POLA INTERAKSI PAWANG DAN PELATIHAN GAJAH SUMATERA ...digilib.unila.ac.id/60543/2/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of POLA INTERAKSI PAWANG DAN PELATIHAN GAJAH SUMATERA ...digilib.unila.ac.id/60543/2/SKRIPSI TANPA BAB...
POLA INTERAKSI PAWANG DAN PELATIHAN
GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus)
DI ELEPHANT RESPONSE UNIT RESORT TOTOPROJO SPTN II
TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS
(Skripsi)
Oleh
EFFRIANDI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
POLA INTERAKSI PAWANG DAN PELATIHAN
GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus)
DI ELEPHANT RESPONSE UNIT RESORT TOTOPROJO SPTN II
TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS
Oleh
Effriandi
Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa dilindungi yang
berstatus terancam punah (critically endangered). Pawang memiliki peran
penting dalam penentuan kesejahteraan, pelatihan dan pemanfaatan gajah dalam
menunjang kinerja taman nasional berupa patroli dan mitigasi konflik manusia
dan gajah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui interaksi pawang yang bersifat
dinamis, berulang dan bertahan dalam jangka waktu yang lama sehingga
membentuk pola serta pelatihan gajah guna pemanfaatannya dalam menunjang
kinerja taman nasional di Elephant Response Unit Satuan Pengelolaan Taman
Nasional Wilayah II Taman Nasional Way Kambas pada Bulan Januari – Februari
2019. Penelitian ini menggunakan metode observasi partisipan, wawancara,
purposive sampling technique dan analisis data menggunakan metode deskriptif
kualitatif serta model miles and huberman yang bersifat induktif yang
dikontruksikan menjadi hipotesis dan teori.
Effriandi
Penelitian ini menunjukkan pola interaksi pawang terdiri dari interaksi pawang
dan gajah berupa pemeliharaan, perawatan dan pelatihan gajah. Interaksi pawang
dan asisten pawang berupa pemeliharaan, perawatan, pelatihan gajah, patroli dan
mitigasi konflik manusia dan gajah. Interaksi pawang dan masyarakat terjadi
pada kegiatan blokade (penjagaan) dalam mitigasi konflik manusia dan gajah.
Pelatihan merupakan cara mengubah perilaku alami gajah menjadi perilaku terajar
yang berdasarkan kriteria gajah jinak di Elephant Response Unit serta teknik
pelatihan berjumlah 47 terdiri dari 24 perintah verbal (ucapan) dan 23 perintah
isyarat, penggunaannya paling banyak pada saat patroli monitoring kawasan dan
penggiringan gajah liar.
Kata kunci: Gajah sumatera, interakasi pawang, Taman Nasional Way Kambas.
ABSTRACT
MAHOUT INTERACTION PATTERNS AND
ELEPHANT SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) TRAINING
IN ELEPHANT RESPONSE UNIT RESORT TOTOPROJO SPTN II
WAY KAMBAS NATIONAL PARK
By
Effriandi
Sumatran elephant (Elephas maximus sumatranus) is a protected species and
critically endangered status. Mahout has an important role in determining the
welfare, training and utilization of elephants in supporting the performance of the
national park in the form of patrolling and human elephant conflict mitigation.
The purpose of this research was to determine the dynamic, repetitive and
enduring interaction of mahout for a long time so can to establish patterns and
training of elephants for their use in supporting the performance of national parks
in the Elephant Response Unit of the Regional Park Management Unit II Way
Kambas National Park in January - February 2019. This research uses participant
observation methods, interviews, purposive sampling technique, data analysis
using the inductive of descriptive qualitative method, miles and huberman method
which is constructed into hypotheses and theories.
Effriandi
The results of the research showed that mahout interaction pattern consists of the
interaction of the mahout and elephant interaction in the form of maintenance,
care and training of elephants. Interaction of mahout and mahout assistant in
maintenance, treatment, training of elephants, patrolling and human elephant
conflict mitigation. Mahout and villager interaction occurs in blockade activities
in the mitigation of human elephant conflict mitigation. Training is a way to
change an elephant's natural behavior into a learned behavior based on the criteria
of a docile elephant in the Elephant Response Unit and totaling 47 consisted of 24
verbal and 23 annunciation, the most used at the time of monitoring patrols and
the driving of a wild elephant.
Keywords: Mahout interaction, sumatran elephant, Way Kambas National Park.
POLA INTERAKSI PAWANG DAN PELATIHAN
GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus)
DI ELEPHANT RESPONSE UNIT RESORT TOTOPROJO SPTN II
TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS
Oleh
Effriandi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA KEHUTANAN
pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Negeri Baru pada tanggal 5 April
1996, merupakan anak keenam dari enam bersaudara
pasangan Bapak Ujang Effendi dan Ibu Darmani.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 1 Negeri
Baru pada tahun 2008, SMP Negeri 1 Blambangan Umpu
pada tahun 2011 dan SMA Negeri 4 Tangerang pada
tahun 2014. Pada tahun 2014, melanjutkan pendidikkan di Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung malalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Pada tahun 2016, penulis melakukan Kuliah Lapang Kehutanan (KLK) di Pusat
Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPAKB), Southeast Asian Regional
Center for Tropical Biology (SEAMEO BIOTROP), Manggala Wanabakti, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hutan (Puslitbanghut) Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan. Pada tahun 2017, penulis melakukan Praktik Umum (PU)
di Badan Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) Linggapada, Kesatuan
Pengelolaan Hutan (KPH) Balapulang Perum Perhutani Divisi Regional Jawa
Tengah. Pada tahun 2018, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Selapan Kecamatan Pardasuka Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung.
Pada tahun 2015, penulis mengikuti Seminar Ekologi Tingkat Nasional “Peran
Hutan Dalam Mitigasi dan Adaptasi Bencana Alam di Indonesia” dan seminar
“International Conference of Science, Infrastructure, Technology and Regional
Development (ICoSITeR)” pada tahun 2018. Selama menjadi mahasiswa, penulis
aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Kehutanan (Himasylva) Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
Pada tahun 2019, penulis menjadi pelaksana lapangan pada Tim Evaluasi Izin
Perhutanan Sosial Provinsi Lampung di KPH Liwa, tim ini dibentuk oleh Direktur
Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan. Penulis mempersentasikan sebagian hasil penelitiannya
yang berjudul “Pelatihan dan Pemanfatan Gajah Latih (Studi Kasus di Elephant
Response Unit Resort Totoprojo SPTN II Taman Nasional Way Kambas)” dalam
Seminar Nasional Pengembangan Lahan Kering Ke – 5 yang diselenggarakan
oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup, Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Lampung pada tanggal 9 - 10
September 2019.
Karya ini kupersembahkan untuk Ayah dan ibu serta saudaraku tersayang
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan petunjuk-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pola Interaksi Pawang
dan Pelatihan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Elephant
Response Unit Resort Totoprojo SPTN II Taman Nasional Way Kambas” sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini jauh
dari kesempurnaan. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan
dan kemurahan hari dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini dengan segala
kerendahan hari penulis mengucapakan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Indra Gumay Febryano, S.Hut, M.Si. selaku Ketua Jurusan
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, terima kasih atas bantuan
dan saran yang telah diberikan hingga selesainya penulisan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. selaku dosen pembimbing
pertama yang senantiasa membantu, memberikan arahan dan saran kepada
penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
ii
4. Bapak Dr.Hj. Bainah Sari Dewi, S.Hut., M.P., IPM. selaku dosen pembimbing
kedua yang senantiasa membantu, memberikan arahan dan saran kepada
penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Dr. Ir. Gunardi D. Winarno, M.Si. selaku pembahas atau penguji atas
semua arahan, saran dan kritik yang bermanfaat dalam telah diberikan dalam
penyeselesain penulisan skripsi ini.
6. Bapak Rudi Hilmanto, S.Hut., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik
penulis yang senantiasa memberikan arahan, saran dan kritik selama
perkuliahan.
7. Segenap Dosen Pengajar dan Staf Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung yang senantiasa membantu serta memberikan ilmu
selama penulis menempuh pendidikan.
8. Bapak Subakir, S.H., M.H. selaku Kepala Balai Taman Nasional Way Kambas
beserta staf yang senantiasa memberikan arahan.
9. Bapak Nazzaruddin selaku Koordinator Elephant Response Unit, segenap
pawang (mahout), asisten pawang dan staf di Elephant Response Unit Bungur
serta Elephant Response Unit Tegal Yoso Resort Totoprojo SPTN II Taman
Nasional Way Kambas yang senantiasa telah membantu penulis dalam
pengambilan data.
10. Esri Indonesia yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
penelitian ini dengan memberikan hak penggunaan perangkat lunak ArcGis
10.3.
iii
11. Orang tua penulis Bapak Ujang Efendi, Ibu Darmani dan saudara – saudaraku
Roffi Efendi, S.T., Desi Effrita, S.E., Elfima Nora, A.md., Elfina Effendi,
A.md. serta Willy Febriani, S. Tr. Keb., yang senantiasa telah memberikan
do’a, kasih sayang, semangat, motivasi dan dukungannya untuk sebuah cerita
perjalanan hidup penulis.
12. Sahabat – sahabatku Agung P. Yusuf, Agus Sayfulloh, Muhammad Mahduda
Apriansyah, Okky Tio Prabowo, Wahyu Kurniawan, Lailatul Muniro, S.Hut.
dan Zulfanda Akbar Denasa selalu memberikan motivasi, doa dan dukungan
yang telah diberikan dalam penyeselesain penulisan skripsi ini.
13. Teman dan keluarga Kehutanan 2014“Lugosyl” dan Himpunan Mahasiswa
Kehutanan (Himasylva) Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas
kebersamaan, semangat dan keikhlasan hati dalam membantu penulis
mencapai gelar sarjana ini.
14. Serta semua pihak yang telah terlibat dalam penelitian dan penyelesaian
skripsi mulai dari awal sampai akhir yang tidak bisa disebutkan satu – persatu.
Bandar Lampung, 18 Desember 2019.
Effriandi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
C. Kerangka Teoritis ............................................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 6
A. Gajah Sumatera................................................................................ 6
B. Persebaran Gajah Sumatera ............................................................. 8
C. Habitat Gajah Sumatera ................................................................... 8
D. Perilaku Gajah Sumatera ................................................................. 9
E. Taman Nasional Way Kambas ......................................................... 11
F. Elephant Response Unit ................................................................... 12
G. Pelatihan Gajah ................................................................................ 13
H. Pawang............................................................................................. 14
III. METODE PENELITIAN ................................................................... 16
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 16
B. Alat dan Objek Penelitian ................................................................ 17
C. Jenis Data ......................................................................................... 17
1. Data primer .................................................................................. 17
2. Data sekunder .............................................................................. 17
D. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 18
1. Observasi ..................................................................................... 18
2. Wawancara................................................................................... 18
3. Studi literatur ............................................................................... 18
4. Dokumentasi ................................................................................ 19
E. Analisis Data .................................................................................... 19
vi
Halaman
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 20
A. Pola Interaksi Pawang ..................................................................... 20
1. Interaksi pawang dan gajah ......................................................... 22
a. Pemeliharaan............................................................................ 22
b. Perawatan ................................................................................ 24
1). Memandikan ....................................................................... 24
2). Memberikan minum ........................................................... 24
3). Menggembalakan ............................................................... 25
4). Perawatan kesehatan .......................................................... 26
5). Peralatan ............................................................................. 27
6). Pakan tambahan ................................................................. 28
2. Interaksi pawang dan asisten pawang.......................................... 31
a. Pelatihan .................................................................................. 32
b. Patroli ...................................................................................... 32
c. Mitigasi konflik manusia dan gajah ......................................... 33
3. Interaksi pawang dan masyarakat ................................................ 34
B. Pelatihan Gajah ................................................................................ 36
1. Pelatihan dasar ............................................................................. 38
2. Pelatihan lanjutan ........................................................................ 39
3. Pelatihan pengembangan ............................................................. 41
4. Bahasa pawang berinteraksi dengan gajah didiknya ................... 43
C. Pemanfaatan Gajah Latih ................................................................. 44
1. Patroli monitoring ........................................................................ 44
2. Penggiringan ................................................................................ 46
VI. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 49
A. Simpulan ......................................................................................... 49
B. Saran ................................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 51
LAMPIRAN ............................................................................................... 57
Gambar……………………………………………………………………. 58 - 60
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pawang dan Asisten Pawang ERU SPTN II TNWK ........................... 21
2. Perawatan Kesehatan Gajah Sumatera ................................................. 27
3. Anggota Luar ERU SPTN II TNWK ................................................... 35
4. Daftar Nama Gajah Latih di ERU SPTN II TNWK ............................. 37
5. Daftar Nama Anak Gajah di ERU SPTN II TNWK ............................ 37
6. Pelatihan Pengulangan ......................................................................... 42
7. Bahasa Pawang dalam Berinteraksi dengan Gajah Didiknya .............. 43
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan alir penelitian ........................................................................... 5
2. Peta lokasi penelitian (Skala: 1:5.200) ............................................... 16
3. Pola interaksi pawang ......................................................................... 21
4. Pemeliharaan kandang ........................................................................ 23
5. Gajah diberikan minum ...................................................................... 25
6. Gajah digembalakan ........................................................................... 26
7. Pengangkutan pakan tambahan .......................................................... 28
8. Suplemen gajah .................................................................................. 29
9. Peta fasilitas di ERU Bungur (Skala 1:560) ....................................... 30
10. Peta fasilitas di ERU Tegal Yoso (Skala 1:440)...... .......................... 31
11. Interaksi pawang dan asisten pawang dalam kegiatan patroli ........... 32
12. Grafik kegiatan mitigasi konflik manusia dan gajah tahun 2017....... 36
13. Pelatihan dasar………………………… ........................................... 38
14. Pelatihan pengembangan………………………................................ 40
15. Kriteria keterampilan gajah jinak………………………… ............... 41
16. Peta patroli monitoring (Skala 1:5200)………………………. ......... 45
17. Grafik kegiatan patroli tahun 2017, 2018 dan 2019 .......................... 46
18. Penggiringan gajah liar………………………… .............................. 47
vii
Gambar Halaman
19. Grafik mitigasi konflik manusia dan gajah tahun 2017 – 2019 ......... 48
20. Struktur organisasi ERU SPTN II TNWK ......................................... 58
21. Pemberian suplemen gajah…………………..................................... 58
22. Jalur gajah liar SPTN II TNWK………………………… ................ 59
23. Peta konflik gajah tahun 2016………………………………………. 60
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Taman Nasional Way Kambas (TNWK) merupakan kawasan pelestarian alam dan
memiliki satwa dilindungi salah satunya yaitu gajah sumatera (Elephas maximus
sumatranus). Menurut Vesswic (2013) TNWK berfungsi sebagai habitat bagi
gajah sumatera sebanyak 200 ekor atau 10 % dari populasi yang ada. Berdasarkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 20 tahun 2018, gajah
sumatera merupakan salah satu jenis satwa yang dilindungi di Indonesia.
Gajah sumatera saat ini memiliki status terancam punah (critically endangered)
berdasarkan data Red list book International Union for Conservation of Nature
(IUCN, 2012). Menurut Convention on International Trade of Endangered
Species (2016) gajah sumatera masuk kedalam Appendix I (konvensi perdagangan
internasional tumbuhan dan satwa terancam).
Konservasi gajah di TNWK ditandai sejak tahun 1985 saat berdirinya Pusat
Pelatihan Gajah (PLG) melalui domestikasi (pengadopsian satwa dari habitatnya).
Menurut Meytasari dkk. (2014) tahapan pertama domestikasi adalah penyusunan
kriteria gajah untuk mengetahui asal domestikasi, tanggal penangkapan dan jenis
kelamin gajah.
2
Meningkatnya populasi manusia berdampak pada pembukaan kawasan hutan
untuk pemukiman maupun perkebunan mengakibatkan berkurangnya habitat
gajah sumatera sehingga menyebabkan meningkatnya intensitas konflik manusia
dan gajah di sekitar kawasan (Hedges dkk., 2005). Veterinary Society for
Sumatera Wildlife Conservation (VESSWIC) dan Balai TNWK berinisiatif untuk
mendayagunakan pawang (mahout) serta gajah latih dalam mitigasi konflik
manusia dan gajah melalui Elephant Response Unit (ERU) pada tahun 2010 di
Resort Totoprojo Satuan Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) wilayah II TNWK.
ERU beroperasi tahun 2011 ditandai dengan didirikannya camp ERU Bungur dan
bertujuan untuk konservasi alam dengan memperdayakan pawang, masyarakat
dan pemanfaatan gajah sesuai kemampuannya. Menurut Muniroh dkk. (2018)
pawang adalah personil yang mempunyai keterampilan dalam pengelolaan
kesejahteraan dan pelatihan gajah. Menurut Triana (2001) pelatihan adalah
mengubah sifat liar gajah menjadi terdidik melalui pelatihan dasar, pelatihan
lanjutan dan pelatihan pengembangan.
Pawang memiliki peran penting dalam penentuan kesejahteraan, pelatihan dan
pemanfaatan gajah, oleh karena penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui
interaksi pawang yang bersifat dinamis, berulang dan bertahan dalam jangka
waktu yang lama sehingga membentuk pola tertentu serta pelatihan dalam
mempersiapkan gajah dalam pemanfaatannya untuk menunjang kinerja taman
nasional di ERU Resort Totoprojo SPTN II TNWK.
3
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah.
1. Mengetahui pola interaksi pawang di ERU Resort Totoprojo SPTN II TNWK.
2. Mendeskripsikan pelatihan gajah di ERU Resort Totoprojo SPTN II TNWK.
3. Menganalisis pemanfaatan gajah latih di ERU Resort Totoprojo SPTN II
TNWK.
C. Kerangka Teoritis
ERU dibentuk dengan tujuan untuk kegiatan patroli dan mitigasi konflik manusia
dan gajah di sekitar kawasan TNWK. Mitigasi konflik manusia dan gajah
diperlukan guna mencegah gajah liar untuk keluar kawasan yang berdampak
negatif berupa kerusakkan lahan, jatuhnya korban jiwa dan kematian gajah.
Pawang memiliki peran penting dalam penentuan kesejahteraan, pelatihan dan
pemanfaatan gajah dalam menunjang kinerja taman nasional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi pawang yang bersifat dinamis,
berulang dan bertahan dalam jangka waktu yang lama sehingga membentuk pola
tertentu serta pelatihan dalam mempersiapkan gajah dalam pemanfaatannya untuk
menunjang kinerja taman nasional di ERU Resort Totoprojo SPTN II TNWK.
Pengumpulan data menggunakan metode observasi partisipasi moderat yaitu
pengamatan oleh observer (peneliti) dengan ikut mengambil bagian dalam
kehidupan yang diobservasi dan in-depth interview yaitu wawancara mendalam
yang dilakukan kepada narasumber guna mendapatkan data yang akurat.
4
Metode snowball sampling technique merupakan teknik pengambilan sampel
yang akan berhenti prosesnya jika jawaban yang diterima sudah dapat menjawab
semua pertanyaan dan dapat medukung pencapaian tujuan penelitian.
Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling technique yaitu
teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan pertimbangan tertentu untuk
mendapatkan data yang akurat.
Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif yaitu teknik analisis data
dengan cara menggambarkan kondisi obyektif dari obyek penelitian dan
menguraikan dalam bentuk kalimat atau pernyataan berdasarkan data primer dan
data sekunder. Pengolahan data menggunakan metode model miles and huberman
yang bersifat induktif berdasarkan fakta di lapangan dikontruksikan menjadi
hipotesis dan teori. Data berupa titik Global Positioning System (GPS) pada
lokasi penelitian akan diolah menggunakan perangkat lunak ArcGIS 10.3 untuk
menghasilkan berupa peta. Bagan alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
5
Gambar 1. Bagan alir penelitian.
Taman Nasional Way Kambas
ERU Resort Totoprojo SPTN II TNWK
Pola Interaksi Pawang dan Pelatihan Gajah Sumatera
di ERU Resort Totoprojo SPTN II TNWK.
1. Kegiatan
harian pawang
2. Patroli
3. Mitigasi
konflik
manusia dan
gajah
1. Pelatihan dasar
2. Pelatihan
pengembangan
3. Pelatihan lanjutan
Program Kerja
ERU
1. Mitigasi konflik
manusia dan
gajah
2. Patroli
3. Elephant Rescue
4. Breeding
Pola Interaksi
1. Polhut SPTN II
2. Koordinator ERU
3. Pawang
4. Masyarakat
Tugas Pawang
(mahout)
Pelatihan Gajah
1. Pemeliharaan
2. Perawatan
3. Pelatihan
Metode:
1. Observasi partisipasi moderat
2. In-depth interview
Analisis:
1. Deskriptif kualitatif
2. Model miles and huberman
1. Lokasi
2. Waktu
3. Daftar gajah latih
4. Pemanfatan gajah
latih
1. Mengembalaan
2. Mandi
3. Pakan
4. Kandang
5. Perawatan
6. Pelatihan
Metode:
1. Purposive sampling technique
2. Snowball sampling technique
Pola Interaksi Pawang dan
Pelatihan Gajah Sumatera
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Gajah Sumatera
Menurut Ribai dkk. (2012) gajah sumatera memiliki 20 pasang rusuk, untuk
subspesies lain memiliki 19 pasang rusuk. Gajah sumatera merupakan salah satu
subspesies dari gajah asia (Elephas maximus) yang memiliki ukuran tubuh relatif
lebih kecil dan memiliki gading lebih keras dibandingkan sub - spesies lain.
Menurut Nuri dkk. (2013) gajah sumatera diperkenalkan oleh Temminck dengan
nama ilmiah Elephas maximus sumatranus Temminck, 1847 dan klasifikasi gajah
sumatera sebagai berikut:
Klasifikasi gajah sumatera:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Proboscidea
Famili : Elephantidae
Genus : Elephas
Spesies : Elephas maximus
Supspesies : Elephas maximus sumatranus
7
Gajah sumatera termasuk satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.20/Menlhk/Kum.1/6/2018 tentang tumbuhan dan satwa dilindungi. Populasi
gajah sumatera yang menurun dapat diakibatkan dari beberapa faktor, salah
satunya kerusakan habitat.
Menurut Syarifuddin (2008) tingkat populasi gajah dipengaruhi oleh kondisi
habitat dan perkembangan populasi secara alami dipengaruhi oleh angka kelahiran
dan kematian. Habitat yang rusak disebabkan oleh pembukaan lahan sebagai
lahan pertanian dan pemukiman dikarenakan populasi manusia yang terus
berkembang yang menyebabkan intensitas konflik manusia dan gajah di sekitar
kawasan meningkat.
Menurut Abdullah dkk. (2006) tindakan konservasi dilakukan karena populasi
gajah yang terus menurun, tahun 1980 populasi sebanyak 5000 ekor dan pada
tahun 2006 sebanyak 1970 ekor. Konservasi gajah di TNWK ditandai sejak
berdirinya Pusat Pelatihan Gajah (PLG) melalui domestikasi (pengadopsian satwa
dari alam) bertujuan untuk menyelamatkan populasi gajah yang mulai berkurang.
Menurut Meytasari dkk. (2014) tahapan pertama dalam domestikasi adalah
penyusunan kriteria berupa asal domestikasi, tempat dan tanggal penangkapan
serta jenis kelamin. Penyusunan kriteria bertujuan untuk mempermudah dalam
pengasuhan dan pelatihan di PLG nantinya. Menurut Salsabila dkk. (2017)
pawang memiliki tanggung jawab dalam pengasuhan dan pelatihan di PLG
TNWK serta diharapkan dapat menjadi pemimpin bagi gajah didiknya.
8
B. Persebaran Gajah Sumatera
Gajah asia (Elephas maximus) terbagi dalam tiga sub – species yaitu Elephas
maximus maximus di Srilangka, Elephas maximus indicus di India dan Elephas
maximus sumatranus di Indonesia. Gajah sumatera dapat ditemukan di Pulau
Sumatera dan Kalimantan bagian timur serta hidup dengan tipe habitat seperti
hutan rawa gambut, hutan dataran rendah, dan hutan hujan pegunungan rendah
Menurut Vesswic (2013) TNWK merupakan habitat bagi gajah sumatera
sebanyak 200 ekor atau 10 % dari populasi yang ada. TNWK memiliki 2
ekosistem penyusun yaitu ekosistem rawa air tawar dan ekosistem dataran rendah.
Menurut Rianti dan Garsetiasih (2017) gajah memiliki peran penting dalam
keberlangsungan ekosistem selain peran masyarakat dalam menjaga hutan.
Masyarakat berperan dalam konservasi gajah dan gajah bagi masyarakat melayu
adalah gambaran kehidupan. Menurut Mustafa dan Jusoh (2018) masyarakat
melayu percaya bahwa keberadaan gajah sumatera sebagai sebuah falsafah,
arkeologi, sejarah, sosial dan budaya.
C. Habitat Gajah Sumatera
Menurut Alikodra (1985) habitat merupakan komponen fisik dan biotik sebagai
satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang biak.
Pengelolaan hutan yang baik mendukung kehidupan satwa dan status kawasan
hutan untuk menjamin kelestarian satwa liar. Daya dukung habitat gajah yang
baik dapat dilihat dari kondisi wilayah, sumber pakan, dan air sebagai daya
dukung habitat.
9
Menurut Suhada dkk. (2016) gajah memerlukan habitat optimal meliputi naungan,
air dan ketersediaan pakan untuk keberlangsungan hidup di kawasan.
Habitat yang baik bagi gajah berupa hutan primer sebagai tempat berlindung dan
hutan sekunder sebagai daerah mencari makan. Menurut Yanti dkk. (2017) jenis
tanaman di TNWK memiliki beragam jenis dan tersedia sepanjang tahun berupa
ubi-ubian, jagung dan tebu.
Menurut Phuangkum dkk. (2005) gajah merupakan satwa yang memerlukan air
sebanyak 120 liter air dalam sehari untuk memenuhi kebutuhannya. Gajah
membutuhkan air tidak hanya untuk minum tetapi juga untuk membasahi
tubuhnya akibat terik matahari. Menurut Syarifuddin (2008) konversi lahan
menyebabkan berkurangnya ketesediaan pakan sehingga gajah keluar kawasan.
D. Perilaku Gajah Sumatera
Gajah sumatera merupakan satwa sosial dengan berkempok yang dipimpin oleh
gajah betina dewasa terbesar sedangkan gajah jantan dewasa lebih memilih soliter.
Menurut Ofrinaldi dkk. (2016) gajah sumatera di kawasan memiliki proporsi
perilaku terbanyak yaitu makan diikuti aktivitas minum, tidur dan bergerak serta
dipengaruhi luasan habitat, jenis pakan, umur, jenis kelamin dan berat tubuh.
Gajah selama aktivitas makan tidak akan menggunakan gadingnya untuk
membantunya untuk makan dan ketika minum akan mengambil air menggunakan
belalainya. Menurut Aldezia dkk. (2016) gajah dalam aktivitas makan akan
mengibaskan makanannya sebelum dimasukkan kedalam mulut menggunakan
belalai dan menggerakan ekornya.
10
Gajah merupakan satwa yang menghabiskan waktu dalam hidupnya untuk makan,
dalam waktu satu menit gajah dapat mengambil, menggulung, dan memasukkan
makanan ke dalam mulutnya 3-5 kali. Gajah secara alami akan mengobati
penyakit yang diakibatkan oleh cacing dengan cara menggaram. Menurut Novitri
dkk. (2017) garam mineral bersumber dari tanah, lumpur yang berasal dari tepi
sungai dan padang rumput.
Gajah sakit dapat disebabkan oleh penyakit (parasit, cacing, bakteri dan virus) dan
membutuhkan garam mineral untuk proses metabolisme tubuh yang diperoleh dari
vegetasi tumbuhan pakan. Menurut Resphaty dkk. (2015) kandungan pada tanah
Ca (0,190%); Mg (0,013%); K (0,158%) dan lumpur yaitu Ca (0.323%) Mg
(0,405%) K (0,233%) banyak dilakukan saat digembalakan dan dimandikan.
Gajah memiliki masa Musht (keadaan muncul secara periodik pada gajah ketika
terjadi peningkatan reproduktif secara signifikan) dialami oleh gajah dikarenakan
kadar testosteron pada gajah meningkat hingga 60% dari pada gajah normal.
Gajah pada masa Must akan mengeluarkan cairan pada bagian kepala dan sering
dihubungkan dengan masa birahi gajah tetapi belum adanya bukti sebagai
penunjang untuk membuktikan hal tersebut.
Menurut Alikodra (1985) gajah merupakan satwa yang aktif pada malam hari
(nokturnal) pada siang hari gajah lebih banyak menghabiskan waktunya untuk
makan dan tidur. Gajah tidur pada malam hari dengan merebahkan diri
kesamping dan jika sudah sangat lelah terdengar bunyi dengkur yang keras
sedangkan pada siang hari gajah beristirahat dengan berdiri di bawah pohon yang
rindang dengan tumpukan rumput sebagai bantalnya.
11
E. Taman Nasional Way Kambas
Taman Nasional Way Kambas (TNWK) merupakan salah satu taman nasional di
Provinsi Lampung yang ditetapkan pemerintah berdasarkan surat kementerian
menteri kehutanan nomor 444/Menhut-II/1989 tanggal 1 April 1989 dengan luas
130.000 ha. TNWK dikelola berdasarkan zonasi, yang terdiri dari zona inti, zona
rimba, zona pemanfaatan, dan zona pemanfaatan khusus.
Menurut Nuri dkk. (2013) ekosistem penyusun kawasan TNWK terdiri dari hutan
mangrove, hutan pantai, hutan riparian, hutan rawa dan hutan dataran rendah.
Spesies mamalia di TNWK terdiri dari 50 jenis dengan 36 diantaranya jenis-jenis
yang dilindungi salah satunya yaitu gajah sumatera. Menurut Vesswic (2013)
TNWK merupakan habitat bagi gajah sumatera sebanyak 200 ekor yang
diperkirakan ada saat ini atau 10 % dari populasi ada.
Gajah sumatera termasuk satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.20/Menlhk/Kum.1/6/2018 tentang tumbuhan dan satwa dilindungi (Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2018). Pelestarian terhadap gajah dilakukan
agar populasinya tetap terjaga melalui konservasi gajah di TNWK.
Menurut Abdullah dkk. (2006) tindakan konservasi dilakukan karena populasi
gajah yang terus menurun, tahun 1980 populasi sebanyak 5.000 ekor dan pada
tahun 2006 sebanyak 1.970 ekor. Pemanfatan gajah disamping tetap terjaga
kelestariannya melalui kegiatan konservasi dan pelatihan gajah yang dapat
dimanfaatkan sesuai kemampuan gajah.
12
F. Elephant Response Unit
Meningkatnya populasi manusia yang berdampak pada meluasnya pembukaan
kawasan hutan untuk pemukiman atau perkebunan menyebabkan berkurangnya
habitat gajah yang menyebabkan intensitas konflik manusia dan gajah meningkat.
Tahun 2008 Veterinary Society for Sumatera Wildlife Conservation (VESSWIC)
dan Balai TNWK berinisiatif untuk mendayagunakan pawang dan gajah terlatih
dalam upaya konflik manusia dan gajah melalui ERU pada tahun 2010.
ERU mulai dioperasikan pada tahun 2011 ditandai didirikannya Camp ERU
Bungur. ERU di SPTN II TNWK mencakup 8 desa yaitu Desa Tanjung Tirto,
Desa Toto Projo, Desa Tegal Ombo, DesaTanjung Kusuma, Desa Tegal Yoso,
Desa Taman Indah, Desa Taman Fajar dan Desa Tambah Dadi. Menurut Hedges
dkk. (2005) tahun 2000-2002 konflik manusia dan gajah menyebabkan 337
insiden perusakan lahan yang menyebabkan berkurangnya pendapatan
masyarakat.
Menurut Zazuli dan Dewi (2015) penanganan konflik manusia dan gajah
dilakukan oleh stakeholders dan Balai Besar TNWK dengan pembuatan kanal,
pagar listrik, patroli, hingga peningkatan ekonomi masyarakat. Habitat yang
mulai rusak menyebabkan gajah mencari makan keluar kawasan untuk memenuhi
kebutuhannnya. Menurut Utami dkk. (2015) peran aktif masyarakat dalam
mitigasi konflik manusia dan gajah diharapkan dapat memberikan kelugasan,
ketepatan serta bertindak efektif bertujuan untuk mencegah gajah keluar kawasan
dan meminimalisir jatuhnya korban jiwa.
13
Menurut Alanda (2017) dalam mendukung kegiatan di taman nasional perlu
kerjasama dengan berbagai pihak terkait dalam kegiatan mitigasi konflik manusia
dan gajah serta patroli. Patroli dilakukan secara preventif (pencegahan gangguan
dalam kawasan hutan) dan mengetahui keberadaan gajah liar terkini di kawasan.
Menurut Syahputa (2016) patroli dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada pagi
serta sore yang dirasa efektif dalam penanganan konflik manusia dan gajah.
Gajah jinak yang digunakan dalam kegiatan mitigasi konflik manusia dan gajah
serta patroli perlu diperhatikan kesejahteraannya. Menurut Tohir dkk. (2017)
kesejahteraan gajah diperhatikan melalui pengelolaan semi intensif berupa
pemeliharaan dan perawatan guna memastikan kondisi gajah dalam keadaan baik
dan terpelihara.
G. Pelatihan Gajah
Gajah liar dari hasil penggringan dan penangkapan akan dilatih di PLG bertujuan
untuk menghasilkan gajah latih yang dapat dimanfaatkan sesuai kemampuannya.
Menurut Triana (2001) pelatihan pertaman dilakukan di PLG dengan
didatangkannya empat pawang dari Thailand yang bertujuan untuk mengajarkan
pelatihan gajah. Pelatihan gajah merupakan cara mengubah perilaku alami gajah
menjadi perilaku terajar melalui proses belajar dan pada akhirnya gajah mau
melakukan pekerjaan yang diperintahkan. Proses pelatihan gajah, pawang
mencampurkan perintah verbal (ucapan) visual (kode/isyarat) dan fisik (menekan
bagian tubuh gajah).
14
Perintah verbal, perintah visual karena mempunyai penglihatan yang jelas dan
perintah fisik harus dilakukan secara hati hati karena akan berakibat fatal bila
tidak sesuai. Menurut Bahrudin (1993) pelatihan dilakukan pada umur tiga tahun
karena keterampilan dalam kondisi baik, bila kurang dari umur tersebut anak
gajah masih dalam masa menyusui dan sulit dipisahkan dari induknya.
H. Pawang
Menurut Muniroh (2018) pawang adalah personil yang mempunyai keterampilan
atau keahlian khusus untuk pengelolaan kesejahteraan gajah. Pawang dan gajah
didiknya berinteraksi setiap harinya dalam memelihara, merawat serta pelatih
gajah. Mahout merupakan istilah yang digunakan secara internasional untuk
perawat gajah yang berasal dari bahasa Hindi.
Pawang berdasarkan bahasa sansekerta adalah Mahamatra yang digunakan oleh
beberapa negara salah satunya Indonesia. Menurut Novitri dkk. (2017) pawang
memiliki peran penting dalam pelatihan dan kesejahteraan gajah karena
berinteraksi setiap harinya.
Pawang diharapkan memiliki kemampuan dalam melatih dan memiliki perbedaan
antara pawang satu dengan yang lain, kesabaran serta ketekunan sangat penting
dalam melatih gajah. Menurut Salsabila dkk. (2017) pawang diharapkan menjadi
pemimpin bagi gajah didiknya dan bukan sebaliknya, diperlukan keseimbangan
antara penghargaan dan kasih sayang.
15
Menurut Khoiron (2017) keterampilan pawang diperlukan agar timbulnya
kreatifitas dalam melatih gajah didiknya dan menjalankan tugas. Keterampilan
dibutuhkan pawang dalam memahami karakter dan perlakuan ke gajah didiknya.
Keterampilan yang baik dan terstruktur akan meminimalkan resiko yang
ditimbulkan saat pawang menjalankan tugasnya.
16
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di Elephant Response Unit Resort Totoprojo Satuan
Pengelolaan Taman Nasional SPTN II Taman Nasional Way kambas.
Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2019. Peta lokasi
penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Peta lokasi penelitian (Skala: 1:5.200).
17
B. Alat dan Objek Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu panduan wawancara, kamera,
GPS, laptop dan perangkat lunak ArcGIS 10.3. Objek penelitian ini adalah
Koordinator ERU, pawang, Polisi Kehutanan (Polhut), dan masyarakat di Resort
Totoprojo SPTN II TNWK.
C. Jenis Data
1. Data primer
Data yang diperoleh tanpa perantara atau dengan cara pengamatan langsung
dilokasi penelitian berupa observasi, titik GPS dan wawancara yang meliputi
perawatan, pemeliharaan, pelatihan gajah, pemanfaatan gajah jinak, kegiatan
patroli dan mitigasi konflik manusia dan gajah di ERU Resort Totoprojo SPTN II
TNWK.
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka meliputi data pendukung penelitian
seperti tinjauan umum tentang gajah sumatera, pelatihan gajah, pemanfaatan
gajah, kondisi umum lokasi penelitian dan jurnal pendukung.
18
D. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Pengumpulan data primer menggunakan metode observasi partisipasi moderat
yaitu pengamatan oleh peneliti dengan ikut mengambil bagian dalam kehidupan
masyarakat yang diobservasi (Sugiyono, 2009). Pengambilan titik menggunakan
GPS dilokasi penelitian bertujuan untuk pembuatan peta.
2. Wawancara
Pengumpulan data wawancara menggunakan metode in-depth interview yaitu
wawancara mendalam yang dilakukan kepada narasumber guna mendapatkan data
akurat. Metode snowball sampling technique merupakan pengambilan data yang
akan berhenti prosesnya jika jawaban yang diterima sudah dapat menjawab semua
pertanyaan dan dapat mendukung pencapaian tujuan penelitian. Pengambilan
sampel menggunakan metode purposive sampling technique yaitu teknik untuk
menentukan sampel penelitian dengan pertimbangan tertentu untuk mendapatkan
data yang akurat (Sugiyono, 2009).
3. Studi literatur
Data diperoleh dari lokasi penelitian berupa daftar nama gajah, kondisi umum,
buku pelatihan gajah, buku metode penggiringan, kegiatan mitigasi konflik
manusia dan gajah serta jurnal pendukung dalam penelitian ini.
19
4. Dokumentasi
Pengumpulan data berupa gambar atau catatan-catatan yang tersimpan berupa
dokumentasi kegiatan pemeliharaan, perawatan, pelatihan, pemanfaatan gajah
latih, mitigasi konflik manusia dan gajah di ERU Resort Totoprojo SPTN II
TNWK.
E. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data secara deskriptif kualitatif yaitu teknik
analisis data dengan cara menggambarkan kondisi obyektif dari obyek penelitian
dan menguraikan dalam bentuk kalimat atau pernyataan berdasarkan data primer
dan data sekunder. Proses pengolahan data di lapangan menggunakan model
miles and huberman yang bersifat induktif berdasarkan fakta di lapangan
dikontruksikan menjadi hipotesis dan teori (Sugiyono, 2009). Data berupa titik
GPS pada lokasi penelitian akan diolah menggunakan perangkat lunak ArcGIS
10.3 untuk menghasilkan berupa peta.
49
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan pada penelitian ini adalah.
1. Pola interaksi ditentukan berdasarkan kegiatan harian pawang berupa interaksi
pawang dan gajah terjadi pada kegiatan pemeliharaan, perawatan serta
pelatihan. Interaksi pawang dan asisten pawang terjadi pada kegiatan
pemeliharaan, perawatan, pelatihan, patroli serta mitigasi konflik manusia dan
gajah. Interaksi pawang ke masyarakat terjadi pada kegiatan blokade.
2. Pelatihan gajah diterapkan berdasarkan kriteria keterampilan gajah di ERU dan
teknik pelatihan gajah secara keseluruhan berjumlah 47 perintah yang terdiri
dari 24 perintah verbal (ucapan) dan 23 perintah isyarat/non – verbal yang
penggunaannya paling banyak pada saat kegiatan patroli monitoring serta
penggiringan gajah liar.
3. Gajah terlatih/jinak di ERU Resort Totoprojo SPTN II TNWK dimanfaatkan
pada kegiatan patroli monitoring dan penggiringan gajah liar
50
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah.
1. TNWK dan Stakeholders diharapkan dapat melakukan sosialisasi serta
pembinaan secara berkelanjutan kepada masyarakat dalam mitigasi konflik
manusia dan gajah.
2. Diharapkan dilakukannya pemasangan GPS Collar pada kelompok gajah liar
sehingga pergerakannya dideteksi lebih cepat, sehingga mitigasi konflik
manusia dan gajah dapat dilakukan secara dini.
51
DAFTAR PUSTAKA
52
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah., Dahlian. dan Mukhlisin, T. 2006. Preferensi makan gajah sumatera
(Elephas maximus sumatranus) di kawasan hutan Cagar Alam Jantho. J.
Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah. 7(2): 65-67.
Agustina, A. A., Azhar, A., Asmilia, N., Amirudin., Sayuti, A. dan Wahyuni, A.
2017. Kadar haemoglobin dan hematrocrit pada gajah sumatera (Elephas
maximus sumatranus) di Elephant Conservation Center (ECC) Saree Aceh
Besar. J. Medika Veterinaria. 11(1): 20-25.
Alanda, T. S. A. 2017. Fasilitas di konservasi Gajah Taman Hutan Raya Sultan
Syarif Hasyim Kabupaten Siak. J. Jom Fisip. 4(1): 1-11.
Albani, F., Pikoli, M. R. dan Sugoro, I. 2018. Jenis pakan mempengaruhi
produksi biogas dari feses gajah, studi kasus gajah sumatera (Elephas
maximus sumatranus) di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. J.
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 8(2): 264-270.
Aldezia, T., Susilowati. dan Ghofur, A. 2016. Tingkah Laku Makan Harian
Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Secret Zoo Kota Batu,
Jawa Timur. Skripsi. Universitas Negeri Malang. Malang. 11 hlm.
Alikodra, H. S. 1985. Rencana Teknik (Design Engineering) Penggiringan
Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Lampung. Buku. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 113 hlm.
Amri, F., Saayuti, A. dan Darniati. 2017. Isolasi dan idetifikasi bakteri enteric
pada feses gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Pusat
Konservasi Gajah (PKG) Saree Aceh Besar. J. Ilmiah Mahasiswa
Veteriner. 1(3): 305-315.
Anita, R. R., Elfidasari, D. dan Gunaryadi, D. 2018. Perilaku makan gajah
sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Taman Margasatwa Ragunan.
J. Al-azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi. 4(4): 203-207.
Armanda, F., Abdullah. dan Ali, M. S. 2018. Analisis konflik manusia dengan
gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Kecamatan Peunaron
Kabupaten Aceh Timur. J. EduBio Tropika. 6(1): 1-72.
53
Arum, R. S., Rizaldi. dan Sunarto. 2018. Studi karakteristik wilayah konflik
antara gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) dengan masyarakat di
sekitar Taman Nasional Tesso Nilo, Riau. J. Metamorfosa. 5(2): 259-265.
Bahrudin, A. 1993. Mengenal Pusat Latihan Gajah. Buku. Kehutanan
Indonesia. Jakarta. 21 hlm.
Paary, J. dan Jones. 2006. Management Guidelines for The Welfare of Zoo
Animals. Buku. British and Irish Association of Zoos and Aquariums.
London. 659 hlm.
Convention of International Trade in Endangered Spesies of Wild Fauna and
Flora. 2016. Appendices I, II, III. Buku. CITES. Johannesburg. 34 hlm.
Club, R. dan Mason, G. 2002. A Review of the Welfare of Zoo Elephants in
Europe, a Report Commissioned by the RSPCA. Buku. University of
Oxford. United States. 303 hlm.
Elephant Response Unit. 2019. Daftar Nama Pawang, Asisten Pawang, Kriteria
Gajah Jinak, Gajah Jinak, Peta Titik Keluar Gajah, Grafik Patroli dan
Mitigasi KMG. Buku. Balai Taman Nasional Way Kambas. Lampung. 12
hlm.
Elephant Response Unit. 2019. Kriteria Gajah Jinak, Peta Titik Keluar Gajah,
Grafik Patroli dan Mitigasi KMG. Buku. Balai Taman Nasional Way
Kambas. Lampung. 12 hlm.
Hedges, S., Martin, J. T., Arnold, F. S., Margaret, F. K., Donny, G. dan Aslan.
2005. Distribution status and conservation needs of asian elephants
(Elephas maximus sumatranus) in Lampung Province, Sumatra, Indonesia.
J. Biological Conservation. 124(1): 35–48.
Hidayat, W., Abdullah. dan Khairil. 2018. Estimasi populasi gajah sumatera
(Elephas maximus sumatranus) berdasarkan metode defekasi di Kawasan
Hutan Peunaron Kabupaten Aceh Timur. J. EduBio Tropika. 6(1): 1-72.
International Union for Conservation of Nature. 2012. Sumatran Elephant
(Elephas maximus sumatranus). Buku. Earth Scan. London. 303 hlm.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2018. Nomor
P.20/Menlhk/Kum.1/6/2018 tentang Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jakarta. 24 hlm.
Khoiron, A. 2017. Mahout sebagai pemandu wisata pada Pusat Latihan Gajah di
Minas Siak Riau. J. Jom Fisip. 4(1): 1-15.
54
Lekagul, B. dan Neely, J. A. 1977. Mammals of Thailand: The Association for
the Concervationof Wildlife. Buku. Association for the Conservation of
Wildlife. Bangkok. 758 hlm.
Larisha, C., Herdiana, I., Gunaryadi, D. dan Elfidasari, D. 2016. Perilaku dan
pola asuh induk (Parental Care) terhadap anak gajah sumatera (Elephas
maximus sumatranus) di Taman Margasatwa Ragunan. J. AL-Azhar
Indonesia Seri Sains dan Teknologi. 3(4): 196-203.
Maryam, S. 2018. Komunikasi persuasif Elephant Flying Squad dalam
meminimalisir konflik antara manusia dan gajah sumatera di Taman
Nasional Tesso Nilo Pelalawan. J. Jom Fisip. 5(1): 1-14.
Meytasari, P., Bakri, S. dan Herwanti, S. 2014. Penyusunan kriteria domestikasi
dan evaluasi praktek pengasuhan gajah: studi di Taman Nasional Way
Kambas Kabupaten Lampung Timur. J. Sylva Lestari. 2(2): 79-88.
Muniroh, L., Winarno, G. D. dan Harianto, S. P. 2018. Penggunaan bahasa
pawang dan teknik pelatihan gajah sumatera untuk menunjang ekowisata di
Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas. J. Hutan Tropis. 6(3):
292-301.
Mustafa, N. I. dan Jusoh. 2018. Naskhah mantra gajah dalam sejarah
sosiobudaya masyarakat melayu. J. Asian Journal of Environment History
and Heritage. 2(2): 233-248.
Novitri, A., Abdullah. dan Saputri, M. 2017. Studi kondisi pengasuhan gajah
sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Pusat Konservasi Gajah (PKG)
Saree, Aceh Besar. J. Biologi Edukasi. 9(1): 30-38.
Nuri, D. Y., I Gede, S. dan Srikayati, W. 2013. Tingkah laku harian gajah
sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Bali Safari and Marine Park,
Gianyar. J. Indonesia Medicus Veterinus. 2(4): 461- 468.
Olson, D. 2004. Elephant Husbandary Resources Guide. Buku. Lawrence (IN):
Allen Pr. Kruger National Park. 599 hlm.
Ofrinaldi., Yoza, D. dan Arlita, T. 2016. Perilaku makan gajah sumatera
(Elephas maximus sumatranus) Tim Flying Squad di Taman Nasional Tesso
Nilo. J. Jom Faperta. 3(1): 1-10.
Phuangkum, P., Lair, R. C. dan Angkawanith, T. 2005. Elephant Care Manual
for Mahout and Camp Managers: Bangkok: FAO. Buku. FAO Regional
Office for Asia and the Pacific. Bangkok. 152 hlm.
55
Pratama, M. D. S. dan Dewi, B. S. 2012. Mitigasi konflik manusia dan gajah
sumatera (Elephas maximus sumatranus) menggunakan gajah patroli di
Resort Pemerihan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. J. Sains Mipa.
18(3): 91–100.
Rahmadhani, A., Dahlan, Z. dan Yustian, I. 2018. Daya dukung pakan gajah
sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Kawasan Pelestarian Plasma
Nutfah (KPPN) Hutan Tanaman Industri Ogan Komering Ilir Sumatera
Selatan. J. Penelitian Sains. 20(3): 81-85.
Resphaty, D. A., Harianto, S. P. dan Dewi, B. S. 2015. Perilaku menggaram
gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) dan kandungan garam
mineral pada Saltlicks di Resort Pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan. J. Sylva Lestari. 3(2): 123-130.
Rianti, A. dan Garsetiasih, R. 2017. Persepsi masyarakat terhadap gangguan
gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Kabupaten Ogan
Komering Ilir. J. Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 14(2): 83-99.
Ribai., Setiawan, A. dan Darmawan, A. 2012. Perilaku menggaram gajah
sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Pusat Konservasi Gajah Taman
Nasional Way Kambas. J. Media Konservasi. 18(2): 89-95.
Rohman, W. A., Darmawan, A., Wulandari, C. dan Dewi, B. S. 2019. Preferensi
jelajah harian gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan. J. Sylva Lestari. 7(3): 255-266.
Salsabila, A., Winarno, G. D. dan Darmawan, A. 2017. Studi perilaku gajah
sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Pusat Konservasi Gajah (PKG)
Taman Nasional Way Kambas. J. Scripta Biologica. 4(4): 229-233.
Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Way Kambas. 1995. Manual Gajah.
Buku. Balai Taman Nasional Way Kambas. Lampung. 45 hlm.
Sugiyanto, E. E. L., Erianto. dan Prayogo, H. 2017. Ketersediaan pakan gajah
sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Resort Air Hitam Taman
Nasional Tesso Nilo Provinsi Riau. J. Hutan Lestari. 5 (1): 147-155.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Buku. Alfabeta.
Bandung. 171 hlm.
Suhada, N., Yoza, D. dan Arlita, T. 2016. Habitat optimal gajah sumatera
(Elephas maximus sumatranus) di Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas. J.
Jom Faperta. 3(1): 1-9.
Syahri, A. 2016. Pelaksanaan pengelolaan atraksi gajah di Taman Hutan Raya
Sultan Syarif Hasyim Kabupaten Siak. J. Jom Fisip. 3(2): 1-13.
56
Syahputa, F. H. 2016. Persepsi wisatawan terhadap atraksi patroli gajah Taman
Nasional Tesso Nilo di Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. J. Jom Fisip.
3(2): 1-9.
Syarifuddin, H. 2008. Survei populasi dan hijauan pakan gajah sumatera
(Elephas maximus sumatranus) di kawasan seblat Kabupaten Bengkulu
Utara. J. Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. 11(1): 42-51.
Tohir, R. K., Mustari, A. H. dan Masyud, B. 2017. Pengelolaan dan tingkat
kesejahteraan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Flying
Squad WWF Taman Nasional Tesso Nilo Riau. J. Media Konservasi.
21(2): 152-158.
Triana, E. 2001. Kajian Kurikulum Pelatihan Gajah Sumatera (Elephas maximus
sumatranus) di Pusat Latihan Gajah (PLG) Way Kambas, Lampung.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 1-66 hlm.
Utami, D. F., Setiawan, A. dan Rustiati, E. L. 2015. Kajian interaksi gajah
sumatera (Elephas maximus sumatranus) dengan masyarakat di Kuyung
Arang, Kabupaten Tanggamus. J. Sylva Lestari. 3(3): 63-70.
Vesswic. 2013. Sumatran Elephants and Mahouts Working for Conservation
Elephant Through Conservation Response Unit of Way Kambas, Lampung,
Sumatera. Laporan. Final Report: Vesswic. Lampung Timur. 14 hlm.
Wibowo, A. U. A., Rahayani, R. D., Gunawan, A. dan Khabzli, W. 2017.
Sistem deteksi posisi gajah berbasis frekuensi radio. J. Nasional Teknik
Elektro dan Teknik Informasi. 5(2): 78-82.
Yanti, N. K. F., Watiniasih, N. L. dan Suaskara, I. B. M. 2017. Perilaku harian
anak gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) di Pusat Konservasi
Gajah (PKG) Taman Nasional Way Kambas, Lampung. J. Metamorfosa.
4(2): 164-170.
Zazuli, M. dan Dewi, B. S. 2015. Mitigasi konflik manusia dan gajah (patroli
dan penjagaan) oleh Elephant Response Unit (ERU) Resort Toto Projo,
Taman Nasional Way Kambas. Prosiding Seminar Nasional dan Teknologi
ke 4. 120-131 hlm.