POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium...

60
i POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS OVARIUM UNTUK MENCAPAI TINGKAT KEMATANGAN SECARA IN VITRO PADA SAPI BALI SKRIPSI ANDI MUTMAINNA I 11110901 PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK JURUSAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

Transcript of POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium...

Page 1: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

i

POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS

OVARIUM UNTUK MENCAPAI TINGKAT KEMATANGAN

SECARA IN VITRO PADA SAPI BALI

SKRIPSI

ANDI MUTMAINNA

I 11110901

PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK

JURUSAN PRODUKSI TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

Page 2: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

ii

POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS

AKTIVITAS OVARIUM UNTUK MENCAPAI TINGKAT

KEMATANGAN SECARA IN VITRO PADA SAPI BALI

Oleh:

ANDI MUTMAINNA

I 111 10 901

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK

JURUSAN PRODUKSI TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

SKRIPSI

Page 3: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Andi Mutmainna

NIM : I 111 10 901

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab

Hasil dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan

atau dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan

sepenuhnya.

Makassar, Mei 2014

TTD

Andi Mutmainna

Page 4: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Potensi Oosit Berdasarkan Status Aktivitas Ovarium

Untuk Mencapai Tingkat Kematangan Secara In

Vitro Pada Sapi Bali

Nama : Andi Mutmainna

No. Pokok : I 111 10 901

Program Studi : Produksi Ternak

Jurusan : Produksi Ternak

Fakultas : Peternakan

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Pembimbing Utama

Prof.Dr.Ir. Herry Sonjaya, DEA, DES

NIP. 19572901 198003 1 001

Pembimbing Anggota

Dr. Muhammad Yusuf, S.Pt

Nip. 19700725 199903 1 001

Dekan Fakultas Peternakan

Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc

NIP. 19520923 197903 1 002

Ketua Jurusan Produksi Ternak

Prof. Dr. Ir. Sudirman Baco, M. Sc

NIP. 19641231 198903 1 025

Tanggal Lulus : Mei 2014

Page 5: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

v

ABSTRAK

Andi Mutmainna (I 111 10 901), Potensi oosit berdasarkan status aktivitas ovarium

untuk mencapai tingkat kematangan secara in vitro pada sapi Bali. Dibawah bimbingan

Herry Sonjaya Sebagai Pembimbing Utama dan Muhammad Yusuf Sebagai

Pembimbing Anggota.

Ovarium sapi betina yang dipotong di RPH dalam kondisi fisiologis yang

berbeda-beda, seperti fase luteal, fase folikuler, dan belum siklus, namun pengaruhnya

terhadap tingkat kematangan secara in vitro belum diketahui. Oleh karena itu penelitian

ini bertujuan untuk melihat sejauh mana pengaruh perbedaan aktivitas ovarium terhadap

potensi oosit sapi Bali dalam mencapai tingkat kematangan secara in vitro. Penelitian ini

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 status fisiologis reproduksi

yang berbeda (fase luteal, fase folikuler, dan belum siklus) dengan masing-masing 4

ulangan. Koleksi oosit dilakukan dengan menyayat folikel yang terdapat pada permukaan

ovarium. Pematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO2 5%

dengan temperatur 38,5oC. Sel-sel kumulus oosit dihilangkan, kemudian difiksasi, dan

selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa struktur populasi oosit kualitas A (sel kumulus yang kompak dan sitoplasma tebal)

pada fase folikuler dan fase luteal adalah sama, tetapi kedua fase tersebut berbeda nyata

lebih tinggi dibandingkan fase belum siklus. Persentase kematangan oosit M-II nyata

(P0.05) lebih rendah pada fase belum siklus dibanding dengan fase luteal dan fase

folikuler, sedangkan tahap GV, GVBD dan MI sama untuk ketiga perlakuan. Penelitian

ini menyimpulkan bahwa struktur populasi kualitas oosit berkaitan erat dengan status

ovarium dengan tingkat persentase kematangan oosit M-II lebih tinggi pada fase luteal

dan fase folikuler.

Kata Kunci : Ovarium Sapi Bali, Maturasi Oosit In Vitro, Status Ovarium.

Page 6: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

vi

ABSTRACT

Andi Mutmainna (I11110901). The potential of oocytes based on the status of ovarian

activity to achieve the level of in vitro maturation in Bali cattle. Under Herry Sonjaya as

main supervisor and Muhammad Yusuf as co-supervisor.

The ovaries of slaughtered cows at the abattoir are having different physiological

conditions, such as luteal phase, follicular phase, and acyclic, however, their effects on

the level of oocytes in vitro maturation are still unknown. Therefore, this study aimed to

examine the effect of different ovarian activities on the potential of Bali cattle oocytes in

reaching a level of in vitro maturation. This study was arranged using a completely

randomized design (CRD) with 3 different physiological reproductive statuses (luteal

phase, follicular phase, and acyclic) with 4 replications. Oocytes collections were

performed by slicing the follicles on the surface of ovary. The oocytes were cultured in

the maturation medium in the incubator 5% of CO2, with temperature of 38.5 o

C.The

cumulus cells of oocytes were removed, fixated, and then observed under the microscope.

The results showed that the structure population of oocyte quality A (Compact cumulus

cells and cytoplasm thick) in the follicular phase and the luteal phase were relatively

similar, but they were significantly (P0.05) higher than in acyclic one. The percentage of

oocytes maturation in stage M-II were significantly (P <0.05) lower than in acyclic one in

comparison to luteal phase and follicular phase, whereas the oocytes maturation in stage

GV, GVBD and MI were relatively similar for all treatments. This study concluded that

the structure population of oocytes quality was related to the ovarian activities that the

percentage of oocytes maturation in stage M-II were showing higher in both the follicular

phase and luteal phase.

Keywords: Ovaries of Bali Cattle, Oocytes In Vitro Maturation. Ovarian Activity.

Page 7: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan

hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir / Skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi

dengan judul ” Potensi Oosit Berdasarkan Status Aktivitas Ovarium untuk

Mencaai Tingkat Kematangan Secara In Vitro pada Sapi Bali”. Sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin, Makassar.

Pada kesempatan ini penulis menghantur ucapan terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya dengan penuh rasa hormat kepada:

1. Pada kedua orang tua tercinta, ayahanda H. Bachtiar dan ibunda Hj. Andi

Ansa Page Makkaraka, serta saudara- saudari Hj. Andi Hidayah S.Sos,

Andi Muhar ST., Andi Safri S.Fil., M.Fil., Andi Asma S.Pd., M.Pd., Andi

Muhajirah S.Pd, Andi Mudassir, dan Andi Arya Nugraha, yang terus

mendidik dan mendukung baik materil maupun moril, dan atas segala

limpahan doa, kasih sayang, kesabaran, pengorbanan, dan segala bentuk

motivasi yang telah diberikan tanpa henti kepada penulis.

2. Secara khusus penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Prof. Dr. Ir. H. Herry Sonjaya, DEA, DES selaku

Pembimbing Utama dan Dr. Muhammad Yusuf, S.Pt selaku Pembimbing

Anggota, atas segala bantuan dan keikhlasannya untuk memberikan

bimbingan, nasehat dan saran sejak awal penelitian sampai selesainya

penulisan skripsi ini.

Page 8: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

viii

3. Secara khusus penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada bapak Hasbi, S.Pt, M.Si dan ibu Sri Gustina, S.Pt, M.Si

yang telah mengajarkan teknik mengkultur oosit sapi Bali secara in vitro dan

membantu kami dalam penelitian ini.

4. DIKTI (Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi) yang telah memberikan

BIDIK MISI selaku Lembaga yang memberikan beasiswa yang menunjang

dalam proses perkuliahan.

5. LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) selaku Lembaga yang

memberikan bantu baik alat maupun bahan yang menunjang dalam penelitian

ini.

6. Laboratorium Terpadu PKP (Pusat kegiatan Penelitian) Universitas

Hasanuddin yang telah digunakan dalam proses pelaksanaan dalam penelitian

ini yang sangat menunjang dalam penelitian ini.

7. Bapak Direktur Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Tamangapa,

Makassar, terkhusus kepada Pak Syarir dan para pegawai RPH yang telah

membantu kami untuk mendapatkan bahan utama yaitu Ovarium Sapi Bali

sehingga proses penelitian ini selasai.

8. Muhammad Hatta S.Pt, M.Si selaku Penasehat Akademik penulis yang

telah bersedia meluangkan waktunya selama penulis duduk dibangku

perkuliahan dan senantiasa memberikan motivasi dan nasehat yang sangat

berarti bagi penulis.

Page 9: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

ix

9. Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M. Sc selaku Dekan Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin, dan Bapak wakil Dekan I, II, III, yang telah

menyediakan fasilitas kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

10. Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M. Sc selaku Ketua Jurusan Produksi

Ternak beserta seluruh dosen dan staf Jurusan Produksi Ternak atas segala

bantuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

11. Semua Dosen-Dosen Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang telah

memberi ilmunya kepada penulis.

12. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan sepenelitian

Rahmi Syamsuddin, Andi Fausiah dan Ahmad Mujahid yang telah

mencurahkan segenap tenaga dan perhatiannya, sekali lagi terima kasih

banyak yang sebesar-besarnya.

13. kepada sahabat-sahabatku yang terbaik Andi Tenri B.M, Nurmiati, Andi

Fausiah, Rahmi Syamsuddin, Wheny Dwi N, Dyan Anjanna Putri, dan

terkhusus Keluarga besar Angkatan 2010 “L10N” yang telah membantu baik

material maupun moril.

14. kepada Teman-teman Asisten Laboratorium Anatomi ternak potong dan kerja,

Samsu Alam Rab, Ahmad David, Dyan Anjanna Putri, Darussalam,Abdi

Eriansyah, St. Nur Ramadhani, Andi Nurul Ainun yang telah membantu

baik material maupun moril dan memotivasi.

15. Serta tak lupa pula menghanturkan banyak terima kasih kepada teman-teman

MATADOR dan SITUASI 2010, dan kepada para senior terutama RUMPUT

Page 10: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

x

07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak dapat penulis

sebut satu persatu, terima kasih atas bantuannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan tapi

penulis membuka diri terhadap kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini dan demi kemajuan ilmu pengetahuan nantinya. Akhir

kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi diri

penulis sendiri. Amin.

Makassar, Mei 2014

Penulis

Page 11: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i

HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii

PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iv

ABSTRAK ................................................................................................. v

ABSTRACT .............................................................................................. vi

KATA PENGANTAR .............................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv

PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA

Status Aktivitas Ovarium Selama Siklus Berahi ................................ 3

Perkembangan Folikulogenesis Dan Oogenesis Berdasarkan Status

Ovarium ............................................................................................... 4

Tingkat Kematangan Oosit Secara In Vitro ......................................... 8

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Waktu & Tempat Penelitian ................................................................. 13

Bahan dan Alat Penelitian .................................................................... 13

Metode Penelitian ................................................................................ 14

Analisis Data ........................................................................................ 19

Page 12: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

xii

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Potensi Oosit untuk mencapai tingkat kematangan secara

in vitro ................................................................................................ 20

Tingkat Kematangan Oosit Berdasarkan Status Ovarium ................... 22

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ........................................................................................... 24

Saran ..................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 25

LAMPIRAN ............................................................................................... 29

RIWAYAT HIDUP ................................................................................... 44

Page 13: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

xiii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

Teks

1. Tingkat Rata-rata Kematngan Oosit Berdasarkan Aktivitas

Ovarium .......................................................................................... 22

Page 14: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

xiv

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Teks

1. Profil Hormonal Dan Aktivitas Ovarium pada Sapi Betina Selama

Satu Siklus Berahi ................................................................................ 5

2. Tingkat Kualitas Potensi Oosit untuk Mencapai Tingkat Kematangan

Secara In Vitro .................................................................................... 17

3. Tingkat Kematangan Inti Oosit ............................................................. 18

4. Histogram Rata-Rata Struktur Populasi Potensi Oosit Berdasarkan

Aktivitas Ovarium Sapi Bali ............................................................... 20

Page 15: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

Teks

1. Tingkat Potensi Oosit Berdasarkan Aktivitas Ovarium ......................... 29

2. Tingkat Pematangan Inti Oosit untuk Mencapai Tingkat Kematangan

Secara In Vitro ...................................................................................... 30

3. Tingkat Rata-rata Potensi Oosit berdasarkan aktivitas Ovarium............. 31

4. Tingkat Rata-rata Kematangan Oosit berdasarkan aktivitas Ovarium .... 32

5. Uji Chi-Square Tingkat Struktur Kualitas Oosit Berdasarkan

Aktivitas Ovarium ................................................................................. 33

6. Tingkat kematangan Oosit dengan menggunakan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) Analysis of variance ..................................................... 36

7. Dekumentasi Tahap-tahap Penelitian ...................................................... 41

Page 16: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

1

PENDAHULUAN

Sapi Bali merupakan sapi pedaging asli Indonesia dan merupakan hasil

domestikasi dari Banteng (Bos-bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994), dan sapi

asli Pulau Bali (Payne dan Rollinson, 1973). Sapi Bali menjadi primadona sapi

pedaging di Indonesia karena mempunyai kemampuan reproduksi tinggi, serta

dapat digunakan sebagai ternak kerja di sawah dan ladang (Putu, dkk, 1998),

persentase karkas tinggi, daging tanpa lemak, heterosis positif tinggi pada

persilangan (Pane, 1990), daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan

persentase kelahiran dapat mencapai 80 persen (Tanari, 2001).

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

produktivitasnya adalah melalui penerapan bioteknologi reproduksi, dengan

kemajuan bioteknologi di bidang reproduksi melalui pemanfaatan ovarium di

Rumah Potong Hewan (RPH), sebagai sumber sel gamet betina (oosit) melalui

suatu bioteknologi dapat dijadikan suatu produk yang sangat berharga berupa

produksi embrio ternak secara in vitro. Produksi embrio yang perlu diperhatikan

secara in vitro adalah sistem yang dipakai. Sistem yang digunakan akhir-akhir ini

telah dipermudah dengan tersedianya bahan-bahan kimia secara komersial

(Spalding, et al., 1955)

Ovarium mampu menyediakan oosit dalam jumlah banyak, sehingga

menjadi alternatif untuk memproduksi embrio secara in vitro. Oosit yang

digunakan untuk memproduksi embrio in vitro harus dimatangkan terlebih dahulu.

Maturasi in vitro merupakan pematangan oosit di dalam suatu media atau diluar

Page 17: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

2

tubuh tetapi dapat menghasilkan embrio baru seperti pematangan di dalam tubuh

(In vivo) (Frandson, 1996).

Materi untuk proses pematangan oosit biasanya berasal dari ovarium sapi

betina yang dipotong di RPH Tamangapa Makassar. Sapi-sapi tersebut pada saat

dipotong dalam kondisi fisiologis (aktivitas ovarium) yang berbeda-beda, ada

yang dalam kondisi fase luteal, fase folikuler, bahkan ada yang belum siklus (pra

puberitas atau post partum anestrus). Kondisi ini akan mempengaruhi populasi

folikel dalam ovarium pada sapi betina yang dipotong termasuk oosit yang ada

didalam folikel tersebut (Parker, et al., 2002). Oleh karena itu penelitian ini

bertujuan untuk melihat sampai sejauh mana pengaruh perbedaan aktivitas

ovarium, terhadap potensi oosit sapi Bali dalam mencapai tingkat kematangan

secara in vitro dan diharapkan penelitian ini berguna untuk memberikan informasi

kepada peneliti tentang pematangan oosit secara in vitro dalam mendukung

produksi embrio.

Page 18: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

3

TINJAUAN PUSTAKA

Status Aktivitas Ovarium Selama Siklus Berahi

Estrus yang dikenal dengan istilah berahi yaitu suatu periode secara

psikologis maupun fisiologis pada hewan betina yang bersedia menerima pejantan

untuk kopulasi. Siklus estrus dibagi menjadi beberapa fase yang dapat dibedakan

dengan jelas yang disebut fase luteal dan fase folikuler (Frandson, 1996).

Fase folikular dimulai dengan penghilangan efek negatif dari progesteron

sehingga konsentrasi GnRH kembali meningkat. Peningkatan konsentrasi GnRH

akan menyebabkan peningkatan produksi FSH dan LH sehingga dapat

mendukung pertumbuhan folikel. Folikel de Graaf akan menghasilkan lebih

banyak estrogen. Jika estrogen telah mencapai batas ambang maksimal, maka

akan memicu pengeluaran LH sehingga terjadilah ovulasi. Setelah terjadi ovulasi

maka folikel yang pre-ovulasi akan muncul korpus luteum, pada fase luteal

konsentrasi LH tidak dapat mencapai batas ambang maksimal, sehingga folikel

dominan akan mengalami regresi dan penurunan sekresi estradiol dan inhibin

menyebabkan terbentuknya gelombang folikel baru. Folikel dominan yang

mengandung estradiol dan inhibin dengan konsentrasi tinggi berhubungan dengan

penekanan konsentrasi FSH dalam sirkulasi darah (Parker, et al., 2002; Adams, et

al., 1992).

Fase luteal terdapatnya CL (Corpus Luteum) yang menghasilkan

progesteron yang dapat menghambat pertumbuhan folikel dominan mencapai

ovulasi sehingga akan mengurangi pengaruh negatif dari inhibin dan estradiol

Page 19: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

4

yang dihasilkan oleh folikel dominan dalam menghambat pertumbuhan folikel

subordinat. Sehingga hal tersebut menyebabkan jumlah folikel subordinat yang

tumbuh menjadi lebih banyak pada pasangan ovarium yang memiliki CL (Corpus

Luteum) daripada ovarium yang memiliki FD (Folikel Dominan) (Boediono, et

al., 1995) .

Perkembangan Folikulogenesis dan Oogenesis Berdasarkan status Ovarium

Proses pertumbuhan folikel, ovulasi dan pembentukan CL sangat

dipengaruhi oleh sirkulasi hormon reproduksi dalam tubuh. Gonadotrophin

releasing hormone (GnRH) yang dihasilkan oleh hypothalamus berfungsi

menstimulasi pengeluaran folicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing

hormone (LH) oleh hipofisa anterior sebagai respons terhadap estrogen atau

progesteron. Ketika proses pertumbuhan folikel kecil (Recruitment) berlangsung,

mRNA meningkat. Pada saat seleksi morfologis, folikel dominan mengandung

estrogen dengan konsentrasi tinggi dalam cairan folikel dan segera setelah proses

seleksi berakhir, maka folikel dominan banyak mengandung mRNA untuk

reseptor gonadotrophin dan hormon steroid (Fortune, et al., 2001).

Perkembangan folikel pada sapi dan domba ditandai dengan adanya

gelombang pertumbuhan folikel. Satu gelombang didefinisikan sebagai suatu

proses pertumbuhan folikel yang sinkron dari beberapa folikel kecil. Dari

kelompok folikel kecil tersebut, salah satu diantaranya akan terseleksi dan tumbuh

menjadi folikel dominan, sedangkan folikel lainnya akan terhenti pertumbuhannya

dan menuju atresi. Setelah mencapai ukuran maksimal, folikel dominan juga akan

Page 20: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

5

mengalami atresi dan regresi. Perkembangan folikel pada sapi dan domba ditandai

dengan adanya gelombang pertumbuhan folikel. Pada gelombang yang kedua

folikel dominannya akan menjadi folikel ovulatory sedangkan folikel dominan

dari gelombang ketiga akan mengalami ovulasi (Rasby dan Vinton, 2001).

Gambar 1. Profil hormonal dan aktivitas ovarium pada sapi betina selama satu

siklus berahi ( Sonjaya, 2005).

Satu siklus estrus terdiri dari fase folikular dan fase luteal. Fase folikular

ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan folikel ovarium yang

berlangsung selama 3-4 hari. Pada domba, sebanyak satu atau dua folikel besar

menghasilkan estrogen yang dapat menekan pertumbuhan folikel kecil lainnya

(Hafez 2000). Fase luteal berlangsung selama kurang lebih 13 hari dan ditandai

dengan pematangan corpus luteum yang menghasilkan progesteron dengan

konsentrasi yang mencapai puncak pada hari ke-6 setelah ovulasi. Selama periode

Page 21: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

6

siklus estrus tidak ada perbedaan nyata antara jumlah folikel yang terdapat pada

ovarium kiri dan kanan (Gordon 1997). Pada fase folikuler prostaglandin

dihasilkan oleh endometrium uterus, sehingga corpus luteum lisis dan hormon

progesteron (P4) menurun (Gambar 1), turunnya P4 menyebabkan kontrol

umpan balik negatif terhadap hipotalamus dan hipofisa anterior tidak ada,

sehingga hipotalamus mensekresikan GnRH dan hipofisa anterior mensekresikan

FSH dan LH, tingginya sekersi FSH dan LH merangsang pertumbuhan folikel

yang berdampak meningktanya hormon estrogen yang diproduksi oleh folikel.

Folikel terus berkembang menjadi folikel antrum dan preovulasi sehingga

estradiol mencapai level tertinggi dan menyebabkan kontrol umpan balik positif

terhadap hipotalamus dan hipofisa sehingga level FSH dan LH mencapai

puncaknya dan menyebabkan folikel preovulasi pecah dan terjadinya pelepasan

oosit dari ovarium ke saluran alat reproduksi betina (prosesnya disebut ovulasi).

Setelah ovulasi folikel yang pecah menjadi copus haemoragikum terus menjadi

korpus luteum yang menghasilkan hormon Progesteron selama fase luteal. Fase

luteal dimulai hari ke 5 s/d hari ke 18 setelah ovulasi dan selama fase ini P4

tinggi, folikel banyak yang atresi, hormon gonadotropin (FSH dan LH) rendah

(Sonjaya, 2005).

Inhibin memperlihatkan pengaruh terhadap sirkulasi FSH selama tahap

awal fase luteal. Inhibin dan estradiol mengkontrol pengeluaran FSH selama

gelombang folikular pertama. Sekresi FSH tidak dipengaruhi oleh progesteron

melainkan oleh estradiol dan inhibin yang diproduksi oleh folikel selama periode

iklus (Souza, et al., 1998).

Page 22: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

7

Oogenesis adalah suatu proses pembentukan, pertumbuhan dan

pematangan dari gamet betina. Dimulai sejak embrional sampai setelah dilahirkan

dan mencapai puncakya pada saat ovulasi (Austin dan short, 1982).

Proses pembentukan sel kelamin betina terdiri dari dua tahap. Tahap yang

pertama adalah periode proliferasi yang terjadi pada saat prenatal sampai sebelum

atau sesaat setelah fetus dilahirkan. Selama itu proses yang terjadi adalah sel benih

primordial mengalami deferensiasi menjadi oogenia dan mengalami pembelahan

mitosis. Beberapa oogenia akan terus bermitosis dan berdiferensiasi menjadi oosit

primer. Oosit primer dengan inti pada tahap profase I dan dikelilingi sel epitel

disebut folikel primordial (Hafez, 2000). Menjelang lahir semua inti oosit primer

telah selesai membelah dan tertahan pada profase I tahap diploten. Inti oosit pada

tahap ini dicirikan dengan adanya membrane inti yang utuh dan nucleolus yang

jelas disebut germinal vesicle (GV) (Van den Hurk, et al., 1997).

Pertumbuhan oosit terbagi dua fase. Fase I oosit tumbuh cepat dan erat

hubungannya dengan perkembangan folikel ovari. Pada folikel primordial

aktivitas proliferasi sel epitel pipih yang mengelilingi sel telur akan dimulai

dengan membentuk satu lapis sel kuboid yang mengelilingi sel telur dan disebut

folikel primer. Sel kuboid akan terus berproliferasi membentuk multilayer sel

granulosa yang akan mengelilingi sel telur dan tahap ini disebut dengan folikel

sekunder. Proliferasi akan terus berlanjut hingga folikel membentuk antrum

folikuli yang disebut folikel tersier (Van den Hurk et al., 1997). Folikel tersier

akan dikelilingi oleh sel teka internal dan eksternal yang menghasilkan estrogen.

Antrum folikuli akan bertambah besar seiring dengan perkembangan sel folikel

Page 23: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

8

tersier. Pertumbuhan folikel selanjutnya akan tergantung pada hormon

gonadotropin untuk mencapai folikel de graaf yang diakhiri dengan proses

ovulasi. Bertambah besar diameter folikel ovari merupakan ciri dari fase II.

Pertumbuhan folikel dalam ovarium dipengaruhi oleh hormon gonadotropin serta

sekresi hormon dari sel granulosa dan sel teka (Hafez, 2000).

Tingkat Kematangan Oosit Secara In Vitro

Pematangan oosit diluar ovarium atau tubuh hewan disebut dengan

pematangan in vitro atau In Vitro Maturation (IVM). Pematangan in vitro

merupakan salah satu tahap yang penting dari rangkaian produksi embrio in vitro.

Oosit untuk memroduksi embrio in vitro yang diperoleh dari ovarium hewan

betina yang masih hidup maupun betina mati dari Rumah Potong Hewan (RPH)

dengan tanpa memperhatikan fase siklus birahi (Ball, et al., 1984).

Maturasi oosit secara in vitro adalah pemasakan oosit muda atau

pengaktifan oosit muda dalam medium diluar tubuh (Prochaska, et al., 1993).

Keberhasilan pembuahan secara in vitro didukung oleh proses maturasi oosit in

vitro yang baik (Down, 1993). Shamsuddin et al (1993) menyatakan bahwa

maturasi oosit in vitro dimaksudkan agar oosit primer dapat berkembang menjadi

oosit sekunder yang akan melakukan proses pembelahan meiosis dengan normal

dan sempurna sehingga menghasilkan sel telur yang siap untuk dibuahi.

Oosit akan mengalami proses maturasi secara spontan dengan adanya

media yang sesuai (Hafez, 2000). Proses pematangan oosit memerlukan medium

yang berfungsi sebagai tempat penyediaan nutrisi dan sekaligus tempat

pembuangan metabolit. Zat nutrisi yang diperlukan harus selektif dan mempunyai

Page 24: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

9

konsentrasi yang sesuai, serta memiliki pH, susunan gas dan osmolaritas larutan

fisiologis (Supriatna dan Pasaribu, 1992). pH harus dijaga tetap sekitar 7,2 dan

7,4, sedangkan osmolaritas ialah ukuran konsentrasi partikel terlarut dalam suatu

larutan (osm/L).

Selama maturasi oosit sapi, struktur kromatin dalam oosit yang belum

matang (Immature) berupa membran nukleus utuh (GV) dimulai dari pembelahan

meiosis pertama dilanjutkan dengan pembelahan meiosis kedua, menurut Lu et al

(1988) menunjukkan bahwa 90% dari oosit sapi mengalami pematangan pada 24

jam setelah dilakukan kultur. Membran nukleus menghilang setelah 5-6 jam

GVBD dan M-I dicapai setelah 12 jam dan M-II dicapai setelah 19 jam dan

diperkirakan pematangan inti tersebut lebih cepat in vitro daripada in vivo

(Gordon, 1997).

Pada proses pematangan sel telur secara in vitro dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya medium pematangan dan lingkungan penyimpanan (Incubator).

Medium standar untuk pematangan in vitro sel telur sapi adalah TCM-199. Agar

menunjang keberhasilan proses maturasi in vitro dilakukan inovasi komposisi dan

penambahan suplemen untuk mendapatkan kondisi medium yang optimsl.

Suplemen seperti serum, hormon estradiol, hormon gonadotropin (FSH dan LH),

mineral, glukosa, piruvat dan asam amino ditambahkan untuk membantu

transformasi inti (Sirard dan Blondin 1996).

Menurut Sirard dan Blondin (1996), lima faktor yang sangat berkompeten

dalam keberhasilan pematangan oosit adalah morfologi cumulus, ukuran folikel,

kesehatan folikel, stimulasi ovarium dan prosedur pematangan oosit sebelum

Page 25: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

10

dimulainya inkubasi. Laju proses maturasi oosit sapi, domba dan babi relatif

lambat karena membutuhkan waktu untuk sintesa protein aktif untuk persiapan

pemulaan meiosis. Pada sapi proses maturasi inti secara in vivo membutuhkan

waktu kurang lebih 24 jam. Selama maturasi, inti oosit sapi yang masuk tahap

profase pada awal meiosis I mengalami pengurangan kompemen kromosom

menjadi haploid (n=30 kromosom). Pada tahap molekuler, di dalam oosit

mengalami banyak interaksi antara siklus molekuler dengan substrat target pada

inti dan sitoplasma.

Penilaian terhadap kualitas oosit sebagai salah satu upaya melakukan

seleksi terhadap oosit yang akan dimaturasi sangat mempengaruhi keberhasilan

produksi embrio in vitro. Morfologi oosit berdasarkan kekompakan dan jumlah

lapisan sel kumulus berakibat positif terhadap maturasi, fertilisasi dan

pertumbuhan serta perkembangan embrio in vitro (De Wit, et al., 2000; Bilodeau-

Goeseels dan Panich, 2002). Tidak satu pun oosit yang gundul mampu mencapai

embrio tahap 8-16 sel (Khurana dan Niemann, 2000).

Pematangan oosit meliputi pematangan sitoplasma dan inti (Rahman et al.,

2001) yang merupakan proses yang sangat penting dalam mendukung

keberhasilan fertilisasi dan perkembangan embrio selanjutnya. Proses pematangan

inti yang berhubungan dengan aktivitas sintesis RNA, ditandai dengan perubahan

inti dari fase diploten ke metafase II. Membran inti akan mengadakan penyatuan

dengan vesikel membentuk Germinal Vesicle (GV) dan kemudian akan

mengalami pelepasan membran inti Germinal Vesicle Break Down (GVBD).

Setelah GVBD terbentuk, kromosom dibungkus oleh mikrotubulus dan

Page 26: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

11

mikrofilamen yang sangat mempengaruhi keberhasilan pembelahan meiosis.

Seiring dengan proses tersebut maka kebutuhan oksigen oosit akan meningkat.

Oosit yang telah mengalami GVBD selanjutnya akan mencapai tahap metafase I.

Metafase I (M-I) terjadi setelah 12-14 jam inkubasi dan diikuti oleh tahap anafase

(A-I) dan telofase (T-I) yang berlangsung relatif sangat rendah dan berbeda nyata

dengan kelompok lainnya. Hambatan terhadap perkembangan folikel yang

dihasilkan oleh folikel dominan ternyata juga mempengaruhi kualitas oosit yang

dihasilkan.

Faktor yang dapat mendukung keberhasilan tingkat pematangan inti oosit

menurut Zheng and Sirard (1992) adalah terjadinya ekspansi sel-sel kumulus,

pematangan inti yang mencapai M-II dan pematangan sitoplasma. Kualitas oosit

juga dipengaruhi oleh suhu dan waktu penyimpanan ovarium sebelum dikoleksi.

Umumnya oosit diambil dari ovarium dalam jangka waktu 1 sampai 2 jam setelah

pemotongan, dengan suhu penyimpanan sekitar 30oC, karena penurunan suhu

oosit yang diaspirasi dari folikel sampai jauh dibawah suhu fisiologik tubuh

berpengaruh negatif pada viabilitas oosit, dalam bentuk abnormalitas pada semua

fase meiosis. Hal ini didukung dengan penelitian Zhang et al (1990) yang

menunjukkan bahwa ovarium yang dibawa pada suhu 0 sampai 2oC menghasilkan

angka fertilisasi dan perkembangan embrio yang nyata lebih rendah dibandingkan

dengan ovarium yang dibawa pada suhu 18 sampai 20 oC ataau 30 sampai 32

oC.

Hubungan yang sangat dekat antar sel-sel granulosa dan sel-sel kumulus

disekitar oosit akan mengakibatkan pematangan oosit tertahan untuk tidak

mengalami meiosis, apabila hubungan ini meregang oleh faktor-faktor

Page 27: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

12

pematangan oosit atau sel-sel kumulus yang terekspansi, akan mengakibatkan gap

junction dengan cepat menurun jumlahnya, sebagai akibat akses penghambatan

berlangsungnya meiosis berkurang drastis. Oleh karenanya terjadi ekspansi sel-sel

kumulus atau aktivasi sel-sel kumuluss, digunakan sebagai salah satu indikasi

kematangan oosit (Pisastyani, 2003).

Peran sel kumulus setiap spesies berbeda, pada oosit tanpa sel-sel kumulus

dapat berkembang sampai tingkat pematangan M-II dan dapat difertilisasi.

Pematangan dapat dilakukan pada oosit yang gundul (tanpa sel-sel kumulus)

asalkan keadaan sitoplasma tersebut masih bagus dan kompak (Cox, et al., 1993).

Page 28: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

13

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu, Di Gedung Pusat

Kegiatan Penelitian (PKP), Universitas Hasanuddin pada bulan Desember 2013

sampai Januari 2014.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan adalah ovarium sapi Bali 120 buah yang diperoleh

dari Rumah Potong Hewan (RPH) Tamangapa, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi

Selatan. Larutan 0,9% NaCl ,100 IU/ml penicillin , 100 µ/ml streptomycin sulfate,

phosphate buffered saline (PBS; Gibco, Grand Island, NY, USA), Fetal Bovine

Serum (FBS; Gibco, Grand Island, NY, USA) 10%, tissue culture medium (TCM)

199 (Sigma, USA), pregnant mare serum gonadotrophin (PMSG) (Intergonan,

Intervet Deutschland GmbH), 10 IU/ml human chorionic gonadotrophin (hCG)

(Chorulon, Intervet international B.V. Boxmeer-Holland) dan 50 µg/ml

gentamycin (Sigma, USA), mineral oil (Sigma Chemical Co. St. Louis MO,

USA), enzim hyaluronidase (Sigma, USA) 0,25%, KCL 0.7%, parafin dan

vaselin (1:9), ethanol dan asetat dengan perbandingan (3:1), ethanol absolute,

aceto orcein 2%, asam asetat 25% larutan kutek bening.

Alat yang digunakan adalah Syringe, kaca arloji , petri dish, inkubator

CO2 5%, temperature 38,5 oC, pipet, mikropipet, cawan petri, objek glass, kaca

objek, dan mikroskop Axio Cam.

Page 29: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

14

Metode Penelitian

a. Rancangan Penelitian

Penelitian menggunakan metode eksperimental laboratorium berdasarkan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan sehingga

terdapat 12 perlakuan dengan susunan sebagai berikut :

T1 : Tingkat kematangan oosit pada belum siklus

T2 : Tingkat kematangan oosit pada fase folikuler

T3 : Tingkat kematangan oosit pada fase luteal

b. Prosedur Penelitian

Kegiatan meliputi 3 tahap kegiatan, yaitu koleksi oosit, pematangan oosit In

Vitro, dan Evaluasi tingkat pematangan inti oosit.

1. Koleksi oosit

Ovarium sapi segar dikumpulkan di rumah potong hewan dan dibawa ke

laboratorium dengan larutan 0,9% NaCl ditambah 100 IU/ml penicillin dan 100

µ/ml streptomycin sulfate. Koleksi oosit dilakukan dengan menyayat/mencacah

(Slicing) folikel yang ada di permukaan ovarium sehingga cairan folikel keluar.

Selanjutnya dilakukan pembilasan (Flushing) dengan penyemprotan NaCl 0,9%

menggunakann syringe ke dalam folikel bekas sayatan diharapkan oosit juga ikut

keluar. Selanjutnya oosit diseleksi menggunakan mikroskop (hanya oosit dengan

keadaan sitoplasma yang homogen dan dikelilingi ≥ 3 lapis sel kumulus yang

digunakan) dan ditampung dalam petri dish yang berisi media phosphate buffered

saline (PBS; Gibco, Grand Island, NY, USA) yang disuplementasi dengan Fetal

Page 30: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

15

Bovine Serum (FBS; Gibco, Grand Island, NY, USA) 10%. Oosit hasil koleksi

dicuci dalam medium koleksi yang terdiri atas PBS ditambah 10% FBS dan

medium maturasi masing-masing dua kali pencucian, selanjutnya dilakukan

maturasi dalam tissue culture medium (TCM) 199 (Sigma, USA) ditambahkan

FBS 10%, 10 IU/ml pregnant mare serum gonadotrophin (PMSG) (Intergonan,

Intervet Deutschland GmbH), 10 IU/ml human chorionic gonadotrophin (hCG)

(Chorulon, Intervet international B.V. Boxmeer-Holland) dan 50 µg/ml

gentamycin (Sigma, USA).

2. Pematangan Oosit In Vitro

Oosit yang diseleksi dan telah melalui dua kali pencucian dengan

beberapa media, pematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi yang telah

diequilibrasi dengan membuat empat tetesan (drop) , (50 µL/drop) pada petri dish

dan ditutup dengan mineral oil (Sigma Chemical Co. St. Louis MO, USA)

selanjutnya dimasukkan ke dalam inkubator CO2 5%, temperature 38,5 oC selama

24 jam.

3. Evaluasi tingkat pematangan oosit

Oosit yang telah dimaturasi dibersihkan dari sel-sel kumulusnya

(denudase) dengan batuan enzim hyaluronidase (Sigma, USA) 0,25% dengan

cara dipipet berulang-ulang menggunakan pipet berdiameter yang sesuai dengan

ukuran oosit. Oosit yang telah bebas dari sel kumulusnya diletakkan pada drop

KCl 0.7% diatas kaca objek, lalu difiksir dengan kaca penutup yang memiliki

Page 31: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

16

bantalan parafin dan vaselin (1:9) pada keempat sudutnya. Preparat oosit yang

telah jadi, difiksasi pada ethanol dan asetat dengan perbandingan (3:1) selama 3-4

hari pada temperatur kamar. Setelah difiksasi preparat direndam terlebih dahulu

dalam larutan ethanol absolute selama satu jam. Kemudian preparat dikeringkan

menggunakan tissue sebelum diwarnai dengan aceto orcein 2% selama 5 menit.

Kemudian zat pewarna dibersihkan dengan asam asetat 25% dan keempat sisi

kaca penutup diberi larutan kuteks bening untuk selanjutnya dilakukan

pengamatan dibawah mikroskop Axio Cam.

c. Parameter yang diamati

Pengamatan tingkat kualitas oosit dan pematangan oosit dilakukan dengan

melihat kualitas oosit dan menghitung jumlah oosit, gambar kualitas oosit

disajikan pada Gambar 2, kriteria disajikan sebagai berikut :

1. Kualitas A oosit yang dikelilingi oleh kumulus ooforus dan sel

korona radiata kompak dan tebal

2. Kualitas B oosit yang dikelilingi oleh kumulus ooforus dan sel

korona radiata yang kompak dan tidak tebal

3. Kualitas C oosit yang tidak dikelilingi kumulus ooforus dan sel

korona radiate tidak kompak tapi tebal

4. Kualitas D oosit yang tidak dikelilingi kumulus ooforus dan sel

korona radiate tidak kompak dan tidak tebal.

Page 32: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

17

Gambar 2 Tingkat kualitas Potensi Oosit. A : Kualitas oosit kompak dan homogen, B: Kualitas

oosit kompak dan tidak homogeny, C: Kualitas oosit yang tidak kompak tapi

homogeny , D : Kualitas oosit yang tidak kompak dan homogeny.

Berdasarkan gambar 2 dapat dilihat jenis-jenis kualitas oositnya yang

tentunya mempengaruhi tingkat pematangan oosit secara in vitro pada berbagai

aktivitas ovarium. Bilodeau-Goeseels dan Panich (2002) menyatakan persentase

tingkat pembelahan sel yang berasal dari oosit yang memiliki lebih dari lima lapis

sel kumulus mencapai angka yang lebih tinggi dan berbeda nyata daripada tingkat

pembelahan sel yang berasal dari oosit dengan lapisan sel kumulus kurang dari

lima lapis, walaupun sitoplasmanya homogen.Untuk menghitung tingkat struktur

populasi potensi kualitas oosit Dengan model matematika sebagai berikut :

Potensi Kualitas A (%)

Pengamatan tingkat kematangan oosit disajikan pada gambar 3, kriteria

tahap tingkat kematangan oosit disajikan sebagai berikut :

Page 33: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

18

1. Fase Germinal Vesicle (GV) ditandai dengan adanya membrane

inti dan nukleolus terlihat dengan jelas ditepi

2. Fase Germinal Vesicle Breaking Down (GVBD) ditandai dengan

robeknya membran inti sehingga nukleolus tidak terlihat jelas

3. Fase Metaphase–I (M-I) ditandai dengan adanya kromosom

homolog yang berpasangan dan berderet di bidang equator

4. dan pada fase Metaphase-II (M-II) ditandai adanya badan kutub I

dan susunan kromosom yang sama dengan tahap M-I.

Untuk menghitung tingkat kematangan oosit dengan model matematika

sebagai berikut :

Tingkat Kematangan (%)

061292Sengkang

Gambar 3. Tingkat Kematangan Inti Oosit, A: Metafase II, B: Metafase I, C:

Germinal Vesicle Break Dawn (GVBD), D: Germinal Vesicle (GV).

A B

C D

Page 34: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

19

Analisis Data

Data penelitian tingkat kematangan oosit menggunakan Rancangan Acak

lengkap (RAL) dengan analysis of variance (ANOVA) terlebih dahulu

ditransformasi dengan arsinx untuk memperoleh penyebaran data distribusi

normal (Gaspersz, 1991), apabila terdapat perbedaan diantara perlakuan

dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) (Steel and Torrie 1981).

Hubungan Tingkat Persentase struktur populasi dengan potensi oosit dianalisis

menggunakan Uji Chi-Square. Data diolah menggunakan software SPSS 18.0 for

windows. Dengan model matematika sebagai berikut :

Yij = µ + ᴛi + ɛi

i = 1,2,3

j = 1,2,3,4

Keterangan :

Yij = Hasil pengamatan dari tingkat pematangan oosit beberapa fase

berdasarkan status ovarium ke-i dengan ulangan ke-j

µ = Rata-rata pengamatan

ᴛi = Pengaruh beberapa fase berdasarkan tingkat kematangan ovarium

ke-i

ɛ = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Page 35: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

20

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Potensi Oosit untuk Mencapai Tingkat Kematangan Secara In Vitro

Hasil penelitian pada tingkat kualitas oosit dan struktur populasi oosit

untuk mencapai tingkat kematangan oosit, disajikan pada gambar gambar 4.

Gambar 4. Histogram Rata-rata struktur populasi potensi oosit berdasarkan Aktivitas ovarium

sapi Bali.

Keterangan : A. Oosit yang homogen dan kompak, B. Oosit yang homogen dan tidak Kompak,

C. Oosit yang tidak homogen dan kompak, D. Tidak Kompak dan tidak homogen.

Gambar 4 menujukkan perbedaan struktur populasi dalam berbagai siklus

status ovarium, distribusi populasi untuk fase folikuler dan luteal polanya sama

sedangkan untuk belum siklus polanya berbeda. Berdasarkan hasil uji chi square

(lampiran 3), menunjukkan adanya perbedaan distribusi populasi kualitas oosit

antara ketiga kondisi aktivitas ovarium, struktur populasi kualitas oosit pada fase

folikuler dan luteal tidak berbeda nyata (P0.05) sedangkan struktur populasi pada

fase belum siklus berbeda nyata (P0.05) dibanding dengan fase folikuler dan

luteal (Lampiran 3). Tidak berbedanya struktur populasi pada fase folikuler dan

fase luteal disebabkan kondisi awal ovarium dengan tingkat pertumbuhan folikel

52% 54% 62%

12% 15% 8%

2% 11% 14% 10%

20% 16%

-10%

10%

30%

50%

70%

belum siklus folikuler luteal

Rat

a-r

ata

(%)

Aktivitas Ovarium

Struktur Poulasi Kualitas Oosit

a

b

c

d

Page 36: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

21

pada fase folikuler dan fase luteal masih berkembang, sedangkan pada status

aktivitas ovarium belum siklus pertumbuhan folikel sangat rendah dibandingkan

dengan fase folikuler dan fase luteal. Hal ini diduga adanya perbedaan pada saat

in vivo antara status fisiologis ovarium aktif dan belum siklus, pada belum siklus

adanya pengaruh hormononal yaitu poros hypothalamus-hipofisa-anterior belum

berfungsi secara baik, kelenjar hipofisa anterior belum cukup mampu

menghasilkan hormon gonadotropin sehingga ovarium juga belum mampu

menghasilkan hormon estrogen (Ratnawati, et al., 2007)

Untuk kualitas oosit A (Oosit yang homogen dan kompak) relatif sama

pada semua status aktivitas ovarium, sedangkan kualitas B (Oosit yang homogen

dan tidak kompak), C (Oosit yang tidak homogen dan kompak), dan D (tidak

kompak dan tidak homogen) lebih rendah pada belum siklus dibanding fase

folikuler dan fase luteal. Hal ini disebabkan karena kondisi awal pada aktifitas

ovarium berbeda. Fase luteal dengan adanya korpus luteum lebih banyak dan

kualitas oosit yang lebih baik dibandingkan dengan ovarium tanpa korpus luteum.

Keberadaan korpus luteum yang menghasilkan progesteron dalam sirkulasi tubuh

akan menyebabkan hambatan pertumbuhan folikel dominan mencapai ovulasi

sehingga dapat menekan pengaruh negatif folikel dominan terhadap pertumbuhan

dan perkembangan folikel subordinat lainnya (Taylor dan Rajamahendran, 1991).

Page 37: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

22

Tingkat Kematangan Oosit Berdasarkan status Ovarium

Hasil penelitian tingkat kematangan oosit, disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Tingkat Rata-rata Kematangan Oosit Berdasarkan Aktivitas Ovarium

Perlakuan Pematangan Inti (%)

GV GVBD MI MII

Belum Siklus 4.54±9.09 15.84±12.75 48.37±16.15 20.81±17.59 a

Fase Folikuler 0.00±0.00 0.00±0.00 46.73±2.43 53.26±2.43 b

Fase Luteal 1.38±2.78 8.61±13.59 29.26±11.96 60.73±23.67

b

Keterangan : Superskrip yang berbeda dalam kolom menunjukkan tidak berbeda

nyata (P>0.05).

Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan status ovarium berpengaruh

nyata (P<0.05) terhadap tingkat kematangan oosit pada tahap M-II, tetapi tingkat

kematangan pada tahap GV, GVBD, dan M-I perlakuan status aktivitas ovarium

tidak berpengaruh nyata. Hasil analisis uji LSD tingkat kematangan M-II nyata

lebih rendah (P<0.05) pada status belum siklus dbanding pada fase folikuler dan

fase luteal (Tabel 1). Rendahnya tingkat kematangan oosit pada tahap MII pada

perlakuan belum siklus disebabkan oleh kondisi awal aktivitas ovarium kurang

aktif hal ini yang mempengaruhi tingkat maturasi oosit. Menurut Ratnawati et al

(2007), hal ini disebabkan karena pada fase belum siklus poros hypothalamus-

hipofisa-anterior belum berfungsi secara baik, kelenjar hipofisa anterior belum

cukup mampu menghasilkan hormon gonadotropin sehingga ovarium juga belum

mampu menghasilkan hormon estrogen sebagai akibat belum terjadi pertumbuhan

folikel dan oosit yang sempurna.

Tabel 1 menunjukkan pematangan inti pada perlakuan belum siklus dan

fase luteal dimulai tingkat pematangan oosit pada GV, GVBD, MI dan MII,

sedangkan fase folikuler dimulai tingkat pematangan oosit hanya pada MI dan

Page 38: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

23

MII. Hal ini menunjukkan oleh tingkat pematangan oosit yang berbeda karena

perlakuan aktivitas ovarium yang berbeda.

Fase folikuler tingkat kematangan lebih cepat, dimulai tingkat

pematangan oosit langsung pada MI dan MII. Hal ini ini disebabkan pada

kondisi awal (in vivo) terdapatnya pertumbuhan folikel primordial, preantrum,

folikel antrum, dan sampai pada tahap folikel preovulasi. Berkembagnya folikel

karena terdapatnya penghilangan efek negatif dari progesteron sehingga

konsentrasi GnRH kembali meningkat. Peningkatan konsentrasi GnRH akan

menyebabkan peningkatan produksi FSH dan LH sehingga dapat mendukung

pertumbuhan folikel. Folikel de Graaf akan menghasilkan lebih banyak estrogen.

Sehinggah oosit pada awal pematangan in vitro lebih cepat dimulai pada tahap MI

dan MII (Parker, et al., 2002; Adams, et al,. 1992).

Pada Fase luteal tingkat kematangan oosit dimulai pada tingkat

kematangan pada tahap GV, GVBD, M-I, dan M-II. Hal ini ini disebabkan pada

kondisi awal (in vivo) masih terdapat pertumbuhan folikel primordial sampai

pertumbuhan folikel preantrum tetapi tidak sampai pada tahap pertumbuhan

folikel antrum dan preovulasi, kurang berkembagnya folikel karena terdapatnya

CL (Corpus Luteum) yang menghasilkan progesteron yang dapat menghambat

pertumbuhan folikel sampai preovulasi, sehinggah oosit pada awal pematangan in

vitro dimulai pada tahap GV, GVBD, MI dan MII (Boediono, et al., 1995) .

Page 39: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

24

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Struktur populasi kualitas oosit berkaitan erat dengan status ovarium, struktur

populasi pada fase folikuler dan fase luteal didominasi oleh kualitas oosit A

(Oosit yang dikelilingi oleh kumulus ooforus dan sel korona radiata kompak

dan tebal).

2. Tingkat persentase kematangan oosit M-II lebih tinggi pada fase luteal dan

folikuler.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan disarankan untuk melakukan

kajian lebih lanjut mengenai hubungan status reproduksi ovarium untuk mencapai

tingkat kematangan oosit sampai tahap produksi embrio secara in vitro.

Page 40: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

25

DAFTAR PUSTAKA

Adams, G.P., R.L. Matteri, J.P. Kastelic, J.C. Ko, O.J. Ginther. 1992.

Assosiationbetween surges of follicle -stimulating hormone and the

emergence of follicular waves in heifers. J. Reprod. Fertil. 94: 177-188.

Austin, C.R. and R. V. Short. 1982. Reproduction in Mammals. Book I.

University Press. Cambridge. 103.

Ball, G.D, M.L. Leibfreid, R.W.A.X. Lenz, B.D. Bavister and N.L. First. 1984.

Factors affecting succcesfull in vitro fertilization of Bovine Follicular

Oocyte. Biol. Reprod.28;717-725.

Bilodeau-Goeseels, S. and P. Panich 2002. Effects of oocyte quality on

development and transcriptional activity in early bovine embryos.

Anim. Reprod. Sci. 71 (3-4): 143-155.

Boediono, A., R. Rajamahendran, S. Saha, C. Sumantri, T. Suzuki. 1995. Effect of

thepresence of a CL in the ovary on oocyte number, cleavage rate and

blastocyst production in vitro in cattle. Theriogenology 43 (1): 169.

[Abstr].

Cox, J.F., J. Hormazabal and A. Santa Maria. 1993. Effect of the cumulus on in

vitro fertilization of bovine matured oocytes.Theriogenology, 40: 1259-

1267.

De Wit, A.A., Y.A. Wurth, T.A. Kruip. 2000. Effect of ovarian phase and

folliclequality on morphology and developmental capacity of the bovine

cumulus- oocyte complex. J. Anim. Sci. 78(5): 1277-1283.

Down, S. M. 1993.Factors Effecting The Resumption of meiotic Maturation in

Mammals Oocytes.Theriogenol.39;65-79.

Fortune, J.E., G.M. Rivera, A.C.O.Evans, A.M. Turzillo. 2001. Differentiation of

dominant versus subordinate follicles in cattle. Biol. Reprod. 65: 648-

654.

Frandson, R.D., 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak, Edisi ke-7, diterjemahkan

oleh Srigandono, B dan Praseno, K, Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Page 41: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

26

Gaspersz, Vincent. 1991. Metode Perancangan Percobaan.CV. Armico, Bandung.

Gordon, I. 1997. Controlled reproduction in sheep and goats. Cambridge: CAB

International. pp 53-85.

Hafez, E.S.E., dan B. Hafez. 2000. Folliculogenesis, egg maturation and

ovulation. In: Hafez B and Hafez ESE. Reproduction in Farm Animals.

7th Ed. Philadelphia: Lea and Febiger. pp 68-81.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak Di Lapangan. PT.

Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Khurana, N.K. and H. Niemann. 2000. Effects of oocyte quality, oxygen

tension,embryo density, cumulus cells and energy substrates on

cleavage andmorula/blastocyst formation of bovine embryos.

Theriogenology 54 (5): 741-756.

Lu, K.H., I. Gordon, H.B. Chen, M. Gallagher and H. M.C. Govern.1988. Birth of

Twins After Transfer of Cattel Embrio Producced by in vitro

Techniques. Vet Rec.36;125-132.

Pane, I. 1990. Upaya meningkatkan mutu genetik sapi Bali di P3Bali. Proc.

Seminar Nasional Sapi Bali 20–22 September. hlm: A42.

Parker, K.I., D.M. Robertson, N.P. Groome, K.L. Macmillan. 2002. Plasma

concentration of inhibin A and follicle stimulating hormone differ

between cows with two or three waves of ovarian follicular

development in a single estrous cycle. Biol. Reprod. 68: 822-828.

Payne, W.J.A. and D.H .L. Rollinson, 1973. Bali Cattle. World Anim. Rev. 7:

13-21 .

Pisastyani, Herwin, 2003.Kompetensi tingkat kematangan oosit domba yang

dimatangkan pada TCM 199 dan mem eagle in vitro.FKH.IPB.

Putu, I-G., P. Situmorang, P. Lubis, T.D. Chaniago, E. Triwulaningsih, T.

Sugiarti, I-W. Mathius dan B. Sudaryanto.1998. Pengaruh pemberian

pakan konsentrat tambahan selama dua bulan sebelum dan sesudah

kelahiran terhadap performan produksi dan Reproduksi Sapi Potong.

Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor 1 – 2

Desember 1998. Puslibang Peternakan, Bogor. hlm. 279 – 286.

Prochaska, R.,R. Durnford, P.S. Fiser And G.J. Marcus. 1993. Paerthenogenetic

Development Of Activated in vitro Mtured Bovine Oocytes,

Theriogenol.39;103-105.

Page 42: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

27

Rasby,R.andR.Vinton.2001.Theestrouscycle.http://beef.unl.edu/learning/estrous.

shtm

Rahman, N.U., M. Sarwar, H.A. Samad. 2001. In vitro production of bovine

embryos -a review. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 14: 1342-1351.

Ratnawati, Dian., wulan cahya pratiwi dan lukman affandhy. S. 2007. Penanganan

gangguan reproduksi pada sapi potong. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Peternakan. Depertemen Pertanian.

Sonjaya, H. 2005. Materi Mata Kuliah Ilmu Reproduksi Ternak. Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Sirard, M.A., and P. Blondin. 1996. Oocyte maturation and IVF in cattle. Anim.

Reprod.Sci.442;417-426

Spalding, J.F., R.O. Berry and J.G. Moffit. 1995. The maturation process of the

ovum of swine during normal and indereed ovulations. J.Animal

Science 14:609.620.

Supriatna, I., dan F.H. Pasaribu. 1992. In vitro Fertilisasi,Transfer Embrio dan

pembekuan embrio.Bogor;PAU Bioteknogi IPB.pp;1-56.

Shamsuddin, M.B., Larsson and H.R. Martinez. 1993. Maturation-related changes

in Bovine Oocytes Under Different Culture Conditions.J.Anim.

Reprod.Scl.31;49-58.

Souza, C.J.H., B.K. Campbell, D.T. Baird. 1998. Follicular waves and

concentrations of steroid and inhibin A in ovarian venous blood during

the luteal phase of the oestrous cycle in ewes with an ovarian

autotransplant. J. Endocrinology 156: 563-572.

Steel, R.G.D., dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu

Pendekatan Biometric. Alih bahasa: B. Sumantri. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Tanari, M. 2001. Usaha pengembangan sapi Bali sebagai ternak lokal dalam

menunjang pemenuhan kebutuhan protein asal hewani di Indonesia.

http:// rudyct. 250x. com/ sem1_012/m_tanari.

Taylor, C., Rajamahendran R. 1991. Follicular dynamics and corpus luteum

growth and function in pregnant versus nonpregnant dairy cows. J.

Dairy Sci. 74: 115-123.

Page 43: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

28

Van den Hurk, R.M. Bevers and J.F.Beckers. 1997. In vivo and in vitro

development of pre antral follicles, Theriogenology,47:73-82.

Zhang, L., E.G. Blakewood, R.S. Denniston and R.A. Goolke. 1990. The effect of

ovary temperature on oocyte maturation in vitro fertilization and

embryo development in cattle.Proc.So. Section Amer.Dairy

Sci.Assoc.p:16

Zheng, Y.S., and M.A. Sirard.1992. The Effect of Sera, Bovine Serum Albumin

and Follicular Cell on In Vitro Maturation and Fertilization of Porcine

Oocyte. 3 Theriogenology.

Page 44: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

LAMPIRAN

Page 45: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

Lampiran 1. Tingkat Potensi Oosit Berdasarkan Aktivitas Ovarium

PERLAKUAN ULANGAN Tingkat Potensi Oosit (%)

TOTAL A B C D

Belum siklus

1 4 3 - 1 8

2 7 1 - 2 10

3 5 5 - 1 11

4 6 3 1 3 13

Total 22 12 1 7 42

Rata-rata 52.38 28.57 2.38 16.67

Fase Folikuler

1 10 2 3 2 17

2 8 4 3 5 20

3 8 1 2 3 14

4 9 2 - 1 12

Total 35 9 8 11 63

Rata-rata 55.56 14.29 12.7 17.46

Fase Luteal

1 13 1 2 3 19

2 14 3 3 5 25

3 14 1 3 3 21

4 15 2 5 3 25

Total 56 7 13 14 90

Rata-rata 62.22 7.78 14.44 15.56

Page 46: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

Lampiran 2. Tingkat pematangan inti oosit secara in vitro pada sapi Bali

PERLAKUAN ULANGAN Tingkat Pematangan Inti

TOTAL GV GVBD MI MII

Belum siklus

1 - - 4 3 7

2 - 1 6 2 9

3 2 3 4 2 11

4 - 3 4 0 12

Total 2 7 18 7 39

Fase Folikuler

1 - - 8 9 17

2 -

4 5 9

3 - - 5 6 11

4 - - 2 2 4

Total 0 0 19 22 41

Fase Luteal

1 1

4 13 18

2 - 1 6 10 17

3 - 0 1 5 6

4

2 3 2 7

Total 1 3 14 30 48

Rata-rata 2.34 7.81 39.84 46.09 128

Page 47: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

Lampiran 3. Tingkat Rata-rata Potensi Oosit Berdasarkan Aktivitas Ovarium

Perlakuan

Tingkat Potensi Oosit

A B C D

Belum Siklus 52.38% 28.57% 2.38% 16.67%

Fase Folikuler 55.56% 14.29% 12.70% 17.46%

Fase Luteal 62.22% 7.78% 14.44% 15.56%

Page 48: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

Lampiran 4. Tingkat Rata-rata Kematangan Oosit Berdasarkan Aktivitas Ovarium

Perlakuan

Pematangan Inti (%)

GV GVBD MI MII

Belum Siklus 4.54±9.09 15.84±12.75 48.37±16.15 20.81±17.59 a

Fase Folikuler 0.00±0.00 0.00±0.00 46.73±2.43 53.26±2.43 b

Fase Luteal 1.38±2.78 8.61±13.59 29.26±11.96 60.73±23.67 b

Page 49: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

Lampiran 5. Uji Chi-Square Tingkat Struktur Kualitas Oosit berdasarkan Aktivitas Ovarium pada Sapi Bali

Perlakuan Belum Siklus Dan Fase Folikuler

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 13.447a 3 .004

Likelihood Ratio 14.507 3 .002

Linear-by-Linear Association .191 1 .662

N of Valid Cases 200

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.50.

Page 50: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

Perlakuan Belum Siklus Dan Fase Luteal

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 21.826a 3 .000

Likelihood Ratio 23.692 3 .000

Linear-by-Linear Association .000 1 1.000

N of Valid Cases 200

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.00.

Page 51: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

Perlakuan Fase Folikuler Dan Fase Luteal

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 2.009a 3 .571

Likelihood Ratio 2.030 3 .566

Linear-by-Linear Association .178 1 .673

N of Valid Cases 200

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.00.

Page 52: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

Lampiran 6. Tingkat Kematangan Oosit dengan Menggunakan Rancangan Acak lengkap (RAL) dengan analysis

of variance (ANOVA)

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: M2

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 1786.954a 2 893.477 5.331 .030

Intercept 19883.578 1 19883.578 118.628 .000

Perlakuan 1786.954 2 893.477 5.331 .030

Error 1508.512 9 167.612

Total 23179.044 12

Corrected Total 3295.465 11

a. R Squared = .542 (Adjusted R Squared = .441)

Page 53: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

Multiple Comparisons Dependent Variable: M2

LSD

(I) Perlakuan (J) Perlakuan Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1.00 2.00 -23.1825

* 9.15457 .032 -43.8916 -2.4734

3.00 -27.9325* 9.15457 .014 -48.6416 -7.2234

2.00 1.00 23.1825

* 9.15457 .032 2.4734 43.8916

3.00 -4.7500 9.15457 .616 -25.4591 15.9591

3.00 1.00 27.9325

* 9.15457 .014 7.2234 48.6416

2.00 4.7500 9.15457 .616 -15.9591 25.4591

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 167.612.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Page 54: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: M1

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 334.412a 2 167.206 .738 .505

Intercept 20036.110 1 20036.110 88.489 .000

Perlakuan 334.412 2 167.206 .738 .505

Error 2037.823 9 226.425

Total 22408.345 12

Corrected Total 2372.235 11

a. R Squared = .141 (Adjusted R Squared = -.050)

Page 55: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: GVBD

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 822.283a 2 411.142 2.780 .115

Intercept 1344.930 1 1344.930 9.093 .015

Perlakuan 822.283 2 411.142 2.780 .115

Error 1331.232 9 147.915

Total 3498.445 12

Corrected Total 2153.515 11

a. R Squared = .382 (Adjusted R Squared = .244)

Page 56: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: GV

Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 82.645a 2 41.323 .587 .576

Intercept 128.446 1 128.446 1.825 .210

Perlakuan 82.645 2 41.323 .587 .576

Error 633.273 9 70.364

Total 844.364 12

Corrected Total 715.918 11

a. R Squared = .115 (Adjusted R Squared = -.081)

Page 57: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

Lampiran 7. Dekumentasi Tahap-tahap Penelitian

Pengambilan Sampel di RPH

Page 58: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

Proses seleksi ovarium berdasarkan status ovarium

Page 59: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

Proses Slicing, Denudase , dan Pewarnaan

Page 60: POTENSI OOSIT BERDASARKAN STATUS AKTIVITAS · PDF filePematangan oosit dilakukan dalam medium maturasi pada inkubator CO 2 5% ... 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

RIWAYAT HIDUP

Nama Andi Mutmainna Penulis dilahirkan pada tanggal 06

Desember 1991 di Piampo (Wajo), Sulawesi Selatan

sebagai anak keenam dari delapan bersaudara melalui

pasangan Bapak (H.Bachtiar) dan Ibu (Hj. Andi Ansa

Page Makkaraka). Pendidikan Formal yang telah ditempuh

penulis adalah Sekolah Dasar 259 Teddaopu Sengkang

dari tahun 1998 sampai tahun 2004, kemudian dilanjutkan ke Sekolah Menengah

Pertama di MTs As’adiyah Putri Sengkang dan lulus pada tahun 2007 dan

selanjutnya diterima di Madrasah Aliyah As’adiyah Putri Sengkang 2010.

Penulis diterima di Perguruan Tinggi Negeri Universitas Hasanuddin

(UNHAS), Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan melalui jalur Seleksi

Prestasi Olahraga Seni dan Keilmuan (POSK). Selama mengikuti perkuliahan

penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Jurusan (HIMAPROTEK) Fakultas

Peternakan, Universitas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar.