sebesar 87 pemeluk, Khonghucu sebesar 9.496 pemeluk dan pemeluk agama lainnya sebesar 278 orang (Profil Kota Pangkalpinang, 2016). Untuk jumlah sarana rumah ibadah di Kota Pangkalpinang bangunan Masjid sebanyak 81, Gereja sebanyak 30 , Pura1, Vihara sebanyak 9, dan Klenteng sebanyak 44 (data dari Kan. Kemenag Kota Pangkal Pinang, 2016).

Data di atas menunjukan bahwa dilihat dari perkiraan persentase berdasarkan pemeluk agama, maka mayoritas penduduk kota Pangkalpinang 79% adalah pemeluk agama Islam. Sedangkan pemeluk agama Khonghucu sekitar 4% dari total populasi. Namun dari jumlah rumah ibadah, Klenteng jumlahnya setengah dari total jumlah Masjid di Kota Pangkalpinang. Rumah ibadah Klenteng tersebut tersebar di 6 Kecamatan yakni; Kecamatan Bukit Intan 23 Klenteng, Kecamatan Rangkui 9 Klenteng, Kecamatan Girimaya 4 Klenteng, Kecamatan Pangkal Bulan 6 Klenteng, Kecematan Gebek dan Taman Sari masing-masing 1 Kelenteng.

Ikon eksistensi agama Khonghucu salah satunya adalah Kwan Tie Miaw merupakan satu dari sekian klenteng tertua yang ada di Pulau Bangka. Klenteng ini terletak di Jalan Mayor Muhidin, Kota Pangkal Pinang. dulunya bernama Klenteng Kwan Tie Bio. Klenteng ini diperkirakan dibuat pada tahun 1841 Masehi (dari aksara cina pada sebuah lonceng besi di Klenteng). Pembangunan Klenteng

Page 129: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

121

ini dilakukan secara gotong royong oleh berbagai kelompok pada waktu itu.

Nama Klenteng sudah dua kali mengalami perubahan, pada masa Orde Baru Klenteng ini bernama Amal Bhakti. Pada tahun 1986 bagian depan Klenteng terkena pelebaran jalan sehingga pekarangan depan, pintu serta tembok depan mundur beberapa meter, bagian altar Kuan Tie tetap utuh dan bagian depan dibangun menjadi dua lantai.

Dalam segi relasi sosial yang terjadi antara umat Khonghucu dengan pemeluk agama lainnya di Kota Pangkalpinang selama ini berjalan dengan baik. Hal ini disampaikan oleh salah satu pengurus FKUB Kota Pangkalpinang bahwa umat Khonghucu sudah sangat diterima keberadaannya di Pangkalpinang, situasi ini tergambar kala memasuki hari raya agama masing-masing. Masyarakat Khonghucu dan masyarakat Melayu yang muslim misalnya, di antara mereka kerap melakukan kunjungan ke rumah warga untuk bersilaturahmi apabila salahsatu diantara mereka sedang merayakan hari raya keagamaannya. Karena memang masyarakat sudah terbangun komunikasi dan hubungan sosial antara satu dengan yang lain maka tidak nampak gejolak, tidak nampak adanya upaya untuk melakukan permusuhan.

Masyarakat Bangka umumnya tidak mudah iri, dengki, cemburu, dengan kondisi ekonomi masyarakat Tionghoa yang mungkin lebih baik. Itu rezeki kamu, ini rezeki saya. Mungkin rasa ini yang membuat kondisi itu jadi kondusif. (wawancara dengan Sekretaris FKUB Kota Pangkal Pinang, 2017).

Page 130: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

122

Hubungan internal diantara sesama umat Khonghucu sejauh ini tidak nampak adanya gesekan, umat Khonghucu di Pangkal Pinang sebagian besar menjalankan aktivitas keagamaannya masing-masing. Walaupun MAKIN Kota Pangkal Pinang menyelenggarakan peribadahan secara komunal setiap hari Jum’at sore, namun dari sekian banyaknya pemeluk agama Khonghucu di kota ini mereka yang hadir di litang hanya sekitar 70-an orang.

Untuk relasi Khonghucu dengan umat agama lainnya juga berjalan dengan baik, namun silang pendapat memang pernah terjadi antara elit pemuka agama Khonghucu dengan Buddha. Hal ini terkait dengan pendataan umat Khonghucu yang masih terdaftar dalam KTP sebagai umat Buddha. Silang pendapat ini pernah terjadi di lembaga FKUB Kota Pangkal Pinang, tidak hanya dalam segi keumatan, perselisihan rumah ibadah Klenteng juga pernah muncul. Disinyalir beberapa Kelenteng masih diklaim sebagai rumah ibadah umat Buddha. Perselisihan ini tidak bereskalasi lebih jauh karena kesadaran masing-masing pihak untuk saling menjaga situasi keberagamaan yang kondusif.

Nilai saling menghormati ini sesuai dengan moto “Bumi Serumpun Sebalai” yang menjadi nilai moral kehidupan sosial warga di Pangkal Pinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang menunjukan bahwa kekayaan alam dan plularisme masyarakat tetap merupakan keluarga besar komunitas (serumpun) yang memiliki perjuangan yang sama untuk menciptakan kesejahteraan , kemakmuran, keadilan dan perdamaian.

Untuk mewujudkan perjuangan tersebut, dengan budaya masyarakat Melayu berkumpul, bermusyawarah, mufakat, berkerjasama dan bersyukur bersama-sama dalam

Page 131: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

123

semangat kekeluargaan (sebalai) merupakan wahana yang paling kuat untuk dilestarikan dan dikembangkan. Nilai- nilai universal budaya ini juga dimiliki oleh beragam etnis yang hidup di bumi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Dengan demikian, serumpun sebalai mencerminkan sebuah eksistensi masyarakat Bangka Belitung dengan kesadaran dan cita-citanya untuk tetap menjadi keluarga besar yang dalam perjuangan dan proses kehidupannya senantiasa mengutamakan dialog secara kekeluargaan, musyawarah dan mufakat serta berkerja sama dan senantiasa mensyukuri nikmat Tuhan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.96

Profil Keagamaan Khonghucu di Pangkal Pinang

Studi literatur terkait datangnya agama Khonghucu kedaerah Pangkal Pinang memang langka ditemukan, keberadaan agama ini cenderung dikaitkan dengan datangnya para pekerja tambang asal Tionghoa pada sekitar abad 17 Masehi. Beberapa diantaranya menyatakan bahwa pada tahun 1770 Sultan Palembang Darussalam Mahmud Badaruddin II (1768 – 1852) dalam upaya meningkatkan produksi timah di Pulau Bangka mendatangkan pekerja-pekerja dari China ke Bangka untuk menambang timah di pulau itu.

Sejak itu berdatangan orang-orang China dari Siam, Malaka, Malaysia dan dari China Selatan menjadi pekerja atau kuli tambang timah (Bashori, 2010:180). Catatan lain

96 http://www. Babelprov. Go. Id/content/lambang-daerah-dan-artinya, diakses 16 Mei 2017, pukul 12.34 WIB

Page 132: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

124

yang dikutip dari profil Kota Pangkalpinang menyatakan para pekerja tambang timah datang dari Tionghoa pada masa kesultanan Sultan Susuhanan Ahmad Najamuddin Adi Kesumo, yang memerintah pada tanggal 17 september 1757. Kepada Abang Pahang bergelar Tumenggung Dita Menggala dan kepada Depati serta Batin Pengandang dan kepada para Krio yang ada di Pulau Bangka untuk mencari Pangkal atau pengkal sebagai tempat kedudukan Demang dan Jenang yang akan bertugas untuk mengawasi parit-parit penambangan timah, mengawasi pekerja-pekerja yang disebut kuli tambang dari Cina, Siam, Kocin dan Melayu untuk mengawasi distribusi timah dari parit-parit penambangan hingga sampai ke Kesultanan Pelembang Darussalam.97

Pokok Ajaran

Konsep Ketuhanan

Dalam agama Kung Fu Tze, atau biasa dibunyikan dengan Khong Hu Cu, dikaitkan dengan nama pendirinya yaitu Kung Fu Tze (551-479 SM). Ada yang menilai bahwa ajaran Kung Fu Tze bukanlah suatu agama melainkan ajaran tentang nilai (etika) saja. Kung Fu Tzu sendiri menghindar berbicara tentang alam gaib. Ajaran Kung Fu Tzu itu mengenal pengakuan terhadap kodrat Maha Agung (Supreme Being), serta mempercayai pemujaan terhadap arwah nenek moyang (Ancetors-Worship), juga mengajarkan tata tertib Kebaktian.

97 http://pangkalpinangkota. Go. Id/profil-kota-pangkalpinang/. Diakses tgl 15 Mei 2017, pukul 09.45 WIB.

Page 133: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

125

Dengan landasan inilah seiring perkembangan zaman ajaran Kung Fu Tze termasuk ajaran keagamaan. Khonghucu mengatakan, kalau dia tidak pernah berbicara tentang Tuhan, atau keajaiban atau masalah kekuatan. Tapi baginya tidak ada keraguan-keraguan untuk percaya pada Tuhan, meski ia seorang monoteis yang etis. Menurutnya kehendak Tuhan telah dibuka untuknya dan karena itu misinya agar kehendak tersebut berlaku di dunia ini. Istilah Tuhan disebut dengan Thien. Dalam kitab-kitab agama Khonghucu banyak bicara tentang Thian dan Shang Ti atau Tuhan YME, misalnya dalam kitab She Cing (kitab puisi).98

Umat Khonghucu menggambarkan sosok Tuhan tidak dapat digambarkan wujudnya, tetapi dapat dirasakan. Di bawah Tien itu manusia yakin akan adanya dewa-dewa yang memberikan bantuan pada saat-saat tertentu. Dewa itu merupakan orang yang berjasa pada zaman dahulu sebelum mereka meninggal. Pada waktu kesulitan, mereka membantu manusia. (hasil wawancara Taufik Halim, tanggal. 7 Mei 2017).

Praktek Ibadah

Terdapat beberapa tempat peribadatan yang biasa digunakan umat Khonghucu yang pertama adalah dirumah, sedangkan yang kedua adalah di Klenteng, tidak ada perbedaan yang mendasar antara proses pelaksanaan peribadatan di rumah dan di Klenteng, keduanya sama yakni beribadah pada arwah leluhur yang suci, beribadah pada Tuhan dan beribadah pada Nabi Kongzi.

98 http://www. Spocjournal. Com/religi/521-ajaran-khonghucu-tentang-tuhan,-keimanan-dan-hidup-setelah-mati-serta-kaitannya-dengan-laku-bakti,-bagian-1. Html. Diakses 25 April 2017, pukul 14.50 WIB.

Page 134: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

126

Ketika memasuki klenteng maka terlebih dahulu melakukan sembahyang di altar luar. Baru kemudian kita masuk dan beribadah untuk para nabi dan arwah leluhur yang suci di altar dalam. Adapun prosesi peribadatan umat Khonghucu adalah sebagai berikut:

Terlebih dahulu menyalakan lilin di tempat berdo’a atau altar.

Membakar Hio atau Dupa sebanyak 3 atau 9 batang yang melambangkan Tuhan, Manusia dan Bumi, kemudian dinaikkan dahi sebanyak 3 kali. Pada angkatan Hio yang kedua yang harus diucapkan adalah kehadapan nabi Khonghucu, pembimbing dan penyadar hidup kami, di muliakanlah. Sedangkan pada angkatan ketiga yang diucapkan adalah kehadapan para suci dan leluhur yang kami hormati, dimuliakanlah.

Setelah pengangkatan Hio maka langkah selanjutnya adalah meletakkan Hio di Youlu atau tempat peletakan Hio yang terbuat dari besi kuningan dan berbentuk hati, Hio pertama diletakkan di tengah, yang kedua diletakkan di sebelah kanan, dan yang terakhir diletakkan disebelah kiri.

Berdo’a dengan sikap Pat Tik, ada dua sikap pat tik, Pertama sikap pat tik delapan kebajikan mendekap Thai Kik yaitu dengan cara tangan kanan dikepalkan lalu ditutup dengan tangan kiri, sikap tangan ini gunakan juga pada waktu bersembahyang, kedua sikap delapan kebajikan mendekap hati dengan cara tangan kanan tetap membuka, tangan kiri merangkap punggung tangan kanan dan kedua ibu jari dipertemukan kemudian didekapkan di dada, sikap ini hanya digunakan pada

Page 135: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

127

waktu berdo’a. (Tata Agama dan tata laksana Upacara Agama Khonghucu, MATAKIN, Th.XXVIII no.4-5).

Dalam hal peribadatan komunal yang rutin dilaksanakan di Litbang Kota Pangkal Pinang oleh MAKIN setempat, terdapat tata cara yang agak berbeda dengan tatacara peribadatan yang dilakukan di Klenteng. Peribadatan di litang ini semacam kebaktian mingguan. Setiap Jum’at malam ibadah diawali dengan penghormatan terhadap Nabi Kong Zi, lalu dilanjutkan dengan menyanyikan lagu puji-pujian dan diselingi dengan pembacaan kitab suci serta ceramah keagamaan. Peribadatan komunal seperti ini tidak hanya dilakukan di Pangkal Pinang saja, Litbang-litbang yang berada di provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga melakukan hal yang sama. Hal yang membedakan adalah hari dan intensitas pelaksanaan ibadahnya saja.

Sebagian umat Khonghucu mempertanyakan keabsahan tatacara ibadah seperti di atas. Mereka menyoal tatacara ibadah mingguan di litang yang lebih mirip peribadatan penganut agama Kristen di Gereja. Para pengurus MAKIN Pangkal Pinang menyatakan bahwa tatacara ibadah di litang sudah sesuai dengan panduan peribadatan dari MATAKIN pusat. Hal ini didukung pula oleh para rohaniawan bahwa adanya lagu puji-pujian yang diiringi musik modern sebagai langkah MATAKIN untuk menarik generasi muda atau mempopulerkan beribadah bersama di litang-litang, selama lirik-lirik lagu itu berdasarkan nilai yang ada dari kitab suci dan tidak bertentangan dengannya. (hasil wawancara dengan Taufik Halim, 7 Mei 2017).

Page 136: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

128

Etika dan Moralitas

Dasar ajaran agama Khonghucu disebut Wu Chang, artinya Lima Kebajikan. Dasar ajaran ini terdapat dalam kitab Bai Hu Tang. Pe Hu Tang, artinya kitab Harimau Putih. Disebut demikian karena tempat musyawarah besar tersebut diselenggarakan di Pe Hu Tang dan ajaran ini adalah hasil karya dan riset puluhan tahun yang dilakukan oleh pakar agama Khonghucu pada tahun 179 SM-104 SM atau pada permulaan zaman Dinasti Han. Ajaran agama Khonghucu disebut Wu Chang, artinya Lima Kebajikan terdiri dari: REN yang artinya Cinta Kasih.

Dalam Kitab Suci Agama Khonghucu (Si Shu), pembahasan tentang Cinta Kasih terdapat pada Kitab Ajaran Besar sebanyak 1 pasal 2 ayat, Kitab Tengah Sempurna 1 pasal 2 ayat, Kitab Sabda Suci 12 pasal 34 ayat dan Kitab Meng Zi 8 pasal 19 ayat. Pada Kitab Sabda XII:1 menyatakan Cinta Kasih itu adalah mengendalikan diri pulang kepada kesusilaan dan sangat tegantung kepada usaha diri sendiri, maka Nabi bersabda, “Yang tidak susila jangan dilihat, Yang tidak susila jangan didengar, Yang tidak susila jangan dibicarakan, dan Yang tidak susila jangan dilakukan”. Pada ayat lain, Sabda Nabi menyatakan bahwa “apa yang diri sendiri tiada inginkan, janganlah diberikan kepada orang lain”. Dalam ayat lain dinyatakan: “Seorang yang berperi Cinta Kasih ingin dapat tegak, maka berusaha agar orang lain pun maju, maka berusaha agar orang lainpun maju” (Sabda Suci VI:30:3).

Page 137: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

129

Kebenaran

Pembahasan tentang kebenaran/keadilan terdapat pada Kitab Ajaran Besar sebanyak 2 pasal 2 ayat. Tengah Sempurna 3 pasal 6 ayat, Sabda Suci 4 pasal 5 ayat dan Meng Zi 6 pasal 8 ayat. Kebenaran itu adalah kewajiban hidup dan jalan lurus, seringkali disebut bahwa kebenaran adalah jalan sedangkan kesusilaan adalah pintu. Maka dikatakan apabila hendak menemui seseorang bijaksana dengan tidak memakai cara yang berlandas Jalan Suci, laksana menyuruh orang masuk rumah tetapi menutup pintu”. (Meng Zi VB: 7:8).

Dalam Kitab Meng Zi IIIB:9:9, menyatakan bahwa ajaran Yang Cu hanya mengutamakan diri sendiri. Tidak mau mengakui adanya pemimpin. Bik Cu mengajarkan Cinta yang menyeluruh sama; tidak mengakui adanya orang tua sendiri !yang tidak mengakui adanya orang tua sendiri dan adanya pemimpin sesungguhnya hanya burung atau hewan saja. Kalau ajaran Yang Cu dan Bik Cu tidak dipadamkan, jalan Suci Kong Zi tidak akan dapat bersemi; kata-kata jahat itu akan membodohkanrakyat, menimbuni Cinta Kasih dan kebenaran. Bila Cinta Kasih dan Kebenaran tertimbun, ini seperti me-nuntun binatang memakan manusia, bahkan mungkin manusia makan manusia.

Oleh sebab itu bahwa ajaran yang tidak mengakui adanya orang tua sendiri dan adanya pemimpin sangat bertentangan dengan kebenaran/keadilan. Sedangkan ajaran Nabi Agung Kong Zi memposisikan Laku Bakti kepada orang tua di atas segala-galanya setelah Tuhan dan Nabi.

Page 138: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

130

Kesusilaan

Pembahasan tentang Kesusilan terdapat pada Kitab Tengah Sempurna sebanyak 4 pasal 6 ayat, Sabda Suci 16 pasal 40 ayat dan Meng Zi 8 pasal 16 ayat. Dalam kamus Bahasa Indonesia susunan W. J. S. Poerwadarminta arti kata dari kesusilaan adalah kesopanan; sopan santun, keadaban. Pada jaman sekarang, kesopanan atau kesusilaan sudah merupakan barang mahal. Maksudnya adalah semakin langka orang berlaku sopan terhadap orang tuanya, saudara-saudara tuanya, orang-orang lain yang lebih tua. Perkembangan ini menunjukkan suatu kemerosotan moral dan cukup memprihatinkan.

Dalam banyak hal yang akan kita lakukan, Nabi Agung Kong Zi memberikanSabda, “Melakukan hormat tanpa tertib kesusilaan, akan menjadikan orang repot. Berhati-hati tanpa tertib kesusilaan, akan menjadikan orang serba takut. Berani tanpa tertib kesusilaan, akan menjadikan orang suka mengacau. Dan jujur tanpa tertib kesusilaan, akan menjadikan orang berlaku kasar”. (Sabda Suci VIII : 2). Jadi setiap perbuatan, menurut kita sudah baik dan benar masih perlu diukur dengan parameter kesusilaan. Agar apa yang telah dihasilkan (outputnya) masih dalam kerangka harmonis, seimbang dan selaras.

Disamping itu, dalam Sabda Suci XX : 3:2 menyatakan bahwa, “Yang tidak mengenal Kesusilaan, ia tidak dapat teguh pendirian”. Dengan demikian setiap insan dituntut untuk mengenal kesusilaan. Agar hubungan sesama manusia di dalam keluarga, masyarakat dan Negara adanya keharmonisan. Dan pada ayat lain ditegaskan oleh Nabi, “Tegakkan Pribadimu dengan Kesusilaan”. Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu harus dimulai dari diri

Page 139: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

131

sendiri terlebih dahulu.

Kebijaksanaan

Pembahasan tentang kebijaksanaan terdapat pada Kitab Ajaran Besar sebanyak 4 pasal 10 ayat, Tengah Sempurna 5 pasal 5 ayat, Sabda Suci 14 pasal 42 ayat dan Meng Zi 9 pasal 23 ayat. Kebijaksanaan asal kata dari bijak artinya pandai, mahir, selalu menggunakan akal budinya (W. J. S. Poerwadarminta) Nabi bersabda, “Orang yang memahami ajaran lama lalu dapat menerapkan pada yang baru, dia boleh dijadikan guru”. (Tengah Sempurna XXVI : 6). Kata-kata atau ungkapan yang bijak selalu berlaku sepanjang masa, maka Nabi Agung Kong Zi dijuluki Nabi Sepanjang Masa.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, bagaimana cara agar kita dapat bertindak bijak? Dalam Kitab Sabda Suci III:2:2, menyatakan, “Hal yang sudah terjadi tidak perlu dipercakapkan, hal yang sudah terlanjur tidak perlu dicegah, dan hal yang sudah lampau tidak perlu disalahsalahkan”. Dalam hal ini di anjurkan bahwa orientasi kita adalah kedepan, sedangkan kejadian-kejadian terdahulu merupakan guru atau pengalaman hidup untuk melangkah kedepan, dan selalu memperbaiki serta memperbaharui diri setiap hari.

Berhubungan dengan keadaan tersebut di atas, ayat lain menganjurkan, “Balaslah kejahatan dengan kelurusan dan balaslah kebajikan dengan kebajikan”. Artinya apabila ada orang berbuat jahat atau jahil kepada kita, maka sadarkanlah orang tersebut dengan perbuatan kita dan apabila orang berbuat baik kepada kita, maka kita juga wajib berlaku baik kepada orang yang bersangkutan.

Page 140: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

132

Dapat Dipercaya

Pembahasan tentang dapat dipercaya terdapat pada Kitab Ajaran Besar sebanyak 1 pasal 1 ayat, Tengah Sempurna 1 pasal 1 ayat, Sabda Suci 6 pasal 7 ayat dan Meng Zi 1 pasal 1 ayat. “Kalau memegang sikap dapat dipercaya itu dilandasi kebenaran, maka kata-katanya akan dapat ditepati. Kalau sikap hormat itu dilandasi tata susila, niscaya menjauhkan malu dan hina. Kalau dapat dekat kepada orang yang patut (Karena jiwanya yang luhur), ia akan mendapatkan pembimbing yang boleh dijunjung”. (Sabda Suci I:13). Sikap dapat dipercaya ini memungkinkan manusia mencapai cita-citanya, sedangkan kesombongan dan keangkuhan akan mengakibatkan hilangnya harapan.

Dalam kehidupan kita ini setiap manusia menghendaki orang lain bertindak jujur dan dapat dipercaya. Padahal belum tentu dirinya dapat bertindak demikian. Jadi insan yang manapun bila berlaku dapat dipercaya akan diterima di manapun ia berada.

Sumber Ajaran

Pada dasarnya umat Khonghucu mengambil sumber ajaran dari 2 kitab suci yakni Shi Su dan Wu Jing. Mengutip dari laman MATAKIN, disebutkan bahwa sumber ajaran agama Khonghucu dimulai dari ajaran raja suci yao. Agama Khonghucu, tepatnya disebut Ru Jiao, sudah ada 2000 tahun sebelum Nabi Kongzi lahir. Sumber ajaran agama Khonghucu yang tertulis dimulai pada zaman itu.

Oleh Nabi Kongzi disusun Kitab Suci yang terdiri atas Enam Kitab, dan disebut Kitab Klasik. Kitab Klasik yang ditulis Nabi Kongzi dengan dibantu murid-murid-

Page 141: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

133

Nya semula berjumlah enam. Xun Zi memakai Enam Kitab Klasik sebagai sumber ajaran Khonghucu. Dia menyarankan supaya enam kitab Klasik ini sampai kapanpun harus dipelajarai oleh seluruh rakyat Tiongkok sebagai pedoman menjalankan roda kehidupan. Ia menekankan, apabila Enam Kitab Klasik ini tidak dipelajari lagi akan terjadi bencana perpecahan dan kekacauan di Tiongkok.

Pada zaman Xun Zi Kitab Klasik itu masih berjumlah enam kitab, namun saat Qin Shi Huang Di berkuasa semua kitab tersebut dilarang dan dibakar, kecuali Kitab Yi Jing. Setelah dinasti Qin tumbang (206 SM), kitab Klasik tersebut dituliskan kembali oleh para ahli yang masih hafal, tetapi Kitab Musik tidak ada yang dapat menuliskan kembali, hingga sekarang tidak ada lagi. Kitab Klasik sekarang hanya ada lima.

Upacara dan Ritual Keagamaan

Dalam agama Khonghucu di Pangkal Pinang dikenal beberapa upacara dan ritual yang sama seperti dilakukan oleh oleh penganut Khonghucu lainnya di Indonesia.

Cheng Beng (Qing Ming)

Menurut Halim Susanto, salah seorang tokoh masya-rakat Tionghoa mengatakan bahwa Cheng Beng (Mandarin) atau Chin Min dirayakan setiap tanggal 5 April dalam setiap tahun. Menurut tradisi Tionghoa, orang akan beramai-ramai pergi ke makam orang tua atau para leluhurnya untuk melakukan upacara penghormatan. Biasanya upacara penghormatan ini dilakukan dengan beberapa kegiatan, mulai membersihkan kuburan, mengecat kembali, menambah pasir pada kuburan tersebut.

Page 142: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

134

Bagi umat Khonghucu, mereka akan membawa sesajian berupa Sam Sen yaitu tiga macam jenis masakan daging berupa ayam, daging dan cumi kering. Sayur kesenangan orang tuanya, tiga macam kue, tiga macam buah dan tidak lupa teh dan arak, ada juga yang membawa kotak yang berisi uang kertas perak (Kim Ci).

Sembahyang Rebut

Sekalipun etnis Tionghoa telah memilih salah satu agama, tapi masalah budaya yang telah turun temurun menjadi tradisi budaya, mereka tidak bisa meninggalkan. Sekalipun mereka telah hijrah ke kota lain, tapi setiap tahun mereka datang khusus merayakan acara ritual tersebut, yaitu sembahyang rebut, karena kalau mereka tidak rayakan acara ritual tersebut, khawatir akan terjadi malapetaka bagi masyarakat.

Upacara ritual keagamaan masyarakat Tionghoa ini,disebut sembahyang rebut, karena barang-barang didekat boneka itu diperebutkan oleh masyarakat yang hadir pada malam hari itu. Upacara ini dilakukan tiap bulan tujuh (Juli) tanggal 15 penanggalan Imlek. Ritual sembahyang Rebut Chi Ngiat Pan ini, digelar di rumah ibadat atau kelenteng. Tokoh Rohaniawan Khonghucu di Pangkal Pinang Tjhin Muk Djie memberikan pandangan lain untuk meluruskan ritual sembahyang rebut ini, menurutnya ritus ini adalah sembahyang untuk arwah, penghormatan kepada Shen Ming yang gentayangan beserta arwah-arwah leluhur. hal ini memberikan pandangan yang tujuannya bukan untuk berebut sesembahan, tetapi untuk dibagikan kepada fakir miskin (Hasil wawancara, tanggal 12 Mei 2017).

Page 143: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

135

Acara intinya adalah pembakaran Thai Se Ja yang terbuat dari aneka ragam kertas, berbentuk boneka berukuran empat meter. Sosok yang disebut masyarakat sekitar dengan istilah hantu jelmaan Twan Wu Twan Yang, untuk menakuti musuh dalam pertempuran di Jampan. Sedangkan Jampan itu sendiri berarti kemenangan.

Peh Cun

Peh Cun merupakan tradisi masyarakat Tionghoa untuk menghormati meninggalnya seorang bangsawan yang sangat dicintai rakyat bernama Qu Yuan (pada zaman dinasti Chu tahun 340 SM). Perayaan dilaksanakan setiap tanggal 5 bulan penanggalan Imlek. Masyarakat Tionghoa beramai-ramai melaksanakan ritual di pantai Pasir Padi Pangkal Pinang. Prosesi ritual tersebut dilakukan mulai dengan sembahyang kemudian dilanjutkan beramai-ramai membuang kue Chang ke laut, sebagai simbol penghormatan. Upacara ini dilaksanakan tepat tengah hari tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek.

Dalam acara tersebut sangat ramai dan meriah dikunjungi berbagai lapisan masyarakat baik penduduk dalam kota maupun dari luar Kota Pangkal Pinang, dalam acara ritual tersebut terdapat keunikan dimana telor ayam mentah yang masih segar dapat didirikan dan air laut mengalami puncak pasang surut yang sangat jauh sekitar satu kilometer.

Upacara Ritual di Klenteng

Klenteng Kwan Tie Miau, merupakan kelenteng terbesar yang terdapat di Kota Pangkal Pinang dibangun pada tahun 1841 dan diresmikan pada tahun 1846. Kelenteng

Page 144: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

136

ini dijadikan Pemda sebagai salah satu obyek wisata di Kota Pangkal Pinang. Di Kelenteng ini juga dijadikanpusat upacara peringatan hari raya Imlek, Puncak hari raya Cap Go Meh, sembahyang Rebut dan kegiatan Pot Ngin Bun. Disamping itu kelenteng juga berfungsi sebagai tempat beramal.

Mereka melakukan kegiatan sosial dengan cara menghimpun dana/bantuan dari masyarakat Tionghoa terutama yang berdomisili di Kota Pangkal Pinang dan sekitarnya. Umat Khonghucu sebelumnya menyiapkan bantuan baik berupa paket sembako ataupun pengobatan gratis bagi masyarakat yang kurang mampu dengan tidak memandang latar belakang agamanya sebagai bentuk kepedulian. Penyerahan bantuan tersebut dilakukan bertepatan dengan hari besar agama Khonghucu lainnya, yaitu pada hari jadi Dewa Kwan Kong Tie, Dewa Kwan Im dan Hari Raya Imlek.

Organisasi Keagamaan

Umat Khonghucu di Pangkal Pinang mempunyai wadah organisasi resmi yakni Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Kota Pangkal Pinang. MAKIN adalah lembaga umat agama Khonghucu di suatu tempat yang telah mandiri dan mempunyai tujuan mulia melayani dan membina umat Khonghucu dalam berbagai kegiatan sosial, keagamaan dan kerohanian, serta keberadaannya telah disahkan oleh MATAKIN. MAKIN Kota Pangkal Pinang terbentuk bersamaan dengan berdirinya MATAKIN pada 16 April 1955.

Sekretariat MAKIN Pangkal Pinang yang juga

Page 145: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

137

berfungsi sebagai litang ini beralamat di Jalan Denpasar Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Bukit Intan Kota Pangkal Pinang. Ketua MAKIN Pangkal Pinang menyatakan karena situasi politik kenegaraan, organisasi ini (MAKIN) baru dapat berfungsi sebagai sebuah organisasi keagamaan setelah Agama Khonghucu disahkan kembali oleh pemerintah sebagai salah satu agama yang dilayani di Negara Kesatuan Republik Indonesia (hasil wawancara dengan Werry Chin, tanggal 16 Mei 2017). Jumlah keanggotaan yang mempunyai kartu MAKIN adalah 152 anggota, keanggotaan ini nol sekian persen dari jumlah keseluruhan umat Khonghucu di Pangkalpinang.

Adapun struktur organisasi MAKIN kota Pangkal Pinang masa kerja Tahun 2016-2020 terdiri dari:

Tabel 3: Struktur Organisasi Makin Pangkal Pinang

Ketua : Werry ChinSekretaris : Jiu Nen (Anen)Bendahara : FerardiSekretariat : MerrenBid. Umum dan Pelayanan : Tjin Muk Jie

Koordinator Kerohaniawan : Js. Taufik Halim

Program kerja organisasi MAKIN Kota Pangkal Pinang terdiri dari 6 bidang yang mempunyai peran dan fungsi masing-masing, antara lain. Bidang Pendidikan: Bidang ini bertugas menyusun organisasi pengelolaan sekolah minggu, bagi anak-anak, remaja dan dewasa untuk mengikuti sekolah minggu guna meningkatkan keimanan yang benar. Mengupayakan pelayanan pendidikan mata pelajaran bagi semua siswa/i di Pangkal Pinang. Serta

Page 146: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

138

menyiapkan tenaga-tenaga pendidik agama Khonghucu sesuai kebutuhan. Bidang Pelayanan: Bertugas meningkatkan dan memudahkan pelayanan pemberkatan perkawinan (Liyuan), memberikan pelayanan ibadah ritual kematian (Song Shu). Bidang Kerohanian: Bertugas meningkatkan jumlah rohaniwan, meningkatkan kompetensi rohaniwan yang sudah ada, menyiapkan program dan menjalankan rutinitas kebaktian bagi kelompok usia dewasa. Bidang Administrasi: Menyusun pelaksana sekretariat, membuat database peserta Liyuan dan umat Khonghucu sesuai dengan kartu umat. Bidang Pemuda: Wadah PAKIN (Pemuda Agama Khonghucu Indonesia), membentuk sel-sel kegiatan, menyiapkan kelompok-kelompok kesenian, membuat organisasi Pakin.

Bidang Pemberdayaan Perempuan: Wadah PERKHIN (Perempuan Khonghucu Indonesia), membentuk Perkhin kota Pangkal Pinang. membuat sel-sel kegiatan Perkhin. Pola rekrutmen pengurus MAKIN di kota Pangkal Pinang masih dilakukan dengan cara yang sangat sederhana yaitu dengan musyawarah umat Khonghucu yang ada di Kota Pangkal Pinang, setelah dimusyawarahkan, disampaikan kepada MATAKIN tingkat provinsi yang kemudian memberikan rekomendasi untuk disahkan oleh MATAKIN pusat. Mekanisme pemilihan kepengurusan mengacu pada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga MATAKIN, untuk MAKIN kota Pangkal Pinang terdapat ketentuan Musyawarah Pimpinan tingkat kabupaten/kota, Rapat kerja tingkat kabupaten/kota, Musyawarah umat dan musyawarah umat luar biasa.

Persyaratan untuk menjadi pengurus:

Mampu memahami, menghayati, mengimani dan

Page 147: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

139

menjalankan nilai-nilai luhur agama Khonghucu dalam kehidupan sehari-hari.

Mempunyai kemampuan, integritas dan loyalitas terhadap Majelis dan Umat.

Mau menerima dan menjalankan segala ketentuan yang tertuang dalam Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan majelis lainnya.

Berusia minimal 21 tahun atau telah menikah dan khusus untuk mengisi jabatan tertinggi di masing masing institusi minimal harus berusia 30 tahun.

Bersedia aktif mengikuti kegiatan majelis

Menghayati wawasan kebangsaan Indonesia dan berjiwa Pancasila.

Bersedia di Liyuan sebagai umat Khonghucu dan tidak aktif di organisasi keagamaan Khonghucu lain yang tidak diakui secara resmi oleh MATAKIN.

Sedangkan persyaratan untuk menjadi anggota MAKIN:

Bersedia di liyuan kan sebagai umat Khonghucu, yang kemudian diberikan kartu umat Khonghucu sebagai tanda keanggotaan (untuk dewasa).

Untuk anak-anak dan remaja tidak ada ketentuan khusus, dan bersedia untuk mengikuti pendidikan keagamaan serta kebaktian tata cara agama Khonghucu.

Partisipasi umat Khonghucu di Provinsi Kepulauan Bangka dan Belitung, dalam berorganisasi terutama di Kota Pangkal Pinang sudah lama berjalan. Diantaranya ada yang di lembaga sosial masyarakat, partai politik dan FKUB.

Karena etnis Tionghoa di Provinsi Kepulauan

Page 148: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

140

Bangka dan Belitung terbanyak dibandingkan dengan propinsi lain di Indonesia, maka tidak heran ada beberapa tokoh Tionghoa sebagai anggota DPRD baik tingkat kota/kabupaten maupun di tingkat Propinsi. Saat ini setidaknya terdapat 2 orang anggota DPRD Provinsi yang beretnis Tionghoa dan beragama Khonghucu, hal ini menandakan sinyalemen yang baik dari segi demokrasi. Salah seorang diantaranya duduk sebagai anggota Komisi II DPRPD Propvinsi Kepaluan Bangka Belitung dari Fraksi PDIP.

Motivasi ketertarikannya untuk terjun di kancah politik adalah untuk mendorong etnis Tionghoa lebih eksis di segala bidang, terutama agama Khonghucu. Hal ini didasari oleh perasaan bahwa selama ini etnis Tionghoa terutama umat Khonghucu kurang diperhatikan oleh pemerintah (hasil wawancara Ir. Hendryansen, 15 Mei 2017). Terkait dengan pelayanan pemerintah, ia mengharapkan pemerintah pusat untuk lebih memberikan bantuan pengajar dan guru agama yang dirasakan mendesak untuk segera dipenuhi mengingat perkembangan umat Khunghucu yang tidak sebanding dengan ketersediaan guru agamanya.

Bentuk layanan Pemerintah terhadap umat Khonghucu

Dalam pemenuhan hak sipil terhadap umat Khonghucu telah tertuang dalam Instruksi Menteri Agama RI No.1 Tahun 2006, tentang Sosialisasi Status Perkawinan, Pendidikan dan Pelayanan terhadap Penganut Agama Khonghucu. Kemudian Kementerian Dalam Negeri mengeluarkan Surat Mendagri No. 470/336/SJ tentang Pelayanan Administrasi Kependudukan penganut agama Khonghucu dimana dinyatakan Gubernur atau Bupati/

Page 149: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

141

Walikotaagar memberikan pelayanan administrasi kependudukan kepada penganut agama Khonghucu dengan menambah keterangan agama Khonghucu pada dokumen administrasi kependudukan.

Landasan hukum telah memberikan ruang kepada umat Khonghucu agar dilayani dengan baik oleh Pemerintah. Di kota Pangkal Pinang, umat Khonghucu hak-hak sipil di bidang kependudukan baik status agama, kelahiran ataupun perkawinannya telah terlayani dengan baik. Hal ini diperkuat oleh pernyataan informan bahwa pemenuhan hak sipil dan kependudukan kami anggap sudah selesai, walaupun masih pemeluk Khonghucu yang beridentitas agama Buddha. Persoalan klasik ini masih terjadi dan menjadi salahsatu hambatan dalam melakukan pendataan umat. (hasil wawancara dengan Suryanto Chandra, Sek. MATAKIN Provinsi Kep. Babel,5 Mei 2017).

Hal yang paling mendesak untuk segera diatasi di Kota Pangkalpinang dan Provinsi Kepuluan Bangka Belitung pada umumnya adalah pemenuhan tenaga guru agama Khonghucu. Karena keterbatasan tenaga pengajar, untuk bisa menghadirkan guru agama di kota Pangkal Pinang MAKIN mendatangkan seorang guru agama dari Jakarta.

Pada umumnya siswa-siswi yang beragama Khonghucu bersekolah di sekolah umum negeri atau swasta, kadangkala mereka terpaksa untuk ikut pelajaran agama yang ada disekolahnya agar nilai pelajaran agamanya tidak kosong, walaupun hal itu bertentangan dengan keyakinannya. Hingga saat ini hanya terdapat 2 tenaga pengajaragama Khonghucu di Pangkalpinang, 1 guru agama untuk para siswa sekolah dan 1 pengajar untuk mahasiswa.

Page 150: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

142

Perbandingannya adalah 1 guru untuk 8 sekolah, dan itupun masih belum dapat memenuhi permintaan mengajar di sekolah-sekolah lainnya.

Selain hal di atas, problematika dalam rangka pemenuhan tenaga guru agama juga terbentur dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2007 pasal 12 ayat 1 yang mensyaratkan bahwa guru agama harus beralatar belakang sarjana agama, sedangkan sekolah tinggi atau setingkat perguruan tinggi agama Khonghucu sampai saat ini belum tersedia. Belum lagi terkait ketersediaan penyuluh agama, dalam kriteria juknis untuk menjadi penyuluh juga mensyaratkan sarjana. Sehingga permasalahan tenaga guru dan penyuluh agama Khonghucu sulit terpenuhi.

Informan dilapangan menyarankan pemerintah untuk memberikan sedikit kompensasi bagi penerapan tentang syarat wajib sarjana agama untuk guru dan penyuluh agama Khonghucu, jika peraturan ini masih berlaku rigid maka permasalahan diatas tidak akan terselesaikan. (wawancara dengan Suyanto Chandra, 5 Mei 2017). Hal senada juga disampaikan informan lainnya yang menyatakan bahwa jika ingin membantu umat Khonghucu, segeralah membuat semacam Diklat atau pelatihan tenaga guru agama dan penyuluh oleh pemerintah karena ini sudah menjadi kebutuhan yang mendesak. (wawancara dengan Teguh Nugroho, Kasubag Huk dan KUB Kanwil Kemenag Propinsi Babel, 9 Mei 2017).

Kebutuhan umat Khonghucu di Pangkal Pinang memang belum sepenuhnya terpenuhi, hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal seperti struktur nomenklatur pembinaan umat yang ada di daerah. Untuk sekarang anggaran pembinaan umat Khonghucu

Page 151: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

143

“dititipkan” dari Pusat Kerukunan Umat Beragama Sekjen Kementerian Agama ke Subbag Hukum dan KUB Kanwil Kementerian Agama Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kemudian tidak adanya struktur nomenklatur yang jelas bagi agama Khonghucu berakibat pada pelayanan administratif yang tidak maksimal, selain anggaran pembinaan yang tidak memadai juga petunjuk teknis pelayanannya juga belum tersedia. Untuk pembinaan dan pendidikan masih dilayani oleh internal Khonghucu melalui MATAKIN dan MAKIN, sehingga menimbulkan wacana pembentukan struktur nomenklatur setingkat Dirjen Bimas Khonghucu pun semakin menguat.

Umat Khonghucu di Pangkal Pinang berpendapat bahwa pola pelayanan top to down menjadi hal yang paling realistis untuk dilaksanakan. Pemerintahlah yang semestinya memberikan pelayanan karena pemerintah mempunyai modal kapital dan personal lebih memadai dibanding MATAKIN. Layanan pemerintah terutama oleh Kementerian Agama akan maksimal apabila didukung oleh struktur nomenklatur yang jelas serta didukung oleh kebijakan-kebijakan dengan melihat realitas yangterjadi pada umat Khonghucu.

Dari paparan yang disampaikan di atas dapat disimpulkan beberapa poin penting terkait pelayanan pemerintah terhadap umat Khonghucu, antara lain bahwa pelayanan pemerintah dari beberapa aspek seperti pemenuhan hak-hak sipil sudah terlaksana dengan baik hal ini bisa dilihat dari pencantuman kolom agama Khonghucu dalam KTP sudah terlaksana dan perkawinan hingga kematian dapat dilaksanakan sesuai dengan tatacara agama Khonghucu.

Page 152: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

144

Di sisi lain, terdapat beberapa aspek yang belum terlayani dengan baik yakni dari aspek pendidikan agama yang belum terpenuhi. Problem klasik terkait penyediaan tenaga guru agama Khonghucu dan penyuluh agama yang perlu mendapatkan perhatian khusus, mengingat Kota Pangkal Pinang merupakan salah kota dengan jumlah penganut Khonghucu yang cukup besar.

Karena keterbatasan sumber daya manusia dan anggaran dari majelis agama (MAKIN) menjadi hambatan untuk memberikan layanan terhadap umatnya oleh karena itu model pelayanan yang ideal untuk saat ini adalah dengan model top to down, pemerintah selayaknya mengambil peran yang lebih besar dalam penyediaan layanan dalam hal pendataan dan penyediaan guru agama dan penyuluh agama Khonghucu.

Tuntutan agar Khonghucu mempunyai struktur organisasi unit eselon I setingkat Dirjen di tubuh Kementerian Agama semakin menguat, agar standar pelayanan dan anggaran pelayanan untuk umat semakin jelas dan mempunyai program yang lebih implementatif.

Relasi sosial yang terbentuk antara umat Khonghucu dengan umat lainnya di Kota Pangkal Pinang terjalin dengan baik, segregasi sosial tidak begitu mengemuka. Umat Khonghucu yang mayoritas adalah keturunan etnis Tionghoa telah berintegrasi dengan masyarakat lainnya, sehingga eksistensi mereka menjadi bagian yang khas dari masyarakat Kota Pangkal Pinang. Begitu pula relasi dengan pemerintah, umat Khonghucu disetarakan dengan umat agama lainnya dalam hal pemenuhan hak-hak sipilnya.

Studi ini merekomendasikan agar Kementerian

Page 153: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

145

Agama dapat memberikan standar pelayanan minimum. Regulasi terkait standarisasi bagi penyuluh dan guru agama harus sarjana agama cukup berat untuk dipenuhi, karena itu bila ada kebijakan khusus terkait hal ini. Selain itu Kementerian Agama Provinsi dan Kota agar lebih bersinergi dengan majelis agama Khonghucu (MATAKIN dan MAKIN) dalam merumuskan prioritas pemenuhan layanan keagamaan dan pembinaan umat setempat, jalinan komunikasi antara Kementerian Agama dan majelis agama agar lebih diintensifkan.

Page 154: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

146

Page 155: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

147

Bagian VII

UMAT KHONGHUCU KOTA SOLOOleh: Wakhid Sugiyarto

Kota Solo dan Lintasan Sejarah Umat Khonghucu

Solo The Spirit Of Java

Solo The Spirit of Java adalah karakter masyarakat Solo sesungghuhnya. Slogan ini menunjukan bahwa masyarakat Kota Solo ingin memberitakan pada dunia bahwa Solo adalah pusat dan jiwanya masyarakat Jawa. Slogan ini adalah upaya pencitraan identitas diri Kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa, yang sudah ratusan tahun silam menjadi pusat perkembangan budaya Jawa.99 Menurut Damardjati Supadjar sebagai pusat tatanan filsafat hidup masyarakat yang berpusat pada konsep harmoni, Solo merupakan sebuah dalem ageng, yang mengacu pada ego transendental yaitu batin, yang di dalamnya mengandung kelembutan, sebagai kepekaan paripurna.100

Istilah rukun agawe sentosa, crah agawe bubrah

99 Fakta sejarah menunjukkan bahwa Solo pernah menjadi pusat pemerintahan Pajang, pusat pemerintahan Mataram, pusat pemerintahan Kasunan Solodan pusat pemerintahan Kadipaten Mangkunegaran. Dengan menjadi pusat kebudayaan tersebut maka Solo telah menjadi sentral dari perkembangan peradaban masyarakat Jawa yang berpusat pada Keraton. Koentjaraningrat mengatakan bahwa kebudayaan Jawa hidup di kota Yogjakarta dan Surakarta merupakan peradaban Jawa yang berakardari Keraton. Koentjaraningrat, Budaya Jawa(Jakarta: Balai Pustaka, 1994) hlm. 25

100 Damardjati Supadjar dalam pengantar, Mark R. Woodward, Islam Jawa; Kesalehan Normatif versus Kesalehan Kebathinan,Hairus Salim (terj.), (Yogyakarta: LKIS, 1999) hlm xx.

Page 156: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

148

artinya rukun menjadikan kuat sedang perselisihan hanya mendatangkan kehancuran, merupakan istilah popular bagi masyarakat Solo. Ada lagi ojo seneng tindak daksiyo, urip iku welas asih marang liyan (jangan suka berbuat kejahatan, hidup itu harus didasari rasa kasih sayang pada sesama).

Masyarakat Jawa berkeyakinan bahwa kita menjadi kuat karena persatuan dan akan lemah jika saling pertentangan. Prinsip harmoni ini sering diungkapkan dengan istilah toto titi tentrem kerta tur raharjo berarti tertata, cermat, tentram dan sejahtera.101

Seluruh proses kehidupan masyarakat Solo selalu dikaitkan dengan kekuatan Adi Kuasa, Yang Maha Tinggi dan Tidak Terbatas. Keyakinan ini membimbing pola pikir masyarakat Solo selalu mengaitkan antara peristiwa dalam kehidupannya dengan kejadian-kejadian Adikodrati yang terdapat di alam semesta. Dalam konteks keagamaan pembaharu, pola pikir seperti ini sering disebut dengan gugon tuhon.

Terhadap kekuatan ini manusia posisinya lemah dan tidak memiliki kekuatan apapun, oleh karenanya manusia harus menggantungkan dirinya dalam kekuatan Yang Maha Tinggi dan Tidak Terbatas tersebut. Ungkapan yang lazim digunakan oleh orang Jawa adalah ora ono doyopikuwatan

101 Dhanu Priyo Prabowo, Pengaruh Islam dalam Karya-karya RNG. Ronggowarsita (Yogyakarta: Narasi, 2003). hlm. 32-33. Masyarakat Jawa terkesan akan berusaha menyembunyikan konflik yang mereka alami dari orang lain, karena hal tersebut dipandang merupakan bagian dari aib dan tabu. Kedua sikap hidup itu harus dilakukan dengan dilandasi sikap hormat yang bertujuan pada terciptanya keselarasan hidup. Beberapa norma sosial sebagai kendali perilaku masyarakat Jawa antara lain; rukun, tepo seliro, jujur, andhap ashor, ajo dumeh, tulung tinulung, kuwalat, wani ngalah, wani wedi, wani isen, kepotangan budhi dsb masih dipegang kuat masyarakat Jawa.

Page 157: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

149

songko manungso, kejoba hamung saking pitulunganing gusti Allah, artinya tidak ada daya dan kekuatan apapun kecuali dengan bantuan Allah, sebab orang Jawa menyadari bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Tinggi dari apapun dalam kehidupan manusia.102

Sementara itu sejarah sosial politik Kota Solo berawal dari perpindahan Keraton Mataram Kartasura pada tahun 1746. Perpindahan ini disebabkan Keraton Kartasura hancur akibat serangan Raden Mas Gerendi yang hendak merebut kekuasaan, bekerja sama dengan etnis Tionghoa (geger pecinan).103 Setelah kondisi normal, Sunan Pakubuwana II (1725-1749) membangun pusat pemerintahan baru di sebelah timur keraton lama di Desa Solo, dekat aliran sungai Bengawan Solo.

Di Solo, pola pemukiman pada awal abad ke-20 menunjukan stratifikasi sosial masyrakatnya. Hal ini dilakukan untuk kepentingan keamanan pemerintah Belanda. Perkampungan Eropa di tempatkan di Loji Wetan sekitar benteng Vestenburg. Etnis Tionghoa di sekitar Pasar Gedhe yang disebut kampung Balong atau Pe Tionghoan. Etnis Arab di sekitar Pasar Kliwon dan etnis Jawa terpencar di luar ketiga wilayah tersebut terutama di Laweyan. Nama kampung penduduk Jawa didasarkan pada nama bangsawan yang tinggal ditempat tersebut, seperti,

102 Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen: Sinkritisme, Simbolisme dan Sufisme dalam Budaya Spiritual Jawa(Yogyakarta: Narasi, 2006), hlm 129

103 Rusmiputra Kusumodilaga “Perpindahan Keraton Kartasura Ke Surakarta” dalam Suwita Santosa (ed). Urip-urip (Surakarta: Musium Radya Pustaka, 1990) hlm. 269. Lihat juga Darsiti Soeratman, Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1880-1939 (Yogyakarta: Penerbit Taman Siswa 1989) hlm. 25-26. Juga M. C. Ricklefs, Yogyakarta di Bawah Sultan Mangkubumi 1749-1792: Sejarah Pembagian Jawa(Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002) hlm. 61-62.

Page 158: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

150

Mangkubumen, Jayakusuman, Suryabratan, Kalitan, Cakranegaran, Kusumayudan, Coyudan, Purwodiningratan, Mangkuyudan, Kusumadiningratan dan Kerten.

Selain itu juga ada nama kampung yang di ambil dari nama kesatuan prajurit Keraton, seperti; Kasatriyan, Tamtaman dan Sorogenan. Kekuasaan politik kedua kerajaan ini berakhir setelah berdirinya Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Selama 10 bulan, Surakarta berstatus sebagai daerah setingkat provinsi yang dikenal sebagai Daerah Istimewa Surakarta (DIS).104

Semenjak berlakunya UU Pemerintahan Daerah yang memberikan banyak hak otonomi bagi pemerintahan daerah, Surakarta menjadi daerah berstatus kota otonom. Saat ini Surakarta berstatus sebagai kota yang di pimpin oleh seorang Walikota dengan ketetapan UU No 18 tahun 1965 tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah.

Perkembangan Sosial Politik di Kota Solo

Kota Solo merupakan kota terpadat di Jawa Tengah dan kota terpadat ke-8 di Indonesia. Sebagai kota utama, Solo di kelilingi oleh beberapa kabupaten yang sekaligus menjadi daerah penyangganya khususnya dalam aktivitas ekonomi, sosial, pendidikan dan budaya. Solo berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Boyolali di sebelah utara, Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan.105

104 Rustopo, Menjadi Jawa, Orang-orang Tionghoa dan Kebudayaan Jawa di Surakarta 1895 -1998(Yogyakarta, Ombak, 2007) hlm. 22

105 Hermanu Subagio, Biografi Politik Pakubuwono X; Studi Gerakan

Page 159: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

151

Dalam hal ini orang Jawa dengan jumlah terbesar berada di bagian paling bawah, yang terdiri dari para buruh dan pedagang kecil. Posisi kelas menengah adalah orang Tionghoa, Arab dan orang asing lainnya. Mereka mendapatkan keluasan monopoli perdagangan dan kemudahan dalam kebijakan ekonomi lainnya. Salah satunya dapat dilihat pada saat itu orang Tionghoa memiliki hak monopoli perdagangan beras, bahan makanan dan kain, serta penguasaan lahan pertanian.

Berbagai konflik di Solo muncul seiring dengan lahirnya gerakan politik keagamaan radikal di Kota Solo, yang ditandai dengan munculnya kesadaran akan hak politik dan ekonomi, terutama setelah berdiri Sarekat Islam (SI). Perkembangan SI sangat pesat dan populer karena bertujuan memperbaiki kondisi ekonomi dan kehidupan beragama. Serikat Islam (SI) menggunakan agama sebagai pengikat anggota, membangkitkan revivalisme beragama dan mengembangkan semangat nasionalisme kebangsaan.

Pada tahun 1913 anggota SI cabang Surakarta sudah 35.000 orang, baik dari kalangan elit keraton maupun masyarakat biasa. Semula SI dipimpin H. Samanhudi kemudian digantikan Haji Omar Said (HOS) Cokroaminoto.

Pada tahun 1918 sampai 1922, gerakan protes semakin massif, cenderung radikal yang dipelopori Haji Misbach dan HOS. Cokroaminoto.106 Radikalisme Misbach adalah

Islam dan Kebangsaan di Keraton Surakarta(DesertasiProgram Pasca sarjana UIN Yogyakarta 2010) hlm.164

106 Haji Misbach merupakan tokoh agama, ulama yang disegeni di Surakarta,namun berpandangan marxis sehingga setiap hari ia mengobarkan kesadaran perjuangan bagirakyat miskin untuk mendapatkan hak haknya. Demikian juga dengan HOS. Cokroaminoto

Page 160: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

152

wujud ketidak percayaan masyarakat pada pemerintah Keraton dan Kolonial. Isu yang diusung adalah tuntutan kesejahteraan rakyat yang lebih baik, dengan semangat kerakyatan yang didukung paham keberagamaan kritis. Haji Misbach sering melakukan agitasi, intrik dan mogok massal. Semua gerakan dilakukan dengan memadukan antara Islam dengan Marxisme.

Menurut Aqib Suminto munculnya gerakan radikal disebabkan adanya perubahan orientasi, yaitu tuntutan perbaikan hidup terutama buruh perkebunan swasta. Ada beberapa faktor yang mendorong adanya gerakan radikalisasi ini yaitu: (1) adanya kemiskinan struktural pada masyarakat pedesaan tidak dapat di atasi dengan kebijakan reorganisasi agraria maupun kebijakan reorganisasi administerasi pemerintahan. (2).

Semakin kuatnya gerakan politik Islam dalam masyarakat, hal ini ditambah dengan adanya aliran lain seperti nasionalis, sosialis dan marxis yang turut mendorong radikalisasi masyarakat pedesaan. (3). masing-masing aliran tersebut bergerak sendiri-sendiri bahkan arah politiknya tidak jarang saling berlawanan.107

Masuknya Etnis Tionghoa Di Kota Surakarta

Etnis Tionghoa datang ke Nusantara tidak dalam sekaligus, tetapi melalui berbagai fase yang berlangsung cukup lama. Menurut Abdurrahman Wahid masuknya etnis Tionghoa di Nusantara terdapat tiga fase, yaitu fase

denganSI-nya sering mengorganisir kekuatan rakyat melawan kebijakan residen Belanda.

107 Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda (Jakarta: LP3ES, 1986) hlm. 60; Juga Hermanu Djobagio, Biografi Politik Pakubuwono X: Studi Gerakan Islam dan Kebangsaan di Keraton Surakarta(Desertasi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010) hlm. 244

Page 161: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

153

cendekiawan yang belajar agama Buddha, fase kedatangan muslim dari Tionghoa dan fase eksodus besar besaran masyarakat Tionghoa ke Nusantara. Fase pertama ditandai dengan banyaknya orang Tionghoa yang pergi ke Nusantara (Jawa) dengan motif berdagang dan belajar agama Hindu atau Buddha pada abad VII. Salah satu daerah yang menjadi tujuan mereka adalah Sriwijaya, sebab di daerah tersebut saat itu menjadi pusat belajar agama Buddha. Di Fase pertama ini rata-rata yang datang ke Nusantara adalah para sarjana dan para pelajar.

Fase kedua kehadiran etnis Tionghoa di Nusantara ditandai datangnya orang-orang muslim Tionghoa ke Jawa. Mula-mula tentara dan cendekiawan yang melakukan misi diplomasi atas perintah dinasti Ming di bawah pimpinan Laksamana Cheng Ho pada tahun 1413 M. Kebanyakan berasal dari daerah Yunan di Tiongkok bagian selatan. Berbagai literatur menyebutkan bahwa mereka beragama Islam dan bermadzab Hanafi, tetapi setelah di Indonesia mereka kebanyakan berubah menjadi bermadzab Syafii. Puncak fase kedua ini adalah muhibah dari Laksamana Cheng Ho yang membawa ribuan armada yang kebanyakan beragama Islam singgah dibeberapa tempat di Nusantara.

Disinilah terlihat pada masa awal keberadaan mereka mampu berinteraksi secara harmonis. Sintesa Jawa-Tionghoa telah menghasilkan kebudayaan yang sangat kaya. Hal ini bisa dilihat dari beragam budaya Tionghoa yang berakulturasi dengan budaya lokal. Mereka berbaur dengan masyarakat luas, dan menghindarkan eklusifme, terutama dalam hal tempat tinggal.108 Pemukiman mereka

108 Abdurrahman Wahid “Konfusianisme Di Indonesia, Sebuah Pengantar” Dalam Lasiyo Dkk, Konfusianisme Di Indonesia; Pergulatan Mencari Jati diri (Jogjakarta, Interfidei, 1995)p.XV

Page 162: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

154

yang menjadi satu dengan pemukiman Jawa telah membuat interaksi antara Tionghoa dengan Jawa sangat dekat dan tidak berjarak.

Para pelarian politik dari Tionghoa ke Jawa, yang disebabkan banyaknya kerusuhan di Tiongkok, sehingga melarikan diri untuk mencari kehidupan lebih baik. Alternatif yang dipilih adalah ke Nusantara, sebab semenjak dahulu terkenal dengan negeri yang subur dan kaya. Berbeda dengan dua kelompak sebelumnya yang beragama Islam dan kedudukan sosial baik, pada fase ketiga ini tidak memiliki kapasitas tersebut, sehingga cenderung oportunis dan individualis. Kebanyakan bukan sebagai pedagang yang menyebarkanh agama Islam, tetapi bekerja sebagai pegawai bea cukai, buruh dan pedagang.

Mereka menyebar diberbagai kota di Nusantara, salah satunya adalah Kota Solo, karena memiliki posisi setrategis baik dari aspek politik maupun ekonomi. Fase ketiga ini berlanjut sampai pada masa pendudukan Belanda di Nusantara, bahkan terjadi ledakan migrasi dari Tiongkok ke Nusantara yang menyebabkan banyak kerusuhan. Oleh sebab itu Belanda kemudian mengambil kebijakan bahwa perkampungan etnis Tionghoa dipisahkan dengan perkampungan Jawa maupun etnis lainnya.109 Di setiap kampung Tionghoa, termasuk di Solo diangkat seorang pemimpin yang disebut dengan letnan atau mayor. Tugas letnan ini adalah sebagai penghubung kepentingan antara masyarakat Tionghoa dengan penguasa yang ada didaerah

109 Penyebabnya adalah etnis Tionghoa sering melakukan perlawanan atas kebijakan Belanda. Di Batavia misalnya, tahun 1700-an terjadi pertempuran antara Tionghoa dengan Kompeni akibat persainganekonomi. Di Kartasura, masyarakat bergabung dengan R. Mas Gerendi melakukan perlawanan pada SultanPakubuwana II yang memiliki kedekatan dengan Belanda pada tahun 1745 dan istananya hancur. Peristiwa ini disebut sebagai gegerpecinan.

Page 163: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

155

tersebut. Sudarmono, seorang sejarawan Jawa Tengah mengatakan bahwa kebijakan pembentukan perkampungan etnis Tionghoa yang terpisah dari masyarakat memiliki dampak yang serius, salah satunya adalah antara masyarakat etnis Tionghoa dan masyarakat Jawa tidak ada komunikasi, sehingga mereka hidup saling tertutup.

Etnis Tionghoa di perkampunganya hanya diperbolehkan bergaul dengan kalangan mereka sendiri, hanya diperbolehkan melaksanakan adat istiadat mereka sendiri sehingga berbeda identitasnya dengan kelompok masyarakat yang lainnya.110

Di Solo kampung khusus untuk etnis Tionghoa adalah kampung Sudiroprajan atau Balong. Di kampung Sudiroprajan tersebut komunitas Tionghoa diawasi keberadaannya. Pemisahan ini merupakan bentuk politik ekslusifisme Belanda yang dimaksudkan sebagai upaya mengontrol arus pergerakan masyarakat etnis Tionghoa baik dalam bidang ekonomi maupun politik dan budaya.

Model perkampungan yang tertutup tersebut berakibat pada minimnya interaksi mereka dengan penduduk pribumi, sehingga sering memunculkan stigma negatif pada etnis Tionghoa. Beberapa prasangka buruk tersebut antara lain orang Tionghoa adalah orang yang tertutup, tidak mau berbaur dengan kalangan pribumi. Di sinilah bagi etnis Tionghoa, perkampungan bukan hanya persoalan tempat tinggal belaka, akan tetapi juga berkaitan dengan eksistensi, keamanan dan pengembangan jejaring

110 Hari Mulyadi dkk., Runtuhnya Kekuasaan Keraton Alit (Studi Mobilisasi Sosial Masyarakat Solo Dan Kerusuhan Mei 1998 Di Surakarta(Surakarta: LPTP, 1999).204-206

Page 164: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

156

ekonomi.

Di Kota Solo eksistensi perkampungan Tionghoa menjadi sangat penting bagi pengembangan ekonomi mereka. Bangunan perumahannya di masa lalu umumnya lebih terbuka dengan kelas sosial lainnya. Hal ini menunjukan, meskipun tetap mempertahankan kultur budayanya, tetapi memiliki relasi sosial yang inklusif. Berbeda dengan Tionghoa modern, yang rumahnya dilengkapi tempat berdagang, menghadap jalan jalan utama, bertingkat, dan bertembok tinggi sehingga terkesan eksklusif. Saat ini jarang masyarakat Tionghoa menggunakan struktur perumahan tradisionalnya.111

Berdasarkan pembagaian fase tersebut, maka masuknya etnis Tionghoa di Solo mungkin juga mengalami tiga fase. Pada awalnya telah ada komunitas kecil etnis Tionghoa di Solo, disusul kedatangan Laksamana Cheng Ho dan pada masa kolonial Belanda datang etnis Tionghoa yang merupakan pelarian politik dari Tiongkok dalam jumlah yang besar.

Penyebaran Agama Khonghucu

Penyebaran agama Khonghucu di Solo telah dimulai sejak lama, temasuk di Indonesia sejak zaman pra sejarah. Hal ini ditandai adanya hubungan antara kerajaan-kerajaan Nusantara dengan Tiongkok yang merupakan tempat kelahiran agama Khonghucu. Adanya hubungan antar kerajaan tersebut memungkinkan adanya proses pertukaran nilai-nilai ekonomi, sosial, politik, budaya maupu keagamaan antarkerajaan tersebut.

111 Wijanarko, Surakarta Tempo Dulu, Teori Desain Kawasan Bersejarah(Yogyakarta:Ombak 2007)

Page 165: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

157

Sejarah Khonghucu merupakan sejarah tua bagi Indonesia, namun secara organisasi formal baru permulaan abad XX dirintis adanya pembinaan organisasi yang bernama: Kong Kauw Hwee (Majelis Agama Khonghucu), tepatnya pada tanggal 16 Oktober 1918. Lembaga KHONG KAUW HWEE ini mendapat hak badan hukum pada tanggal 1 Nopember 1923 atau lima tahun setelah berdiri. Badan hukum ini diperbarui kembali pada tahun 1965. Lembaga KHONG KAUW HWEE inilah yang kemudian berkembang menjadi Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN).112

Organisasi ini kemudian melakukan kongres I tanggal 12 April 1923 di Yogyakarta dengan menghasilkan Kong Kauw Tjong Hwee (Pusat Agama Khonghucu), yang berkedudukan di Bandung. Pada tahun berikutnya, organisasi ini kemudian membahas pembinaan penyeragaman dalam tata agama dan tata laksana upacara.

Di Indonesia, umat Khonghucu mencapai 0,7% dari penduduk Indonesia (sekitar 1,4 juta) yang tersebar di seluruh wilayah nusantara, dan kebanyakan adalah keturunan Tionghoa. Pemeluk agama Khonghucu yang berasal dari suku Jawa mendasarkan pada panggilan rohaninya untuk menjadi kausing.113 Pembinaan umat Khonghucu secara formal dilakukan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN), sedang untuk tingkat lokal oleh MAKIN (Majelis Agama Khonghucu Indonesia), Kebaktian Agama Khonghucu (KAKIN), maupun lembaga

112 Bs. B. Sidartanto Buanadjaya, Dirgahayu Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Solo ke 65 tahun, Dokumentasi kata sambutan peringatan 65 tahun MAKIN Solo tahun 1983.

113 Suhadi Cholil (ed), Laporan Tahunan Kehidupan Keagamaan Di Indonesia(Yogyakarta,CRCS UGM, 2010) hlm. 12

Page 166: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

158

agama Khonghucu lainnya.

Sebagai organisasi sosial kemasyarakatan, MATAKIN tidak mendasarkan pada wilayah administratif pemerintahan melainkan mengikuti kosentrasi umat Khonghucu yang ada serta tempat ibadah pada wilayah tersebut. MATAKIN berasaskan Pancasila, bersifat idenpenden, dan tidak berafiliasi dengan organisasi sosial politik. Menurut Bs. Adjie Chandra ketua majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Surakarta berdirinya KHONG KAUW HWEE ini kemudian diikuti oleh berdirinya cabang dari KHONG KAUW HWEE diberbagai daerah, termasuk di kota Solo.

Para tokoh yang berjasa mengembangkan agama Khonghucu di Solo antara lain : Tan Kiong Wie (Ketua MAKIN kota Surakarta pertama), Tan Kiong Wan, Kwik Hong Hie, Ong Sam Hway, Tjan Bian Lie, Ny Auw Tjhing Ho, Ny. Tjan Hwan Tjwan dan tokoh lainya. Saat ini umat Khonghucu di Surakarta jumlahnya kurang lebih 700 orang.

Perkembangan agama Khonghucu ini semakin pesat ketika Haksu Tjhei Tjay Ing menjadi rohaniawan agama Khonghucu sejak tahun 1963 sampai tahun 1983. Saat itu Haksu Tjhei Tjay Ing menjadi rohaniawan umat Khonghucu tingkat nasional. Perjuangan Haksu Tjhei Tjay Ing ini dilanjutkan para rohaniawan MAKIN di Solo seperti; Ks. Hartono Sulistyo, Bs. Suryohutomo, Bs. Suryo Bawono, Bs. Liem Tiong Liang, Bs. Jeanny Kurniati, Bs. Eddy Haryanto, Ks. Ny Ting Waryani, Ks. Lea Koesyani dan rohaniawan lainnya. Seperti dalam ajaran agama Khonghucu secara umum, umat Khonghucu di Solo juga beribadah dan tata cara upacara yang meliputi kebaktian atau persujudan kepada Tuhan, para nabi, para suci, penghormatan terrhadap leluhur serta penghormatan terhadap masyarakat.

Page 167: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

159

Misalnya kebaktian bersama di tempat ibadah dipahami sebagai bukan hanya pelaksanaan kewajiban persujudan, melainkan juga menjadi sarana pembinaan kehidupan mental, moral maupun spiritual umat Khonghucu untuk memasuki pintu kebajikan. Bs. Adjie Chandra mengatakan bahwa agama Khonghucu juga mengatur peribadatan secara pribadi dengan jalan mendorong manusia untuk selalu mawas diri (sing sien), berpantang dan bersuci, berpuasa maupun melatih diri dengan jalan meditasi (cing coo). Upacara sidi dan upacara wajib dilaksanakan umat antara lain sidi kelahiran anak, sidi akil baligh, sidi pernikahan, sidi pengakuan iman, upacara kematian, dan kebaktian kepada arwah leluhur.

Umat Khonghucu juga diwajibkan melakukan sembahyang dengan ucapan syukur yaitu setiap hari: pagi, siang dan sore sesaat sebelum makan. Di samping itu, setiap pagi dan sore umat Khonghucu diwajibkan melakukan sembahyang dengan menggunakan dupa (hio) dihadapan altar khusus, dan apabila tidak mempunyai hal tersebut maka diwajibkan sembahyang menghadap ke jendela atau pintu.114

Tradisi agama Khonghucu mengarahkan umatnya untuk berpuasa, berpantang dan menjauhi makan daging setiap tanggal 1 dan 15 penanggalan Imlek (Lunar). Puasa wajib dilakukan mulai hari ketiga setelah tahun baru Imlek dalam rangka menyongsong sembahyang besar Tuhan Yang Maha Esa pada malam 8 menjelang 9 bulan satu penanggalan Imlek (Lunar). Agama Khonghucu juga mengenal tradisi sadranan atau ziarah kepada orang tua, kakek, nenek,

114 Bs. Adjie Chandra, Ketua MAKIN Solo, (Wwancara, 15/6/2017).

Page 168: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

160

yang sudah meninggal sebagai bentuk perwujudan ajaran bakti yaitu setiap tanggal 5 April. Pelaksanaan peribadatan tersebut dipimpin rohaniawan.

Dalam Agama Khonghucu, rohaniawan mempunyai fungsi sebagai pemimpin umat, pembawa khutbah dan menunaikan doa, memberi pengajaran agama, pembinaan pelaksanaan agama dan melakukan pelayan umat dan masyarakat. Rohaniawan dalam Agama Khonghucu dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu: pertama, kausing (penyebar agama) yang berperan sebagai pelayan kerohaniawan dan pembinaan umat.

Kedua, bunsu (guru agama) yang memiliki peran sebagai kaum intelektual tempat para kausing berkonsultasi, selain berperan juga sebagai kausing untuk menyebarkan agama Khonghucu. Kebanyakan bunsu ini diangkat dari kalangan kausing senior, yang dinilai mempunyai pemahaman, penalaran dan pengetahuan mengenai agama Khonghucu secara mendalam. Ketiga, haksu (pendeta), yang dipilih dari kalangan bungsu senior. Haksu ini biasanya orang yang telah mengikrarkan dirinya mengabdikan seluruh hidupnya untuk keperluan kemajuan dan perkembangan agama. Dalam tata pengambilan keputusan apabila belum ditemukan dalam ajaran Khonghucu maka rohaniawan atau umat merujuk kepada haksu.115

Di Solo, jika umat Islam memiliki tradisi Grebek Suro dengan melibatkan kebo bule, maka umat Khonghucu memiliki tradisi Grebek Sudiro. Grebek Sudiro ini mampu

115 Bs Chandra Setiawan, Sekilas Tentang Agama Konghuchu” dalam Wiwin Sri Aminah(ed) Sejarah Teologi dan Etika Agama-Agama(Yogyakarta, Dian/Interfidei, 2003) hlm. 60

Page 169: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

161

menyedot perhatian masyarakat luas, sehingga mendorong perputaran ekonomi masyarakat Kota Solo. Dalam grebek Sudiro ini akan diarak tumpeng raksasa lengkap dengan lauk pauk dan buah-buahan. Di samping itu arak-arakan diramaikan pula dengan tari Barongsai. Anehnya dalam pertunjukan Barongsai ini, para pelaksana adalah anak-anak muslim, dan hanya beberapa saja yang Khonghucu.

Anak-anak muslim itu biasanya sekolah di Yayasan Tripusaka. Grebek Sudiro ini sekaligus memperlihatkan betapa etnis Tionghoa dengan Jawa itu tidak ada jarak sosial. Arak-arakan grebek Sudiro ini biasanya mengambil start klenteng Tri Darma di samping Pasar Gede menuju klenteng Gerabg Kebajikan di jalan Jagalan, Solo. Sepanjang jalan itu penuh dengan lampion warna warni yang didominasi warna merah menyala dan kuning menyala.116

Pada perayaan Imlek, umat Khonghucu melakukan persembahyangan di Kelenteng Gerbang Kebajikan. Sementara di kalangan umat Katolik melakjukan misa Imlek yang selalu mengambil tempat di pemakaman in memorial Delingan. Sebuah misa yang sebenarnya tidak disukai oleh kalangan umat Khonghucu. Namun umat Khonghucu tidak mempersoalkanya secara terbuka, untuk menjaga kerukunan dan sekaligus sebagai bentuk inferiornya di hadapan umat Katolik.

Umat Katolik ini tidak hanya mengambil Imlek sebagai momen berdoa untuk semua, tetapi juga melakukan misa Asyura (Islam Jawa), sebuah misa yang lagi-lagi dapat mengganggu kerukunan umat beragama di masa depan, jika tidak segera disadari oleh umat Katolik. Dengan alasan

116 Bs. Adjie Chandra, Ketua MAKIN Solo, (Wwancara, 15/6/2017).

Page 170: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

162

apapun, mestinya umat Katolik tidak melakukan misa Imlek ataupun misa Asyura, karena itu sudah masuk wilayah tradisi umat agama lain.117

Dewan rohaniawan yang ada di Indonesia secara legal formal berada di bawah naungan MATAKIN, maka dalam segala aspek aktivitas dan kegiatannya harus sepengatahuan MATAKIN. Selain para rohaniawan yang bersifat formal seperti kausing, bunsu dan haksu di atas, agama Khonghucu juga mendorong setiap kepala keluarga menjadi bapak rohaniawan bagi keluarganya, memimpin keluarga untuk sembahyang di altar peribadahan keluarga, mengajak anggota keluarga melakukan meditasi (cing coo) dan memberikan keteladanan mengamalkan ajaran Khonghucu secara baik dan benar dalam kehidupan.

Menurut Bunsu B. Sidartanto Buanadjaya secara umum tugas utama para rohaniawan yang mengembangkan agama Khonghucu di Solo adalah membina dan melayani ruhani umat. Tugas rohaniawan secara khusus adalah; (1) mengembangkan khutbah agama Khonghucu, (2) menanamkan benih keimanan kepada semua umat, (3) memantapkan pri kehidupan beragama dan sekaligus mendorong menjadi warga negara Indonesia yang baik. Salah satunya adalah melalui kebaktian yang rutin di laksanakan yaitu kebaktian yang dilakukan setiap hari minggu. Kebaktian umat Khonghucu ini dilaksanakan di Lithang pilar kebijaksanaan, tempat beribadah umat Khonghucu di jalan Jagalan No. 15 Surakarta.118

117 Bs. Adji Candra, (Wawancara 16/6/2017)

118 Bs. B. Sidartanto Buanadjaya, Dirgahayu Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Solo ke 65 tahun, Dokumentasi kata sambutan

Page 171: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

163

Pada dasarnya umat Khonghucu mengenal beberapa jenis tempat ibadat, antara lain: Kongcu Bio, Bun Bio, Lithang (tempat kebaktian) dan tempat kebaktian keluarga. Dalam tradisi agama Khonghucu, kebaktian yang dilakukan bersama-sama dimaksudkan sebagai upaya pembinaan mental, rohani dan spiritual manusia yang dibimbing oleh tokoh rohaniawan beserta pembantunya. Sebagaimana agama lain, dalam kebaktian ini juga disampaikan khutbah dengan materi keagamaan Khonghucu, sembahyang serta pembacaan doa-doa kehadirat Tuhan Yang Maha Esa di dalam bimbingan Nabi Kongcu. Secara rutin kebaktian bersama ini dilaksanakan setiap tanggal 1 dan 15 penanggalan bulan (Lunar) atau Kongculik.

Sedangkan ibadah tahunan dilaksanakan di tempat kebaktian pada peringatan hari lahir Nabi Kongcu, yaitu setiap tangga 27-VIII Imlek, peringatan hari wafat Nabi Kongcu yang jatuh setiap tanggal 18-II Imlek, peringatan hari genta rohani yang diperingati setiap tanggal 22 Desember. Selain itu, diadakan juga kebaktian kemasyarakatan yang berupa sembahyang arwah secara umum yang dilakukan setiap tanggal 29-VII Imlek, dan hari persaudaraan tanggal 24-XII penanggalan Imlek.119

Di Solo ini setiap hari minggu dilakukan tiga kali kebaktian yaitu kebaktian pagi, siang dan sore hari. Kebaktian pagi dilaksanakan pada jam 07.00-08.00. Kebaktian ini merupakan kebaktian yang dikhususkan untuk anak-anak, berisi peribadatan dan peningkatan ruhani anak-anak. Kebaktian ini dipimpin Ks. Lea Trikoesyani. Kebaktian

peringatan 65 tahun MAKIN Solo tahun 1983.119 Bs Chandra Setiawan, Sekilas Tentang Agama Konghuchu” dalam

Wiwin Sri Aminah(ed) Sejarah Teologi dan Etika Agama-Agama(Yogyakarta, Dian/Interfidei, 2003) hlm. 61

Page 172: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

164

siang dilaksanakan pada pukul 09.00-11.00. Kebaktian ini untuk pemeluk agama Khonghucu secara umum. Dalam kebaktian ini penguatan aspek moralitas dan ruhaniah menjadi fokus kebaktian. Kebaktian ini dipimpin Ks. Suryo Bawono. Sedangkan kebaktian sore adalah kebaktian yang ditujukan kepada pemuda.

Kebaktian ini dilaksanakan pada pukul 17.00-18.30. Sama dengan dua kebaktian yang lainnya kebaktian untuk pemuda dimaksudkan untuk memperkuat ruhani pemuda. Kebaktian ini dipimpin Ks. Bs. Adjie Chandra.120 Selain itu, setiap hari jumat diadakan pendalam Kitab Susi, mulai pukul 19.00-20.30, yang dipimpin Bp. Suryo Bawono dan Bs. Bing Sidartatanto. Kegiatan rohaniawan lainya adalah mengadakan khutbah keluar Solo, ke berbagai kota di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Penjadwalan kotbah di luar Surakarta diatur Komisaris Majelis Daerah Jawa Tengah dan Yogjakarta.121

Untuk mengadakan pembinaan secara lebih mendalam akan ajaran khonghucu maka dibentuk WAKIN (Wanita Agama Khonghucu Indonesia) dan PAKIN (Pemuda Agama Khonghucu Indonesia). Secara khusus tugas kedua lembaga ini adalah menunjang pelayanan pembinaan kebaktian di Lithang-Lithang agama Khonghucu. Di Solo WAKIN secara resmi dibentuk pada 30 Desember 1950. Di Surakarta selama masa orde baru, hampir 30 tahun lebih, kebaktian dan aktivitas kerohanian banyak diikuti oleh

120 Bs. Adjie Chandra, Ketua MAKIN Solo, (wawancara 15/6/2017).

121 Bs. B. Sidartanto Buanadjaya, Dirgahayu Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Solo ke 65 tahun, Dokumentasi kata sambutan peringatan 65 tahun MAKIN Solo tahun 1983.

Page 173: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

165

kalangan perempuan, seperti peringatan hari lahir nabi, hari wafat nabi, maupun peringatan hari besar keagamaan Khonghucu lainnya.

Begitu juga dengan serangkian kegiatan sosial religi lainnya, kebanyakan didominasi oleh kalangan perempuan, seperti: songsu, penghiburan saudara yang sedang sakit atau menderita, dan kegiatan sosial lainnya.122 Sedangkan kegiatan yang dikoordinir oleh PAKIN– yang merupakan wadah pembinaan bagi pemuda, yang didirikan pada tahun 1955, memiliki kegiatan yang khas kepemudaan. PAKIN ini menjadi wadah yang sangat strategis untuk menanamkan nilai-nilai kebajikan, kebaikan dan nilai positif lainnya, mengingat para pemuda merupakan generasi yang akan memimpin pada masa yang akan datang.

Beberapa kegiatan PAKIN ini antara lain: PON PAKIN I yang diselenggarakan di Solo pada tahun 1981, yang mencerminkan para pemuda Khonghucu memiliki semangat untuk kebersamaan dalam usaha meningkatkan persaudaraan. PON PAKIN II di selenggarakan di Semarang. Dengan PAKIN ini diharapakan para pemuda Khonghucu memiliki kemampuan berorganisasi, selain untuk melatih kemampuan fisik mereka.123

Dalam aspek pendidikan, sejak adanya akta notaries tanggal 17 Juli 1979, Y. P Tripusaka mengelola 4 unit sekolah, yaitu: pertama, TK. Tripusaka, di Jl. Jagalan 15 Surakarta. Kedua, SD Tripusaka di Jln. Jagalan 15 Surakarta. Ketiga, SMP Tripusaka, di Jln. Kol. Sutarto 94 Surakarta. Keempat,

122 Bs. Adjie Chandra, Ketua MAKIN Solo, (Wawancara 15/6/2017).123 Bs. B. Sidartanto Buanadjaya, Dirgahayu Majelis Agama

Khonghucu Indonesia (MAKIN) Solo ke 65 tahun, Dokumentasi kata sambutan peringatan 65 tahun MAKIN Solo tahun 1983.

Page 174: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

166

SMA Tripusaka, di Jln. Kol. Sutarto 94 Surakarta. Semua unit sekolah yang dikelola oleh YP.

Tripusaka ini dimanajemen secara modern dengan kontrol administrasi yang ketat serta di bawah pengawasan akuntan. Selain itu, sekolah-sekolah yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Tripusaka ini mempunyai ciri khas, yaitu: bhakti sosialnya, menampung anak-anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Saat ini tercatat sebanyak 300 anak menjadi siswa di Yayasan Pendidikan Tripusaka Surakarta ini. Mereka belajar pelajaran umum dan juga pelajaran agama Khonghucu, beserta budaya leluhur mereka.

Menurut Bs. Adjie Chandra nama Tripusaka sendiri diambil dari komitmen kemasyarakatan yang dimiliki agama Khonghuchu. Dalam menjalankan kewajiban bermasyarakat tersebut, Nabi Kongcu memberikan tiga pusaka sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan, yaitu: kebijaksanaan, cinta kasih dan berani, sebagaimana yang diatur dalam Kitab Tengah Sempurna, XIX: 8. Kebijkasanaan dimaksudkan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan secara tepat, cinta kasih sebagai dasar perbuatan yang menumbuhkan semangat keberanian di dalam menegakkan kebenaran dan tidak cemas dalam menghadapi tantangan, sebagaimana yang dijelaskan dalam Kitab Tengah Sempurna XIX: 10.124

Haksu Tjhie Tjay Ing mengatakan bahwa agama Khonghucu mendorong umatnya untuk menjalin komunikasi, kerjasama dan rasa saling menghormati antar sesama manusia dalam koridor sistimkemasyarakatan. Dalam ajaran Khonghucu mengenal hal tersebut sebagai

124 Bs. Adjie Chandra, Ketua MAKIN Solo, (Wawancara, 15/6/2017.

Page 175: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

167

bentuk praktek kehidupan kebajikan yang diridhoi oleh Tuhan (Thian), sehingga tidak lepas dari pergaulan dan hidup di tengah masyarakat. Dalam tata aturan mengenai hubungan dengan masyarakat luas, maka agama Khonghucu mengdepankan jalan suci yang di dalamnya terdapat lima hubungan kemasyarakatan (ngo lun) atau perkara suci yang harus ditempuh, yaitu: hubungan pemerintah atau para pemimpin dengan rakyatnya, orang tua dengan anaknya, suami dengan istrinya, kakak dengan adinya, dan kawan dengan sahabatnya.125

Agama Khonghucu mendorong umatnya menjadi seorang Koncu, susilawan dan insan kamil, tidak menunjukkan golongan atau kelompok, tetapi seorang yang benar-benar bercita-cita senantiasa menjunjung kebajikan, seperti disebutkan dalam Sabda Suci VI: 13. “Dialah pribadi insani yang mencerminkan kehendak dan firman Tuhan, tidak bergantung kepada masalah bangsa, jenis, paham ideologi bahkan agama, tetapi di dalamnya dirinya semarak kebajikan yang menunjukkan setianya kepada Tuhan dan mencintai sesama manusia, maka baginya: di empat penjuru lautan, semua manusia bersaudara” (Sabda Suci XII: 5).

Dalam pandangan Khonghucu semua manusia mempunyai derajat dan kesempatan yang sama dihadapan Tuhan, siapa saja yang mengamalkan kebaikan dan mengembangkan kodratnya sebagai makhluk Tuhan pada dasarnya ia adalah seorang Khonghucu. Disebutkan bahwa “Apa yang diri sendiri tiada ingini, jangan diberikan kepada orang lain (Sabda Suci XII: 2), “seorang yang berperi cinta

125 Haksu Tjhie Tjay Ing, “Teologi Agama Khonghucu, dalam Wiwin Sri Aminah (ed) Sejarah Teologi dan Etika Agama-Agama(Yogyakarta, Dian/Interfidei, 2003) hlm. 179-181.

Page 176: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

168

kasih ingin tegak, maka ia berusaha agar orang lain pun tegak, ia ingin maju, maka ia berusaha agar orang lain pun maju (Sabda Suci VI: 20)”.126 Implementasinya adalah dalam setiap tahun, pada hari persaudaraan yaitu tanggal 24 bulan XII (Lunar) Imlek, umat Khonghucu diwajibkan menyisihkan sebagaian hartanya untuk fakir miskin. Agama Khonghucu membimbing umatnya untuk menempuh jalan suci, jalan kebaikan untuk hidup selaras sebagai pernyataan setia kepada Tuhan dan menjadi saudara yang dapat dipercaya bagi sesama manusia.

Agama Khonghucu tidak mengenal bangsa pilihan atau unggulan, tidak ada tanah suci atau perjanjian sebab semua tanah adalah suci, semua diciptakan Tuhan. Umat Khonghucu harus setia kepada pemerintah di mana saja, seperti disebutkan dalam Bingcu 15: 3.127 Disinilah Tripusaka dipahami sebagai wadah pembinanan, pengembangan kepribadian bangsa. Pendidikan Tripusaka berupaya memberikan konstribusi menunjang terealisasinya cita cita kebangsaan Indonesia, khususnya dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mempertinggi budhi pekerti, memperkuat kepribadian Indonesia dan mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia.128 Dewan pendiri Yayasan pendidikan Tripusaka ini adalah Haksu Tjhie Tjai Ing, Bs. Prasetyo Wahyudi, Nian ing Siang, Ks. Hartono Sulistyo, Susamto, Lai Gian Sen dan Oei Tjien Twan. Sedangkan pengurus yayasan Pendidikan Tripusaka Surakarta adalah : Penasehat : Drs. Kosasih Atmowardaya, Go Bhok Djiang, Ks. Hartono Sulistyo Ketua : Santosa Leidra

126 Ibid, hlm. 183127 Ibid, hlm. 185-187128 Bs. Adjie Chandra, Ketua MAKIN Solo, (Wawancara, 15/6/2017)

Page 177: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

169

Wakil Ketua : Haksu Tjhie Tjai Ing Sekretaris : Bs. B. Sidartono B. Bendahara : Ks. Indarto Komisaris : Bs. Suryo Bawono, Soesanto Prabaraharjo, Bs. Triyanto, Bs. Drs. Oesman Arief, Yopie Yasmara Badan Usaha : Nian Ing Siang, Soesanto.

Penganut Agama Khonghucu Menegakkan Jatidiri

Perjalanan agama Khonghucu di Indonesia penuh liku, bahkan mengalami sinkretisme. Oleh karena itu mereka mendirikan Tiong Hoa Hwee Kwan (Zhonghua Huiguan) tahun 1920-an untuk memurnikan agama dan menghapuskan sinkretisme. Setelah memiliki organisasi, mereka melaksanakan Kongres tanggal 6-7 Juli 1956 di Solo.

Kongres ini menyempurnakan AD dan ART Perserikatan Khong Chiao Hwee Indonesia/Perserikatan Kong Jiao Hui Indonesia (PKCHI). Kedudukan pusat tetap di Solo dengan ketua Dr. Kwik Tjie Tiok dan Sekretaris Tjan Bian Lie. Kongres kedua diselenggarakan di Bandung, tgl 6-9 Juli 1957. Kongres ketiga diselenggarakan di Boen Bio Surabaya tgl 5-7 Juli 1959 dengan ketua umum Tan Hok Liang dan sekretaris Tan Liong Kie untuk periode 1959-1961 kedudukan pusat dipindahkan ke Bogor.

Di dalam konggres ke empat di Solo 14-16 Juli 1961 diputuskan: Mengintensifkan penyeragaman tata ibadah; Mengubah nama PKCHI menjadi Lembaga Agama Sang Khongcu Indonesia (LASKI ); Mengutus Thio Tjoan Tek, salah seorang ketua LASKI, bersama dengan Prof. Dr. Mustopo dari Bandung, memohon agar agama Khonghucu dikukuhkan dalam bimbingan kehidupan masyarakatnya oleh Kementerian Agama; Solo kembali dipilih sebagai pusat organisasi, Tjan Bian Lie sebagai Ketua Umum dan

Page 178: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

170

The Ping Hap sebagai sekretaris.

Pada konferensi 22-23 Desember 1963 di Solo nama LASKI diubah menjadi Gabungan Perkumpulan Agama Khonghucu Se-Indonesia (GAPAKSI). Pada Konggres ke-6 GAPAKSI di Solo 23-27 Agustus 1967, nama GAPAKSI diubah menjadi MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia). Di dalam konggres ini Presiden RI Soeharto dan Ketua MPRS A. H. Nasution, memberikan sambutan tertulis. Dirjen Bimas agama Hindu dan Buddha Departemen Agama RI, I. B. P. Mastra yang saat itu sudah memberi tempat bagi umat agama Khonghucu di departemennya, ikut memberikan sambutan atas nama Menteri Agama. Konggres ke-7 diselenggarakan di Pekalongan tgl 24-28 Desember 1969. Kedudukan pusat tetap di Solo.

Tanggal 25-27 Desember 1970 diadakan Musyawarah Kerja (Muker) Makin-Makin se-Jawa Barat dan DKI Jaya untuk meningkatkan perkembangan Agama Khonghucu. Tanggal 3 Juli 1971 diadakan Musyawarah Kerja Seluruh Indonesia (MUKERSIN I), yang dihadiri utusan-utusan dari 41 daerah dengan tujuan mensukseskan Pelita dan Pemilihan Umum. Tanggal 23-27 Desember 1971 diselenggarakan Konggres ke-8 Matakin di Semarang. Hasilnya kedudukan pusat tetap di Solo dan terpilih: Ketua umum: Suryo Hutomo dan Sekretaris: IbuTjiong Giok Hwa.

Tanggal 19-22 Desember 1975 di Tangerang diselenggarakan MUNAS III Dewan Rokhaniwan Agama Khonghucu Indonesia (DRAKI) yang dihadiri oleh Rokhaniwan dari 25 daerah. Keputusan penting munas adalah disahkannya penyempurnaan hukum perkawinan dan pelaksanaan upacara. Tanggal 20-23 Desember 1976 diselenggarakan MUKERSIN II di Jakarta yang dihadiri

Page 179: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

171

utusan-utusan dari 35 daerah untuk konsolidasi umat Khonghucu demi mensukseskan Pembangunan Nasional. Pada tanggal 28 s/d 9 September 1979 MATAKIN mengirim utusan mengikuti World Conference on Religion or Peace ke 3 di New Jersey, Amerika Serikat.

Tanggal 23-31 Agustus 1984 MATAKIN mengirim utusan menghadiri World Conference on Religion for Peace di Nairobi, Kenya, (Afrika). Tanggal 15 Januari 1987 di Solo diselenggarakan konferensi MATAKIN secara internal dan sebagai hasilnya telah terpilih Ketua Umum MATAKIN periode 1987-1991 yaitu Ws. Leo Kuswanto. Pada tanggal 14 Maret 1987 diadakan pertemuan MATAKIN dan disepakati untuk mengadakan revisi dan penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dalam rangka menyesuaikan diri dengan Undang-undang No.8/ 1985.

Tahun 1993 diadakan Munas (Kongres) MATAKIN XII di Jakarta dan terpilih sebagai Koordinator Presidium Hengky Wijaya (Pak Ong) dengan Ketua Majelis Pimpinan Pusat Harian Js. Chandra Setiawan dan Sekretaris Irwanto. Kedudukan pusat MATAKIN di Jakarta. Tanggal 22-23 Agustus 1998 di Asrama Haji Pondik Gede, Jakarta diselenggarakan Munas (Konggres) MATAKIN XIII yang dibuka oleh H. Amidhan mewakili Menteri Agama Malik Fajar.

Terpilih sebagai Ketua Umum Js. Chandra Setiawan dan Sekretaris Umum Budi S. Tanuwibowo. Tanggal 13-15 September 2002 diselenggarakan Musyawarah Nasional ke-14 MATAKIN di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta yang dibuka oleh Ketua MPR RI, Amien Rais.

Page 180: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

172

Ikut memberikan pengarahan Menko Polkam Susilo Bambang Yudoyono, Menteri Agama, Menteri Pendidikan Nasional Malim Fajar, Menteri PPN/Kepala BAPPENAS Kwik Kian Gie, mantan Presiden RI KH. Abdurrahman Wahid, Sekjen MUI Din Syamsuddin, Ketua MUI Sulastomo. Pada Munas ini ditetapkan Ketua Umum untuk periode 2002-2006 adalah Js. Budi S. Tanuwibowo dan Sekretaris Umum Dede Hasan Senjaya.

Berdirinya MATAKIN

Pada tanggal 11-12 Desember 1954 di Solo diadakan konferensi antar tokoh-tokoh Agama Khonghucu untuk membahas kemungkinan ditegakkan kembali Lembaga Agama Khonghucu secara Nasional setelah tidak ada kegiatan semenjak pecahnya perang Dunia II dan masuknya Jepang ke Indonesia. Akhirnya pada konferensi yang diselenggarakan di Solo tanggal 16 April 1955 disepakati dibentuk kembali Lembaga Tertinggi Agama Khonghucu Indonesia dengan memakai nama Perserikatan K’ung Chiao Hui Indonesia (PKCHI) yang diketuai Dr. Sardjono. Tanggal 16 April 1955 disepakati sebagai hari jadi Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN).

Sejak berdirinya secara periodik diadakan Kongres/MUNAS. Pada awal pemerintahan Orde Baru, tepatnya tanggal 23-27 Agustus 1967 telah diadakan Kongres ke-VI di mana Soeharto yang pada waktu itu sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia berkenan memberikan sambutan tertulis yang antara lain mengatakan bahwa, “Agama Khonghucu mendapat tempat yang layak dalam negara kita jang berlandaskan Pancasila ini”.

Page 181: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

173

Pada tahun 1978 umat Khonghucu Indonesia terkena abu panas, sehingga keberadaan tidak diakui dengan berbagai dalih yang dikeluarkan Pemerintah Dalam Negeri. Dengan dikeluarkannya Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 477/74054/ BA.01.2/ 4683/95 tanggal 18 November 1978 antara lain menyatakan bahwa agama yang diakui oleh pemerintah yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha, mulailah keberadaan umat Khonghucu dipinggirkan dan merakapun terlunta-lunta dalam ketidakpastian. Keputusan politik yang sesungguhnya batal demi hukum itu, akhirnya dicabut Presiden Abdurahamn Wahid.

Namun perjuangan umat Khonghucu tetap mengalami kendala, sehingga meskipun sudah diakui baru masuk struktur Kementerian Agama dengan struktur Bimas Khinghucu, yang tadinya selama beberapa tahun dibawah struktur PKUB. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 477/74054/ BA.01.2/ 4683/95 tanggal 18 November 1978 batal demi hukum karena bertentangan dengan Hak Aasi Manusia, dengan UUD pasal 29 ayat 2 yang memberikan kebebasan beragama dan beribadat, justru dijadikan pegangan oleh aparat pemerintah sampai sekarang ini kendatipun telah dicabut per tanggal 31 Maret 2000.

Surat edaran ini mengingkari realitas bahwa warga negara Indonesia beragama Khonghucu ada di Indonesia. Berdasarkan sensus penduduk yang diadakan lembaga resmi pemerintah yaitu Biro Pusat Satistik Indonesia pada tahun 1976 umat Khonghucu Indonesia mencapai 0,7% atau lebih dari 1 juta jiwa.

Page 182: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

174

Lembaga dan Agama Khonghucu pada era Reformasi

Pada era reformasi sudah mulai membaik, terbukti Menteri Agama Republik Indonesia pada Kabinet Reformasi memberikan kesempatan kepada Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) mengadakan Musyawarah Nasional XIII di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta pada tanggal 22 – 23 Agustus 1998.

Acara tersebut dihadiri perwakilanMajelis Agama Khoghucu Indonesia (MAKIN), Kebaktian Agama Khonghucu Indonesia (KAKIN) dan wadah umat agama Khonghucu yang ada di Indonesia. Selama 30 tahun umat Khonghucu di Indonesia hidup dalam tekanan dan pengekangan. Akibat tindakan represif dan diskriminatif ini berdampak sangat negatif bagi perkembangan kelembagaan umat Khonghucu.

Kondisi 30 tahun telah meubah kondisi sosial keagamaan kalangan Tionghoa yang tadinya memeluk agama Khonghucu. Tuduhan sebagai PKI dan mudah menjadi pengkhianat menjadi stereotip lainya untuk mengebiri kebebasan beragama. Kalangan Tionghoa banyak yang ketakutan dengan kondisi ini, sehingga beralih kepada Kristen, Katolik atau Buddha. Oleh karena itu jumlah umat Khinghucu secara statustik menurun tajam. Banyak diantaranya, meskipun sudah ber KTP Kristen, Katolik atau Buddha tetapi kehidupan keseharianya tetap Khonghucu.

Problematika Umat Khonghucu Solo

Problem Politis dan Psikhologis

Solo sebenarnya sangat berperan dalam berbagai dinamika keagamaan Khonghucu di Indonesia, tetapi

Page 183: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

175

ternyata jumlah penganut agama Khonghucunya tidak banyak. Solo juga menjadi pusat semua perjuangan umat Khonghucu dalam memperoleh kembali jatidirinya. Di Sololah lahir Haksu-Haksu teladan di tanah air bagi umat Khonghucu. Di Solo pula tempat lahir berbagai organisasi yang diawali sejak tahun 1918. Pada saat ini jumlah umat Khonghucu di Kota Solo hanya sekitar 800 orang, namun yang aktif ke rumah ibadah Gerbang Kebajikan jalan Jagalan hanya sekitar 120 orang saja. Kondisi terkini semakin memprihatinkan, sebab jumlah pengikutnya sudah stagnan jikalau tidak semakin menurun.

Hal ini dipengaruhi oleh salah satunya adalah watak dari agama Khonghucu yang bukan sebagai agama misi, sehingga para haksu dan buonsu sendiri tidak berusaha menyiarkan kepada non Khonghucu atau non Tionghoa. Haksu Endarto yang disebut rohaniawan paling senior di Solo misalnya, ternyata istri dan anak-anaknya bukan penganut Khonghucu. Bonsu Adji Candra sendiri sebagai rohaniawan Khonghucu, isterinya juga beragama Kristen. Sementara itu anak-anak muda Khonghucu di Kota Solo yang diharapkan bersedia menjadi guru atau rohaniawan Khonghucu belum muncul. Oleh karena itu pelayanan keagamaan umat Khonghucu menjadi kurang lancar. Sementara itu pelayanan hak-hak sipil saat ini sudah sangat baik oleh Pemerintah Daerah maupun Kementerian Agama.

Salah satu persoalan yang menghambat layanan sipil dan keagamaan pada pemeluk agama Khonghucu di Solo adalah adanya beban sejarah kecurigaan pribumi pada etnis keturunan Tionghoa. Di daerah Solo bibit kebencian yang sudah lama ditanam oleh kebijakan Belanda menempatkan etnis Tionghoa sebagai masyarakat kelas sosial lebih tinggi

Page 184: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

176

dari pada pribumi. Masyarakat pribumi mendapatkan legitimasi untuk memberikan label negatif pada etnis Tionghoa sebagai etnis pendatang yang tidak memiliki hak politik dan budaya di Indonesia. Berawal kondisi situasi politik Nusantara pada abad 17 – 18,banyak diwarnai oleh tekanan-tekanan Belanda pada kerajaan Nusantara.

Hal ini terlihat dari banyaknya perjanjian antara Belanda dengan penguasa lokal. Misalnya pada tahun 1677 terdapat perjanjian Jepara. Perjanjian tersebut berisi aturan antara lain; (1). Surakarta diserahkan kepada pihak kompeni sebagai tanggungan kerugian perang karena raja Jawa tidak bisa membayar tunai kecuali diansur; (2). daerah pantai utara pantai Jawa diserahkan pada kompeni sampai biaya perang lunas; (3) Kompeni mendapatkan keluasan berdagang diseluruh kerajaan Mataram dan diberi kewengan mambuat galangan kapal di Rembang; (4). Kompeni mendapatkan keluasan pasokan pakaian dan candu diseluruh Jawa; (5) perluasan daerah Kompeni sampai dengan Karawang dan Parahyangan.129 Dari perjanjian tersebut terlihat dengan jelas Surakarta dan daerah pantai utara Jawa lainnya yang memiliki peran setrategis menjadi daerah yang di kontrol oleh Belanda. Oleh Balanda daerah tersebut diprioritaskan untuk perdagangan dan industri perkapalan. Surakarta, Rembang dan lainnya menjadi pintu masuk barang dagangan dan tentara yang dimiliki oleh Kompeni ke pulau Jawa. Di daerah tersebut etnis Tionghoa memiliki jaringan perdagangan dan industri yang kuat melebihi kemampuan pedagang pribumi, sehingga etnis Tiongthoa diberi keluasan

129 Hari Mulyadi dkk., Runtuhnya Kekuasaan Keraton Alit (Studi Mobilisasi SosialMasyarakat Solo Dan Kerusuhan Mei 1998 Di Surakarta (Surakarta: LPTP, 1999) hlm.. 34-36

Page 185: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

177

Belanda melakukan monopoli atas berbagai komoditas.130 Perjanjian ini memiliki dampak yang sangat serius bagi masyarakat Jawa.

Dalam hal ini adalah bangsa Tionghoa dan Arab, yang sejak kedatangan mereka ke Nusantara bergulat dengan perdagangan, pengelolaan pasar dan pajak pos bea cukai. Mereka mendapat keuntungan dari berbagai kebijakan tersebut, sehingga hampir tidak ada sungai pelabuhan, teluk, bandar yang digunakan sebagai pelayaran yang tidak terdapat orang Tionghoa. Mereka memposisikan diri sebagai penjaga pos beacukai. Hal ini didorong kebijakan Belanda untuk menempatkan orang Tionghoa di pelabuhan pelabuhan, sebab perdagangan pribumi tidak diperbolehkan tinggal dan bekerja di pelabuhan-pelabuhan yang dikuasai Belanda. Orang Tionghoa oleh Belanda diberikan kewenangan mendirikan kampung dari etnis sejenis dan dipimpin oleh kalangannya sendiri. Di sinilah awah permusuhan dimulai.

Dengan perkampungan yang tertutup dan homogen tersebut memunculkan banyak kecurigaan dan prasangka negatif pada etnis Tionghoa. Hal ini juga terjadi di Surakarta, saat itu hubungan pribumi dengan Tionghoa di Surakarta menjadi kurang harmonis. sebagaimana di uraikan di atas salah satunya disebabkan model kebijakan pemisahan antara pribumi dan etnis Tionghoa. Belanda membagi masyarakat Indonesia menjadi tiga yaitu Bangsa Eropa, Vreem de Oosterlingen (bangsa timur jauh dan inlanders (pribumi). Bangsa Eropa menempati posisi sosial klas satu, sehingga mendapatkan kemudahan dan fasilitas berbagai

130 Hari Mulyadi dkk., Runtuhnya... Hlm.35

Page 186: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

178

hal. Bangsa Timur seperti Tionghoa dan Arab ditempatkan sebagai bangsa kelas dua, yang juga memiliki keistimewaan dalam policy dan perdagangan. Sedangkan pribumi menempati posisi klas tiga dan diidentikan dengan buruh kasar dan petani yang miskin, sehingga semua dipersulit atas kebijakan kolonial itu. Dampaknya sangat terlihat pada tahun 1905 terjadilah persaingan antara pengusaha Tionghoa dan Jawa.

Di Jawa khusunya Solo, persaingan ini sangat jelas ketika munculnya Syarekat Islam (SI) yang merupakan perhimpunan pengusaha pribumi (Kong Si Jawa) berhadapan dengan Kong Si dagang Tionghoa. Keduanya terjadi pergesekan dan persaingan yang seringkali berujung pada kekerasan komunal. Hal ini seakan menjadi bibit permusuhan antara Jawa dan Tionghoa sampai sekarang.131 Pada masa pra-kemerdekaan orang Tionghoa mendirikan organisasi -organisasi yang berorientasi pada negara Tionghoa. Hal ini bersamaan dengan tumbuhnya nasonalisme Tionghoa di Hindia Belanda. Organisasi tersebut adalah Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) yang didirikan tahun 1900, Siang Hwee dan Soe Po Sia yang didirikan pada tahun 1908. Akan tetapi pada tahun 1918 orientasi mereka terpecah, ada yang tetap berorientasi ke negara Tiongkok dan ada yang berorientasi ke Hindia Belanda.

Kelompok yang berorientasi Tiongkok mendirikan organisasi Sin Po, yang berorientasi pada Belanda mendirikan Partai Chung Hwua Hui (CHH) dan yang berorientasi pada Indonesia mendirikan Partai Tionghoa

131 Ong Hok Ham, “ Istilah Pribumi Dulu Diangap Sebagai Penghinaan”, dalam Kapok JadiNon Pribumi; Warga Tionghoa Mencari Keadilan (Bandung: Zaman, 1998), hlm. 123.

Page 187: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

179

Indonesia (PTI). Namun sejak masuknya Jepang ke Indonesia, Jepang melarang aktivitas semua partai tersebut, tetapi masih mengijinkan sekolah Tionghoa yang dikelola oleh Hua Chiao Tsung Hui (HCTH). Sesudah perang dunia II masyarakat Tionghoa di Indonesia berpartisipasi dalam kancah politik untuk melindungi kepentingan mereka. Ada dua jenis partisipasi politik yang dilakukan yaitu, pertama, partisipasi formal melalui organisasi politik yang dilakukan melalui dengan mendirikan partai politik etnis Tionghoa. Kedua, partisipasi non formal melalui organisasi non politik.132

Setelah kemerdekaan mantan anggota Partai Chung Hwua Hui (CHH) pada tahun 1948 mendirikan Partai Persatuan Tionghoa (PT) yang bertujuan untuk melindungi kepentingan kelompok minoritas Tionghoa dalam negara Indonesia merdeka. Partai Persatuan Tionghoa (PT) mendapat dukungan dari mantan pimpinan Sing Po, organisasi Tionghoa totok Chung Hua Tsung Hui dan organisasi Tionghoa pernakan Siang Hwee. Sedangkan para mantan Partai Tionghoa Indonesia (PTI) pada tahun 1950 mendirikan Partai Tinghoa Peranakan Persatuan Tenaga Indonesia (PTI Baru). Pada tahun yang sama Partai Persatuan Tionghoa (PT) diubah menjadi Partai Demokrat Tionghoa Indonesia (PDTI). Untuk menghadapi pemilu tahun 1955 PTDI berfusi dengan partai kecil lainnya mendirikan Badan Permusyaaratan Warga Negara Keturunan Tionghoa (BAPERWAT) yang kemudian diubah namanya menjadi Badan Permusyawaratan Kewarganaegaraan Indonesia (BAPERKI) pada tahun 1954.

132 Suryadinata, Etnis Tionghoa Dan Pembangunan Bangsa (Jakarta, LP3ES, 1999), hlm.45.

Page 188: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

180

Disamping organisasi politik, orang Tionghoa juga mendirikan organisasi sosial kemasyarakatan yang tujuannya untuk mempertahankan kepentingannya pada masa setelah kemerdekaan masyarakat Tionghoa biasanya membangun organisasi sosial yang khusus beranggotakan dari kalangan mereka sendiri. Misalnya di komunitas Tionghoa di Solo mereka mendirikan organisasi seperti Paguyuban Masyarakat Surakarta (PMS).

Sebagai gambaran PMS yang didirikan pada tahun 1959 merupakan gabungan dari berbagai organisasai masyarakat Tionghoa yaitu: organisasi Perkumpulan KONG TONG HOO, HI ANG GIE HWEE, HAP GIE HWEE, KONG SING HWEE, SAN BAM HIEM dan organisasi Perkumpulan Tionghoa POEN SINGg HWEE.

Organisasi ini banyak bergerak dibidang kemasyarakatan seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, kebudayaan, kepercayaan dan kematian. Latar belakang berdirinya organisasi ini adalah mempertahankan nasionalisme dan kebudayaan negeri Tionghoa. Pandangan in didasarkan pada kedudukan mereka sebagai perantau.

Beberapa lembaga sosial yang didirikan oleh masyarakat Tionghoa pada masa Orde Baru sering menjadi ajang kontestasi perebutan pengaruh politk dari berbagai kepentingan, terutama kepentingan Orde Baru. Perebutan pengaruh tersebut seringkali menimbulkan gesekan di antara sesama orang Tionghoa sendiri.

Pada masa Orde Lama dan Orde Baru kelembagaan seperti Paguyuban Masyarakat Surakarta (PMS) di Surakarta menjadi perebutan idologi antara elit Tionghoa di Indonesia yang terjun keranah politik yaitu antara Badan

Page 189: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

181

Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (BAPERKI) dan Lembaga Pembina Kesatuan Bangsa (LPBK). BAPERKI menghendaki menggunakan PMS sebagai lembaga yang malakukan monitoring masyarakat Tionghoa dalam upaya memepersatukan masyarakat Tionghoa yang telah menjadi warga negara Indonesia untuk tujuan politik.

Sedangkan Lembaga Pembina Kesatuan Bangsa (LPBK) menginginkan adanya asimilasi. Puncaknya adalah tahun 1960 dimana masyarakat Tionghoa pada umumnya, termasuk di Kota Solo terpecah menjadi dua yaitu kelompok yang pro integrasi dan masyarakat yang pro asimilasi. Bagi kelompok yang pro integrasi berpendapat bahwa masyarakat etnis Tionghoa meskipun telah menjadi warga Indonesia harus tetap memepertahankan identitas kultural dengan tanah leluhur mereka. Sedangkan bagi yang pro asimilasi berpendapat bahwa masalah minoritas hanya dapat diselesaikan dengan caraasimilasi sukarela dalam segala aspek kehidupan secara aktif dan bebas.133

Beberapa program BAPERKI adalah menjalankan politik integrasionis yaitu mengintegrasikan kedalam perjuangan rakyat Indonesia untuk mencapai masyarakat sosialis. BAPERKI juga menentang perubahan nama secara paksa, menentang perkawinan campur dengan orang Indonesia asli secara paksa karena asimilasi mereka kedalam masyarakat Indonesia akan berjalan alamiah dalam suatu masyarakat yang sosialis. BAPERKI berpendapat orang Tionghoa derajatnya sama dengan suku lainnya di Indonesia.

133 Hari Mulyadi dkk.,Runtuhnya Kekuasaan Keraton Alit (Studi Mobilisasi SosialMasyarakat Solo Dan Kerusuhan Mei 1998 Di Surakarta (Surakarta: LPTP, 1999) hlm. 273 dan336. 34-36.

Page 190: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

182

Oleh sebab itu tidak perlu adanya peleburan dengan masyarakat pribumi. Pada tahun 1961 masyarakat Tionghoa yang tidak sepaham dengan BAPERKI mendatatangani piagam asimilasi yang intinya menyatakan tekad untuk menjadi orang Indonesia yang murni dan patriotik dengan cara melebur kedalam penduduk Indonesia asli.

Organisasi ini kemudian didukung oleh pemerintah dan dilembagakan menjadi Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa (LPKB) yang kemudian berkembang menjadi pesaing utama BAPERKI. Pasca peristiwa G. 30 S/PKI tahun 1965 BAPERKI dibubarkan paksa dan dinyatakan sebagai organisasi terlarang di Indonesia, alasannya BAPERKI terlibat dalam kasus PKI. Setelah peristiwa tersebut masyarakat Tionghoa menjadi menjauh dari politik, semua yang berkaitan dengan identitas Tionghoa seperti kepercayaan, adat istiadat, upacara keagamaan, bahasa, tulisan dan sekolah dilarang keberadaannya oleh Orde Baru.

Mereka hanya diberi ruang untuk melakukan kegiatan ekonomi saja. Nasib LPKB juga tidak jauh berbeda dengan BAPERKI. Lembaga ini pada tahun 1967 juga dibubarkan oleh pemerintah sebab dinilai fungsinya sudah selesai.134

Dalam kondisi politik yang demikian umat Khonghucu juga mendapatkan imbas yang sangat fatal. Sebab pada tahun tersebut dikeluarkan Presiden No. 14/1967 ini segera disusul oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 477 / 74054 Tahun 1978. Impres ini secara umum berisis instruksi tersebut adalah; tanpa mengurangi jaminan

134 Suryadinata, Negara Dan Etnis Tionghoa. .. Hlm. 37-82., lihat J uga Rustopo, MenjadiJ awa. .. Hlm 84-86.

Page 191: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

183

keluasan memeluk agama dan menunaikan ibadatnya, tata cara ibadat Tionghoa yang memiliki afinitas kultural pada negeri leluhur, pelaksanaannya harus dilakukan secara intern dalam hubungan keluarga atau perorangan; perayaan pesta agama dan adat istiadat Tionghoa dilakukan secara tidak mencolok di depan umum, tetapi dilakukan dalam lingkungan keluaga. Artinya dengan Impres tersebut agama Khonghucu tidak lagi diakui sebagai agama di Indonesia, dan hanya dianggap sebagai kekayaan tradisi budaya Tionghoa saja.

Hukum yang Deskriminatif

Faktor kedua yang menjadikan umat Khonghucu Surakarta tidak maksimal dalam mendapatkan layanan sipil dan keagamaan adalah adanya regulasi yang diskriminatif pada etnis Tionghoa. Produk hukum dan politik yang diskriminatif di Indonesia pada etnis Tionghoa berimbas pada marginalisasi pada aspek politik dan budaya.

Junus Yahya mengemukakan beberapa peraturan yang mengatur eksistensi etnis Tionghoa di Indonesia, yaitu: pertama, keputusan Presiden Kabinet No. 127/U/Kep/12/1966 tentang masalah ganti nama bagi warga negara Indonesia yang memakai nama Tionghoa. Kedua, Instruksi Presidium Kabinet No. 37/u/iv/6/1967 tentang kebijakan pokok penyelesaian masalah Tionghoa yang wujudnya dibentuk dalam badan koordinasi masalah Tionghoa, yaitu sebuah unit khusus di lingkungan BAKIN.

Ketiga, Instruksi Presiden No.14/1967, yaitu tentang pembatasan agama, kepercayaan dan adat istiadat Tionghoa. Hal ini didasarkan pada alasan agama, kepecayaan dan adat

Page 192: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

184

istiadat orang Tionghoa di Indonesia dapat mengganggu jalannya asimilasi.

Isi instruksi tersebut adalah; tanpa mengurangi jaminan keluasan memeluk agama dan menunaikan ibadatnya, tata cara ibadat Tionghoa yang memiliki afinitas kultural pada negeri leluhur, pelaksanaannya harus dilakukan secara intern dalam hubungan keluarga atau perorangan; perayaan pesta agama dan adat istiadat Tionghoa dilakukan secara tidak mencolok di depan umum, tetapi dilakukan dalam lingkungan keluaga.

Keempat, Surat edaran Presidium Kabinet RI No. Se- 06/preskab/6/1967, tentang kebijakan pokok WNI keturunan asing yang mencakup pembinaan WNI keturunan asing melalui proses asimilasi terutama untuk mencegah terjadinya kehidupan ekslusif rasial, serta adanya anjuran supaya WNI keturunan asing yang masih menggunakan nama Tionghoa diganti dengan nama Indonesia.

Kelima, Instruksi Presidium Kabinet No. 37/u/Indonesia/6/1967 tentang tempat-tempat yang disediakan untuk anak-anak WNA Tionghoa di sekolah-sekolah nasional sebanyak 40% dan setiap kelas jumlah murid WNI harus lebih banyak murid-murid WNA Tionghoa.

Keenam, Insrtuksi Menteri Dalam Negari No. 455.2-360/1968 tentang penataan kelenteng-kelenteng di Indonesia.

Ketujuh, Surat edaran Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika No. 02/se/ditjen/pp6/k/1988 tentang larangan penerbitan dan pencetakan tulisan atau iklan beraksen dan

Page 193: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

185

berbahasa Tionghoa.135 Kebijakan ini memiliki dampak yang buruk atas relasi pribumi danketurunan Tionghoa di Surakarta.

Deskriminasi politik dan kebudayaan ini baru berakhir ketika presiden Abdurrahman Wahid yang mengeluarkan keputusan presiden No 6/2000 tentang pencabutan Instruksi Presiden No. 14/1967. Melalui Kepres yang dikeluarkannya, Gus Dur memberi kebebasan etnis Tionghoa untuk menjalankan usaha dan budayanya tanpa ada deskriminasi.

Dengan dicabutnya peraturan presiden tentang pengembangan agama, kepercayaan, dan adat istiadat Tionghoa, maka etnis Tionghoa di Indonesia diperbolehkan kembali melaksanakan ibadah di muka umum. Tahun 2001 Menteri Agama mengeluarkan Surat Keputusan No.13 Tahun 2001 yang menetapkan hari raya dan tahun baru Imlek sebagai hari libur fakultatif.

Presiden Megawati kemudian menindak lanjuti dengan mengeluarkan Keputusan Presiden No. 19 / 2002 yang meresmikan Imlek sebagai hari liburnasional mulai tahun 2003. Jika dirunut secara mendasar ada beberapa akar kebencian pribumi terhadap etnis Tionghoa di Surakarta antara lain adanya politik rasialis yang dijalankan Belanda pada masa lalu dan ditanamkannya prasangka saling memusuhi antara pribumi dengan Tionghoa oleh penguasa Indoneisa setelah kemerdekaan. Menurut Lie Jek Tjeng ada beberapa persoalan yang menjadikan akar kebencian pribumi pada etnis Tionghoa antara lain; pertama adanya

135 H. Junus Yahya, Kapok Jadi Non Pribumi; Warga Tionghoa Mencari Keadilan(Bandung:Zaman, 1998), hlm. 86-87.

Page 194: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

186

politik rasialis dari kolonial Belanda dimana bangsa Eropa ditempat di kelas atas disusul bangsa kulit putih atau timur asing dan kelas paling rendah adalah pribumi.

Politik rasialis ini menjadikan masayarakat pribumi hak haknya dibatasi oleh kelas sosial yang lebih tinggi seperti bangsa Tionghoa. Hal ini terlihat dari monopoli berbagai komoditas perdagangan oleh etnis Tionghoa dimasa lalu. Politik rasialis ini juga tidak mendorong adanya pola akulturasi dan asimilasi, yang muncul justru pendekatan ke atas oleh bangsa Tionghoa kepada penguasa. Etnis Tionghoa memiliki kecenderungan melakukan pembauran dengan penguasa kolonial untuk mendapatkan berbagai kemudahan dan jaminan keamanan dari pada berasimilasi dengan pribumi yang dirasa kurang menguntungkan.

Hal ini tentu saja sangat memancing kebencian pribumi kepada etnis Tionghoa yang dampaknya masih terasa sampai sekarang. Kedua, pada masa lalu adanya kecenderungan memuji bangsa Tionghoa sebagai bangsa yang suka bekerja keras, hemat dan gemar menabung dan sebaliknya selalu menempatkan penduduk pribumi sebagai orang yang malas, boros, tidak rajin bekerja dan hanya senang hidup poya-poya.

Prejudise ini terasa sangat strategis dalam upaya pemisahan antara Tionghoa dengan Jawa. Bahkan pandangan seperti itu masih terus berkembang hingga saat ini. Ketiga, kolonial juga seringkali membenturkan keyakinan orang Jawa dengan Tionghoa. Orang Jawa yang mayoritas Islam bagi orang Tionghoa adalah diposisikan sebagai orang yang kotor, kumuh dan berpendidikan rendah.

Sedangkan orang Tionghoa sebagai orang terdidik,

Page 195: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

187

bersih dan berperadaban maju disisi lain adalah orang kafir yang makan babi dan anjing yang jelas haram hukumnya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan alasan rasional yang memunculkan kebencian mendalam pada orang Tionghoa antara lain; pertama, perlawanan masyarakat terhadap simbol-simbol kekuasaan politik dan ekonomi dari kelompok-kelompok yang dekat dengan kekuasaan yang dinilai tidak sah secara prosedural.

Kedua, keinginan untuk melampiaskan kemarahannya pada simbol-simbol kesenjangan sosial, dalam hal ini masa merusak dan membakar benda dan bangunan yang dinilai sebagai pemisah jarak antara mereka yang berada dikelas bawah dan mereka yang berada pada kelas atas. Ketiga, jaminan hukum dan keamanan tidak memadai, sehingga massa semakin mudah dimanfaatkan oleh kelompok tertentu yang memiliki kepentingan adanya kerusuhan sosial.

Pelayanan Sipil dan Keagamaan

Secara umum layanan sipil terhadap penduduk meliputi jaminan atas tercantumkannya nama agama dalam KTP, pembuatan akte kelahiran, layanan pernikahan dan layanan pendidikan dengan adanya kurikulum agama Khonghucu dalam pendidikan di sekolah.136

Inilah keadaban dan kearifan beragama yang dijamin oleh konstitusi NKRI.137 Jaminan dalam UUD 1945 ini sejalan

136 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 477/74054 Tahun 1978tidak mencantumkan Khonghucu sebagai agama.

137 Ahmad Suaidi dkk, Islam, Konstitusi dan Hak Azasi Manusia; Problema Hak Kebebasan Beragama Dan Berkeyakinan Di Indonesia(Jakarta,

Page 196: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

188

dengan pasal 18 Deklarasi Universal Hak-hak Manusia (1948). Disebutkan bahwa bahwa setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, hati nurani dan agama; dalam hal ini termasuk kebebasan berganti agama atau keyakinan, dan kebebasan menyatakan agama atau keyakinan dengan cara mengajarkannya, mempraktikkannya, melaksanakan ibadahnya dan mentaatinya, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, di muka umum maupun sendiri.

Hal ini dipertegas oleh Undang-Undang HAM, bahwa kewajiban negara menjamin tidak adanya pelanggaran HAM termasuk pelanggaran terhadap kebebasan beragama atau berkeyakinan adalah dalam bentuk menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan. Negara harus melakukan upaya-upaya yang dibutuhkan agar setiap orang mampu mendapatkan dan menikmati hak-hak mereka.

Berangkat dari kenyataan jaminan kebebasan di atas, di Solo berbagai layanan sipil maupun keagamaan bagi umat Khonghucu mengalami pasang surut. Hal ini sejalan dengan kondisi kebijakan politik makro pada tingkat nasional. Bs. Adjie Chandra, ketua MAKIN Solo mengatakan bahwa pada masa Orde Lama di bawah kepemimpinan Soekarno pemeluk agama Khonghucu mendapatkan posisi setara dengan umat beragama yang lain.

Mereka mendapatkan kesempatan mengekpresikan ajaran agama dan budaya mereka tanpa ada rasa takut dan tertekan.138 Hal ini kemudian berbalik ketika masa Orde Baru mulai berkuasa di bawah kepemimpinan presiden Soeharto. Ada stigma negatif yang diberikan kepada

The Wahid Institute, 2009),hlm.108-110

138 Bs. Adjie Chandra, Ketua MAKIN Solo, (Wawancara, 18/6/2017).

Page 197: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

189

masyarakat keturunan Tionghoa, bahwa mereka dikaitkan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Dengan dasar tersebut maka pada tahun 1967 pemerintah membatasi gerak pekembangan agama Khonghucu di Indonesia, termasuk di Solo. Instruksi Presiden No. 14/1967 menjelaskan bahwa pemerintah tidak lagi melakukan pembinaan kepada umat Khonghucu. Bagi pemerintah Orde Baru saat itu agama yang sah di Indonesia hanya lima yaitu: Islam, Kristen, Katholik, Hindu dan Buddha.

Instruksi Presiden No. 14/1967 ini disusul oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 477/ 74054 Tahun 1978. Dalam Peraturan Menteri ini agama Khonghucu tidak dicantumkan lagi sebagai agama resmi di Indonesia. Dengan keluarnya dua peraturan tersebut secara otomatis agama Konghuchu tidak lagi dianggap sebagai agama. Kedudukan agama Khonghucu hanya diakui sebagai falsafah hidup etnis Tionghoa saja. Akibat dari Instruksi Presiden No. 14/1967 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 477 / 74054 Tahun 1978 ini umat Khonghucu tidak bisa mendapatkan pelayanan hak-hak sipilnya antara lain; hak mendapatkan pelayanan pernikahan di kantor catatan sipil, dihapuskannya pencantuman agama Khonghucu dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan dihapuskannya kurikulum agama Khonghucu dalam pendidikan agama di sekolah.

Menurut Bs. Adjie Chandra, dampak kebijakan tersebut adalah terjadinya penurunan jumlah pemeluk agama Khonghucu beserta layanan pada mereka. Banyak masyarakat yang pada awalnya memeluk agama Khonghucu kemudian melakukan konversi kepada agama lainnya

Page 198: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

190

seperti konversi pada agama Kristen, Katholik, Buddha dan sebagian kecil saja yang konversi pada agama Islam.

Ada dua alasan penting kenapa mereka melakukan konversi pada agama lain tersebut, pertama, dengan adanya Instruksi Presiden No. 14/1967 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 477/74054 Tahun 1978, tersebut praktis masyarakat yang awalnya memeluk agama Khonghucu tidak lagi mendapatkan pelayanan sipil dan agama. Mereka tidak lagi mendapatkan layanan mencantumkan identitas agama mereka dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP). Akibatnya mereka juga tidak bisa mendapatkan layanan akte kelahiran untuk anaknya, tidak mendapatkan layanan kartu139 keluarga dan tidak bisa melakukan pernikahan. Pilihan yang paling rasional atas kondisi tersebut adalah melakukan konversi kepada agama lainnya. Dengan konversi tersebut mereka kembali mendapatkan layanan sipil dan keberagamaan di sector instansi pelayanan publik. Kedua, adanya Instruksi Presiden No. 14/1967 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 477/74054 Tahun 1978, secara langsung memasung kebudayaan Tionghoa yang sudah lama berkembang di Indonesia.

Praktis setelah munculnya Inpres tersebut berbagai budaya Tionghoa seperti barong sai, hari raya Imlek dan tradisi lainnya di hapus oleh negara. Negara menaruh kecurigaan kebudayaan tersebut menjadi instrumen berkembangnya paham komunis di Indonesia. Kondisi ini memaksa pemeluk agama Khonghucu mencari alternatif lainnya untuk bisa mengekpresikan budaya mereka, salah

139 Suhadi Cholil (ed), Deskriminasi Sekeliling Kita; Negara, Politik, Deskriminasi dan Multikulturalisme (Jogjakarta, Dian/Interfidei, 2008) hlm. 42-43

Page 199: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

191

satunya melakukan konversi agama. Dengan konversi ini diharapkan akan memeberikan sedikit keluasan pada keturunan Tionghoa untuk bisa menjalankan tradisi dan budaya mereka di Indonesia.140

Pada tahun 1967 mengganti lembaga umat Khonghucu yang bernama GASPEKSI (Gabungan Umat Khonghucu Indonesia) menjadi MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia). Penggantian ini dimaksudkan sebagai upaya keluar dari deskriminasi dan pandangan negatif bahwa pemeluk agama Khonghucu adalah agen dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Kedua, pada Tahun 1971 dalam Munasker MATAKIN menghasilkan rekomendasi untuk meningkatkan partisipasi dan integrasi umat Khonghucu dalam pembangunan bangsa dan ditegaskan pula bahwa umat Khonghucu turut berperan dalam mensukseskan kepeminpinan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto, pemilu dan pembangunan nasional.141

Menurut Bs. Adjie Chandra, selama orde baru berkuasa pemeluk agama Khonghucu di Solo di bawah bimbingan Haksu Tjhie Tjai Ing mencoba bertahan dengan terus berusaha keluar dari deskriminasi. Beberapa gerakan yang dilakukan antara lain; pertama meningkatkan peran serta pemeluk agama Khonghucu dalam pembangunan, terutama di Kota Solo.

Peran ini dilaksanakan baik di bidang sosial, budaya

140 TH. Sumartana, “Konfusianisme di Indonesia”, dalam Lasiyo (dkk.), Konfusianisme di Indonesia: Pergulatan Mecari Jati Diri, (Yogyakarta: Interfedei, 1995), hlm. xv

141 Bs. Adjie Chandra, Ketua MAKIN Solo, (Wawancara, 16/6/ 2017).

Page 200: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

192

maupun ekonomi. Kedua, peningkatan peran serta wanita agama Khonghucu Indonesia (WAKIN) dalam berbagai gerakan sosial ekonomi. Ketiga, peningkatan peran pemuda agama Khonghucu (PAKIN) dalam berbagai kegiatan pemajuan pemuda di Solo. Salah satu kegiatannya adalah adanya Pekan Olahraga Nasional (PON) PAKIN di Solo. Keempat, sesuai dengan amanat Munasker MATAKIN tahun 1971 yang menghasilkan rekomendasi untuk meningkatkan partisipasi dan integrasi umat Khonghucu dalam pembangunan bangsa dan adanya penegasan bahwa umat Khonghucu hendak turut berperan dalam mensukseskan kepeminpinan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto, pemilu dan pembangunan nasional, maka MAKIN Solo meningkatkan layanan sosial masyarakat melalui jalur pendidikan. Yayasan Pendidikan Tripusaka yang telah lama berdiri di kuatkan kembali fungsinya sebagai cara melakukan integrasi sosial kemasyarakatan. Hal ini dimaksudkan sebagai jembatan antara etnis keturunan Tionghoa dan Jawa.

Maka dalam penyelenggaraan pendidikannya YP. Tripusaka lebih mengedepankan pelayanan pendidikan dan sosial kepada penduduk Kota Solo yang kurang mampu dalam ekonomi. Berbagai upaya keluar dari deskriminasi tersebut di atas sebenarnya terlihat sebagai setrategi defensif yang dilakukan oleh MAKIN Solo.

Secara umum gerakan bertahan ini hanya sebagai upaya MAKIN Solo agar desakan dan deskriminasi tidak terjadi lebih jauh. Politik akomodatif ini dalam perspektif sosiologis menunjukan bahwa identitas Khonghucu secara normatif memang sudah tidak nampak lagi meskipun secara kultural mereka masih ada. Mereka mengalihkan

Page 201: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

193

persoalan politik yang dibungkus dengan nuansa agama dengan penguatan pada aspek kultural seperti penguatan pendidikan, kesejahteraan, jaringan ekonomi dan kesehatan. Kuatnya arus deskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru, umat Khonghucu Solo membangun kultur yang tersembunyi, yang siap bangkit jika telah ada momentumnya.

Layanan Keagamaan

Penyelenggaraan kegiatan keagamaan, kepercayaan dan adat istiadat Tionghoa dilaksanakan tanpa memerlukan ijin khusus sebperti yang berlangsung selama ini termasuk pengembangan kebudayaan Tionghoa dan perayaan hari raya Imlek.142

Deskriminasi terhadap umat Konghucu mulai berkurang ketika Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada tahun 2000 mencabut Instruksi Presiden No. 14/1967 yang menjadi sumber deskriminasi selama ini. Dengan dicabutnya Instruksi Presiden No. 14/1967 ini secara otomatis hak-hak sosial budaya masyarakat keturunan Tionghoa Surakarta mulai dikembalikan. Hal yang paling terlihat adalah diperbolehkannya pementasan budaya barongsai dan perayaan tahun baru IMLEK.

Di cabutnya Instruksi Presiden No. 14/1967 ini tidak serta merta memberikan kebebasan pada pemeluk Khonghucu untuk kembali pada agamanya, sebab yang

142 Paulus Haryono, Menggali Latar Belakang Stereotype dan Persoalan Tionghoa di Jawa dari Jaman Keemasan, Konflik antar Etnis Hingga Kini, (Surakarta: Mutiara Wacana, 2006), hlm. 1667

Page 202: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

194

di cabut adalah IMPRESnya. Baru kemudian pada tahun Tahun 2001 Menteri Agama mengeluarkan Surat Keputusan No.13 Tahun 2001 yang menetapkan hari raya dan tahun baru Imlek sebagai hari libur fakultatif. Persiden Megawati kemudian menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden No. 19/2002 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur nasional mulai tahun 2003. Semenjak tahun tersebut Khonghucu menjadi agama resmi kembali di Indonesia, setalah hamper 35 tahun mengalami deskriminasi di Indonesia.

Bs. Adjie Chandra mengatakan bahwa kembalinya Khonghucu menjadi agama resmi tidak serta merta umat Khonghucu mendapatkan pelayanan keberagamaan dan layanan sipil secara maksimal. Pada masa presiden Megawati umat Khonghucu di Solo juga masih belum bisa mendapatkan identitas agama di Kartu Tanda Penduduk (KTP), belum bisa mendapatkan akte kelahiran dan pernikahan yang dilaksanakan sesuai dengan ajaran agama Khonghucu di Solo dalam pencatatan sipil buku nikah masih mencantumkan kolom agama, tetapi tidak disebutkan agama Khonghucu dalam daftar agama yang resmi.

Masyarakat juga belum bisa menikah secara agama Khonghucu. Umumnya mereka diterima di Kantor Catatan Sipil dengan baik, tetapi tidak dilayani, sebab memang tidak ada kebijakan untuk pernikahan agama Khonghucu.143 Baru kemudian pada masa Presiden Susilo Bambang Yudoyono jaminan kebebasan beragama dan hak sipil umat Khonghucu di Solo dipenuhi. Mereka bisa menikah dengan tradisi dan ajaran Khonghucu, baik layanan KTP, akte kelahiran, Kartu

143 Bs. Adjie Chandra, Ketua MAKIN Solo, (Wawancara, 15/6/2017).

Page 203: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

195

Keluarga, layanan pernikahan dan kebebasan beragama telah benar dipulihkan oleh pemerintah.

Disinilah menurut Bs. Adjie Chandra keadilan bagi umat Khonghucu benar benar dirasakan. Lebih spesifik menurut Bs. Adjie Chandra pemerintah Kota Solo telah mengambil beberapa langkah penting yang mendorong kesetaraan antara umat Khonghucu dengan umat beragama lainnya di Surakarta. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain; adanya keterwakilan umat Khonghucu di Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Solo dan pelayanan masyarakat berkaitan dengan hak hak sipil masyarakat Khonghucu sudah dipulihkan.

Pemerintah Kota Solo telah mendorong aparat pemerintahan mulai dari tingkat paling rendah, yaitu RT, RW, Kelurahan,Kecamatan dan Kota agar memberikan layanan sipil dan keagamaan bagi umat Khonghucu. Layanan tersebut berupa KTP, Kartu Keluarga, akte Kelahiran dan layanan pernikahan. Kalau pada masa sebelumnya hampir semua aparat pemerintahan menolak melayani umat Khonghucu sejajar dengan umat yang lain, namun saat ini hal tersebut tidak terjadi lagi. Ketiga, ada dana insentif pembinaan yang dialokasikan oleh pemerintah Kota Surakarta kepada MAKIN Kota Surakarta.

Besarnya dana pembinaan tersebut naik setiap tahunnya dari sebesar lima juta rupiah, terus meningkat hingga sekarang menjadi 10 juta. Khusus untuk keterlibatan perwakilan MAKIN Solo di FKUB memiliki arti penting bagi umat Khonghucu, yaitu sebagai sarana dialog antar agama.

Hal ini berangkat dari kesadaran MAKIN Solo bahwa di era globalisasi umat satu agama tidak bisa hidup

Page 204: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

196

sendiri tanpa berkomunikasi dan berdampingan dengan umat beragama lainnya. Bagi MAKIN Solo dialog antar agama di Solo merupakan percakapan dua atau berbagai pihak kalangan agamawan dari berbagai agama di Solo, untuk mengungkapkan pandangan mereka secara tepat dan sebaliknya mendengarkan pandangan mitra dialog mereka secara terbuka tanpa sikap apriori.

Dialog antar agama bagi MAKIN Solo bukan ajang debat, berpolemik dan apalogi, sampai dengan pemaksaan pandangan diri sendiri terhadap pihak lainnya. Sebaliknya, peserta dialog bisa saling belajar mengenai pengalaman kehidupan keberagamaan. Dengan dialog diharapakn ada perubahan dalam berinteraksi, lebih memahami keyakinan, pemikiran dan masalah yang dihadapi oleh mitra dialog MAKIN Solo.144

Untuk kepentingan di atas Bs. Adjie Chandra mengatakan bahwa dialog hendaknya; ada keterbukaan, adanya sikap kritis, dan persamaan. Pertama, adanya keterbukaan atau transparansi antar eleman di Solo. Keterterbukaan berarti mau mendengarkan semua pihak secara proporsional, adil dan setara. Dialog di Solo bukanlah tempat untuk memenangkan suatu urusan atau perkara, juga bukan tempat untuk menyisipkan berbagai “agenda yang tersembunyi” yang tidak diketahui dengan partner dialog. Kedua menyadari adanya perbedaan. Dalam dialog di Surakarta hendaknya perbedaan dijadikan sebagai sesuatu yang wajar dan memang merupakan suatu realitas yang tidak dapat dihindari.

144 Bs. Adjie Chandra, Ketua MAKIN Solo, (Wawancara, 15/6/ 2017).

Page 205: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

197

Suatu dialog hendaknya tidak ada “tangan di atas’ dan “tangan di bawah”, semuanya harus sama dan setara.145 Dari situlah bisa ditemukan dasar yang sama sehingga dapat menjadi landasan untuk hidup bersama di dunia ini secara damai, meskipun adanya perbedaan juga menjadi kenyataan yang tidak dapat dipungkiri.

Kasus missa Imlek dan missa Asyura oleh umat Katolik di Kota Solo atau lainya sebenarnya tidak bisa dilakukan, meskipun itu dinyatakan sebagai doa umat Katolik untuk semua. Imlek adalah tradisi dan ajaran Khonghucu dan hanya dapat dijelaskan dengan ajaran agama Khonghucu. Asyura adalah tradisi Islam Jawa, sehingga mestinya umat Katolik menghormatinya, sebagaimana ia harus menghormati agama Khonghuchu dengan segala ajaran dan tradisinya.

Akan lebih baik jika umat Katolik menciptakan tradisi sendiri yang terlepas dari ajaran dan tradisi agama lain. Umat Khonghucu sendiri merasa tidak enak dan tidak ingin rebut masalah misa Imlek, karena ia merasa minoritas dibandingkan Katolik. Sampai sekarang misa Imlek dan misa Asyura oleh umat Katolik jalan terus, karena merasa tidak ada keberatan dari umat Konghucu dan umat Islam Jawa.146

145 Ismail Raji al-Faruqi (ed.), Trialog Tiga Agama Besar: Yahudi, Kristen, Islam, alih bahasaJoko Susilo Kahhardan Supriyanto Abdullah, Cet. I (Surabaya: Pustaka Progressif, 1994), hlm. 12.

146 Bs. Adjie Chandra, Ketua MAKIN Solo, (Wawancara 15/6/2017.

Page 206: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

198

Page 207: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

199

Bagian VIII

UMAT KHONGHUCU DI BOGOROleh: Achmad Rosidi

Sekilas Wilayah Bogor

Lokus penelitian ini adalah Bogor baik Kabupaten maupun Kota Bogor. Tidak seluruhnya dilakukan kajian di Kabupaten Bogor mengingat wilayah Kabupaten Bogor yang luas. Inilah kemudian penulis memandang perlu mengambil daerah sasaran yaitu Makin Kota Bogor (beralamat di Jl. Kp Cincau RT 2/II), Makin Cilodong (Makin Segar Jl. Raya Jakarta Bogor KM 37.5 Cilodong), dan Makin Kemang (Jl. Raya Kemang Desa Kemang Bogor).

Lokasi tersebut diambil berdasarkan pertimbangan bahwa ketiga Makin tersebut memiliki umat yang signifikan secara kuantitas, keberadaan lembaga yang berada di bawah Makin seperti lembaga pendidikan dan berbagai kegiatan-kegiatan yang melibatkan pemuda atau remaja dan umat Khonghucu secara keseluruhan. Juga karena berkaitan dengan karakter Umat Agama Khonghucu tiga tempat tersebut berikut kulturnya yang berbeda satu sama lain.

Kota Bogor terletak di dataran tinggi dengan kondisi cuaca yang nyaman untuk dijadikan tempat melepas segala kesibukan masyarakatnya. Jaraknya yang sangat dekat dengan Jakarta, ibukota negara Indonesia di sebelah Utara (± 60 km) dan Bandung ibukota provinsi Jawa Barat (±180 km).147 Sebagai kota yang banyak menyajikan berbagai

147 Website Resmi Pemerintah Kota Bogor.

Page 208: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

200

pesona bagi tujuan pariwisata, Bogor memiliki daya tarik minat bagi para wisatawan domestik ataupun mancanegara. Secara geografis Kota Bogor terletak di 106.48° Bujur Timur dan 6.36° Lintang Utara. Luas Kota Bogor adalah 111, 73 km2 (0.27 % dari luas Propinsi Jawa Barat), dengan batas wilayah meliputi: a). Utara Kecamatan Kemang, Bojong Gede, dan Sukaraja, Kabupaten Bogor. b) Selatan yakni Kecamatan Cijeruk dan Caringin, Kabupaten Bogor. c) Barat yaitu Kecamatan Dramaga dan Ciomas, Kabupaten Bogor; dan d) Timur yaitu Kecamatan Sukaraja dan Ciawi, Kabupaten Bogor.148

Kota Bogor menjadi destinasi para pengadu nasib dan wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia maupun luar negeri, mengakibatkan penduduk yang mendiami di kawasan ini beragam. Menilik latar belakang sejarahnya, Bogor memiliki akar historis sebagai kota lama, pusat pemerintahan era dinasti-dinasti di masa pra-kemerdekaan. Bogor menjadi icon pusat dan basis perkembangan budaya Sunda serta ibukota kerajaan yang pernah ada, yaitu Tarumanegara (abad IV-VII), Kerajaan Sunda (abad VII-IX) dan Kerajaan Pakuan Pajajaran (abad XV-XVI).149

Kota Bogor mengalami proses perkembangan dan perubahan baik fisik maupun non-fisik. Untuk menata dan membangun kota yang nyaman, pemerintah kota Bogor pada periode 2015-2019 memiliki misi “Menjadikan Bogor sebagai kota yang nyaman, beriman dan transparan”.150 Sarana

148 Badan Pusat Statistik Kota Bogor 2012; Lihat http://www. Bps. Go. Id/hasilSP2010/jabar/3271. Pdf

149 Mumuh M. ,Zakaria,Kota Bogor: Studi tentang Perkembangan Ekologi Kota Abad Ke 19 Hingga Ke 20, Bandung: Sastra UNPAD Press, 2010, 1.

150 http://new. Kotabogor. Go. Id/index. Php/page/detail/2/visi-

Page 209: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

201

fisik ditandai dengan tersedianya berbagai sarana dan infrastruktur di seluruh wilayah kota. Di bidang pelayanan kehidupan keagamaan, di Kota Bogor berdiri berbagai sarana ibadah umat beragama. Gereja bagi umat Kristiani, masjid bagi umat Muslim, kelenteng bagi umat Tri Dharma, Pura bagi umat Hindu, Vihara bagi umat Buddha dan Lithang bagi Umat Khonghucu.151

Dalam kondisi demikian, bukan berarti masyarakat di Kota Bogor bebas dari masalah ketegangan yang bernuansa SARA. Problematika klasik ini sebagai masalah lama yang dituntut diperolehnya jalan keluar. Sebagaimana nampak dalam deskripsi kondisi keagamaan masyarakat Kota Bogor, umat Islam secara kuantitas adalah penduduk mayoritas. Namun dapat hidup berdampingan dalam keragaman bersama umat lainnya, dapat berbagi mengatur kehidupan demi mewujudkan kondisi yang damai dan harmoni.152

Masyarakat Kota Bogor dengan berbagai macam profesi sebagai mata pencahariannya sebagaimana penduduk kota-kota lainnya di Indonesia. Kepelbagaian mata pencaharian menjadikan stratifikasi kondisi perekonomian masyarakatnya. Yang jamak muncul di masyarakat kota adalah level kemiskinan penduduknya yang lebih mencolok.153

Sementara itu, Kabupaten Bogor memiliki wilayah

dan-misi#.VqgnA5p944w 151 Badan Pusat Statistik, Kota Bogor Dalam Angka. Bogor: BPS

Kota Bogor, 2012, 278. 152 Zaid Ahmad, Multiculturalism And Religio-ethnic Plurality,

Culture and Religion Journal, Vol. 8, No. 2, July 2007, 140.153 Hilman Latif, Melayani Umat, Filantropi Islam dan Ideologi

Kesejahteraan Kaum Modernis, Jakarta: Gramedia, 2010,7

Page 210: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

202

yang lebih luas dari Kota Bogor. Kabupaten Bogor meliputi 40 daerah Kecamatan dan434 Kelurahan. Luas daerah Kabupaten sangat berbeda jauh dengan wilayah Kota Bogor yang hanya terdiri dari 6 wilayah kecmatan yaitu Bogor Utara, Bogor Selatan, Bogor Barat, Bogor Timur, Bogor Tengah dan Tanah Sareal. Kondisi demikian, penduduk Kabupaten Bogor lebih bervariasi mengingat keberadaan Kabupaten Bogor menjadi sasaran hunian masyarakat yang bekerja di Jakarta baik sektor pemerintah maupun swasta. Pusat pemerintahan Kabupaten Bogor semula masih berada di Panaragan sebuah wilayah Kota Bogor. Kemudian berdasarkan pada PP No 6 Tahun 1982, Ibukota Kabupaten Bogor dipindahkan dan ditetapkan di Cibinong.154

Masyarakat Bogor terbilang masyarakat majemuk, baik dari segi ekonomi, politik, kebudayaan (seni dan etnik), maupun dari segi agama, bahkan pluralitas agama sangat kompleks dalam arti tidak mudah menetapkan kategori tertentu terutama atas dasar kemurnian dan keaslian terhadap setiap kesatuan beragama di negeri ini. Hampir setiap usaha identifikasi dan kategorisasi terhadap Islam Indonesia selalu menemui kegagalan ketika ternyata Islam Indonesia tidak tunggal dan lebih menunjukkan variasi atau warna-warninya.

Pelayanan Umat Khonghucu di Kota dan Kabupaten Bogor

Pelayanan kepada umat Khonghucu di Kota Bogor dilakukan oleh lembaga Makin yang beralamat di Jl. Kp. Cincau RT 2/II) kota Bogor yang berada di kawasan Jl. Surya

154 BPS, Kabupaten Bogor Dalam Angka, 2016, hal. 27

Page 211: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

203

Kancana Bogor. Pelayanan ibadah dilakukan oleh 2 orang rohaniwan yang berasal dari Makin, dibantu oleh 3 orang. Jumlah umat yang datang secara rutin untuk beribadah dilayani sebanyak 50an orang.155 Namun secara total, umat yang dilayani oleh Makin ini sebenarnya berjumlah 300an orang.

Tenaga guru yang membantu rohaniwan di MAKIN Kp. Cincau dirasakan kurang. Guru agama berjumlah 1 orang yang juga diperbantukan ke sekolah-sekolah yang memiliki murid beragama Khonghucu. Sekolah Minggu dilakukan secara rutin diikuti oleh anak-anak usia SD, SMP dan SMA. Bangunan Litang di Jl. Kp. Cincau terdiri dari 2 lantai. Lantai dasar untuk kegiatan sekolah minggu dan aktivitas pertemuan umat. Kebaktian umat dilaksanakan pada Malam minggu diikuti oleh para pemuda. Sementara umat yang berusia dewasa dilaksanakan pada hari Minggu pukul 11.00 s/d pukul 13.00 WIB.

Kegiatan di Litang Makin Jl. Kp. Cincau telah berjalan sejak tahun 1972 dengan fasilitas pada waktu itu yang masih sangat minim. Lokasi Lithang bukan di tanah yang sekarang, tetapi di lokasi sebelumnya menempati tanah hibah dari umat yang letaknya kurang representatif untuk kegiatan umat. Lahan yang sekarang ditempati Lithang merupakan bagian dari hibah pemilik Yayasan Kesatuan yang telah lebih dahulu ada dan maju di bidang pendidikan. Setelah memperoleh tanah hibah dari Yayasan Kesatuan, pembangunan Lithang pun kemudian dilakukan dengan pembiayaan pembangunan berasal dari umat sendiri (swadaya). Selama ini lembaga baik keagamaan maupun

155 Wawancara dengan Pak Kimtjie, pengurus harian Litang Makin Kota Bogor Jl. Kp. Cincau pada tanggal 14 Mei 2017.

Page 212: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

204

pendidikan belum memperoleh bantuan dari pemerintah untuk kegiatan.

Pelayanan lainnya yang dilakukan oleh Lithang adalah pemberkatan perkawinan. Pencatatan perkawinan dilakukan oleh Kantor Pencatatan Sipil Kota Bogor menurut penuturan Pak Yanto tidak mengalami kendala. Artinya, warga yang hendak mencatatkan perkawinan dengan beridentitaskan KTP Khonghucu sudah berjalan dengan baik. Biasanya setelah pencatatan perkawinan di Kantor Catatan Sipil, pemberkatan dilakukan di Lithang dengan mendatangkan rohaniwan.

Komunikasi dengan warga di Lingkungan di Jl. Kampung Cincau selama ini berjalan dengan baik. Relasi itu berlangsung sejak mula dari adanya kegiatan yang ada di Litang. Kegiatan sosial di lingkungan masyarakat selalu dikoordinasikan dengan masyarakat lingkungan. Kegiatan bersama dengan lingkungan seperti bakti sosial dan perayaan hari-hari besar nasional terkoordinasikan dengan baik pula. Pada saat kegiatan keagamaan Khonghucu, masyarakat lingkungan Lithang turut aktif memberikan kontribusi terutama masalah kenyamanan dan keamanan umat Khonghucu melaksanakan ibadah ritual. Sebaliknya, pada saat kegiatan spiritual umat muslim, umat Khonghucu turut pula menciptakan situasi yang kondusif menjaga lingkungan.

Fasilitas yang dimiliki oleh Lithang berupa kursi-kursi pesta seringkali dipinjam oleh masyarakat lingkungan yang memiliki hajat baik pada saat pesta walimah urs (perkawinan) maupun pesta walimah-walimah lainnya. Akan tetapi masyarakat lingkungan belum pernah melaksanakan acara di ruang pertemuan Litang karena

Page 213: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

205

memandang kesakralan Lithang.

Sementara itu, kegiatan umat Khonghucu di Kabupaten Bogor yang menampakkan geliatnya menurut pemantauan penulis berada di daerah Cilodong. Pusat kegiatan umatKhonghucu sebagai pionir adalah pelayanan pendidikan untuk masyarakat di lingkungan itu. Berbagai kegiatan keagamaan dilakukan oleh Lembaga atau Yayasan beralamat di Jl. Jakarta Bogor Km 37,7 Rt.03/01 No.03 Kel. Sukamaju Kec. Cilodong Kota Depok. Yayasan ini bernama Yayasan SEGAR, Yayasan Semangat Genta Rohani. Di lokasi sekolah tersebut terdapat pusat kegiatan keagamaan Khonghucu yang dilakukan di sebuah Lithang Majelis Agama Khonghucu Segar. Di Lithang ini tercatat berbagai kegiatan toleransi antar umat beragama terjalin. Lithang ini berdiri tepat di tengah lingkungan masyarakat, di dalam gang dan disamping sekolah SMP Segar. Berbagai lampion menghiasi Litang tersebut jika tiba perayaan Imlek. Lithang ini menampung 150 lebih jemaat yang umumnya memang warga sekitar Litang yang merupakan keturunan Tionghoa dan merayakan imlek.

Pada saat diresmikan oleh Walikota Depok Nur Mahmudi Ismail pada Desember 2013, untuk menyemarakkan acara peresmian itu diwarnai oleh penampilan marawis untuk menunjukan toleransi beragama yang begitu kental. Di Lithang Segar juga menjadi pusat kegiatan pengembangan seni Barongsai yang melibatkan pelajar. Menurut penuturan penduduk, toleransi beragama di masyarakat lingkungan Lithang terjadi saling menghargai. Semua jemaatnya juga warga sekitar sini jadi sudah saling kenal bahkan hingga lingkungan di kawasan Cisalak, Sukmajaya dan daerah Jatijajar.

Page 214: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

206

Pada perayaan Imlek, srangkaian agenda kegiatan dimulai pukul 19.00 WIB dilakukan malam kebaktian, dilanjutkan dengan pesta kesenian anak pemuda sampai tengah malam. Pada malam itu umat melakukan sembahyang kepada Tuhan. Keesokan harinya, dilakukan sembahyang tahun baru dan saling memaafakan. Masih dalam tradisi Imlek, umat secara rutin mengunjungi makam leluhur dan berkunjung ke keluarga saling silaturahmi. Tradisi tersebut dilakukan 7 hari setelah perayaan Imlek.

Keberadaan lembaga pendidikan segar menurut penuturan Pak Setianda tidak lepas dari ajaran Khonghucu yang mengjarakan humanisme. Ajaran agama sesuai dengan yang dismpaikan oleh Nabi adalah sikap kepedulian terhadap kemanusiaan dan alam sekitar. Ajaran moral merupakan inti dari ajaran yang disampaikan oleh hampir semua agama, tak terkecuali agama Khonghucu berupa ajaran untuk selalu berbuat yang lebih baik.

Inti pelaksanaan ajaran agama menurut Setiada adalah menciptakan pesan perdamaian. Kondisi masyrakat dengan terjadinya berbagai tindak kekerasan, perlu direview kembali akan pemahaman orang bersangkutan pada ajaran agama yang dianutnya. Menurut Handisan, mantan Ketua MAKIN Cilodong, munculnya kasus yang berujung pada adanya konflik agama banyak terwarnai oleh situasi sosial, ekonomi dan politik yang lebih dominan mempengaruhi perjalanan agama di tengah masyarakat. Agama mengajarkan humanisme yang hal inilah yang perlu dikembangkan di tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Agama yang mengajarkan humanism itu memanusiakan manusia. Sikap keberagamaan menurut Handisan harus bisa dirubah. Sikap keberagamaan

Page 215: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

207

bukan hanya membangun paradigma ketaatan pada Tuhan (hubungan vertikal), tetapi juga harus mampu menciptakan hubungan yang baik dan memelihara hubungan antar sesama umat. Agama Khonghucu membimbing manusia menyadari akan makna tujuan hidupnya, ketentraman hati, kebahagiaan batin sehingga dapat berfikir benar dan membimbing manusia melalui pengetahuan, keteguhan tekad, membina diri, menata rumah tangga, mengabdi masyarakat, negara dan dunia sebagai ungkapan kesetiaan kepada Tuhan.156

Berangkat dari sinilah, Lembaga Pendidikan SEGA (Semangat Genta Rohani) ini berdiri. Sekolah yang menyediakan pendidikan jenjang menengah pertama ini memiliki murid berasal dari berbagai agama. SMP SEGAR atau SMP SEGAR Cimanggis didirikan pada tahun 1972 di beralamat di Kp. Sidamukti, Kel. Sukamaju. Pada awal pendirian sekolah ini, wilayah ini termasuk dalam Kecamatan Cimanggis, Kabupaten Bogor. Setelah terbentuk Kota Administratif Depok yang kemudian dinaikkan statusnya sebagai Kota Depok sebagai pengembangan Kabupaten Bogor, SMP SEGAR masuk ke wilayah Kec. Sukmajaya.

SMP SEGAR dikelola olah yayasan bernama Yayasan “Semangat Genta Rokhani” (SEGAR). Saat ini SMP SEGAR mempunyai 9 kelas (masing-masing 3 kelas paralel untuk masing-masing kelas, yaitu kelas VII, VIII dan IX) dengan tenaga pengajar 21 orang guru, 1 orang kepala sekolah, 1 orang wakil kepala sekolah, 4 staf tata usaha, 1 orang satpam

156 Anhar, Mo. Perlu Dikembangakan AgamaBerwajah Humanis”, www. Suaramerdeka. Com. Diundung tanggal 17 Mei 2017.

Page 216: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

208

dan 3 orang pesuruh sekolah. SMP SEGAR mendidik sekitar 420-430 siswa pada setiap tahun pelajaran. Jumlah murid yang menempuh pendidikan di SMP Segar berjumlah 400an anak.

Dari jumlah guru tersebut yang beragama Khonghucu sebanyak 2 orang. Yang lainnya merupakan penganut agama Islam. Jadi, kepala Sekolah di lembaga Segar ini dipegang oleh penganut agama Islam. Demikian pula kondisi murid, mayoritas adalah penganut agama Islam. Sementara yang menganut agama Khonghucu jumlahnya lebih sedikit.

Pelayanan kegiatan keagamaan di Lithang dilakukan oleh 2 orang tenaga rohaniwan dibantu oleh 4 orang. Sementara guru agama yang mengajar umat sebanyak 1 orang. Secara rutin, pengajar agama didatangkan dari daerah lain seperti dari Cimanggis atau dari Rawa Denok. Kekurangan tenaga guru ini yang menurut pengurus yayasan Segar perlu diatasi dengan menambah jumlah guru agama.

Pelayanan ibadah Mingguan di Lithang dilakukan setiap hari Minggu pukul 11.00 s/d 13 WIB. Umat berasal dari daerah Sidamukti, Cilodong dan daerah Jati Jajar Kota Depok. Selain pelayanan ibadah Mingguan juga dilakukan sekolah Minggu yang diikuti oleh anak-anak penganut agama Khonghucu berusia SD hingga SMA. Pemberkatan perkawinan juga sering dilaksanakan di Lithang SEGAR yang dipimpin oleh rohaniwan.

Masalah adminstrasi kependudukan umat di Lithang Segar dilayani oleh pemerintah selama ini berjalan baik. Pencatatan perkawinan oleh Dinas Pencatatan Sipil Kota Depok. Namun kendala yang dialami oleh umat Khonghucu

Page 217: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

209

adalah besaran biaya perkawinan itu yang sepertinya perlu mendapatkan evaluasi dari pemerintah. Biaya perkawinan sebagaimana telah berjalan di Kantor KUA bagi umat Islam, dengan besaran yang telah ditentukan oleh pemerintah. Sepertinya yang dialami oleh umat Khonghucu dan mungkin umat non-muslim lainnya mengalami hal serupa.

Relasi dengan masyarakat lingkungan di daerah Sidamukti selama ini berlangsung dengan baik. Lokasi lahan Lithang yang menempati akses masuk pemukiman penduduk, seringkali dimanfaatkan oleh warga untuk kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat seperti pada saat pemilihan kepala daerah menjadi salah satu tempat pemungutan suara (TPS). Jika penduduk ada yang memiliki hajat perkawinan, seringkali halaman yayasan Segar yang luas itu menjadi tempat parkir kendaraan para hadirin tamu undangan tuan rumah dengan bekerjasama dengan bagian keamanan.157

Sebagai akhir dari deskripsi penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa bentuk layanan keagamaan yang diberikan oleh pemerintah Kota/Kab Bogor telah dirasakan oleh penganut agama Khonghucu. Bentuk layanan keagamaan yang dibutuhkan oleh lembaga keagamaan dan umat Khonghucu terutama adalah guru agama, baik di sekolah formal maupun di Lithang. Hal ini terjadi di Makin Jl. Kp. Cintau Kota Bogor maupun di Makin Segar. Pelayanan di bidang pencatatan sipil baik pelayanan pembuatan KTP maupun pencatatan perkawinan selama ini telah diberikan dengan baik.

157 Wawancara dengan Pak Handisan. Mei 2017.

Page 218: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

210

Bagaimana hubungan sosial Umat Agama Khonghucu dengan umat lainnya sangat baik. Toleransi antar umat yang berbeda keyakinan berjalan dengan baik dan suasana yang kondusif.

Page 219: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

211

Bagian IX

UMAT KHONGHUCU DI JAKARTAOleh: Taufik Hidayatulllah dan Anik Farida

Kondisi Geografis dan Demografis DKI Jakarta

Provinsi DKI Jakarta merupakan Ibu Kota Negara yang menjadi barometer Indonesia dalam berbagai bidang. Batas-batas wilayah sebelah utara adalah pantai, sebelah selatan adalah Kota Depok, sebelah timur adalah Provinsi Jawa Barat, dan sebelah barat adalah Propinsi Banten. Secara administrasi, Propinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah kota administrasi dan 1 kabupaten administrasi. Wilayah administrasi di bawahnya terbagi menjadi 44 kecamatan dan 267 kelurahan.158

Jumlah penduduk DKI Jakarta tahun 2015 berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010159 sebesar 10.177.924 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 1,02 persen. Kepadatan penduduk DKI Jakarta tahun 2015 adalah 15.366,87 jiwa setiap 1 km2.

Sebagai Ibu Kota Negara, Jakarta terdiri atas berbagai suku bangsa. Umat beragama di DKI Jakarta terkenal dapat saling bekerjasama dalam memajukan wilayahnya. Kondisi kerukunan hidup beragama ini dipandang relatif kondusif di tengah beragamnya kehidupan keagamaaan yang diwakili oleh keragaman penganut agama.

Namun demikian sangat disayangkan belum

158 BPS DKI Jakarta. 2016. Jakarta dalam Angka 2016. Jakarta : BPS DKI Jakarta

159 Ibid

Page 220: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

212

ada data terbaru tentang jumlah penduduk DKI Jakarta berdasarkan agama, sehingga data yang bisa dipergunakan berasal dari data lama hasil sensus tahun 2010 di mana agama mayoritas adalah Islam 8.200.796 (85,36%), diikuti dengan Kristen 724.232 (7,54%), Katholik 303.295 (3,16), Hindu 20.364 (0,21%), Buddha 317.527(3,30%), Khonghucu 2.410 (0,06%), lain-lain sebanyak 2.410 (0,03%) dari sebanyak 9.607.787 jiwa penduduk.160 Sedikit berbeda dengan data yang dirilis Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta tahun 2015 terkait penduduk yang beragama Khonghucu sebanyak 992 jiwa.161

Keragaman juga dillihat dari banyaknya tempat-tempat ibadah seperti 3.047 mesjid, 5.620 mushola, 1.098 gereja Kristen, 45 gereja Katolik, 27 Pura, 292 Vihara di mana di dalamnya terdapat Klenteng.162

Keragaman agama di DKI Jakarta meniscayakan potensi persinggungan kepentingan di berbagai lapangan. Maka dari itu, hubungan sosial menjadi salah satu hal penting dalam agama Khonghucu. Hubungan manusia dengan sesamanya harus didasari dengan cinta kasih yang murni sehingga tercipta kerukunan di antara umat manusia. Untuk menuju terciptanya kerukunan tersebut, maka agama Khonghucu menyerukan agar umat bertindak berdasarkan kepada ajaran nabi suci.

160 BPS Pusat. 2010. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, Dan Bahasa Sehari-Hari Penduduk Indonesia : Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta : BPS

161 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. 2015. dalam http:// Data. Jakarta. Go. Id/dataset/jumlah-penduduk-provinsi-dki-jakarta-tahun-2015-berdasarkan-agama/reseource/43d4e4ea-4ff0-4c41-a311-93b3066021a5 [diakses 30 Mei 2017]

162 BPS DKI Jakarta. 2016. Jakarta dalam Angka 2016. Jakarta : BPS DKI Jakarta

Page 221: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

213

Beranjak pada keinginan untuk ikut mewujudkan kehidupan yang rukun dengaan seluruh pemeluk agama lain, maka kerukunan hidup antar umat beragama menjadi salah satu hal yang diprioritaskan. Kerukunan internal umat Khonghucu di DKI Jakarta sejauh ini dapat tercipta dengan baik di tengah masih adanya perbedaan pendapat tentang tempat ibadah Vihara Tri Dharma menurut umat Buddha dan Klenteng warisan leluhur menurut umat Khonghucu.

Umat Khonghucu di DKI Jakarta

Jumlah Kelenteng yang menjadi tempat ibadah umat Khonghucu bisa dikatakan masih sedikit (bahkan hampir tidak ada bila yang menjadi ukuran adalah tempat ibadah yang dibangun dan dikelola secara swadaya internal umat Khonghucu). Saat ini di seluruh wilayah DKI Jakarta hanya ada satu buah Kelenteng yang sesuai dan ada dalam pengelolaan MATAKIN DKI Jakarta, yang bertempat di TMII. Kekurangan jumlah tempat ibadah berupa Kelenteng ini kemudian disiasati dengan pendirian Lithang (yang sebenarnya merupakan salah satu unsur dari Kelenteng) di beberapa tempat.

Jumlah keseluruhan Lithang dan Kelenteng (yang dikelola secara swadaya internal umat Khonghucu) di DKI Jakarta saat ini sebanyak 5 buah. Penyebutan Lithang mendahului Kelenteng sebenarnya mengindikasikan bahwa keberadaan tempat ibadah yang dominan dimiliki umat agama Khonghucu di DKI Jakarta adalah Lithang. Sebaran seluruh Lithang dan Rohaniawan dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 222: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

214

Tabel 3: Perbedaan Lithang dan Kelenteng

No Atribut Lithang Kelenteng

1 Kepemilikan Milik umum Milik Khonghucu

2 Fungsi Tempat ibadah Tempat belajar agama Khonghucu

3 Jumlah Para Suci Satu Lengkap

4 Ornamen Lebih ke arah aula Banyak altar

5 Hubungan Saling kenal Tidak saling kenal

6 Kedekatan dengan pusat keramaian

Tidak mesti dekat pasar Dekat pasar

7 Cara beribadah Sendiri-sendiri Bersama-sama

8 Keberadaan senming

Tidak ada senming Ada senming

9 Jam ibadah Dibatasi Tidak dibatasi

10 Tata cara berdoa Bersama-sama Pribadi dan bersama-sama

11 Besar bangunan Lebih kecil Lebih besar

12 Keberadaan Ciam Sie

Bisa ada dan bisa tidak ada Ada

Sumber: Diolah dari hasil wawancara dengan Peter Lesmana, Ketua MAKIN Jakarta Barat, 12 Mei 2017

Umat Khonghucu di DKI Jakarta sejauh ini tidak dapat diketahui jumlahnya. Beberapa faktor menjadi penyebabnya. Selain karena tidak adanya data163, juga disebabkan oleh jumlah umat yang beribadah di Kelenteng maupun Lithang tidak mewakili jumlah keseluruhan umat Khomghucu164. Sebab lainnya disinyalir masih ada

163 Wawancara dengan Peter Lesmana sebagai Ketua MAKIN Jakarta Barat, 12 Mei 2017

Page 223: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

215

umat yang kesehariannya beribadah secara Khonghucu namun dalam pencatatan identitas KTP masih tercantum sebagai umat Buddha atau Kristen, hal ini dapat dipahami sebagai imbas dari kebijakan pemerintah Orde Baru dengan diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967. dan salah satunya adalah pelarangan ajaran agama Khonghucu sehingga umatnya dipaksa untuk bergabung ke dalam agama Buddha.165

Untuk penganut Khonghucu di Kelenteng TMII, diperoleh informasi ada 100 orang penganut yang aktif ibadah setiap tanggal 1 dan 15 bulan Imlek. Jumlah anggota yang hadir saat ibadah tahunan cenderung meningkat terutama menjelang imlek hingga mencapai 200 orang. Dilihat dari sisi etnis, bahwa umat Khonghucu didominasi oleh umat beretnis Tionghoa, hal ini disebabkan selain karena kesamaan asal agama, juga lekat dengan budaya leluhur yang tidak dapat ditinggalkan begitu saja166.

Tabel 4: Sebaran Lithang, Kelenteng dan Rohaniawan di DKI

Jakarta

No Kota Tempt ibadah

Kepangkatan JmlJiaosheng Wenshi Xueshi

1 Jakarta Pusat Lithang

Js.WiryoJs. SuwandiJs. Liliany

Ws. AdjunWs. Vekky Xs. Ong 6

164 Wawancara dengan Rini Antika sebagai Pengelola Klenteng Kong Miao TMII, 16 Mei 2017

165 Wawancara dengan Liliany Lontoh sebagai Ketua MATAKIN DKI Jakarta, 9 Mei 2017

166 Wawancara dengan Peter Lesmana sebagai Ketua MAKIN Jakarta Barat, 12 Mei 2017

Page 224: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

216

2 Jakarta Barat Lithang Js. Nurjadi - - 1

3 Karjaya Sunter Lithang Js. Susanto

Js. Mingga

Ws.LieWs.

Chandra Setiawan

Xs. Masari SaputraXs. Bing

6

4 Jakarta Timur Klenteng - - -

-

5 Jakarta Selatan - - - -

-

Sumber: Diolah dari hasil wawancara dengan Liliany Lontoh, Ketua MATAKIN DKI Jakarta, 9 Mei 2017

Di DKI Jakarta, umat Khonghucu bernaung di bawah MATAKIN DKI Jakarta yang membawahi 4 MAKIN yakni MAKIN Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Jumlah rumah ibadah khusus Khonghucu (Lithang) sesuai dengan jumlah MAKIN yang ada yakni 4 buah, walaupun disinyalir jumlah tersebut bisa melebihi 4 buah karena semasa pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang agama, Kepercayaan, Adat Istiadat China banyak rumah ibadat seperti Kelenteng yang diambil alih oleh umat Buddha.

Ajaran Dan Peribadatan

Ajaran pokok

Agama didefinisikan sebagai seperangkat aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lainnya, dan manusia dengan lingkungannya. Agama berisikan ajaran mengenai kebenaran tertinggi dan mutlak tentang eksistensi manusia dan petunjuk untuk hidup selamat baik di dunia maupun di akhirat. Dengan demikian agama mengajarkan kepada

Page 225: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

217

manusia tentang aturan hidup menurut petunjuk Tuhan Yang Maha Esa.

Agama Khonghucu hadir di abad ke 6SM di tengah kekacauan politik, dan suasana keagamaan yang rawan di China. Agama Khonghucu meninggalkan kesan yang kuat dalam kehidupan dan kebudayaan China. Konghucu dianggap oleh China sebagai Guru yang pertama bukan karena ketiadaan Guru sebelum beliau, tetapi karena beliau memperbaiki kehidupan masyarakat167. Masa Khonghucu ini berada di tahun 551 SM168 beliau ini dikenal dengan nama Nabi Kongzi.169.

Agama Khonghucu adalah agama yang Amonotheis, yakni agama yang mempercayai dan meyakini adanya satu Tuhan atau percaya hanya pada satu Tuhan. Istilah Tuhan dalam agama Khonghucu dinamakan Thian untuk menunjuk kepada Allah Yang Maha Esa. Ajaran agama Khonghucu berisikan landasan jalan suci yang menegakkan firman Thian dan mengamalkannya hingga mencapai summun bonnum. Dengan kata lain bahwa ajaran agama Khonghucu adalah mengikuti jalan suci Tuhan Yang Maha Esa dan menegakkan jalan suci manusia.170 Agama ini disebut juga sebagai Ji Kauw dan Ru Jiao yang bermakna sebagai agama yang mengajarkan kelembutan atau agama bagi kaum terpelajar.171

167 Ulfat Aziz-Us-Samad. 1990. The Great Religion of the World. Peshawar :www. Aaiil. Org Hal. 97

168 M. Ikhsan Tanggok . 2005. Mengenal lebih dekat Agama Khonghucu di Indonesia. Jakarta : Pelita Kebajikan. Hal. 24

169 MATAKIN. 2016. Seri Genta Suci Konfuciani No. 42/2016 Edisi Sincia 2567, Jakarta : MATAKIN. Hal. 2

170 Ibid, Hal. 3

171 Ws Adjie Chandra. 2012. Sekilas Riwayat Haksu Tjhie Tjay Ing.

Page 226: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

218

Tiap umat Khonghucu wajib memahami, menghayati dan mengimani dasar keimanannya yang pokok, yang tersurat di dalam Bab Utama Ajaran Besar dan salam iman yang tersurat di dalam Kitab Shu Jing. Dalam Yijing dijelaskan bahwa Tuhan itu Maha Sempurna, dan Maha Pencipta (Yuan); Maha Menjalin, Maha Menembusi dan Maha Luhur (Heng); Maha Pemurah, Maha Pemberi Rahmat dan Maha Adil (Li) dan Maha Abadi Hukumnya (Zhen).172

Dalam Agama Khonghucu, dikenal juga konsep hubungan vertikal dengan Thian dan hubungan horizontal dengan sesama manusia. Dalam berbagai kesempatan, Nabi Kongzi menekankan pentingnya manusia memiliki ; tiga pusaka kehidupan dan tiga mutiara kebajikan.173

Ritual Puja Bakti

Ibadah dalam agama Khonghucu, di antaranya kebaktian/sembahyang baik di Lithang/Kelenteng maupun di rumah ditujukan kepada Thian174. Selain itu juga dengan melakukan kebaktian kepada Nabi, Para Suci, leluhur dan kemasyarakatan175. Dengan demikian, kebaktian dalam Agama Khonghucu bisa bersifat mengucap rasa syukur, mengingat jasa para Nabi dan para Suci, juga menjadikan hidup senantiasa diwarnai oleh aneka manfaat bagi sesama.

Banyaknya kebaktian dan ketika tidak ada larangan untuk melakukannya, untuk mengurangi tingkat keseringan pelaksanaan upacara selanjutnya disiasati dengan melakukan penggabungan upacara.

Jakarta : MATAKIN. Hal. 21172 Ibid, Hal. 23173 Ibid, Hal. 24174 MATAKIN. 1984. Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama

Khonghucu. Solo : MATAKIN. Hal. 35175 Ibid

Page 227: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

219

Tabel 3. Struktur Altar pada Lithang di DKI Jakarta

No Area Komponen Makna

1 Altar belakang

Arca nabiKitab suci Shu siTempat bakar surat do’aTempat api dari kaca

Lilin sepasangSimbol keseimbangan dan keserasian

Bunga sepasang Lambang kesejahteraan

2 Altar depan

Khiolo (tempat dupa) Persembahan

Lilin sepasangSimbol keseimbangan dan keserasian

Swanlo (tempat membakar wewangian)Lak chu (alat untuk mengambil api dan menyalakan lilin)Tok ui (spanduk bergambar kilin yaitu sepasang naga),

Nabi Khongzi sewaktu lahir menampakkan diri

Bok Tok bertuliskan “setia kepada Tuhan, tepa salira kepada agama”

Lambang bahwa Nabi Khongzi membawa firman Thian

Kitab kumala bertuliskan “akan lahir seorang raja tanpa mahkota” yang disemburkan dari kilin ke depan ibu Gan Thin Cay

Lambang Nabi Khongzi dilahirkan membawa misi dari Thian

Sumber: Diolah dari hasil wawancara dengan Liliany Lontoh, Ketua MATAKIN DKI Jakarta, 15 Mei 2017

Sarana ibadat umat Khonghucu terlihat dari fasilitas yang dimiliki oleh Lithang atau Kelenteng. Sarana ibadat tersebut dapat berupa meja sembahyang, persembahan, alat upacara, maupun upacara yang dilaksanakan. Banyaknya ummat Khonghucu yang beribadah di Lithang atau

Page 228: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

220

Kelenteng karena adanya fasilitas, prosesinya lengkap dan lebih hikmat176.

Berdasarkan Tabel 3 sebagaimana di atas, dapat disebutkan bahwa altar pada Lithang secara sederhana terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu altar belakang dan altar depan. Masing-masing bagian altar tersebut memiliki fungsi tersendiri sesuai dengan makna yang dikandungnya dan diharapkan dapat dipelajari dan diteladani oleh umat Khonghucu.

Tabel 4: Shengmin pada Klenteng Khong Miao TMII

No Nama shengmin Atribut Eksistensi

1 Kwan im nio nio Welas asih Spirit2 Tian Shang

Sheng Mu Penyelamat manusia Spirit3 Fu De Zheng Sen Mengatur semua hal di

bumi Spirit4 Xuan Tian Shang

Di Malaikat bintangutara Spirit5 Guang Gong Adil dan bersahabat Nyata6 Guang Ze Zun

Wang Berbakti pada orang tua NyataSumber : Diolah dari hasil wawancara dengan Rini Antika,

Pengelola Klenteng Khong Miao, 14 Mei 2017

Selanjutnya ketika beribadah di Kelenteng, maka umat agama Khonghucu dapat melakukan kebaktian kepada para suci atau Shengmin. Ibadah ini mencerminkan tingkat ketaatan yang tinggi sekaligus sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai contoh pada Tabel 4, dalam suatu Kelenteng, shengmin lengkap

176 Wawancara dengan Liliany Lontoh, Ketua MATAKIN DKI Jakarta, 15 Mei 2017

Page 229: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

221

dapat dijumpai.

Seluruh rangkaian kebaktian tersebut harus mengacu pada kebaktian secara umum, yang meliputi ; persiapan, penaikan dupa, penaikan do’a, penghormatan, nyanyian pembuka, khotbah 1, nyanyian pujian, khotbah 2, nyanyian pujian, warta-warta, do’a penutup dan nyanyian penutup.

Ajaran etika/moral

Dalam ajaran Khonghucu, jalan suci Thian dapat ditempuh melalui delapan pengakuan keimanan, yaitu ; 1). Sing Sien Hong Thian, artinya: sepenuh iman percaya kepada Tuhan yang Maha Esa; 2). Sing Cun Khoat Tik, artinya : sepenuh iman menjunjung kebajikan; 3). Sing Liep Bing-Bing, artinya: Sepenuh iman menegakkan firman Gemilang; 4). Sing Ti Kwi Sien, artinya: sepenuh iman menyadari adanya nyawa dan roh; 5). Sing Yang Hau Su, artinya: sepenuh iman menempuh cita berbakti; 6). Sing Sun Bok Tok, artinya: sepenuh iman mengikuti genta rohani; 7). Sing Khiem Su Si, artinya: sepenuh iman memuliakan kitab Su Si; 8). Sing Hing Tai Too, artinya: sepenuh iman menempuh jalan suci177. Keimanan yang pokok bagi umat Khonghucu terkandung di dalam bab utama kitab Zhong Yong, bab utama kitab Da Xue dan salam seiman yang terkandung dalam kitab Shu Jing.178

177 Bidang Bimas Khonghucu. 2012. Kitab Pengantar Membaca Shi Su (Kitab Yang Empat) Kitab Suci Agama Khonghucu. Jakarta : PKUB. Hal. 47

178 Ibid, Hal. 47

Page 230: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

222

Kitab Suci

Kitab suci agama Khonghucu sampai pada bentuknya yang sekarang mengalami perkembangan yang sangat panjang. Kitab suci yang tertua berasal dari Yao (2357-2255 sM) atau bahkan bisa dikatakan sejak Fu Xi (30 abad SM). Yang termuda ditulis cicit murid Kongzi, bernama Mengzi (wafat 289 SM), yang menjabarkan dan meluruskan ajaran Kongzi, yang waktu itu banyak diselewengkan. Kitab suci yang berasal dari Nabi Purba sebelum Kongzi, ditambah Chunqiujing (Kitab atau Catatan Jaman Cun Ciu/ Musim Semi dan Musim Rontok) yang ditulis sendiri oleh Kongzi, sesuai dengan wahyu Tian, kemudian dihimpun Kongzi dalam sebuah Kitab yang disebut Wujing.

Beberapa saat sebelum wafat, Nabi Kongzi mempersembahkan Wujing dalam persembahyangan kepada Tian. Wujing Five Classics sebagai kitab suci yang lima (The five books of old testement) terdiri atas :

Shijing (Kitab Sanjak), yang berisi nyanyian religi, puji-pujian akan keagungan Tian dan nyanyian untuk upacara di istana,

Shujing (Kitab Dokumentasi Sejarah Suci), yang berisi sejarah suci Agama Khonghucu,

Yijing, berisi tentang penjadian alam semesta, sehingga mereka yang menghayati Kitab ini akan mampu menyibak takbir kuasa Tian dengan segala aspeknya,

Lijing (Kitab Kesusilaan), yang berisi aturan dan pokok-pokok kesusilaan dan peribadahan, serta

Chunqiujing. Pokok-pokok ajaran dan sabda-sabda Nabi Kongzi sendiri, kemudian dihimpun oleh murid-

Page 231: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

223

muridnya dalam sebuah Kitab Suci yang disebut Si Shu (Kitab Suci Yang Empat)179.

Si Shu yang merupakan kitab suci yang empat (The four books of old testement) terdiri atas :

Daxue (Ajaran Agung/Besar) yang berisi bimbingan dan ajaran pembinaan diri, keluarga, masyarakat, negara dan dunia. Daxue ditulis oleh Zengzi atau Zengshen, murid Kongzi dari angkatan muda,

Zhongyong (Tengah Sempurna) yang berisi ajaran keimanan Agama Khonghucu. Zhongyong ditulis oleh Zisi atau Kongji, cucu Kongzi,

Lunyu (Sabda Suci) yang berisi percakapan Kongzi dengan murid-muridnya. Kitab ini dibukukan oleh beberapa murid utama Kongzi, yang waktu itu berjumlah 3.000 murid, dimana 72 orang diantaranya tergolong murid utama, dan

Kitab Mengzi yang ditulis Mengzi. Kitab ini terdiri atas tujuh jilid yang merupakan kumpulan tulisan yang mencatat ajaran dan percakapan Mengzi dalam menghadapi kemelut di zamannya.180

Hari suci

Hari yang dianggap suci oleh penganut Agama Khonghucu yang banyak orang kenal di antarannya adalah ; Tahun baru Imlek, Cap Go Meh, dan Cheng Beng. Meski demikian, masih banyak hari lainnya yang dianggap suci

179 Ibid, Hal. 42-44180 Ibid, Hal. 45-46

Page 232: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

224

oleh umat Khonghucu. Di antara hari suci tersebut, ada yang digunakan untuk sembahyang atau merayakan suatu peringatan tertentu.

Tabel 5. Hari Suci Agama Khonghucu

No Penanggalan Hari Keterangan

1 1 Cia Gwee Tahun baru Imlek

2 9 Cia Gwee Kheng Thi KongSembahyang Besar kepada Tuhan YME

3 15 Cia Gwee Cap Go Meh

4 18 Ji Gwee Wafat Nabi Khonghucu

5 4/5 April Cheng Beng Berziarah ke makam leluhur

6 5 Go Gwee Peh Cun Diadakan lomba perahu naga

7 7 Chit Gwee Keterampilan8 15 Chit Gwee Arwah leluhur

9 15 Peh Gwee Hari raya kue bulan Sembahyang Tiong Chiu

10 27 Peh Gwee Lahir Nabi Khonghucu

11 15 Cap GweeSembahyang Besar kepada malaikat bumi

12 21/22 Desember Genta Rohani

13 24 Cap Ji Gwee Malaikat dapur naik

14 29 Cap Ji Gwee Sembahyang kepada leluhur

15 1/15 setiap bulan Imlek

Sembahyang kepada kemuliaan Tuhan

Sumber: Dirangkum dari berbagai sumber (di antaranya

Page 233: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

225

MATAKIN. 1984. Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu. Solo : MATAKIN)

Berdasarkan Tabel 5 di atas, dapat disimpulkan bahwa hari suci Agama Khonghucu dapat ditemukan setidaknya dua kali dalam satu bulan, bila dirata-ratakan selama satu tahun, maka hampir setengahnya pada bulan-bulan berjalan, umat Khonghucu merayakan hari sucinya dengan cara bersembahyang.

Relasi Sosial Inter dan Antar Agama

Pengurus MATAKIN Provinsi DKI Jakarta dan MAKIN Kota se DKI Jakarta sebagaimana organisasi pada umumnya terdiri atas berbagai jabatan seperti unsur ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan berbagai unsur ketua bidang. Semua jabatan tersebut diadakan dalam rangka memudahkan pembagian kerja di antara pengurus bersangkutan. Hubungan antar anggota pengurus majelis diluaran penyelenggaraan musyawarah bersifat informal. Artinya, sesama pengurus dapat melakukan hubungan biasa.

Relasi sosial MATAKIN Provinsi DKI Jakarta dengan majelis agama lainnya berjalan cukup baik terutama dengan unsur majelis. Hubungan mana dibuktikan dengan diakuinya pengurus MATAKIN untuk menjadi salah satu anggota FKUB Provinsi DKI Jakarta. Belum lagi hubungan di luar FKUB, seperti dalam organisasi lintas sektoral semisal Forum Harmoni Umat Bangsa atau Forum Cinta Tanah Air.

Kerjasama MATAKIN Provinsi DKI Jakarta juga

Page 234: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

226

dilakukan dengan Rumah Sakit dalam hal pelayanan kedukaan, kerjasama dengan PEMDA DKI Jakarta terkait Keluarga Berencana dan lain sebagainya181.

Menyangkut pergaulan di antara masyarakat luas (antar penganut agama), penganut agama Khonghucu relatif cukup terbuka. Namun demikian, umat Khonghucu yang kebanyakan beretnis Tionghoa nampaknya kurang dapat bergaul dengan non Tionghoa, kalau ada orang asing yang belum dikenal masuk ke sebuah gang contohnya, maka mereka cenderung tertutup182, kecuali bila pergaulannya berbentuk kerjasama usaha183.

Secara eksternal, saling menghormati antar pemeluk agama terjadi terutama dengan sesama penduduk Tionghoa saat malam tahun baru imlek. Dalam beberapa tahun belakangan ini bahkan ada suatu fenomena baru yang menarik untuk dicermati yaitu ikut dirayakannya imlek di Gereja ataupun di Vihara. Sementara itu, hubungan dengan kalangan Muslim sejauh ini masih sangat kondusif di tengah adanya kekhawatiran akan efek tindakan Ahok dengan kasus penodaan agamanya dapat mempengaruhi relasi sosial di DKI Jakarta. x

Relasi sosial antara umat Khonghucu yang diwakili oleh MAKIN Kota dan MATAKIN Provinsi dengan pemerintah juga berjalan dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan kehadiran perwakilan pemerintah baik

181 Wawancara dengan Liliany Lontoh sebagai Ketua MATAKIN DKI Jakarta, 9 Mei 2017

182 Wawancara dengan Lie Adjan sebagai Pengurus Lithang Jakarta Pusat, 15 Mei 2017

183 Wawancara dengan Lie Adjan sebagai Pengurus Lithang Jakarta Pusat, 15 Mei 2017

Page 235: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

227

dari pemerintah daerah maupun Kemenag (baik kabupaten/kota maupun dari kantor wilayah provinsi) dalam berbagai acara seperti pelantikan pengurus MAKIN/ MATAKIN ataupun kegiatan lainnya.

Konflik Yang Pernah Terjadi

Sejauh ini belum ada konflik yang memasuki tahapan agresi (yaitu kekerasan yang berhadapan dengan kekerasan) antar agama Khonghucu dengan berbagai agama lainnya. Meskipun demikian, tercatat beberapa gesekan yang terjadi utamanya antara umat Khonghucu dengan ummat Kristiani dan Buddha. Pertama, terkait dengan masalah pengambilalihan Klenteng sebagai tempat ibadah umat Buddha.184

Kedua, konflik dalam bidang pendidikan. Pernah ada kasus di suatu sekolah di mana kepala sekolah beragama lain namun mengajak siswa beragama Khonghucu untuk belajar agama lain. Meski di sana memaang tidak ada guru agama Khonghucu, namun seharusnya pengajaran agama tersebut diserahkan kepada Majelis agama Khonghucu untuk dicarikan gurunya. Upaya konversi agama Khonghucu ke Kristen/Katolik/Buddha lebih banyak terjadi lewat media pendidikan. Hal ini terjadi karena di sekolah tersebut hampir tidak ada guru agama Khonghucu, sehingga siswa ikut ke ajaran lain185.

184 Wawancara dengan Js Dra. Tan Minggayani sebagai Koordinator Bidang Pendidikan MATAKIN Provinsi DKI Jakarta, Peter Lesmana sebagai Ketua MAKIN Jakarta Barat, 12 Mei 2017, Liliany Lontoh sebagai Ketua MATAKIN DKI Jakarta, 9 Mei 2017

185 Wawancara dengan Liliany Lontoh sebagai Ketua MATAKIN

Page 236: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

228

Layanan Keagamaan

Pelayanan Pendidikan

Dalam hal pendidikan, umat Khonghucu masih memiliki berbagai keluhan meskipun pemerintah telah mengeluarkan PP No. 5 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan bagi Umat Agama Khonghucu dan memasukan pendidikan agama Khonghucu dalam kurikulum nasional. Peraturan Menteri Pendidikan nasional Bo. 47 tahun 2008 tentang standarisasi Isi mata pelajaran Agama Khonghucu. Didukung pula dengan terbitnya PP Menteri Pendidikan Nasional Nomor 48 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Agama Khonghucu, Pada pasal 45 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan Khonghucu diselenggarakan oleh masyarakat pada jalur pendidikan formal, non formal, dan informal.

Pada kenyataannya, masih banyak sekolah yang belum memberikan pendidikan keagamaan yang seharusnya kepada pemeluknya, terutama penganut agama Khonghucu.186 Sebagai contoh, seharusnya bila sekolah tidak menyediakan guru sesuai dengan agama penganut agama Khonghucu, maka sekolah dapat menyerahkan pendidikan tersebut kepada tempat ibadah agama bersangkutan, dalam hal ini kepada Kelenteng atau Lithang. Namun ternyata semua hal tersebut tidak terjadi, alih-alih menyerahkan kepada pihak lain yang berkompeten dalam memberikan pendidikan keagamaan, malahan pada beberapa sekolah swasta malahan diberikan pengajaran dalam mata pelajaran

DKI Jakarta, 9 Mei 2017186 Wawancara dengan Liliany Lontoh sebagai Ketua MATAKIN

DKI Jakarta, 9 Mei 2017, Js Dra. Tan Minggayani sebagai Koordinator Bidang Pendidikan MATAKIN Provinsi DKI Jakarta 9 Mei 2017

Page 237: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

229

agama di luar keyakinan siswa yang beragama Khonghucu ini.

Tabel 6: Rekapitulasi Sekolah yang Menyelenggarakan Pendidikan Agama Khonghucu

No Nama sekolah Status Sekolah Jenis layanan

1 Sekolah Cinta Kasih Tsu Chi, Cengkareng Swasta Reguler

2 Jakarta Intercultural School, Cilandak Swasta Reguler

3 Sekolah Pah Tzung, Cengkareng Swasta Reguler

4 SMAN 77, Cempaka Putih, Jakarta Pusat Negeri Reguler

5 SMAN 17 Mangga Besar, Jakarta Pusat Negeri Reguler

6 Sekolah Tunas Bangsa, Meruya Swasta Reguler7 SMP Mahatma Gading, Kelapa

Gading Swasta Reguler

8 SMA Mahatma Gading, Kelapa Gading Swasta Reguler

9 SMAK 10 BPK Penabur, Kelapa Gading Swasta Diserahkan

ke Lithang

10 SDK 4 St Mr. Joseph, Kelapa Gading Swasta Diserahkan

ke Lithang11 SDK 4 St Theresia, Kuningan Swasta Diserahkan

ke Lithang12 SMPK 7 BPK Penabur, Kelapa

Gading Swasta Diserahkan ke Lithang

13 SDS Yayasan Katholik, Sunter Swasta Sekolah minggu

14 TK Sunter Swasta S e k o l a h minggu

15 SMAN 78 Kemanggisan Negeri S e k o l a h minggu

Sumber: Diolah dari hasil wawancara dengan Liliany Lontoh, Ketua MATAKIN DKI Jakarta, 15 Mei 2017

Dari sisi guru agama Khonghucu yang volunteer di sekolah ada kemungkinan tidak diberikan UMP Propinsi. Belum lagi pengakuan sekolah yang belum maksimal dalam menerima keberadaan guru agama Khonghucu yang seakan tidak memperhatikannya. Hal ini terjadi karena belum ada

Page 238: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

230

juklak dan juknisnya oleh Kemenag. Secara administrasipun ketika kolom agama dalam form pendaftaran pilihannya belum ada pilihan agama Khonghucunya, melainkan berupa titik-titik. Hal tersebut juga terjadi dalam Buku induk pendidikan di sekolah, Daftar Dapodik, Raport, Kelulusan dan Ijazah.187

Selanjutnya meskipun sekolah sudah ada yang menerima agama Khonghucu sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan, namun bukannya tanpa masalah, Hal tersebut ditemukan dalam kasus menilai ujian praktek agama yang tidak diserahkan kepada guru agama Khonghucu tetapi kepada guru lain agama yang tersedia di sekolah tersebut.

Dari tampilan yang tertera sebagaimana Tabel 6 di atas dapat disimpulkan bahwa baru 15 sekolah yang menyelenggarakan pendidikan agama Khonghucu yang rata-rata berada di sekolah swasta. Selain jenis layanan pendidikan reguler dalam hal ini adalah kelas clasical.

Pelayanan Kependudukan

Secara umum, ada perasaan dari sebagian umat bahwa umat Khonghucu akan dihambat, sehingga keluarga yang sudah pindah ke agama lain juga tidak mau pindah lagi ke agama Khonghucu karena takut ada perkara seperti masa lalu188. Maka dari itu, masalah pelayanan pemerintah

187 Wawancara dengan Js Dra. Tan Minggayani sebagai Koordinator Bidang Pendidikan MATAKIN Provinsi DKI Jakarta

188 Wawancara dengan Js Dra. Tan Minggayani sebagai Koordinator Bidang Pendidikan MATAKIN Provinsi DKI Jakarta

Page 239: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

231

terkadang selalu dikaitkan dengan perasaan ini. Terkait pelayanan kependudukan ini meliputi pengurusan ; KTP, Akta Lahir,Akta nikah, dan pemakaman. Dalam hal ini, permasalahan KTP tidak terletak ditangan pemerintah tetapi lebih kepada pihak umat yang enggan untuk berganti status agama di KTP. Selain karena anggapan masalah KTP hanya berupa catatan saja, yang penting sembahyang tetap ke Kelenteng.189

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan penganut Khonghucu, sampai sekarang ini ternyata masih ada masalah tentang akta lahir di mana status anak berasal dari ibu bukannya ayah, karena orang tua dahulu tidak menikah di catatan sipil. Dahulu memang akibat pernikahan yang tidak dicatatkan di pencatatan sipil menjadikan status anak dalam sebuah keluarga Khonghucu hanya dapat dinisbatkan kepada ibunya dalam KK. Seiring dengan waktu meskipun sekarang keberadaan agama Khonghucu sudah diakui berikut hak-hak sipilnya namun masalah perubahan status tersebut masih sangat sulit dilakukan.190

Dalam melaksanakan prosesi pernikahan, umat Khonghucu dapat melaksanakannya di tempat ibadah, baik di Lithang maupun di Kelenteng dengan tentunya mencatatkan pernikahan ke pencatatan sipil. Pada beberapa tahun terakhir, pernikahan ini sudah mendapatkan banyak kemudahan dari instansi terkait.

Ketika umat ada yang mendapati kematian pada

189 Wawancara dengan Rini Antika sebagai pengelola Klenteng Kong Miao, 18 Mei 2017

190 Wawancara dengan Rini Antika sebagai pengelola Klenteng Kong Miao, 18 Mei 2017

Page 240: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

232

keluarga atau kerabat, pemakaman dilakukan di tempat terdekat. Biasanya di tempat pemakaman umum. Untuk proses penguburannya secara izin sudah tidak sesulit dahulu.

Layanan Keagamaan yang Dibutuhkan

Selain layanan kependudukan yang diperlukan umat Khonghucu, ternyata ada layanan lain yang sangat diperlukan, yaitu layanan keagamaan. Hasil wawancara kepada beberapa narasumber menghasilkan beberapa temuan penting di antaranya :

Bidang Status Hukum: Pemulihan harus dilakukan oleh Kementerian terkait (Sekneg dan Mendagri) terkait aturan perundang-undangan eksistensi agama Khonghucu.191 Karena Inpres yang mencabut pelarangan simbol-simbol Khonghucu untuk tampil di publik belum dieksekusi secara sempurna. Misalnya ; Hari keagamaan Imlek masih dianggap “tradisi” bukannya upacara keagamaan, sehingga bisa dilaksanakan di Gereja atau Vihara. Padahal Imlek sebagai upacara keagamaan adalah eksklusif milik umat Khonghucu. Bidang Keagamaan: Pendirian rumah ibadah, karena selama ini Kelenteng jadi rumah ibadah, itupun berbagi dengan 2 agama lainnya yaitu Buddha dan Tao (Tri Dharma). Selama ini tempat ibadah yang sudah turun temurun dipaksa di masa lalu menjadi Vihara. Di sini ada pemenjaraan dan stigma terhadap tempat ibadah agar konversi jadi Vihara.192

191 Wawancara dengan Js Dra. Tan Minggayani sebagai Koordinator Bidang Pendidikan MATAKIN Provinsi DKI Jakarta

192 Wawancara dengan Js Dra. Tan Minggayani sebagai Koordinator Bidang Pendidikan MATAKIN Provinsi DKI Jakarta, Peter Lesmana

Page 241: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

233

Ada kesengajaan pembatasan hak beribadah dengan cara mereka menyelenggarakan kegiatan Tri Dharma, yaitu di Kelenteng agama yang tiga (Khonghucu, Buddha dan Tao), maka masalah Tri Dharma harus diselesaikan (harus diberi ketentuan jam dan tempatnya).193

Penyelesaian peruntukkan Kelenteng yang saat ini masih digunakan oleh Tri Dharma. Hal tersebut didasarkan pada fakta historis dan peninggalan ornamen fisik adalah tipikal Kelenteng (berasal dari ajaran Khonghucu yang terdapat pada kitab suci Shi Shu). Dengan demikian diharapkan Kemenag dapat memediasi Majelis Agama Khonghucu dengan Majelis Agama Buddha terkait masalah pengelolaan Kelenteng yang hendaklah difungsikan ke semula, termasuk dalam hal ornamen disesuaikan kembali dengan Kitab Suci Shu Shi.194 Ajaran dikembalikan ke fitrahnya karena dahulu dipersepsikan terjadi sinkretisme agama, padahal yang sebenarnya agama Khonghucu tidak demikian.195

Alat-alat pemujaan yang ada di Kelenteng juga menurut umat Khonghucu hendaklah dikembalikan pada fungsi semula karena manyangkut kekhusuan. Indikasinya lihat di kitab suci, jangan sampai nama shengmin dibajak oleh agama lain padahal tidak ada dalam kitab sucinya.196

sebagai Ketua MAKIN Jakarta Barat, 12 Mei 2017, Liliany Lontoh sebagai Ketua MATAKIN DKI Jakarta, 9 Mei 2017

193 Wawancara dengan Js Dra. Tan Minggayani sebagai Koordinator Bidang Pendidikan MATAKIN Provinsi DKI Jakarta

194 Wawancara dengan Peter Lesmana sebagai Ketua MAKIN Jakarta Barat, 12 Mei 2017

195 Wawancara dengan Peter Lesmana sebagai Ketua MAKIN Jakarta Barat, 12 Mei 2017, Js Dra. Tan Minggayani sebagai Koordinator Bidang Pendidikan MATAKIN Propinsi DKI Jakarta

196 Wawancara dengan Js Dra. Tan Minggayani sebagai Koordinator Bidang Pendidikan MATAKIN Propinsi DKI Jakarta

Page 242: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

234

Bidang Pelayanan Hak Sipil: Perlunya sosialisasi tentang pengembalian hak sipil umat Khonghucu ke aparatur birokrasi sampai di tingkat bawah yang kebanyakan belum mengetahui dan seakan mempersulit pelayanan.197 Bidang Pembinaan Umat: Rekrutmen penyuluh agama yang sangat penting bagi pelayanan terhadap umat terutama dalam hal pelayanan duka dan rohaniawan agama. Bidang Pendidikan: Buku ajar pendidikan agama Khonghucu di sekolah internasional sangat dibutuhkan.198 Juga selama ini belum ada guru Agama Khonghucu yang diangkat sebagai PNS. Bidang Keorganisasian: Penanganan masalah umat Khonghucu hendaklah dilakukan oleh wakil umat Khonghucu, karena ia pastinya memahami masalah umat Khonghucu dan akan memperjuangkan pengembalian pengelolaan Klenteng ke umat Khonghucu.199 Dualisme organisasi yaitu keberadaan MATAKIN dengan PARAKIN di mana pemerintah harus turun tangan menangani ini200.

Potensi Konflik serta Penyelesaiannya

Keberadaan umat Khonghucu di DKI Jakarta ditunjukkan oleh tumbuh dan berkembangnya agama ini di daerah penelitian. Perkembangan Agama Khonghucu di DKI Jakarta (Batavia dahulu) sudah sejak lama, yaitu tahun 1729, dibuktikan dengan diketemukannya Shu Yuan, semacam pesantren yang memberikan pendidikan tentang agama

197 Wawancara dengan Lie Suprijadi sebagai FKUB DKI Jakarta, 19 Mei 2017

198 Wawancara dengan Liliany Lontoh sebagai Ketua MATAKIN DKI Jakarta, 15 Mei 2017

199 Wawancara dengan Peter Lesmana sebagai Ketua MAKIN Jakarta Barat, 12 Mei 2017

200 Wawancara dengan Peter Lesmana sebagai Ketua MAKIN Jakarta Barat, 12 Mei 2017

Page 243: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

235

Khonghucu (Ru Jiao) bernama Ming Cheng Shu Yuan, yang bermakna “Taman kitab pendidikan menggemilangkan iman”.

Maju ke zaman kemerdekaan berdirilah Khong Kauw Hwee di Jakarta yang menjadi cikal bakal MAKIN dan MATAKIN di berbagai daerah. Semangat kebersamaan semakin terlihat dengan perkembangan kalangan Tionghoa beserta dengan Agama Khonghucunya. Namun tidak berselang lama, selepas tahun 1965 sejak dimulainya Orde Baru, hal-hal yang berkaitan dengan kalangan Tionghoa beserta dengan agama Khonghucu mendapatkan tekanan dari pemerintah saat itu. Seiring waktu, Orde Baru inipun surut dan mulailah dibuka era Orde Reformasi yang mengembalikan kondisi kalangan Tionghoa beserta dengan agama Khonghucu ke posisi semula.

Pasang surut dinamika perkembangan agama tidak terkecuali dialami juga oleh umat Khonghucu. Kurun waktu dalam masa perkembangan inilah memungkinkan terjadinya interaksi dengan berbagai agama dan aliran dalam bidang kehidupan sehari-hari. Membuka kemungkinan akan relasi positif maupun negatif dengan berbagai umat dan masyarakat.

Beberapa konflik yang rawan muncul, yaitu ; efek dari konversi agama, konflik dalam menggunakan Kelenteng, kegiatan misionari (agama non Khonghucu) yang terselubung dan masalah dalam pengajaran terhadap siswa beragama Khonghucu di sekolah yang tidak ada pengajar beragama Khonghucu.Adanya konflik dalam hal pengajaran, konflik terkait konversi agama maupun konflik penggunaan Kelenteng selama ini belum terselesaikan dengan baik sehingga rawan terjadinya tingkat eskalasi yang lebih tinggi di masa yang akan datang.

Page 244: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

236

Kebutuhan Layanan Keagamaan Saat Ini

Di antara dua masalah pelayanan yang diberikan pemerintah, yaitu pelayanan pendidikan dan layanan kependudukan, maka pelayanan pendidikan inilah yang paling banyak ditemukan permasalahan. Namun demikian terhadap kondisi ini tidak dapat berdiri sendiri dan selesai hanya dengan menyelesaikan satu aspek saja, melainkan harus semua aspek terselesaikan sehingga dapat saling bersinergi. Aspek pendidikan yang paling banyak mencatatkan permasalahan di antaranya ;

Kekurangan SDM guru yang dapat melayani kebutuhan pendidikan agama Khonghucu bagi siswa dari umat Khonghucu,

Kekurangan juklak dan juknis yang akan dapat memberikan pemahaman akan akses pendidikan yang seharusnya dapat diterima umat Khonghucu,

Kekurangan bahan ajar terutama bagi sekolah-sekolah internasional yang ada di DKI Jakarta,

Pemahaman yang kurang dari stakeholders pendidikan terhadap hak mendapatkan pendidikan terhadap umat Khonghucu.

Adapun layanan yang dibutuhkan umat Khonghucu yang paling utama dapat disebutkan sebagaimana berikut ;

Bidang status hukum merupakan bidang yang paling krusial dan vital untuk dapat menyelesaikan permasalahan umat Khonghucu. Hal ini dapat dipahami karena hulu solusi adalah mengenai penyelesaian status hukum terlebih dahulu sehingga bidang lainnya dapat terurai dengan terukur dan teratur. Tingkat

Page 245: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

237

perkembangan Agama Khonghucu sejak dipulihkan kembali hingga hari ini sebenarnya sudah hampir dua dasawarsa, namun di dalam persepsi umat Khonghucu nampaknya perkembangan agamanya seolah berjalan di tempat. Sebenarnya tidak cukup setelah status hukum dipulihkan sepenuhnya, tetapi juga aturan pelaksanannya juga perlu dipahami sampai ke tingkat grass root.

Bidang keagamaan menjadi kebutuhan kedua bagi umat Khonghucu. Hal ini disebabkan sengkarut masalah pengembalian rumah ibadah Kelenteng ke pengelolaan umat Khonghucu belum menemukan titik temu. Sengkarut masalah yang ditemukan di antaranya ; pembatasan hak beribadah dan pengembalian ajaran dan simbol keagamaan. Solusi yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan bidang keagamaan bila tidak dapat mengatasi masalah peruntukkan tempat ibadah adalah dengan mendirikan tempat ibadah baru yang dibantu fasiltasi oleh pemerintah. Beberapa bahan pertimbangan diyakini tidak akan menabrak aturan, karena. Pertama, selama ini, perkembangan agama lain pun dibantu oleh pemerintah, ke dua, kerugian immaterial umat Khonghucu selama ini dengan adanya aturan pembatasan sejak Orde Baru dapat dipulihkan dengan pengembalian hak sipil ke titik semula.

Berdasarkan paparan di atas dapat disebutkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Di antara 2 masalah pelayanan yang diberikan pemerintah, yaitu pelayanan pendidikan dan layanan kependudukan, maka pelayanan pendidikan inilah yang paling banyak ditemukan permasalahan. Namun demikian terhadap kondisi ini tidak dapat berdiri sendiri

Page 246: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

238

dan selesai hanya dengan menyelesaikan satu aspek saja, melainkan harus semua aspek terselesaikan sehingga dapat saling bersinergi.

Layanan yang dibutuhkan umat Khonghucu yang paling utama dapat disebutkan sebagaimana berikut:Pertama, bidang status hukum berupa pemulihan status hukum dipulihkan sampai sosialisasi aturan pelaksanaan hingga ke tingkat grass root. Kedua, bidang keagamaan yaitu mulai dari pengembalian rumah ibadah Kelenteng ke pengelolaan umat Khonghucu sampai kepada pengembalian ajaran dan simbol keagamaan. Ketiga, bidang pelayanan hak sipil, Keempat, bidang pembinaan umat, Kelima, bidang pendidikan, Keenam, bidang keorganisasian.

Penelitian ini tidak menemukan adanya konflik atau gesekan yang bersifat fisik. Namun tercatat konflik terselubung yang terjadi yaitu ; gesekan mengenai fungsi rumah ibadah Kelenteng, konflik dalam bidang pendidikan dan konflik akibat konversi agama terselubung. Relasi sosial ummat Khonghucu dengan masyarakat masih terbatas pada bidang-bidang tertentu. Sedangkan relasi dengan pemerintah menunjukkan hubungan yang erat.

Page 247: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

239

Bagian X

UMAT KHONGHUCU SEMARANGOleh: Suhanah dan Asnawati

Sejarah Khonghucu di Semarang

Terkait dengan sejarah berdiri dan perkembangan agama Khonghucu di Semarang yang di fokuskan di Klenteng Tay Kak Sie yang merupakan kelenteng tertua yang didirikan pada tahun 1746. Kelenteng ini berada di Jalan Gang Lombok No 62 Pecinan Semarang. Klenteng ini menjadi salah satu obyek wisata religi di Kota Semarang. Kelenteng Tay Kak Sie pada mulanya hanya untuk memuja Dewi Kwan Sie Im Po Sat, Yang Mulia Dewi Welas Asih, kemudian berkembang menjadi Kelenteng yang juga memuja Dewa Dewi Tao lainnya. Kelenteng ini selalu ramai dikunjungi umat Tri Dharma saat berlangsungnya perayaan Imlek. Warga Tionghoa silih berganti melakukan sembahyang di klenteng tua ini sepanjang malam pergantian tahun.

Salah satu problem terkait data umat Khonghucu saat ini adalah soal identitas sebagai pemeluk Khonghucu. Banyak ditemui umat Khonghucu yang masih ragu untuk mengganti KTP yang sebelumnya dengan menuliskan selain agama Khonghucu di kolom KTP nya, meskipun regulasi sudah mengaturnya dan diberi kemudahan. Dari PKUB telah melakukan sosialisasi kepada umat Khonghucu bahkan dari pihak rohaniwan telah menyampaikan kepada umat akan membantu dalam pengurusan tanpa harus mengurus sendiri, hanya tinggal foto di dinas catatab sipil,

Page 248: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

240

untuk mencantumkan atau merubah kolom agama yang lama menjadi Khonghucu. (Wawancara dengan ketua yayasan kematian, Bapak Sunaryo). Alasannya sampai saat ini belum juga mau mengubahnya karena usia sudah tidak muda lagi.

Di Kota Semarang terdapat 36 buah Klenteng satu diantaranya adalah Klenteng Tai Kak Sie yang merupakan Klenteng tertua di Kota Semarang. Klenteng Tai Kak Sie ini berdiri pada tahun 1746 yang berada di kawasan Pecinan Jalan Lombok No. 62 Kota Semarang. Pendiri Klenteng ini adalah Khuuw Ping Cxu Peng. Di kawasan Pecinan ini terdapat tradisi umat Khonghucu, dimana pada kawasan ini terdapat pasar Semawis yang didalamnya terdapat penjualan berbagai aneka ragam dagangan seperti pakaian, minuman, makanan dan aneka mainan anak-anak serta asesoris bagisemua kalangan. Para pedagang yang yang berjualan di pasar Semawis ini tidak hanya etnis Cina melainkan dari berbagai etnis dan berbagai agama. Makanan yang dijual juga tidak hanya makanan halal bagi umat Islam tetapi makanan khusus untuk etnis cinapun tersedia seperti sate daging babi dan baso mengandung minyak babi. Para pengunjung bukan hanya orang cina tetapi banyak juga terlihat orang-orang Islam baik yang berjilbab maupun tidak pada berdatangan. Pencetus dari diadakannya pasar Semawis ini adalah salah seorang budayawan cina yang bernama Haryanto Halim.

Bentuk Pelayanan pada Umat Khonghucu

Bentuk-bentuk kebutuhan umat Khonghucu yang sudah dilayani pemerintah adalah:

Page 249: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

241

Terkait akte kelahiran, hal ini sudah dilayani pemerintah dengan baik, dimana bagi anak yang baru dilahirkan ia dicatatkan pada KantorDinas Kependudukan dan Catatan Sipil setempat, tanpa dibeda-bedakan dengan umat beragama lainnya;

Terkait pernikahan, semua umat Khonghucu yang mau menikah sudah dilayani dengan baik oleh pemerintah, perkawinannya dicatatkan pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil setempat dan pelaksanaan perkawinannya dilakukan di hadapan pemuka agama Khonghucu serta disaksikan oleh umat beragama Khonghucu;

Terkait tempat pemakaman/ kuburan bagi umat Khonghucu, ditempatkan sama dengan umat agama lainnya di pemakaman umum tanpa dibeda-bedakan;

Terkait pendidikan agama khonghucu sudah diberikan pelayanan dengan baik oleh pemerintah dengan disediakannya kurikulum pendidikan agama khonghucu di sekolah-sekolah seperti: SD, SMP danSMA. Begitu juga di Kampus-kampus seperti UNISBANG, UNDIP, UNIKA dan UNDINUS disediakan mata kuliah agama Khonghucu;

Terkait Identitas agama dalam KTP kolom agama sudah dibolehkan menulis dengan kata-kata agama Khonghucu.

Namun demikian walaupun masalah identitas KTP sudah diberikan layanan dengan baik oleh pemerintah melalui MATAKIN/MAKIN dengan memberikan kemudahan dan membantu administrasinya yaitu serahkan data-datanya nanti yang mengurusnya adalah MAKIN, mereka hanya disuruh foto di Kantor Dinas Kependudukan,

Page 250: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

242

tetapi hingga penelitian ini dilakukan masih banyak yang belum mau merubahnya, dengan alasan bermacam-macam yaitu bagi kalangan orang tua-tua mereka menyatakan bahwa saya ini sudah tidak muda lagi untuk apa dengan KTP, biar saja dalam KTP saya kolom agama masih ditulis agama Buddha walaupun dalam praktek hari-hari saya melakukan ibadat secara Khonghucu; Bagi kalangan anak muda, ia menyatakan bahwa saya hidup dengan orang tua dan orang tua saya KTPnya kolom agama ditulis Buddha, walaupun praktek ibadahnya secara Khonghucu. Oleh karena itu saya sebagai anakjuga ikut saja dengan orang tua, yaitu Buddha. (Wawancara dengan dengan Guru Agama Khonghucu, Bapak Desdy).

Jadi dalam hal ini bukan kesalahan pemerintah melainkan penganut itu sendiri yang tidak mau merubahnya, walaupun para rohaniawan maupun penyuluh sudah bergegas hati menyarankan kepada semua umat Khonghucu untuk merubah KTP-nya tetapi tetap saja sebagian mereka bermalas-malasan untuk menggantinya. Sehingga data jumlah penganut umat Khonghucu yang terdaftar di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ada 131 orang, dengan rincian 70 orang laki-laki dan 61 orang perempuan.

Sedangkan jumlah penganut Agama Khonghucu yang tercatat di Kantor Sekretariat Matakin sekitar 500 orang. Terkait rumah ibadat tidak ada konflik di permukaan yang ada Cuma pembicaraan saja yang menyatakan Klenteng milik Buddha dan yang lainnya mengatakan milik umat Khonghucu. Hal ini masih dimusyawarahkan, namun demikian di dalam Klenteng itu juga terdapat patung-patung untuk Budha, Tao dan Khonghucu. Selain itu umat Khonghucu diberikan tempat untuk melakukan

Page 251: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

243

persembahyangan di Klenteng dan di dalam Klenteng itu sendiri juga terdapat Litang untuk umat Khonghucu melakukan kebaktian. Bagi Umat Khonghucu dari kalangan bapak/ibu, acara kebaktiannya diadakan pada setiap malam sabtu, sedangkan sekolah minggu bagi anak-anak diadakan pada setiap hari minggu. Terkait masalah imlek, umat Khonghucu yang ada di Kota Semarang mengatakan bahwa Imlek itu merupakan hari raya Khonghucu, tetapi ada unsur budayanya bagi umat Khonghucu dan umat agama lainnya.

Kebutuhan Umat Khonghucu Yang Belum Dilayani

Kebutuhan umat Khongghucu yang belum mendapatkan pelayanan dari pemerintah antara lain: 1) Umat beragama Khonghucu berkeinginan disediakan Bimas Khonghucu di setiap daerah, demi untuk memudahkan pembinaan kepada umat Khonghucu terkait masalah administrasi; 2) Penyuluh agama. Penyuluh agama memiliki peran signifikan bagi internalisasi ajaran agama oleh umat Khonghucu. Para penyuluh dan juga pengajar ilmu agama dapat pula menjadi guru, dosen dan rohaniawan.Para guru yang ada belum memiliki ijasah S 1 lulusan dari pendidikan agama Khonghucu. Mereka hanya belajar pendidikan agama Khonghucu melalui para haksu atau tokoh agama Khonghucu; 3) Umat Khonghucu berkeinginan memiliki Sekolah Tinggi Agama Khonghucu, namun sampai saat ini belum bisa terwujud karena keterbatasan Sumber Daya Manusianya (SDM).

Sehingga dalam rangka penguatan kompetensi guru agama Khonghucu dengan memberikan bantuan pendidikan agama Khonghucu bagi para mahasiswa S2

Page 252: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

244

Jurusan Perbandingan Agama bekerjasama dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Program ini sudah berjalan selama 3 angkatan, yang dimulai sejak tahun 2014 dengan mahasiswa 15 orang, Tahun 2015 sebanyak 13 orang dan pada tahun 2016 sebanyak 11 orang.(Sumber: Emma NUrmawati Hadian); 4) Terkait masalah rumah ibadat, tidak ada kendala walaupun sebagian besar orang mengatakan Klenteng milik umat Buddha, dan sebagian lainnya mengatakan milik umat Khonghucu. Klenteng Tai Kak Sie ini bercorak Tri Dharma, di dalamnya terdapat leluhur untuk Umat Khonghucu, Dewa untuk umat Buddha dan leluhur untuk umat Tao. ?Hal ini masih menjadi perbincangan umat dan masih dimusyawarahkan diantara pimpinan. Namun selama ini umat Khonghucu masih dibolehkan melakukan persembahyangan di Klenteng. Selain itu di dalam sebuah Klenteng terdapat juga Litang yang menempel disebelahnya.

Relasi Dengan Umat Lain

Relasi umat Khonghucu dengan umat beragama lainnya, masyarakat setempat dan pemerintah: 1) Relasi umat Khonghucu yang ada di MATAKIN dengan yang ada di Tri Dharma umumnya baik-baik saja, tetapi umat Khonghucu tidak suka kalau tiga ajaran dijadikan satu (Sinkritisme); 2) Relasinya dengan masyarakat sudah cukup baik bahkan ada kegiatan bersama dalam kegiatan sosial menyediakan makan sianggratis.Waktu makan dimulai pada jam 11.30 sampai dengan 13.30 diperuntukan bagi orang yang tidak mampu (Dhuafa) untuk semua agamadan etnis.

Selain itujugadi kampung pecinan ini masyarakatnya rata-rata di depan rumahnya memiliki altar tempat

Page 253: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

245

penyimpanan roh leluhur keluarganya. Selain itu juga ada tradisi bersama dalam berdagang yang disediakan tempat di kampung Pecinan yang diadakan pada malam sabtu, minggu dan malam senin apa yang disebut pasar Semawis. Di pasar Semawis ini orang berjualan aneka ragam jenis pakaian, makanan, minuman dan juga beraneka ragam mainan anak-anak dan asesoris untuk keperluan semua kalangan, namun demikian di pasar Semawis initersedia makanan bukan hanya khusus makanan bagi umat Islam akan tetapi juga disediakan makanan untuk umat non muslim, seperti sate daging babi dan bakso yang menggunakan minyak babi.

Sayangnya makanan yang tidak halal untuk umat Islam itu tidak diberi label . (Wawancara dengan penyuluh (Bapak Andi Gunawan).3) Relasinya dengan orang-orang Kristen dan Katolik juga baik-baik saja walaupun ada sebagian umat Katolik/Kristen yang beretnis Tionghoa melaksanakan Misa Imlek di Gereja, padahal yang sebenarnya Imlek itu adalah hari raya bagi umat Khonghucu, namun ada unsur budayanya bagi umat Khonghucu dan umat beragama lainnya. Seperti: budaya makan lontong cap gomeh dan kue kranjang; 4) Relasi umat Khonghucu dengan pemerintah cukup baik, terbukti pemerintah sudah memberikan pelayanan hak-hak sipilnya dengan baik.

Dari deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa penganut agama Khonghucu yang ada di Kota Semarang, bentuk-bentuk layanan yang dibutuhkannya seperti masalah akte kelahiran, pernikahan, pendidikan, pemulasaran, identitas agama dalam KTP, sudah dilayani pemerintah dengan baik, walaupun masih ada kendala terhadap umat beragama itu sendiri yang masih belum mau merubah KTPnya dengan alasan-alasan tertentu.

Page 254: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

246

Bentuk-bentuk layanan seperti berkeinginan memiliki Sekolah Tinggi Agama Khonghucu, penambahan rohaniawan dan penyuluh agama belum dilayani oleh pemerintah, karena ada berbagai pertimbangan, yaitu kekurangan SDMnya; Sedangkan masalah rumah ibadat dan imlek sampai penelitian ini dilakukan belum jelas permasalahannya, apakah Kelenteng itu milik umat Khonghucu atau milik umat Buddha; Begitu juga masalah imlek padahal itu adalah merupakan hari raya umat Khonghucu;

Relasi umat Khonghucu dengan umat beragama lainnya tidak ada masalah walaupun sebagian umat Katolik dan Kristen yang beretnis Tionghoa masih melakukan misa imlek, padahal imlek itu merupakan hari raya umat Khonghucu; Relasi umat Khonghucu yang ada di Matakin dengan yang ada di Tri Dharma tidak ada masalah tetapi umat Khonghucu yang ada di Matakin tidak suka kalau tiga ajaran dijadikan satu (Sinkritisme).

Relasinya dengan pemerintah sudah cukup baik karena pemerintah sudah banyak memberikan perhatian dan layanan kepada umat Khonghucu. Begitu juga relasinya dengan masyarakat setempat sudah cukup baik, seperti contoh di Kampung pecinan disediakan tempat yang dinamakan pasar Semawis untuk berdagang bagi semua kalangan umat beragama dengan menjual berbagai macam makanan, pakaian, minuman dan bermacam-macam asesoris untuk kebutuhan orang dewasa dan anak-anak.

Bahkan adanya kerjasama dalam kegiatan sosial, seperti makan bersama dengan kelompok duafa pada setiap hari selasa jam 11.00 Siang, dananya dari para donator semua umat beragama.

Page 255: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

247

Pada bagian akhir ini, penulis menyampaikan rekomendasi, yakni bahwa bagi umat Khonghucu yang ada di Kota Semarang, sebaiknya layanan yang sudah diberikan oleh pemerintah, seperti identitas agama dalam KTP, perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Bentuk-bentuk layanan yang diinginkan dan belum dilayani pemerintah, sebaiknya menunggu saja pada waktu yang tepat bisa terealisasikan. Relasi umat Khonghucu terhadap sesama umat beragama, masyarakat sekitar dan pemerintah yang sudah terbina dengan baik atas kerjasamanya dalam beberapa kegiatan sebaiknya dipertahankan terus.

Page 256: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

248

Page 257: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

249

Daftar Pustaka

Agung, Kurniawan (2005). Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaharuan.

Anhar, Moh (2017). Perlu Dikembangakan Agama Berwajah Humanis”, www. Suaramerdeka. Com.

Asiati, Tri, (2017). Identitas Tionghoa-Indonesia Melalui Hermeneutika Tipologi Bongpay Di Bong Muntang-Tanjung Banyumas. Jurnal Cakrawala Mandarin. Vol.1, No.2, Oktober 2017, PP.14-26.

Bashori A Hakim, (2010). Pelayanan Pemerintah terhadap Umat Khonghucu di Kota Pangkalpinang Propinsi Bangka Belitung, Jurnal Harmoni Vol. IX, 2010.

Bidang Bimas Khonghucu. (2012). Kitab PengantarMembacaShi Su (Kitab Yang Empat) Kitab Suci Agama Khonghucu. Jakarta : PKUB

BPS Pusat, (2010). Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, Dan Bahasa Sehari-Hari Penduduk Indonesia : Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta : BPS

BPS DKI Jakarta, (2016). Jakarta dalam Angka 2016. Jakarta : BPS DKI Jakarta

BPS Kabupaten Banyumas (2015). Kabupaten Banyumas Dalam Angka 2015; Jumlah Tempat Peribadatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Banyumas

Badan Pusat Statistik, (2012). Kota Bogor Dalam Angka. Bogor: BPS Kota Bogor, 2012, hal. 278.

BPS Kabupaten Bogor (2016). Kabupaten Bogor Dalam Angka, 2016, hal. 27

Page 258: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

250

Basuki, A. Singgih dan Romdhon, dkk. (1988). Agama-Agama di Dunia. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press

Chandra, Ws Adjie. (2012). Sekilas Riwayat Haksu Tjhie Tjay Ing. Jakarta : MATAKIN.

Christopher H. (eds.) (2015), Religions in the Modern World: Traditions and Transformations (3nd ed.), London: Routledge, pp. 143–172, ISBN 978-1-317-43960-8.

Devi ISR, Shinta (2005). Boen Bio. Surabaya.

Disdukcapil Kota Pangkalpinang (2016). Data Kependudukan Kota Pangkalpinang.

Dunlop, Knight (1990) Religion, Its Function In Human Life.

Feuthwang, Stephan (2016). Chinese religions”, in Woodhead, Linda; Kawanami, Hiroko; Partridge,

Halbfass, Wilhelm (1991). Tradition and Reflection, SUNY Press,

Hilman, Latif, Melayani Umat, Filantropi Islam dan Ideologi Kesejahteraan Kaum Modernis, Jakarta: Gramedia, 2010.

Ing, Tjhie Tjay. (2013). 50th Sebagai Xueshi Xs. Tjhie Tjay Ing. Solo : MATAKIN PNR.

Joko Tri haryanto (2010). Pembinaan Keagamaan Rohaniawan Khonghucu di Tuban Jawa Timur, Jurnal Analisa Vol.XVII, No. 01, 2010.

Jurnal Ultima Humaniora (2014), Vol II, Nomor 2 September 2014, hal 186-200

Kaplan, Robert D. (2015). “Asia’s Rise Is Rooted in Confucian Values”. Wall Street Journal.

Kuncoro, Setio, Ongky (2015) Tomorrow Spirit, Sebuah

Page 259: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

251

Pemahaman Khonghucu dari Sisi Lain. Pen. SPOC. Surabaya.

____________________, (2016) Pengalaman Spiritual. Pen. SPOC, Surabaya.

____________________, DKK (2017) Psikologi Agama Khonghucu. Pen. SPOC, Surabaya.

Kementerian Agama Kota Pangkalpinang (2016). Data Keagamaan Kota Pangkalpinang 2016.

Lawang, Robert M. Z., (1990). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

MAKIN Kota Pangkal Pinang, (2017) Data program kerja Makin Kota Pangkal Pinang.

Matakin (1984) Tata Agama dan tata laksana Upacara Agama Khonghucu, Matakin Solo, Th.XXVIII no. 4-5.

Matakin, (2016). Seri Genta Suci Konfuciani No. 42/2016 Edisi Sincia 2567, Jakarta.

Merton, Robert K. (1968). Social Theory and Social Structure. New York: The Free Press. Enlarged Edition

Mumuh M. ,Zakaria (2010), Kota Bogor: Studi tentang Perkembangan Ekologi Kota Abad Ke 19 Hingga Ke 20, Bandung: Sastra UNPAD Press, 2010, 1.

Satyadharma, Sasanaputra, MP (2004)., Permata Tri Dharma , Jakarta.

Somantri, Gumilar Rusliwa (2005). Memahami Metode Kualitatif. Jurnal Makara, Vol. 9, No. 2, Desember 2005.

Suryadinata, Leo (2005). Buddhism and Confucianism in Contemporary Indonesia Recent Developments, in Lindsey,

Page 260: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

252

Tim and Pausacker, Helen (Ed.). Chinese Indonesians; Remembering, Distorting, Forgetting. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. 2005.

Soeroer, Umar R (2007). Pelayanan Terhadap Khonghucu di Kota Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, (Laporan Penelitian 2007) Badan Litbang dan Diklat, Jakarta.

Soekanto, Soerjono (2000). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Sulaiman (2009). Agama Khonghucu: Sejarah, Ajaran, dan Keorganisasiannya di Pontianak Kalimantan Barat, Jurnal Analisa Vol.XVI, No. 01, 2009.

Susanto, Astrid S.. (1983), Pengantar Sosiologidan Perubahan Sosial Budaya. Bina Cipta: Jakarta.

Swastiwi, Anastasia W., Ed (2014). Bunga Rampai Bangka Belitung, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pelestarian Nilai Budaya Tanjungpinang,

Tanggok, M. Ikhsan. (2005). Mengenal lebih dekatAgama Khonghucu di Indonesia. Jakarta : Pelita Kebajikan.

Us-Samad, Ulfat Aziz-. (1990). The Great Religion of the World. Peshawar:www.Aaiil.Org

Profil Kota Pangkalpinang (2016), Potensi dan Peluang. Pemerintah Kota Pangkalpinang 2016.

Pusat Kerukunan Umat Beragama, Pelayanan Hak Sipil Umat BeragamaKhonghucu di Indonesia, Jurnal Kerukunan Lintas Agama, Vol.3 Nomor 1 Agustus, 2009.

-------------- (2013), Buku Saku Pembinaan dan Pelayannan Penganut Agama Khonghucu di Indonesia, Jakarta.

Page 261: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

253

---------------- (2014), SI SHU Kitab Suci Agama Khonghucu, Jakarta.

Widyaningsih, Rindha (2017). Bahasa Ngapak dan Mentalitas Orang Banyumas: Tinjauan dari Perspektif Filsafat Bahasa Hans-Georg Gadamer.

Yinger, Milton (1957). Religion, Society, and the Individual: An Introduction to the Sociology of Religion. New York: Macmillan.

Zaid, Ahmad (2007), Multiculturalism And Religio-ethnic Plurality, Culture and Religion Journal, Vol. 8, No. 2, July 2007.

Sumber dari Internet

https://news. Detik. Com/berita/d-3065197/selain-mendoan-yang-bikin-geger-ini-kuliner-banyumas-yang-bikin-nagih, Minggu 08 November 2015,.Internet.http://banyumasnews. om/6204/klenteng-hok-tek-bio-tak-hanya-untuk-umat-Khonghucu/

http://www. BabelProvinsigo. Id/content/lambang-daerah-dan-artinya

http://pangkalpinangkota. Go. Id/profil-kota-pangkalpinang/

http://www. Spocjournal. Com/religi/521-ajaran-khonghucu-tentang-Tuhan,-keimanan-dan-hidup-setelah-mati-serta-kaitannya-dengan-laku-bakti,-bagian-1. Html

http://MATAKIN. Or. Id/page/sejarah-agama-khonghucu

Website Resmi Pemerintah Kota Bogor.

Page 262: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

254

http://new. Kotabogor. Go. Id/index. Php/page/detail/2/visi-dan-misi#.VqgnA5p944w

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. 2015. dalam http:// Data. Jakarta. Go. Id/dataset/jumlah-penduduk-provinsi-dki-jakarta-tahun-2015-berdasarkan-agama/reseource/43d4e4ea-4ff0-4c41-a311-93b3066021a5 [diakses 30 Mei 2017]

Page 263: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

255

Biodata Penulis

Ahmad Rosidi: Pria kelahiran Ngawi pada 10 Desember 1974 ini mengawali karirnya sebagai ASN pada Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama pada tahun 2005. Ia kemudian menduduki jabatan fungsional peneliti pada tahun 2007. Sejak Oktober 2018, alumni fakultas Ushuluddin Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor ini karirnya kemudian meningkat menjadi Peneliti Ahli Madya kajian Agama dan Masyarakat pada rumpun kepakaran Bidang Agama dan Tradisi Keagamaan. Beberapa artikelnya yang terkait dengan bidang keparakarannya itu diantaranya Dinamika Kehidupan Keagamaan Masyarakat Kota Banjar Jawa Barat (2009), Penguatan Integritas Bangsa melalui Internalisasi Ajaran Islam (2010) dan Eksistensi Yayasan Sadharmapan di Kota Surakarta dan Perkembangan Spiritualitas Hindu Jawa (2017).

Anik Farida: Peneliti Badan Litbang Kementerian Agama dan penulis produktif di berbagai jurnal dan media ilmiah lainnya. Beberapa buku yg sdh diterbitkan: Perempuan dan Politik (2005/PT Gramedia), Menimbang Dalil Poligami (2008/ PT Media Dakwah). Entrepreunership Sosial (2009).

Asnawati: Lahir di Jakarta, 03 Oktober 1954, merupakan alumni IAIN Sunan Ampel Surabaya lulus tahun 1987. Mulai menduduki jabatan Asisten Peneliti Muda tahun 1994, karirnya cukup baik sampai pada Peneliti Ahli Utama dilantik 1 Desember 2016. Tulisannya lebih banyak diterbitkan di lingkungan Badan Litbang dan Diklat, baik dalam bentuk artikel pada Jurnal Harmoni dan buku. Beliau satu dari sekian peneliti

Page 264: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

256

senior yang memiliki kepakaran Agama dan Tradisi Keagamaan.

Edi Junaedi: lahir di Indramayu, pada 11 Agustus 1975. Diterima sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama RI pada Desember 2009, awalnya ditugaskan di Direktorat Penerangan Agama Islam (Ditpenais), Ditjen Bimas Islam. Sejak tahun 2011, dipercaya sebagai Staf Direktur Jenderal Bimas Islam, yang saat itu dijabat oleh Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA. Saat Sang Dirjen diangkat menjadi Wakil Menteri Agama RI, Edi tetap dipercaya sebagai Stafnya, mulai tahun 2012 sampai akhir tahun 2014. Awal Tahun 2015, Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini kembali bertugas sebagai Staf Direktorat Penerangan Agama Islam (Ditpenais) Ditjen Bimas Islam. Satu setengah tahun di sini, tepat bulan Juli Tahun 2016, Edi mutasi ke Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, Balitbang dan Diklat Kementerian Agama RI. Setelah mengikuti Diklat Peneliti Pertama pada Agustus-September 2017 di Pusbindiklat Peneliti LIPI dengan predikat BAIK, secara resmi ayah dari dua orang putera ini dilantik menjadi Peneliti Ahli Pertama pada unit yang sama pada tanggal 10 September 2018. Bidang kepakaran yang dipilih adalah Bidang “Agama dan Tradisi Keagamaan (Religion and Religious Tradition)”, pada rumpun kepakaran “Agama dan Keberagamaan (Religion and Religiousity).

M. Taufik Hidayatulloh: lahir di Bogor pada tanggal 26 Juni 1976. Ia tercatat sebagai Penyuluh Agama Islam di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor mulai tahun 2009. Selanjutnya Ia menjadi dosen tamu di berbagai perguruan tinggi baik negeri

Page 265: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

257

maupun swasta di Jakarta. Setelah memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Studi Islam Universitas Djuanda Bogor, beliau melanjutkan pendidikan di Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN) pada Program Sekolah Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor dan selesai pada akhir tahun 2002. Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke program doktor diperoleh pada tahun 2010 pada tempat yang sama dan lulus pada tahun 2014. Selama berkecipung di dunia akademis, Ia telah menulis puluhan artikel ilmiah di berbagai jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional. Ia juga telah menjadi tim penulis dari buku Naskah Akademik Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya bagi Penyuluh Agama Fungsional (2016), Pedoman Penanganan Radikalisme Agama dan Ideologi di Lembaga Pemasyarakatan (2016). Selain itu Ia menyunting buku Metodologi Penelitian Sosial (2014), Relasi Antarumat Beragama di Berbagai Daerah (2016), dan buku Sikap Pelaku Usaha Terhadap Undang-Undang dan Regulasi Produk Halal (2017).

R. Adang Nofandi: lahir di Sukabumi pada tanggal 30 November 1976, merupakan anak ke 3 dari bersaudara. Setelah lulus sekolah menangah atas di Kota Sukabumi , pria yang sering dipanggil Adang ini meneruskan pendidikan sarjana dan pasca sarjana di bidang Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo Jakarta. sejak tahun 2010 menjadi staf pegawai pada Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan di Kementerian Agama RI dan pada tahun 2018 menjabat sebagai peneliti muda di bidang sosial keagamaan.

Raudatul Ulum: Lahir di Sampang, 14 April 1977. Menamatkan Magister Ekonomi di Universitas

Page 266: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

258

Indonesia setelah sebelumnya menyandang sarjana dari Universitas Tanjung Pura Pontinak. Menjadi peneliti Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama tahun 2015, spesilisasi Agama dan Tradisi Keagamaan. Isu keagamaan dan kebijakan publik merangkaikan pengalaman belajar di pesantren Nazhatut Thullab Sampang dengan bidang akademik sebagai latar kesarjanaan, terwadahi di dalam tema penelitian dan pengembangan di Kementerian Agama. Beberapa tulisan diterbitkan di jurnal ilmiah Harmoni, Analisa Balai Litbang Agama Semarang, serta tulisan ringan di beberapa media lain, misalnya majalah lidik terkait Hoax di Media Sosial (2017), kemudian Tamsil Burung Dalam Tradisi Sufisme (2019). Pernah melakukan penelitian di India, (2016), kemudian di Pakistan (2017). Artikel banyak diterbitkan oleh Jurnal Harmoni, Jurnal Analisa (BLAS).

Wakhid Sugiyarto: Pria berkumis ini termasuk peneliti berpengalaman. Saat ini jabatan fungsionalnya adalah Peneliti Madya, konsetrasi kepakaran pada Tradisi Keagamaan. Bekerja cukup lama sebagai peneliti pada Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. Lahir di Magetan, 9 Pebruari 1964. Pendidikan terakhir, mendapatkan gelar master di Universitas Muhammadiyah Jakarta, jurusan Administrasi Negara kekhususan Pengembangan Masyarakat. Minatnya sangat kuat pada hak hak agama lokal, dan aliran dan gerakan keagamaaan. Penelitiannya yang paling menarik perhatian adalah tentang pemeluk agama Marapu di Seram. Kemudian karya lainnya adalah perkembangan mazhab Syiah di Indonesia.

Zaenal Abidin Eko Putro: menyelesaikan magister Sosiologi

Page 267: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

259

di Universitas Indonesia (2008). Beberapa tulisannya muncul di Jurnal Komunikasi Indonesia (Dept Komunikasi FISIP UI), Jurnal Analisa (Balai Litbang Agama Semarang), Jurnal Harmoni (Puslitbang Bimas dan Layanan Keagamaan), Jurnal Kajian Wilayah (LIPI), Jurnal Epigram (P3M Politeknik Negeri Jakarta), Jurnal Heritage (Puslit LKKMO Balitbangdiklat Kemenag RI), Jurnal Masyarakat (Dept Sosiologi FISIP UI), Jurnal Maarif dan Jurnal Galang. Selain itu, terlibat dalam proyek penulisan beberapa buku antara lain; Aksi Pegiat Dakwah Masjid (akan terbit), Filantropi di Indonesia; Mengapa Tidak Untuk Kesenian? (2016), Berpeluh Berselaras; Buddhist-Muslim Meniti Harmoni (2012), Benih-Benih Islam Radikal di Masjid; Studi Kasus Jakarta dan Solo (2010); Pesantren, Pendidikan Kewargaan dan Demokrasi (2009), Para Perempuan Dermawan; Potret 6 Perempuan Pelaku Filantropi di Jakarta (2008), Syarif Ahmad Lubis; Dari Ahmadiyah Untuk Bangsa (2007), dll. Tulisan opininya pernah dimuat Harian Kompas, Republika, Koran Sindo dan Suara Pembaruan. Ia juga pernah mempresentasikan paper dalam konferensi ilmiah baik nasional maupun internasional dengan tema, utamanya Sosiologi Agama, Sosiologi Media, Jurnalistik dan Asian Studies. Sejak 2007 tercatat sebagai associate researcher di Balitbang Kemenag RI. Turut mendirikan Indonesia’ Centre of Asian Studies (Cenas) tahun 2009 dan sejak 2011 tercatat sebagai dosen di Politeknik Negeri Jakarta (Poltek UI).

Reslawati, lahir di Prabumulih, 28 Oktober 1969. Seorang peneliti Madya di Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. Menulis beberapa tulisan di jurnal ilmiah dan artikel di beberapa media.

Page 268: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

260

Page 269: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

261

Indeks

A

Abdurrahman Wahid, 5, 80, 95, 155, 156, 175, 187, 196after life, 48Agama, iii, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 23, 25, 26, 28,

29, 33, 34, 35, 36, 37, 39, 42, 44, 46, 48, 62, 67, 68, 69, 70, 71, 73, 75, 76, 78, 82, 83, 85, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 103, 105, 108, 109, 112, 119, 129, 130, 134, 138, 139, 140,143, 145, 146, 147, 159, 160, 162, 163, 165, 166, 167, 168, 170, 171, 172, 173, 174, 175, 176, 177, 178, 188, 194, 196, 199, 201, 207, 208, 211, 214, 219, 220, 221, 225, 226, 227, 228, 232, 237, 238, 239, 241, 246, 247, 249, 252, 253, 254, 255, 256, 258, 259, 260, 261, 262, 263

agama Hindu, 24, 155, 173Ajaran Besar (Da Xue), 62Ajaran Konfusianisme, 19ajaran Kongzi, 51, 60, 225Aksu The Thay Ing, 24arwah nenek moyang (Ancetors-Worship), 127Asia Tenggara, 4, 44Astrid. S. Susanto, 16

B

Badan Permusyaaratan Warga Negara Keturunan Tionghoa (BAPERWAT), 182

Banyumas, 83, 84, 85, 86, 87, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 106, 107, 108, 112, 113, 114, 252, 256

Batur, 24Bik Cu, 131Binky Irawan, 108Bogor, 21, 172, 201, 202, 203, 204, 205, 206, 207, 209, 211, 252, 253,

254, 257, 259Buddha, v, 2, 5, 8, 11, 25, 26, 29, 32, 37, 39, 41, 42, 43, 75, 76, 77, 78,

79, 80, 81, 85, 95, 96, 102, 118, 122, 124, 143, 155, 173, 176, 177, 192, 203, 214, 215, 217, 219, 231, 236, 237, 246, 248, 250

Budi Wijaya, 4, 67Buleleng, 24, 29, 32, 33

C

Cap Go Meh, 138, 227

Page 270: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

262

Cengho, 23Chen Qiu Jing, 62Cheng Beng, 92, 135, 227Cheng Li Mingming, 27Cheng qin jing shu, 27Cheng Shun Mu Duo, 27Cheng Xin Huang Tian, 27Cheng Xing Da Dao, 27Cheng Yang Xiaosi, 27Cheng Zhiguishein, 27Cheng Zubjue De, 27chi kung, 102China, iv, 6, 24, 25, 30, 37, 38, 39, 42, 64, 67, 68, 69, 80, 85, 121, 126,

219Chunqiujing, 225, 226

D

Damardjati Supadjar, 149, 150Dao Sing, 60Daxue, 226Denpasar, 20, 24, 28, 29, 31, 32, 139Dien Bing, 54Dinasti Han, 23, 130dinasti Qin, 23, 135DKI Jakarta, 21, 213, 214, 215, 217, 218, 219, 221, 222, 223, 228, 229,

230, 231, 232, 233, 234, 236, 237, 238, 240, 252Dukcapil, 28, 29, 31, 82dupa, 66, 162, 222, 224

E

eskapisme, 55esoterisme, 55

F

FKUB, 35, 40, 70, 107, 113, 123, 124, 142, 198, 229, 238folks religion, 54

G

Gabungan Perkumpulan Agama Khonghucu Se-Indonesia (GAPAKSI), 173

Genta/duo, 63

Page 271: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

263

Gereja Bethany, 44

H

hak-hak sipil, 5, 8, 10, 20, 27, 68, 98, 103, 105, 118, 119, 143, 146, 178

Haksu Tjhei Tjay Ing, 161Haksu Tjhie Tjay Ing, 8, 169, 170, 220, 253Haksu Tjie Tjai Ing, 107Hio, 65, 128Hong Kong, 1hubungan sosial, 10, 12, 16, 20, 81, 123, 211, 214Hung, 26

I

Imlek, 2, 6, 25, 31, 37, 42, 65, 66, 94, 104, 136, 137, 138, 162, 164, 166, 171, 188, 193, 196, 200, 207, 208, 217, 227, 228, 236, 243, 247, 249

J

J. Milton Yinger, 13Jaka Tingkir, 88Jepang, 1, 14, 175, 181Jiao Sheng, 47, 78, 79Joachim Wach, 14Joko Tri Haryanto, 18Jun Zi, 49Junaidi Abdurrahman, 24

K

Kembang Kuning, 44Kementerian Agama, 7, 8, 17, 34, 35, 36, 73, 82, 145, 147, 172, 259,

260, 261, 263kepercayaan tradisional Tionghoa, 2, 5Khonghucu, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18,

19, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 46, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 59, 61, 62, 63, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73,76, 77, 78, 79, 80, 81, 83, 84, 85, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 113, 114, 115, 116, 117, 118, 119, 121, 122, 123, 124, 125, 127, 128, 129, 130, 134, 135, 136, 137, 138, 139, 140, 141, 142,143, 144, 145, 146, 147, 149, 159, 160, 161, 162,

Page 272: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

264

163, 164, 165, 166, 167, 168, 169, 170, 171, 172, 173, 175, 176, 177, 178, 185, 186, 190, 191, 192, 193, 194, 195, 196, 197, 198, 200, 201, 203, 205, 206, 207, 208, 209, 210, 211, 214, 215, 216, 217, 219, 220, 221, 222, 223, 224, 225, 226, 227, 228, 229, 230, 231, 232, 233, 234, 235, 236, 237, 238, 239, 240, 241, 242, 243, 244, 245, 246, 247, 248, 249, 250, 252, 253, 254, 255, 256

Kimball Young & Raymond W. Mack, 16Kitab Con Yung, 51kitab I Ching, 59Kitab Mengzi, 226kitab She Cing, 127Kitab Si Shu, 24, 62Klenteng Boen Bio, 4, 48, 62, 67Klenteng Co Ing Bio, 24Klenteng Hok Tek Bio, 84, 91, 93Klenteng Khoise Bio, 24Klenteng Khonghucu Bio, 25Klenteng Ling Uan Kiong, 24Klenteng Sam Guang Bio, 79Kong Kauw Hwee, 159Kong Kauw Tjong Hwee, 160Kongfusionisme, 1Kongjiao, 1Kongzi, 3, 23, 51, 56, 60, 63, 65, 110, 128, 135, 220, 221, 225, 226Korea, 1, 14Kota Solo, 7, 8, 149, 151, 152, 153, 156, 158, 163, 178, 184, 194, 195,

197, 198, 200Kung Fu Tze, 126, 127Kura-kura, 63

L

Laksamana Cheng Ho, 155, 159Lanny Guito, 4layanan keagamaan, 8, 11, 12, 73, 78, 81, 147, 211, 236layanan sipil, 2, 178, 186, 190, 191, 193, 197, 198Lembaga Agama Sang Khongcu Indonesia, 172Li, 26, 27, 32, 54, 62, 221Li Jing (Kesusilaan), 62Liang-Yi, 57lingua franca, 87lithang, 84, 91, 129Lithang, 129, 165, 166, 167, 203, 205, 206, 207, 210, 211, 215, 216,

217, 218, 219, 221, 222, 223, 230, 232, 233, 235

Page 273: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

265

Lunyu, 226

M

Maha Agung (Supreme Being), 127MAKIN, 20, 69, 124, 129, 139, 140, 141, 144, 145, 146, 147, 160, 161,

162, 164, 165, 167, 168, 169, 171, 177, 191, 194, 195, 197, 198, 199, 200, 205, 208, 217, 218, 219, 228, 230, 231, 236, 237, 238, 239, 245, 254

Masjid Al-Akbar, 43Masjid Ampel, 43MATAKIN, 4, 20, 24, 68, 129, 134, 139, 140, 141, 143, 145, 147, 160,

165, 173, 174, 175, 177, 194, 195, 215, 217, 218, 219, 220, 221, 222, 223, 228, 229, 230, 231, 232, 233, 234, 236, 237, 238, 239, 245, 248, 253, 257

Mataram, 23, 149, 151, 179Matteo Ricci, 3, 51Meng Zi, 62, 130, 131, 132, 133, 134Model, 11, 14, 15, 100, 106, 158Model Gordon, 15

N

Nahdlatul ‘Ulama, 43

P

pai, 100Pangkal Pinang, 20, 120, 121, 122, 123, 124, 125, 129, 135, 137, 138,

139, 140, 142, 143, 144, 145, 146, 147, 254Parakhin, 40, 85, 101, 105, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 115PARAKIN, 69, 238Partai Chung Hwua Hui, 181, 182Partai Tionghoa Indonesia, 181, 182Pat Tik, 128Peh Cun, 104, 137, 227Pelayanan Keagamaan, i, ii, vii, 1Pelayanan Pendidikan, 231pembinaan Umat Agama Khonghucu, 18pendidikan keagamaan, 142, 232perkampungan Tionghoa, 158Pi Xiu, 64PITTD/ Tri Dharma, 40PKUB, 6, 7, 9, 29, 42, 103, 108, 176, 225, 243, 252Pura, 24, 203, 214, 261

Page 274: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

266

Purwokerto, 20, 83, 84, 85, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 113, 114, 115, 116

Pusat Kerukunan Agama Khonghucu, 6Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB), 6, 7, 9

Q

Qilin, 63Qin Shi Huang Di, 135

R

Raja Srijaya Pangus, 24Rekognisi, i, ii, vii, 1Religiusitas, i, ii, vii, 1Ren Dao, 3Rujiao, 1, 3

S

Sabda Suci (Lun Yu), 62Semarang, 17, 21, 52, 168, 173, 243, 244, 247, 249, 250, 261, 262Sembahyang Rebut, 136sesembahan, 48, 137Shang Di, 3, 223Shang Ti, 127Shi Jing (Kitab Sanjak), 62Shi Su, 27, 134, 225Shijing, 225Shing Zi, 52Shu Jing (Kitab Hikayat), 62Shujing, 226Simamarta, 15Sin Po, 181Sing Cun Khoat Tik, 224Sing Hing Tai Too, 225Sing Khiem Su Si, 224Sing Liep Bing-Bing, 224Sing Sien Hong Thian, 224Sing Sun Bok Tok, 224Sing Ti Kwi Sien, 224Sing Yang Hau Su, 224Soerjono Soekanto, 16Solo, 7, 20, 24, 52, 69, 102, 107, 149, 150, 151, 153, 157, 158, 159,

Page 275: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

267

160, 161, 162, 163, 164, 165, 166, 167, 168, 169, 171, 172, 173, 174, 175, 177, 178, 179, 181, 183, 184, 191, 194, 195, 197, 198, 199, 200, 221, 228, 253, 254, 262

spiritualisme, 61struktur sosial, 16Su Liong, 41Sulaiman, 17, 255Sultan Hadiwijaya, 88Sunan Ampel, 43, 258Surabaya, 4, 20, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 52, 62, 67, 69, 71, 72, 73, 107,

108, 172, 199, 253, 254, 258Suryo Utomo, 24

T

Tai Chi, 58Taiwan, 1, 14Tanjung Benoa, 24Tanjung Pinang, 20, 75, 76, 77, 79Tao, 25, 41, 236, 243, 246, 248Taoisme, 57, 92tata tertib Kebaktian, 127Tengah Sempurna (Zhong Yong), 62teori Maslow, 59Thai Kik, 128Thian, 55, 127, 169, 220, 221, 222, 224Tian, 3, 49, 51, 53, 54, 60, 63, 64, 66, 223, 225, 226Tian Dao, 3Tian Di Ren, 53, 66Tian Ming, 49Tiong Hoa Hwee Koan, 181Tiong Hoa Hwee Kwan, 172Tionghoa, iii, 1, 8, 17, 18, 19, 26, 46, 51, 54, 63, 68, 69, 71, 72, 77, 79,

83, 84, 85, 90, 92, 94, 95, 96, 97, 102, 104, 107, 121, 123, 125, 126, 135, 136, 137, 138, 142, 147, 151, 152, 153, 155, 156, 157, 158, 159, 160, 164, 177, 178, 179, 180, 181, 182, 183, 184, 185, 186, 187, 188, 189, 191, 192, 193, 195, 196, 207, 217, 229, 230, 239, 243, 249, 250, 252

Tiongkok, 1, 3, 14, 23, 50, 51, 63, 135, 155, 156, 157, 159, 181Tjie Tjai Ing, 107tokoh suci, 48tradisi China, 25, 38tradisi Grebek Suro, 163

Page 276: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

268

U

umat, v, vi, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 47, 49, 52, 61, 68, 70, 71, 72, 73, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 83, 84, 85, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101,103, 104, 105, 108, 110, 111, 112, 113, 114, 115, 117, 118, 119, 123, 124, 128, 129, 134, 136, 139, 140, 141, 142, 143, 145, 146, 147, 160, 161, 162, 163, 164, 165, 166, 171, 173, 174, 176, 177, 178, 185, 186, 191, 192, 194, 195, 196, 197, 198, 200, 201, 203, 205, 206, 207, 208, 209, 210, 211, 214, 215, 217, 219, 220, 222, 223, 224, 225, 227, 228, 229, 230, 231, 234, 235, 236, 237, 238, 239, 240, 241, 242, 243, 244, 245, 246, 247, 248, 249, 250, 256

Usman Arif, 49, 55, 58, 59, 60, 61, 62, 67

V

vihara, 2, 37, 41

W

Walisongo, 43Walubi, 40, 77Wen Shi, 47, 61, 78wi tek tong Tien, 100Wonse Candra Wiantara, 23Wu Chang, 130Wu Jing, 23, 27, 62, 134Wu Lun, 54Wu Xing, 66

X

Xue Dao, 59Xue De, 58Xue Shi, 47, 78Xue Shing, 58, 59

Y

Yahudi, 44, 199Yang Cu, 131Yao, 225Yayasan Dharmasanti, 80Yayasan Mulia Bhakti, 101Yayasan Tripusaka, 164

Page 277: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

269

Yi Jing (Kitab Perubahan), 62Yin Yang, 55, 57, 58, 62Youlu, 128Yuan, 26, 137, 220, 238

Z

Zheng, 26, 223Zhongyong, 226Zong Shu (Cong Su), 62

Page 278: POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA …

270

SUSUNAN ANGGOTA REVIEWER LITBANGDIKLAT PRESS

Prof. H. Abdurrahman Mas’ud, Ph.D.

Prof. Dr. HM. Atho Mudzhar

Prof. Dr. Ridwan Lubis

Prof. Dr. Oman FathurrahmanProf. Dr. Imam Tolkhah

Prof. Dr. Ishom YusqiDr. Choirul Fuad YusufDr. Muhammad Adlin Sila, MA.

Prof. Dr. Qowaid

Dr. Kustini

Arif Zamhari, Ph.D.

Dr. Anick Farida

Dr. Fakhriati