Potensi Kekayaan Budaya Dan Nilai Sosial Nasional Sebagai Modal Sosial Pembangunan Indonesia Di Masa...

18
Potensi Kekayaan Budaya dan Nilai Sosial Nasional Sebagai Modal Sosial Pembangunan Indonesia di Masa Depan Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Budaya secara istilah memiliki arti suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi 1 . Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni 2 . Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. 1 Human Communication: Konteks-konteks Komunikasi 2 Human Communication: Konteks-konteks Komunikasi 1

description

Mengulas potensi - potensi bangsa yang dapat menjadi modal penting pembangunan bangsa Indonesia di masa depan.

Transcript of Potensi Kekayaan Budaya Dan Nilai Sosial Nasional Sebagai Modal Sosial Pembangunan Indonesia Di Masa...

Page 1: Potensi Kekayaan Budaya Dan Nilai Sosial Nasional Sebagai Modal Sosial Pembangunan Indonesia Di Masa Depan

Potensi Kekayaan Budaya dan Nilai Sosial Nasional Sebagai Modal

Sosial Pembangunan Indonesia di Masa Depan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan

bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi

dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata

Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau

bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Budaya secara istilah memiliki arti suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh

sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi1. Budaya terbentuk dari banyak

unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,

bangunan, dan karya seni2. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan

dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.

Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan

menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.

Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini

tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.3

Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari

budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang

dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya

sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya

seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan

"kepatuhan kolektif" di Cina.

1 Human Communication: Konteks-konteks Komunikasi2 Human Communication: Konteks-konteks Komunikasi3 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang

Berbeda Budaya. 2006. Bandung:Remaja Rosdakarya.hal.25

1

Page 2: Potensi Kekayaan Budaya Dan Nilai Sosial Nasional Sebagai Modal Sosial Pembangunan Indonesia Di Masa Depan

Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman

mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam

anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian

dengan hidup mereka.

Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk

mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

Sedangkan Kebudayaan, Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan

bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki

oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke

generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma

sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain,

tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di

dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan

kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa,

dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu

yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat

dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai

makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-

2

Page 3: Potensi Kekayaan Budaya Dan Nilai Sosial Nasional Sebagai Modal Sosial Pembangunan Indonesia Di Masa Depan

pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang

kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan

bermasyarakat.

Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara yang memiliki

keanekaragaman budaya yang sangat banyak. Hal ini disebabkan Indonesia adalah negara

kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.487 pulau4, oleh karena itu ia disebut juga

sebagai Nusantara5. Dengan populasi sebesar 237 juta jiwa pada tahun 20106, Indonesia adalah

negara berpenduduk terbesar keempat di dunia. Hal ini semua menyebabkan Indonesia memiliki

keanekaragaman yang sangat tinggi, baik dari segi bahasa, adat istiadat, dan lain – lain. Dengan

begitu, Indonesia dikatakan memiliki kebudayaan yang beraneka ragam.

Keragaman budaya atau "cultural diversity" adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia.

Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok suku bangsa,

masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang

merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa yang ada di daerah

tersebut. Dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi sebagian penduduk Indonesia

tinggal tersebar di pulau-pulau di nusantara. Mereka mendiami pegunungan, tepian hutan,

pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat

peradaban kelompok-kelompok suku bangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda.

Keanekaragaman kebudayaan Indonesia secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia

mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu.

Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok suku bangsa yang

berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia pada lingkup pergaulan dunia

internasional pada saat terdahulu sampai sekarang ini.

Indonesia, sebagai sebuah masyarakat majemuk, tercermin dari semboyan bangsa Indonesia,

yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan itu mengandung arti bahwa bangsa Indonesia adalah

sebuah negara yang terdiri atas masyarakat-masyarakat suku bangsa yang dipersatukan dan

4 http://nasional.vivanews.com/news/read/260537-indonesia-daftarkan-13-487-pulau-ke-pbb5 Justus M. van der Kroef (1951). "The Term Indonesia: Its Origin and Usage"6 Biro Pusat Statistik, www.bps.go.id

3

Page 4: Potensi Kekayaan Budaya Dan Nilai Sosial Nasional Sebagai Modal Sosial Pembangunan Indonesia Di Masa Depan

diatur oleh sistem nasional berupa bahasa, bendera, lagu kebangsaan, dan peraturan perundangan

dalam satu kesatuan Republik Indonesia. Di antara 175 negara anggota PBB yang bersifat

multietnik, hanya sekitar 12 negara yang struktur sosialnya homogen, seperti Jerman, Jepang,

dan Somalia.

Menurut Clifford Geertz, aneka ragam kebudayaan yang berkembang di Indonesia dapat dibagi

menjadi dua tipe berdasarkan ekosistemnya, antara lain sebagai berikut.

1. Kebudayaan Indonesia Dalam

Kebudayaan yang berkembang di Indonesia Dalam, yaitu daerah Jawa dan Bali ini,

ditandai oleh tingginya intensitas pengolahan tanah secara teratur dan telah menggunakan

sistem pengairan dan menghasilkan padi yang ditanam di sawah. Dengan demikian,

kebudayaan di Jawa yang menggunakan tenaga kerja manusia dalam jumlah besar

disertai peralatan yang relatif lebih kompleks merupakan perwujudan upaya manusia

mengubah ekosistemnya untuk kepentingan masyarakat.

2. Kebudayaan Indonesia Luar

Kebudayaan yang berkembang di Indonesia Luar, yaitu di luar Pulau Jawa dan Bali,

kecuali di sekitar Danau Toba, dataran tinggi Sumatra Barat dan Sulawesi Barat Daya

yang berkembang atas dasar pertanian perladangan. Ekosistem di daerah ini ditandai

dengan jarangnya penduduk yang pada umumnya baru beranjak dari kebiasaan hidup

berburu ke arah hidup bertani. Oleh karena itu, mereka cenderung untuk menyesuaikan

diri mereka dengan ekosistem yang ada sehingga untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat mereka melakukan migrasi ke daerah lain. Sistem kebudayaan masyarakat

yang berkembang di daerah ini adalah kebudayaan masyarakat pantai yang diwarnai

kebudayaan alam pesisir, kebudayaan masyarakat peladang, dan kehidupan masyarakat

berburu yang masih sering berpindah tempat.

Macam-macam potensi keberagaman budaya di Indonesia sesungguhnya sangat amat banyak.

Hal ini disebabkan posisi geografis Indonesia yang sangat strategis mendorong terbentuknya

heterogenitas budaya yang membentuk perilaku sosial,sistem nilai, pandangan hidup, dan sistem

kepercayaan yang dilestarikan sebagai wujud ikatan primordial. Kepulauan Indonesia merupakan

jalur lalu lintas perdagangan yang sangat ramai karena terletak di antara dua samudra, yaitu

4

Page 5: Potensi Kekayaan Budaya Dan Nilai Sosial Nasional Sebagai Modal Sosial Pembangunan Indonesia Di Masa Depan

Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Melalui aktivitas perdagangan antarnegara ini pengaruh

kebudayaan asing masuk ke Indonesia seperti kebudayaan India yang membawa penyebaran

pengaruh agama Buddha dan Hindu. Selain menerima pengaruh agama Hindu, Indonesia juga

menerima pengaruh agama Islam yang disebarkan para pedagang muslim yang menelusuri jalur

perdagangan di pantai laut Hindia sampai ke Aceh dan pantai utara Sumatra. Selanjutnya, para

pedagang muslim dan para sufi, selain berdagang juga menyebarkan agama dan budaya Islam di

Sumatra, Jawa, hingga Maluku.

Kerajaan yang menerima pengaruh budaya Islam terdapat di pedalaman Jawa, yaitu Kerajaan

Mataram. Di Kerajaan Mataram Islam terjadi akulturasi budaya Islam dengan budaya Hindu-

Jawa yang menciptakan campuran budaya. Meskipun secara formal penduduk Mataram

beragama Islam, bentuk-bentuk budaya Hindu dalam ritual kerajaan, seperti budaya labuhan dan

sesaji tetap eksis

Pada masa penjajahan, Indonesia menerima pengaruh budaya Barat dari penjajah Portugis,

Inggris, dan Belanda yang beragama Kristen dan Katolik. Pengaruh kebudayaan Kristen dan

Katolik tersebut berkembang di daerah Sumatra Utara, Sulawesi Utara, Toraja, Ambon, dan

Nusa Tenggara Timur. Selanjutnya, kebudayaan Kristen tersebut bercampur dengan kebudayaan

masyarakat setempat.

Melihat struktur sosial masyarakat Indonesia yang beraneka ragam budaya, etnik, ras, agama,

dan bahasanya maka masyarakat Indonesia dapat digolongkan sebagai masyarakat majemuk.

Kemajemukan tersebut dapat dilihat dari :

a. Kemajemukan berdasarkan Agama

Struktur sosial masyarakat Indonesia ditandai oleh keragaman di bidang agama yang

dianut oleh suku-suku bangsa tertentu. Suku bangsa Aceh yang tinggal di Sumatra

mayoritas memeluk agama Islam, sedangkan suku bangsa Batak yang tinggal di

Provinsi Sumatra Utara mayoritas beragama Kristen. Di lain pihak, suku bangsa Jawa,

Sunda, dan Betawi yang tinggal di Pulau Jawa mayoritas penduduknya memeluk agama

Islam. Sebagian besar penduduk Bali memeluk agama Hindu, sedangkan mayoritas

penduduk Pulau Lombok yang berbatasan dengan Bali memeluk agama Islam.

5

Page 6: Potensi Kekayaan Budaya Dan Nilai Sosial Nasional Sebagai Modal Sosial Pembangunan Indonesia Di Masa Depan

Keragaman agama dan kepercayaan di Indonesia juga tercermin dari praktik religi dan

kepercayaan yang dianut oleh suku-suku pedalaman di Indonesia. Misalnya, suku

bangsa Dayak di Kalimantan yang masih mempraktikkan ritual-ritual animisme dan

dinamisme warisan nenek moyang.

b. Kemajemukan berdasarkan Bahasa

Kemajemukan masyarakat Indonesia juga tercermin dari penggunaan bahasa di

Indonesia. Menurut Clifford Geertz, di Indonesia terdapat 300 suku bangsa yang

berbicara dalam 250 bahasa. Di Jawa, suku bangsa Sunda berbicara dengan bahasa

Sunda, suku bangsa Jawa di Jawa Tengah dan Jawa Timur menggunakan bahasa Jawa,

dan suku bangsa Madura yang tinggal di Pulau Madura berbicara dengan menggunakan

bahasa Madura. Di Sumatra setiap etnik berkomunikasi dengan bahasa daerahnya

masing-masing. Suku bangsa Melayu yang terdiri atas suku bangsa Aceh, Batak, dan

Melayu, berbicara memakai bahasa daerahnya masing-masing. Di Provinsi Aceh,

terdapat empat macam bahasa, yaitu Gayo-Alas, Aneuk Jamee, Tamiang, dan bahasa

Aceh yang masing-masing penuturnya tidak dapat memahami penutur bahasa setempat

lainnya. Kemajemukan bahasa di Indonesia juga tercermin dari penggunaan ragam

bahasa khusus yang dipakai beberapa suku-suku pedalaman di Indonesia. Menurut

Raymond Gordon, di Provinsi Papua terdapat 271 buah bahasa. Bahasa terbesar yang

dipakai di Papua adalah bahasa Biak Numfor yang dipakai oleh 280.000 orang,

sedangkan jumlah pemakai bahasa terkecil adalah bahasa Woria yang hanya dipakai

oleh 5 orang anggota suku Woria. Selain itu, keragaman bahasa juga terdapat di

berbagai daerah di Pulau Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.

c. Kemajemukan berdasar Ras dan Etnik

Masyarakat awal pada zaman praaksara yang datang pertama kali di Kepulauan

Indonesia adalah ras Austroloid sekitar 20.000 tahun yang lalu. Selanjutnya, disusul

kedatangan ras Melanosoid Negroid sekitar 10.000 tahun lalu. Ras yang datang terakhir

ke Indonesia adalah ras Melayu Mongoloid sekitar 2500 tahun SM pada zaman

Neolithikum dan Logam. Ras Austroloid kemudian bermigrasi ke Australia dan sisanya

hidup di Nusa Tenggara Timur dan Papua. Ras Melanesia Mongoloid berkembang di

Maluku dan Papua, sedangkan ras Melayu Mongoloid menyebar di Indonesia bagian

barat. Ras- ras tersebut tersebar dan membentuk berbagai suku bangsa di Indonesia.

6

Page 7: Potensi Kekayaan Budaya Dan Nilai Sosial Nasional Sebagai Modal Sosial Pembangunan Indonesia Di Masa Depan

d. Kemajemukan Berdasar Budaya dan Adat Istiadat

Menurut van Vollenhoven, masyarakat Indonesia dikelompokkan menjadi 23 suku

bangsa yang memiliki sistem budaya dan adat yang berbeda-beda. 23 suku bangsa

tersebut, antara lain

1. Aceh;

2. Gayo-Alas dan Batak;

3. Nias dan Batu;

4. Minangkabau;

5. Mentawai;

6. Sumatra Selatan;

7. Enggano;

8. Melayu;

9. Bangka dan Belitung;

10. Kalimantan;

11. Sangir Talaud;

12. Gorontalo;

13. Toraja;

14. Sulawesi Selatan;

15. Ternate;

16. Ambon dan Maluku;

17. Kepulauan Barat Daya;

18. Irian;

19. Timor;

20. Bali dan Lombok;

21. Jawa Tengah dan Jawa Timur;

22. Surakarta dan Yogyakarta;

23. Jawa Barat.

Berdasarkan penelitian antropolog J.M Melalatoa, di Indonesia terdapat kurang lebih 500 suku

bangsa. Menurut Zulyani Hidayah, di Indonesia terdapat kurang lebih 656 suku bangsa. Di antara

suku-suku bangsa tersebut suku bangsa Jawa merupakan suku bangsa terbesar dengan jumlah

7

Page 8: Potensi Kekayaan Budaya Dan Nilai Sosial Nasional Sebagai Modal Sosial Pembangunan Indonesia Di Masa Depan

penduduk sebesar 90 juta jiwa. Namun, terdapat pula suku bangsa yang terdiri atas 981 jiwa,

yaitu suku bangsa Bgu di pantai utara Provinsi Papua.

Budaya dan adat istiadat suku-suku bangsa di Indonesia tersebut mempunyai berbagai

perbedaan. Suku-suku bangsa yang sudah banyak bergaul dengan masyarakat luar dan

bersentuhan dengan budaya modern seperti suku Jawa, Minangkabau, Batak, Aceh, dan Bugis

memiliki budaya lokal yang berbeda dengan suku-suku bangsa yang masih tertutup atau

terisolir seperti suku Dayak di pedalaman Kalimantan dan suku Wana di Sulawesi Tengah

Budaya bangsa yang begitu banyak tersebut haruslah dapat menjadi potensi modal bagi bangsa

Indonesia. Budaya yang ada tersebut merupakan karakteristik bangsa Indonesia yang

membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lainnya. Dengan menjadikan Memanfaatkan

nilai-nilai sosial dan kebudayaan sebagai modal sosial7 dalam memperkuat pembangunan di

Indonesia sekaligus melestarikan nilai-nilai dan kebudayaan yang telah berkembang di Indonesia

yang akan membuat bangsa ini menjadi negara yang akan disegani dalam pembangunan di masa

depan. Menurut Fukuyama (1999) menyatakan bahwa modal sosial memegang peranan yang

sangat penting dalam memfungsikan dan memperkuat kehidupan masyarakat modern, oleh

karena itu modal sosial diyakini sebagai salah satu komponen utama dalam menggerakkan

kebersamaan, mobilitas ide, saling kepercayaan dan saling menguntungkan untuk mencapai

kemajuan bersama. Menurut Narayan (dalam Suharto, 2007) menyatakan modal sosial adalah

aturan-aturan, norma-norma, kewajiban-kewajiban, hal timbal balik dan kepercayaan yang

mengikat dalam hubungan sosial, struktur sosial dan pengaturan-pengaturan kelembagaan

masyarakat yang memungkinkan para anggota untuk mencapai hasil sasaran individu dan

masyarakat mereka. Dan menurut Dhesi (dalam Suharto 2007) modal sosial adalah pengetahuan

dibagi bersama, pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, norma-norma, dan jaringan sosial untuk

memastikan hasil-hasil yang diharapkan.

Modal sosial mirip bentuk-bentuk modal lainnya, dalam arti ia juga bersifat produktif. Modal

sosial dapat dijelaskan sebagai produk relasi manusia satu sama lain, khususnya relasi yang intim

7 Modal sosial merupakan sumber daya sosial yang dapat dipandang sebagai investasi untuk mendapatkan sumberdaya baru dalam masyarakat

8

Page 9: Potensi Kekayaan Budaya Dan Nilai Sosial Nasional Sebagai Modal Sosial Pembangunan Indonesia Di Masa Depan

dan konsisten. Modal sosial menunjuk pada jaringan, norma dan kepercayaan yang berpotensi

pada produktivitas masyarakat. Namun demikian, modal sosial berbeda dengan modal finansial,

karena modal sosial bersifat kumulatif dan bertambah dengan sendirinya (self-reinforcing)

(Putnam, 1993). Karenanya, modal sosial tidak akan habis jika dipergunakan, melainkan

semakin meningkat. Rusaknya modal sosial lebih sering disebabkan bukan karena dipakai,

melainkan karena ia tidak dipergunakan. Berbeda dengan modal manusia, modal sosial juga

menunjuk pada kemampuan orang untuk berasosiasi dengan orang lain (Coleman, 1988).

Bersandar pada norma-norma dan nilai-nilai bersama, asosiasi antar manusia tersebut

menghasilkan kepercayaan yang pada gilirannya memiliki nilai ekonomi yang besar dan terukur

(Fukuyama, 1995).

Merujuk pada Ridell (1997), ada tiga parameter modal sosial, yaitu kepercayaan (trust), norma-

norma (norms) dan jaringan-jaringan (networks).

1. Kepercayaan

Sebagaimana dijelaskan Fukuyama (1995), kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di

dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan

kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama.

Kepercayaan sosial merupakan penerapan terhadap pemahaman ini. Cox (1995) kemudian

mencatat bahwa dalam masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturan-

aturan sosial cenderung bersifat positif; hubungan-hubungan juga bersifat kerjasama.

Menurutnya We expect others to manifest good will, we trust our fellow human beings. We

tend to work cooperatively, to collaborate with others in collegial relationships (Cox,

1995: 5). Kepercayaan sosial pada dasarnya merupakan produk dari modal sosial yang

baik. Adanya modal sosial yang baik ditandai oleh adanya lembaga-lembaga sosial yang

kokoh; modal sosial melahirkan kehidupan sosial yang harmonis (Putnam, 1995).

Kerusakan modal sosial akan menimbulkan anomie dan perilaku anti sosial (Cox, 1995).

2. Norma

Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan dan

tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang. Norma-norma

dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standar-standar sekuler seperti

halnya kode etik profesional.

9

Page 10: Potensi Kekayaan Budaya Dan Nilai Sosial Nasional Sebagai Modal Sosial Pembangunan Indonesia Di Masa Depan

Norma-norma dibangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan

diterapkan untuk mendukung iklim kerjasama (Putnam, 1993; Fukuyama, 1995). Norma-

norma dapat merupaka pra-kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial.

3. Jaringan

Infrastruktur dinamis dari modal sosial berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar

manusia (Putnam, 1993). Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan

interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama. Masyarakat

yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang kokoh. Orang mengetahui

dan bertemu dengan orang lain. Mereka kemudian membangun inter-relasi yang kental,

baik bersifat formal maupun informal (Onyx, 1996). Putnam (1995) berargumen bahwa

jaringan-jaringan sosial yang erat akan memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya

serta manfaat-manfaat dari partisipasinya itu.

Bersandar pada parameter di atas, beberapa indikator kunci yang dapat dijadikan ukuran

modal sosial antara lain (Spellerber, 1997; Suharto, 2005b):

a. Perasaan identitas;

b. Perasaan memiliki atau sebaliknya, perasaan alienasi;

c. Sistem kepercayaan dan ideologi;

d. Nilai-nilai dan tujuan-tujuan;

e. Ketakutan-ketakutan;

f.Sikap-sikap terhadap anggota lain dalam masyarakat;

g. Persepsi mengenai akses terhadap pelayanan, sumber dan fasilitas (misalnya

pekerjaan, pendapatan, pendidikan, perumahan, kesehatan, transportasi, jaminan

sosial);

h. Opini mengenai kinerja pemerintah yang telah dilakukan terdahulu;

i.Keyakinan dalam lembaga-lembaga masyarakat dan orang-orang pada umumnya;

j.Tingkat kepercayaan;

k. Kepuasaan dalam hidup dan bidang-bidang kemasyarakatan lainnya;

l.Harapan-harapan yang ingin dicapai di masa depan;

Dapat dikatakan bahwa modal sosial dilahirkan dari bawah (bottom-up), tidak hierarkis dan

berdasar pada interaksi yang saling menguntungkan. Oleh karena itu, modal sosial bukan

10

Page 11: Potensi Kekayaan Budaya Dan Nilai Sosial Nasional Sebagai Modal Sosial Pembangunan Indonesia Di Masa Depan

merupakan produk dari inisiatif dan kebijakan pemerintah. Namun demikian, modal sosial dapat

ditingkatkan atau dihancurkan oleh negara melalui kebijakan publik (Cox, 1995; Onyx, 1996).

Modal sosial merupakan unsur sangat penting dalam pencapaian tujuan suatu bangsa. Dalam

menyongsong era globalisasi dan era lepas landas, setiap bangsa memerlukan sumber daya

manusia (SDM) dalam perspektif modal sosial yang memiliki keunggulan prima dan memiliki

kualitas tinggi yaitu di samping menguasai iptek juga harus memiliki sikap mental dan soft skill

sesuai dengan kompetensinya.  Modal sosial  yang besar harus dapat diubah menjadi suatu aset

yang bermanfaat bagi pembangunan bangsa.   Tindakan yang cermat dan bijaksana harus dapat

diambil dalam membekali dan mempersiapkan modal sosial, sehingga benar-benar menjadi aset

pembangunan bangsa yang produktif dan bermanfaat serta berkualitas untuk pendampingan

dalam proses pengembangan masyarakat. 

Dalam perspektif modal sosial, konsep “SDM” (human resources) merupakan satu kesatuan yang

utuh dalam sistem sosialnya dan memiliki potensi yang tinggi dalam pengembangan masyarakat

berkelanjutan. Manusia harus dilihat secara lebih utuh, sehingga konsep “social capital” (modal

sosial) tidak dapat dipisahkan. Semakin tinggi kualitas modal  modal sosial suatu bangsa, maka

semakin tinggi pula tingkat kemajuan bangsa tersebut. Demikian sebaliknya, semakin rendah

kualitas modal sosial suatu bangsa akan menjerumuskan pada kemunduran suatu bangsa.  

Proses pengembangan masyarakat berkelanjutan memerlukan tenaga pendamping yang

berkualitas dan mampu memadukan konsep pengetahuan lokal (indigenous knowledge) dan

modal sosial secara partisipatif. Oleh karena itu, upaya peningkatan kapasitas modal sosial dan

kualitas pendamping pengembangan masyarakat berkelanjutan perlu dilaksanakan secara spesifik

lokasi dan mengedepankan aspek pengembangan energi sosial budaya alam.

11

Page 12: Potensi Kekayaan Budaya Dan Nilai Sosial Nasional Sebagai Modal Sosial Pembangunan Indonesia Di Masa Depan

Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/Indonesia. Diakses tanggal 14 Mei 2013.

Ikram. Modal Sosial : Definisi, Dimensi, dan Tipologi. 2011. Lampung : Universitas Lampung

Ridjal, Fauzie dan Karim, M. Rusli. Dinamika Budaya dan Politik Dalam Pembangunan. 1991.

Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya

Siany L., Atiek Catur B. Khazanah Antropologi. 2009. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen

Pendidikan Nasional

Sumardjo. Peningkatan Kapasitas Modal Sosial dan Kualitas Pendamping Pengembangan

Masyarakat Berkelanjutan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

12