Policy Brief PHBM Kemiskinan Lobar revisi3 -...

16

Transcript of Policy Brief PHBM Kemiskinan Lobar revisi3 -...

Page 1: Policy Brief PHBM Kemiskinan Lobar revisi3 - samanta.idsamanta.id/wp-content/uploads/2016/06/Policy-Brief... · angka penduduk miskin di sekitar hutan. Belum ada data penduduk miskin
Page 2: Policy Brief PHBM Kemiskinan Lobar revisi3 - samanta.idsamanta.id/wp-content/uploads/2016/06/Policy-Brief... · angka penduduk miskin di sekitar hutan. Belum ada data penduduk miskin

1

Policy Brief Kerjasama Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Sekitar Hutan

di Lombok Barat1

A. Kontek.

Di Indonesia, jumlah desa di sekitar kawasan hutan saat ini sebanyak 31.957 desa, yang terdistribusi di dalam kawasan hutan sebanyak 1.305 desa (4,08%), tepi kawasan hutan sebanyak 7.943 (24,86%) dan di sekitar kawasan hutan sebanyak 22.709 (71,06%) (Kementerian Kehutanan, 2010). Sementara penduduk miskin di sekitar hutan mencapai 35 % dari jumlah penduduk miskin nasional. Sumber penghidupan mereka tergantung langsung pada hutan (Tempo.Co, 2011). Data lain menyebutkan, pada 2012 penduduk miskin mencapai 29,13 juta jiwa dan 18,46 juta (63,43 %) tinggal di kawasan pedesaan khususnya perbatasan dengan hutan (Suara Merdeka.Com, 2013).

Bagaimana dengan Lombok Barat ? Luas hutan di Lombok Barat mencapai 37.384,2 ha terdiri dari 22.260,5 ha hutan lindung, 11.410 ha hutan produksi dan 3.113,7 ha hutankonservasi/taman wisata alam. Sektor kehutanan termasuk Lombok Barat menghadapi 3 (tiga) masalah krusial. Pertama, masih tingginya angka penduduk miskin di sekitar hutan. Belum ada data penduduk miskin yang akurat di sekitar hutan di Lombok Barat. Di pulau Lombok, terdapat 203 desa dan 77 desa (38 %) berada di sekitar hutan yang berkategori desa miskin. Dari data BPS NTB 2010, penduduk pulau Lombok mencapai sekitar 2,6 juta jiwa. Sebanyak 598.000 jiwa (23 %) termasuk dalam kategori miskin dan sekitar 40 % penduduk miskin tinggal di sekitar hutan (Al Hasan, 2012). Kedua, masih luasnya lahan kritis dalam hutan negara disebabkan oleh degradasi lahan dan deforestasi. Lahan kritis dalam hutan negara di Lombok Barat mencapai 18.752,27 ha, terdiri dari 3 .210,60 ha sangat kritis, 2.094,38 ha kritis dan 13.447,29 ha agak kritis. Ketiga, konflik pengelolaan hutan. Konflik pengelolaan hutan di Lombok Barat bukan berbasis klaim hak ulayat, namun disebabkan oleh banyaknya warga yang mengerjakan lahan hutan. Bahkan mereka telah mengerjakan kawasan hutan lebih dari 20 tahun, tanpa dapat dikeluarkan dari kawasan hutan. Persoalan ini tidak terlepas dari kemiskinan, terutama sempitnya kepemilikan lahan masyarakat. Oleh karena itu, penyelesaian ke tiga masalah di atas harus diselesaikan secara kolaboratif antar sector dan antar pemangku kepentingan. Ketiga masalah di atas tidak dapat ditangani secara tunggal oleh Dinas Kehutanan semata, karena persoalan kehutanan juga terkait dengan masalah kesejahteraan masyarakat. Ada tiga tahapan proses pengembangan masyarakat di sekitar hutan, yaitu : Tahap pertama adalah memberikan kepastian akses pengelolaan hutan

melalui pengelolaan hutan berbasis masyarakat (PHBM). PHBM dapat melalui skema hutan kemasyarakatan (HKm), hutan desa (HD), hutan

1 Sebagai bahan pertimbangan kerjasama para[ihak dalam pengentasan kemiskinan masyarakat di sekitar hutan melalui pengelolaan hutan berbasis masyarakat (PHBM) di Lombok Barat

Page 3: Policy Brief PHBM Kemiskinan Lobar revisi3 - samanta.idsamanta.id/wp-content/uploads/2016/06/Policy-Brief... · angka penduduk miskin di sekitar hutan. Belum ada data penduduk miskin

2

tanaman rakyat (HTR) dan kemitraan kehutanan (KK). Ke 4 skema ini telah diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan.

Tahap ke dua adalah memastikan kawasan hutan dapat dikelola dengan baik untuk tujuan ekologi maupun ekonomi. Tanpa pengelolaan kawasan hutan yang baik, maka tidak ada jaminan bagi perbaikan ekologi dan tidak akan menjamin peningkatan kesejehtaraan masyarakat.

Tahap ke tiga adalah pengembangan usaha ekonomi, termasuk akses pasar bagi produk-produk hutan.

Ketiga tahap roses di atas harus dilakukan baik secara bertahap dan simultan. Beberapa kelompok masyarakat telah mendapatkan ijin pemanfaatan hutan, seperti melalui skema HKm maupun HTR. Namun, selama ini tantangannya adalah bagaimana memperkuat masyarakat dapat mengelola kawasan hutan dengan baik dan memiliki usaha ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Urgensi Kerjasama Pada era Orde Baru, pembangunan kehutanan lebih diarahkan pada industrialsiasi besar, seperti hutan tanaman industry, hak pengelolaan hutan dan perkebunan. Akibatnya, hutan mengalami ekploitasi dan kerusahan hingga mencapai puluhan jutaan hektar. Selain itu, industrialisasi sektor kehutanan menciptakan marginalisasi masyarakat sekitar hutan. Bahkan masyarakat sekitar hutan mengalami kesulitan mengelola dan memanfaatkan sumber daya hutan yang pada ahirnya pembangunan kehutanan justru menciptakan pemiskinan di sekitar hutan.

Kini, Kementerian Kehutanan telah merubah paradigma pembangunan kehutanan yang pro poor, pro job dan pro growth. PHBM merupakan salah alternative pembangunan kehutanan yang pro poor, pro job dan pro growth. Artinya, pembangunan sector kehutanan bukan hanya untuk kepentingan

Page 4: Policy Brief PHBM Kemiskinan Lobar revisi3 - samanta.idsamanta.id/wp-content/uploads/2016/06/Policy-Brief... · angka penduduk miskin di sekitar hutan. Belum ada data penduduk miskin

3

pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja, namun juga harus berpihak kepada masyarakat miskin.

Pada 2012, posisi angka kemiskinan Lombok Barat mencapai 17.9 % (110.5 jiwa) atau masih di atas rata-rata nasional. Dengan demikian,kebijakan kehutanan yang poor, pro job dan pro growth di atas cukup relevan dengan upaya Lombok Barat untuk mengurangi secara signifikan angka kemiskinan. Salah satu konsentrasi penduduk miskin berada di sekitar hutan. Lokasi-lokasi HKm dan HTR di Lombok Barat berada di desa-desa yang angka kemiskinannya tergolong tinggi, seperti Sesaot, Batu Kemali, Giri Madya, Banyu Urip, Giri Tembesi, Jembatan Gantung, Sekotong Timur, dan Mareje, dan Merte Sari.

Dalam dokumen Renstra Kementerian Kehutanan 2010-2014, salah satu kebijakan strategis pembangunan kehutanan adalah “Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan”. Kegiatan-kegiatan dalam program tersebut yang relevan dengan dengan PHMB, antara lain : Pengembangan Perhutanan Sosial (HKm, HD, HTR dan KK). Pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam. Penyuluhan kehutanan. Pengelolaan Keuangan, Penyaluran dan Pengembalian Dana Bergulir

Pembiayaan Pembangunan Kehutanan (melalui BLU Kementerian Kehutanan).

Masalah kehutanan di Lombok Barat secara langsung terkait dengan 2 permasalahan di sebagaimana dinyatakan dalam RPJMD Lombok Barat Tahun 2010-2014, yaitu: Rendahnya Pertumbuhan Ekonomi dan Tingginya Angka Kemiskinan Rendahnya Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup serta

Terjadinya Peningkatan Frekwensi Bencana Alam. Selain itu, PHBM relevan dengan Misi RPJMD Lombok Barat 2014-2018, yaitu : 1. Meningkatkan kemampuan daya saing dan kemandirian daerah untuk

mendapatkan nilai tambah (lobar kreatif, inovatif dan produktif)

29 26 24 21.6 19.7 17.9

240.6 222.2 208.5

129.7 119.6 110.5

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Prosentase Jumlah penduduk

Page 5: Policy Brief PHBM Kemiskinan Lobar revisi3 - samanta.idsamanta.id/wp-content/uploads/2016/06/Policy-Brief... · angka penduduk miskin di sekitar hutan. Belum ada data penduduk miskin

4

2. Mengembangkan potensi sumber daya alam dengan memperhatikan kelestarian dan keseimbangan lingkungan (lobar lestari)

Dengan memperhatikan 3 permasalahan mendasar, yaitu kemiskinan, degradasi/deforestasi dan konflik di atas, maka sector kehutanan diharapkan dapat berkontribusi 2 misi RPJMD Lombok Barat di atas. Sejak 2008, Pemerintah Lombok Barat telah mengembangkan PHBM, terutama HKm dan HTR. Mekipun masih perlu diperluas, PHMB berpotensi memberi sumbangan pada aspek ekonomi, social dan lingkungan. 1. Sumbangan terhadap sektor ekonomi

Penelitian LIPI (2010) yang dilakukan di desa Tri Budi Syukur, Tugu sari dan Simpang Sari kabupaten Lampung menunjukkan bahwa sumbangan HKM terhadap pendapatan rumah tangga sebesar 47,88 %. Selain itu, HKm dapat menurunkan angka kemiskinan di ke tiga desa itu sebesar 75,59 %.

Contoh positif sumbangan PHBM terhadap ekonomi adalah HKm desa Santong yang dikelola Koperasi Maju Bersama. Sebanyak 46 % pendapatan anggota pengelola HKm desa Santong bersumber dari hutan. Sebanyak 11,4 % anggota HKm Santong berpendapatan lebih dari Rp. 10 juta, 14,3 % berpendapatan antara Rp. 7,5 – Rp. 10 juta, 14,3 5 berpendapatan Rp. 5 – Rp. 7,5 juta, 42,9 % berpendapatan Rp. 2,5 – Rp. 5 juta dan 17,1 % berpendapatan kurang dari Rp. 2,5 juta per bulan (Kemitraan, 2009). Data terbaru menunjukkan pendapatan per KK anggota HKm Santong yangt bersumber dari hutan dapat mencapai Rp 2,240.000 tiap bulannya. Penghasilan itu diperoleh dari 9 komoditi di dalam area kerja HKm (Samanta, 2013). Sebagaimana dikemukakan di depan, sector kehutanan menghadapi masalah kemiskinan di sekitar hutan. PHBM telah memberi sumbangan cukup signifikan dalam mengurangi beban persoalan kemiskinan. Sampai saat ini, di NTB lebih dari 10,000 KK telah mendapatkan ijin pengelolaan HKm dan HTR dan sekitar 5,000 KK telah mengajukan ijin. Mereka tersebar di 45 desa sekitar hutan. Ke depan, PHBM akan semakin memberi sumbangan lebih besar di dalam mengurangi beban persoalan kemiskinan di NTB, karena inisiatif PHBM akan terus dikembangkan ke depan.

Page 6: Policy Brief PHBM Kemiskinan Lobar revisi3 - samanta.idsamanta.id/wp-content/uploads/2016/06/Policy-Brief... · angka penduduk miskin di sekitar hutan. Belum ada data penduduk miskin

5

Kegiatan-kegiatan dalam PHBM yang memberi sumbangan pada sector ekonomi selama ini antara lain : 1) Pemberdayaan/pembentukan kelompok/koperasi pengelola HKm dan

HTR. 2) Pembentukan/penguatan usaha mikro dan kecil (UMK). 3) Peningkatan mutu dan nilai tambah produk hasil hutan, seperti madu,

kopi, coklat, buah-buahan, kemiri, dll. 4) Peningkatan standar mutu kemasan produk hasil hutan. 5) Pengayaan tanaman hutan yang bernilai ekonomi sebagai sumber

pendapatan masyarakat. 6) Perluasan pasar komoditi hasil hutan. Selain itu, dalam urusan sector ekonomi, PHBM berpotensi memberi sumbangan pada berbagai bidang program, seperti kehutanan, industri dan perdagangan, perkebunan dan koperasi sebagaimana disajikan pada tabel berikut: Tabel 1. Potensi Sumbangan PHBM terhadap Sektor Perekonomian

Bidang Hasil Ketenagakerjaan Menciptakan lapangan pekerjaan di desa-desa di

sekitar hutan. Industri & perdagangan

Menciptakan produk komoditi perdagangan dari hasil hutan baik kayu maupun bukan kayu.

Menciptakan produk-prodruk industri mikro dan kecil dari hasil hutan kayu maupun non kayu.

Memperluas pemasaran produk usaha hasil hutan kayu maupun non kayu..

Meningkatkan standar mutu produk hasil hutan kayu maupun non kayu.

Koperasi & UMK Pemberdayaan kualitas koperasi/usaha mikro dan kecil yang berbasis produk hasil hutan baik kayu maupun bukan kayu.

Pembentukan wirausaha mikro dan kecil baru yang yang berbasis produk hasil hutan baik kayu maupun bukan kayu.

Kehutanan Pemberdayaan masyarakat miskin di sekitar hutan. 2. Sumbangan terhadap sektor sosial

Ada 2 sumbangan utama PHBM dalam menyelesaikan masalah sosial, yaitu conflict resolution dan pemberdayaan lembaga desa. PHBM merupakan pilihan resolusi konflik antara masyarakat sekitar hutan dengan Pemerintah. Konflik-konflik tersebut dapat diselesaikan setelah Bupati/Walikota memberikan ijin masyarakar mengelola hutan melalui skema HKm dan HTR. Sampai saat ini, lokasi konflik di kawasan hutan NTB yang dapat diselesaikan melalui HKm dan HTR. Setelah mereka mendapatkan ijin kelola secara legal, kondisi lingkungan hutan semakin baik. Meskipun sebagian masih membutuhkan penguatan masyarakat.

Page 7: Policy Brief PHBM Kemiskinan Lobar revisi3 - samanta.idsamanta.id/wp-content/uploads/2016/06/Policy-Brief... · angka penduduk miskin di sekitar hutan. Belum ada data penduduk miskin

6

3. Sumbangan terhadap sektor lingkungan

HKm desa Santong merupakan contoh positif lain bahwa PHBM dapat member sumbangan terhadap pembangunan kehutanan yang berkelanjutan. Sejak tahun 2007, mata air Leko’ Kerope dan Leko’ Erat hidup kembali dan menjadi sumber air bersih bagi penduduk sekitar kawasan. Sebanyak 91.4 % responden merasakan perubahan lingkungan lebih baik, seperti kondisi hutan, jumlah mata air, debit mata air dan perubahan cuaca (Laporan Evaluasi Kemitraan, 2009). Kondisi lingkungan yang semakin baik itu juga terlihat dari hasil asesmen Samanta (2013). Vegetasi dalam area kerja HKm desa Santong mengalami perbaikan. Setidaknya terdapat 13 jenis tanaman bawah tegakan dan HHK di area HKm desa Santong. Bahkan, saat ini di sekitar lokasi HKm Santong sedang dibangun Pusat Listrik Tenaga Mikro Hido (PLTMH).

Selain mengusung pemberdayaan masyarakat, HKm dan HD diarahkan pada upaya rehabilitasi hutan.sebagaimana tertuang dalam dokumen Sasaran Rehabilitasi Hutan 2010-2014 Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Kementerian Kehutanan. Dalam dokumen tersebut disebutkan, target rehabilitasi lahan di NTB seluas 29.900 ha yang tidak lain adalah target HKm dan HD. Dengan demikian PHBM tentunya relevan dengan upaya Pemda NTB dalam melakukan rehabilitasi lahan kritis yang mencapai lebih dari 411.000 ha, terutama di kawasan hutan.

Sumbangan PHMB terhadap urusan sector lingkungan hidup dalam RPJMD NTB dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Kontribusi PHBM terhadap Sektor Lingkungan Hidup Bidang Hasil

Kehutanan Pemanfaatan potensi sumber daya hutan baik hasil hutan kayu maupun hasil hutan bukan kayu.

Rehabilitasi hutan dan lahan kritis. Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan. Perencanaan dan pengembangan hutan.

Lingkungan hidup Konservasi dan perlindungan sumber daya hutan.

Apa PHBM itu ? PHBM merupakan sistem pengelolaan hutan dimana masyarakat setempat diberikan hak mengelola dan memanfaatkan sumber daya hutan untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan dengan tetap menjaga fungsi hutan. Sistem pengelolaan hutan itu termasuk sistem pengelolaan yang berlaku di masyarakat setempat. Ada berbagai bentuk PHBM, di antaranya hutan kemasyarakatan (HKm), hutan desa (HD), hutan tanaman rakyat (HTR), kemitraan kehutanan (KK), hutan adat, hutan desa konservasi, dll. Sejak 2007, PHBM telah dikembangkan di semua kabupaten/kota di NTB, kecuali kota Mataram, salah satunya Lombok Barat. Berbagai perangkat

Page 8: Policy Brief PHBM Kemiskinan Lobar revisi3 - samanta.idsamanta.id/wp-content/uploads/2016/06/Policy-Brief... · angka penduduk miskin di sekitar hutan. Belum ada data penduduk miskin

7

kebijakan dari tingkat Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Kehutanan telah dibuat untuk mengimplementasikan PHBM, terutama HKm, HD, HTR dan KK. Berikut secara singkat diketengahan tentang HKm, HD, HTR dan KK. Hutan Kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat. Pemberdayaan masyarakat setempat adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat sumberdaya hutan secara optimal dan adil melalui pengembangan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat (Permenhut No. 37/2007).

Sementara Hutan Desa adalah hutan negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa serta belum dibebani izin/hak. Desa membentuk Lembaga Desa Pengelola Hutan Desa untuk menyelenggarakan HD. Dalam HD, Lembaga Desa Pengelola Hutan Desa atau Lembaga Desa adalah lembaga kemasyarakatan yang ditetapkan dengan Peraturan Desa yang bertugas untuk mengelola Hutan Desa yang secara fungsional berada dalam organisasi desa dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa (Permenhut No. 49/2008).

Sedangkan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh perorangan atau koperasi untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan (Permenhut No. 23/2007). Sementara program Pemberdayaan masyarakat setempat melalui Kemitraan Kehutanan (KK) adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat sumber daya hutan secara optimal dan adil melalui Kemitraan Kehutanan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat (Permenhut No. 39/2013). Implementasi PHBM dijalankan berdasarkan pengelolaan hutan berbasis pemberdayaan masyarakat dengan memperhatikan prinsip-prinsip ; manfaat dan lestari, swadaya, kebersamaan dan kemitraan, keterpaduan antar sektor, bertahap, berkelanjutan, spesifik lokal dan adaptif. Prinsip-prinsip dasar PHBM meliputi : 1. Keadilan dan demokratis. Pengembangan PHBM perlu dilaksanakan

melalui pola usaha bersama dan penumbuhan kemitraan secara sinergis antar para pihak dalam rangka memberdayakan usaha kecil, menengah, dan koperasi, dalam rangka kesetaraan, saling ketergantungan dan menguntungkan

2. Keterbukaan dan kebersamaan. Pengembangan PHBM dilaksanakan sebagai pengejewantahan peran serta masyarakat dalam pembangunan sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dikelola secara terbuka dan transparan, serta tanggap terhadap aspirasi para pihak.

3. Pembelajaran bersama & saling memahami. 4. Pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Pengembangan PHBM diarahkan

dalam rangka mendorong penguatan ekonomi kerakyatan

Page 9: Policy Brief PHBM Kemiskinan Lobar revisi3 - samanta.idsamanta.id/wp-content/uploads/2016/06/Policy-Brief... · angka penduduk miskin di sekitar hutan. Belum ada data penduduk miskin

8

5. Kerjasama kelembagaan. PHBM harus dilaksanakan dengan mensinergiskan berbagai sektor secara terpadu dengan memperhatikan berbagai dukungan dan kepentingan lokal, regional dan nasional.

6. Perencanaan partisipatif. 7. Kesederhanaan sistem dan prosedur. Pengembangan PHBM dilaksanakan

sesuai dengan aturan yang berlaku. 8. Pemerintah sebagai fasilitator. Pengembangan PHBM dilaksanakan sesuai

kemampuan masyarakat, melalui penumbuh-kembang keswadayaan. Bantuan, bimbingan dan dukungan yang diberikan harus menjadi stimulan yang mampu menumbuhkan keswadayaan dan keberdayaan, bukan mengukuhkan ketergantungan masyarakat terhadap pihak luar

9. Kesesuaian pengelolaan dengan karakteristik wilayah dan keanekaragaman sosial.

Saat ini Kementerian Kehutanan sedang gencar-gencarnya memfasilitasi penyelenggaraan HKm, HD dan HTR. Sedangkan Kemitraan Kehutanan (KK) sedang dijalankan setelah keluarnya Peraturan Menteri Kehutanan No. 39 tahun 2013. Secara nasional, pada 2010-2014, Kementerian Kehutanan telah mentargetkan HKm seluas 2.000.000 ha, HTR seluas 5,650.000,- dan HD 500.000 ha. Tetapi sampai saat ini, realisasi HKm, HD dan HTR baru mencapai kurang dari 10 %). Sementara rencana rarget penyelenggaraan HKm/HD di NTB seluas 29.900 ha. Sedangkan rencana target HTR/HTI di NTB seluas 128,050 ha (Renstra Kemenhut 2010-2014). Dengan demikian, PHBM NTB berpotensi meningkatkan kesejahteraan setidaknya sebanyak 150.000 kepala keluarga di sekitar hutan. Sampai saat ini, perkembangan PHBM di NTB sebagai berikut: 14.406 ha atau 59 % dari target 29.900 ha ditetapkan sebagai area kerja

HKm oleh Menteri Kehutanan. 8.684 ha atau 24 % dari target 29,900 ha telah diberikan ijin HKm oleh

Bupati/Walikota kepada masyarakat. 3.140 ha ditetapkan sebagai area kerja HTR oleh Menteri Kehutanan. 1,703 ha sudah mendapat ijin pengelolaan HTR dari Bupati kepada

masyarakat.

Dilihat dari data statististik di atas, PHMB di NTB berpeluang tidak dapat mencapai target yang direncanakan hingga 2014. Sementara, lokasi-lokasi HKm dan HTR yang telah mendapatkan ijin juga masih membutuhkan pemberdayaan kelompok, terutama dalam mengelola hutan dan usaha ekonomi. Oleh karena itu, PHBM membutuhkan dukungan sumber daya yang memadai dari Pemda mengingat manfaat PHBM bagi penduduk miskin di sekitar hutan.

PHBM telah memberi sumbangan cukup signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. PHBM telah memberi sumbangan cukup signifikan bagi peningkatan pendapatan masyarakatdan menciptakan lapangan kerja dan usaha bagi masyarakat miskin sekitar hutan. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan PHMB adalah belum memadainya dukungan penganggaran di daerah terhadap program PHMB. Oleh karena itu, PHBM perlu terintegrasi dalam RPJMD NTB sehingga PHBM

Page 10: Policy Brief PHBM Kemiskinan Lobar revisi3 - samanta.idsamanta.id/wp-content/uploads/2016/06/Policy-Brief... · angka penduduk miskin di sekitar hutan. Belum ada data penduduk miskin

9

mendapatkan legitimasi lebih kuat untuk mendapatkan dukungan APBD dan Rencana Kerja SKPD terkait.

B. Praktek PHBM di Lombok Barat

Sampai saat ini, PHBM di Lombok Barat terdapat di 14 desa dengan skema HKm dan HTR seluas 8.057,27. Seluas 3.20,27 ha diantaranya telah mendapat hak ijin dari Bupati. Sisanya 4.853 ha masih dalam proses pemberian ijin. Penerima manfaat dari HKm dan HTR mencapai 12.155 KK. Dengan asumsi setiap KK memiliki anggota keluarga sebanyak 4 orang, maka penerima manfaat mencapai sekitar 36.000 jiwa.

Sebagaimana diuraikan di atas bahwa PHBM dapat berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, perbaikan kondisi lingkungan hutan dan sebagai model penyelesaian konflik pengelolaan hutan. Namun, praktik PHBM masih menghadapi berbagai masalah di lapangan, terutama pada aspek kelembagaan, tata kelola area kelola dan usaha ekonomi. Ada berbagai masalah dan kebutuhan pemberdayaan kelompok masyarakat baik HKm maupun HTR di Lombok Barat sebagaimana disajikan paa table berikut.

Masalah Kelembagaan

1. Kelompok/koperasi HKm kurang aktif (jarang pertemuan kelompok, sebagian anggota tidak saling kenal, tidak membayar iuran kelompok/simpanan pokok koperasi, pengurus kurang transparan terkait keuangan).

2. Anggota kurang paham peran dan fungsi kelompok/koperasi.

3. Pengurus kurang memahami pengelolaan organisasi kelompok/koperasi.

4. Sekretariat belum ada. 5. Kelompok HKm belum

berbentuk koperasi.

Kebutuhan

1. Fasilitasi pembentukan koperasi

2. Penyediaan sekretariat 3. Penyuluhan dan

pendampingan kelompok

Page 11: Policy Brief PHBM Kemiskinan Lobar revisi3 - samanta.idsamanta.id/wp-content/uploads/2016/06/Policy-Brief... · angka penduduk miskin di sekitar hutan. Belum ada data penduduk miskin

10

Masalah Usaha Ekonomi

1. Harga HHBK (kopi, buah-buahan, kemiri, coklat, empon2, dll) saat panen raya rendah.

2. Produk HHBK belum dikelola bersama.

3. Produk HHBK belum memiliki nilai tambah.

4. Pemasaran tergantung tengkulak/pengepul.

5. Belum memiliki alat pengolahan makanan olahan dan obat-obatan (dodol nangka, alat kemasan, dll).

6. Belum tahu cara membuat makanan olahan.

7. Kurang memiliki informasi pasar. 8. Modal usaha. 9. Belum ada pendampingan secara

berkala untuk memberdayakan usaha produktif.

10. Ada kelompok usaha yang belum punya PIRT.

Kebutuhan

1. Data base produk HHBK 2. Fasilitasi pengurusan PIRT

untuk makanan olahan. 3. Pelatihan pengolahan hasil

hutan, termasuk makanan olahan.

4. Pelatihan budidaya HHBK yang memiliki nilai ekonomi.

5. Pelatihan budidaya madu. 6. Fasilitasi pemasaran produk

HHBK. 7. Fasilitasi temu bisnis. 8. Bantuan alat dan bahan

pengolahan hasil hutan. 9. Bantuan alat dan bahan

kemasan makanan olahan hasil hutan.

10. Fasilitasi pembentukan koperasi usaha.

11. Fasilitasi permodalan.

Masalah Tata Kelola Kawasan

1. Belum tahu cara menyusun rencana kerja pengelolaan hutan dan HHBK (gunung Sasak, )

2. Tidak memiliki alat dan bahan pembibitan.

3. Tidak memiliki pengetahuan cara budidaya madu.

4. Kurang memahami pengelolaan hutan yang baik.

5. Kekurangan bibit baik kayu dan HHBK (buha-buhan, kemiri, cempedak, sukun,dll).

6. Area HKm/HTR merupakan lahan kering.

7. Vegetasi baik kayu maupun non kyu di are HKM belum merata.

Kebutuhan

1. Fasilitasi penyusunan rencana kerja hutan

2. Pelatihan penysunan rencana kerja kelola.

3. Bantuan bibit kayu dan HHBK. 4. Bantuan peralatan pembibitan

untuk KBR. 5. Pelatihan pengelolaan hutan yang

baik. 6. Penanaman pohon untuk

konservasi, teurtama air. 7. Identifikasi sumber mata air di area

HKM/HTR. 8. Pelestarian dan revitalisasi mata

air. 9. Memperjelas tapal batas hutan. 10. Sosialisasi ijin HKm dengan

melibatkan masyarakat dan pemerintah desa.

Page 12: Policy Brief PHBM Kemiskinan Lobar revisi3 - samanta.idsamanta.id/wp-content/uploads/2016/06/Policy-Brief... · angka penduduk miskin di sekitar hutan. Belum ada data penduduk miskin

11

C. Dasar Hukum Penyelenggaraan PHBM.

Beberapa aturan yang mendasari penyelenggaraan PHBM, yaitu : 1. Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan pada Bagian Kedua; 2. Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan Dan

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan sebagaimana diubah dengan No. 3 tahun 2008;

3. P.55/Menhut-II/2011 dan perubahannya P.31/ Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman Rakyat Dalam Hutan Tanaman sebagai pengganti Permen Kehutanan No. 23 tahun 2007 dan No. 5 tahun 2008.

4. P.39/ Menhut-II/2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kemitraan Kehutanan.

5. P.88/ Menhut-II/2014 tentang Hutan Kemasyarakatan sebagai pengganti Permen Kehutanan No. 37 tahun 2007 dan beberapa perubahannya.

6. P.89/Menhut-II/2014 tentang Hutan Desa sebagai pengganti Permen Kehutanan No. 49 tahun 2008.

7. Peraturan Daerah NTB No 6 Tahun 2004 Tentang Hutan Kemasyarakatan.

D. Peluang Kebijakan Nasional dan Daerah.

Penyelenggaraan PHBM secara rinci terdapat dalam dokumen Indikator Kinerja Rencana Strategis Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014 Per Program Pusat dan Per Propinsi Regional II Jawa-Bali-NTB-NTT. Sedangkan Kehutanan Kemitraan (KK) masih dalam persiapan implementasi mengingat Peraturan Menteri kehutanan yang mengaturnya baru dikeluarkan pada Juli 2013. Dalam dokumen Rencana Strategis Kementerian Kehutanan, ada 2 program yang terkait langsung dengan HKM, HD dan HTR, yaitu :

1. Peningkatan Pemanfaatan Hutan Produksi

Kegiatan program Peningkatan Pemanfaatan Hutan Produksi adalah Peningkatan Pengelolaan Hutan Tanaman. Dua dari beberapa indikator kinerja dari kegiatan ini adalah : Penambahan areal ijin usaha pemanfaatan hutan tanaman (HTR/HTI)

seluas 3.000.000 ha. Penambahan areal tanaman pada hutan tanaman (HTR/HTI) seluas

2.650.000 ha.

Dari seluruh target penambahan areal ijin usaha dan tanaman hutan seluas 5,650,000 ha, NTB mendapatkan alokasi seluas 128.050.000 ha.

2. Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat.

Page 13: Policy Brief PHBM Kemiskinan Lobar revisi3 - samanta.idsamanta.id/wp-content/uploads/2016/06/Policy-Brief... · angka penduduk miskin di sekitar hutan. Belum ada data penduduk miskin

12

Kegiatan program Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat adalah Pengembangan Perhutanan Sosial. Dua dari beberapa indikator kinerja dari kegiatan pengembangan perhutanan sosial antara lain : Fasilitasi penetapan areal kerja dan pengelolaan hutan kemasyarakatan

(HKm) seluas 2.000.000 ha. Fasilitasi penetapan areal kerja hutan desa (HD) seluas 500.000 ha. Dari seluruh target penambahan areal kerja HKm dan HD seluas 2.500.000 ha, NTB mendapatkan alokasi 29.900 ha terdiri dari HKm 24.800 ha dan HD 5.100 ha. Di NTB, kecuali HD, realisasi pelaksanaan Peraturan Menteri tentang HKm dan HTR di atas sudah dimulai sejak tahun 2007. Sampai saat ini, realisasi fasilitasi penyelenggaraan HKm dan HTR sbb : 17.546 ha (HKm 14.406 ha dan HTR 3.140 ha) telah ditetapkan sebagai

area kerja oleh Menteri Kehutanan di semua kabupaten/kota NTB, kecuali Mataram.

10.387 Ha (HKm 8.684 ha dan HTR 1.703 ha) dari 17.546 ha telah diberi ijin oleh Bupati/Walikota di kota Bima, kabupaten Dompu, Sumbawa, Lotim, Loteng, Lobar dan Lombok Utara.

E. Peran Dinas/Instansi Terkait dalam memberdayakan masyarakat miskin di

sekitar hutan.

Lembaga Peran Bidang Urusan

Bappeda, Disbun & Dishut

Mengembangkan penyediaan data dan informasi/statistik potensi SDA yang mudah diakses.

Perencanaan pembangunan

Dishut Pembentukan kelompok/koperasi calon pengelola hutan;

Kehutanan Kehutanan Kehutanan Penyusunan dokumen usulan ijin PHBM;

Pemetaan area kerja HKm, HD, HTR dan KK; Fasilitasi usulan penetapan area kerja HKm, HD, HTR dan KK kepada Menteri Kehutanan. Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan Fasilitasi penyusunan rencana kerja PHBM; Pengembangan kebun bibit kelompok/koperasi PHBM; Menyediakan bibit untuk kelompok/koperasi PHBM; Rahabilitasi hutan dan lahan di lokasi PHBM;

Page 14: Policy Brief PHBM Kemiskinan Lobar revisi3 - samanta.idsamanta.id/wp-content/uploads/2016/06/Policy-Brief... · angka penduduk miskin di sekitar hutan. Belum ada data penduduk miskin

13

Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan, terutama hasil hutan bukan kayu

Diskop dan UMKM Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif UMKM yang berbasis hasil hutan kayu dan bukan kayu

Koperasi dan UMKM

Pengembangan system pendukung penyediaan modal UMKM yang berbasis hasil hutan kayu dan bukan kayu.

Koperasi dan UMKM

Fasilitasi penyusunan rencana bisnis

bagi kelompok/koperasi PHBM;

Disperindag & Diskop dan UMKM

Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

Perindustrian

Disperindag & Diskop dan UMKM

Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

Perindustrian

Disperindag & Diskop dan UMKM

Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi UMKM yang berbasis hasil hutan kayu dan bukan kayu

Koperasi dan UMKM

Disperindag Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi

Perindustrian

Disperindag Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri

Perindustrian

Disperindag Memfasilitasi akses pasar produk hasil hutan

Perdagangan

Bakorluh Penyuluhan pengelolaan hutan bagi kelompok/koperasi PHBM.

Penyuluhan

BPMPD Pengembangan lembaga ekonomi pedesaan

Pemberdayaan masyarakat pedesaan

Dishut Rehabilitasi hutan dan lahan Kehutanan Dinas Kesehatan Pemberian P-IRT bagi industry makanan

olahan skala mikro dan kecil. Kesehatan

Samanta 1. Fasilitasi pembentukan kelompok tani hutan.

2. Fasilitasi penyusunan dokumen usulan ijin HKm/HD/HTR/KK.

3. Fasilitasi akses pasar bersama para pihak.

Pemberdayaan masyarakat

F. Kesimpulan dan Rekomendasi

1. Kesimpulan a. Sektor Kehutanan NTB masih menghadapi persoalan kemiskinan di

sekitar hutan dan kerusakan hutan.

Page 15: Policy Brief PHBM Kemiskinan Lobar revisi3 - samanta.idsamanta.id/wp-content/uploads/2016/06/Policy-Brief... · angka penduduk miskin di sekitar hutan. Belum ada data penduduk miskin

14

b. PHMB (HKm, HD, HTR, KK dll) merupakan paradigma baru dan wujud niat baik Pemerintah dalam pembangunan sector kehutanan yang pro poor.

c. Dalam prakteknya, PHBM telah berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dan memperbaiki lingkungan, meskipun masih ada lokasi-lokasi yang masih perlu diberdayakan.

d. PHBM belum mendapatkan dukungan penganggaran daerah yang proporsional padahal cukup strategis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.

2. Rekomendasi a. PHBM perlu terus dikembangkan untuk mendukung program

penanggulangan kemiskinan dan pemulihan lahan kritis di daerah NTB. b. Pengelolaan hutan dalam skala kecil seperti PHBM sangat sesuai dengan

karakter daerah NTB yang merupakan wilayah kepulauan. c. PHBM perlu diintegrasikan ke dalam RPJMD NTB agar menjadi salah satu

program pengentasan kemiskinan dan pemulihan lahan kritis.

Page 16: Policy Brief PHBM Kemiskinan Lobar revisi3 - samanta.idsamanta.id/wp-content/uploads/2016/06/Policy-Brief... · angka penduduk miskin di sekitar hutan. Belum ada data penduduk miskin

15

Daftar pustaka

Al Hasan, Rubangi dan Yumantoko, “Kemiskinan Masyarakat Sekitar Hutan (Studi Kasus di Pulau Lombok)”, Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu, 2012.

Anonim, “Rencana Strategis Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014”, 2010.

Anonim, “Laporan Konsultasi Membangun Kolaborasi : Mengungkit Kemiskinan di Sekitar Hutan di Lombok Barat Tanggal 12 Mi 2014”, 2014.

Anonim, “Laporan Pertemuan Kelompok Tani Hutan di Lombok Barat Tanggal 15 Juli 2014, 2014.

Suara Merdeka, “Mayoritas Penduduk Miskin Tinggal di Pinggir Hutan”, http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/05/16/157187/Mayoritas-Penduduk-Miskin-Tinggal-di-Pinggir-Hutan, 16 Mei 2013.

Tempo.Co, “Sekitar 35 Persen Penduduk Miskin Tinggal di Hutan”, http://www.tempo.co/read/news/2011/08/18/090352376/Sekitar-35-Persen-Penduduk-Miskin-Tinggal-di-Hutan, 18 Agustus 2011.