Post Mow Villa

34
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “N” P 3003 Ab 000 Post SC hari ke 1 dan Post MOW DI VK PERISTI RSUD SIDOARJO Disusun Oleh : Vivi Agusti Villa Andari 1009.1540.451 PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA MALANG 1

Transcript of Post Mow Villa

Page 1: Post Mow Villa

ASUHAN KEBIDANAN

PADA Ny. “N” P3003 Ab000 Post SC hari ke 1 dan Post MOW

DI VK PERISTI

RSUD SIDOARJO

Disusun Oleh :

Vivi Agusti Villa Andari

1009.1540.451

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA

MALANG

2012

1

Page 2: Post Mow Villa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika otot-

otot kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang lamanya 6

minggu, pada masa nifas ini banyak terjadi perubahan pada klien, perubahan-

perubahan yang bertujuan untuk pengembalian tubuh terutana alat reproduksi

ke keadaan seperti sebelum hamil, Di Indonesia jumlah angka kematian ibu

(AKI) tergolong cukup tinggi dibandingkan dengan negara lain. Pada tahun

1995 masih ada 390 ibu yang meninggal dunia dari 100.000 kelahiran hidup,

kematian ibu paling banyak terjadi karena masalah perdarahan. Ini merupakan

tantangan bagi kita dan merupakan suatu kenyataan bahwa kesadaran

masyarat terhadap kesehatan ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas masih

rendah.

Pada wanita nifas post partum dengan SC kebanyakan tidak mau

bergerak atau hanya berbaring terlentang yang justru dengan adanya

mobilisasi akan mempercepat proses involusi, pada masa ini banyak terdapat

keluhan seperti nyeri yang mengganggu kenyamanan sehingga tidak mau atau

takut melakukan aktifitas atau mobilisasi sedini mungkin, pada wanita post SC

juga rentan terjadi infeksi sehingga perawatan dan penanganan yang lebih

intensif dibanding dengan wanita nifas normal

Perubahan yang terjadi tidak semua diketahui oleh wanita post partum

denga SC, oleh karena itu adanya asuhan kebidanan dapat membantu wanita

post SC mengetahui keadaan dirinya.

Dari kejadian tersebut, maka penulis tertarik untuk membuat asuhan

kebidanan pada Ny “I” P3003 Ab000 post partum hari ke-1 dengan luka bekas

operasi.

2

Page 3: Post Mow Villa

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan dan memberikan asuhan

kebidanan pada ibu nifas dengan post SC

1.2.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu melaksanakan manajemen kebidanan sesuai langkah

yang meliputi :

1. Mengkaji data

2. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah

3. melakukan intervensi

4. Melakukan implementasi

5. Mengevaluasi

6. melakukan catatn perkembangan

1.3 Metode Penulisan

Anamnese

Pengambilan data dengan tanya jawab langsung dengan pasien.

Observasi

Mengamati perilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh data pasien.

Studi dokumentasi

Mempelajari dan melengkapi data dengan cara melihat catatan/ status

pasien

Studi pustaka

Dari buku-buku penunjang.

3

Page 4: Post Mow Villa

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR NIFAS

2.1.1 Definisi Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan

selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.

(Rustam Mochtar, 1998. hal 115)

Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-

organ reproduksi kembali keadaan tidak hamil.

(Helen Varney, 1999. hal 225)

Puerperium merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat

kandungan pada keadaan yang normal, berlangsung selama 6 minggu

atau 42 hari.

2.1.2 Fisiologi Nifas

a. Involusi

Proses involusi uterus

Involusi Tinggi fundus uteri Berat uterus

Bayi lahir

Uri lahir

1 minggu

2 minggu

6 minggu

8 minggu

Setinggi pusat

2 jari bawah pusat

Pertengahan pusat simphysis

Tidak teraba diatas symphysis

Bertambah kecil

Sebesar normal

1000 gram

750 gram

500 gram

350 gram

50 gram

30 gram

Proses involusi uteri pada batas implantasi plasenta

- Batas implantasi plasenta segera setelah lahir seluas 12x15 cm

permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.

4

Page 5: Post Mow Villa

- Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose, disamping

pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim

- Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke-2

sebesar 6 sampai 8 cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm.

- Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis

bersama dengan lochea.

- Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan

endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis

endometrium.

- Kesembuhan sempurna pada saat akhir dari masa puerperium.

b. Lochea

Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya

sebagai berikut :

- Lochea rubra (kruenta)

Keluar pada hari ke-1 sampai ke-3, berwarna merah dan hitam yang

terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, lanugo sisa darah.

- Lochea sanguinolenta

Keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 yang berwarna merah

kekuningan.

- Lochea serosa

Terjadi pada hari ke-7 sampai ke-14 yang berwarna kekuningan.

- Lochea alba

Terjadi setelah hari ke-14 yang berwarna putih.

c. Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus, setelah persalinan

ostium uteri eksternum dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan,

setelah 6 minggu postnatal, serviks menutup.

d. Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama

sesudah proses tersebut, vulva dan vagina kembali ke keadaan tidak

5

Page 6: Post Mow Villa

hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul

kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.

e. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya

teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju, pada postnatal

hari ke-5 perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya

sekalipun tetap kendur daripada keadaan sebelum melahirkan.

f. Payudara

Berbeda dengan perubahan atrofik yang terjadi pada organ-organ pelvis.

Payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas kembali

jika laktasi disupresi payudara akan terjadi lebih besar, lebih kencang

dan mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan

status hormonal serta dimulai laktasi.

g. Traktus urinarius

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan

terdapat spasme sfingter dan oedem leher buli-buli sesudah bagian ini

mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang publis selama

persalinan.

h. Sistem gastrointestinal.

Kerap kali diperlukan waktu 3 sampai 4 hari sebelum faal usus kembali

normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan,

namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama 1 atau 2 hari.

Gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika

sebelum melahirkan diberi enema. Rasa sakit di daerah perienum dapat

menghalangi keinginan ke belakang.

i. Sistem kardiovaskuler

Setelah terjadi diuerisis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen,

volume darah kembali kepada ke keadaan tidak hamil, jumlah sel darah

merah dan kadar hemoglobin kembali normal pada hari ke-6.

j. Perubahan psikologis

Fase taking in (ketergantungan)

6

Page 7: Post Mow Villa

Terjadi pada hari I sampai 2, biasanya perhatian ibu terutama

terhadap kebutuhan dirinya sendiri, pasif dan tidak menginginkan

kontak dengan bayinya tetapi bukan tidak memperhatikan.

Fase taking hold

Terjadi pada hari ke 3 sampai 4 ibu biasanya mengatasi fungsi tubuh

seperti BAK dan BAB, melakukan aktivitas duduk, jalan dan belajar

tentang perawatan diri sendiri dan anaknya, sehingga timbul kurang

percaya diri.

Fase letting go

Berlangsung pada hari ke-5 sampai 6 terjadi peningkatan

kemandirian dalam perawatan bayi dan dirinya.

2.1.3 Pengawasan Nifas

Puerperium dibagi menjadi 3 periode :

a.Puerperium dini

Yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan jalan-jalan.

b. Puerperium intermedial

Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8

minggu.

c.Remote puerperium

Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama

bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

Kunjungan yang dilakukan selama nifas

Kunjungan I

Waktunya 6 sampai 8 jam setelah persalinan, tujuannya :

- Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

- Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk jika

perdarahan berlanjut

- Memberikan konseling pada ibu bagaimana mencegah

perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

- Pemberian ASI awal

- Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

7

Page 8: Post Mow Villa

- Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia

- Jika petugas kesehatan menolong persalinan ia harus tinggal

dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah

kelainan atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

Kunjungan ke II

Waktunya 6 hari setelah persalinan, tujuannya :

- Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilikus. Tidak ada perdarahan

abnormal, dan tidak ada bau

- Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan

istirahat

- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperhatikan

tanda-tanda penyulit.

- Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

Kunjungan ke III

Waktunya 2 minggu setelah persalinan, tujuannya sama seperti 6 hari

setelah persalinan.

Kunjungan ke IV

Waktunya 6 minggu setelah persalinan, tujuannya :

- Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi

alami.

Memberikan konseling untuk KB secara dini.

2.1.4 KIE

a. Mobilisasi

Ibu harus istirahat, sering tidur miring ke kiri dan ke kanan, kemudian

mulai berjalan-jalan.

b. Diet

Ibu harus makan-makanan yang bergizi dan cukup kalori yang

mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.

c. Miksi

8

Page 9: Post Mow Villa

Jangan ditahan, segera dilakukan sendiri secepatnya kadang wanita

mengalami sulit kencing karena oedema selama persalinan atau sfingter

uretra ditekan oleh kepala janin.

d. Defekasi

BAB harus dilakukan 3 sampai 4 hari pasca persalinan. Bila sulit BAB

dapat diberi obat laksan per oral atau per rektal.

e. Perawatan payudara

Hendaknya melakukan perawatan payudara secara rutin 2 kali sehari

sebelum mandi untuk memperlancar produksi ASI.

f. Menyusui

Hendaknya memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan.

Menyusui bayinya secara teratur setiap 2 jam, dengan bergantian antara

payudara yang kanan dan kiri.

g. Senggama

Secara fisik melakukan hubungan suami istri bila darah sudah merah,

sudah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina

tanpa rasa sakit.

h. KB

Menganjurkan pada ibu untuk segera ikut KB jika sudah mendapatkan

menstruasi, dan menganjurkan ibu untuk menggunakan jenis KB yang

tidak mengganggu proses laktasi seperti jenis KB non homonal (IUD,

kalender) atau juga suntik KB 3 bulan.

2.2 KONSEP DASAR SEKSIO CAESAREA

2.2.1 Pengertian

Suatu Persalinan Buatan,Dimana Janin Dilahirkan Melalui Suatu Insisi

Pada Perut Dan Dinding Rahim Dengan Syarat Rahim Dalam Keadaan

Utuh Serta Berat Janin Diatas 500 Gram

(Prawirohardjo,Sarwono,1998,133)

9

Page 10: Post Mow Villa

Suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gram

melalui sayatan dinding uterus yang masih utuh

(Prawirohardjo,Sarwono,1998,134)

Persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih

utuh dengan berat janin > 1000 gram atau umur kehamilan > 28 minggu

(Manuabua :1999,257 )

2.2.2 Istilah SC

1. seksio caesarea secara primer (efektif)

Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio

caesarea tidak diharapakan lagi kelahiran pervaginam,misalnya pada panggul

sempit

2. seksio caesarea sekunder

Kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa bila tidak ada kemajuan

persalinan atau partus percobaan,baru dilakukan SC

3. seksio caesarea berulang

Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami seksio caesarea dan pada kehamilan

selanjutnya dilakukan seksio caesarea ulang

4. seksio caesarea histerektomi

Suatu operasi dimana setelha janin keluar dari kavum uteri dan langsung

dialkukan histerektomi,oleh karena sutu indikasi

5. seksio caesarea porro

Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri dan langsung

dilakukan histerektomu,misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat

2.2.3 Indikasi SC

Plasenta previa

Panggul sempit

Dispropporsi cephalopelvik

Ruptur uteri mengancam

Partus lama

Distosia servik

10

Page 11: Post Mow Villa

Preeklamsi dan hipertensi

Kelainan letak (sungsang,lintang)

(Hanifa,2000)

2.2.4 Jenis-jenis operasi seksio caesarea

seksio caesarea Klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus

uteri

seksio caesarea Ismika atau profumda dengan insisi pada segmen bawah

rahim

seksio caesarea Ekstra peritonealis,yaitu membuka peritoneum parteralis

dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis

Menurut arah sayatan pada rahim, dapat dilakukan sbb:

Sayatan memanjang (longitidinal) memulai kronimg

Sayatan tranversal (melintang)

Sayatan huruf T (T-insicion)

(Manuaba,1999)

2.2.4 Komplikasi

a. infeksi puerpuralis (nifas)

- Ringan dengan kenaikan suhu tubuh beberapa hari saja

- Sedang dengan peningkatan lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut

sedikit kembung

- Berat dengan peritolisis sepsis dan, hal ini sering disertai post partum

terlambat dimana sebelumnya terjadi infeksi intra partial karena ketuban

yang telah pecah terlalu lama, penanggulangan adalah dengan pemberian

cairan elektrolit dan antibiotika yang adekuat dan tepat

b. perdarahan disebabkan karena:

- Banyaknya pembuluh darah yang terputus dan terbuka

- Atonia uteri

- Perdarahan plasenta yang berat

c. luka,kandung kemih, emboli paru

d. kemungkinan rupture spontan pada kehamilan mendatang

(Hanifa,2000)

11

Page 12: Post Mow Villa

2.2.5 Perawatan setelah operasi

Observasi komplikasi meliputi:

1. kesadaran penderita

2. pengukuran dan memerikasi TTV

Pengukuran :

Tekana darah,suhu,nadi,pernafasam

Keseinbangan cairan meliputi produksi urine,dengan perhitungan

o Produksi urine : 500-600 cc

o Penguapan badan : 900-1000 cc

Penberian cairan pengganti sekitar 2000-2500 cc dengan perhitungan

20 tetes/menit (1 cc/menit)

Infus setelah operasi

Pemeriksaan

Paru

o Kebersihan jalan nafas

o Ronkhi basal untuk mengetahui adanyan oedema paru

Bising usus menandakan berfungsinya usus (dengan adanya flatus)

Perdarahan lokal pada luka operasi

Kontraksi rahim yang menutupi pembuluh darah

Perdarahan pervaginam adalah : evaluasi pengeluaran lochea, adanya

atonia uteri yang meningkatkan perdarahan berkepanjangan

3. Profilaksis antibiotika

Pertimbangan pemberian antibiotika yaitu profilaksis, bersifat terapi karena

sudah terjadi infeksi,berpedoman pada hasil tes sensitifitas,kualitas

antibiotik yang akan diberikan

4. mobilisasi penderita

a. mobilisasi fisik

setelah sadar pasien boleh miring

berikutnya duduk,bahkan jalan dengan infus

infus dan kateter dibuka pada hari kedua ketiga

b. mobilisasi usus

12

Page 13: Post Mow Villa

setelah hari pertama dan keadaan pasien baik, penderita boleh

minum.diikuti makan bubur saring dan pada hari kedua ketiga makan

bubur,hari kempat kelima nasi biasa dan boleh pulang

(Manuaba,1999)

2.2.6 Nasehat bagi ibu yang telah dilakukam Sc

1. Sedapat-dapatnyan jangan hamil dulu selama 2 tahu n setelah SC

2. Kehamilan dan persalinan berikutnya harus diawasi dan berlangsung di RS

yang lebih lengkap,untuk mengetahui apakah pada persalinan berikutnya

dilaksanakan SC lagi atau tergantung dari indikasi dilakukan SC sebelumnya

(Sastra winata,sulaiman,1996)

2.3 KONSEP KONTRASEPSI MANTAP WANITA (MOW)

2.3.1 Definisi

1. Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan

fertilitas (kesuburab) seorang perempuan secara permanen.

(Hanafi,

2004:243)

2. Tubektomi pada wanita ialah setiap tindakan pada kedua saluran telur

wanita atau saluran bibit pria yang mengakibatkan orang/pasangan

yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi.

(Sarwono,

2002:924)

2.3.2 Jenis dan Profil

1. Profil

a. Sangat efektif dan permanen

b. Tindak pembedahan yang aman dan sederhana

c. Tidak ada efek samping

d. Konseling dan informed concent mutlak diperlukan.

2. Jenis

a. Mini laparrotomi

b. Laparoskopi

13

Page 14: Post Mow Villa

2.3.3 Mekanisme Kerja dan Manfaat

1. Mekanisme kerja

Dengan mengoklusi Tuba Falopii (mengikat dan memotong atau

memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan

ovum.

2. Manfaat

a. Kontrasepsi

1) Sangat efektif (0,2-4 kehamilan per 100 perempuan selama

tahun pertama penggunaan).

2) Permanen

3) Tidak mempengaruhi proses menyusui (breast feeding).

4) Tidak tergantung pada faktor senggama.

5) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko

kesehatan yang serius.

6) Pembedahan sederhana dilakukan anstesi lokal.

7) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang

8) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada

produksi hormon ovarium).

b. Non Kntrasepsi

1) Harus dipertimbangkan sefat permanen metode kontrasepsi ini

(tidak dapat dipulihkan kembali) kecuali dengan operasi.

rekanalisis.

2) Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi

umum).

3) Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka

penderita spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk

proses laparoskopi).

4) Tidak menlindungi ddiri dari IMS termasuk HBV dan

HIV/AIDS.

2.3.4 Yang dapat menjalani Tubektomi

- Usia > 26 tahun

14

Page 15: Post Mow Villa

- Paritas > 2

- Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan

kehendaknya.

- Pada kehamilan akan menimbulkan kesehatan yang serius.

- Pasca persalinan

- Pasca keguguran

2.3.5 Yang sebaiknya tidak menjalani Tubektomi

- Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai).

- Perdarahan Pervaginal yang belum jelas (hingga harus di evaluasi).

- Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga masalah itu

disembuhkan/dikontrol).

- Tidak boleh menjalani proses pembedahan.

- Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa depan.

- Belum memberikan persetujuan tertulis.

2.3.6 Kapan Dilakukan

1. Setiap waktu selama silus menstruaasi menstruasi di yakini secara

rasional klien tersebut tidak hamil.

2. Hari ke-6 hingga ke-13 dari silus hari menstruasi (fase profilerasi).

3. Pasca persalinan

a. Mini laporoskopi : Didalam 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12

minggu.

b. Laparoskopi : Tidak tepat untuk klien-klien pasca persalinan.

4. Paca keguguran

a. Triulan pertama : Dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti

infeksi Pelvik (Minilaparotomi atau

Laparoskopi).

b. Triwulan kedua : Dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti

infeksi pelvik (Minilaparotomi saja).

2.3.7 Persiapan Pre-Operatif untuk Kontap Wanita

Persiapan Pre Operatif meliputi :1. Informed concent

2. Riwayat medis/kesehatan yang meliputi :

a. Penyakit-penyakit pelvis

15

Page 16: Post Mow Villa

b. Adhesi/perlekatan

c. Pernah mengalami operasi abdominal/operasi pelvis.

d. Riwayat diabetes mellitus

e. Penyakit paru-paru : asma, bronchiolitis, emphysema

f. Obesitas

g. Pernah mengalami problem dengan anestesi

h. Penyakit-penyakit perdarahan

i. Alergi

j. Medikamentosa pada saat ini

3. Pemeriksaan Fisik

4. Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan darah lengkap

b. Pemeriksaan urine

c. Pap smear

2.3.8 Instruksi Kepada Klien

1. Jagalah luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepaskan.

2. Mulai lagi aktivitas normal yang secara bertahap (sebaliknya dapat

kembali keaktifitas didalam waktu 7 hari setelah pembedahan).

3. Hindari hubungan intim hingga cukup merasa nyaman setelah mulai

kembali melakukan hubungan intim, hentikanlah bila perasaan kurang

nyaman.

4. Hindari mengangkat benda-beda berat dan bekerja keras selama

1 minggu.

5. Kalau sakit, minumlah 1 atau 2 tablet analgetika (atau penghilang rasa

sakit) setiap 4 hingga 6 jam.

6. Jadwalkan sebuah kunjungan pemeriksaan secara antara rutin 7 dan 14

hari setelah pembedahan (petugas akan memberitahu tempat layanan

ini akan diberikan).

2.3.9 Informasi Umum

1. Nyeri bahu selama 12 - 24 jam setelah laparaskopi relatif lazim dalami

karena gas (CO2 atau udara) dibawah diafragma sekunder terhadap

pneumoperitoneum.

16

Page 17: Post Mow Villa

2. Tubektomi efektif setelah operasi.

3. Periode menstruasi akan berlanjut seperti biasa (apabila

mempergunakan metode hormonal sebelum prosedur, khususnya PK

atau KSK, jumlah dan durasi haid dapat meningkat setelah

pembedahan).

4. Tubektomi tidak memberikan perlindungan atau IMS, termasuk virus

AIDS. Apabila pasangannya beresiko, pasangan tersebut sebaiknya

mempergunakan kondom bahkan setelah tubektomi.

(Sarwono, 2002)

17

Page 18: Post Mow Villa

BAB III

TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN

Tanggal : 18 November 2012 Jam : 07.00 WIB

Tempat : VK peristi RSUD Sidoarjo

Oleh : Vivi Agusti Villa Andari

A. Data Subyektif

1. Biodata

Nama Istri : Ny”N” Nama Suami : Tn”A”

Umur : 40 tahun Umur : 44 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : S1 Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Guru Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl.Tropodo 1 RT 17/2 Waru

Ibu melahirkan anak ketiganya secara sesar. Anak pertama lahir dibidan

dengan BB = 2700 gram, jenis kelamin perempuan sekarang umur 12

tahun. Anak kedua lahir dibidansecara normal dengan BB 4200 gram,

jenis kelamin laki-laki sekarang umur 6 tahun. Setelah melahirkan anak

ketiga ini ibu melakukan steril tanggal 17 November 2012. Mengeluh

nyeri luka bekas operasi.

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

KU : cukup

TD : 130/80 mmHg

18

Page 19: Post Mow Villa

Nadi : 84x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 36,50 C

Muka tidak odem,tidak pucat

Conjungtiva tidak pucat,sclera putih

Payudara simetris, putting susu menonjol, tidak ada benjolan,

konsistensi kenyal, ASI +/+

TFU 2 jari dibawah pusat, UC baik, VU kosong, luka operasi + basah

Genetalia terdapat pengeluaran lochea rubra

Ekstremitas atas dan bawah tidak oedem, tidak varises

C. Assasment

Ny. “N” P3003 Ab000 Post SC hari ke 1 dan Post MOW

D. Penatalaksanaan

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan rencana asuhan, ibu

memahami

2. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi, ibu bersedia dan mau

melakukan miring kanan, miring kiri

3. Mengajarkan ibu untuk menjaga personal hygiene seperti cebok

dengan menggunakan air dari depan ke belakan, ibu memahami

4. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi, tidak

boleh tarak makanan, ibu memahami

5. Mengajarkan ibu untuk menyusui yang benar waktu pagi hari

saat bayi dibawa ke ruang nifas untuk disusui ibunya, ibu

mengerti

6. Menganjurkan ibu untuk minum obat sesuai advice dokter

- Amoxilin 500 mg

19

Page 20: Post Mow Villa

- Asam Mefenamat 500 mg

7. Mengajarkan ibu untuk cara perawatan payudara, ibu mau

melakukan

8. Memberikan KIE tentang MOW

- Ibu tidak bisahamil lagi karena saluran tuba sudah diikat,

ibu memahami

- Ibu tidak boleh berhubungan selama 40 hari setelah

MOW, ibu mengerti

9. Melakukan perawatan luka bekas SC pada jam 09.00

BAB IV

PEMBAHASAN

20

Page 21: Post Mow Villa

Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny “N” P3003 Ab000 post SC

hari ke-1 dan post MOW, penanganannya yang diberikan tidak jauh berbeda

antara teori dengan kenyataan yang ada di lapangan.

Fokus utama intervensi pada pasien post SC adalah perawatan luka operasi

agar selalu dalam keadaan kering untuk mencegah terjadinya infeksi, akan tetapi

tidak dapat dikesampingkan pemenuhan nutrisi observasi TTV, TFU, perdarahan,

Lochea, UC harus dilakukan setiap hari karena hal itu untuk mendeteksi adanya

komplikasi pada ibu nifas,adapun kesenjangan dan persamaan antara teori dan

kasus adalah:

1. Pengkajian Data

Dalam pengkajian data subyektif maupun data obyektif baik antara tinjauan

teori dengan tinjauan kasus dilaksanakan seluruhnya sehingga tidak ada

kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.

2. Identifikasi Diagnosa dan Masalah

Pada kasus ditemukan masalah gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan

dengan luka bekas operasi intervensi yang diberikan pada kasus sesuai dengan

teori.

3. Intervensi

Intervensi yang dilakukan pada tinjauan teori dan semua dilakukan pada

tinjauan kasus,jadi tidak ada kesenjangan

4. Implementasi

Pada tinjauan teori implementasi tidak dijelaskan dan dijabarkan tapi pada

tinjauan kasus dijelaskan dan dijabarbarkan sesuai dengan pelaksanaan

dilapangan,tetapi tidak semua intervensi dilakukan disesuaikan dengan kasus.

5. Evaluasi

Setelah dilakukan intervensi dan implementasi pada kasus tidak terjadi

komplikasi pada ibu sesuai dengan tinjauan teori

BAB V

PENUTUP

21

Page 22: Post Mow Villa

Kesimpulan

Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny “N” P3003 Ab000 post SC

hari ke-1 dan post MOW, penanganannya yang diberikan tidak jauh berbeda

antara teori dengan kenyataan yang ada di lapangan.

Fokus utama intervensi pada pasien post SC adalah perawatam luka

operasi agar selalu dalam keadaan kering untuk mencegah terjadinya infeksi,akan

tetapi tidak dapat dikesampingkan pemenuhan nutrisi observasi

TTV,TFU,perdarahan,Locheo,UC harus dilakukan setiap hari karena hal itu untuk

mendeteksi adanya komplikasi pada ibu nifas,adapun kesenjangan dan persamaan

antara teori dan kasus adalah:

Dalam pemberian informasi yang baik, tepat dan jelas diharapkan ibu nifas

lebih termotivasi dan kooperatif dalam perawatan sehingga tidak terjadi

komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan luka serta masa nifas berjalan

dengan normal.

Saran

Tenaga kesehatan

Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dan pengawasan serta harus

mampu mengenali tanda-tanda bahaya yang terjadi pada ibu post partum

sehingga dapat memberikan penanganan yang cepat dan dapat mencegah

terjadinya komplikasi.

Masyarakat

Diharapkan untuk lebih memperhatikan ibu pada masa nifas dan

menghilangkan budaya yang dapat merugikan seperti berpantang makanan

karena pada ibu nifas memerlukan asupan nutrisi yang cukup.

DAFTAR PUSTAKA

22

Page 23: Post Mow Villa

Manuaba, Ida Bagus, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP

Aayfudin,Abdul bari,2000, Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarata :YPB-SP

Taher, Ben-Zen. 1994. Kapita Selekta Kegawatdaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC

Wiknosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta : YBP-SP

YBP-SP. 2002. Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP – SP

23