Post Natal

38
LAPORAN PENDAHULUAN POSTNATAL CARE A. Pengertian Masa puerperium atau masa nifas (post partum) adalah jangka waktu 6 minggu yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan (Bobak, MI 2000) Masa puerperium atau masa nifas (post partum) adalah jangka waktu 6 minggu yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan (Bobak, MI 2000). Masa nifas ini dapat dibagi menjadi tiga tahap yakni : a. Immidiate post partum Masa setelah post partum sampai 24 jam setelah melahirkan (24 jam). b. Early post partum

description

post natal care

Transcript of Post Natal

Page 1: Post Natal

LAPORAN PENDAHULUAN POSTNATAL CARE

A. Pengertian

Masa puerperium atau masa nifas (post partum) adalah jangka waktu 6

minggu yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-

organ reproduksi seperti sebelum kehamilan (Bobak, MI 2000)

Masa puerperium atau masa nifas (post partum) adalah jangka waktu 6

minggu yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-

organ reproduksi seperti sebelum kehamilan (Bobak, MI 2000). Masa nifas ini

dapat dibagi menjadi tiga tahap yakni :

a. Immidiate post partum

Masa setelah post partum sampai 24 jam setelah melahirkan (24 jam).

b. Early post partum

Masa setelah hari pertama sampai dengan minggu pertama post partum

c. Late post partum

Masa minggu pertama post partum sampai dengan minggu keempat post

partum.

B. Perubahan fisiologi post partum

a. Tanda-tanda vital

1. Suhu

Selama 24 jam pertama, mungkin meningkat 38oC sebagai suatu akibat

dari dehidrasi persalinan 24 jam wanita tidak boleh demam.

2. Nadi

Bradikardi umumnya ditemukan pada 6 – 8 jam pertama setelah

persalinan. Brandikardi merupakan suatu konsekuensi peningkatan

cardiac out put dan stroke volume. Nadi kembali seperti keadaan cardia

output dan stroke volume. Nadi kembali seperti keadaan sebelum hamil

3 bulan setelah persalinan. Nadi antara 50 sampai 70 x/m dianggap

normal.

Page 2: Post Natal

3. Respirasi

Respirasi akan menurun sampai pada keadaan normal seperti sebelum

hamil.

4. Tekanan darah

Tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama sekali. Hipotensi

yang diindikasikan dengan perasaan pusing atau pening setelah berdiri

dapat berkembang dalam 48 jam pertama sebagai suatu akibat gangguan

pada daerah persarafan yang mungkin terjadi setelah persalinan.

b. Adaptasi sistem kardiovaskuler

Pada dasarnya tekanan darah itu stabil tapi biasanya terjadi penurunan

tekanan darah sistolik 20 mmHg jika ada perubahan dari posisi tidur ke

posisi duduk. Hal ini disebut hipotensi orthostatik yang merupakan

kompensasi cardiovaskuler terhadap penurunan resitensi didaerah

panggul. Segera setelah persalinan ibu kadang menggigil disebabkan oleh

instabilitas vasmotor secara klinis, hal ini tidak berarti jika tidak disertai

demam.

c. Adaptasi kandung kemih

Selama proses persalinan kandung kemih mengalami trauma akibat

tekanan oedema dan menurunnya sensifitas terhadap tekanan cairan,

perubahan ini menyebabkan tekanan yang berlebihan dan pengosongan

kandung kemih yang tidak tuntas, biasanya ibu mengalami kesulitan BAK

sampai 2 hari pertama post partum.

d. Adaptasi sistem endokrim

Sistem endokrim mulai mengalami perubahan kala Iv persalinan mengikuti

lahirnya placenta, terjadi penurunan yang cepat dari estrogen progesteron

dan proaktin. Ibu yang tidak menyusui akan meningkat secara bertahap

dimana produksi ASI mulai disekitar hari ketiga post partum. Adanya

pembesaran payudara terjadi karena peningkatan sistem vaskulan dan

linfatik yang mengelilingi payudara menjadi besar, kenyal, kencang dan

nyeri bila disentuh.

Page 3: Post Natal

e. Adaptasi sistem gastrointestinal

Pengembangan fungsi defekasi secara normal terjadi lambat dalam minggu

pertama post partum. Hal ini berhubungan dengan penurunan motilitas

usus, kehilangan cairan dan ketidaknyamanan parineal.

f. Adaptasi sistem muskuloskletal

Otot abdomen terus menerus terganggu selama kehamilan yang

mengakibatkan berkurangnya tonus otot yang tampak pada masa post

partum dinding perut terasa lembek, lemah, dan kotor. Selama kehamilan

otot abdomen terpisah yang disebut distasi recti abdominalis, juga terjadi

pemisahan, maka uteri dan kandung kemih mudah dipalpasi melalui

dinding bila ibu terlentang.

g. Adaptasi sistem integument

Cloasma gravidrum biasanya tidak akan terlihat pada akhir kehamilan,

hyperpigmenntasi pada areola mammae dan linea nigra, mungkin belum

menghilang sempurna setelah melahirkan.

h. Adaptasi Reproduksi

1. Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusio) sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

Involusio  

Tinggi Fundus Uterus

 

Berat Uterus

Bayi lahir

Plasenta lahir

1 minggu

2 minggu

6 minggu

8 minggu

Setinggi pusat

2 jari bawah pusat

Pertengahan pusat simfisis

Tidak teraba diatas simfisis

Bertambah kecil

Sebesar normal

100 gram

750 gram

500 gram

350 gram

50 gram

30 gram

Involusi terjadi disebabkan oleh :

Page 4: Post Natal

1) Kontraksi retraksi serabut otot yang terjadi terus-menerus sehingga

mengakibatkan kompresi pembuluh darah dan anemia setempat

(iskemia).

2) Otolisis yang disebabkan sitoplasma sel yang berlebihan akan

tercernah sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro-elastik dalam

jumlah renik sebagai bukti kehamilan.

3) Atrofi merupakan jaringan yang berproliferasi dengan adanya

estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofit sebagai

reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai

pelepasan plasenta.

Selain perubahan atrofik pada otot-otot uterus, lapisannya (desidua)

mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal

yang akan bergenerasi menjadi endometrium yang baru. Luka bekas

pelekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.

2. Lokia

Lokia adalah istilah yang diberikan pada pengeluaran darah dan jaringan

desidua yang nekrotik dari dalam uterus selama masa nifas. Jumlah dan

warnah lokia akan berkurang secara progresif. Lokia dapat dibagi atas :

1) Lokia rebra (hari 1 – 4) jumlahnya sedang, berwarnah merah

terutama darah.

2) Lokia serosa ( hari 4 – 8) jumlahnya berkurang dan berwarnah merah

mudah (hemoserosal)

3) Lokia alba (hari 8 – 14) jumlahnya sedikit, berwarnah putih atau

hampir tidak berwarna.

3. Serviks

Servkis mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,

ostium ekstern dapat dimasuki oleh dua hingga tiga tangan : setelah 6

minggu postnatal, serviks menutup.

Karena robekan kecil-kecil yang terjadi selama dilatasi. Serviks tidak

pernah kembali kekeadaan sebelum hamil (nulipara) yang berupa lubang

Page 5: Post Natal

kecil seperti mata jarum ; serviks hanya kembali pada keadaan tidak

hamil yang berupa lubang yang sudah sembuh, tertutup tapi berbentuk

celah. Dengan demikian, os servisis wanita yang sudah pernah

melahirkan merupakan salah satu tanda yang menunjukkan riwayat

kelahiran lewat vagina.

4. Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta perenggangan yang sangat

besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama

sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan

kendur. Setelah tiga minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaab

tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan

muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

5. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya

tegang oleh tekanan kepada bayi yang bergerak maju. Pada postnatal

hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali bagian besar tonusnya

sekaligus tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan

(nulipara).

6. Payudara

Payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika

laktasi disupresi. Payudara akan menjadi lebih besar lebih kencang dan

mula-mula lebih nyeri tekan status hormonal serta dimulainya laktasia.

7. Traktus urinarius

Buang air kecil sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat

spasme sfigner dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami

kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.

i. Adaptasi Psikososial Pada Post Partum

1. Fase-fase transisi :

a) Fase antisipasi kehamilan :

Page 6: Post Natal

Fase antisipasi orang tua, membuat keputusan dan harapan, membagi

pekerjaan dalam keluarga.

b) Fase bulan madu (periode post partum)

Kontak lebih lama dan intim, menggali keadaan anggota keluarga

yang baru.

Menurut Rubin, fase adaptsi ibu meliputi :

1) Taking In

(a) Dependen

(b) Pasif

(c) Fokus pada diri sendiri

(d) Perlu tidur dan makan

2) Taking Hold

(a) Dependent

(b) Independent

(c) Fokus melibatkan bayi

(d) Melakukan perawatan diri sendiri

(e) Waktu yang baik untuk penyuluhan

(f) Dapat menerima tanggungjawab

3) Letting Go

(a) independence pada peran yang baru

(b) letting go terjadi pada hari-hari terakhir pad minggu pertama

persalinan.

C. Pemeriksaan Post Natal

Ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar

rumah setelah habis nifas yaitu 40 hari. Bagi wanita dengan persalinan normal

ini baik dan dilakukan pemeriksaan kembali 6 minggu setelah persalinan

normal bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus kembali untuk control

seminggu kemudian.

Pemeriksaan post natal antara lain meliputi:

Page 7: Post Natal

1. Pemeriksaan umum: tekanan darah, nadi, keluhan dan sebagainya.

2. Keadaan umum: suhu badan, selera makan, dan lain-lain.

3. Payudara: ASI dan putting susu.

4. Dinding perut apakah ada hernia

5. Keadaan perineum

6. Kandung kemih, apakah ada sistokel dan uretrokel.

7. Rectum, apakah ada rektrokel dan pemeriksaan tonus muskulus spingter

ani

8. Adanya flour albus

9. Keadaan serviks, uterus dan adneksa

D. Penanganan Masa Nifas (Puerperium)

1. Kebersihan diri

a) Anjurkan menjaga kebersihan seluruh tubuh

b) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah alat kelamin

dengan sabun dan air. Pastikan bahwa klien mengerti untuk

membersihkan daerah vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang,

baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu

untuk membersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.

c) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

setidaknya 2x sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci

dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan disetrika.

d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum

dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

e) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada

ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.

2. Istirahat

a) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan

berlebihan.

b) Sarankan untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga secara

perlahan-lahan

Page 8: Post Natal

serta untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur

c) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam:

1) Mengurangi jumlah asi yang diproduksi

2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan

3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi

dan dirinya sendiri.

3. Latihan

a) Diskusikan pentingnya otot-otot panggul kembali normal. Ibu akan

merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat

sehingga mengurangi rasa sakit pada panggul.

b) Jelaskan pentingnya latihan untuk memperkuat tonus otot jalan lahir

dan dasar panggul (kelgel exercise). Mulai dengan mengerjakan 5 kali

latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5

kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus

mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.

4. Gizi

a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.

b) Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral

dan vitamin yang cukup

c) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap

kali menyusui.

d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya

selama 40 hari post partum

e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan

vitamin A kepada bayi melalui air asinya.

5. Perawatan payudara

a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama pada puting susu

b) Menggunakan Bra yang menyokong payudara

c) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar

Page 9: Post Natal

pada sekitar puting susu setiap kali menyusui. Tetap menyusui dimulai

dari puting susu yang tidak lecet.

d) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI

dikeluarkan dan diminumkan menggunakan sendok

e) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum paracetamol 1 tablet.

f) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting susu dan gunakan sisi

tangan untuk mengurut payudara.

g) Keluarkan ASI sebagian dari depan payudara sehingga puting susu

menjadi lunak.

h) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh

ASI, sisanya keluarkan dengan tangan.

i) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.

6. Senggama

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah

berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya kedalam vagina tanpa

rasa nyeri

Banyaknya budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri

sampai pada masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu

setelah persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan yang

bersangkutan.

E. Perawatan post partum

1. Perineum

Luka pada perineum akibat episiotomi, ruptura atau laserasi merupakan

daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering.

Pengamatan dan perawatan khusus diperlukan untuk menjamin agar

daerah tersebut sembuh dengan cepat dan mudah. Pencucian daerah

perineum memberikan kesempatan untuk melakukan inspeksi secara

seksama pada daerah tersebut dan mengurangi rasa sakitnya.

2. Mobilisasi

Page 10: Post Natal

Karena lelah sehabis bersalin ibu harus istirahat tidur terlentang selama 8

jam post partum, kemudian boleh miring-miring kekiri dan kekanan untuk

mencegah terjadinya trobosis dan tramboemboli. Pada hari kedu duduk-

duduk, hari ketiga jalan-jalan dan pada hari keempat atau lima boleh

pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi tergantung pada adanya

komplikasi persalinan nifas dan sembuhnya luka-luka.

3. Diet

Makanan harus bermutu dan bergizi cukup kalori. Sebaiknya makan

makanan yang mengandung protein, banyak cairan sayuran-sayuran dan

buah-buahan.

4. Miksi

Hendaknya berkemih dapat dilakukan sendiri dngan secepatnya. Kadang-

kadang wanita sulit berkemih karena sphineter uretrae mengalami tekanan

oleh kepala janin dan spasme otot iritasi musculus sphicterani selama

persalinan bila kandung kemih penuh dan wanita sulit berkemih sebaiknya

lakukan kateterisasi.

5. Defakasi

Buang air besar harus dilakukan 3 – 4 hari post partum. Bila masih sulit

buang air besar dan terjadi optipasi apabila faeces keras harus diberikan

obat laksans atau perectal, jika masih belum bisa dilakukan klisma.

6. Laktasi

Perawatan mammae telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu

tidak keras, lemas dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.

Laktasia dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu

(ASI).

Page 11: Post Natal

F. Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Intervensi dan Rasional

1. Nyeri berhubungan dengan episiotomi, trauma jalan lahir, after pain,

ketidanyamanan payudara

Tujuan : Nyeri hilang/berkurang

Intervensi :

a. Kaji adanya lokasi dan sifat nyeri

R/ mengidentifikasi kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat.

b. Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi, perhatikan edema,

ekimosis, nyeri tekan local, eksudat purulent.

R/ dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan

atau terjadinya komunikasi yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.

c. Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan

episiotomi.

R/ penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stress dan

tekanan langsung pada perineum.

d. Kaji nyeri tekan uterus, tentukan adanya dan frekuensi/intensitas

afterpaint.

R/ selama 12 jam pertama post partum kontraksi uterus kuat dan

regular, dan ini berlanjut selama 2–3 hari selanjutnya, meskipun

frekuensi dan intensitas-nya berkurang.

e. Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan kontak dibawah abdomen

dan melakukan aktivitas persalinan

R/ meningkatkan kenyamanan, meningkatkan rasa control dan kembali

memfokuskan perhatian.

f. Inspeksi payudara dan jaringan putting, kaji adanya pembesaran dan

atau putting pecah-pecah.

R/ pada 24 jam post partum, payudara harus lunak dan tidak penuh, dan

puting harus bebas dari pecah-pecah atau area kemerahan, pembesaran

Page 12: Post Natal

payudara, nyeri tekan putting atau adanya pecah-pecah pada putting

dapat terjadi hari ke-2 sampai ke-3 postpartum.

g. Anjurkan menggunakan penyokong

R/ mengangkat payudara ke dalam dan kedepan mengakibatkan posisi

lebih nyaman.

h. Berikan analgetik 30 – 60 menit sebelum menyusui

R/ memberikan kenyamanan, khususnya selama laktasi, bila afterpaint

paling hebat karena pelepasan oksitosin, bila klien bebas dari

ketidaknyamanan ia dapat memfokuskan pada perawatannya sendiri dan

bayinya dan pada pelaksanaan tugas –tugas mengenai ibu.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan

atau kerusakaan kulit, penurunan HB, prosedur invasive dan atau

peningkatan pemajanan lingkungan.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi

Intervensi :

a. Pantau suhu dan nadi dengan rutin; catat tanda-tanda menggigil,

anoreksia atau malaise.

R/ peningkatan suhu sampai 38,3°C dalam 24 jam pertama menandakan

infeksi.

b. Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus; perhatikan perubahan involusional

atau adanya nyeri tekan uterus eksterm.

R/ fundus yang pada awalnya 2 cm dibawah umbilicus meningkat 1-2

cm/hari. Kegagalan miometrium untuk involusi pada kecepatan ini, atau

terjadinya nyeri tekan eksterm, menandakan kemungkinan tertahannya

jaringan plasenta atau imflamasi.

c. Catat jumlah dan bau rabas lakhial atau perubahan pada kehilangan

normal dan rubra menjadi serosa

R/ lokhea secara normal mempunyai bau amis/daging, namun pada

endometritis, rabas mungkin purulen dan bau busuk, mungkin gagal

Page 13: Post Natal

untuk menunjukkan kemajuan normal dari rubra menjadi serosa sampai

alba.

d. Anjurkan perawatan perineal dan mandi setiap hari dan ganti pembalut

perineal sedikitnya setiap 2 jam dari depan ke belakang.

R/ pembersihan sering dari depan ke belakang (simfisis pubis kearah

anal) membantu mencegah kontaminasi rectal memasuki vaginan atau

uretra.

e. Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan cermat dan pembuangan

pembalut yang kotor.

R/ membantu mencegah atau menghalangi penyebaran infeksi.

3. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek-efek hormonal

(perpindahan cairan/peningkatan aliran plasma ginjal), trauma mekanis,

edema jaringan, efek-efek anastesia.

Tujuan : Eliminasi urin menjadi normal

Intervensi :

a. Kaji masukan cairan dan haluaran urin terakhir

R/ pada periode pasca natal awal, kira-kira 4 kg cairan hilang, melalui

haluaran urin dan kehilangan tidak kasat mata termasuk dioforesis.

b. Anjurkan berkemih dalam 5 – 8 jam post partum, alirkan air hangat

diatas perineum.

R/ kandung kemih penuh mengganggu motilitas dan involusi uterus dan

meningkatkan lokhea, distensi berlebihan kandung kemih dalam waktu

lama dapat merusak dinding kandung kemih.

c. Anjurkan minum 6 sampai 8 gelas cairan perhari

R/ membantu mencegah static dan dehidrasi dan mengganti cairan yang

hilang waktu melahirkan.

d. Pasang kateter urin sesuai indikasi

Page 14: Post Natal

R/ untuk mengurangi distensi kandung kemih, untuk memungkinkan

involusi uterus dan mencegah atoni kandung kemih karena distensi

belebihan.

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan

masukan/pergantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan (diaforesia,

hemoragi, peningkatan haluaran urin, muntah.)

Tujuan : Kekurangan volume cairan tidak terjadi

Intervensi :

a. Kaji tanda-tanda vital

R/ takikardia dapat terjadi memaksimalkan sirkulasi cairan, pada

kejadiandehidrasi atau hemoragi, peningkatan TD larema obat-obat

vasopressor oksitosin, penurunan TD merupakan tanda lanjut dan

kehilangan cairan berlebihan.

b. Perhatikan adanya rasa haus berikan cairan sesuai toleransi

R/ rasa haus mungkin diperlukan cara homeostasis dari pergantian cairan

melalui peningkatan rasa haus.

c. Evaluasi masukan cairan dan haluaran urin selama diberikan infuse i.v

atau sampai pola berkemih menjadi normal.

R/ membantu dalam analisa keseimbangan cairan dan derajat

kekurangan.

d. Pantau pengisian payudara dan suplai ASI bila menyusui

R/ klien dehidrasi tidak mampu menghasilkan ASI adekuat

e. Berikan cairan i.v yang mengandung elektrolit

R/ membantu menciptakan volume dasar sirkulasi dan menggantikan

kehilangan korona dan kelahiran dan diaphoresis

5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek-efek

progesterone, dehidrasi, kelebihan analgetik atau anstesia, diare

prapersalinan, kurang masukan, nyeri perineal.

Tujuan : Proses defekasi menjadi normal

Page 15: Post Natal

Intervensi :

a. Auskultasi adanya bising usus; perhatikan kebiasaan pengosongan

normal atau diastosis rekti.

R/ mengevaluasi fungsi usus. Adanya diastosis rekti berat menurunkan

tonus otot abdomen yang diperlukan untuk upaya mengejan selama

pengosongan.

b. Berikan informasi diet yang tepat tentang pentingnya makanan kasar,

peningkatan cairan dan upaya untuk membuat pola pengosongan normal.

R/ makanan kasar (mis, buah-buahan dan sayuran khususnya dengan biji

dan kulit dan peningkatan cairan menghasilkan builk dan merangsang

eliminasi.

c. Anjurkan peningkatan tingkat aktivitas dan ambulasi, sesuai toleransi.

R/ membantu meningkatkan peristaltic gastrointestinal

d. Kaji episiotomi; perhatikan adanya laserasi dan derajat keterlibatan cairan.

R/ edema berlebihan atau trauma perineal dengan laserasi derajat ketiga

dan keempat dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan mencegah klien

dan merelaksasi perineum selama pengosongan karena takut untuk terjadi

oedema selanjutnya.

e. Berikan laksatif, pelunak feses, supositoria atau enema.

R/ untuk meningkatkan kembali kebebasan defekasi normal dan

mencegah mengejan atau stress perianal selama pengosongan.

Page 16: Post Natal

DAFTAR PUSTAKA

Moctar, Rustam. Sinopsis obstruksi : Obstetri Fisiologis, obstetri patologis, Edisi 2,

Jilid 1. Jakarta. EGC, 2007

Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Jakarta, EGC, 2004

Doengus, Merillyn E. Rencana Perawatan Maternal/bayi, Pedoman untuk

Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, edidi 2, jakarta, EGC, 2001.