POLKAM - ftp.unpad.ac.id · (Lima), Roy Salam dari Indo-nesia Budget Center (IBC), dan Jeirry...

1
K ini layanan Drive Thru tidak hanya ada di restoran cepat saji saja. PT KAI (persero) pun tidak ketinggalan meluncurkan layanan baru tersebut, yaitu berupa layanan pemesanan tiket dari da- lam kendaraan atau yang dikenal dengan layanan Drive Thru, Kamis (23/12) lalu di Stasiun Gambir. Layanan Drive Thru yang diluncurkan Direktur Komersial PT KAI Sulistyo Wimbo Hardjito ini merupakan fitur baru dan ino- vasi yang dilakukan PT KAI untuk memberi- kan kemudahan kepada pengguna jasa kereta api dalam hal pembelian tiket. Menurut EVP 1 Jakarta Purnomo Radiq, PT KAI Daop 1 Jakarta berupaya membe- rikan pelayanan yang terbaik kepada pengguna jasa kereta api dalam hal kemudahan mendapatkan tiket sehingga calon penumpang yang tidak memiliki banyak waktu, dapat memanfaatkan layanan ini tanpa harus keluar dari dalam kendaraan. ”Kami mencoba memenuhi kebutuhan pengguna jasa kereta api dalam hal ke- mudahan mendapatkan tiket. Semoga inovasi ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat”, ujar EVP 1 Jakarta di Stasiun Gambir Radiq menjelaskan bahwa layanan tiket drive thru dibuka pukul 07.00 – 19.00 WIB dan saat ini baru Stasiun Gambir yang menggunakan sistem ini. Rencana ke depan, mereka tidak menutup kemungkinan itu akan dibuka di stasiun-stasiun besar lainnya di Jakarta. Alur pemesanan tiket KA dengan drive thru dimulai dengan pengambilan slip di loket pintu masuk kendaraan Stasiun Gambir kemudian kendaraan menuju loket drive thru melalui lintasan yang telah ditentukan. Setelah proses pembelian selesai, kendaraan dipersilakan keluar melalui pintu keluar khusus drive thru. Menurut Manajer Humas PT KAI Daop 1 Jakarta Mateta Rijalulhaq, untuk tahap awal, drive thru hanya melayani calon penumpang yang menggunakan kendaraan roda empat. Untuk kendaraan roda dua atau motor akan dilakukan pengkajian terlebih dahulu. Untuk informasi dan reservasi tiket KA, dapat juga menghubungi Contact Center 121 dengan menekan 121 dari telepon rumah dan 021 121 dari GSM/ CDMA. (S-25) Telah Hadir Layanan Tiket Drive Thru Di Stasiun Gambir DOK PT KAI A NGGOTA Komisi III DPR yang ter- gabung dalam Pani- tia Kerja (Panja) Pemberantasan Mafia Pajak seharusnya mampu menekan Kapolri Jenderal Timur Prado- po untuk bersungguh-sungguh menyelesaikan kasus mafia pajak Gayus Tambunan. Panja untuk kasus ini belum dibutuh- kan karena kasus Gayus sudah jelas alurnya. “Yang utama sekarang ada- lah mendesak Kapolri melaku- kan penuntasan kasus. Penye- lidikan di luar hukum belum dibutuhkan,” ujar Direktur Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti, kemarin. Dengan pembentukan panja, sambung dia, justru memper- lihatkan adanya upaya saling mengunci secara politik. Sebab, apa pun kelak hasil panja, implementasinya tetap akan diserahkan kepada ke- polisian. “Jika panja bekerja, akan ada waktu sekitar enam bulan untuk menyelidik. Pada saat yang sama, seperti lazimnya, polisi akan menunda untuk melakukan penyelidikan tun- tas dengan alasan menunggu hasil panja. Itulah salah satu ciri politik saling mengunci,” paparnya. Secara terpisah, Koordinator Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan Indonesia Corrup- tion Watch Febri Diansyah menilai, panja sangat poten- sial menjadi alat politik untuk mengintervensi proses hukum. Ia mencontohkan Panja Pajak di Komisi XI. Panja ini menangani enam perusahaan pengem- plang pajak. Karena itu, ia menegaskan, pembentukan Panja Pemberan- tasan Maa Pajak dalam kasus Gayus tidak boleh menjadi alat tekan politik untuk intervensi proses hukum. Rapat pleno Komisi III DPR, Rabu (12/1), telah memutuskan pembentukan Panja Pembe- rantasan Maa Pajak. Komisi III telah menugaskan Wakil Ketua Komisi III Tjatur Sapto Edy untuk memimpin panja tersebut. Dalam sebuah diskusi di gedung parlemen, kemarin, anggota Komisi III dari F-PPP Ahmad Yani menampik jika pembentukan Panja Pemberan- tasan Maa Pajak menjadi upa- ya pengerdilan terhadap kasus maa pajak Gayus Tambunan. Ia beralasan, pembentukan panja adalah untuk penguatan institusi penegak hukum. “Tidak seperti itu. Kita mem- bawa platform yang jelas, ada tujuannya. Misalnya perbaik- an kinerja, penataan kembali sektor perpajakan. Mungkin rekomendasinya akan berakhir progresif seperti itu. Di sam- ping memberikan penghukum- an,” ujarnya. Tidak gentar Satuan Tugas (Satgas) Pem- berantasan Maa Hukum tidak gentar dengan ancaman peng- acara istri Gayus Tambunan yaitu Hotma Sitompoel yang akan mengadukan Sekretaris Satgas Denny Indrayana ke polisi. Menurut anggota Satgas Mas Achmad Santosa, seseorang tidak sembarangan melapor ke polisi kecuali memiliki dasar hukum yang kuat. Hotma Sitompoel selaku pengacara istri Gayus Tam- bunan, Milana Anggraeni, berencana mengadukan Denny ke polisi karena kerap berko- munikasi dengan kliennya. Karena, menurut Hotma, ada kesan Denny seakan-akan me- ngancam Milana yang segera ditetapkan sebagai tersangka. (Nav/P-3) [email protected] Panja DPR hanya Hambat Penuntasan Kasus Gayus Kasus mafia pajak Gayus Tambunan telah menjadi alat tawar-menawar politik antarparpol. PASANGAN yang kalah dalam pemilihan umum kepala da- erah (pemilu kada) Kotawar- ingin Barat, Kalimantan Tengah, menjanjikan pekerjaan kepada para saksi yang mau memberi kesaksian palsu di persidangan Mahkamah Konstitusi (MK). Hal itu terungkap dari pen- gakuan Edi Sulistya, salah satu dari 68 saksi yang diajukan Ujang Iskandar-Bambang Pur- wanto dalam persidangan MK, pertengahan 2010 lalu. Kemarin, Edi menuturkan pengakuannya telah memberi keterangan palsu dalam per- sidangan itu karena tergiur iming-iming pekerjaan yang ditawarkan. “Saya saat itu dijanjikan setelah selesai kesaksian di Jakarta, akan diberikan proyek atau pekerjaan kantoran, tetapi sampai sekarang tidak ada buk- tinya,” kata Edi seraya meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada pasangan Sugianto Sabran-Eko Soemarno, yang kemenangannya dalam pemilu kada harus dianulir MK akibat kesaksian palsunya itu. “Ini bermula saat seorang teman menyuruh saya segera datang ke rumah Ujang. Dia bilang saya mau diikutkan menjadi saksi pemilu kada di Jakarta. Saya bingung, mau jadi saksi apa? Karena bodoh, ajakan itu saya ikuti dan kita bersama-sama menuju rumah Ujang,” jelas Edi. Jumlah saksi yang diberang- katkan ke Jakarta saat itu berjumlah 7 orang, termasuk Edi. Sesampainya di Jakarta, mereka dikumpulkan dengan saksi-saksi lain di sebuah hotel di Jakarta Pusat. Selama 15 hari di Jakarta, 68 saksi itu diberikan pengarahan dalam menghadapi persidan- gan di MK. “Kita tiap hari dikumpulkan dalam ruangan untuk melakukan simulasi seperti sidang sesungguhnya di MK,” terangnya. Ia mengaku akan mengikuti jejak langkah Kusniyadi dan Edi S, dua saksi yang lebih dulu akan mencabut kesaksiannya. “Sebenarnya ada empat orang saksi yang akan men- cabut kesaksiannya kepada Mabes Polri. Namun, satu orang saksi sekarang lagi sakit di rumah maka belum bisa di- berangkatkan ke Jakarta,” jelas Gst Husni Syamsul, anggota tim sukses Sugianto-Eko. Meski keputusan MK tidak bisa dianulir, ia menyatakan pihaknya akan terus mencari celah hukum guna mementah- kan keputusan MK tersebut. “Semakin banyaknya saksi yang mencabut kesaksiannya, keputusan MK tersebut bisa dimentahkan, karena keputus- an MK itu diambil sebelum adanya saksi palsu oleh Ratna Mutia yang sekarang sudah menjadi tersangka. Logikanya keputusan MK tersebut seka- rang juga menjadi keliru atau salah.” tutup Husni. (*/P-2) PENOLAKAN Fraksi Par- tai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) atas rencana pem- bangunan gedung baru DPR dikhawatirkan hanya untuk pencitraan kepada publik. “Sikap penolakan Gerindra ini penting. Tetapi apa betul ini kejujuran politik fraksi? Atau sekadar pencitraan?” cetus Sebastian Salang dari Forum masyarakat Pemantau Parle- men Indonesia (Formappi) saat beraudiensi dengan F-Gerindra DPR di Gedung DPR Jakarta, kemarin. Dalam kesempatan itu, hadir juga Ray Rangkuti dari Ling- kar Madani untuk Indonesia (Lima), Roy Salam dari Indo- nesia Budget Center (IBC), dan Jeirry Sumampow dari Komite Pemilih Indonesia (Tepi). Pertanyaan kritis itu muncul, sambung Sebastian, mengingat sebelum tahun 2011 F-PKS sempat menolak pembangunan gedung baru yang diperkirakan menghabiskan anggaran seki- tar Rp1 triliun itu. “Waktu kita beraudiensi, PKS dengan tegas menolak. Tetapi setelah rapat dengan Ketua PR Marzuki Alie, PKS diam- diam setuju. Kami jadi berpikir dibohongi juga. Menyatakan menolak di pertemuan, tapi diam-diam ternyata setuju,” ujarnya. Untuk membuktikan kete- gasan sikapnya, pihaknya me- minta F-Gerindra untuk me- nyampaikan surat resmi peno- lakan kepada Ketua DPR. “Jadi jangan sekadar pernyataan politik. Gerindra juga perlu menyampaikan surat secara resmi kepada pimpinan DPR supaya tidak berkelit lagi,” imbuhnya. Menanggapi desakan terse- but, Wakil Ketua F-Gerindra Sadar Subagio menyatakan pihaknya telah melayangkan surat pernyataan penolakan se- banyak dua kali kepada pimpi- nan DPR, Yakni pada 1 Oktober 2010 dan 10 Januari 2011. “Surat itu intinya penolakan gedung baru,” tegasnya. Anggota F-Gerindra yang berada di Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR Pius Lus- trilanang juga diingatkannya untuk sejalan dengan kebijakan fraksi. Jika terbukti tidak sejalan, Pius dapat dikenai sanksi. “Akan mendapat teguran. Sanksi ter- berat ya PAW (pergantian antar- waktu),” katanya. (Wta/P-2) Penolakan Gerindra Dikritisi Saksi Palsu di MK Dijanjikan Pekerjaan NURULIA JUWITA SARI 4 JUMAT, 14 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA P OLKAM ini layanan Drive Thru tidak hanya ada di restoran cepat saji saja. PT KAI (persero) pun tidak ketinggalan Telah Hadir Layanan Tiket Drive Thru Di Stasiun Gambir PENOLAKAN Fraksi Par- tai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) atas rencana pem- bangunan gedung baru DPR dikhawatirkan hanya untuk pencitraan kepada publik. “Sikap penolakan Gerindra ini penting. Tetapi apa betul ini kejujuran politik fraksi? Atau sekadar pencitraan?” cetus Sebastian Salang dari Forum masyarakat Pemantau Parle- men Indonesia (Formappi) saat beraudiensi dengan F-Gerindra DPR di Gedung DPR Jakarta, kemarin. Dalam kesempatan itu, hadir juga Ray Rangkuti dari Ling- kar Madani untuk Indonesia (Lima), Roy Salam dari Indo- nesia Budget Center (IBC), dan Jeirry Sumampow dari Komite Pemilih Indonesia (Tepi). Pertanyaan kritis itu muncul, sambung Sebastian, mengingat sebelum tahun 2011 F-PKS sempat menolak pembangunan gedung baru yang diperkirakan menghabiskan anggaran seki- tar Rp1 triliun itu. “Waktu kita beraudiensi, PKS dengan tegas menolak. Tetapi setelah rapat dengan Ketua PR Marzuki Alie, PKS diam- diam setuju. Kami jadi berpikir dibohongi juga. Menyatakan menolak di pertemuan, tapi diam-diam ternyata setuju,” ujarnya. Untuk membuktikan kete- gasan sikapnya, pihaknya me- minta F-Gerindra untuk me- nyampaikan surat resmi peno- lakan kepada Ketua DPR. “Jadi jangan sekadar pernyataan politik. Gerindra juga perlu menyampaikan surat secara resmi kepada pimpinan DPR supaya tidak berkelit lagi,” imbuhnya. Menanggapi desakan terse- but, Wakil Ketua F-Gerindra Sadar Subagio menyatakan pihaknya telah melayangkan surat pernyataan penolakan se- banyak dua kali kepada pimpi- nan DPR, Yakni pada 1 Oktober 2010 dan 10 Januari 2011. “Surat itu intinya penolakan gedung baru,” tegasnya. Anggota F-Gerindra yang berada di Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR Pius Lus- trilanang juga diingatkannya untuk sejalan dengan kebijakan fraksi. Jika terbukti tidak sejalan, Pius dapat dikenai sanksi. “Akan mendapat teguran. Sanksi ter- berat ya PAW (pergantian antar- waktu),” katanya. (Wta/P-2) Saya saat itu dijanjikan setelah selesai kesaksian di Jakarta, akan diberikan proyek atau pekerjaan kantoran, tetapi sampai sekarang tidak ada buktinya.” Edi Sulistya Saksi Sidang MK MI/RAMDANI Sebastian Salang Koordinator Formappi Pe se Ka po m pa un ka jel lah ka lid di Li Ra sa lih m pa ak po ad un ya po m ta ha cir pa Di Pe tio m sia K te p N MI/M IRFAN MAFIA PAJAK: Anggota DPR dari F-PDIP Eva Sundari (kanan) bersama anggota DPR dari F-Hanura Syarifuddin Sudding (tengah) dan anggota DPR dari F-PPP Ahmad Yani berbicara dalam diskusi soal pemberantasan mafia pajak yang berlarut-larut, di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin.

Transcript of POLKAM - ftp.unpad.ac.id · (Lima), Roy Salam dari Indo-nesia Budget Center (IBC), dan Jeirry...

Page 1: POLKAM - ftp.unpad.ac.id · (Lima), Roy Salam dari Indo-nesia Budget Center (IBC), dan Jeirry Sumampow dari Komite Pemilih Indonesia (Tepi). Pertanyaan kritis itu muncul, sambung

Kini layanan Drive Thru tidak hanya

ada di restoran cepat saji saja. PT

KAI (persero) pun tidak ketinggalan

meluncurkan layanan baru tersebut, yaitu

berupa layanan pemesanan tiket dari da-

lam kendaraan atau yang dikenal dengan

layanan Drive Thru, Kamis (23/12) lalu di

Stasiun Gambir.

Layanan Drive Thru yang diluncurkan

Direktur Komersial PT KAI Sulistyo Wimbo

Hardjito ini merupakan fitur baru dan ino-

vasi yang dilakukan PT KAI untuk memberi-

kan kemudahan kepada pengguna jasa kereta api dalam hal pembelian tiket.

Menurut EVP 1 Jakarta Purnomo Radiq, PT KAI Daop 1 Jakarta berupaya membe-

rikan pelayanan yang terbaik kepada pengguna jasa kereta api dalam hal kemudahan

mendapatkan tiket sehingga calon penumpang yang tidak memiliki banyak waktu,

dapat memanfaatkan layanan ini tanpa harus keluar dari dalam kendaraan.

”Kami mencoba memenuhi kebutuhan pengguna jasa kereta api dalam hal ke-

mudahan mendapatkan tiket. Semoga inovasi ini dapat dimanfaatkan dengan baik

oleh masyarakat”, ujar EVP 1 Jakarta di Stasiun Gambir

Radiq menjelaskan bahwa layanan tiket drive thru dibuka pukul 07.00 – 19.00

WIB dan saat ini baru Stasiun Gambir yang menggunakan sistem ini. Rencana ke

depan, mereka tidak menutup kemungkinan itu akan dibuka di stasiun-stasiun besar

lainnya di Jakarta.

Alur pemesanan tiket KA dengan drive thru dimulai dengan pengambilan slip

di loket pintu masuk kendaraan Stasiun Gambir kemudian kendaraan menuju loket

drive thru melalui lintasan yang telah ditentukan. Setelah proses pembelian selesai,

kendaraan dipersilakan keluar melalui pintu keluar khusus drive thru.

Menurut Manajer Humas PT KAI Daop 1 Jakarta Mateta Rijalulhaq, untuk tahap

awal, drive thru hanya melayani calon penumpang yang menggunakan kendaraan

roda empat. Untuk kendaraan roda dua atau motor akan dilakukan pengkajian

terlebih dahulu. Untuk informasi dan reservasi tiket KA, dapat juga menghubungi

Contact Center 121 dengan menekan 121 dari telepon rumah dan 021 121 dari GSM/

CDMA. (S-25)

Telah Hadir Layanan TiketDrive Thru Di Stasiun Gambir

DOK PT KAI

ANGGOTA Komisi III DPR yang ter-gabung dalam Pani-tia Kerja (Panja)

Pemberantasan Mafia Pajak seharusnya mampu menekan Kapolri Jenderal Timur Prado-po untuk bersungguh-sungguh menyelesaikan kasus mafia pajak Gayus Tambunan. Panja untuk kasus ini belum dibutuh-kan karena kasus Gayus sudah jelas alurnya.

“Yang utama sekarang ada-lah mendesak Kapolri melaku-kan penuntasan kasus. Penye-lidikan di luar hukum belum dibutuhkan,” ujar Direktur Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti, kemarin.

Dengan pembentukan panja, sambung dia, justru memper-lihatkan adanya upaya saling mengunci secara politik.

Sebab, apa pun kelak hasil panja, implementasinya tetap akan diserahkan kepada ke-polisian.

“Jika panja bekerja, akan ada waktu sekitar enam bulan untuk menyelidik. Pada saat yang sama, seperti lazimnya, polisi akan menunda untuk melakukan penyelidikan tun-tas dengan alasan menunggu hasil panja. Itulah salah satu ciri politik saling mengunci,” paparnya.

Secara terpisah, Koordinator Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan Indonesia Corrup-tion Watch Febri Diansyah menilai, panja sangat poten-sial menjadi alat politik untuk

mengintervensi proses hukum. Ia mencontohkan Panja Pajak di Komisi XI. Panja ini menangani enam perusahaan pengem-plang pajak.

Karena itu, ia menegaskan, pembentukan Panja Pemberan-tasan Mafi a Pajak dalam kasus Gayus tidak boleh menjadi alat tekan politik untuk intervensi proses hukum.

Rapat pleno Komisi III DPR, Rabu (12/1), telah memutuskan pembentukan Panja Pembe-rantasan Mafi a Pajak. Komisi III telah menugaskan Wakil Ketua Komisi III Tjatur Sapto Edy untuk memimpin panja tersebut.

Dalam sebuah diskusi di gedung parlemen, kemarin, anggota Komisi III dari F-PPP Ahmad Yani menampik jika pembentukan Panja Pemberan-tasan Mafi a Pajak menjadi upa-ya pengerdilan terhadap kasus mafi a pajak Gayus Tambunan. Ia beralasan, pembentukan panja adalah untuk penguatan institusi penegak hukum.

“Tidak seperti itu. Kita mem-bawa platform yang jelas, ada tujuannya. Misalnya perbaik-an kinerja, penataan kembali sektor perpajakan. Mungkin rekomendasinya akan berakhir progresif seperti itu. Di sam-ping memberikan penghukum-an,” ujarnya.

Tidak gentarSatuan Tugas (Satgas) Pem-

berantasan Mafi a Hukum tidak gentar dengan ancaman pe ng-acara istri Gayus Tambunan yaitu Hotma Sitompoel yang

akan mengadukan Sekretaris Satgas Denny Indrayana ke polisi.

Menurut anggota Satgas Mas Achmad Santosa, seseorang tidak sembarangan melapor ke polisi kecuali memiliki dasar

hukum yang kuat.Hotma Sitompoel selaku

peng acara istri Gayus Tam-bunan, Milana Anggraeni, berencana mengadukan Denny ke polisi karena kerap berko-munikasi dengan kliennya.

Karena, menurut Hotma, ada kesan Denny seakan-akan me-ngancam Milana yang segera ditetapkan sebagai tersangka.(Nav/P-3)

[email protected]

Panja DPR hanya HambatPenuntasan Kasus Gayus

Kasus mafia pajak Gayus Tambunan telah menjadi alat tawar-menawar politik antarparpol.

PASANGAN yang kalah dalam pemilihan umum kepala da-e rah (pemilu kada) Kotawar-ingin Barat, Kalimantan Tengah, menjanjikan pekerjaan kepada para saksi yang mau memberi kesaksian palsu di persidangan Mahkamah Konstitusi (MK).

Hal itu terungkap dari pen-gakuan Edi Sulistya, salah satu dari 68 saksi yang diajukan Ujang Iskandar-Bambang Pur-wanto dalam persidangan MK, pertengahan 2010 lalu.

Kemarin, Edi menuturkan pengakuannya telah memberi keterangan palsu dalam per-sidangan itu karena tergiur iming-iming pekerjaan yang ditawarkan.

“Saya saat itu dijanjikan setelah selesai kesaksian di Jakarta, akan diberikan proyek atau pekerjaan kantoran, tetapi sampai sekarang tidak ada buk-tinya,” kata Edi seraya meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada pasangan Sugianto Sabran-Eko Soemarno, yang kemenangannya dalam pemilu kada harus dianulir MK akibat kesaksian palsunya itu.

“Ini bermula saat seorang teman menyuruh saya segera datang ke rumah Ujang. Dia bilang saya mau diikutkan menjadi saksi pemilu kada di Jakarta. Saya bingung, mau jadi saksi apa? Karena bodoh, ajakan itu saya ikuti dan kita bersama-sama menuju rumah Ujang,” jelas Edi.

Jumlah saksi yang diberang-katkan ke Jakarta saat itu berjumlah 7 orang, termasuk Edi. Sesampainya di Jakarta, mereka dikumpulkan dengan saksi-saksi lain di sebuah hotel di Jakarta Pusat.

Selama 15 hari di Jakarta, 68 saksi itu diberikan pengarahan

dalam menghadapi persidan-gan di MK. “Kita tiap hari dikumpulkan dalam ruangan untuk melakukan simulasi seperti sidang sesungguhnya di MK,” terangnya.

Ia mengaku akan mengikuti jejak langkah Kusniyadi dan Edi S, dua saksi yang lebih dulu akan mencabut kesaksiannya.

“Sebenarnya ada empat orang saksi yang akan men-cabut kesaksiannya kepada Mabes Polri. Namun, satu orang saksi sekarang lagi sakit di rumah maka belum bisa di-

berangkatkan ke Jakarta,” jelas Gst Husni Syamsul, anggota tim sukses Sugianto-Eko.

Meski keputusan MK tidak bisa dianulir, ia menyatakan pihaknya akan terus mencari celah hukum guna mementah-kan keputusan MK tersebut.

“Semakin banyaknya saksi yang mencabut kesaksiannya, keputusan MK tersebut bisa dimentahkan, karena keputus-an MK itu diambil sebelum adanya saksi palsu oleh Ratna Mutia yang sekarang sudah menjadi tersangka. Logikanya keputusan MK tersebut seka-rang juga menjadi keliru atau salah.” tutup Husni. (*/P-2)

PENOLAKAN Fraksi Par-tai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) atas rencana pem-bangunan gedung baru DPR dikhawatirkan hanya untuk pencitraan kepada publik.

“Sikap penolakan Gerindra ini penting. Tetapi apa betul ini kejujuran politik fraksi? Atau sekadar pencitraan?” cetus Sebastian Salang dari Forum masyarakat Pemantau Parle-men Indonesia (Formappi) saat beraudiensi dengan F-Gerindra DPR di Gedung DPR Jakarta, kemarin.

Dalam kesempatan itu, hadir juga Ray Rangkuti dari Ling-kar Madani untuk Indonesia (Lima), Roy Salam dari Indo-nesia Budget Center (IBC), dan Jeirry Sumampow dari Komite Pemilih Indonesia (Tepi).

Pertanyaan kritis itu muncul, sambung Sebastian, mengingat sebelum tahun 2011 F-PKS sempat menolak pembangunan gedung baru yang diperkirakan

menghabiskan anggaran seki-tar Rp1 triliun itu.

“Waktu kita beraudiensi, PKS dengan tegas menolak. Tetapi setelah rapat dengan Ketua

PR Marzuki Alie, PKS diam-diam setuju. Kami jadi berpikir dibohongi juga. Menyatakan menolak di pertemuan, tapi diam-diam ternyata setuju,” ujarnya.

Untuk membuktikan kete-gasan sikapnya, pihaknya me-minta F-Gerindra untuk me-

nyampaikan surat resmi peno-lakan kepada Ketua DPR. “Jadi jangan sekadar pernyataan politik. Gerindra juga perlu menyampaikan surat secara resmi kepada pimpinan DPR supaya tidak berkelit lagi,” imbuhnya.

Menanggapi desakan terse-but, Wakil Ketua F-Gerindra Sadar Subagio menyatakan pihaknya telah melayangkan surat pernyataan penolakan se-banyak dua kali kepada pimpi-nan DPR, Yakni pada 1 Oktober 2010 dan 10 Januari 2011. “Surat itu intinya penolakan gedung baru,” tegasnya.

Anggota F-Gerindra yang berada di Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR Pius Lus-trilanang juga diingatkannya untuk sejalan dengan kebijakan fraksi. Jika terbukti tidak sejalan, Pius dapat dikenai sanksi. “Akan mendapat teguran. Sanksi ter-berat ya PAW (pergantian antar-waktu),” katanya. (Wta/P-2)

Penolakan Gerindra Dikritisi

Saksi Palsu di MKDijanjikan Pekerjaan

NURULIA JUWITA SARI

4 JUMAT, 14 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIAPOLKAM

ini layanan Drive Thru tidak hanya

ada di restoran cepat saji saja. PT

KAI (persero) pun tidak ketinggalan

Telah Hadir Layanan TiketDrive Thru Di Stasiun Gambir

PENOLAKAN Fraksi Par-tai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) atas rencana pem-bangunan gedung baru DPR dikhawatirkan hanya untuk pencitraan kepada publik.

“Sikap penolakan Gerindra ini penting. Tetapi apa betul ini kejujuran politik fraksi? Atau sekadar pencitraan?” cetus Sebastian Salang dari Forum masyarakat Pemantau Parle-men Indonesia (Formappi) saat beraudiensi dengan F-Gerindra DPR di Gedung DPR Jakarta, kemarin.

Dalam kesempatan itu, hadir juga Ray Rangkuti dari Ling-kar Madani untuk Indonesia (Lima), Roy Salam dari Indo-nesia Budget Center (IBC), dan Jeirry Sumampow dari Komite Pemilih Indonesia (Tepi).

Pertanyaan kritis itu muncul, sambung Sebastian, mengingat sebelum tahun 2011 F-PKS sempat menolak pembangunan gedung baru yang diperkirakan

menghabiskan anggaran seki-tar Rp1 triliun itu.

“Waktu kita beraudiensi, PKS dengan tegas menolak. Tetapi setelah rapat dengan Ketua

PR Marzuki Alie, PKS diam-diam setuju. Kami jadi berpikir dibohongi juga. Menyatakan menolak di pertemuan, tapi diam-diam ternyata setuju,” ujarnya.

Untuk membuktikan kete-gasan sikapnya, pihaknya me-minta F-Gerindra untuk me-

nyampaikan surat resmi peno-lakan kepada Ketua DPR. “Jadi jangan sekadar pernyataan politik. Gerindra juga perlu menyampaikan surat secara resmi kepada pimpinan DPR supaya tidak berkelit lagi,” imbuhnya.

Menanggapi desakan terse-but, Wakil Ketua F-Gerindra Sadar Subagio menyatakan pihaknya telah melayangkan surat pernyataan penolakan se-banyak dua kali kepada pimpi-nan DPR, Yakni pada 1 Oktober 2010 dan 10 Januari 2011. “Surat itu intinya penolakan gedung baru,” tegasnya.

Anggota F-Gerindra yang berada di Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR Pius Lus-trilanang juga diingatkannya untuk sejalan dengan kebijakan fraksi. Jika terbukti tidak sejalan, Pius dapat dikenai sanksi. “Akan mendapat teguran. Sanksi ter-berat ya PAW (pergantian antar-waktu),” katanya. (Wta/P-2)

Saya saat itu dijanjikan setelah

selesai kesaksian di Jakarta, akan diberikan proyek atau pekerjaan kantoran, tetapi sampai sekarang tidak ada buktinya.”

Edi SulistyaSaksi Sidang MK

MI/RAMDANI

Sebastian SalangKoordinator Formappi

PeseKapompaunkajel

lahkaliddiLiRa

salihm

paakpo

adunyapomtahacirpa

DiPetiomsia

Ktep

N

MI/M IRFAN

MAFIA PAJAK: Anggota DPR dari F-PDIP Eva Sundari (kanan) bersama anggota DPR dari F-Hanura Syarifuddin Sudding (tengah) dan anggota DPR dari F-PPP Ahmad Yani berbicara dalam diskusi soal pemberantasan mafia pajak yang berlarut-larut, di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin.