Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

32
Lilis Sulastri 240210100032 1 VI. PEMBAHASAN Respirasi merupakan aktivitas yang dilakukan oleh organisme hidup. Zat yang digunakan dalam respirasi yaitu glukosa (C 6 H 12 O 6 ) dan oksigen yang selanjutnya dihasilkan CO 2 , H 2 O dan energi (Miranti, 2009). Respirasi adalah proses utama dan penting yang terjadi pada hampir semua makluk hidup, seperti halnya buah. Proses respirasi pada buah sangat bermanfaat untuk melangsungkan proses kehidupannya. Proses respirasi ini tidak hanya terjadi pada waktu buah masih berada di pohon, akan tetapi setelah dipanen buah-buahan juga masih melangsungkan proses respirasi. Respirasi adalah proses biologis. Dalam proses ini oksigen diserap untuk digunakan pada proses pembakaran yang menghasilkan energi dan diikuti oleh pengeluaran sisa pembakaran dalam bentuk CO 2 dan air. Contoh reaksi yang terjadi pada proses respirasi sebagai berikut (Dwiari, 2008): C 6 H 12 O 6 + 6 O 2 6 CO 2 + 6 H 2 O + energi Pada gambar berikut tersaji kurva hubungan antara pertumbuhan buah dengan jumlah CO 2 yang dikeluakan selama respirasi (Dwiari, 2008).

Transcript of Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Page 1: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

1

VI. PEMBAHASAN

Respirasi merupakan aktivitas yang dilakukan oleh organisme hidup. Zat

yang digunakan dalam respirasi yaitu glukosa (C6H12O6) dan oksigen yang

selanjutnya dihasilkan CO2, H2O dan energi (Miranti, 2009). Respirasi adalah

proses utama dan penting yang terjadi pada hampir semua makluk hidup, seperti

halnya buah. Proses respirasi pada buah sangat bermanfaat untuk melangsungkan

proses kehidupannya. Proses respirasi ini tidak hanya terjadi pada waktu buah

masih berada di pohon, akan tetapi setelah dipanen buah-buahan juga masih

melangsungkan proses respirasi. Respirasi adalah proses biologis. Dalam proses

ini oksigen diserap untuk digunakan pada proses pembakaran yang menghasilkan

energi dan diikuti oleh pengeluaran sisa pembakaran dalam bentuk CO2 dan air.

Contoh reaksi yang terjadi pada proses respirasi sebagai berikut (Dwiari, 2008):

C6H12O6 + 6 O2 6 CO2 + 6 H2O + energi

Pada gambar berikut tersaji kurva hubungan antara pertumbuhan buah

dengan jumlah CO2 yang dikeluakan selama respirasi (Dwiari, 2008).

Gambar 1. Skema (kurva) hubungan antara proses pertumbuhan dengan jumlahCO2 yang dikeluarkan (Syarief H., dkk. , 1977)

Pada gambar tersebut terlihat bahwa jumlah CO2 yang dikeluarkan akan

terus menurun, kemudian pada saat mendekati “senescene” produksi CO2 kembali

meningkat, dan selanjutnya menurun lagi. Buah-buahan yang melakukan respirasi

semacam itu disebut buah klimaterik, sedangkan buah-buahan yang jumlah CO2

yang dihasilkannya terus menurun secara perlahan sampai pada saat senescene

disebut buah non klimaterik. Pada buah klimaterik di samping terjadi kenaikan

respirasi juga terjadi kenaikan kadar etilen selama proses pematangan. Sedangkan

pada buah non klimaterik, proses pematangan tidak berkaitan dengan kenaikan

respirasi dan kenaikan kadar etilen. Perbedaan antara buah klimaterik dan non

Page 2: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

2

klimaterik yaitu adanya perlakuan etilen terhadap buah klimaterik yang akan

menstimulir baik pada proses respirasi maupun pembentukan etilen secara

autokatalitik sedangkan pada buah nonklimaterik hanya terdapat perlakuan yang

akan menstimulir proses respirasi saja. Pada praktikum menentukan pola respirasi,

sampel yang digunakan adalah jeruk, timun, tomat dan apel. Apel dan tomat

merupakan buah klimakterik, sedangkan jeruk dan timun merupakan buah non

klimakterik. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menetukan pola respirasi ini

diantaranya dengan menggunakan 5 buah bejana berupa topless. Topless pertama

berisi larutan CaCO3 jenuh dan topless ke dua berisi larutan NaOH 0,1 N.

Penggunaan CaCO3 bertujuan untuk mengikat gas CO2 yang terkandung dalam

udara yang dialirkan melalui aerator. Topless ke tiga berisi sampel buah yang

akan melakukan respirasi, sedangkan toples ke empat dan ke lima berisi NaOH

0,1 N. Setelah aerator dinyalakan selama 1 jam, NaOH yang terdapat pada toples

ke empat dan ke lima dicampurkan untuk selanjutnya dilakukan titrasi terhadap

HCl dengan menggunakan indikator phenolphthalein (PP), sehingga satuan dari

laju respirasi adalah mg CO2/kg/jam.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pola Respirasi pada Sampel Jeruk

Hari

Wsampel

(gram)

Warna

Aroma

Tekstur

VHCl

(ml)

Laju Respirasi

(mg CO2/ kg buah/ jam)

0 527

Hijau kekuni-ngan

+

Segar+

Keras ++

24,8 -7,51

1 530

Hijau kekuni-ngan

+

Segar +

Keras +

28 -20,75

2 500

Hijau kekuni-ngan

+

Segar +

Keras +

28,35

-23,54

3 500

Hijau kekuni-ngan

+

Segar +

Keras +

20,15

12,54

4 500 Hijau kekun

Segar +

Keras +

23,7 -3,08

Page 3: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

3

i-ngan +

Keterangan : Volume Blanko = 23 ml

1 2 3 4 5

-30

-20

-10

0

10

20

Laju Respirasi Jeruk terhadap Waktu

Gambar 2. Grafik Laju Respirasi Jeruk

Tabel 2. Hasil Pengamatan Pola Respirasi Apel

Hari

Wsampel

(gram)

Warna

Aroma

Tekstur

VHCl

(ml)

Laju Respirasi

(mg CO2/ kg buah/ jam)

0 614Merah hati +

Segar +

Keras ++++

26,6 -12,89

1 650Merah hati +

+

Segar +

Keras ++++

29 -20,30

2 600Merah hati +

+

Segar +

Keras +++

27,5 -16,5

3 610Merah hati +

+

Segar +

Keras++

33,2 -36,78

4 600Merah hati +

+

Segar +

Keras +

22,85 0,55

Keterangan : Volume Blanko = 23 ml

1 2 3 4 5

-40

-30

-20

-10

0

10

Laju Respirasi Apel terhadap Waktu

Gambar 3. Grafik Laju Respirasi Apel

Page 4: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

4

Tabel 3. Hasil Pengamatan Pola Respirasi Tomat

Hari

Wsampel

(gram)

WarnaArom

aTekst

urVHCl

(ml)

Laju Respirasi

(mg CO2/ kg buah/ jam)

0 576,33Orange semburat hijau

Khas tomat segar

Lunak+

25,4 14,12

1 560Orange semburat hijau

Khas tomat

Lunak 25,1 15,71

Hari

Wsampel

(gram)

WarnaArom

aTekst

urVHCl

(ml)

Laju Respirasi

(mg CO2/ kg buah/ jam)

2 550 OrangeKhas tomat

Lunak 24,2 19,6

3 495 OrangeKhas tomat

Lunak 23,6 24,4

4 445 OrangeKhas tomat

Lunak 23,0 29,5

Keterangan : Volume blanko = 29,1 ml

0 1 2 3 40

10

20

30

Laju Respirasi Tomat terhadap Waktu

Gambar 4. Grafik Laju Respirasi Tomat

Tabel 4. Hasil Pengamatan Pola Respirasi Timun

Hari

Wsampel

(gram)

WarnaArom

aTekstu

rVHCl

(ml)

Laju Respirasi

(mg CO2/ kg buah/ jam)

0486,7

4Hijau segar

Khas timun

Keras ++++

+28,2 4,06

1 480Hijau

semburat putih

Khas timun

Keras ++++

26,1 13,75

2 475 Hijau sembur

Khas timun

Keras +++

26,3 12,96

Page 5: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

5

at putih

3 487,5Hijau

semburat putih

Khas timun

Keras++

24,7 19,85

4 490Hijau

semburat putih

Khas timun

Keras+

22,6 29,18

Keterangan : Vblanko = 29,1 ml

0 1 2 3 40

10203040

Laju Respirasi Timun terhadap Waktu

Gambar 5. Grafik Laju Respirasi Timun

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa setiap hari buah mengalami

perubahan. Baik perubahan warna, aroma, teksur, maupun berat. Proses ini

disebut sebagai proses pematangan. Proses pematangan diartikan sebagai suatu

fase akhir dari proses penguraian substrat dan merupakan suatu proses yang

dibutuhkan oleh bahan untuk mensintesis enzim-enzim yang spesifik yang

diantaranya digunakan dalam proses kelayuan. Perubahan yang secara umum

mudah diamati dalam proses pematangan ini di antaranya berubahnya warna kulit

yang tadinya berwarna hijau menjadi kuning, buah yang tadinya bercita rasa asam

menjadi manis, tekstur yang tadinya keras menjadi lunak, serta timbulnya aroma

khas karena terbentuknya senyawa-senyawa volatil atau senyawa-senyawa yang

mudah menguap. Selain mengalami, pematangan, setelah pemanenan buah-

buahan pun mengalami laju respirasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi adalah faktor internal dan

eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam bahan (buah dan

sayur), meliputi tingkat perkembangan organ (ukuran buah, buah kamba,

klimakterik, rippening dan puncak klimakterik), komposisi kimia jaringan (jenis

jaringan), ukuran produk, pelapisan alami. Apabila suatu buah telah matang, maka

laju respirasinya akan turun. Buah yang berukuran besar akan memiliki laju

respirasi yang besar pula dan hasil titrasi yang kecil. Sedangkan untuk buah yang

Page 6: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

6

memiliki densitas kamba maka akan terbentuk rongga-rongga sehingga

menyebabkan laju respirasi per unit turun. Komposisi jaringan mempengaruhi

kelarutan O2. Dalam faktor internal, laju respirasi dapat diukur dengan

Respiratory Quotient (RQ) =CO2 dihasilkan

O 2 konsumsi. Jika suatu buah memiliki RQ <1

maka memiliki substrat respirasi berupa asam lemak, jika RQ = 1 maka substrat

adalah gula, dan jika RQ > 1 maka substrat merupakan asam-asam organik.

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan sekeliling

bahan, meliputi suhu, etilen, ketersediaan oksigen, karbon dioksida, dan luka pada

bahan. Laju respirasi berbanding terbalik dengan lama hidup. Semakin tinggi

respirasinya maka semakin pendek hidupnya. Berbagai faktor lingkungan dapat

mempengaruhi laju respirasi, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Ketersediaan substrat

2. Ketersediaan oksigen

3. Suhu

4. Jenis dan umur tumbuhan

Pada praktikum pengukuran laju respirasi, faktor lingkungan yang

diperhatikan adalah suhu dengan sampel yang digunakan adalah jeruk, apel, timun

dan tomat. Tomat dan apel merupakan buah klimakterik, sedangkan timun dan

jeruk merupakan buah non klimakterik. Langkah-langkah yang dilakukan dalam

pengaruh suhu terhadap laju respirasi ini sama dengan prosedur pada saat

menentukan pola respirasi. Hasil pengamatan pengaruh suhu terhadap laju

respirasi dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil Pengamatan Pengaruh Suhu Ruang terhadap Laju Respirasi Jeruk

Hari

Wsampel

(gram)

WarnaArom

aTekst

urVHCl

(ml)

Laju Respirasi

(mg CO2/ kg buah/ jam)

0 556,76

Hijau sembur

at kuning

Khas jeruk

Keras+

22,8 4,35

1 550

Hijau sembur

at kuning

Khas jeruk

Keras 21,5 9,6

Page 7: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

7

2 567,23

Hijau sembur

at kuning

++

Khas jeruk

Keras 23 3,429

3 563,77

Hijau sembur

at kuning

Khas jeruk

Keras 24 3,51

4 550

Hijau sembur

at kuning

Khas jeruk

Keras+

22,6 5,2

Keterangan : Vblanko = 23,9 ml

Tabel 6. Hasil Pengamatan Pengaruh Suhu Refrigerasi Terhadap Laju Respirasi Jeruk

Hari

Wsampel

(gram)

WarnaArom

aTekst

urVHCl

(ml)

Laju Respirasi

(mg CO2/ kg buah/ jam)

0 550

Hijau Sedikit Kekuni-ngan

Khas Jeruk

Keras Agak Lunak

22,6 26

1 500Hijau

Kekuni-ngan

Khas Jeruk

Keras Agak Lunak

21,5 33,44

2 550

Hijau Sedikit Kekuni-ngan

Khas Jeruk

(-)Lunak

23,65

21,88

3 500

Hijau Kekuni-ngan (+)

Khas Jeruk

Keras Agak Lunak

(+)

23,10

26,4

4 500

Hijau Kekuni-ngan (+)

Khas Jeruk

(-)Keras 23,5 24,64

Keterangan : Vblanko = 29,1 ml

Page 8: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

8

0 1 2 3 40

20

40

60

Laju Respirasi Jeruk terhadap Waktu

T Dingin

T Ruang

HariL

aju

res

pir

asi

Gambar 6. Grafik Laju Respirasi Jeruk

Tabel 7. Hasil Pengamatan Pengaruh Suhu Ruang Terhadap Laju Respirasi Apel

Hari

Wsampel

(gram)Warn

aArom

aTekst

urVHCl

(ml)

Laju Respirasi

(mg CO2/ kg buah/ jam)

0 481,92Hijau muda

Khas apel

Keras ++++

+22,7 5,48

1 500Hijau muda

Khas apel

Keras ++++

+22,7 5,28

2 480,75Hijau muda

Khas apel

Keras +++

22,9 4,58

Hari

Wsampel

(gram)Warn

aArom

aTekst

urVHCl

(ml)

Laju Respirasi

(mg CO2/ kg buah/ jam)

3479,632

5Hijau muda

Khas apel

Keras ++

23,01

4,08

4 450Hijau muda

Khas apel

Keras 22,3 7,82

Keterangan : Vblanko = 23,9 ml

Tabel 8. Hasil Pengamatan Pengaruh Suhu Refrigerasi Terhadap Laju Respirasi Apel

HariWsampel

(gram)

WarnaArom

aTekst

urVHCl

(ml)

Laju Respirasi

(mg CO2/ kg buah/ jam)

0 500Hijau Muda

Khas Apel

Keras 23,4 25,08

1 500Hijau Muda (+)

Khas Apel(-)

Keras 23,7 23,76

2 500 Hijau Khas Keras 24,3 21,12

Page 9: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

9

Muda Sedikit Kuning

(+)

Apel(-)

3 500Hijau Muda

Khas Apel

Keras 23 26,84

4 500

Hijau Muda

Sedikit Kuning

Khas Apel(-)

Keras 21,65 32,78

Keterangan : Vblanko = 29,1 ml

0 1 2 3 40

10203040

Laju Respirasi Apel terhadap wWaktu

T Dingin

T Ruang

Hari

La

ju r

esp

ira

si

Gambar 7. Grafik Laju Respirasi Apel

Tabel 9. Hasil Pengamatan Pengaruh Suhu Ruang Terhadap Laju Respirasi Tomat

Hari

Wsampel

(gram)

WarnaArom

aTekst

urVHCl

(ml)

Laju Respirasi

(mg CO2/ kg buah/ jam)

0 600Merah kehijau

an

Segar +++

+

Keras ++

23 4,4

1 500Merah kehijau

an

Segar ++

+

Keras +

22,8 6,16

2 500Merah kehijau

an

Segar ++

Keras +

21,8 10,56

3 500Merah kehijau

an

Segar ++

+

Keras+

21,85

11,22

4 550Merah kehijau

an

Segar ++

+

Keras +

21,7 10

Page 10: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

10

Keterangan : Vblanko = 24,2 ml

Tabel 10. Hasil Pengamatan Pengaruh Suhu Refrigerasi Terhadap Laju Respirasi Tomat

Hari

Wsampel

(gram)

WarnaArom

aTekst

urVHCl

(ml)

Laju Respirasi

(mg CO2/ kg buah/ jam)

0 518Merah Kehijau

an

Khas Tomat (++

+)

Keras 22,7 1,698

1 518Merah Kehijau

an

Khas Tomat (++)

Keras21,8

55,31

2 518,6

Merah 95%

Oranye5%

Khas Tomat (++)

Keras22,5

52,333

3 518,8

Merah 95%

Oranye5%

Khas Tomat (+)

Agak Keras

22,5 2,54

4 520Merah Gelap

Khas Toma

t

Lembek

22,15

4,019

a. T Ruang b. T

Dingin Gambar 8. Grafik Laju Respirasi Tomat

Tabel 11. Hasil Pengamatan Pengaruh Suhu Ruang Terhadap Laju Respirasi Timun

Hari

Wsampel

(gram)

WarnaArom

aTekst

urVHCl

(ml)

Laju Respirasi

(mg CO2/ kg buah/ jam)

0 1 2 3 402468

1012

Laju Respirasi Tomat terhadap Waktu

0 1 2 3 40123456

Laju Respirasi Tomat terhadap Waktu

Page 11: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

11

0 600 HijauSegar +++

+

Keras+

22,2 7,33

1 600 HijauSegar +++

Keras ++

23,5 2,6

2 600Hijau muda

Segar +++

Keras+

24,9 2,57

3 540Hijau

keputihan

Segar +++

Keras+

20 15,66

4 600Hijau

keputihan

Segar +++

Keras+

19,9 15,76

Keterangan : Vblanko = 24,2 ml

Tabel 12. Hasil Pengamatan Pengaruh Suhu Refrigerasi Terhadap Laju Respirasi Timun

Hari

Wsampel

(gram)

WarnaArom

aTekst

urVHCl

(ml)

Laju Respirasi

(mg CO2/ kg buah/ jam)

0 450 g

Hijau 80% Putih 20%

Khas Timun (+++)

Keras (++)

25,2 -10,267

1 448 g

Hijau 80% Putih 20%

Khas Timun

Keras20,02

515,1

2 445 g

Hijau 80% Putih 20%

Khas Timun

Keras 22,7 1,978

Hari

Wsampel

(gram)

WarnaArom

aTekst

urVHCl

(ml)

Laju Respirasi

(mg CO2/ kg buah/ jam)

3 430 g

Hijau 80% Putih 20%

Khas Timun

Agak Keras

22 5,63

4 440 g

Hijau 80% Putih 12%

Khas Timun Berk

u-rang

Lunak 23,05 0,25

Page 12: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

12

a. T Ruang b. T

DinginGambar 9. Grafik Laju Respirasi Timun

Laju respirasi lebih cepat jika suhu penyimpanan tinggi,

umur panen muda, ukuran buah lebih besar, adanya luka pada

buah dan kandungan gula awal yang tinggi pada produk

(Winarno dan Aman, 1981). Metode yang umum digunakan untuk

menurunkan laju respirasi buah-buahan segar adalah

pengontrolan suhu ruang penyimpanan. Pengontrolan suhu

untuk mengendalikan laju respirasi produk hasil pertanian sangat

penting artinya dalam usaha memperpanjang umur simpan

produk tersebut. Metode yang umum digunakan adalah

penyimpanan dengan pendinginan karena sederhana dan efektif.

Menurut Broto (2003), prinsip penyimpanan dengan pendinginan

adalah mendinginkan lingkungan secara mekanis dengan

penguapan gas cair bertekanan (refrigerant) dalam sistem

tertutup.

Menurut Kays (1991), untuk beberapa produk hasil

pertanian, dengan kenaikan suhu penyimpanan sebesar 100C

akan mengakibatkan naiknya laju respirasi sebesar 2 sampai 2,5

kali, tetapi di atas suhu 350C laju respirasi akan menurun karena

aktivitas enzim terganggu yang menyebabkan terhambatnya

difusi oksigen. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan

sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi

respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar

10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing

0 1 2 3 40

5

10

15

20

Laju Respirasi Timun terhadap Waktu

0 1 2 3 4

-15-10

-505

101520

Laju Respirasi Timun terhadap Waktu

Page 13: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

13

spesies. Bagi sebagian besar bagian tumbuhan dan spesies

tumbuhan, Q10 respirasi biasanya 2 sampai 2,5 pada suhu

antara 5 dan 25°C. Bila suhu meningkat lebih jauh sampai 30

atau 35°C, laju respirasi tetap meningkat, tapi lebih lambat, jadi

Q10 mulai menurun. Penjelasan tentang penurunan Q10 pada

suhu yang tinggi ini adalah bahwa laju penetrasi O2 ke dalam sel

lewat kutikula atau periderma mulai menghambat respirasi saat

reaksi kimia berlangsung dengan cepat. Difusi O2 dan CO2 juga

dipercepat dengan peningkatan suhu, tapi Q10 untuk proses

fisika ini hanya 1,1. Jadi suhu tidak mempercepat secara nyata

difusi larutan lewat air.

Peningkatan suhu sampai 40°C atau lebih, laju respirasi

menurun, khususnya bila tumbuhan berada pada keadaan ini

dalam jangka waktu yang lama. Nampaknya enzim yang

diperlukan mulai mengalami denaturasi dengan cepat pada suhu

yang tinggi, mencegah peningkatan metabolik yang semestinya

terjadi. (Salisbury & Ross, 1995). Faktor lain yang dapat

mempengaruhi laju respirasi adalah luka memar. Langkah-

langkah yang dilakukan dalam praktikum ini hampir sama

dengan pada praktikum sebelumnya dan dengan sampel yang

sama pula. Jika pada praktikum sebelumnya buah yang disimpan

pada toples ke 3 diisi dengan es, pada praktikum kali ini buah

yang akan diukur laju respirasinya dilukai atau dimemarkan

terlebih dahulu. Adapun hasil pengamatan pengaruh luka/memar

terhadap laju respirasi dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Hasil Pengamatan Pengaruh Luka/ Memar Terhadap Laju Respirasi pada Sampel Apel

Pengamatan/Hari ke-

1 2 3 4 5

WarnaHijau

kemerahan

Hijau kemerahan

Hijau kemerahan

Hijau kemerahan

Hijau kemera

h-an

AromaSegar

+4Segar

+2Segar

+2Segar

+2Segar

+Tekstur Keras Keras Keras Keras Keras

Page 14: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

14

+2 +2 +2 +2 +2Berat (kg) 0,5 0,48 0,48 0,47 0,45Volume Titrasi (ml)

20,5 21,1 20,7 22 19,7

Laju respirasi 10,12 7,79 9,62 3,74 15,15

Tabel 14. Hasil Pengamatan Pengaruh Luka/ Memar Terhadap Laju Respirasi pada Sampel Jeruk

Pengamatan/ Hari ke-

1 2 3 4 5

Warna Hijau kekuni-ngan

Hijau kekuni-ngan

Hijau kekuni-ngan

Hijau kekuni-ngan

Hijau kekuning-an

Aroma Segar +4

Segar +4

Segar +3

Segar +3

Segar +3

Tekstur Lunak +3

Lunak +3

Lunak +3

Lunak +3

Lunak +3

Berat (kg) 0,5 0,48 0,48 0,47 0,45Volume Titrasi (ml)

18,1 18,6 21,2 20 19,2

Laju respirasi 20,68 19,25 7,33 13,10 17,6Keterangan : Volume Blanko = 22,8 ml

Tabel 15. Hasil Pengamatan Pengaruh Luka/Memar Terhadap Laju Respirasi Timun

Hari

Wsampel

(gram)

Warna

Aroma

Tekstur

VHCl

(ml)

Laju Respirasi

(mg CO2/ kg buah/ jam)

0 550

Hijau sembu

rat putih

Khas timun

Keras 22,3 6,4

1 540

Hijau sembu

rat putih

Khas timun

Keras 18,8 20,78

2 540

Hijau sembu

rat putih

Khas timun

Keras 18,2 23,22

3 550

Hijau sembu

rat putih

Khas timun

Keras 19,9 16

4 530 Hijau Khas Keras 18 24,45

Page 15: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

15

semburat

putihtimun

Keterangan : Vblanko = 23,9 ml

Tabel 16. Hasil Pengamatan Pengaruh Luka/Memar Terhadap Laju Respirasi Tomat

Hari

Wsampel

(gram)

Warna

Aroma

Tekstur

VHCl

(ml)

Laju Respirasi(mg CO2/ kg buah/ jam)

0 470

Orange

semburat

hijau

Khas tomat

Lunak 23 4,21

1 470

Orange

semburat

hijau

Khas tomat

Lunak 20,3 16,85

Hari

Wsampel

(gram)

Warna

Aroma

Tekstur

VHCl

(ml)

Laju Respirasi(mg CO2/ kg buah/ jam)

2 490

Orange

semburat

hijau

Khas tomat

Lunak 20,3 16,16

3 450

Orange

semburat

hijau

Khas tomat

Lunak 19,1 23,46

4 451

Orange

semburat

hijau

Khas tomat

Lunak 19,7 20,49

Keterangan : Vblanko = 23,9 ml

Page 16: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

16

0 1 2 3 40

5

10

15

20

25

30

6.4

20.7823.22

16

24.45

4.21

16.85 16.16

23.46

20.49

Kurva Pengaruh Luka/Memar terhadap Laju Respirasi

timuntomatApelJeruk

laju

resp

iras

i

Gambar 10. Grafik Pengaruh Luka/ Memar terhadap Laju Respirasi

Luka mekanis biasanya menyebabkan sementara terjadi

kenaikan respirasi

dan pembelahan sel pada lokasi luka itu. Jaringan protektif yang

baru kemungkinan terbentuk yang akan dapat mencegah

desikasi dan mencegah masuknya mikroorganisme pada jaringan

yang luka terjadi sintesis mRNA yang berakibat naiknya kadar

polisom dan sintesa protein. Dalam beberapa hal, jaringan

mempunyai kemampuan untuk membentuk senyawa fungitoksik

sebagai respon terhadap luka atau invasi patogen. Senyawa ini

disebut fitoaleksin. Aktivitas dari enzim-enzim yang menyangkut

respon terhadap luka dipengaruhi oleh hormon sitokinin, auksin

dan etilen. Warna cokelat yang terbentuk pada bagian komoditi

yang terpotong atau memar adalah akibat oksidasi senyawa

fenol seperti asam klorogenat oleh enzim polifenoloksidase

menjadi produk akhir yang disebut melanoidin (Taranggono,

1989). Selain itu, Luka pada buah akan mempercepat laju

respirasi sehingga mempercepat proses pembusukan karena

etilen akan menstimulir reaksi enzimatis dalam buah-buahan.

Page 17: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

17

Kerusakan pada jaringan buah-buahan akan menaikkan laju

respirasi sedangkan pembentukan etilen terhambat.

Berdasarkan hasil praktikum, buah yang mengalami luka

memar jika dibandingkan dengan buah yang disimpan dengan es

selama 5 hari akan mengalami proses kebusukan yang lebih

cepat. Hal ini terjadi karena pada buah yang mengalami luka

memudahkan mikroorganisme untuk masuk ke dalam buah

tersebut. Sedangkan buah yang disimpan pada suhu dingin atau

es lebih segar karena mikroorganisme tidak tahan pada suhu

dingin, hanya mikroorganisme tertentu saja yang tahan terhadap

suhu dingin. Pengaruh lain terhadap laju respirasi yang dilakukan

dalam praktikum ini selain suhu dan luka memar adalah etilen.

Sampel buah-buahan yang digunakan masih sama dengan

praktikum sebelumnya yaitu jeruk, tomat, timun dan apel.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum ini

diantaranya 1 sendok karbit dituangkan ke dalam sehelai kain

kemudian kain tersebut diikat dan

diperciki air lalu bersama-sama dengan sampel buah dimasukkan

ke dalam kantong plastik berwarna gelap. Selanjutnya disimpan

sehari kemudian dilakukan pengamatan yang sama seperti

halnya pada praktikum pengaruh suhu yaitu dengan melakukan

aerasi. Adapun hasil dari pengamatan pengaruh etilen terhadap

laju respirasi dapat dilihat pada tabel 17 .

Tabel 17. Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Laju Respirasi Pada Sampel Timun (Penyimpanan Tanpa Karbit)

Hari

ke-

VHCl

Lajurespiras

i

Berat samp

el

Perlakuan

Warna AromaTekst

ur

0 - -569,41 gram

Hijau Kekuningan

Khas Timun Keras

1 17,9 ml

13,28561,41 gram

Hijau 80%Kuning

20%Khas Timun

Keras (+++++)

Page 18: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

18

2 22,95 ml

-8,64420

gram

Hijau 75 % Kuning

25%Khas Timun

Keras (+++++)

Hari

ke-

VHCl

Lajurespiras

i

Berat samp

el

Perlakuan

Warna AromaTekst

ur

3 20,3 ml

4,783460

gramHijau 70%

kuning 30%Khas Timun

Keras (+++)

4 22,5 ml

-6,6400

gram

Hijau 70%Kuning

30%Khas Timun

Keras(+++)

Keterangan : volume Blanko = 21,3 ml

Tabel 18. Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Laju Respirasi Pada Sampel Tomat (Penyimpanan Tanpa Karbit)

Hari ke-

VHCl

Lajurespir

asi

Berat samp

el

Perlakuan

WarnaArom

aTekstur

0 - - 529,26 gram

Merah Kekuningan

Khas Tomat

Keras

1 17,1 ml 17,46 529,26 gram

Merah 90%Kuning 10%

Khas Tomat

Keras (+++++)

2 21,5 ml -0,86 510 gram

Merah 86 % Kuning 14%

Khas Tomat

Keras (++++)

3 21,2 ml 0,431 510 gram

Merah 80%Kuning 20%

Khas Tomat

Keras (+++)

4 23,8 ml -11 500 gram

Merah 80%Kuning 20%

Khas Tomat

Keras (+++)

Keterangan : Volume Blanko = 21,3 ml

Page 19: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

19

1 2 3 4

-15-10

-505

101520

13.28

-8.64

4.78

-6.6

17.46

-0.860000000

0000010.43

-11

Grafik Laju Respirasi Timun dan Tomat (penyimpanan tanpa karbit)

TimunTomat

Laju

Res

pira

si

Gambar 11. Grafik Pengaruh Etilen terhadap Laju Respirasi Tomat dan Timun dengan Perlakuan

Penyimpanan Tanpa Karbit

Tabel 19. Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Laju Respirasi Pada Sampel Jeruk (Penyimpanan Tanpa Karbit)

Hari

Warna Aroma Tekstur Berat (g)V HCl(ml)

Laju Respirasi

0Hijau

Kekuningan

Khas jeruk segar

Keras 550 gram - -

1Hijau

KekuninganKhas

jeruk (-)Keras 550 gram 19,8 ml 12

2Hijau

KekuninganKhas jeruk

Keras 550 gram 22,5 ml 1,2

3Hijau

KekuninganKhas

jeruk (-)Keras 550 gram 20 ml 11,2

4Hijau

KekuninganKhas

jeruk (-)Keras 550 gram 23,5 ml -2,8

Keterangan : VBlanko = 22,8 ml

Tabel 20. Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Laju Respirasi Pada Sampel Apel (Penyimpanan Tanpa Karbit)

Hari

Warna Aroma Tekstur Berat (g)V HCl (ml)

Laju Respirasi

0Hijau

Kemerahan

Khas Apel segar

Keras 500 gram - -

1 Hijau Khas Keras 500 gram 21 ml 7,92

Page 20: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

20

KemerahanApel segar

2Hijau

KemerahanKhas Apel

Keras 500 gram 22 ml 3,52

3Hijau

Kemerahan (++)

Khas Apel

Keras 500 gram 20,8 ml 8,8

4Hijau

KemerahanKhas

Apel (-)Keras 500 gram 21,5 ml 5,72

Keterangan : VBlanko = 22,8 ml

1 2 3 40

5

10

15

20

25

7.92

3.52

8.8

5.72

12

1.2

11.2

-2.8

Grafik Laju Respirasi Apel dan Jeruk (Penyimpanan tanpa karbit)

jerukapel

Laju

Res

pira

si

Gambar 12. Grafik Pengaruh Etilen terhadap Laju Respirasi Apel dan Jeruk dengan Perlakuan Penyimpanan

Tanpa Karbit

Tabel 21. Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Laju Respirasi Apel (Penyimpanan dengan Karbit)

Hari Warna Aroma Tekstur Berat (g)V HCl (ml)

Laju Respirasi

0Hijau

semburat merah

Khas apel

Keras 500 gram - -

1Hijau

semburat merah

Khas apel

Keras 500 gram 21,3 ml 1,76

2Hijau

semburat merah

Khas apel

Keras 500 gram 22,5 ml -3,52

3Hijau

semburat merah

Khas apel

Keras 500 gram 20,1 ml 7,04

4 Hijau semburat

Khas apel

Keras 500 gram 20,2 ml 6,6

Page 21: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

21

merahKeterangan : VBlanko = 21,7 ml

Tabel 22. Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Laju Respirasi Jeruk (Penyimpanan dengan Karbit)

Hari Warna Aroma Tekstur Berat (g)V HCl (ml)

Laju Respirasi

0Hijau

semburat kuning

Khas jeruk

Keras 480 gram - -

1Hijau

semburatKhas jeruk

Keras 457 gram 21,6 ml 0,481

Hari Warna Aroma Tekstur Berat (g)V HCl (ml)

Laju Respirasi

2Hijau

semburat kuning

Khas jeruk

Keras 495 gram 23 ml -2,86

3Hijau

semburat kuning

Khas jeruk

Keras 470 gram 21,2 ml 2,34

4Hijau

semburat kuning

Khas jeruk

Keras 450 gram 21,1 ml 2,93

Keternagan : VBlanko = 21,7 ml

0 1 2 3 4

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

1.76

-3.52

7.04 6.6

0.481

-2.86

2.34 2.93

Grafik Laju Respirasi Apel dan Jeruk (Penyimpanan dengan Karbit)

apeljeruk

Laju

Res

pira

si

Gambar 13. Grafik Pengaruh Etilen terhadap Laju Respirasi Apel dan Jeruk dengan Perlakuan Penyimpanan

Menggunakan Karbit

Tabel 23. Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Laju Respirasi Timun (Penyimpanan dengan Karbit)

Hari Warna Aroma Tekstur Berat (g) V HCl Laju

Page 22: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

22

(ml) Respirasi

0Hijau

Keputihan

Khas Timun

Lunak 500 gram - -

1Hijau

Keputihan

Khas Timun

Lunak 500 gram17,13

ml24,95

2Hijau

Keputihan

Khas Timun

Lunak 500 gram 17,5 ml 23,32

3Hijau

Keputihan

SegarLunak (++

++)500 gram 18,4 ml 19,36

4Hijau

Keputihan

Bau Busuk

Lunak (+++++)

500 gram 14,2 ml 37,84

Keterangan : VBlanko = 22,8 ml

Tabel 24 . Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Laju Respirasi Tomat (Penyimpanan dengan Karbit)

Hari

Warna Aroma Tekstur Berat (g)V HCl (ml)

Laju Respirasi

0Merah

KekuninganKhas

TomatLunak 550 gram - -

1Merah

KekuninganKhas

TomatLunak 550 gram 18 ml 19,2

2Merah

KekuninganKhas

TomatLunak 550 gram 18,9 ml 17,16

3Merah

KekuninganSegar

Lunak (+++)

550 gram 20,3 ml 3,03

4 MerahSedikit berbau karbit

Keras (++)

550 gram 20 ml 11,2

Keterangan : VBlanko = 22,8 ml

Tabel 25 . Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Laju Respirasi Timun (Penyimpanan Tanpa Karbit)

Hari

Warna Aroma Tekstur Berat (g) V HCl (ml)

Laju Respirasi

0 Hijau Kekuningan

Khas Timun

Keras 569,41 gram

- -

1 Hijau 80%Kuning 20%

Khas Timun

Keras (+++++)

561,41 gram

17,9 ml 13,28

2 Hijau 75 % Kuning 25%

Khas Timun

Keras (+++++)

420 gram 22,95 ml -8,64

Page 23: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

23

3 Hijau 70% kuning 30%

Khas Timun

Keras (+++)

460 Gram 20,3 ml 4,783

4 Hijau 70%Kuning 30%

Khas Timun

Keras (+++)

400 gram 22,5 ml -6,6

Keterangan : VBlanko = 21,3 ml

1 2 3 4

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

13.28

-8.64

4.78

-6.6

17.46

-0.860000000000001 0.43

-11

Grafik Laju Respirasi Timun dan Tomat (penyimpanan dengan karbit)

TimunTomat

Laju

Res

pira

si

Gambar 14. Grafik Pengaruh Etilen terhadap Laju Respirasi Timun dan Tomat dengan Perlakuan

Penyimpanan Menggunakan Karbit

Mekanisme kerja etilen dalam hunungannya dengan permeabilitas sel ialah

karena etilen adalah senyawa yang larut di dalam lemak sedangkan memban dari

sel terdiri dari senyawa lemak. Oleh karena itu etilen dapat larut dan menembus

ke dalam membran mitokondria. Apabila mitokondria pada fase pra klimakterik

diekraksi kemdian ditambah etilen, ternyata terjadi pengembangan volume yang

akan meningkatkan permeablitas sel sehingga bahan-bahan dari luar mitokondria

akan dapat masuk. Dengan perubahan-perubahan permeabilitas sel akan

memungkinkan interaksi yang lebih besar antara substrat buah dengan enzim-

enzim pematangan. Dengan kata lain etilen dapat menginduksi perubahan

permeabilitas membran mitokondria, jadi memberikan kesempatan perpindahan

ATP dan oleh sebab itu mendorong berlangsungnya klimakterik dan juga berbagai

reaksi sintesa lainnnya (Tranggono, 1989).

Selama produksi etilen berlangsung bersamaan dengan kenaikan

klimakterik proses penuaan buah, maka kedua proses tersebut saling berkaitan

satu sama lain. Namun demikian, ada kemungkinan terdapatnya proses

penghambatan pada salah satu dari dua proses tersebut tanpa mempengaruhi

Page 24: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

24

proses lainnya. Produksi etilen juga dipengaruhi oleh faktor suhu dan oksigen.

Suhu rendah maupun suhu tinggi dapat menekan produksi etilen. Pada kadar

oksigen di bawah sekitar 2 % tidak terbentuk etilen, Pada 400C produk etilen

dapat dihentikan, sementara itu proses respirasi masih tetap aktif. Hal ini

menunjukkan bahawa produksi etilen dapat dihambat dengan tanpa

mempengaruhi kecepatan laju respirasi, sedangkan proses sebaliknya adalah tidak

mungkin (Tranggono, 1989). Etilen selain dapat memulai klimakterik, juga dapat

mempercepat terjadinya klimakterik terutama pada buah-buahan yang mempunyai

pola respirasi klimakterik. Sedangkan pada buah-buahan yang tergolong non

klimakterik dengan penambahan etilen pada konsentrasi tinggi akan menyebabkan

perubahan pola respirasi.

Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum dapat disimpulkan bahwa

etilen dan luka memar dapat memeprcepat laju reaksi dan luka memar dapat

mempercepat kebusukan pada buah. Sedangkan suhu rendah atau es dapat

menghambat pembusukan dan laju respirasi. Respirasi membutuhkan O2 dan

menghasilkan zat sisa metabolisme berupa uap air, CO2 dan panas sebagai entropi

(energi panas yang tidak termanfaatkan). Bila respirasi berjalan sempurna, dari

pembakaram substrat (karbohidrat, lipida, atau protein) akan dihasilkan rasio

CO2/O2 tertentu yang disebut dengan “Respiratory quotient” [RQ]. Respirasi

dengan substrat lipida akan diperoleh RQ<1, dan RQ=1 untuk substrat glukosa.

(Suyitno, 2007). Dengan kata lain, perbedaan antara jumlah CO2 yang dilepaskan

dan jumlah O2 yang digunakan dikenal dengan Respiratory Ratio atau Respiratory

Quotient dan disingkat RQ. Nilai RQ ini tergantung pada bahan atau subtrat untuk

respirasi dan sempurna atau tidaknya proses respirasi tersebut dengan kondisi

lainnya (Simbolon, 1989).

Tergantung pada bahan yang digunakan, maka jumlah mol CO2 yang

dilepaskan dan jumlah mol O2 yang diperlukan tidak selalu sama. Diketahui nilai

RQ untuk karbohidrat = 1, protein < 1 (= 0,8 – 0,9), lemak <1 (= 0,7) dan asam

organik > 1 (1,33). Nilai RQ ini tergantung pada bahan atau subtrat untuk

respirasi dan sempuran tidaknya proses respirasi dan kondisi lainnya (Krisdianto

dkk, 2005).

Page 25: Pola Respirasi Dan Berbagai Perlakuan

Lilis Sulastri240210100032

25