Portofolio Appendisitis Akut Fix
Transcript of Portofolio Appendisitis Akut Fix
11
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
Pada hari , telah dipresentasikan portofolio oleh:
Nama Peserta : dr. Nurhidayati
Dengan judul/topik : Appendisitis Akut
Nama Pendamping : dr. Sylvia Yunus
Nama Wahana : RSUD Malingping Banten
No. Nama Peserta Presentasi No. Tanda Tangan
1 dr.Dessyta SN Aziz 1
2 dr.Lydia Amalia 2
3 dr.Meri Novita 3
4 dr.Rani Budiwidyaningrum 4
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping
( )
BORANG PORTOFOLIO
No. ID dan Nama Peserta : dr. Nurhidayati
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Malingping
Topik : Appendisitis Akut
11
Tanggal Kasus : 13 April 2014
Tanggal Presentasi : 30 April 2014 Pendamping : dr. Sylvia Yunus
Tempat Presentasi : RSUD Malingping
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Laki-laki, usia 35 th, nyeri perut kanan bawah, leukosit 15.300 / mm3
Tujuan : Penegakkan diagnosa dan pengobatan yang tepat dan tuntas.
Bahan bahasan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas Diskusi Presentasi & Diskusi E-mail Pos
Data Pasien Nama : Tn. M No. Registrasi :
Nama Klinik : RSUD Malingping Telp. - Terdaftar sejak -
Data Utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Pasien datang ke RSUD Malingping dengan keluhan nyeri perut bawah kanan sejak 2 hari
Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS). Pada awalnya nyeri dirasakan di ulu hati, kemudian
berpindah diperut kanan bawah. Nyeri dirasakan terus-menerus dan tidak menjalar, nyeri
dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan dirasakan makin lama makin memberat. Nyeri dirasakan
memberat saat perut ditekan dan pasien bergerak, sehingga pasien susah beraktivitas. Pasien
mengeluh nyeri pada perut kanan bawah semakin memberat hebat sejak tadi pagi Sebelum
Masuk Rumah Sakit.
Pasien juga mengeluh tidak nafsu makan sejak 2 hari yang lalu, mual, muntah (1x,isi
makanan, air dan lendir keputihan) dan perut terasa kembung. Pasien mengalami demam sejak
satu hari Sebelum Masuk Rumah Sakit, demam dirasakan terus-menerus sepanjang hari.
Pasien tidak BAB selama 2 hari, flatus (+), BAK normal. Pola makan pasien tidak teratur
dan jarang mengkonsumsi serat.
2. Riwayat Pengobatan : Pasien tidak pernah berobat ke manapun terkait dengan keluhannya
saat ini
3. Riwayat Kesehatan : Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Riwayat penyakit
paru, ginjal, maag, kencing manis, darah tinggi disangkal.
4. Riwayat Keluarga : Tidak ada riwayat anggota keluarga yang sakit serupa
11
5. Riwayat Pekerjaan : Wiraswasta
6. Lain2 :
Daftar Pustaka
1. De Jong, Wim. 2004. Apendisitis Akut, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi II. Hal 640-
645. Jakarta: EGC.
2. Mansjoer, Arif dkk. 2000. Apendisitis, dalam Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, jilid
II. Hal 307-313. Jakarta: Media Aesculapius.
3. Rudi Ali Arsyad. 2006. Pemakaian Sistem Skor dalam Menegakkan Diagnosis
Apendisitis Akut pada Anak Usia 6-14 Tahun di Bagian Bedah Anak RS. DR. Sardjito
Tahun 2004-2006. Diunduh dari http://arc.ugm.ac.id
Hasil Pembelajaran
1. Anatomi dan Fisiologi Apendiks
2. Etiologi Apendisitis Akut
3. Patofisiologi Apendisitis Akut
4. Penegakan Diagnosa Apendisitis Akut
5. Penatalaksanaan Apendisitis Akut
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subjektif :
• Keluhan Utama: Nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari yang lalu.
• Awalnya nyeri dirasakan di ulu hati lalu berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri terasa semakin hebat sejak 1 hari ini.
• Demam ada sejak 1 hari yang lalu, tidak tinggi, tidak menggigil, tidak terus menerus,
dan tidak berkeringat.
• Nafsu makan berkurang semenjak sakit. mual, muntah (1x,isi makanan, air dan lendir keputihan) dan perut terasa kembung.
• Riwayat sakit maag tidak ada.
• BAB tidak ada sejak 2 hari yang lalu.
• BAK tidak ada kelainan.
2. Objektif :
11
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : CM
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
Frekuensi Nafas : 22 x/ menit
Suhu : 37,90 C
Status Internus
Kepala : Tidak ada kelainan
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Kulit : Turgor kulit baik
Thoraks
o Paru
Inspeksi : Gerakan nafas simetris kiri dan kanan
Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
o Jantung
Inspeksi : Iktus jantung tidak terlihat
Palpasi : Iktus jantung teraba di linea midclavicula sinistra RIC V
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bising tidak ada, bunyi jantung tambahan tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak membuncit
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, Nyeri tekan (+) di titik
McBurney dan epigastrium, nyeri lepas (+), rovsing (+),
Psoas sign (+), obturator sign (+), defans muskuler (-),
Tidak teraba massa di perut kanan bawah
11
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Refilling capiller baik
Rectal Toucher :
- Anus : tenang
- Sfingter : menjepit
- Mukosa : licin
- Ampula : tidak teraba massa, nyeri pada arah jam 9 dan 11
- Handschoen : darah (-), feses (+)
Laboratorium:
Tanggal 13 April 2014
Hb : 15,1 gr/dl Leukosit : 18.900/mm3
Trombosit : 270.000/mm3
Hematokrit : 51, 6% CT : 4 ‘ BT : 2’
3. Assesment (penalaran klinis) :
Definisi
Appendisitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendiks vermiformis, penyebab sumbatan lumen yang paling sering adalah fecolit, diikuti hiperplasia jaringan limfoid submukosa yang dikenal dengan gut associate limphoid tissue (GALT), tumor, parasit usus atau benda asing seperti biji buah-buahan atau bubur barium dari pemeriksaan radiologi sebelumnya. Faktor lain yang sangat berperan dalam perjalanan penyakit appendisitis akut adalah kuman dalam lumen appendiks. Kuman yang ada dalam lumen apendiks sama dengan kuman yang ada di dalam kolon, seperti kuman E.coli, Klebsiella, Pseudomonas, Peptostrepcoccus, dll.
Setelah terjadi obstruksi lumen, appendiks akan menyerupai suatu kantong tertutup yang disebut closed loop, di dalam lumen akan terjadi penumpukan sekret appendiks dan pada saat bersamaan terjadi perkembangbiakan kuman-kuman dalam lumen, yang mengakibatkan terjadinya reaksi peradangan dan distensi appendiks. Distensi ini mengakibatkan bendungan aliran limfe, aliran vena dan arteri, yang pada akhir proses peradangan ini akan mengenai seluruh dinding appendiks.
Patogenesis
11
Pada tahap awal terjadinya reaksi peradangan appendiks, yang mengalami iritasi baru mukosa dari appendiks sehingga pada saat ini keluhan nyeri semata hanya akibat distensi dari appendiks atau akibat kontraksi otot polos appendiks dalam usaha menghilangkan sumbatan lumen tadi. Secara patologi stadium ini disebut stadium kataral atau akut fokal. Jika reaksi peradangan telah sampai ke serosa disertai adanya proses supuratif akibat ekspansi kuman ke dinding disebut appendisitis supurativa. Stadium selanjutnya bila telah terdapat daerah yang mengalami gangren makan disebut appendisitis akut stadium gangrenosa, yang jika tidak dilakukan pertolongan akan menjadi appendisitis perforasi.
Perjalanan penyakit appendisitis akut bisa terhenti pada stadium akut fokal, namun mukosa yang telah mengalami iritasi akan menyisakan jaringan parut dalam proses penyembuhannya, sehingga hal ini akan mengakibatkan keluhan nyeri sekitar pusar berulang, secara patologi stadium ini disebut appendisitis kronis. Pada stadium supuratif – gangrenosa atau mikroperforasi akibat adanya daya tahan tubuh yang baik yang salah satu tandanya adanya proses pendindingan dari appendiks yang meradang oleh omentum (walling off) makan akan terbentuk suatu infiltrasi di kanan bawah yang disebut appendisitis infiltrat.
Manifestasi Klinis
Gejala utama pada apendisitis akut adalah nyeri abdomen. Pada mulanya terjadi nyeri visceral, yaitu nyeri yang sifatnya hilang timbul seperti kolik yang dirasakan di daerah umbilikus dengan sifat nyeri ringan sampai berat. Hal tersebut timbul oleh karena apendiks dan usus halus mempunyai persarafan yang sama, maka nyeri visceral itu akan dirasakan mula-mula di daerah epigastrium dan periumbilikal. Secara klasik, nyeri di daerah epigastrium akan terjadi beberapa jam (4-6 jam) seterusnya akan menetap di kuadran kanan bawah dan pada keadaan tersebut sudah terjadi nyeri somatik yang berarti sudah terjadi rangsangan pada peritoneum parietale dengan sifat nyeri yang lebih tajam, terlokalisir serta nyeri akan lebih hebat bila batuk ataupun berjalan kaki.
Hampir tujuh puluh lima persen penderita disertai dengan vomitus akibat aktivasi N.vagus, namun jarang berlanjut menjadi berat dan kebanyakan vomitus hanya sekali atau dua kali. Penderita apendisitis juga mengeluh obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri dan beberapa penderita mengalami diare, hal tersebut timbul biasanya pada letak apendiks pelvikal yang merangsang daerah rektum. Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi, yaitu suhu antara 37,50 – 38,50C tetapi bila suhu lebih tinggi, diduga telah terjadi perforasi.
Pemeriksaan Fisik
Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan bawah atau titik Mc Burney. Nyeri lepas muncul karena rangsangan peritoneum, sementara rebound tenderness (nyeri lepas tekan) adalah rasa nyeri yang hebat (dapat dengan melihat mimik wajah) di abdomen kanan bawah saat tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan penekanan yang perlahan dan dalam di titik Mc Burney. Pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri. Dengan pemeriksaan Rectal Toucher akan ditemukan nyeri tekan pada arah jam11. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak
11
apendiks. Rigiditas psoas dapat ditemukan bila appendiks letak retrocaecal, terutama bila appendiks melekat pada otot psoas.
Pemeriksaan jumlah leukosit membantu menegakkan diagnosis apendisitis akut. Pada kebannyakan kasus terdapat leukositosis, terlebih pada kasus dengan komplikasi.
Diagnosis
Gejala dan pemeriksaan fisik appendisitis bisa dinilai untuk menegakkan diagnosa
appendisitis dengan menggunakan Alvarado Score.
Skor Alvarado
Semua penderita dengan suspek Appendicitis acuta dibuat skor Alvarado dan
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: skor <6 dan >6. Selanjutnya dilakukan
Appendectomy, setelah operasi dilakukan pemeriksaan PA terhadap jaringan Appendix dan
hasilnya diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: radang akut dan bukan radang akut.
Keterangan:0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil5-6 : bukan diagnosis Appendicitis7-8 : kemungkinan besar Appendicitis9-10 : hampir pasti menderita Appendicitis Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka tindakan bedah sebaiknya dilakukan.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien pada kasus ini, dapat dilakukan penilaian Alvarado score:
Migration of pain : 1
11
Anorexia : 1Nausea/vomiting : 1RLQ tenderness : 2Rebound : 1Elevated temperatur : 1Leukocytosis : 2Left shift : -Total points : 9Dari penilaian Alvarado score dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien ini
kemungkinan besar menderita Appendisitis akut.
Penatalaksanaan
Bila diagnosis appendisitis telah ditegakkan, maka tindakan yang paling tepat adalah appendektomi dan merupakan pilihan terbaik. Penundaan tindakan bedah sambil pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada appendisitis yang diagnosisnya tidak jelas sebaiknya dilakukan observasi, maka dianjurkan melakukan pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi Penatalaksanaan pasien yang dicurigai Appendicitis :
- Puasakan - Berikan analgetik dan antiemetik jika diperlukan untuk mengurangi gejala. Penelitian
menunjukkan bahwa pemberian analgetik tidak akan menyamarkan gejala saat pemeriksaan fisik.
- Pertimbangkan KET terutama pada wanita usia reproduksi.- Berikan antibiotika IV pada pasien dengan gejala sepsis dan yang membutuhkan
Laparotomy - Perawatan appendicitis tanpa operasi
Penelitian menunjukkan pemberian antibiotika intravena dapat berguna untuk Appendicitis acuta bagi mereka yang sulit mendapat intervensi operasi (misalnya untuk pekerja di laut lepas), atau bagi mereka yang memilki resiko tinggi untuk dilakukan operasi
- Rujuk ke dokter spesialis bedah.- Antibiotika preoperative
Pemberian antibiotika preoperative efektif untuk menurunkan terjadinya infeksi post operasi. Diberikan antibiotika broadspectrum dan juga untuk gram negative dan anaerob. Antibiotika preoperative diberikan dengan order dari ahli bedah. Antibiotik profilaksis harus diberikan sebelum operasi dimulai. Biasanya digunakan antibiotik kombinasi, seperti Cefotaxime dan Clindamycin, atau Cefepime dan Metronidazole. Kombinasi ini dipilih karena frekuensi bakteri yang terlibat, termasuk Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterococcus, Streptococcus viridans, Klebsiella, dan Bacteroides.
Prognosis
Kematian dari appendisitis di Amerika Serikat telah terus menurun dari tingkat 9,9
per 100.000 pada tahun 1939, dengan 0,2 per 100.000 pada 1986. Diantara faktor-faktor
11
yang bertanggung jawab adalah kemajuan dalam anestesi, antibiotik, cairan intravena, dan
produk darah. Faktor utama dalam kematian adalah apakah pecah terjadi pengobatan
sebelum bedah dan usia pasien. Angka kematian keseluruhan untuk anestesi umum adalah
0,06%. Angka kematian keseluruhan dalam apendisitis akut pecah adalah sekitar 3%-
peningkatan 50 kali lipat. Tingkat kematian appendisitis perforasi pada orang tua adalah
sekitar 15% peningkatan lima kali lipat dari tingkat keseluruhan.
4. Plan : DIAGNOSIS KERJA
Appendisitis Akut
TERAPI
- IVFD RL 30 tts/mnt
- Inj Ceftriaxone 2x1 gr IV
- Inj Ranitidin 2x1 amp IV
- Paracetamol tab 3 x 500 mg
- Konsul dokter spesialis bedah
RENCANA
Appendectomy
Follow U p Pukul 06. 3 0 WIB
Selesai dilakukan appendectomy dalam spinal anestesi tanggal 14 April 2014. Anjuran post
op sbb:
- Immobilisasi
- Sementara puasa
- Awasi VS
- Jika BU(+) test minum
- Rawat bangsal bedah
Terapi :
IVFD RL 30 gtt/i
Inj Ceftriaxone 2x1 gr IV
Inj. Ranitidin 2x1 amp IV
Inj. Ketorolac 2x1 amp drip
Follow up, Tanggal 1 5 April 2014 . (Hari Rawatan I) :
11
S / Demam tidak ada
Muntah tidak ada
Nyeri pada luka bekas operasi
Flatus (+)
O/ KU = sedang, Kes = CM
Kulit : teraba hangat
Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal.
Abdomen : distensi (-), pain LBO (+), BU (+)
Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)
A/ Post Appendectomy H+1
P/ Mobilisasi miring kiri miring kanan
Boleh minum kembung (-)
Diet ML
IVFD RL 30 gtt/i
Inj Ceftriaxone 2x1 gr IV
Inj Ranitidin 2x1 amp IV
Inj Ketorolac 2x1 amp drip
Follow up, Tanggal 1 6 April 2014. (Hari Rawatan II) :
S / Demam tidak ada
Muntah tidak ada
Nyeri pada luka bekas operasi
Kembung (-)
O/ KU = sedang, Kes = CM
Kulit : teraba hangat
Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal.
Abdomen : distensi (-), pain LBO (+), BU (+)
Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)
A/ Post Appendectomy H+2
P/ Mobilisasi
Diet ML
IVFD RL 30 gtt/i
Inj Ceftriaxone 2x1 gr IV
Inj Ranitidin 2x1 amp IV
11
Inj Ketorolac 2x1 amp drip
Follow up, Tanggal 17 April 2014. (Hari Rawatan III) :
S / Demam tidak ada
Muntah tidak ada
Nyeri pada luka bekas operasi
O/ KU = sedang, Kes = CM
Kulit : teraba hangat
Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal.
Abdomen : distensi (-), pain LBO (+), BU (+) Normal
Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)
A/ Post Appendectomy H+3
P/ Mobilisasi aktif
Diet MB
Boleh pulang
Obat pulang : Ciprofloxacin 2x500 mg
Ranitidin 2x50 mg
Asam Mefenamat 3x500 mg
Pendidikan :Kepada pasien dan keluarganya dijelaskan penyebab timbulnya penyakit yang dideritanya dan menjelaskan tindakan yang seharusnya diambil jika anggota keluarga yang lain mengalami gejala-gejala awal appendisitis akut.
Kontrol : Kegiatan Periode Hasil yang Diharapkan
Kontrol post-operasi Tiga hari setelah pulang dari rumah sakit, dan jika diperlukan kunjungan lagi tiga hari berikutnya
Hasil operasi sesuai yang diharapkan dan tidak ada komplikasi yang timbul