Polineuropati Css
-
Upload
edwin-darmawan -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of Polineuropati Css
-
8/12/2019 Polineuropati Css
1/6
-
8/12/2019 Polineuropati Css
2/6
Terjadi kerusakan pada selubung myelin tanpa kerusakan serabut saraf. Lesi primer terjadi pada sel
schwann.Prognosis dari mekanisme ini baik, karena tidak terjadi denervasi serabut otot.
3. Degenerasi Axon Distal
Kerusakan badan sel atau axon dapat mempengaruhi viabilitas dari axon, di mana akan terjadi die
back dari bagian distal serabut saraf. Kerusakan selubung myelin dapat menyertai mekanisme ini.
Proses penyembuhannya akan berlangsung lambat, karena axon harus beregenerasi. Bila badan sel
rusak, serabut otot akan mengalami reinervasi dari serabut saraf sekitarnya.
IV. Perjalanan Penyakit
Perjalanan penyakit polineuropati sangat bervariasi. Polineuropati akut mencapai puncak gejala
dalam waktu 3 minggu, setelah itu gejala menetap atau berkurang dan berakhir dengan kesembuhan
sempurna atau kecacatan menetap. Bila gejala berkembang dan mencapai puncaknya dalam waktu 3
minggu sampai 3 bulan dikatakan sebagai polineuropati subakut. Sedangkan bila setelah 3 bulan gejala
masih berlanjut dikatakan sebagai polineuropati kronik.
V. Gejala Klinik
Kesemutan, mati rasa, nyeri terbakar dan ketidakmampuan untuk merasakan getaran atau posisi
lengan, tungkai dan sendi merupakan gejala utama dari polineuropati kronik. Nyeri seringkali bertambah
buruk di malam hari dan bisa timbul jika menyentuh daerah yang peka atau karena perubahan suhu.
Penderita tidak bisa merasakan suhu dan nyeri, sehingga mereka sering melukai dirinya sendiri
dan terjadilah luka terbuka (ulkusdi kulit) akibat penekanan terus menerus atau cedera lainnya. Karena
tidak dapat merasakan nyeri, maka sendi sering mengalami cedera (persendian Charcot).
Ketidakmampuan untuk merasakan posisi sendi menyebabkan ketidakstabilan ketika berdiri dan
berjalan. Pada akhirnya akan terjadi kelemahan otot dan atrofi (penyusutan otot).
Banyak penderita yang juga memiliki kelainan pada sistem saraf otonom, yang mengendalikan fungsi
otomatis di dalam tubuh, seperti denyut jantung, fungsi pencernaan, kandung kemih dan tekanan darah.
Jika neuropati perifer mengenai saraf otonom, maka bisa terjadi:- diare atau sembelit
- ketidakmampuan untuk mengendalikan saluran pencernaan atau kandung kemih
- impotensi
- tekanan darah tinggi atau rendah
- tekanan darah rendah ketika dalam posisi berdiri
- kulit tampak lebih pucat dan lebih kering
- keringat berlebihan
VI. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik.Elektromiografidan uji
kecepatan penghantaran saraf dilakukan untuk memperkuat diagnosis. Pemeriksaan darah dilakukan jika
diduga penyebabnya adalah kelainan metabolik (anemia pernisiosakarena kekurangan vitamin B12),
diabetes (kadar gula darah meningkat) dan gagal ginjal (kadar kreatininmeningkat). Pemeriksaan air
kemih bisa menunjukkan adanya keracunan logam berat atau mieloma multipel.
VII. Pengobatan
Pengobatan tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah diabetes, maka
pengendalian kadar gula darah bisa menghentikan perkembangan penyakit dan menghilangkan gejala,
tetapi penyembuhannya lambat. Mengobati gagal ginjal dan mieloma multipel bisa mempercepatpenyembuhan polineuropati. Pembedahan dilakukan pada penderita yang mengalami cedera atau
penekanan saraf. Terapi fisik kadang bisa mengurangi beratnya kejang otot atau kelemahan otot.
Pengobatan dasar sampai sekarang masih tetap tablet prostigmin ( 15 mg ) dan tablet mestinon ( 60 mg)
-
8/12/2019 Polineuropati Css
3/6
secara terpisah atau dalam kombinasi. Dosis sehari sangat berbeda dan bergantung kepada keadaan
paien, biasanya diberi tiga samapai empat kali sehari. Akhir-akhir ini ternyata bahwa obat kortikosteroid
dalam dosis tinggi juga mempunyai khasat baik terhadap miastenia gravis. Walaupun demikian perlu
diingatkan bahwa dalam setiap keadaan gangguan pernafasan bantuan respirasi buatan harus segera
dilakukan. Di samping segala usaha di atas, bimbingan mental berupa fisikal terapi merupakan faktor
penting bagi setiap pederita.
VIII. Beberapa tipe polineuropatia)Sindroma Guillain Barre (Polineuritis Akut Postinfeksiosa/ Polineuritis Akutik/ Polineuritis
Febrile/ Poliradikuloneuropati)
Definisi: kelumpuhan otot ekstremitas yang akut biasanya timbul sesudah suatu penyakit infeksi.
Sebabnya ialah gangguan pada saraf tepi dan akar-akarnya. Yang diserang biasanya pria dewasa muda
sekitar 20-50 tahun, Akan tetapi dapat juga terjadi pada wanita,anak, dan orang tua. Kelumpuhan dapat
terjadi secara spontan tetapi biasanya sesudah suatu stress, baik rohani, maupun jasmani. Misalnya
sesudah menderita penyakit Influenza atau sesudah pembedahan. Kadang-kadang keadaan timbul
sesudah diberi pengobatan antibiotik atau khemoterapeutik. Secara histopatologik ditemukan tanda
peradangan dan degenerasi pada seluruh satuan neuron saraf tepi,(lower motor neuron), yaitu baik pada
akson, maupun pada radiks dan sel neuronnya sehingga lebih tepat dinamakan polineuronitis daripada
polineuritis.
Simtomatologi: gambaran umum seperti influenza.Pertama-tama terdapat demam akut, penderita
merasakan nyeri kepala dan nyeri seluruh badan. Kadang-kadang disertai muntah-muntah. Baru setelah
beberapa hari penderita sadar bahwa ia menderita kelumpuhan otot. Berbeda dengan polineuritis biasa,
kelumpuhan pada penderita Guillain-Barre sangat beraneka ragam. Kadang-kadang gambaran semetrik
seperti pola polineuritis, namun sering juga kelumpuhannya asimetrik dengan paresis otot proksimal
lebih nyata daripada paresis otot yang distal. Gangguan sensibilitas pada umumnya hanya sedikit atau
tidak jelas, sehingga dalam beberapa kasus keadaan sangat menyerupai panyakit polimyelitis. Tidak jarang
saraf otak ikut diserang sehingga menimbulkan kelumpuhan pada otot kuduk, leher dan muka. Kadang-kadang otot bola mata terganggu sehingga terjadi oftalmoplenia eksterna. Kelumpuhan otot laring faring
menyebabkan disfagia dan disfonia. Gangguan serebral dapat menimbulkan sembab papil, neuritis optika
bahkan kadang-kadang gejala psikosis. Paresis otot pernafasan memerlukan pertolongan pernafasan
buatan berupa trakheotomi atau intubasi. Segala kelumpuhan otot bersifat lemas (flaccid) sedangkan
reflex tendon yang berhubungan menghilang. Darah memperlihatkan tanda radang akut berupa
leukositosis sedangkan cairan likuor pada suatu waktu mengandung kadar protein yang sangat tinggi.
Keadaan ini disebut disosiasi antara sel dan albumin. Diagnosis didasarkan atas permulaan dan
perjalanan penyakit yang akut, disusul oleh paresis flaksid lengan dan tungkai, simetrik atau tidak,
sedangkan sensibilitas tidak atau hanya sedikit terganggu. Darah dan likuor biasanya menunjukkan
gangguan cukup jelas. Pemeriksaan elektromiografik memperlihatkan kerusakan pada sel neuron, radiks,dan akson. Sebagai diagnosis diferensialis perlu dipertimbangkan penyakit polineuritis biasa, penyakit
polimyelitis akuta dan kadang-kadang penyakit mielitis.
b)Miastenia Gravis
Definisi : suatu penyakit menahun dengan kelelahan otot yang luar biasa cepatnya bila bekerja, yang
pulih kembali bila istirahat dan memberi response baik atas obat antikholinesterase.
Keadaan miasthenia juga terdapat pada beberapa penyakit dan keadaan lain seperti misalnya pada
penyakit polimiositis dan dermatomiositis, penyakit lupus sistemik dan pada keadaan karsinoma yang
lanjut. Yang penting ialah bahwa pada semua kaedaan ini dengan reaksi miastenik, response terhadapobat antikholinesterase tidak atau kurang memuaskan, berbeda dengan penyakit miastenia gravis.
Penyakit miastenia gravis terdapat pada semua bangsa, baik pada kaum pria maupun pada kaum wanita
dengan perbandingan pria : wanita = 1 : 2. Frekwensi terbesar ialah pada usia dewasa muda 20-30 tahun,
-
8/12/2019 Polineuropati Css
4/6
namun orang tua dan bayi juga dapat diserang. Penyakit miastenia gravis mempunyai hubungan eart
dengan beberapa keadaan patologik lain seperti misalnya keadaan thyrotoxicosis dan diabetes mellitus.
Kombinasi penyakit thyrotoxicosis dengan miastenia gravis sering sekali ditemukan. Ternyata kedua
penyakit ini saling mempengaruhi walaupun keterangan yang memuaskan belum dapat diberikan. Faktor
heriditer pada penyakit miastenia gravis juga nyata. Bayi dengan miastenia gravis yang dilahirkan
daripada ibu dengan miastenia gravis rata-rata 1:7 bayi sehat. Keadaan miastenia : neonatal ini cukup
berat dan memerlukan pengawasan serta perawatan khusus. Keadaan si bayi sangat lemah, tidak
menangis, pernafasan dangkal serta tidak kuat menetek sendiri, angka kematian pun sangat tingi yaitukira-kira 50%. Bila masa gawat ini yang berlangsung selama lebih kurang 3 bulan dapat diatasi, maka si
bayi selanjutnya akan selamat dan biasanya akan bebas dari serangan.
Simtomatologi : Otot yang pertama-tama diserang ialah biasanya otot bola mata dan otot faring laring di
samping otot muka, otot kuduk dan otot gelang bahu. Bila keadaan meluas, maka otot seluruh badan
akan ikut terganggu. Gejala pertama yailah pitosis,dan strabismus yang kadang kadang meluas sampai
suatu oftalmoplagia total pada satu ayau kedua mata, sedangkan keluhan diplopia hampir selalu terdapat.
Gangguan otot laring faring menyebabkan suara menjadi parau dan lemah, disertai disfoni dan disfag.
Penderita cepat lelah bila mengunyah makanan keras atau banyak bicara. Kelemahan otot kuduk
menyebabkan posisi kepala penderita menjadi kurang tegak sehingga terjatuh ke samping ke depan atau
ke belakang. Pada stadium ringan semua parasis otot masih reversibel namun bila keadaan makin
progressif, maka parasis otot menetap dan atrofi mulai terlihat. Yang menarik perhatian ialah bahwa
refleks tendon tetap bertahan walaupun otot suda paratik dan atrofik. Bila terjadi gangguan pernafasan,
maka pengobata dan kewaspadaan harus ditingkatkan karena penderita dapat meninggal secara tiba-tiba.
c)Polineuropati Diabetikum
Polineuropati diabetes jarang terjadi pada anak-anak, lebih sering terjadi pada penderita diabetes
mellitus yang berusia di atas 50 tahun, dengan perjalanan penyakit menetap atau dapat sembuh spontan.
Kerusakan saraf tepi berhubungan dengan diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Lebih sering
terjadi pada penderita Insulin Dependent Diabetes Mellitus. Mekanisme kerusakan saraf terjadi karenagangguan metabolisme dimana akumulasi sorbitol dan fruktosa di akson dan sel Schwann. Atau terjadi
oklusi pembulah darah yang menyediakan nutrisi pada saraf tersebut(vasa vasorum).
Prevalensi dari neuropati pada diabetes melitus bervariasi antara 30-70%, umumnya berbentuk
polineuropati atau mononeuropati multipleks, tapi juga dapat berupa campuran dari polineuropati dan
mononeuropati.
Polineuropati simetris distal merupakan bentuk neuropati diabetika yang paling sering dijumpai,
awitannya biasanya tidak jelas.
Gejala Klinis yang terdapat pada neuropati diabetikum adalah :
Motoris : Penurunan daerah distal
Sensoris : Penurunan daerah distalNeuropati serabut saraf besar mengakibatkan atraksia, sedangkan serabut saraf kecil
menyebabkan allodynia.
Otonom : Abnormalitas pupil, pengeluaran keringat terganggu, hipotensi
orthostatik, takikardi saat istirahat, gastroparese dan diare, kandung kemih
yang berdilatasi, dan impotensi.
Saraf spinal yang terkena terutama nervus femoralis, kadang-kadang juga nervus obturatorius dan
nervus ischiadicis.
Diagnosa ditegakkan dari gejala klinik dan pemeriksaan elektromiografi, serta menyingkirkan
neuropati kronis oleh penyebab lain. Pasien diabetes melitus juga dapat mengalami neuropati karenadefisiensi atau kompresi.
Sampai saat ini belum ada terapi yang memuaskan untuk pengobatan polineuropati diabetes.
Namun secara umum, penatalaksanaannya dapat berupa :
-
8/12/2019 Polineuropati Css
5/6
Kontrol penyakit diabetes
Pengendalian nyeri dengan penggunaan Carbamazepin, gabapentin, antidepresan atau -adrenergik
blocker, seperti phenoxybenzene.
Penggunaan obat yang mengurangi enzim aldose reductase dan menghambat pengumpulan
sorbitol dan fruktosa di saraf masih dalam tahap penelitian
Manajemen neuropati otonom
d)Polineuropati KarsinomatosaNeuropati sensoris atau sensorimotoris yang diakibatkan oleh penyakit keganasan, umumnya
berasal dari small cell carcinoma paru, atau limfoma dan hodgkins disease. Neuropati ditandai dengan
adanya antibodi (anti Hu) pada serum. Anti bodi ini selain menyerang antigen pada tumor, tetapi juga
mengikat neuron di sistem saraf perifer.
Gejala Klinis dari Polineuropati Karsinomatosa adalah :
Neuropathy sensoris :
hilangnya sensoris secara progresif, biasanya dirasakan pada alat gerak bagian atas, dengan gejala
paraesthesia, dysesthesia berupa rasa terbakar dan ataksia sensoris.
Neuropathy sensorimotor :
berlangsung secara gradual, disertai menurunnya sensoris bagian distal dan kelemahan motoris
ringan.
Penatalaksanaan dari Polineuropati Karsinomatosa adalah :
Deteksi dan terapi penyakit keganasan yang mendasarinya.
Penggunaan imunosupressan.
Gammaglobulin i.v.
IX. Pemeriksaan
1. Nerve Conduction Studies
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memberikanimpuls elektrik (20-100 V dalam 0,05-0,1 ms) padabeberapa titik sepanjang perjalanan serabut saraf, kemudian respon yang terjadi direkam. Dengan
merekam latensi antara impuls dan respon serabut otot, kecepatan konduksi dari serabut saraf motoris
dapat dihitung.
Jarak antara 2 titik impuls
Kecepatan konduksi = -----------------------------------------------
Selisih waktu konduksi antara 2 tempat
Kecepatan konduksi motoris dapat dihitung pada serabut saraf perifer plexus brachialis dari
ekstremitas atas dan serabut saraf sciatic dan femoral dari ekstremitas bawah. Pemeriksaan ini tidak hanya
berguna dalam mendiagnosis neuropati umum, tetapi juga penjepitan serabut saraf, (misalnya n. ulnaris
pada siku atau n. medianus pada pergelangan tangan).
Konduksi sensoris juga dapat dihitung, pada jari II ekstremitas atas diberi impuls, kemudian potensial
sensori yang terjadi direkam pada pergelangan tangan dan siku.
Jarak antara 2 tempat
Kecepatan konduksi = ----------------------------------------------
Selisih latensi antara 2 respon
Observasi umum: Amplitudo dari respon : Jumlah axon yang berespon terhadap
impuls
-
8/12/2019 Polineuropati Css
6/6
Latensi dari respon : Kecepatan konduksi dari serabut terbesar
dalam saraf.
Degenerasi axon : Menurunnya amplitudo atau tidak adanya respon terhadap impuls dengan
penurunan kecepatan konduksi yang lambat.
Demyelinasi : Penurunan kecepatan konduksi yang nyata (30%) dengan penurunan amplitudo
yang progresif.
Kompresi saraf terlokalisasi : Perlambatan konduksi pada daerah yang ter-blok, (misalnya pada
daerah siku, bila n. ulnaris terkompresi). Blok konduksi yang jauh dari sisi penjepitan mengarah
pada neuropati motoris yang multifokal.
2. Elektromyografi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan fine needle ke dalam otot, kemudian aktivitas yang
terekam dilihat melalui oscilloscope. Elektromyografi adalah pemeriksaan yang paling bermakna pada
kelainan otot, yang juga dapat memberi tanda adanya proses neuropati secara tidak langsung. Denervasi
pada otot paraspinal mengindikasikan adanya kelainan radiks saraf proksimal.
Bila terjadi denervasi yang kronis, reinervasi dapat terjadi, dengan potensial motoris berdurasi panjang
dan beramplitudo tinggi.Juga, pada gerak voluntary, kelemahan komponen motoris dapat terlihat pada layar oscilloscope.
3. Biopsi Serabut Saraf
Pemeriksaan ini sering dilakukan untuk membantu diagnosa pada mononeuropati multipel asimetris
(vaskulitis, amyloidosis, sarkoidosis). Serabut saraf yang dipilih biasanya n. suralis, untuk melihat
abnormalitas dari konduksi sensorisnya.