POLKAM - ftp.unpad.ac.id · (Lima), Roy Salam dari Indo-nesia Budget Center (IBC), dan Jeirry...
Transcript of POLKAM - ftp.unpad.ac.id · (Lima), Roy Salam dari Indo-nesia Budget Center (IBC), dan Jeirry...
Kini layanan Drive Thru tidak hanya
ada di restoran cepat saji saja. PT
KAI (persero) pun tidak ketinggalan
meluncurkan layanan baru tersebut, yaitu
berupa layanan pemesanan tiket dari da-
lam kendaraan atau yang dikenal dengan
layanan Drive Thru, Kamis (23/12) lalu di
Stasiun Gambir.
Layanan Drive Thru yang diluncurkan
Direktur Komersial PT KAI Sulistyo Wimbo
Hardjito ini merupakan fitur baru dan ino-
vasi yang dilakukan PT KAI untuk memberi-
kan kemudahan kepada pengguna jasa kereta api dalam hal pembelian tiket.
Menurut EVP 1 Jakarta Purnomo Radiq, PT KAI Daop 1 Jakarta berupaya membe-
rikan pelayanan yang terbaik kepada pengguna jasa kereta api dalam hal kemudahan
mendapatkan tiket sehingga calon penumpang yang tidak memiliki banyak waktu,
dapat memanfaatkan layanan ini tanpa harus keluar dari dalam kendaraan.
”Kami mencoba memenuhi kebutuhan pengguna jasa kereta api dalam hal ke-
mudahan mendapatkan tiket. Semoga inovasi ini dapat dimanfaatkan dengan baik
oleh masyarakat”, ujar EVP 1 Jakarta di Stasiun Gambir
Radiq menjelaskan bahwa layanan tiket drive thru dibuka pukul 07.00 – 19.00
WIB dan saat ini baru Stasiun Gambir yang menggunakan sistem ini. Rencana ke
depan, mereka tidak menutup kemungkinan itu akan dibuka di stasiun-stasiun besar
lainnya di Jakarta.
Alur pemesanan tiket KA dengan drive thru dimulai dengan pengambilan slip
di loket pintu masuk kendaraan Stasiun Gambir kemudian kendaraan menuju loket
drive thru melalui lintasan yang telah ditentukan. Setelah proses pembelian selesai,
kendaraan dipersilakan keluar melalui pintu keluar khusus drive thru.
Menurut Manajer Humas PT KAI Daop 1 Jakarta Mateta Rijalulhaq, untuk tahap
awal, drive thru hanya melayani calon penumpang yang menggunakan kendaraan
roda empat. Untuk kendaraan roda dua atau motor akan dilakukan pengkajian
terlebih dahulu. Untuk informasi dan reservasi tiket KA, dapat juga menghubungi
Contact Center 121 dengan menekan 121 dari telepon rumah dan 021 121 dari GSM/
CDMA. (S-25)
Telah Hadir Layanan TiketDrive Thru Di Stasiun Gambir
DOK PT KAI
ANGGOTA Komisi III DPR yang ter-gabung dalam Pani-tia Kerja (Panja)
Pemberantasan Mafia Pajak seharusnya mampu menekan Kapolri Jenderal Timur Prado-po untuk bersungguh-sungguh menyelesaikan kasus mafia pajak Gayus Tambunan. Panja untuk kasus ini belum dibutuh-kan karena kasus Gayus sudah jelas alurnya.
“Yang utama sekarang ada-lah mendesak Kapolri melaku-kan penuntasan kasus. Penye-lidikan di luar hukum belum dibutuhkan,” ujar Direktur Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti, kemarin.
Dengan pembentukan panja, sambung dia, justru memper-lihatkan adanya upaya saling mengunci secara politik.
Sebab, apa pun kelak hasil panja, implementasinya tetap akan diserahkan kepada ke-polisian.
“Jika panja bekerja, akan ada waktu sekitar enam bulan untuk menyelidik. Pada saat yang sama, seperti lazimnya, polisi akan menunda untuk melakukan penyelidikan tun-tas dengan alasan menunggu hasil panja. Itulah salah satu ciri politik saling mengunci,” paparnya.
Secara terpisah, Koordinator Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan Indonesia Corrup-tion Watch Febri Diansyah menilai, panja sangat poten-sial menjadi alat politik untuk
mengintervensi proses hukum. Ia mencontohkan Panja Pajak di Komisi XI. Panja ini menangani enam perusahaan pengem-plang pajak.
Karena itu, ia menegaskan, pembentukan Panja Pemberan-tasan Mafi a Pajak dalam kasus Gayus tidak boleh menjadi alat tekan politik untuk intervensi proses hukum.
Rapat pleno Komisi III DPR, Rabu (12/1), telah memutuskan pembentukan Panja Pembe-rantasan Mafi a Pajak. Komisi III telah menugaskan Wakil Ketua Komisi III Tjatur Sapto Edy untuk memimpin panja tersebut.
Dalam sebuah diskusi di gedung parlemen, kemarin, anggota Komisi III dari F-PPP Ahmad Yani menampik jika pembentukan Panja Pemberan-tasan Mafi a Pajak menjadi upa-ya pengerdilan terhadap kasus mafi a pajak Gayus Tambunan. Ia beralasan, pembentukan panja adalah untuk penguatan institusi penegak hukum.
“Tidak seperti itu. Kita mem-bawa platform yang jelas, ada tujuannya. Misalnya perbaik-an kinerja, penataan kembali sektor perpajakan. Mungkin rekomendasinya akan berakhir progresif seperti itu. Di sam-ping memberikan penghukum-an,” ujarnya.
Tidak gentarSatuan Tugas (Satgas) Pem-
berantasan Mafi a Hukum tidak gentar dengan ancaman pe ng-acara istri Gayus Tambunan yaitu Hotma Sitompoel yang
akan mengadukan Sekretaris Satgas Denny Indrayana ke polisi.
Menurut anggota Satgas Mas Achmad Santosa, seseorang tidak sembarangan melapor ke polisi kecuali memiliki dasar
hukum yang kuat.Hotma Sitompoel selaku
peng acara istri Gayus Tam-bunan, Milana Anggraeni, berencana mengadukan Denny ke polisi karena kerap berko-munikasi dengan kliennya.
Karena, menurut Hotma, ada kesan Denny seakan-akan me-ngancam Milana yang segera ditetapkan sebagai tersangka.(Nav/P-3)
Panja DPR hanya HambatPenuntasan Kasus Gayus
Kasus mafia pajak Gayus Tambunan telah menjadi alat tawar-menawar politik antarparpol.
PASANGAN yang kalah dalam pemilihan umum kepala da-e rah (pemilu kada) Kotawar-ingin Barat, Kalimantan Tengah, menjanjikan pekerjaan kepada para saksi yang mau memberi kesaksian palsu di persidangan Mahkamah Konstitusi (MK).
Hal itu terungkap dari pen-gakuan Edi Sulistya, salah satu dari 68 saksi yang diajukan Ujang Iskandar-Bambang Pur-wanto dalam persidangan MK, pertengahan 2010 lalu.
Kemarin, Edi menuturkan pengakuannya telah memberi keterangan palsu dalam per-sidangan itu karena tergiur iming-iming pekerjaan yang ditawarkan.
“Saya saat itu dijanjikan setelah selesai kesaksian di Jakarta, akan diberikan proyek atau pekerjaan kantoran, tetapi sampai sekarang tidak ada buk-tinya,” kata Edi seraya meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada pasangan Sugianto Sabran-Eko Soemarno, yang kemenangannya dalam pemilu kada harus dianulir MK akibat kesaksian palsunya itu.
“Ini bermula saat seorang teman menyuruh saya segera datang ke rumah Ujang. Dia bilang saya mau diikutkan menjadi saksi pemilu kada di Jakarta. Saya bingung, mau jadi saksi apa? Karena bodoh, ajakan itu saya ikuti dan kita bersama-sama menuju rumah Ujang,” jelas Edi.
Jumlah saksi yang diberang-katkan ke Jakarta saat itu berjumlah 7 orang, termasuk Edi. Sesampainya di Jakarta, mereka dikumpulkan dengan saksi-saksi lain di sebuah hotel di Jakarta Pusat.
Selama 15 hari di Jakarta, 68 saksi itu diberikan pengarahan
dalam menghadapi persidan-gan di MK. “Kita tiap hari dikumpulkan dalam ruangan untuk melakukan simulasi seperti sidang sesungguhnya di MK,” terangnya.
Ia mengaku akan mengikuti jejak langkah Kusniyadi dan Edi S, dua saksi yang lebih dulu akan mencabut kesaksiannya.
“Sebenarnya ada empat orang saksi yang akan men-cabut kesaksiannya kepada Mabes Polri. Namun, satu orang saksi sekarang lagi sakit di rumah maka belum bisa di-
berangkatkan ke Jakarta,” jelas Gst Husni Syamsul, anggota tim sukses Sugianto-Eko.
Meski keputusan MK tidak bisa dianulir, ia menyatakan pihaknya akan terus mencari celah hukum guna mementah-kan keputusan MK tersebut.
“Semakin banyaknya saksi yang mencabut kesaksiannya, keputusan MK tersebut bisa dimentahkan, karena keputus-an MK itu diambil sebelum adanya saksi palsu oleh Ratna Mutia yang sekarang sudah menjadi tersangka. Logikanya keputusan MK tersebut seka-rang juga menjadi keliru atau salah.” tutup Husni. (*/P-2)
PENOLAKAN Fraksi Par-tai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) atas rencana pem-bangunan gedung baru DPR dikhawatirkan hanya untuk pencitraan kepada publik.
“Sikap penolakan Gerindra ini penting. Tetapi apa betul ini kejujuran politik fraksi? Atau sekadar pencitraan?” cetus Sebastian Salang dari Forum masyarakat Pemantau Parle-men Indonesia (Formappi) saat beraudiensi dengan F-Gerindra DPR di Gedung DPR Jakarta, kemarin.
Dalam kesempatan itu, hadir juga Ray Rangkuti dari Ling-kar Madani untuk Indonesia (Lima), Roy Salam dari Indo-nesia Budget Center (IBC), dan Jeirry Sumampow dari Komite Pemilih Indonesia (Tepi).
Pertanyaan kritis itu muncul, sambung Sebastian, mengingat sebelum tahun 2011 F-PKS sempat menolak pembangunan gedung baru yang diperkirakan
menghabiskan anggaran seki-tar Rp1 triliun itu.
“Waktu kita beraudiensi, PKS dengan tegas menolak. Tetapi setelah rapat dengan Ketua
PR Marzuki Alie, PKS diam-diam setuju. Kami jadi berpikir dibohongi juga. Menyatakan menolak di pertemuan, tapi diam-diam ternyata setuju,” ujarnya.
Untuk membuktikan kete-gasan sikapnya, pihaknya me-minta F-Gerindra untuk me-
nyampaikan surat resmi peno-lakan kepada Ketua DPR. “Jadi jangan sekadar pernyataan politik. Gerindra juga perlu menyampaikan surat secara resmi kepada pimpinan DPR supaya tidak berkelit lagi,” imbuhnya.
Menanggapi desakan terse-but, Wakil Ketua F-Gerindra Sadar Subagio menyatakan pihaknya telah melayangkan surat pernyataan penolakan se-banyak dua kali kepada pimpi-nan DPR, Yakni pada 1 Oktober 2010 dan 10 Januari 2011. “Surat itu intinya penolakan gedung baru,” tegasnya.
Anggota F-Gerindra yang berada di Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR Pius Lus-trilanang juga diingatkannya untuk sejalan dengan kebijakan fraksi. Jika terbukti tidak sejalan, Pius dapat dikenai sanksi. “Akan mendapat teguran. Sanksi ter-berat ya PAW (pergantian antar-waktu),” katanya. (Wta/P-2)
Penolakan Gerindra Dikritisi
Saksi Palsu di MKDijanjikan Pekerjaan
NURULIA JUWITA SARI
4 JUMAT, 14 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIAPOLKAM
ini layanan Drive Thru tidak hanya
ada di restoran cepat saji saja. PT
KAI (persero) pun tidak ketinggalan
Telah Hadir Layanan TiketDrive Thru Di Stasiun Gambir
PENOLAKAN Fraksi Par-tai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) atas rencana pem-bangunan gedung baru DPR dikhawatirkan hanya untuk pencitraan kepada publik.
“Sikap penolakan Gerindra ini penting. Tetapi apa betul ini kejujuran politik fraksi? Atau sekadar pencitraan?” cetus Sebastian Salang dari Forum masyarakat Pemantau Parle-men Indonesia (Formappi) saat beraudiensi dengan F-Gerindra DPR di Gedung DPR Jakarta, kemarin.
Dalam kesempatan itu, hadir juga Ray Rangkuti dari Ling-kar Madani untuk Indonesia (Lima), Roy Salam dari Indo-nesia Budget Center (IBC), dan Jeirry Sumampow dari Komite Pemilih Indonesia (Tepi).
Pertanyaan kritis itu muncul, sambung Sebastian, mengingat sebelum tahun 2011 F-PKS sempat menolak pembangunan gedung baru yang diperkirakan
menghabiskan anggaran seki-tar Rp1 triliun itu.
“Waktu kita beraudiensi, PKS dengan tegas menolak. Tetapi setelah rapat dengan Ketua
PR Marzuki Alie, PKS diam-diam setuju. Kami jadi berpikir dibohongi juga. Menyatakan menolak di pertemuan, tapi diam-diam ternyata setuju,” ujarnya.
Untuk membuktikan kete-gasan sikapnya, pihaknya me-minta F-Gerindra untuk me-
nyampaikan surat resmi peno-lakan kepada Ketua DPR. “Jadi jangan sekadar pernyataan politik. Gerindra juga perlu menyampaikan surat secara resmi kepada pimpinan DPR supaya tidak berkelit lagi,” imbuhnya.
Menanggapi desakan terse-but, Wakil Ketua F-Gerindra Sadar Subagio menyatakan pihaknya telah melayangkan surat pernyataan penolakan se-banyak dua kali kepada pimpi-nan DPR, Yakni pada 1 Oktober 2010 dan 10 Januari 2011. “Surat itu intinya penolakan gedung baru,” tegasnya.
Anggota F-Gerindra yang berada di Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR Pius Lus-trilanang juga diingatkannya untuk sejalan dengan kebijakan fraksi. Jika terbukti tidak sejalan, Pius dapat dikenai sanksi. “Akan mendapat teguran. Sanksi ter-berat ya PAW (pergantian antar-waktu),” katanya. (Wta/P-2)
Saya saat itu dijanjikan setelah
selesai kesaksian di Jakarta, akan diberikan proyek atau pekerjaan kantoran, tetapi sampai sekarang tidak ada buktinya.”
Edi SulistyaSaksi Sidang MK
MI/RAMDANI
Sebastian SalangKoordinator Formappi
PeseKapompaunkajel
lahkaliddiLiRa
salihm
paakpo
adunyapomtahacirpa
DiPetiomsia
Ktep
N
MI/M IRFAN
MAFIA PAJAK: Anggota DPR dari F-PDIP Eva Sundari (kanan) bersama anggota DPR dari F-Hanura Syarifuddin Sudding (tengah) dan anggota DPR dari F-PPP Ahmad Yani berbicara dalam diskusi soal pemberantasan mafia pajak yang berlarut-larut, di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin.