Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

30
BAB I STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. S Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 54 Tahun Alamat : Papahan, Karanganyar Pekerjaan : PNS Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam Suku : Jawa Pendidikan : S-1 Tanggal MRS : 07 Oktober 2012 Tanggal Pemeriksaan : 08 Oktober 2012 dan 09 Oktober 2012 No. RM : 0025.4x.xx II. RIWAYAT PENYAKIT A. Keluhan Utama Nyeri pada seluruh lapang perut. B. Riwayat Penyakit Sekarang 6 Jam SMRS pasien mengeluh nyeri mendadak pada seluruh lapang perutnya. Pasien merasa pusing pada kepalanya, keringat dingin, mual, tidak ada muntah. Pasien merasa lemas dan 1

Transcript of Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

Page 1: Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 54 Tahun

Alamat : Papahan, Karanganyar

Pekerjaan : PNS

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : S-1

Tanggal MRS : 07 Oktober 2012

Tanggal Pemeriksaan : 08 Oktober 2012 dan 09 Oktober 2012

No. RM : 0025.4x.xx

II. RIWAYAT PENYAKIT

A. Keluhan Utama

Nyeri pada seluruh lapang perut.

B. Riwayat Penyakit Sekarang

6 Jam SMRS pasien mengeluh nyeri mendadak pada seluruh

lapang perutnya. Pasien merasa pusing pada kepalanya, keringat

dingin, mual, tidak ada muntah. Pasien merasa lemas dan kehausan,

BAK normal, BAB terakhir kemarin sore. Kemudian pasien

memutuskan datang ke IGD RSUD KRA, rasa sakit berkurang dan

pasien pulang ke rumah untuk rawat jalan. Namun tiba-tiba 6 jam

kemudian pasien mengeluh hal yang sama lalu kembali ke IGD RSUD

KRA dan rawat inap. Keluhan masih sama sampai pada saat

pemeriksaan.

1

Page 2: Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

Hari berikutnya pasien mengeluh nyeri pada perut kanan bawah.

Nyeri terasa terus-menerus dan tajam, nyeri menjalar (-). Mual (+),

nafsu makan menurun, muntah (-). Tidak anyang-anyangan. Perut

terasa kembung, tidak terdapat kesulitan pada BAB

(konstipasi/obstipasi)

C. Riwayat penyakit dahulu

− Riwayat penyakit serupa : diakui ± 1 tahun

yang lalu pasien pernah mengalami sakit semula, dapat sembuh

setelah beli obat diwarung dan istirahat.

− Riwayat hipertensi : disangkal

− Riwayat diabetes mellitus : disangkal

− Riwayat alergi obat/makanan : disangkal

− Riwayat operasi sebelumnya : disangkal

D. Riwayat penyakit keluarga

a. Riwayat penyakit serupa : disangkal

b. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

c. Riwayat kencing manis : disangkal

d. Riwayat alergi obat/makanan : disangkal

E. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : lemah

2. Kesadaran : Compos Mentis

3. Vital Sign

(08 Oktober 2012)

a. Tekanan Darah : 140/90 mmHg

b. Nadi : 76 kali/menit

c. Respirasi : 24 kali/menit

d. Suhu : 36,5 oC

(09 Oktober 2012)

a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg

b. Nadi : 72 kali/menit

c. Respirasi : 24 kali/menit

2

Page 3: Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

d. Suhu : 38,2 oC

4. Pemeriksaan kepala :

a. Bentuk kepala : normocephal, simetris

b. Pemeriksaan mata

− Konjungtiva anemis : (-/-)

− Sklera ikterik : (-/-)

− Mata cekung : (+/+)

c. Hidung : tidak ada kelainan

d. Telinga : tidak ada kelainan

e. Mulut : tidak ada kelainan

5. Pemeriksaan Leher

a. KGB : tidak ada pembesaran

b. JVP : terdapat peningkatan

6. Pemeriksaan Thorax

a. Jantung

− Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, massa (-)

− Palpasi : ictus cordis teraba, tidak kuat angkat

− Perkusi :

Batas – batas jantung

Kanan atas SIC II parasternalis dextra

Kanan bawah SIC IV parasternalis dextra

Kiri bawah SIC V linea midclavikularis

redup

− Auskultasi : bunyi jantung I-II murni, reguler, bising

jantung (-)

b. Paru

− Inspeksi : simetris kanan kiri, ketinggalan gerak (-),

massa (-)

− Palpasi : fremitus normal, nyeri tekan (-)

− Perkusi : sonor

− Auskultasi : SDV(+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

3

Page 4: Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

7. Pemeriksaan abdomen

(08 Oktober 2012)

a. Inspeksi : permukaan perut distended, terdapat massa pada

regio inguinalis dextra batas tegas, lunak, dan terfiksir, adanya

gelombang peristaltik, bekas luka operasi (-),

b. Auskultasi: peristaltik meningkat/↑↑

c. Perkusi : pekak seluruh lapang abdomen

d. Palpasi : nyeri tekan (+)

defans muskuler (+)

(09 Oktober 2012)

a. Inspeksi : permukaan perut distended, terdapat massa pada

regio inguinalis dextra batas tegas, lunak, dan terfiksir, adanya

gelombang peristaltik, bekas luka operasi (-), reffered pain (+)

b. Auskultasi: peristaltik meningkat/↑↑

c. Perkusi : Hipertympani

d. Palpasi : nyeri tekan (+)

defans muskuler (-)

Rebound test (+)

Obturator sign (-)

Psoas sign (-)

Rovsing sign (+)

8. Pemeriksaan ekstremitas :

4

Page 5: Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

a. Superior : Tidak ada deformitas, tidak ada edema, perfusi

kapiler baik, tidak anemis, akral dingin.

b. Inferior : Tidak ada deformitas, tidak ada edema, perfusi

kapiler baik, tidak anemis, akral dingin.

9. Pemeriksaan kulit :

Warna kulit sawo matang, kulit lembab, turgor kulit menurun.

10. Rectal Toucher

Tonus otot spincter ani mencengkram kuat, mucosa licin, ampula

recti tidak kolaps, tidak terdapat benjolan/massa, ada nyeri pada

penekanan pada jam 10 dan 12, saat jari pemeriksa dikeluarkan

tidak terdapat lendir atau darah, terdapat feces ada pada sarung

tangan.

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 07 Oktober 2012

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hb 13,8 14-18 G %

Leukosit 12.400 5000-10000/ mm3

Erytrosit 4,58 4,5-5,5 juta/mm3

Ht 37,1 40-43Vol %

Eosinofil 0 1-3 %

Limfosit 12,9 2-8 %

Monosit 1,5 2-8 %

Trombosit 133000 150000-300000 mm3

Masa Pembekuan (CT) 2’-8’

Masa Perdarahan (BT) 1-3’

MCV 81 82-92 mikron3

MCH 30,1 27-31 pikogram

MCHC 37,2 32-37 %

GDS 126 Sampai 150 mg/100ml

5

Page 6: Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

Ureum 10-50 mg/100ml

Creatinin 0,8-1,1 mg/100ml

SGPT/ALT Sampai 42 U/lt

SGOT/AST Sampai 47 U/lt

HBSAg 0

B. Pemeriksaan Radiologi

1. Foto Thoraks PA

- Cor : dalam batas normal

- Arcus aorta : Normal

- Paru- paru : Tak tampak kelainan, bentuk dan struktur tulang

normal

2. USG Abdomen

6

Page 7: Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

− Ren dextra et sinistra : ren destra terdapat gambaran

hydroneprosis grade 1. Ren sinistra dalam batas normal

− Ureter : tidak jelas

− Hepar : dalam batas normal

− Area Mc. Burney : lesi hypoechoik ireguler dengan

nyeri tekan

− Gaster : hyperaciditas mukosa normal, tukak

kurang jelas, asam lambung kurang jelas

− Kesan : Gambaran proses radang di Mc.

Burney biasanya dari appendicitis (sub akut)

3. BNO

- Vertebrae lumbalis spondilosis dan cronis compressi vertebrae

lumbalis

- Gastrointestinalees terdapat gambaran local ileus di Mc. Burney

(tanda dari proses radang appendic)

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

7

Page 8: Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

1. Anamnesis

6 Jam SMRS pasien mengeluh nyeri mendadak pada seluruh

lapang perutnya. Pasien merasa pusing pada kepalanya, keringat

dingin, mual. Pasien merasa lemas dan kehausan, BAB terakhir

kemarin sore. Kemudian pasien memutuskan datang ke IGD RSUD

KRA, rasa sakit berkurang dan pasien pulang ke rumah untuk rawat

jalan. Namun tiba-tiba 6 jam kemudian pasien mengeluh hal yang

sama lalu kembali ke IGD RSUD KRA dan rawat inap. Keluhan

masih sama sampai pada saat pemeriksaan.

Hari berikutnya pasien mengeluh nyeri pada perut kanan

bawah. Nyeri terasa terus-menerus dan tajam. Mual (+), nafsu makan

menurun. Perut terasa kembung.

Riwayat penyakit serupa diakui ± 1 tahun yang lalu pasien

pernah mengalami sakit semula, dapat sembuh setelah beli obat

diwarung dan istirahat.

2. Vital Sign

(08 Oktober 2012)

− Tekanan Darah : 140/90 mmHg

− Nadi : 76 kali/menit

− Respirasi : 24 kali/menit

− Suhu : 36,5 oC

(09 Oktober 2012)

a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg

b. Nadi : 72 kali/menit

c. Respirasi : 24 kali/menit

d. Suhu : 38,2 oC

3. Status Lokalis

(08 Oktober 2012)

a. Inspeksi : permukaan perut distended, terdapat massa pada

regio inguinalis dextra batas tegas, lunak, dan terfiksir, adanya

gelombang peristaltik.

8

Page 9: Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

b. Auskultasi : peristaltik meningkat/↑↑

c. Perkusi : pekak seluruh lapang abdomen

d. Palpasi : nyeri tekan (+)

defans muskuler (+)

(09 Oktober 2012)

a. Inspeksi : permukaan perut distended, terdapat massa pada

regio inguinalis dextra batas tegas, lunak, dan terfiksir, adanya

gelombang peristaltik, reffered pain (+)

b. Auskultasi : peristaltik meningkat/↑↑

c. Perkusi : Hipertympani

d. Palpasi : nyeri tekan (+)

Rebound test (+)

Rovsing sign (+)

4. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hb 13,8 14-18 G %

Leukosit 12.400 5000-10000/ mm3

Ht 37,1 40-43Vol %

Eosinofil 0 1-3 %

Limfosit 12,9 2-8 %

Trombosit 133000 150000-300000 mm3

MCV 81 82-92 mikron3

9

Page 10: Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

MCHC 37,2 32-37 %

V. DIAGNOSIS KLINIS

Abdominal Pain e.c Appendisitis kronis eksaserbasi akut

VI. DIAGNOSIS BANDING

1. Diverticulitis Meckel

2. Ileus regionalis

3. Psoas abses

4. Batu ureter (kolik)

VII. PLANNING

1. Appedicogram

2. Laparoscopy

VIII. PENATALAKSANAAN

A. Terapi Konservative (Non-bedah)

1. Bed rest dengan posisi Fowler (posisi terlentang, kepala

ditinggikan 18-20 inchs, kaki diberi bantal, lutut ditekuk)

2. Analgesik

3. Antibiotik

4. Balance cairan

5. Pasang DC

6. Terapi Pre Operasi:

- Analgesik

- Antibiotik

7. Terapi Post Operasi

- Edukasi pasien agar mobilisasi bertahap yaitu latihan duduk-

berjalan.

- Analgesik

10

Page 11: Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

- Antibiotik

B. Bedah

Appendectomy cito

IX. PROGNOSIS

- Ad Sanam : Ad bonam

- Ad Vitam : Ad bonam

- Ad Fungsionam : Ad bonam

11

Page 12: Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI APPENDIKS

Pppendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjang nya kira-kira

10 cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal disekum. Lumennya sempit

dibagian proksimal dan melebar dibagian distal. Namun demikian, pada

bayi, appensndiks berbentuk kerucut. Keaadaan ini mungkin menjadi sebab

rendahnya insiden apendisitis pada usia itu. Pada 65% kasus, apendiks

terletak intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan apendiks bergerak

dan ruangt gerak nya bergantung pada panjang mesoappendiks

penggantungnya.

Pada kasus selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di

belakang sekum, dibelakang kolon ascendens, atau ditepi lateral kolon

ascendens. Gejala klinis appendicitis ditentukan oleh letak apendiks.

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti

a.mesenterika superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis

berasal dari n.torakalis X. Oleh karena itu nyeri visceral pada apendisitis

bermula disekitar umbilikus.

Perdarahan apendiks berasal dari a.apendikularis yang merupakan

arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena trombosis

pada infeksi, apendiks akan mengalami gangren.

II. DEFINISI APPENDICITIS

Appendicitis adalah infeksi pada organ appendik yang diawali dengan

penyumbatan dari lumen appendik oleh mucus, fekalit, atau benda asing,

yang diikuti oleh infeksi bakteri dari proses peradangan. Penyakit

ini merupakan kegawatdaruratan bedahabdomen yang paling sering

ditemukan.

Apendisitis Akut adalah inflamasi pada dari vermiform appendiks dan

ini merupakan kasus operasi intraabdominal tersering  yang memerlukan

12

Page 13: Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

tindakan bedah. appendicitis akut adalah appendicitis dengan onset gejala

akut yang memerlukan intervensi bedah dan biasanya dengan nyeri di

kuadran abdomen kanan bawah dan dengan nyeri tekan tekan dan alih,

spasme otot yang ada di atasnya, dan dengan hiperestesia kulit. Sedangkan

appendicitis kronis ditandai dengan nyeri abdomen kronik (berlangsung

terus menerus ) di dearah fossa illiaca dextra,tetapi tidak terlalu parah, dan

bersifat continue atau intermittent, nyeri ini terjadikarena lumen appendix

mengalami partial obstruk. 

Appendicitis chronica kadang-kadang dapat menjadi akut lagi disebut

appendicitis chronica dengtan eksaserbasi akut.

III. INSIDENSI

Dapat terjadi pada semua umur, hanya jarang dilaporkan pada anak

berusia kurang dari 1 tahun. Insiden tertinggi pada usia 20-30 tahun terjadi

pada laki-laki dan perempuan sama banyak.

IV. ETIOLOGI

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berprran

sebagai faktor pendcetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor

yang diajukan sebagai faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan

limfoid, fekalit, tumor apendiks dan cacing askaris dapat pula menyebabkan

sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis ialah

erosi mukosa apendiks karena parasit sepeti E.histoliytica.

Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan

makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timnulnya

apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat

timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan

flora kolon biasa. Semua ini akan mempermudah timbulnya apendisitis akut.

V. PATOGENESIS

13

Page 14: Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

Patologi apendisitis dapat dimulai di mukosa dan kemudian melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam pertama. Usaha pertahanan tubuh adalah membatasi proses radang denjgan menutup apendiks dengan omentum, usus halus atau adneksa sehingga terbentuk massa periapendikuler yanf secara salah dikenal dengan istilah infiltrat apendiks. Didalammnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa absesyang dapat mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa apendikuler akan tenang untuk selanjutnya akan mengurangi diri secara lambat.

Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan ini akan menimbulkan keluhan berulang diperut kanan bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan sebagai mengalami eksaserbasi akut.

VI. PATOFISIOLOGI

VII. TANDA DAN GEJALA KLINIS

Titik maksimal nyeri adalah pada sepertiga dari umblikus ke fossa

ilaka kanan, itu disebut titik Mc Burney. Nyeri biasanya tajam dan

diperburuk dengan gerakan (seperti batuk dan berjalan). Nyeri pada titik Mc

Burney  juga dirasakan pada penekanan iliaka kiri, yang biasa disebut tanda

Rovsing. Posisi pasien dipengaruhi oleh  posisi dari apendiks. Jika apendiks

ditemukan di posisi retrosekal (terpapar antara sekum dan otot psoas) nyeri

tidak terasa di titik Mc Burney, namun ditemukan lebih ke lateral pinggang.

Jika apendiks terletak retrosekal nyeri jika ilaka kiri ditekan tidak terasa.

Ketika apendiks dekat dengan otot psoas, pasien datang dengan pinggul

tertekuk dan jika kita coba meluruskan maka akan terjadi nyeri pada lokasi

apendiks (tanda psoas). Ketika apendiks terletak retrosekal maka bisa

menyebabkan iritasi pada ureter sehingga darah dan protein dapat

ditemukan dalam urinalisis. Jika apendiks terletak di pelvis, maka tanda

klinik sangat sedikit, sehingga harus dilakukan pemeriksaan rektal,

menemukan nyeri dan bengkak pada kanan pemeriksaan. Jika apendiks

14

Page 15: Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

terletak di dekat otot obturator internus, rotasi dari pinggang meningkatkan

nyeri pada pasien (tanda obturator).

Hiperestesia kutaneus pada daerah yang dipersarafi oleh saraf

spinal kanan T10,T11 dan T12 biasanya juga mengikuti kejadian

appendisitis akut. Jika apendiks terletak di depan ileum terminal dekat

dengan dinding abdominal, maka nyeri sangat jelas. Jika apendiks terletak

di belakang ileum terminal maka diagnosa sangat sulit, tanda-tanda yang

ada samar dan nyeri terletak tinggi di abdomen.

Appendicities mempunyai tanda dan gejala bervariasi yaitu nyari

yang dirasakan samara yaitu pada bagian tengah abdominal tepatnya pada

periumbilikal ( nyeri tumpul ). Seringkali disertai dengan rasa mual dan

muntah ( 3 kali,facial fkush, tenderness pada fossa illiaca, demam suhu

antara 37,5 – 38,5ºC). Beberapa jam kemudian nyeri itu akan berpindah ke

perut kanan bawah, yang oleh kalangan medis disebut titik Mc. Eurney.

Nyeri ini akan dirasakan akan lebih jelas baik letak maupun derajat

nyerinya. Tanda – tanda dari appendicities klasik ini dapat ditemukan

kurang dari setangah kasus yng terjadi. Ada juga tanda – tanda lain yang

muncul yaitu bila appendix berada di dekat rectum, maka itu dapat

menyebabkan iritasi local dan diarrhea. Bila appendix terletak dekat dengan

vesica urinaria atau ureter, maka itu dapat menyebabkan dysuria dan pyuria

( secara mikroskopik ).

VIII. DIAGNOSIS

1. Anamnesis

Karakter klinis dari appendisitis dapat bervariasi, namun

umumnya ditampikan dengan riwayat sakit perut yang samar-samar,

dimana dirasakan pertama kali di ulu hati. Mungkin diikuti mual dan

muntah, demam ringan. Nyeri biasanya berpindah dari fossa ilaka kanan

setelah beberapa jam, sampai dengan 24 jam. 

2. Pemeriksaan Fisik

15

Page 16: Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

Rovsing’s sign Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran kiri bawah dan timbul nyeri pada sisi kanan.

Psoas sign atau Obraztsova’s sign

Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian dilakukan ekstensi dari panggul kanan. Positif jika timbul nyeri pada kanan bawah.

Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi internal pada panggul. Positif jika timbul nyeri pada hipogastrium atau vagina.

Dunphy’s sign Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah dengan batuk

Ten Horn sign Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut pada korda spermatic kanan

Kocher (Kosher)’s sign

Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium atau sekitar pusat, kemudian berpindah ke kuadran kanan bawah.

Sitkovskiy (Rosenstein)’s sign

Nyeri yang semakin bertambah pada perut kuadran kanan bawah saat pasien dibaringkan pada sisi kiri

Bartomier-Michelson’s sign

Nyeri yang semakin bertambah pada kuadran kanan bawah pada pasien dibaringkan pada sisi kiri dibandingkan dengan posisi terlentang

Aure-Rozanova’s sign Bertambahnya nyeri dengan jari pada petit trianglekanan (akan positif Shchetkin-Bloomberg’s sign)

Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada kuadran kanan bawah kemudian dilepaskan tiba-tiba

16

Page 17: Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

Kemungkinan apendisitis dapat diyakinkan dengan menggunakan skor Alvarado. Sistem skor dibuat untuk meningkatkan cara mendiagnosis apendisitis.

IX.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah: pada pemeriksaan  dilakukan untuk melihat

angka leukosit. Pada kasus appendicitis akut, biasanya didapatkan

angka leukosit yang neutrofil yang tinggi.

b. Pemeriksaan urin: pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya

eritrosis, leukosit dan bakteri didalam urin. Pemeriksaan ini dapat

membantu untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi

17

The Modified Alvarado Score Skor

Gejala Perpindahan nyeri dari ulu hati ke perut kanan bawah

1

Mual-Muntah 1

Anoreksia 1

Tanda Nyeri di perut kanan bawah 2

Nyeri lepas 1

Demam diatas 37,5 ° C 1

Pemeriksaan Lab

Leukositosis 2

Hitung jenis leukosit shift to the left

1

Total 10

Interpretasi dari Modified Alvarado Score:

     1-4     : sangat mungkin bukan apendisitis akut

     5-7     : sangat mungkin apendisitis akut

     8-10   : pasti apendisitis akut

Page 18: Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

saluran kemih dan batu ginjal yang memiliki gejala klinis yang

hampir sama dengan appendicitis.

2. Foto polos abdomen

Digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab

appendicitis. Pemeriksaan ini dilakukan terutama pada anak-anak.

Kurang dari 5% pasien akan terlihat adanya gambaran opak fecalith

yang nampak di kuadran kanan bawah abdomen, sehingga pemeriksaan

ini jarang dilakukan.

3. USG

Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan

pemeriksaan USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya

abses. Dengan USG dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis

banding seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya.

Akurasi ultrasonografi sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan

kemampuan pemeriksa. Pada beberapa penelitian, akurasi antara 90 –

94%, dengan nilai sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85 dan 92%.

Pemeriksaan dengan Ultrasonografi (USG) pada appendicitis akut,

ditemukan adanya fekalit, udara intralumen, diameter apendiks lebih

dari 6 mm, penebalan dinding apendiks lebih dari 2 mm dan

pengumpulan cairan perisekal. Apabila apendiks mengalami ruptur atau

perforasi maka akan sulit untuk dinilai, hanya apabila cukup udara

maka abses apendiks dapat diidentifikasi.

4. CT-Scan

Pada keadaan normal apendiks, jarang tervisualisasi dengan

pemeriksaan skening ini. Gambaran penebalan diding apendiks dengan

jaringan lunak sekitar yang melekat, mendukung keadaan apendiks

yang meradang. CT-Scan mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang

tinggi yaitu 90 – 100% dan 96 – 97%, serta akurasi 94 – 100%. Ct-

Scan sangat baik untuk mendeteksi apendiks dengan abses atau flegmon

5. Laparoscopy

18

Page 19: Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang

dimasukkan dalam abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara

langsung.Tehnik ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila

pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada appendix

maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan pengangkatan

appendix.

X. PENATALAKSANAAN

Tatalaksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah

apendektomi. Keterlambatan dalam tatalaksana dapat meningkatkan

kejadian perforasi.9 Penggunaan ligasi ganda pada  setelah appendektomi

terbuka dilakukan dengan jahitan yang mudah diserap tubuh. Ligasi yang

biasa dilakukan pada apendektomi adalah dengan purse string (z-stich atau

tobacco sac) dan ligasi ganda. Pada keadaan normal, digunakan jahitan

purse string. Ligasi ganda digunakan pada saat pembalikkan tunggul tidak

dapat dicapai dengan aman, sehingga yang dilakukan adalah meligasi ganda

tunggul dengan dua baris jahitan. Dengan peningkatan penggunaan

laparoskopi dan peningkatan teknik laparoskopik, apendektomi

laparoskopik menjadi lebih sering. Prosedur ini sudah terbukti menghasilkan

nyeri pasca bedah yang lebih sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka

kejadian infeksi luka yang lebih rendah, akan tetapi terdapat peningkatan

kejadian abses intra abdomen dan pemanjangan waktu operasi. Laparoskopi

itu dikerjakan untuk diagnosa dan terapi pada pasien dengan akut abdomen,

terutama pada wanita. Beberapa studi mengatakan bahwa laparoskopi

meningkatkan kemampuan dokter bedah untuk operasi.

19

Page 20: Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

Insisi Grid Iron (McBurney Incision)

Insisi Gridiron pada titik McBurney. Garis insisi parallel dengan otot oblikus eksternal, melewati titik McBurney yaitu 1/3 lateral garis yang menghubungkan spina liaka anterior superior kanan dan umbilikus.

Lanz transverse incision

Insisi dilakukan pada 2 cm di bawah pusat, insisi transversal pada garis miklavikula-midinguinal. Mempunyai keuntungan kosmetik yang lebih baik dari pada insisi grid iron.

Rutherford Morisson’s incision (insisi suprainguinal)

Merupakan insisi perluasan dari insisi McBurney. Dilakukan jika apendiks terletak di parasekal atau retrosekal dan terfiksir.

20

Page 21: Appendisitis Kronis Eksaserbasi Akut

Low Midline Incision

Dilakukan jika apendisitis sudah terjadi perforasi dan terjadi peritonitis umum.

Insisi paramedian kanan bawah

Insisi vertikal paralel dengan midline, 2,5 cm di bawah umbilikus sampai di atas pubis.

XI. KOMPLIKASI

Komplikasi appendicitis chronicakarena obliterasi rongga appendix

dapat terjadi penyumbatan isinya berupa cairan sekret, terutama jika

penyumbatan isinya berupa cairan sekret, terutama jika penyumbatan terjadi

di baian proksimal. Appendix akan membessar dan berdilatasi menjadi

suatu kista yang disebut mucocele benigna.

21