Pola Komunikasi Spg-proyeksi

download Pola Komunikasi Spg-proyeksi

of 20

Transcript of Pola Komunikasi Spg-proyeksi

POLA KOMUNIKASI DAN INTERAKSI SALES PROMOTION GIRL (SPG) HOME INDUSTRY BUSANA MUSLIM DI BANDUNG SUPER MALLAliyah Nuraini Hanum1 ABSTRAK Konsep diri menjadi titik awal seorang individu berperan dalam kehidupannya. Sudut pandang dirinya sebagai I dan Me berkaitan erat dengan kebutuhannya untuk eksis dalam kehidupan sosial. Diri menunjukkan keseluruhan lingkungan subjektif seseorang yang terlihat melalui interaksi simbolik dengan individu lainnya menggunakan simbol-simbol komunikasi untuk mencapai kesepahaman bersama. Sales Promotion Girl memiliki budaya sendiri yang meliputi seluruh perangkat tata nilai dan perilaku yang unik. Mereka dapat menunjukan atribut mereka melalui bahasa verbal, non verbal, atau simbol-simbol tertentu sehingga membentuk pola komunikasi dan interaksi tertentu dengan customer, owner, SPG others maupun significant others. Kata Kunci : Konsep Diri, Interaksi Simbolik, Pola Komunikasi, Sales Promotion Girl. Bandung Super Mall merupakan salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Kota Bandung yang berada di wilayah padat pemukiman penduduk dan menjadi salah satu tempat mata pencaharian masyarakat Kota Bandung. Di antara segelintir orang yang memiliki mata pencaharian disana yaitu Sales Promotion Girl atau SPG yaitu pramuniaga wanita yang menawarkan jasa pelayanan untuk melayani customer (pelanggan). SPG kerap digunakan oleh pemilik usaha (owner) sebagai pintu depan marketing produk yang dihasilkannya. SPG juga kerap disebut sebagai ujung tombak penjualan barang. Mereka distandarisasi dengan kemampuan interpersonal yang baik dan penampilan yang menarik. Standarisasi ini sangat berlaku bagi brand-brand produk terkenal yang sudah memiliki pangsa pasar dan omzet yang besar, seperti Adidas,Giordano, Levis, Gosh, Hammer, dan lain sebagainya, yang mayoritas berasal dari merek luar negeri.1

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak

1

Di tengah maraknya branded luar negeri yang ada di Bandung Super Mall, ada beberapa home industry yang juga memenuhi pusat perbelanjaan tersebut. Home industry yang dimaksud adalah home industry busana muslim. Home industry busana muslim ini dikenal sebagai butik busana muslim dengan menawarkan konsep yang luxurious, nyaman, elegan, dan up to date. Fenomena busana muslim yang kian menjadi keseharian masyarakat kota Bandung menimbulkan peluang yang cukup bagus dan kompetitif, meski di tengah himpitan branded terkenal. Deretan brand home industry busana muslim kota Bandung, sepert Azura, Nisya Collections, Elli Collections, Nadira, Ridha, Siti Hajar, Arsallya, Eye Cacthing, Amani, Zams, Silvere Fenitti, dan lain-lain memenuhi tiga counter toko di Bandung Super Mall. Satu toko disewa oleh beberapa owner dengan sistem sharing, sebagai upaya untuk meminimalkan pengeluaran. Alasan pendirian home industry ini dilatarbelakangi oleh berbagai alasan yang dimiliki oleh owner, mulai dari sekedar hobi desain busana, tambahan pemasukan keluarga, usaha mengisi waktu luang, hingga bisnis usaha turun temurun. Melihat peluang yang demikian besar dengan target pembeli/customer menengah ke atas, maka kisaran harga yang dipatok oleh butik memang tergolong tinggi,sesuai dengan target pemasaran Bandung Super Mall. Peluang ini juga menjadi sarana persaingan antar owner untuk menunjukkan produk home industry-nya sebagai yang terbaik. Salah satu strategi yang digunakan owner adalah dengan memilih SPG atau Sales Promotion Girl yang handal. Memang tidak jauh bebeda antara kewajiban SPG branded dengan SPG home industry, antara lain: bertanggung jawab terhadap kepuasan cutomer yang hendak membeli/tidak dagangannya dan melayani tanya jawab yang diajukan oleh customer 2

mengenai produk yang ditawarkan. Walaupun demikian berbeda dengan SPG branded terkenal yang sudah memiliki standarisasi dalam melayani customer maupun bagaimana interaksi dengan mereka, maka SPG dari butik home industy busana muslim tidak demikian. Tidak ada standar baku yang diterapkan dan ditetapkan oleh owner kepada mereka. Mereka tidak repot dalam melayani customer. Semua berjalan apa adanya yang mereka miliki. Tidak ada seragam khusus, tinggi badan, ataupun penampilan fisik yang harus dimiliki, melainkan kecakapan dan keterampilan khusus yang memang sangat dibutuhkan dalam home industry busana muslim ini, seperti mengukur busana, mengetahui desain busana yang bagus, jenis bahan, memayet, dan juga menerima pesanan customer. Dalam kehidupan SPG menjalankan profesinya sehari-hari, ada pola komunikasi yang menarik untuk diteliti, termasuk di dalamnya simbol-simbol yang digunakan untuk saling berkomunikasi. Pola komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya secara terus menerus yang akhirnya menimbukan pola tertentu yang akhirnya menjadi bagian dari budaya komunitas tersebut. Pada umumnya, pola komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak, selain itu komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal atau bahasa isyarat. Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gesture, dan broadcasting. Komunikasi dapat berupa interaktif, transaktif, bertujuan, atau tak bertujuan. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak 3

lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut. Interaksi simbolik melihat pentingnya interaksi sosial sebagai sebuah sarana ataupun sebagai sebuah penyebab ekspresi tingkah laku manusia. Mead (1986) memandang teori interaksi sosial dalam masyarakat terjadi dalam dua bentuk utama, yakni percakapan isyarat (interaksi non simbolis) dan penggunaan simbol-simbol penting (interaksi simbolik). Ciri interaksi simbolik adalah pada konteks simbol , sebab mereka mencoba mengerti makna atau maksud dari suatu aksi dari gerak isyarat tersebut. Hal inilah yang ditemui dalam Pola Komunikasi Sales Promotion Girl Butik Home Industry Busana Muslim di Bandung Super Mall. Pola komunikasi dan interaksi mereka melibatkan komunikasi antara SPG dengan owner, SPG dengan customer, SPG dengan SPG others dan SPG dengan significant others (keluarga yang berkunjung ke tempat kerja) Berdasarkan apa yang telah dipaparkan tersebut, pertanyaan yang perlu dijawab adalah bagaimana; (1) Konsep diri SPG ; (2) Pola komunikasi dan interaksi yang terjadi antara SPG dengan owner; (3) Pola komunikasi dan interaksi SPG dengan customer ; (4) Pola interaksi SPG dengan SPG butik home industry busana muslim lainnya ; dan (5) Interaksi SPG dengan signifant others yang berkunjung. Konsep Diri Diri, yang akhirnya berkembang, ialah komposisi pikiran dan perasaan yang menjadi kesadaran seseorang mengenai eksistensi individualitasnya, pengamatannya tentang apa yang merupakan miliknya, pengertiannya mengenai siapakah dia itu dan perasaanya tentang sifat-

4

sifatnya, kualitasnya, dan segala miliknya. Diri seseorang adalah jumlah total dari apa yang bisa disebut kepunyaanya (Sobur, 2003:499). Menurut De Vito, jika kita harus mendaftarkan berbagai kualitas yang ingin kita miliki, kesadaran diri pasti menempati prioritas tinggi, kita semua ingin mengenal diri sendiri secara lebih baik karena kita mengendalikan pikiran dan perilkau kita sebagaian besar sampai batas kita memahami diri kita sendiri-sebatas kita menyadari siapa kita. (Sobur, 2003:499). Sehingga, cukup beralasan apabila kemudian De vito menegaskan bahwa dari semua komponen tindakan komunikasi, yang paling penting adalah diri (self). Siapa Anda dan bagaimana Anda mempersepsikan diri sendiri dan orang lain akan mempengaruhi komunikasi Anda dan tanggapan Anda terhadap komunikasi orang lain, (Devito, 1997:56 dalam Sobur, 2003:499). Itu pula sebabnya Kleinke menyimpulkan bahwa kesadaran diri merupakan landasan bagi semua bentuk dan fungsi komunikasi (Sobur, 2003:499). Pola Komunikasi dan Interaksi Antarpribadi Komunikasi interpersonal merupakan bentuk khusus dari komunikasi manusia yang terjadi ketika kita berinteraksi secara simultan (simultaneous interaction)dengan orang lain dan saling mempengaruhi (mutual influence). Interaksi simultan berarti bahwa partisipan komunikasi bereaksi pada informasi yang sama dalam waktu yang sama Saling mempengaruhi berarti tiap partisipan dipengaruhi oleh interaksi yang terjadi. (Beebe, Beebe, & Redmond, 1994:6). Richard West dan Lyn H. Turner mengemukakan definisi sederhana mengenai komunikasi Interpersonal dalam bukunya Understanding Interpersonal Communication

5

sebagai the process of message transaction between people (usually two) who work toward creating and sustaining shared meaning. (West & Turner,2006:6). Ada tiga komponen penting dalam komunikasi interpersonal ini yaitu proses, pertukaran pesan, dan makna bersama. (West dan Turner, 2006:16). Dalam pengertian tersebut mengandung 3 aspek: 1. Pengertian proses, yaitu mengacu pada perubahan dan tindakan yang berlangsung terus menerus 2. Komunikasi antarpersonal merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. 3. Mengandung makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi. METODE PENELITIAN Peneliti menggambarkan fenomena kehidupan SPG home industry dengan

menggunakan metodologi penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Secara umum, penelitian kualitatif memiliki ciri, diantaranya: intensif,notes field,analisis data

lapangan,tidak ada realitas tunggal,subjektif,realitas dan holistik,depth (dalam),prosedur penelitian: empiris rasional dan tidak berstruktur, dan hubungan antara teori, konsep dan data: data memunculkan atau membentu teori baru.(Kriyantono, 2006:58)

Pendekatan Fenomenologi dan Interaksi Simbolik Pendekatan fenomenologi menurut Creswell adalah: whereas a biographt reports the life of a single individual, a phenomenological study describes the meaning of the lived

6

experiences for several individuals about a concept or phenomenon (Creswell dalam Mulyana dan Solatun,2007:91) Moleong menjelaskan bahwa fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti oleh mereka. Inkuiri fenomenologis dimulai dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti. Mereka berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang sedang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. (Moleong, 2000:9 dalam Mulyana dan Solatun, 2007:91). LittleJohn menyebutkan phenomenology makes actual lived experience the basic data of reality (Littlejohn, 1996:204 dalam Mulyana dan Solatun, 2007:91), jadi fenomenologi menjadikan dasar dari realitas. Dengan mengutip pendapat Richard E Palmer, Littlejohn lebih jauh menjelaskan bahwa fenomenologi berarti membiarkan segala sesuatu menjadi nyata sebagaimana aslinya, tanpa memaksa kategori-kategori peneliti terhadapanya. Interaksi simbolik yang juga dikenal sebagai perspektif dalam ilmu komunikasi digunakan untuk mendasari penelitian ini dan dapat dikatakan bahwa interaksi antara peneliti dan subjek penelitian juga merupakan interaksi simbolik sebagaimana yang dimaksudkan dalam penelitian ini. Artinya peneliti juga mengangap bahwa para SPG memiliki diri (self) dengan Aku (I) sebagai subjek dan Daku (Me) nya sebagai objek, yang senantiasa berdialog, menjadikan diri selalu berubah dari waktu ke waktu dan dari situasi ke situasi. Dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam dan pengamatan partisipan, dimana peneliti mengajukan diri sebagai volunteer untuk membantu SPG menjalani tugasnya untuk melayani customer selama tiga hari intensif, dan freelance SPG 7

selama sebulan. Dalam pengamatan partisipan ini, peneliti mendapatkan banyak pengalaman dan lebih memahami bagaimana kehidupan SPG butik home industry busana muslim di tengah brand-brand terkenal di Bandung Super Mall. Mulyana menyatakan bahwa hanya lewat wawancara yang mendalam dan pengamatan berperan serta (participant observation) yang intensif kita dapat merekam data sealamiah mungkin, dengan melukiskan apa yang subjek penelitian alami, pikirkan dan rasakan. (Mulyana dan Solatun, 2007:15). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengikuti tiga tahap analisis data yang ditawarkan Miles dan Huberman, yaitu : reduksi data, penyajian (display) data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi. (Miles & Huberman, 1992:20) HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menghasilkan proposisi-proposisi dan skema proposisi dalam menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya mengenai pola komunikasi dan interaksi kehidupan Sales promotion girl (SPG) butik home industry busana muslim melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya yang diperoleh dari pengamatan dan analisis data lapangan. Berdasarkan pengamatan ini, diperoleh beberapa jenis SPG yang ada di butik home industry busana muslim ini dan dapat digambarkan sebagai berikut:

JENIS SPG

Multi Function SPG

Marketing Only

Freelance SPG

8

Keterangan : 1. Multi function SPG merupakan SPG yang menjalankan berbagai tugas mulai dari belanja bahan, terima pesanan customer, dan bertanggung jawab terhadap marketing produk 2. Marketing Only merupakan SPG yang hanya bertanggung jawab terhadap penjualan barang, tidak terlibat dalam proses produksi 3. Freelance SPG merupakan SPG yang disewa hanya untuk kondisi tertentu, biasanya hanya untuk pelengkap SPG utama/ multifunction/marketing only SPG 1. Konsep Diri SPG Salah satu hal terpenting dalam memahami interaksi simbolik adalah konsep diri. Konsep diri I bagian dari apa yang disebutkan Kaye sebagai self (Kaye , 1994:11 dalam Mulyana dan Solatun, 2007:101). Salah satu cara untuk mengidentifikasi konsep diri SPG adalah menelusuri penilaian mereka sendiri melalui penyebutan siapa dirinya (I). SPG memandang dirinya berdasarkan sebutan mereka terhadap pekerjaan mereka. SPG butik home industry bukanlah sekedar sales yang menjajakan dagangannya kepada customer. Mereka memiliki peran yang jauh lebih besar dari itu. Mereka menyebut diri mereka sebagai asisten pribadi, humas dan juga marketing. Multi fungsi yang dimiliki oleh mereka dalam mengonsep diri mereka ini menimbulkan konstruksi yang positif, sehingga mereka tidak memandang bahwa SPG adalah pekerjaan yang rendah. Walaupun ada pula yang mengkonstruksi diri mereka sebagai penjaga, karena pekerjaannya yang menjaga barang

9

owner. Namun, konsep diri positif sering kali lebih dirasakan oleh mereka, dan mereka juga tidak memandang bahwa penjaga adalah konstruksi konsep diri yang negatif. Seorang SPG home industry, selain harus memiliki kecakapan dan kemampuan interpersonal yang baik, juga harus memiliki keterampilan-keterampilan, seperti; mengukur busana, mengetahui desain busana yang bagus, jenis bahan, memayet, dan juga menerima pesanan customer. Owner mempercayakan sepenuhnya butik kepada SPG. Karena itu, memiliki SPG yang handal selalu menjadi simpanan asset berharga. Kesejahteraan mereka pun diperhatikan, karena dalam bisnis home industry ini peristiwa pembajakan SPG sering terjadi ataupu ketidakloyalan SPG kepada owner bilamana mereka tidak memiliki kenyamanan dalam bekerja. Sementara itu, SPG juga memiki konsep diri sebagai objek (me) yang dipandang oleh owner sebagai tangan kanan, karena owner melihat kebutuhan akan memiliki SPG yang handal sama pentingnya dengan tangan kanan (idiom sebagai orang yang sangat dipercaya). Sementara itu pihak customer melihatnya sebagai pelayan toko, SPG others melihatnya sebagai teman senasib sepenanggungan, sedangkan significant others dalam hal ini pihak keluarga SPG melihat para SPG sebagai pekerja keras yang menafkahi keluarga. Sehingga, konsep diri SPG baik sebagi I yang dikonstruk oleh dirinya, maupun sebagai me yang dikonstruksi oleh orang lain, menimbulkan konstruksi diri yang positif bagi diri SPG itu sendiri, dan inilah yang membuat mereka bertahan menggeluti profesi ini dengan segala lika likunya.

(kedekatan hubungan kerja mulai dari proses produksi hingga marketing dan suasana kerjasama dengan prinsip kekeluargaan yang kentara

Asisten Pribadi

10

KONSEP DIRI I SPG

(menawarkan citra (brand image) produk kepada customer melalui penampilan diri SPG merasa dirinya bertanggungjawab terhadap proses pemasaran

Humas dan Marketing

Penjaga (SPG yang merasa sebagai orang yang diberi honor untuk menjual produk owner)

Owner melihat SPG sebagai tangan kanan

KONSEP DIRI ME SPG

Customer melihat SPG sebagai pelayan

SPG others melihat SPG sebagai teman senasib sepenanggungan

Significant Others melihat sebagai pekerja keras yang menafkahi keluarga

2. Pola Komunikasi SPG dengan Owner

11

Pola komunikasi dengan owner seperti pola komunikasi owner dengan partnernya, walaupun SPG adalah bawahan sang owner. Komunikasi yang dilakukan bukanlah komunikasi vertikal downward seperti instruksi, namun lebih kepada komunikasi horizontal, berbentuk pertukaran informasi dan sharing. Owner dapat sharing mengenai jenis bahan yang digunakan, jenis desain payet yang digunakan, strategi pemasaran, hingga pembinaan relasi dengan customer. Kedekatan hubungan partnership antara owner dengan SPG ini tidak ditemui dari SPG branded yang mungkin tidak tahu siapa owner produk yang ditawarkannya. SPG yang memiliki hubungan partnership ini biasanya adalah jenis SPG yang multifungsi, karena pembinaan hubungan yang terjadi cenderung bukan seperti atasan dengan bawahan, namun lebih kepada hubungan kekeluargaan. Walaupun demikian, SPG adalah orang yang tahu diri . dekatnya hubungan tidak membuat mereka menjadi lupa diri dan kemudian bertindak seenaknya, mereka juga memiliki batasan etika mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak terhadap owner. Bagi owner home industry, penampilan fisik tidak menjadi prioritas dalam memilih SPG yang handal, yang penting SPG memiliki kemauan keras untuk bekerja, karena tuntutan seorang SPG home industry tidak cukup hanya pada saat mendisplay kan produknya namun juga pada saat proses produksi, SPG menjadi partner owner untuk berbelanja bahan, bahkan pertemuan dengan relasi, SPG juga diikutsertakan. Proses interaksi simbolik terjadi antara owner dengan SPG nya bila mereka bertemu di butik. Owner terkadang hanya datang untuk melihat suasana penjualan, dengan mengamati suasana toko dan keadaan sekitar mall. Owner tidak menyalahkan SPG bilamana dagangan produk yang ditawarkan tidak laku atau belum laku. Istilah yang digunakan, biasanya berbentuk pertanyaan verbal, ada yang keluar?. Kata keluar menunjuk pada maksud 12

adakah barang dagangan yang laku? Walau hanya dikatakan dengan istilah kata yang singkat, namun pertanyaan itu merupakan pertanyaan yang lazim disampaikan oleh owner kepada SPG. SPG akan menjawab dengan mimik muka yang sedih, belum menandakan arti bahwa belum ada barang yang keluar, atau dengan mimik yang gembira dan penuh kebanggaan bila mengatakan ya, ada! menandakan ada barang yang laku. Ada kalanya owner juga tidak segan untuk ikut berjualan barang, sehingga nego harga dapat dilakukan dengan segera. Pada saat itu, SPG hanya diam mendukung tindakan owner. Pada saat owner menawarkan dagangan langsung ke customer, SPG tidak berkata apa-apa, hanya memperhatikan dan membantu bila diperlukan, apakah itu mengambilkan pakaian yang dimaksud, merapikannya, termasuk membantu customer untuk fitting busana.

hubungan partnership, menganggap SPG sebagai asset penting

Dialog untuk mencairkan suasana, menghibur diri atas kondisi jualan, dan pembenaran bahwa kondisi yang tidak laku bukan kesalahan SPG

tipe komunikasi vertikal namun kadang juga sharing informasi

POLA KOMUNIKASI SPG-OWNERbertanya mengenai masalah pemasaran hari ini

Ekspresi wajah menunjukkan makna yang dapat dipahami oleh owner dan SPG

SPG melaporkan keadaan penjualan

3. Pola Komunikasi SPG dengan Customer 13

SPG home industry memiliki keleluasaan dan akses yang dekat dengan pihak konsumen, sehingga seorang SPG home industry juga berperan sebagai konsultan busana bagi customer. Kepekaan pemahaman SPG terhadap produk, jenis bahan, desain, hingga model yang sedang up to date menjadi pertimbangan customer bila hendak membeli produk yang ditawarkan. Customer adalah raja. Motto tersebut juga berlaku bagi SPG home industry, hanya dengan modifikasi bahwa bagi SPG, customer adalah partner yang siap membantu apa saja yang dibutuhkan oleh customer, baik itu berkenaan dengan produk yang ditawarkan maupun tidak. Tidak jarang customer yang merasa sebagai tamu maka dia berhak bertindak sewenang-wenang. Mulai dari bahasa verbal yang merendahkan SPG, hingga tampilan wajah yang sok kuasa. Sebagai seorang SPG yang handal, menghadapi costumer yang berperilaku tidak menyenangkan, dengan menunjukkan ekspresi kekesalan yang cukup kentara, dengan mengedipkan mata kepada SPG others yang juga rekan sekerja walaupun berbeda owner. Sudah menjadi kewajiban SPG untuk selalau menawarkan service dan pelayanan fitting baju, merapikan baju, hingga menawarkan konsep desain, sehingga SPG mirip dengan seorang konsultan mode, untuk memberi masukan kepada calon customer mengenai bahan yang baik, jenis desain yang bagus, dan kesesuaian antara busana yang dikenakan dengan bentuk tubuh. Bahasa yang digunakan haruslah menggunakan yang sopan dan diupayakan untuk tidak menyinggung perasaan customer dengan mimik muka yang bersahabat dengan menunjukkan seolah-olah bahasa simbol, iam your servant, saya akan melakukan apapun untuk anda, dan bahasa non verbal lainnya yang sejenis. Bila terlihat customer adalah orang yang terbuka dan bersedia menerima saran, dan tentu saja dilihat akan 14

mampu membeli produk yang ditawarkan, maka SPG akan dengan senang hati dan sangat terbuka untuk berbicara mengenai kelebihan produk yang ditawarkannya, sehingga dengan komunikasi persuasif yang baik, diharapakan customer kan terbujuk untuk membeli produk yang diawarkan. Pola komunikasi dan interaksi yang terjadi antara SPG dan customer dapat terus berlanjut bila sang membeli produk yang ditawarkan. Nego harga sering terjadi, karena walaupun sebenarnya costumer mampu membeli dengan harga tinggi sekalipun, namun mereka juga tetap melakukan negosiasi. Pada saat ini negosiasi wajah SPG sangat penting. Mimik muka serius untuk tetap mempertahankan harga agar tidak turun ditunjukkan kepada costumer. Bahasa yang dipergunakan, maaf, bu, memang harganya segitu dari yang punya, dengan berdalih dengan mahalnya harga karena mahalnya bahan yang digunakan dan desain yang ekslusif. Ada kalanya costumer menyerah dengan ucapan semacam itu, namun ada juga yang tidak, maka nego harga tetap dilakukan dengan sepengetahuan owner, yaitu melalui telepon langsung antara SPG dengan owner, dengan bahasa kode-kode tertentu yang hanya dapat dimengerti olah mereka berdua.Relasi setara, walau terkadang seperti majikan dan pelayan Costumer positif akan membeli, sedangkan costumer negatif tidak Upaya persuasif dengan sapaan yang sopan dan ekspresi wajah senyum

POLA KOMUNIKASI SPG-COSTUMER

Negosiasi harga SPG selayaknya seperti konsultan mode

Bentuk komunikasi vertikal dan sharing informasi

15

Pola Interaksi SPG dengan SPG Others SPG sebagai manusia individual adalah manusia yang mengartikan dirinya dalam dunia ini agar bertindak. Tindakan atau aksi bagi manusia terdiri dari perhitungan berdasarkan berbagai hal yang ia perhatikan dan penampakan sejumlah tindakan berdasarkan pada bagaimana dia menginterpretasikannya. SPG home industry di Bandung Super Mall memiliki jadual rutinitas kerja yang tetap, situasi dan dengan atmosfir kerja yang sama sehingga dinamisasi kerja kurang terlihat di butik-butik home industry busana muslim. Hal ini menyebabkan suasana kebosanan mendominasi, sehingga para SPG mengisi waktu yang luang dengan melakukan percakapan sesama SPG. Topik pembicaraan mulai dari membicarakan produk, mengenai tabiat owner, perilaku sesama owner, hingga masalah rumah tangga. Lowongnya waktu yang dimiliki SPG kadang diisi juga dengan memayet pakaian yang harus dipayet, atau mengisi Teka Teki Silang bahkan tidur. Mereka akan bangun dan dibangunkan rekan sekerjanya bila ada customer yang dating. Waktu istirahat diisi dengan makan dan sholat. Cara yang digunakan SPG bila ia hendak keluar ataupun hendak sholat adalah dengan menitipkan produk yang ia jaga kepada SPG lain meski berbeda owner, karena itu tingkat hubungan yang dimiliki antara satu SPG dengan SPG lain sangat tinggi. Mereka harus saling percaya satu sama lain untuk menjaga barang bila SPG yang bersangkutan sedang tidak di tempat.

16

Hubungan kekeluargaan, komunikasi informal dan santaiisolate SPG karena masih baru dan kurang pengalaman, namun tidak berlangsung lama

sharing informasi mengenai desain pakaian

POLA INTERAKSI SPGSPG OTHERSGrapevine, gosip, mengisi TTS, dan tidur dilakukan di waktu senggang

Bila ada customer, saling membantu menawarkan barang

Saling percaya

4. Interaksi SPG dengan Significant others Salah satu hal yang membedakan SPG home industry busana muslim dengan SPG branded adalah SPG home industry ini merupakan wanita yang bertanggung jawab untuk memberikan kontribusi yang besar untuk menafkahi keluarganya walaupun pada saat bekerja. Significant others sangat berpengaruh pda semangat kerja mereka. Significant others adalah orang-orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaa kita, yang mengarahkan tindakan kita, membentuk pikiran kita, dan menyentuh kita secara emosional. Untuk hal ini, significant others yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keluarga yang berkunjung ke tempat kerja SPG tersebut. Hal inilah yang terlihat dari pengamatan terhadap para SPG yang menghabiskan waktunya selama sepuluh jam di Bandung Super Mall. Melihat waktu yang demikian banyak diluar rumah, maka kadang ada SPG yang membawa anaknya untuk ikut menemani 17INTERAKSI SPG-SIGNIFICANT OTHERS

berjualan. Dalam hal ini mereka menjalankan perannya sebaga nurturing mom. Walaupun tidak maksimal mereka menyempatkan waktu untuk memperhatian anaknya, memberinya makan, mengajaknya beristirahat, walaupun harus tidur di balik tumpukan stok barang. Bila ada keluarga yang berkunjung, maka akan dilayani dengan baik dan penuh kasih sayang.INTERAKSI SPG-SIGNIFICANT OTHERS

Nurturing Mom (Bekerja sekaligus mengasuh anak)

SIMPULAN DAN SARAN Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberimakna. Menurut teori ini, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunkan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial. Dalam penelitian mengenai Pola Komunikasi dan Interaksi Sales promotion girl Home industry Busana Muslim di Bandung Super Mall ini , diperoleh beberapa prosposisi dan skema derajat konstruk kedua untuk menjadi acuan bagi kelanjutan penelitian terutama dalam ranah kajian metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan interaksi simbolik.

18

1.

Konsep diri SPG baik sebagi I yang dikonstruk oleh dirinya, maupun sebagai me yang dikonstruksi oleh orang lain, menimbulkan konstruksi diri yang positif bagi diri SPG itu sendiri, dan inilah yang membuat mereka bertahan menggeluti profesi ini dengan segala lika likunya.

2. Pola komunikasi dengan owner seperti pola komunikasi owner dengan partnernya, walaupun SPG adalah bawahan sang owner. Komunikasi yang dilakukan bukanlah komunikasi yang cenderung vertikal downward seperti instruksi, namun lebih kepada komunikasi horizontal, berbentuk pertukaran informasi dan sharing. 3. SPG home industry memiliki keleluasaan dan akses yang dekat dengan pihak konsumen, sehingga seorang SPG home industry juga berperan sebagai konsultan busana bagi customer. 4. Tingkat hubungan yang dimiliki antara satu SPG dengan SPG others sangat tinggi. Relasi yang terbentuk berdasarkan kepercayaan ini menjadi pola tersendiri dalam komunikasi antarpribadi dan interaksi mereka. 5. Significant others sangat berpengaruh pada semangat kerja SPG dalam menjalankan aktivitasnya. Pola komunikasi dan interaksi yang terbentuk adalah sebagai nurturing mom yang mengasuh dan menyayangi keluarganya meski ditengah kesibukan bekerja.

DAFTAR PUSTAKABeebe, Steven A. Beebe, Susan J. Redmond, Mark V. 1994. Interpersonal Communication Relating to Others. USA: Allyn and Bacon

Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana Perdana Media Grup. JakartaMiles, Matthew B. & Huberman, A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta : UI Press.

19

Mulyana, Deddy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya. BandungMulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy & Solatun. 2007. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

West, Richard. & Turner, Lynn H. 2006.Understanding Interpersonal Communication Making Choices in Changing Time. United States: Wadsworth Publishing Company. Referensi elektronik: http://aliyahnuraini.wordpress.com/2009/02/12/pola-komunikasi-dan-interaksi-salespromotion-girl-di-bandung-super-mall/ akses 23 juni 2008 http://jurnalistikuinsgd.wordpress.com/2007/03/27/kapita-selekta-komunikasi/ akses 23 juni 2008

20