Polemik Pendidikan Di Indonesia

15
POLEMIK PENDIDIKAN DI INDONESIA

Transcript of Polemik Pendidikan Di Indonesia

Page 1: Polemik Pendidikan Di Indonesia

POLEMIK PENDIDIKAN DI INDONESIA

Page 2: Polemik Pendidikan Di Indonesia

Polemik Pendidikan NasionalAWAN gelap nan hitam saat ini telah menghalangi sinar cerah pendidikan di negara Indonesia ini. Masalah demi masalah seakan tak kenal lelah menggoyang tiang rapuh pendidikan kita. Dari masalah Ujian Nasional (UN), Rancangan Undang-Undang Pendidikan Tinggi (RUU PT), infrastruktur pendidikan, sampai ke masalah tentang akses masyarakat terhadap pendidikan itu sendiri. Kemudian di mana peran negara selama ini?apakah pemerintah Indonesia setega itu mengorbankan kepentingan warga serta bangsanya hanya demi sebuah komitmen terhadap rezim institusi internasional (WTO)? Pertanyaan tersebut sulit untuk kita jawab, tetapi sedikit demi sedikit jawabannya akan mulai terkuak ketika kita berusaha merefleksikannya dengan kondisi yang sekarang terjadi di Indonesia.

Page 3: Polemik Pendidikan Di Indonesia

Lanjutan…Masalah yang baru-baru ini mengemuka adalah RUU Pendidikan Tinggi, yang merupakan suatu pedoman bagi pengembangan serta tata kelola pendidikan tinggi kita. Di dalam RUU PT tersebut, jelas masih tercium bau liberalisasi serta komersialisasi pendidikan. RUU tersebut pasti akan berdampak pada terciptanya akses pendidikan yang terkotak-kotak (ketidaksetaraan pendidikan) serta akan bertentangan dengan cita-cita besar pendidikan kita.

Tetapi yang jelas, masalah pendidikan merupakan tanggung jawab negara, sehingga negara wajib untuk dapat menyelesaikannya. Dan pada hakikatnya, pemerintahan ada karena rakyat, dengan demikan pemerintah harus mampu untuk melindungi dan mengedepankan .“kepentingan dari rakyat” sebagai acuan dalam menjalankan tindakan bernegara serta memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyatnya. Kesejahteraan dan kemakmuran tersebut hanya dapat dicapai dengan dimilikinya suatu pendidikan dan ilmu pengetahuan yang bermutu oleh masyarakat.

Page 4: Polemik Pendidikan Di Indonesia

Pendidikan (Tidak) untuk Rakyat MiskinSeharusnya, yang berhak diprioritaskan untuk memperoleh pendidikan layak dengan sarana dan prasarana modern adalah rakyat miskin. Jika rakyat miskin berhasil mendapatkan pendidikan yang layak, maka bisa dipastikan mereka akan bisa keluar dari kungkungan kemiskinan. Dengan begitu, cita-cita bangsa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan kesejahteraan umum akan terwujud. Bangsa ini harus mengintrospeksi diri untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Seluruh elemen negara, baik pemerintah maupun masyarakat harus bersinergi untuk memikirkan dan mencari jalan keluar untuk persoalan yang selama ini kita hadapi. Revolusi pendidikan menjadi harga mati, jika kita menginginkan perbaikan untuk bangsa ini.

Page 5: Polemik Pendidikan Di Indonesia

Lanjutan…Hal yang paling memprihatinkan adalah belum terakomodasiya rakyat miskin untuk mengenyam pendidikan. Padahal, dalam UUD 1945 sudah dijelaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan hal itu sampai saat ini belum bisa tercapai. Masih banyak warga miskin yang terpaksa tidak sekolah karena tingginya biaya pendidikan. Bahkan, pendidikan sudah dijadikan sebagai barang dagangan yang mempunyai harga tinggi. Komersialisasi pendidikan inilah yang menjadi akar permasalahan orang miskin tidak bisa sekolah.Komersialisasi atau industrialisasi pendidikan ini membuat kebutuhan pendidikan tidak bisa lagi dipenuhi oleh semua strata sosial dalam masyarakat. Hanya masyarakat yang beruang saja yang mampu mengenyam pendidikan berkualitas baik. Untuk masuk sekolah pertama kali saja sudah diharuskan membayar biaya pendaftaran yang tidak sedikit. Belum lagi adanya uang pangkal yang selama ini menjadi pangkal persoalan rakyat miskin. Bagi mereka yang mampu, semua persoalan itu tidak menjadi masalah yang berarti, karena masih bisa diatasi. Bahkan, mereka berani membayar berapa pun uang pangkal yang diminta sekolah, asalkan mereka bisa diterima di sekolah-sekolah yang bonafide.

Page 6: Polemik Pendidikan Di Indonesia

Pendidikan Hak Semua Warga NegaraMelihat realitas yang memprihatinkan tersebut, pemerintah tidak tinggal diam. Pemerintah telah menganggarkan dana 20 persen dari APBN dan APBD untuk meningkatkan mutu pendidikan, sebagaimana yang tertera dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 3. Berbagai program lain pun sudah diluncurkan pemerintah, seperti memberikan BOS, subsidi buku, meningkatkan kualitas guru melalui program stratifikasi guru dan dosen, serta keringanan biaya bagi siswa yang kurang mampu atau beasiswa bagi siswa yang berprestasi.

Page 7: Polemik Pendidikan Di Indonesia

Lanjutan…

Selain upaya yang dilakukan pemerintah, berbagai pihak pun banyak yang mengusahakan pendidikan gratis. Namun, lembaga-lembaga yang sengaja didirikan untuk menampung anak-anak dari keluarga menengah ke bawah itu tidak bertahan lama. Keterbatasan dana menjadi penyebab utama tidak berkembangnya lembaga tersebut.Pendidikan merupakan salah satu pilar bagi kemajuan bangsa. Oleh karena itu, seluruh warga negara harus mengenyam pendidikan dengan baik. Berbagai upaya pemerintah harus didikung oleh semua pihak yang memang menginginkan perbaikan pendidikan. Sebagaimana yang termaktub dalam UUD 45, pendidikan merupakan hak setiap warga negara. Dalam hal ini pemerintah bertanggung jawab penuh untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Selama ini upaya-upaya yang dilakukan pemerintah berjalan kurang maksimal. Oleh karena itu perlu memaksimalkan semua upaya tersebut secara revolusioner.

Page 8: Polemik Pendidikan Di Indonesia

Sebuah Pendidikan IdealSelama ini, sekolah formal semacam SMP dan SMA selalu menjadi tujuan utama orangtua untuk menyekolahkan anak-anaknya. Sedangkan sekolah-sekolah nonformal semacam asrama dan pondok pesantren selalu menjadi pilihan terakhir. Dengan alasan-alasan yang cukup lumrah dan manusiawi, pondok pesantren mendapatkan predikat sebagai sebuah lembaga pendidikan yang kolot, kumuh, dan jauh dari kemajuan zaman.

Ada berbagai kelebihan dan kekurangan yang masing-masing dimiliki oleh sekolah nonformal dan pondok pesantren. Sekolah formal cenderung menghasilkan lulusan-lulusan yang melek terhadap dunia luar dan memiliki output intelektualitas yang lebih, namun cenderung hampa karakter. Sebaliknya, alumni pondok pesantren cenderung memiliki karakter yang kuat, namun gagap terhadap perkembangan dunia luar, dan kemampuan intelektualitasnya di bawah sekolah formal.

Page 9: Polemik Pendidikan Di Indonesia

Mengembalikan Tujuan PendidikanDALAM Undang-Undang (UU) nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3, “Pendidikan nasional berfungsi untuk mngembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Sedangkan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan berasal dari kata “didik” yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikir. Kegagalan pendidikan di Indonesia tidak lepas dari peran guru. Apabila gurunya baik, maka yang terjadi adalah kebaikan, begitu juga sebaliknya. Namun yang terjadi saat ini, banyak para guru yang mengajar hanya dijadikan sebuah pekerjaan dan formalitas belaka. Akibatnya, kualitas murid menjadi biasa-biasa saja. Karena, tidak ada kesungguhan dan keikhlasan dari para guru. Tidak jarang saya menjumpai guru bahkan dosen yang tidur ketika mengajar, tidak tepat waktu ketika masuk kelas, dan senang ketika hari libur. Oleh sebab itu, perlu ada pelurusan paradigma bagi para pengajar tentunya.

Page 10: Polemik Pendidikan Di Indonesia

PEMBAHASAN KASUS

Page 11: Polemik Pendidikan Di Indonesia

BENTUK KONFLIK

Menurut kelompok kami bentuk konflik kasus di atas termasuk ke dalam Konflik Netral. Kita lihat dari definisi Konflik Netral dahulu, Konflik Netral adalah “Akibat biasa dari keanekaragaman individu manusia dengan sifat-sifat yang berbeda dan tujuan hidup yang tidak sama.” Kelompok kami menetapkan kasus ini sebagai bentuk Konflik Netral, karna konflik di kasus ini akibat dari manusia dalam satu organisasi dengan tujuan pencapaian yang tidak sama.Berikut ini data yang kami temukan di kasus, dan mengapa kami menetapkan sebagai Konflik Netral, karna di kasus menyatakan :

1. Banyak warga miskin yang terpaksa tidak sekolah karena tingginya biaya pendidikan.

2. Belum terakomodasiya rakyat miskin untuk mengenyam pendidikan.3. Pendidikan sudah dijadikan sebagai barang dagangan yang mempunyai harga

tinggi.Hal yang paling memprihatinkan adalah belum terakomodasiya rakyat miskin untuk mengenyam pendidikan. Padahal, dalam UUD 1945 sudah dijelaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.

Page 12: Polemik Pendidikan Di Indonesia

PENDEKATAN PEMIMPIN PADA KONFLIK

Sesuai kasus yang kami bahas, kasus ini termasuk ke dalam Pendekatan Pemimpin yang NETRAL. Karna seperti yang dipelajari di perkuliahan, bahwa Pendekatan Pemimpin yang Netral itu “Mengurung dan menjinakan konflik serta merasionalisi konflik tetapi tidak memanage untuk di manfaatkan.”Berikut ini data yang kammi dapatkan di kasus, dan mengapa kami menetapkan sebagai Pendekatan Pemimpin yang NETRAL, karna di kasus menyatakan :

1. Program yang sudah diluncurkan pemerintah, seperti memberikan BOS, subsidi buku, meningkatkan kualitas guru melalui program stratifikasi guru dan dosen, serta keringanan biaya bagi siswa yang kurang mampu atau beasiswa bagi siswa yang berprestasi.

2. Tetapi yang terjadi, pendidikan kita kini telah tereduksi posisinya, pendidikan tidak lagi menjadi public goods akan tetapi sekarang bermetamorfosis menjadi privat goods, yang berakibat menjadi terkotak-kotaknya pendidikan kita.

3. Hanya masyarakat yang beruang saja yang mampu mengenyam pendidikan berkualitas baik.

4. Mereka berani membayar berapa pun uang pangkal yang diminta sekolah, asalkan mereka bisa diterima di sekolah-sekolah yang bonafide.

Page 13: Polemik Pendidikan Di Indonesia

TEKNIK MENGATASI KONFLIKTeknik mengatasi konflik yang sesuai dengan kasus di atas, menurut kelompok kami adalah Teknik Kompromi. Karna seperti yang dibahas di perkuliahan, teknik kompromi yaitu “Memposisikan pimpinan pada peran atau fungsi mediator yang harus bertindak ekstra hati-hati dan selalu mengedepankan sikap rasional – netral dan objektif.”Selain itu cara mengatasi konflik ini yaitu lebih pekanya pemerintah terhadap nasib pendidikan di Indonesia. Lebih peka dalam artian pemerintah bisa bertindak sebagai mediator yang bbaik atau penjembatan yang baik antara pelajar dan pendidkikan yang ditempuh. Cara mengatasi konflik dengan cara ini di dasari pada bagaimana cara pemerintah meyikapi nasib pendidikan di Indonesia selama ini.

Page 14: Polemik Pendidikan Di Indonesia

Lanjutan…Pemerintah seharusnya bukan hanya membuat undang-undang yang bersikap sebagai “formalitas” tetapi juga seharusnya bisa mengembalikan dan membuat anak Indonesia mampu menjalani pendidikan mereka. Dengan cara membuat biaya pendidikan di Indonesia lebih murah lagi, karena biaya pendidikan di Indonesia bisa dibilang tergolong “mahal” selain itu jargon pendidikan “wajib 12 tahun” itu belum terlaksana dengan baik, karena banyak terhalang masalah ekonomi. Pemerintah perlu melakukan pemerataan pendidikan di daerah terpencil dan lebih memprioritaskan rakyat miskin. Dengan begitu, rakyat akan sama mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Selain itu, pemerintah sebaiknya membantu membiayai lembaga-lembaga yang mengkhususkan pendidikan untuk rakyat menengah ke bawah. Dengan harapan, akan lebih banyak lembaga-lembaga yang bisa mengadvokasi anak-anak yang tidak mampu untuk melanjutkan sekolah.

Page 15: Polemik Pendidikan Di Indonesia

SEKIANDAN

TERIMAKASIH