Kekayaan Daerah: Gagasannya di Indonesia ke depan termasuk pengintegrasiannya secara nasional

22
| SEMINAR MANAJEMEN KEKAYAAN NEGARA KEKAYAAN DAERAH: GAGASANNYA DI INDONESIA KE DEPAN TERMASUK PENGINTEGRASIAN SECARA NASIONAL KELAS 9B REGULER KELOMPOK IV HANA KURNIATI HENDRAYANI LUTFIA NUR AFIFAH RINO ROMADHONI RIZAL ASH-SHIDDIQIE DIPLOMA IV AKUNTANSI STAN

description

seminar manajemen kekayaan negarapengintegrasian kekayaan daerah secara nasional

Transcript of Kekayaan Daerah: Gagasannya di Indonesia ke depan termasuk pengintegrasiannya secara nasional

  • |

    SEMINAR MANAJEMEN

    KEKAYAAN NEGARA

    KEKAYAAN DAERAH: GAGASANNYA DI INDONESIA KE DEPAN TERMASUK

    PENGINTEGRASIAN SECARA NASIONAL

    KELAS 9B REGULER

    KELOMPOK IV

    HANA KURNIATI

    HENDRAYANI

    LUTFIA NUR AFIFAH

    RINO ROMADHONI

    RIZAL ASH-SHIDDIQIE

    DIPLOMA IV AKUNTANSI STAN

  • 2

    KEKAYAAN DAERAH: GAGASANNYA DI INDONESIA KE DEPAN

    TERMASUK PENGINTEGRASIAN SECARA NASIONAL

    Ruang lingkup kekayaan daerah di Indonesia secara umum meliputi dua hal, yaitu

    kekayaan yang dikuasai daerah (domain publik) dan kekayaan yang dimiliki daerah

    (domain privat). Kekayaan yang dikuasai daerah meliputi bumi, air, dan kekayaan alam

    yang terkandung di dalam wilayah suatu daerah, sementara kekayaan yang dimiliki

    daerah terbagi menjadi kekayaan daerah yang tidak dipisahkan pada SKPD dan kekayaan

    daerah yang dipisahkan pada BUMD atau Perusahaan Daerah.

    Dari pengertian kekayaan daerah di atas, dapat dilihat bahwa kekayaan daerah

    meliputi berbagai aspek, tidak hanya berupa tanah, bangunan, jalan dan lainnya, tetapi juga

    potensi sumber daya alam yang berada di bumi dan perairan. Akan tetapi, yang akan

    menjadi pokok bahasan pada makalah ini adalah sebagian kecil dari kekayaan daerah

    tersebut, khususnya kekayaan daerah yang tidak dipisahkan pada SKPD, atau yang disebut

    sebagai Barang Milik Daerah.

    A. Barang Milik Daerah

    Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,

    Barang Milik Daerah (BMD) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban

    APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Perolehan lainnya yang sah meliputi

    perolehan dari hibah/sumbangan atau yang sejenis, perolehan dari pelaksanaan

    perjanjian/kontrak, perolehan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan

    perolehan berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Barang

    Milik Daerah meliputi persediaan, aset tetap, dan aset lainnya yang pada akhir tahun

    anggaran akan disajikan pada neraca pemerintah daerah.

    Berdasarkan PP Nomor 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik

    Negara/Daerah, pengelolaan BMN/D dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian

    hukum, transparansi, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai. Pengelolaan BMN/D ini

    mencakup 11 aktivitas, yaitu perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan,

    penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan,

    pemusnahan, penatausahaan dan pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

    Dalam pengelolaan BMN, Menteri Keuangan merupakan Pengelola Barang Milik

    Negara. Sedangkan dalam pengelolaan BMD, Gubernur/Bupati/Walikota merupakan

  • 3

    pemegang kekuasaan pengelolaan BMD, yang bertindak sebagai pengelola BMD adalah

    Sekretaris Daerah. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah Pengguna BMD.

    Dalam hal pelaporan, Kuasa Pengguna Barang harus menyusun Laporan Barang

    Kuasa Pengguna Semesteran dan Tahunan sebagai bahan untuk menyusun neraca satuan

    kerja untuk disampaikan kepada Pengguna Barang. Selanjutnya Pengguna Barang

    menghimpun Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran dan Tahunan sebagai bahan

    penyusunan Laporan Barang Pengguna Semesteran dan Tahunan. Laporan Barang

    Pengguna digunakan sebagai bahan untuk menyusun neraca Kementerian/Lembaga/satuan

    kerja perangkat daerah untuk disampaikan kepada Pengelola Barang.

    Pengelola Barang harus menyusun Laporan Barang Pengelola Semesteran dan

    Tahunan. Pengelola Barang harus menghimpun Laporan Barang Pengguna Semesteran dan

    Tahunan serta Laporan Barang Pengelola sebagai bahan penyusunan Laporan Barang

    Milik Negara/Daerah. Laporan Barang Milik Negara/Daerah digunakan sebagai bahan

    untuk menyusun neraca Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah. Neraca merupakan salah

    satu bagian dari Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan

    Pemerintah Daerah (LKPD). Selama ini penyusunan Laporan Keuangan Pusat dan Daerah

    dibuat terpisah dan tidak dilakukan pengintegrasian. Termasuk pula pemerintah

    kabupaten/kota yang tidak melakukan pengintegrasian dengan pemerintah propinsi. Jadi

    masing-masing laporan keuangan benar-benar berdiri sendiri, tidak ada sinkronisasi sama

    sekali.

    B. Permasalahan dan Tantangan Pengelolaan BMD di Indonesia

    Sebenarnya dengan keluarnya UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

    dan UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, posisi kekayaan negara

    menjadi semakin baik. Namun demikian, untuk menindaklanjuti pengelolaan kekayaan

    negara agar lebih professional, diperlukan aturan tersendiri sebagai bagian dari upaya

    empowering professional management di bidang pengelolaan kekayaan negara, mengingat

    fungsi strategis pengelolaan kekayaan negara yang berupa penggunaan dan pemanfaatan

    barang milik negara untuk kepentingan nasional.

    Aset Kota Bandung Senilai Rp 668 Miliar Hilang, itulah bunyi headline Tempo.co

    pada 23 Oktober 2013 lalu. Tak tercatatnya aset senilai 668 miliar tersebut merupakan

    akibat dari pemindahan kepemilikan yang luput dari pengetahuan Pemerintah Kota dan

    perluasan wilayah aset Pemerintah Kota Bandung. Di tahun yang sama, Pemerintah

    Kabupaten Malang menyatakan bahwa hingga Maret 2013, hanya 16% (382 bidang) tanah

  • 4

    milik daerah yang sudah bersertifikat. Belum disertifikatkannya tanah milik daerah

    tersebut kerap menimbulkan sengketa antara Pemerintah Kabupaten dengan warga. Selain

    itu, diakui pula bahwa sistem pencatatan, pelaporan, penataan dan pengelolaan aset

    Kabupaten Malang masih amburadul karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan

    SKPD dalam mengelola Barang Milik Daerah. Buruknya pengelolaan BMD oleh

    Pemerintah Daerah juga berakibat pada tergadainya pulau-pulau milik pemerintah yang

    kini menjadi milik perusahaan atau orang pribadi, seperti yang terjadi di Kabupaten

    Serang.

    Dari sekian banyak permasalahan terkait pengelolaan BMD dapat diringkas menjadi

    poin-poin berikut:

    1. Belum validnya data BMD terutama akibat tidak jelasnya status hukum aset daerah,

    pencatatan aset yang tidak tertib, nilai aset yang tidak sesuai dengan nilai

    sesungguhnya, dan ketidaklengkapan data aset milik daerah. Data yang belum valid

    ini menyebabkan tidak tersedianya database yang akurat dalam rangka penyusunan

    laporan keuangan pemerintah daerah, sehingga pelaporan BMD pada neraca

    cenderung tidak memadai dan dapat mengakibatkan misleading dalam pengambilan

    keputusan pemerintah. Ketiadaan database dan ketidakjelasan status

    kepemilikan/penguasaan aset juga dapat mengarah pada terjadinya sengketa dan

    gugatan kepemilikan, penguasaan dan pemanfaatan yang dapat terjadi antara Pemda

    dan warga serta antarpemerintah sendiri. Selain itu, masalah ini mengakibatkan

    adanya aset yang idle dan/atau tidak dimanfaatkan secara optimal, bahkan menjurus

    pada kondisi di mana di satu pihak ada SKPD yang mempunyai/menguasai aset

    berlebih/idle sementara di pihak lain ada SKPD yang membutuhkan/kekurangan aset

    tersebut. Ketidakmampuan menghitung aset daerah sangat berkaitan erat dengan

    belum lengkapnya data BMD ini.

    2. Sistem pengaturan pengelolaan yang tidak seragam karena belum harmonisnya

    peraturan pengelolaan BMD. Pengaturan ini masih tersebar dalam berbagai

    instrumen hukum, baik dalam bentuk Perda, Keppres, Permendagri, PMK maupun

    Peraturan Pemerintah. Belum ada persamaan persepsi dalam pengelolaan BMD serta

    belum memadainya peraturan. Sebenarnya dengan keluarnya UU Nomor 17 Tahun

    2003 tentang Keuangan Negara dan UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang

    Perbendaharaan Negara, posisi kekayaan negara menjadi semakin baik. Namun

    demikian, untuk menindaklanjuti pengelolaan kekayaan negara agar lebih

    professional, diperlukan aturan tersendiri sebagai bagian dari upaya empowering

  • 5

    professional management di bidang pengelolaan kekayaan negara, mengingat fungsi

    strategis pengelolaan kekayaan negara yang berupa penggunaan dan pemanfaatan

    barang milik negara untuk kepentingan nasional.

    3. Belum efektifnya peran lembaga pengawas, terutama peran DPRD. Pengawasan

    DPRD terhadap pemindahtanganan BMD dinilai belum efektif mengingat banyaknya

    permasalahan terkait tukar menukar (ruislag) dan penjualan aset daerah akibat

    prosesnya tidak diawasi oleh DPRD.

    4. Sudut pandang pengelolaan BMD umumnya masih terbatas pada aspek pengadaan,

    pemanfaatan dan penghapusan, sehingga aspek lainnya menjadi terabaikan. Salah

    satu contoh adalah disepelekannya aspek perencanaan kebutuhan BMD yang pada

    akhirnya akan berdampak pada pengelolaan aset yang cenderung cost-oriented

    daripada benefit-oriented.

    5. Kurangnya pengetahuan dan kemampuan SDM pengelola barang.

    Permasalahan seputar BMD inilah yang menjadi penyebab banyaknya Pemerintah

    Daerah yang LKPD-nya belum memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian, terutama

    karena Pemerintah Daerah belum melakukan inventarisasi dan penilaian atas BMD yang

    berada dalam pengelolaannya. Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun

    2013, terhadap 415 LKPD tahun 2012, BPK memberikan opini WTP atas 113 LKPD, opini

    WDP atas 267 LKPD, opini TW atas 4 LKPD, dan opini TMP atas 31 LKPD. Total

    permasalahan aset tetap yang mempengaruhi opini LKPD sebanyak 331 kasus. Salah satu

    aspek yang membutuhkan perhatian pemerintah adalah lemahnya praktik pengamanan aset,

    baik pengamanan pencataan maupun pengamanan fisik aset tetap.

    Tabel 1. Opini LKPD Tahun 2008 s.d. 2012 Berdasarkan Tingkat Pemerintahan Sumber: Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2013 BPK-RI

  • 6

    101

    84

    65

    33

    34

    13

    1

    Permasalahan Aset Tetap

    Aset Tetap tidak didukung catatan

    Aset tetap tidak dirinci

    Penatausahaan tidak memadai

    Belum dilakukan inventarisasi danpenilaian

    Tidak diketahui keberadaannya

    Dikuasai pihak lain

    Belum didukung bukti kepemilikan

    Grafik 1. Rincian permasalah asset tetap Sumber: Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2013 BPK-RI

    Sebagai contoh, terdapat temuan BPK atas laporan keuangan Pemerintah

    Kabupaten Garut tahun 2010 (memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian) yang

    menitikberatkan pada belum tertibnya penatausahaan persediaan dan aset tetap, di mana

    penatausahaan persediaan di beberapa SKPD dinilai belum memadai dan aset tetap senilai

    203,8 miliar tidak dapat ditelusuri keberadaannya. Contoh lain adalah LKPD Kabupaten

    Jeneponto, Sulawesi Selatan yang mendapat opini disclaimer pada tahun 2011 karena

    pengadaan kendaraan dinas sebesar 1,7 miliar yang dinilai melanggar ketentuan

    pengelolaan Barang Milik Daerah. Berbagai kasus pengelolaan BMD ini menuntut

    pemerintah daerah untuk cepat tanggap menyelesaikan permasalahan BMD di wilayahnya,

    baik dalam bentuk pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK maupun perbaikan

    internal lain terkait pengelolaan BMD.

    Ke depannya, tantangan pengelolaan BMD di Indonesia meliputi disusun dan

    dilaksanakannya kebijakan pengelolaan BMD yang ideal dan didukung oleh berbagai

    aspek, antara lain aspek birokrasi/organisasi, sistem dan prosedur, SDM serta teknologi

    informasi untuk mengarah pada amanat UUD 1945 di mana setiap kekayaan yang dimiliki

    dan dikuasai negara/daerah dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Untuk

    menuju kondisi yang demikian tentu dibutuhkan waktu dan proses yang panjang. Oleh

    karena itu, diperlukan sinkronisasi antara peraturan dan tata kelola pemerintahan yang

  • 7

    mengacu pada Good Governance, serta pengelolaan BMD yang menaati asas fungsional,

    kepastian hukum, transparansi, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai. Selain itu,

    diperlukan pula dukungan dari DPRD dan aparat pengawas lainnya seperti Inspektorat

    Daerah, BPK, dan BPKP untuk mengawal proses pengelolaan aset milik daerah.

    C. Gagasan Perbaikan Pengelolaan BMD di Indonesia

    Untuk mengatasi permasalahan BMD yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia

    sekaligus menjawab tantangan pengelolaan BMD ke depannya, maka berikut ini adalah

    gagasan perbaikan bagi pengelolaan BMD di Indonesia.

    1. Memperbaiki dan melengkapi data BMD yang meliputi jumlah, nilai, kondisi dan

    status kepemilikan/penguasaannya. Perbaikan ini terutama dilakukan pada proses

    pencatatan dan penilaian aset milik daerah sehingga diperoleh data yang lengkap

    untuk dilaporkan dalam laporan keuangan pemerintah daerah. Ke depannya,

    diproyeksikan akan dilakukan penyatuan pencatatan dan pelaporan BMD secara

    nasional beserta BMN dalam laporan keuangan pemerintah untuk memperoleh

    gambaran menyeluruh mengenai aset yang dimiliki Republik Indonesia. Penyatuan

    ini merupakan langkah bagi konsolidasi fiskal dan statistik keuangan pemerintah

    sesuai Government Financial Statistics (GFS) untuk meningkatkan kualitas

    pelaporan keuangan pemerintah.

    2. Memperbaiki dan meningkatkan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)

    yang memadai, terutama terkait pengamanan asset. Serta pembangunan jaringan

    system berbasis IT yang terintegrasi. Penggunaan teknologi secara tepat guna dalam

    pengelolaan BMD tentu saja akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas.

    Pengawasan dan inventarisasi akan lebih mudah dilaksanakan.

    3. Ketentuan dan peraturan mengenai pengelolaan BMD harus disusun secara integral

    dan menyeluruh serta tidak bertentangan. Selain itu, ketentuan dan peraturan tersebut

    harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan, sistematika, jelas dan bahasa

    hukumnya mudah dimengerti agar tidak menimbulkan berbagai interpretasi dalam

    pelaksanaannya. Tidak kalah pentingnya adalah kepatuhan pengelola BMD terhadap

    ketentuan dan peraturan tersebut untuk menjamin pengelolaan BMD yang lebih baik.

    4. Pengawasan DPRD atas aset daerah harus ditingkatkan, terlebih karena diamanatkan

    dalam Pasal 55 ayat 1 PP 27 Tahun 2014 yang membahas mengenai persetujuan

    pemindahtangannan BMD. Selain itu, diperlukan peran dan partisipasi lembaga audit

    internal seperti Inspektorat Daerah dan badan pengawas eksternal seperti BPKP dan

  • 8

    BPK agar pengelolaan BMD diselenggarakan secara taat asas dan sesuai dengan

    ketentuan yang berlaku.

    5. If we fail to plan, then we plan to fail merupakan idiom yang menekankan

    pentingnya aspek perencanaan yang baik dalam setiap proses, termasuk pengelolaan

    BMD. Dengan perencanaan yang dirancang dengan baik, pengadaan dan

    pemanfaatan BMD menjadi lebih optimal karena memperhatikan kebutuhan SKPD.

    BMD yang idle, pemborosan anggaran, dan keterlambatan pengadaan BMD dapat

    dihindari dengan adanya perencanaan. Namun demikian, hal ini tidak

    mengesampingkan pentingnya aspek pengelolaan yang lain. Kesebelas aktivitas

    pengelolaan harus dilaksanakan dengan baik dan taat terhadap peraturan yang

    berlaku.

    6. SDM pengelola BMD harus diberikan pendidikan dan pelatihan yang memadai untuk

    menjamin pelaksanaan tugasnya. Pendidikan dan pelatihan ini sebaiknya bersifat

    berkelanjutan karena beragamnya peraturan terkait pengelolaan BMD yang

    dikeluarkan serta bervariasinya kondisi dan kompleksitas pengelolaan BMD yang

    menuntut diperlukannya keahlian dan kompetensi khusus bagi para pengelola BMD.

    D. Integrasi BMD Secara Nasional

    Salah satu gagasan bagi perbaikan pengelolaan BMD adalah penyatuan (integrasi)

    BMD secara nasional sehingga dapat diperoleh total kekayaan yang dimiliki negara,

    yang berasal dari gabungan Barang Milik Negara dan Barang Milik Daerah serta kekayaan

    negara/daerah yang dipisahkan. Hal ini merupakan langkah pemerintah dalam konsolidasi

    fiskal terkait penyusunan Laporan Statistik Keuangan Pemerintah. Direktorat Jenderal

    Perbendaharaan Kementerian Keuangan telah menyusun Laporan Statistik Keuangan

    Pemerintah dari tahun 2008-2011. Penyusunan Laporan Statistik Keuangan Pemerintah

    disusun dari Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan

    Pemerintah Daerah (LKPD) seluruh Indonesia. Terdapat perbedaan klasifikasi dan

    penilaian antara Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan

    Laporan Statistik Keuangan Pemerintah sehingga perlu dilakukan mapping dari nama akun

    di laporan keuangan ke akun di statistik keuangan pemerintah. Selain itu, terdapat beberapa

    perbedaan antara Permendagri 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

    Daerah dengan Government Finance Statistics (GFS) yang merupakan standar laporan

    statistik keuangan pemerintah yang disusun berdasarkan pedoman internasional. Perbedaan

    tersebut antara lain mencakup sebagian akun di Permendagri 13 tahun 2006 belum sejalan

  • 9

    dengan bagan akun standar pemerintah pusat, klasifikasi investasi, serta pengaturan

    pengeluaran mengenai aktiva tetap dan tidak tetap.

    GFS sangat bermanfaat untuk menyajikan informasi surplus/defisit dan kekayaan

    bersih. BMD merupakan bagian dari kekayaan negara. Sebagaimana disinggung

    sebelumnya, hal tersebut dapat terlaksana jika telah ada penyatuan pencatatan dan

    pelaporan antara BMN dan BMD secara nasional, sehingga, aset yang dimiliki oleh

    Indonesia dapat teradministrasi dengan baik. Administrasi yang baik, tentu saja merupakan

    langkah awal perbaikan atas manajemen dan pengawasan atas aset milik negara. Sesuatu

    dapat dikerjakan dengan lebih baik jika kita mengenal apa yang kita kerjakan.

    Untuk merealisasikannya, tentu saja bukan hal mudah. Ada banyak hambatan dan

    tantangan dalam prosesnya. Sejatinya, integrasi pencatatan dan pelaporan BMD

    merupakan salah satu bentuk perbaikan dan upgrading atas pengelolaan BMD yang sudah

    berjalan di Indonesia. Beberapa hambatan implementasi integrasi pencatatan dan

    pengelolaan BMD, antara lain:

    1. Kapasitas dan kemampuan SDM yang belum memadai saat ini dan kemampuan

    aparatur yang bertanggung jawab atas pencatatan dan pelaporan terkait BMD dirasa

    kurang. Kurangnya sosialisasi dan komitmen dari aparatur terkait menjadikan

    kegiatan pencatatan dan pelaporan BMD sekedar formalitas penggugur kewajiban.

    Luasnya cakupan peraturan dan ilmu pengetahuan seperti keuangan negara,

    pengadaan barang dan jasa, serta akuntansi menjadi salah satu tantangan tersendiri.

    Belum lagi dengan penerapan basis akrual terhadap pelaporan pemerintah, yang tentu

    saja mempengaruhi penilaian, pencatatan, dan pelaporan aset-aset yang dimiliki oleh

    daerah.

    2. Seperti disinggung sebelumnya, data BMD yang tersedia saat ini bukan merupakan

    data yang dapat dijamin validitasnya. Sumber data yang diintegrasikan nantinya tidak

    lain dan tidak bukan diambil dari database masing-masing Satuan Kerja Perangkat

    Daerah, untuk nantinya dikonsolidasikan sehingga menjadi database BMD secara

    nasional. Garbage in garbage out, output laporan konsolidasi tentu saja ditentukan

    oleh input, data yang digunakan dalam menyusun laporan konsolidasi tersebut.

    3. Pengawasan dan pengendalian internal yang masih lemah. Kerusakan, kehilangan,

    penggunaan BMD tidak untuk peruntukannya merupakan kejadian yang sering

    ditemui. Pencatatan jumlah BMD yang tidak sesuai dengan fisiknya merupakan salah

    satu risiko yang terjadi akibat lemahnya pengendalian internal atas pengamanan

    pencatatan dan fisik aset.

  • 10

    4. Salah satu prasyarat dalam integrasi adalah adanya keseragaman. Masih tersebarnya

    peraturan terkait pengelolaan BMD dalam berbagai instrumen hukum, merupakan

    suatu hambatan tersendiri dalam integrasi pencatatan dan pengelolaan BMD.

    5. Belum mendukungnya jaringan infrastruktur di Indonesia. Integrasi secara nasional

    tentu saja membutuhkan pemanfaatan teknologi. Pemerintah perlu membangun suatu

    sistem informasi manajemen aset berbasis teknologi informasi, sehingga akan

    memudahkan dalam proses administrasi dan pengawasan. Besarnya biaya yang

    dibutuhkan juga merupakan pertimbangan dan hambatan dalam penerapan SIM

    berbasis TI.

    Walaupun hambatan yang dihadapi dalam pengintegrasian BMD cukuplah besar,

    tetapi kita juga harus melihat dari segi positifnya. Integrasi BMD ini tidak hanya

    memberikan manfaat dengan tercatatnya secara utuh seluruh Barang Milik Negara dan

    Barang Milik Daerah, tetapi juga memberikan manfaat lebih dalam pengelolaannya. Ketika

    seluruh aset telah tercatat dan terpelihara dengan baik maka proses perencanaan aset dalam

    jangka panjang akan lebih baik lagi. Mulai dari perencanaan dalam pengadaan aset, apakah

    benar kita memerlukan aset baru? Tidak adakah aset idle yang masih bisa kita manfaatkan?

    Sehingga ke depannya anggaran dapat lebih dihemat dengan memanfaatkan aset idle yang

    masih dimiliki.

    Dalam proses pemanfaatan, ketika memang aset tersebut tidak digunakan lagi untuk

    tugas pokok dan fungsi suatu satker, maka aset tersebut dapat dimintakan persetujuan

    untuk pemanfaatan aset tersebut. Sesuai dengan PP Nomor 27 Tahun 2014 ada lima jenis

    pemanfaatan yang bisa diajukan persetujuannya yaitu Sewa, Pinjam Pakai, Kerja Sama

    Pemanfaatan, Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna, dan Kerja Sama Penyediaan

    Infrastruktur. Dari pemanfaatan tersebut tentu saja negara/daerah akan mendapat imbal

    jasa berupa penerimaan. Dengan begitu aset akan tetap memberikan manfaat walau tidak

    digunakan secara langsung oleh negara/daerah untuk memberikan pelayanan kepada

    masyarakat. Dalam prakteknya sekarang ini tentu saja kita melihat banyak sekali BMD

    yang masih idle dan tidak digunakan padahal mungkin biaya terus dikeluarkan untuk aset

    tersebut (biaya pemeliharaan) yang tentu saja akan memberatkan anggaran daerah tersebut.

    Pengintegrasian BMD tidak hanya memberi manfaat dalam hal administrasi, tetapi juga

    memberikan manfaat yang bisa menambah penerimaan daerah.

    Pada bagian selanjutnya akan kami bahas terkait penerapan integrasi aset di beberapa

    negara.

  • 11

    E. Studi Kasus Integrasi BMD

    1. Pendekatan Terpadu terhadap Sistem Pengelolaan Aset yang Strategis

    (Integrated Strategic Aset Management ISAM)

    Pendekatan ini berdasarkan pada publikasi oleh Lembaga Pengadaan dan Konstruksi

    Australasia (The Australian Procurement and Construction Council APCC) yang

    berjudul Asset Management 2001 (Pengelolaan Aset 2001), Kontribusi Lembaga

    Kolaboratif Pengelolaan Aset Terpadu (The Australian Aset Management Collaborative

    Groups AAMCoG), serta Lembaga Riset untuk Pengelolaan Infrastruktur dan Aset

    (Cooperative Research Centre for Infrastructure and Engineering Aset Management

    CIEAM)

    Pendekatan Terpadu pada Sistem Pengelolaan Aset yang Strategis (Integrated

    Strategic Asset Management - ISAM) menggabungkan unsur-unsur ekonomi, engineering,

    teknologi, kelestarian alam, dan kemanusiaan untuk membentuk sebuah pendekatan

    terpadu dan holistik dalam pengadaan dan pemeliharaan bangunan aset. Pendekatan ini

    mengakui bahwa kombinasi dari unsur-unsur tersebut mempengaruhi pengelolaan aset

    secara kesatuan, yang mana pedoman ini menelusuri peran, hubungan, dan ketergantungan

    antara unsur-unsur di atas. Pendekatan terpadu ini mempunya fokus jangka panjang untuk

    membentuk suatu sistem pengelolaan aset dan infrastruktur yang berupa satu kesatuan,

    namun tidak menelantarkan pertimbangan operasional. Pedoman ini bertujuan untuk

    menyediakan dasar dari pengambilan keputusan dan implementasi sistim pengelolaan aset.

    Sistem pendekatan terpadu yang diajukan menggabungkan dan memperluas

    kerangka dan kinerja pengelolaan aset sebelumnya, dengan beberapa unsur-unsur baru

    yang harus dipertimbangkan:

    Lingkungan: Apresiasi yang lebih besar pada interaksi antara aset yang diadakan dan

    lingkungan alam.

    Keberlanjutan (Sustainability): Memastikan bahwa kebutuhan sosial, ekonomi, dan

    lingkungan suatu masyarat terpenuhi dan dipelihara secara sehat untuk generasi masa

    depan (Sustainability Victoria 2010).

    Ketahanan: Peningkatan penekanan pada aset, lingkungan dan masyarakat untuk

    merespon dan pulih dari dampak-dampak eksternal.

    Pengelolaan aset secara keseluruhan: Keputusan dan tindakan mengenai aset

    dipertimbangkan secara satu kesatuan proses, dimulai dari awal perencanaan sampai

    dengan akhir pembuangan.

  • 12

    Peningkatan tuntutan masyarakat: Kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi

    yang selalu berevolusi berujung pada harapan warga negara yang lebih tinggi dalam

    hal penyediaan jasa lokal yang bersifat instan. Keterkaitan dalam kebijakan-

    kebijakan, sumber daya alam, dan proyek yang bersangkutan akan menghasilkan

    pengadaan aset yang lebih berkualitas, efisien, dan tepat waktu.

    Pengelolaan Informasi: Kebutuhan informasi dan kemampuan yang lebih menuntut

    dan kompleks.

    Kepemilikan, pengaturan, dan operasi dari suatu aset sekarang tidak lagi ditentukan

    oleh suatu individu, tetapi telah diperluas menjadi jaringan individu yang bersangkutan.

    Oleh karena itu, selain tata cara pemerintahan (governance) yang konvensional, terdapat

    berbagai macam bentuk model hibrida seperti kemitraan sektor publik (pemerintah) dan

    swasta (public-private partnership), aliansi, dan kontrak kerja ke pihak ketiga. Hal ini

    memerlukan pendekatan tata cara pemerintahan (governance) yang lebih inovatif dan

    bervariasi., agar model-model diatas dapat mengelola berbagai macam resiko dan

    oportunitas yang terkait dengan kinerja aset tersebut.

    Prinsip-prinsip berikut memandu bagaimana pendekatan terpadu sistem pengelolaan

    aset yang strategis (Integrated approach to Strategic Asset Management) berkaitan secara

    keseluruhan dengan perencanaan pemerintah dan organisasi swasta yang lebih luas.

    Aset diadakan untuk mendukung pemberian pelayanan terhadap masyarakat. Oleh

    karena itu solusi-solusi non-aset harus dipertimbangkan secara matang.

    Lembaga dan badan-badan permerintah diwajibkan untuk mengelola aset sesuai dan

    konsisten dengan kerangka kerja kebijakan pemerintah, dan memperhitungkan biaya

    aset dari segi umur hidup aset (secara keseluruhan), tuntutan pengadaan layanan di

    masa depan, dan perseimbangan antara belanja modal dan persyaratan pemeliharaan

    aset.

    Sistem pengelolaan aset seharusnya terintegrasi dalam perencanaan strategis lembaga

    pemerintah dan/atau perencanaan organisasi swasta yang bersangkutan.

    Keputusan-keputusan yang bersangkutan dengan pengelolaan aset seharusnya

    mengambil pertimbangan yang sifatnya keberlanjutan dan keseluruhan, yang

    meliputi aspek-aspek: lingkungan, sosial, ekonomi, dan tata kepemerintahan

    (governance).

    Prinsip-prinsip dalam Pendekatan Terpadu terhadap sistem Pengelolaan Aset yang

    Strategis, struktur tata cara kepemerintahan (governance) seharusnya menjelaskan

  • 13

    secara transparan responsibilitas para pengelola aset untuk memastikan kerja

    fungsional suatu aset dan akuntabilitas dalam pengadaan layanan.

    2. Computerized maintenance management system (CMMS)

    Dari buku Physical Asset Management N.A.J. Hasting, CMMS adalah sistem

    informasi manajemen aset berbasis komputer yang dirancang bagi penggunanya untuk

    membuat dan merancang dokumentasi atas fungsi manajemen aset. Tidak diragukan lagi

    bahwa informasi berbasis komputer sangat diperlukan dalam hal menangani banyaknya

    data yang diperlukan dalam pengelolaan aset.

    Beberapa modul atau daftar aplikasi dalam CMMS adalah sebagai berikut:

    Asset Register including listing of maintainable assets

    Routine Maintenance Lists

    Routine Maintenance Prompts

    Work Requests

    Work Order Management

    Data Logging

    Estimating, Costing and Cost Reports

    Budgeting, budgetary reports

  • 14

    Spare Parts and Consumables Inventory Management.

    Suppliers, Purchasing.

    Global Positioning Systems.

    Work Procedures including safety.

    Tools and Equipment Inventory.

    Planning and Scheduling.

    Labour categories, personnel, availability, rosters, assignment.

    Work history and analysis.

    Management Reports.

    Dari fungsi-fungsi tersebut membentuk data flow yang diharapkan mampu

    mendukung manajemen aset termasuk di dalamnya Life Cycle aset dan pemanfaatan aset

    (ROA)

    3. Public asset management (PAM)

    Public Aset Management merupakan pengembangan dari EAM (Enterprise Asset

    Management) yang merupakan satu kesatuan antara CMMS dan GIS (Geographic

    Information System). GIS adalah sistem komputer yang secara khusus dirancang untuk

    merekam, menyimpan, mengolah, menganalisis dan menampilkan semua data geografis.

    GIS menjadi sangat penting dalam kaitan terhadap aset khususnya tanah dan bangunan

    dikarenakan semua aset publik saling berhubungan satu sama lain. Standarisasi data aset

    publik melalui GIS akan memungkinkan interoperabilitas, memberikan pengguna

  • 15

    kemampuan untuk menggunakan kembali, mengkoordinasikan, dan berbagi informasi

    dengan cara yang efisien dan efektif.

    Di Amerika Serikat badan standar GIS adalah GIS-ESRI (Environmental Systems

    Research Institute). Sebuah platform GIS-ESRI dikombinasikan dengan payung hukum

    manajemen aset publik secara keseluruhan baik aset fisik (bangunan atau infrastruktur)

    maupun aset non fisik (izin mendirikan bangunan, AMDAL, dsb), sehingga pengembangan

    penggunaan lahan dan perencanaan daerah lain yang saling berhubungan dengan aset

    pemerintah dan aktivitas kerja lokal lainnya dapat membantu menjalankan fungsi kota

    terstruktur dan tidak terjadi tumpang tindih. Mengingat pentingnya bahwa aset publik

    mempengaruhi aset publik lainnya, dan kegiatan kerja merupakan sumber penting

    pendapatan dan berbagai titik interaksi warga.

    4. Integrasi BMD di negara Kroasia

    Sampai dengan tahun 2013, pemerintah Kroasia telah merumuskan berbagai strategi

    dan rencana pengembangan strategis terkait state property, tetapi sayangnya, tanpa analisis

    mendalam, pengelolaan dan penilaian aset keuangan dan non-keuangan yang dimiliki oleh

    pemerintah, badan-badan pemerintah, unit pemerintahan lokal yang mandiri, perusahaan,

    instansi atau lembaga pemerintah lainnya tidak berjalan dengan optimal. Masalah yang

    dihadapi pemerintah Kroasia, yaitu:

    Pencatatan Aset

    Belum ada register tunggal aset negara di Kroasia dan daftar aset nonkeuangan

    sangat bermasalah. Terdapat beberapa register aset terpisah milik pemerintah, seperti

    Central Register of State Property, Concession Register, Agricultural Land Register,

    Cultural Heritage Register, dan lain-lain. Berbeda dengan aset nonkeuangan, aset

    keuangan dapat dievaluasi dan dinilai dari segi ukuran dan struktur. The Croatian National

    Bank (CNB) dan Eurostat memiliki informasi yang lengkap dan tersedia untuk umum

    mengenai aset keuangan dari semua sektor ekonomi di Kroasia, termasuk aset umum

    pemerintah (yang meliputi aset keuangan pemerintah, dana jaminan sosial, dan aset

    pemerintah lokal).

    Penerimaan Pemerintah dari Pemanfaatan Aset

    Pemerintah Kroasia sulit menilai dampak keuangan penerimaan dari state property.

    Informasi ini adalah kunci untuk perencanaan anggaran, manajemen risiko dan

    pembiayaan kewajiban pemerintah.

  • 16

    Aset Nonkeuangan Pemerintah

    Belum adanya registeraset negara membuat pemerintah sulit untuk memantau

    penggunaan aset tersebut. Property Management Act tidak cukup mengatur pengelolaan

    keseluruhanaset, melainkan lebih berfokus pada saham dan penyertaan modal pemerintah.

    Menyikapi permasalahan yang dialami terkait pengelolaan aset pemerintah Kroasia,

    pada 15 Januari 2014, register aset terpadu pertama milik negara Kroasia diresmikan dan

    tersedia untuk umum di situs State Property Management Office (http://www.duudi.hr/).

    Register terintegrasi yang akan terus diperbarui ini berisi lebih dari 380.000 entri berbeda

    yang diklasifikasikan dalam sembilan kategori, di antaranya adalah sekitar 298.000 hutan

    dan lahan kehutanan dan sekitar 28.000 flat milik negara. Total aset tersebut diperkirakan

    lebih tinggi daripada 21,4 miliar eurosebagaimanayang diperkirakan oleh Eurostat, kantor

    statistik Uni Eropa.

    Kepala State Property Management Office, Mladen Pejnovic, menyatakan bahwa

    relatif mudah untuk melakukan penilaian saham milik negara, dengan kepemilikan saham

    pemerintah Kroasia di 690 perusahaan, tetapi sulit memperkirakan nilai real estate milik

    negara yang berbasis market-value. Register ini akan secara bertahap diperbarui dan

    diperluas untuk mencakup jenis state property baru milik negara seperti konsesi dan lahan

    pertanian.

    http://www.duudi.hr/

  • 17

    Tabel 2. Register Aset Negara Kroasia Sumber: http://www.duudi.hr/

    F. Gagasan Pelaksanaan Integrasi BMD di Indonesia

    Banyak manfaat yang diperoleh saat suatu negara mengetahui dengan pasti jumlah

    kekayaan yang dimilikinya. Negara tersebut tentu saja akan mampu mengelola

    kekayaannya dengan lebih baik, karena tahu batasan kemapanannya. Hal tersebutlah yang

    ingin dicapai oleh pemerintah Indonesia, integrasi pencatatan dan pelaporan aset negara

    secara nasional memang bukanlah hal yang mudah untuk dicapai. Ada segudang PR yang

    masih mengantri untuk diselesaikan. Luas dan struktur geografis Indonesia juga

    merupakan suatu tantangan tersendiri. Namun, bukan berarti tidak mungkin untuk

    mewujudkan mimpi tersebut.

    Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan terkait upaya integrasi BMD secara

    nasional:

    1. Manusia merupakan unsur utama dalam sistem. Berhasil tidaknya suatu sistem

    dipengaruhi salah satunya oleh manusia yang terlibat di dalamnya. Pelatihan dan

    pendidikan secara memadai kepada SDM yang terkait dengan pengelolaan BMD.

    Pendidikan dan pelatihan tersebut harus dilaksanakan secara rutin dan berkelanjutan.

    Pemilihan perwakilan pegawai untuk menjadi Trainer (ToT) di masing-masing

    instansinya tentu akan sangat membantu dalam upaya perbaikan administrasi dan

    pengelolaan BMD. Pengelolaan Barang Milik Daerah harus diawali dari penyiapan

    sumber daya manusia yang mumpuni dan memiliki pemahaman yang baik tentang

    http://www.duudi.hr/

  • 18

    pengelolaan Barang Milik Daerah. Hal ini penting, karena dengan SDM yang

    berkualitas maka penerapan pengelolaan Barang Milik Daerah dapat dilaksanakan

    berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan,

    efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai. Pengetahuan yang dapat diberikan antara

    lain tentang dasar-dasar pengelolaan barang/aset milik daerah yang mencakup

    pentingnya pengelolaan barang milik daerah, cakupan barang/aset milik daerah, dan

    garis besar/dasar-dasar pengelolaanya. Di samping itu diuraikan berbagai peraturan

    perundangan yang menjadi landasan pedoman kerja dalam menjalankan tugas dan

    pekerjaan pengelolaan barang/aset milik daerah.

    2. Prinsip 3K (komitmen, konsistensi, dan konsekuen) harus melekat dan diterapkan

    bagi seluruh bagian organisasi yang terkait. Dengan adanya integrasi BMD secara

    nasional, tentu saja akan ada beberapa tambahan to-do list yang harus dikerjakan

    oleh aparat terkait.

    3. Melaksanakan rekonsiliasi pada semua level pelaporan. Langkah ini merupakan

    salah satu upaya untuk memperbaiki data BMD yang telah ada di database.

    Perbaikan dan penyempurnaan pelaporan aset tetap bersifat bottom up, artinya dari

    level terbawah, yaitu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kelurahan dan

    kecamatan yang dikoordinasikan oleh pengurus barang bersama perangkat

    kelurahan/kecamatan. Rekonsiliasi meliputi pencatatan keluar masuk aset (barang),

    yang nantinya akan diteruskan Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan

    Kabupaten/Kota sehingga dijadikan laporan keuangan pemerintah daerah pada akhir

    tahun anggaran. Rekonsiliasi dilakukan secara berjenjang dan periodik. Upaya ini

    dilakukan untuk meminimalisasi kesalahan dan kekeliruan yang terjadi.

    4. Penertiban pencatatan (dimulai dari proses pengadaan) sebagai salah satu upaya

    perbaikan database BMD. Dengan pengintegrasian seluruh BMD tentu saja database

    yang akan dibutuhkan sangatlah besar sehingga hal tersebut harus dipersiapkan

    dengan matang. Selain itu diperlukan pengembangan Risk Profile atas manajemen

    aset.

    5. Perbaikan pengendalian internal terhadap pengamanan pencatatan dan fisik aset

    tetap. Sebagaimana telah diketahui bahwa pengamanan BMD dan BMN masih

    kurang maksimal, masih banyak tanah negara yang tidak bersertifikat dan aset lain

    yang masih dikuasi oleh pihak lain. Sesuai dengan ikhtisar pemeriksaan BPK-RI

    Tahun 2013 semester II sebanyak 24% kerugian negara karena aset berupa tanah,

  • 19

    kendaraan, dan aset lainnya dikuasai pihak lain sebanyak 31 kasus senilai Rp

    568.714,93 juta yang terjadi di 30 entitas.

    6. Terkait infrastruktur dan modal.

    7. Pengembangan aplikasi yang direncanakan dengan matang. Dalam prosesnya

    pengelolaan BMD cukuplah rumit, selain karena pengintegrasian yang tentu saja

    aplikasi tersebut harus bisa menampung user yang banyak, tetapi juga transaksi yang

    ada juga beraneka ragam. Proses pengintegrasian BMD dalam aplikasi tersebut juga

    harus diperhatikan, tentu saja tidak mungkin menggunakan sistem real time, pasti

    akan menggunakan sistem offline yang kemungkinan akan terjadi banyak masalah,

    sebagaimana aplikasi SIMAK-BMN yang juga terdapat masalah terkait instalasinya,

    permasalahan dalam transaksi, termasuk sinkronisasi dengan SAKPA.

    8. Migrasi Data. Karena pengintegrasian berarti kemungkinan besar akan menggunakan

    aplikasi baru, tentu saja harus diperhatikan juga masalah migrasi data dari aplikasi

    lama ke aplikasi baru, karena kemungkinan besar antar daerah akan memiliki

    aplikasi SIMDA yang sedikit berbeda, bisa dari versinya atau penyesuaian yang

    dilakukan masing-masing daerah.

    9. Disusunnya peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pentingnya

    database, urgensi dan spesifikasi sumber daya manusia, serta ketentuan hukum

    tertulis mengenai integrasi antara pusat dengan daerah. Dalam ketentuan hukum

    tersebut terdapat:

    a. Penyelesaian drafting dan penyempurnaan legal drafting-nya

    b. Seminar draft dikumplkan

  • 20

    c. Penyerahan RPP kepada KPMK sampai dengan penyelesaian menjadi PP pada

    Sekretariat Negara;

    10. Penerapan CMMS atau yang sejenisnya dengan didukung penggunaan GIS dalam

    data inventory aset khususnya tanah dan bangunan serta penggunaan data registrasi

    digital misalnya RFID untuk aset bergerak sehingga akan lebih mudah dalam

    pengelolaan aset mengingat semakin banyaknya aset pemerintah yang bila dilakukan

    dengan sistem manual akan memakan waktu dan tidak efisien.

    G. Simpulan dan Saran

    Sampai saat ini belum ada yang mengetahui berapa nilai keseluruhan kekayaan

    negara kita. Ironis memang, tetapi apa mau dikata. Setiap tahun pemerintah melakukan

    pengadaan barang yang dibiayai dari APBN. Setiap tahun pula berarti jumlah aset

    bertambah. Namun sayang pencatatan atau inventarisasi barang milik negara belum

    optimal. Kalaupun dilakukan inventarisasi biasanya setingkat kantor dan hanya untuk

    kepentingan pemeriksaan oleh aparat pemeriksa seperti Itjen, BPKP, dan BPK. Belum ada

    kesadaran untuk melakukan inventarisasi secara nasional sebagai bagian dari penyusunan

    database kekayaan negara.

    Ketiadaan database kekayaan negara membuat pengelolaan kekayaan negara

    menjadi sulit. Padahal kekayaan negara kita begitu banyak, beragam, dan tersebar baik

    secara geografis maupun penguasaannya oleh banyak kementerian/lembaga. Kekayaan

    negara menurut UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dapat berupa uang,

    surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,

    termasuk kekayaan negara yang dipisahkan pada perusahaan negara/daerah.

    Setiap jenis kekayaan negara tersebut adalah unik sehingga diperlukan cara

    penanganan yang berbeda-beda pula. Sebagai contoh, pengelolaan surat berharga tentu

    berbeda dengan pengelolaan barang seperti tanah dan bangunan. Pengelolaan surat

    berharga perlu pegawai yang mempunyai kompetensi di bidang obligasi, manajemen

    resiko, dan manajemen portofolio. Kompetensi ini mutlak dibutuhkan agar mampu

    mengelola surat berharga milik negara sehingga tidak menimbulkan kerugian. Pengelolaan

    tanah dan bangunan selain melibatkan disiplin ilmu tehnik sipil dan appraisal, biasanya di

    kota-kota besar masalahnya adalah sering berhadapan dengan aspek hukum berupa bukti-

    bukti kepemilikan.

    Persoalan besar dalam pengelolaan kekayaan negara saat ini, paling tidak ada tiga

    yaitu: belum adanya peraturan pemerintah yang mengatur, kurangnya sumber daya

  • 21

    manusia yang mempunyai kompetensi bidang pengelolaan kekayaan negara, dan ketiadaan

    database kekayaan negara. Seperti mengurai benang kusut, persoalan pengelolaan

    kekayaan negara harus dapat diselesaikan satu persatu dan kerja keras. Penyusunan

    rancangan peraturan pemerintah tentang pengelolaan kekayaan negara sudah berlangsung

    lama namun tidak kunjung selesai sampai keluarnya UU Perbendaharaan Negara yang

    mensyaratkan perlunya peraturan pemerintah dalam pengelolaan kekayaan negara.

  • 22

    DAFTAR PUSTAKA

    http://www.tempo.co/read/news/2013/10/23/058524137/Aset-Kota-Bandung-Senilai-Rp-

    668-Miliar-Hilang

    http://www.tempo.co/read/news/2013/03/05/058465175/Tanah-Milik-Pemkab-Malang-

    Belum-Bersertifikat

    http://www.tempo.co/read/news/2013/07/02/058492886/Pulau-pulau-di-Kabupaten-

    Serang-Telah-Digadaikan

    Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2013 BPK-RI

    http://birokrasi.kompasiana.com/2011/10/20/temuan-bpk-ri-atas-lkpd-garut-ta-2010-carut-

    marut-potret-pemerintahan-garut-404971.html

    http://www.jpnn.com/read/2012/06/09/130031/Temuan-BPK-LKPD-Jeneponto,-Ada-

    Dana-Rp-4,5-Miliar-Meragukan-

    Bajo, Anto. 2013. Public Sector Assets and Liabilities Management in Croatia. Zagreb:

    Institute of Public Finance.

    http://www.vlada.hr/en/naslovnica/novosti_i_najave/2014/sijecanj/republika_hrvatska_prvi

    _put_ima_javno_dostupan_registar_drzavne_imovine

    http://podaci.duudi.hr/default.aspx?action=nekretnine&page=39304&posiljatelj=&vrsta_n

    ek=&vrsta_vla=&pbr=&zup=

    http://www.bppk.kemenkeu.go.id/index.php/id/berita/1137-orasi-ilmiah-statistik-

    keuangan-pemerintah-republik-indonesia-proses-penyusunan-dan-kendala-yang-

    dihadapinya

    http://pbmkn.perbendaharaan.go.id/artikel.htm

    Physical asset management Nicholas. A.J Hasting

    Norman Easons Maintenance and Asset Management Information Systems

    http://en.wikipedia.org/wiki/GIS

    http://en.wikipedia.org/wiki/Computerized_maintenance_management_system

    http://en.wikipedia.org/wiki/Enterprise_asset_management

    http://www.amcouncil.com.au/

    AAMCOG (The Australian Aset Management Collaborative Groups) Pedoman Sistem

    Terpadu Pengelolaan Aset yang Strategis | Version 1.0 | 7 December 2012

    http://birokrasi.kompasiana.com/2011/10/20/temuan-bpk-ri-atas-lkpd-garut-ta-2010-carut-marut-potret-pemerintahan-garut-404971.htmlhttp://birokrasi.kompasiana.com/2011/10/20/temuan-bpk-ri-atas-lkpd-garut-ta-2010-carut-marut-potret-pemerintahan-garut-404971.htmlhttp://www.jpnn.com/read/2012/06/09/130031/Temuan-BPK-LKPD-Jeneponto,-Ada-Dana-Rp-4,5-Miliar-Meragukan-http://www.jpnn.com/read/2012/06/09/130031/Temuan-BPK-LKPD-Jeneponto,-Ada-Dana-Rp-4,5-Miliar-Meragukan-http://www.vlada.hr/en/naslovnica/novosti_i_najave/2014/sijecanj/republika_hrvatska_prvi_put_ima_javno_dostupan_registar_drzavne_imovinehttp://www.vlada.hr/en/naslovnica/novosti_i_najave/2014/sijecanj/republika_hrvatska_prvi_put_ima_javno_dostupan_registar_drzavne_imovinehttp://podaci.duudi.hr/default.aspx?action=nekretnine&page=39304&posiljatelj=&vrsta_nek=&vrsta_vla=&pbr=&zuphttp://podaci.duudi.hr/default.aspx?action=nekretnine&page=39304&posiljatelj=&vrsta_nek=&vrsta_vla=&pbr=&zuphttp://www.bppk.kemenkeu.go.id/index.php/id/berita/1137-orasi-ilmiah-statistik-keuangan-pemerintah-republik-indonesia-proses-penyusunan-dan-kendala-yang-dihadapinyahttp://www.bppk.kemenkeu.go.id/index.php/id/berita/1137-orasi-ilmiah-statistik-keuangan-pemerintah-republik-indonesia-proses-penyusunan-dan-kendala-yang-dihadapinyahttp://www.bppk.kemenkeu.go.id/index.php/id/berita/1137-orasi-ilmiah-statistik-keuangan-pemerintah-republik-indonesia-proses-penyusunan-dan-kendala-yang-dihadapinyahttp://pbmkn.perbendaharaan.go.id/artikel.htmhttp://en.wikipedia.org/wiki/GIShttp://en.wikipedia.org/wiki/Computerized_maintenance_management_systemhttp://en.wikipedia.org/wiki/Enterprise_asset_managementhttp://www.amcouncil.com.au/